BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja Keuangan Bank Syariah Berdasarkan CAMELS Kinerja keuangan bank merupakan bagian dari kinerja bank secara keseluruhan, baik itu perbankan syariah atau konvensional. Kinerja (performance) bank secara keseluruhan merupakan gambaran prestasi yang dicapai bank dalam operasionalnya, baik menyangkut dana, teknologi maupun sumber daya manusia. Berdasarkan dengan apa yang telah disampaikan mengenai kinerja keuangan maka kinerja keuangan bank merupakan gambaran kondisi keuangan bank secara keseluruhan pada suatu periode tertentu dalam segala aspek yang biasanya diukur melalui berbagai indikator, misalnya rasio keuangan. Rasio keuangan menurut Kasmir (2008:104) ”merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada di dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya.” Lebih lanjut di dalam bukunya, Kasmir (2008:104) mengatakan bahwa hasil rasio keuangan ini digunakan untuk menilai kinerja manajemen dalam suatu periode apakah mencapai suatu target seperti yang telah ditetapkan. Kasmir juga mengatakan, dari kinerja yang dihasilkan ini juga dapat dijadikan sebagai evaluasi hal-hal yang perlu dilakukan ke depan agar kinerja manajemen dapat ditingkatkan atau dipertahankan sesuai dengan terget perusahaan. Oleh karena itu, maka diperlukan analisis atas laporan keuangan melalui analisis rasio keuangan dimana hasil peruhitungan rasio ini dapat digunakan untuk mengukur kinerja keuangan
Universitas Sumatera Utara
bank pada periode tertentu, dan dapat dijadikan tolok ukur untuk menilai kesehatan bank selama periode keuangan. Tentunya banyak rasio keuangan yang dapat dihitung dari perusahaan perbankan khususnya perbankan syariah mengingat bahwa perbankan adalah perusahaan yang sedikit berbeda dengan perusahaan yang bergerak bukan di sektor keuangan. Salah satu kinerja keuangan bank adalah penilaian tingkat kesehatan bank. Menurut Totok dan Sigit (2008:51) ”kesehatan bank dapat diartikan sebagai kemampuan bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku”. Bagi perbankan, hasil akhir penilaian kondisi bank tersebut dapat digunakan sebagai salah satu sarana dalam menetapkan strategi usaha di waktu yang akan datang sedangkan bagi Bank Indonesia antara lain digunakan sebagai sarana penetapan dan implementasi strategi pengawassan bank oleh Bank Indonesia. Perhitungan kinerja keuangan bank syariah yang berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 9/1/PBI/2007 Tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah, adalah sebagai berikut. 1. Rasio Permodalan (CAPITAL) Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 9/1/ PBI/2007 Tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah, ”penilaian permodalan dimaksudkan untuk menilai kecukupan modal bank dalam mengamankan eksposur risiko posisi dan mengantisipasi eksposur risiko yang akan muncul”. Selain itu, berfungsi untuk mengukur
Universitas Sumatera Utara
kemampuan bank dalam menyerap kerugian-kerugian yang tidak dapat dihindari serta dapat juga mengukur kekayaan bank tersebut atau kekayaan yang dimiliki oleh para pemegang saham. Untuk menghitung rasio permodalan digunakan rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM). Rumus dari rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) adalah:
M tier 1 merupakan modal inti bank yang terdiri dari modal disetor dan beberapa komponen modal inti lainnnya misalnya agio saham, laba tahun-tahun lalu setelah diperhitungkan pajak, serta laba tahun berjalan setelah pajak. M tier 2 merupakan modal pelengkap yang terdiri dari misalnya cadangan umum penyisihan penghapusan akiva produktif dan investasi subordinasi. M tier 3 merupakan modal pelengkap tambahan seperti modal pelengkap yang tidak digunakan untuk resiko penyaluran dana. Sedangkan penyertaan merupakan penanaman dana bank dalam bentuk saham pada perusahaan yang bergerak di bidang keuangan syariah atau transaksi tertentu berdasarkan prinsip syariah yang berakibat bank memiliki atau akan memiliki saham pada perusahaan yang bergerak di bidang keuangan syariah. Semakin besar rasio KPMM maka semakin baik pula kinerja yang dimiliki oleh bank yang bersangkutan, hal ini disebabkan bahwa rasio ini juga menggambarkan sejauh mana perusahaan mampu
Universitas Sumatera Utara
meng-cover dirinya dari resiko kerugian gagal bayar dari pembiayaan yang disalurkan yang akan berdampak pada modal bank yang bersangkutan. 2. Rasio Kualitas Aktiva Produktif (ASSET) Rasio kualitas aktiva produktif merupakan rasio utama dalam menghitung kinerja asset bank
Rasio ini digunakan untuk mengetahui
kualitas aktiva produktif, yaitu penanaman dana bank dalam bentuk rupiah atau dalam valuta asing atau dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan pada bank lain dan penyertaan. Penilaian tersebut dilakukan untuk melihat apakah aktiva produktif digunakan untuk menghasilkan laba secara maksimal. Selain itu penilaian kualitas asset dimaksudkan untuk menilai kondisi asset bank, termasuk antisipasi atas risiko gagal bayar dari pembiayaan (credit risk) yang akan muncul. Formula atau rumus yang digunakan untuk menghitung kualitas aktiva produktif (KAP) adalah:
APYD merupakan aktiva produktif yang diklasifikasikan menjadi beberapa kategori yaitu dalam perhatian khusus (DPK), kurang lancar (KL), diragukan (D), dan macet (M). Semakin tinggi rasio ini maka kinerja kualitas aktiva produktif bank semakin baik dan semakin rendah rasio ini mengindikasikan bahwa kurang mampunya bank dalam mengelola aktiva produktif dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
3. Rasio Rentabilitas (EARNING) Rasio rentabilitas bank merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank dalam suatu periode tertentu. Rasio rentabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Net Operating Margin (NOM) sebagai rasio utama dengan formula perhitungannya adalah:
PO merupakan singkatan dari pendapatan operasional bank dan DBH merupakan singkatan dari dana bagi hasil. Sedangkan BO merupakan singkatan dari beban operasional. Selain itu penulis juga menggunakan beberapa rasio penunjang yaitu Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), dan Rasio Efisiensi Operasional (REO), dimana rasio-rasio tersebut akan saling mendukung dan melengkapi. Rumus untuk masing-masing rasio adalah:
Rasio REO di atas apabila dilihat lebih seksama maka terlihat memiliki rumus yang sama dengan rumus BOPO sehingga dapat dikatakan bahwa
Universitas Sumatera Utara
rasio ini juga merupakan rasio BOPO. Penggunaan rasio ini juga berfungsi sebagai alat mengukur efisiensi bank dalam menekan biaya dan menghasilkan laba. Singkatan REO akan tetap penulis gunakan karena mengacu kepada peraturan Bank Indonesia No. 9/1/PBI/2007. 4. Rasio Likuiditas (LIQUIDITY) Rasio likuiditas bertujuan untuk mengukur seberapa likuid suatu bank dalam melayani nasabahnya serta untuk mengukur kemampuan bank dalam menyelesaikan kewajiban jangka pendek. Suatu bank dikatakan likuid apabila bank dapat memenuhi kewajiban utang lancarnya, dapat membayar kembali semua simpanan nasabah, serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa adanya penangguhan. Ada banyak jenis rasio yang dapat digunakan dalam di dalam rasio likuiditas seperti misalnya rasio cepat (quick ratio), rasio lancar (current ratio), dan perhitungan modal kerja. Menurut Warren, Reeve, Fess (2006) “rasio lancar dan rasio cepat adalah yang paling berguna apabila dianalisis secara bersamaan serta dibandingkan dengan periode sebelumnya dan dibandingkan dengan perusahaan lainnya dalam industri sejenis”. Rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah Short Term Mismatch (STM) sebagai rasio utama dengan rumus:
Apabila dilihat secara seksama maka akan terlihat bahwa rasio STM memiliki formula yang sama dengan rasio yang biasa kita kenal yaitu
Universitas Sumatera Utara
current ratio dimana rasio ini biasa digunakan dan secara khusus diperhatikan oleh para kreditor jangka pendek. Dunia perbankan merupakan lembaga keuangan dimana lebih banyak menggunakan komponen likuid (cair) yaitu uang dalam operasionalnya, komponen likuid ini lebih banyak didanai melalui dana pihak ketiga (DPK) nasabah dalam bentuk pembiayaan sehingga pemenuhan rasio lancar sangat berperan penting bagi perbankan dan juga sangat penting untuk pengambilan keputusan manajer di masa yang akan datang. Tabel 2.1 akan menampilkan kriteria setiap perhitungan dari setiap rasio yang digunakan berdasarkan setiap aspek yang dinilai meliputi aspek Capital, Asset, Earning, dan Liquidity. Setiap kriteria yang diperoleh akan menggambarkan kondisi dari setiap kinerja keuangan bank sesuai dengan aspek-aspeknya masing-masing melalui peringkat yang diperolehnya. Kriteria-kriteria dari setiap aspek Capital, Asset, Earning, dan Liquidity Capital, Asset, Earning, dan Liquidity tersebut akan dijelaskan pada bab ketiga dimana kriteria ini bersumber dari Lampiran Surat Edaran No. 9/24/DPbS Perihal Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 : Kriteria penetapan peringkat No.
Aspek
Komponen
Peingkat
rasio
1
2
3
4
5
1.
Capital
KPMM
KPMM≥ 12%
9% ≤KPMM< 12%
8% ≤KPMM<9%
6%
KPMM≤6%
2.
Asset
KAP
KAP>0,99
0,96
0,93
0,90
KAP≤0,90
3.
Earning
NOM
NOM>3%
2%
1,5%
1%
NOM≤1%
ROA
ROA>1,5%
1,25%
0,5%
0%
ROA≤0%
ROE
-
-
-
-
-
REO
REO≤83%
83%
85%
87%
REO>89%
STM
STM>25%
29%<STM≤25%
15%<STM≤20%
10%<STM≤15%
STM≤10%
4.
Liquidity
Sumber : Lampiran Surat Edaran No. 9/24/DPbS Perihal Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah
Universitas Sumatera Utara
B. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Bank Secara umum, laporan keuangan merupakan alat komunikasi yang berkaitan erat dengan akuntansi. Setiap perusahaan atau organisasi harus membuat laporan keuangan sebagai alat pertanggungjawaban pengelola atau manajemen sehingga dapat diambil keputusan-keputusan yang diperlukan oleh para pengambil keputusan. Djarwanto (2004:5) menuturkan pengertian laporan keuangan sebagai berikut. ”laporan keuangan pada dasarnya merupakan hasil refleksi dari sekian banyak transaksi yang terjadi dalam suatu perusahaan. Transaksi-transaksi dan peristiwa-peristiwa yang bersifat finansial dicatat, digolonggolongkan, dan diringkaskan dengan cara setepat-tepatnya dalam satuan uang, dan kemudian diadakan panafsiran untuk berbagai tujuan. Laporan keuangan ini disusun dan ditafsirkan untuk kepentingan manajemen dan pihak-pihak lain yang menaruh perhatian atau mempunyai kepentingan dengan data keuangan perusahaan.” Seperti halnya perusahaan pada umumnya maka bank syariah juga harus menyajikan laporan keuangannya untuk kepentingan para pengambil keputusan. Akan tetapi laporan keuangan bank sedikit berbeda dengan perusahaan lain pada umumnya, hal ini dikarenakan bank merupakan perusahaan yang bergerak di bidang keuangan yang membutuhkan laporan keuangan yang khusus selain laporan keuangan pada umumnya, agar informasi yang diberikan lebih terperinci. 2. Jenis laporan Keuangan Bank Laporan keuangan bank syariah tidak terlalu berbeda dengan laporan keuangan bank pada umumnya, hanya terdapat beberapa penambahan laporan
Universitas Sumatera Utara
keuangan. Dijelaskan di dalam bukunya Nurhayati (2009) mengatakan bahwa laporan keuangan entitas syariah terdiri atas: a. posisi keuangan Entitas Syariah, disajikan sebagai neraca. Laporan ini menyajikan informasi tentang sumber daya yang dikendalikan, struktur keuangan, likuiditas, dan solvabilitas serta kemampuan beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Laporan ini berguna untuk memprediksi kemampuan perusahaan di masa yang akan datang. b. informasi kinerja Entitas Syariah, disajikan dalam laporan laba rugi. Laporan ini diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa depan. c. informasi Perubahan Posisi Keuangan Entitas Syariah, yang dapat disusun berdasarkan definisi dana seperti seluruh sumber daya keuangan, modal kerja, asset likuid atau kas. Kerangka ini tidak mendefinisikan dana secara spesifik. Akan tetapi, melalui laporan ini dapat diketahui aktivitas investasi, pendanaan dan operasi selama periode pelaporan. d. informasi lain, seperti laporan penjelasan tentang pemenuhan fungsi sosial Entitas Syariah. Merupakan informasi yang tidak diatur secara khusus tetapi relevan bagi pengambilan keputusan sebagian besar pengguna laporan keuangan. e. catatan dan skedul tambahan, merupakan penampung dari informasi tambahan yang relevan termasuk pengungkapan tentang resiko dan ketidakpastian yang mempengaruhi entitas. Informasi tentang segmen industri dan geografi serta perubahan harga terhadap entitas juga dapat disajikan. Di dalam PSAK 101 paragraf 11 juga disebutkan ”laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen berikut ini: a. b. c. d. e. f. g.
neraca; laporan laba rugi; laporan arus kas; laporan perubahan ekuitas; laporan sumber dan penggunaan dana zakat; laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan; catatan atas laporan keuangan.”
Universitas Sumatera Utara
C. Analisis Laporan Keuangan 1. Pengertian Setelah perusahaan selesai membuat laporan keuangan maka setelah itu tahap selanjutnya adalah menganalisis laporan keuangan tersebut baik oleh pihak eksternal
maupun
pihak
internal.
Data
keuangan
perlu
disusun
dan
disederhanakan kemudian dianalisis dan ditafsirkan sehingga dapat memberikan informasi yang berarti bagi pihak-pihak yang menaruh perhatian pada perusahaan yang bersangkutan. Menurut Djarwanto (2004:59) ”analisis laporan keuangan meliputi penelaahan tentang hubungan dan kecenderungan atau trend untuk mengetahui apakah keadaan keuangan, hasil usaha, dan kemajuan keuangan perusahaan memuaskan atau tidak memuaskan”. Analisis dilakukan dengan mengukur hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan dan bagaimana perubahan unsur-unsur itu dari tahun ke tahun untuk mengetahui arah perkembangannya. 2. Tujuan Analisis Laporan Keuangan Tujuan dari analisis laporan keuangan dapat ditinjau dari pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
laporan keuangan. Adapun tujuannya Menurut
Djarwanto (2004:3) dapat ditinjau dari pihak yang berkepentingan seperti yang akan dijelaskan sebagai berikut. a. Pimpinan Perusahaan dengan mengadakan analisis laporan keuangan perusahaannya akan dapat mengetahui keadaan perkembangan keuangan perusahaan dan hasil-hasil keuangan yang telah dicapai baik pada waktu-waktu yang lalu maupun waktu sekarang.
Universitas Sumatera Utara
b. Pemilik Perusahaan dari analisis laporan keuangan pemilik dapat menilai berhasil tidaknya manajemen dalam memimpin perusahaannya. Oleh karena hasil-hasil, stabilitas, serta kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada cara kerja atau efisiensi manajemennya, maka jika hasil yang dicapai oleh manajemen tidak memuaskan, maka para pemilik dapat menentukan sikap, misalnya mengganti manajemennya atau menjual sahamsahamnya. c. Para kreditur mereka perlu mengetahui kondisi kerja atau kondisi keuangan jangka pendek (likuiditas), stabilitas, dan profitabilitas dari perusahaan, sebelum mereka memutuskan untuk memberi atau memperluas kreditnya. d. Investor investor memerlukan analisis laporan keuangan dalam rangka penentuan kebijaksanaan penanaman modalnya. Bagi investor yang penting adalah tingkat imbalan hasil dari modal yang telah atau akan ditanam dalam suatu perusahaan.
3. Analisis Rasio Keuangan Laporan keuangan melaporkan baik posisi perusahaan pada suatu waktu tertentu operasinya selama beberapa periode yang lalu. Alat analisis yang biasa digunakan dalam analisis laporan keuangan adalah rasio keuangan. Rasio keuangan adalah suatu angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan. Hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis yang sederhana. Berdasarkan sumber datanya, maka rasio-rasio dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu a. rasio-rasio neraca (balamce sheet ratios), yaitu rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca, misalnya rasio lancar, rasio tunai (quick ratio), rasio modal sendri dengan total aktiva, rasio aktiva tetap dengan utang jangka panjang, dan lain sebagainnya. b. rasio-rasio laporan laba-rugi, yaitu rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari laporan perhitungan laba-rugi, misalnya rasio laba
Universitas Sumatera Utara
bruto dengan penjualan neto, rasio laba usaha dengan penjalan neto, operating ratio, dan lain sebagainya. c. rasio-rasio antar laporan keuangan, yaitu rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca dan laporan laba-rugi, misalnya rasio penjualan neto dengan aktiva usaha, rasio penjualan kredit dengan piutang rata-rata, rasio harga pokok penjualan dengan persediaan ratarata dan lain sebagainya (Djarwanto, 2004: 146)
D. Sistem Operasional Bank Syariah Secara umum sistem operasional bank syariah hampir tidak memiliki perbedaan dengan bank umum konvensional yakni menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana dan menyalurkan kepada masyarakat yang menyalurkan dana. Hanya saja yang membedakannya adalah pada landasan operasional dan beberapa mekanisme produk yang harus berdasarkan syariat Islam. Sigit dan Totok (2008:156) mengatakan: ”Dalam sistem bank syariah dana nasabah dikelola dalam bentuk titipan maupun investasi. Cara titipan dan investasi berbeda dengan deposito pada bank konvensional dimana deposito merupakan upaya membungakan uang. Konsep dana titipan berarti kapan saja nasabah membutuhkan, bank syariah harus dapat memenuhinya. Akibatnya dana titipan menjadi sangat likuid. Likuiditas yang tinggi inilah membuat dana titipan kurang memenuhi syarat suatu investasi yang membutuhkan pengendapan dana.” Rizal Yahya, Martawireja, Abdurahim (2009:57) dalam bukunya sistem opersional bank umum syariah adalah sebagai berikut : 1. sistem opersional bank syariah dimulai dari kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat. Penghimpunan dana dapat dilakukan dengan skema investasi maupu skema titpan. Dalam penghimpunan dana dengan skema investasi dari nasabah pemilik dana (shahibul maal), bank syariah berperan sebagai pengelola dana atau biasa disebut dengan mudharib. Adapun pada penghimpunan dengan skema penitipan, bank syariah berperan sebagai penerima titipan, 2. dana yang diterima oleh bank syariah selanjutnya disalurkan kepada berbagai pihak, antara lain mitra investasi, pengelola investasi,
Universitas Sumatera Utara
pembeli barang, dan penyewa barang atau jasa yang disediakan oleh bank syariah. Pada saat dana disalurkan dalam bentuk investasi, bank syariah berperan sebagai pemilik dana. Pada saat dana disalurkan dalam kegiatan jual beli, bank syariah berperan sebagai penjual dan pada saat disalurkan dalam kegiatan pengadaan objek sewa, berperan sebagai pemberi sewa, 3. dari penyaluran dana kepada berbagai pihak, bank syariah selanjutnya menerima pendapatan berupa bagi hasil dari investasi, margin dari jual beli dan fee dari sewa dan berbagai jenis pendapatan yang diperoleh dari instrumen penyaluran dana lain yang dibolehkan, 4. pendapatan yang diterima dari kegiatan penyaluran selanjutnya dibagikan kepada nasabah pemilik dan atau penitip dana. Penyaluran dana kepada pemilik dana bersifat wajib sesuai dengan porsi bagi hasil yang disepakati. Adapun penyaluran dana kepada nasabah penitip dana bersifat sukarela tanpa ditetapkan di muka sebelumnya dan biasa disebut dengan istilah bonus, 5. selain melaksanakan aktivitas penghimpunan dan penyaluran, bank syariah dalam sistem operasionalnya juga memberikan layanan jasa keuangan seperti jasa ATM, transfer, letter of credit, bank garansi, dan lain sebagainya. Oleh karena jasa tersebut dilakukan tanpa menggunakan dana dari pemilik dana maupun penitip dana, maka pendapatan yang diperoleh dari jasa tersebut dapat dimiliki sepenuhnya oleh bank syariah tanpa harus dibagi.
Selain itu, bank syariah juga diwajibkan menjadi pengelola zakat yaitu dalam arti wajib membayar zakat, menghimpun, mengadministrasikannya dan mendistribusikannya. Hal ini merupakan fungsi dan peran yang melekat pada bank syariah untuk memobilisasi dana-dana sosial (zakat, infaq, sadakah). Operasional perbankan yang berdasarkan prinsip syariah ini diharapkan dapat memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam bermuamalah yang bebas dari praktik yang diharamkan Islam terutama praktik riba. Praktik dan sistem muamalah
Islam diaplikasikan dalam setiap operasional dan produk-
produk perbankan. Produk-produk perbankan syariah dibuat sedemikian rupa sehingga bagi masyarakat non-muslim juga dapat menggunakan jasa perbankan syariah.
Universitas Sumatera Utara
Menyalurkan pendapatan
menerima pendapatan
Bagi hasil / bonus
bagi hasil, margin, fee
BANK SYARIAH NASABAH PEMILIK DAN PENITIP DANA
Penghimp unan dana
Sbg pengelola dana/ penerima dana titipan
Sbg pemilik dana/ penjual/ pemberi sewa
Sebagai penyedia jasa keuangan
Penya lur dana
Penye diaan dana
- Nasabah mitra, pengelola investasi, pembeli, penyewa - Instrumen penyaluran dana lain yang dibolehkan
Jasa administrasi tabungan, ATM, Transfer,kliri ng, L/C, bank garansi, transakai valas
Gambar 2.1 : Sistem Operasional Bank Syariah Sumber : Rizal Yahya, Aji Erlangga Martawireja, Rahim Abdurahim Akuntansi Perbankan Syariah: Teori dan Praktek Kontemporer (2009)
E. Pengertian Bank Syariah Bank syariah merupakan jenis perbankan yang unik baik dalam landasan operasional maupun dalam hal produk-pruduk yang ditawarkan kepada para nasabah. Menurut beberapa kajian teoritis, bank syariah dinilai lebih fleksibel dan
Universitas Sumatera Utara
stabil bila dibandingkan dengan bank konvensional karena bank syariah dinilai tidak tergantung pada fluktuasi bunga walaupun masih dalam hal perdebatan para ahli. Berbeda dengan bank konvensional bank syariah tidak menggunakan bunga sebagai pendapatan utama bank melainkan dengan prinsip bagi hasil yang sesuai syariah. Hal ini dikarenakan bank syariah, dalam setiap opersionalnya haruslah berdasarkan prinsip syariah Islam yang mana prinsip bunga yang biasa dilakukan oleh bank konvensional adalah haram dan tidak sesuai dengan prinsip syariah Islam. Berdasarkan Undang-Undang No. 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah, telah disebutkan di dalam pasal 1 bahwa perbankan syariah adalah: ”segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya”. Lebih lanjut di dalam UU No. 21 tahun 2008 disebutkan pengertian mengenai bank syariah : ”Bank Syariah adalah bank yang menjalankan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah”. Dalam perkembangannya bank konvensional dapat membuka cabang dengan membuka unit usaha syariah yang berbeda dengan bank konvensional yang dikenal dengan unit usaha syariah. Unit usaha syariah ini merupakan sebutan bagi bank konvensional yang menerapkan dual banking system yakni dalam penerapan sistem perbankan syariah bank yang bersangkutan juga membuka perbankan yang berprinsip konvensional. Artinya bank konvensional tersebut memiliki anak perusahaan yang
Universitas Sumatera Utara
menerapkan prinsip syariah dalam operasionalnya tanpa merubah prinsip operasional bank induknya dimana pada akhir periode laporan keuangan anak perusahaan tersebut akan dikonsolidasikan dengan laporan bank induk. F. Tinjauan Penelitian Terdahulu Tabel 2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu Nama Peneliti
Judul Penelitian
Variabel
Hasil Penelitian
SUMARTI (2007)
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA BANK SYARIAH MANDIRI DI JAKARTA
Kesehatan Bank, Capital, Assets, Earning, dan Liquidity
Selama 2004-2006 nilai CAR, KAP, PPAP dan BOPO BSM dikatakan sehat, namun untuk ROA selama 2005-2006 telihat kurang sehat, Nilai cash ratio pada tahun 2004 dan 2005 dapat dikatakan sehat, sedangkan tahun 2006 dikatakan kurang sehat, untuk LDR pada tahun 2004, 2005, dan 2006 sebesar 92,50%, 83,09%, dan 94,38%≤ 94,75%, sehingga dikatakan sehat.
ISNA RAHMAWATI (2008)
ANALISIS KOMPARASI KINERJA KEUANGAN ANTARA PT. BANK SYARIAH MANDIRI DAN PT. BANK RAKYAT INDONESIA Periode 1999-2001
Rasio keuangan, PT. Bank Syari’ah Mandiri, PT. Bank Rakyat Indonesia.
PT. Bank Syari’ah Mandiri ditinjau dari rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan efisiensi pada tahun 1999 tergolong sebagai bank umum yang kurang likuid, solvabel, kurang profitabel, dan kurang efisien. Namun selama periode 2000-2001 tergolong sebagai bank umum yang kurang likuid, tetapi cukup solvabel, profitabel, dan efisien. PT. Bank Rakyat Indonesia ditinjau dari rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan efisiensi pada tahun 1999 tergolong sebagai bank umum likuid, unsolvable, kurang profitabel dan kurang efisien. Namun, PT. Bank Rakyat Indonesia ditinjau dari rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan efisiensi pada tahun 2000 tergolong sebagai bank umum likuid, kurang solvabel dan profitabel, tetapi cukup efisien. Dan pada 2001 tergolong sebagai bank umum likuid, unsolvable, profitabel, dan efisien.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini lebih merujuk kepada penelitian Isna (2008) dimana penelitian tersebut dilakukan dengan teknik analisis laporan keuangan komperatif atau perbandingan. Akan tetapi hal yang membedakan penelitian penulis dengan penelitian Isna adalah penulis menggunakan peraturan yang baru tentang bank syariah yakni penilaian tingkat kesehatan bank melalui peraturan Bank Indonesia No. 9/1/PBI/2007. Selain itu hal lain yang membedakan adalah perusahaan yang menjadi pembanding adalah perusahaan Bank Muamalat Indonesia dan bukan Bank Rakyat Indonesia selaku bank konvensional. Sedangkan dalam penelitian Sumarti (2007) hanya mengunakan satu perusahaan saja sebagai objek penelitian dan bukan merupakan penelitian perbandingan.
Universitas Sumatera Utara