5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Faktor-faktor yang mempengaruhi Phlebotomy 1.
Pelaksanaan phlebotomy.
2.
Tempat phlebotomy yang dilakukan.
3.
Peralatan phlebotomy dan cara penggunaanya.
4.
Keadaan pasien.
B. Faktor-faktor yang menyebabkan hemolisis secara in-vitro dan in-vivo. In-vitro hemolisis : 1) Pengocokan atau pencampuran terlalu keras. 2) Terguncang-guncang selama pengiriman. 3) Pengambilan darah pada daerah yang hematoma. 4) Penarikan syringe plunger terlalu cepat. 5) Penggunaan jarum yang terlalu kecil 6) Penggunaan tabung yang terlalu besar untuk wing needle yang diameternya kecil. 7) Terjadi gelembung darah karena pemasangan jarum spuit kurang pas. 8) Pemindahan darah dari spuit ketabung dilakukan dengan tekanan (Muliaty, tanpa tahun). In-vivo hemolisis oleh karena kondisi patologis bisa disebabkan :
6
Penyakit malaria, zat racun, bias ular, anemia hemolitica Hemolisis adalah kerusakan dari membrane sel darah merah, menyebabkan pembebasan hemoglobin dan komponen internal lainya kedalam cairan sekitarnya. Hemolisis dideteksi secara visual dengan menampilkan warna merah dalam serum atau plasm. Hemolisis adalah kejadian umum dilihat dalam sampel serum dan dapat mengganggu uji parameter laboratorium. Hemolisis dapat terjadi dari dua sumber : invivohemolisis oleh karena kondisi patologis, seperti anemia hemolitik autoimun atau reaksi transfusi dan in-vitrohemolisis oleh karena koleksi spesimen yang tidak tepat, pengolahan spesimen, atau transportasi spesimen (www.bd.com/vacutainer). C. Protap Phlebotomy Pengambilan spesimen dilaksanakan dengan benar, agar spesimen tersebut mewakili keadaan yang sebenarnya. 1) Phlebotomy dengan spuit a) Menyiapkan tourniquet, kapas alkohol, kapas kering,spuit, tabung dan plester. b) Posisi lengan pasien harus lurus,jangan membengkok siku, pilih lengan yang banyak melakukan aktifitas, letakan tangan diatas meja. c) Melakukan perabaan (palmasi) pada lokasi vena yang akan ditusuk, pasien diminta untuk mengepalkan tangan. d) Pasang tourniquet lebih kurang 3 jari diatas liat siku .
7
e) Lokasi vena yang akan ditusuk didesinfeksi dengan kapas alkohol 70 % dengan sekali usap. f) Tusuk bagian vena tadi dengan lubang jarum menghadap keatas dengan kemiringan antara jarum dan kulit 15 derajat. g) Setelah volume darah cukup, dilepaskan tourniquet dan pasien diminta membuka kepalan tanganya. h) Lepaskan atau tarik jarum dan segera letakan kapas alkohol 70 % & diatas bekas suntikan untuk menekan bagian tersebut dan ditutup dengan plester atau hepavyx. i) Memindahkan sampel darah dari dalam spuit ke tabung dengan cara melepaskan jarum lalu mengalirkan darah perlahan melalui dinding tabung. j) Jika sampel harus diberi antikoagulan, maka segera mungkin darah dimasukan kedalam tabung dengan antikoagulan (EDTA,Citras) campur dengan membolak- balikan tabung beberapa kali (Anonim, 2004). 2) Phlebotomy dengan vacuntainerneedle (jarum vacutainer). a) Menyiapkan tourniquet, kapasal kohol, kapas kering, jarum, holder, tabung dan plester/ hepavyx. b) Memasang jarum pada holder dengan cara memasukan bagian jarum yang tertutup karet kedalam lubang holder lalu memutarnya searah jarum jam hingga kencang. c) Meminta pasien untuk meletakan tanganya diatas meja, melakukan perabaan (palmasi) untuk mencari vena yang akan ditusuk. d) Memsang tourniquet pada lengan leih kurang 3 jari diatas lipatan siku dan mendesinfeksi lokali vena yang akan ditusuk dengan kapas alcohol 70 % dengan sekali usap.
8
e) Menusukan jarum pada vena pasien dengan posisi lubang jarum menghadap keatas. f) Memasukan tabung vacutainer kedalam holder dengan cara mendorongnya hingga tertancap pada jarum dan darah akan terhisap masuk kedalam tabung dan akan berhenti sendiri jika volume telah sesuai dengan kapasitas isi tabung. g) Melepas torniquet lalu menarik tabung dari dalam holder dan menarik jarum dari vena, menutup vena yang ditusuk dengan kapas,ditekan dan ditutup dengan plester atau hepavyx (Anonim 2008). 3) Phlebotomy dengan wing needle (jarum bersayap) Jika menggunakan spuit : a) Melepaskan bagian jarum yang berpelindung karet. b) Melepaskan jarum spuit. c) Memasang slang wingneedle pada ujung spuit dengan cara memutar searah jarum jam hingga kencang. d) Melakukan pengambilan darah seperti pada pengambilan darah menggunakan spuit. Jika menggunakan vacutainer : a) Memasang bagian jarum yang berpelindung karet pada holder dengan cara memasukanya pada lobang holder lalu memutarkanya hingga terpasang dengan kencang.
9
b) Melakukan
pengambilan
darah
dengan
cara
seperti
pada
pengambilan darah dengan menggunakan vacuntainerneedle (jarum vacutainer). 4) Penangan sampel darah pasca phlebotomy a) Peralatan dan tabung yang diperlukan telah siap sebelum melaksanakan phlebotomy. b) Sampel darah yang telah berhasil diambil dengan spuit, segera jarum dilepas dari spuit, masukan darah kedalam botol yang berisi anti koagulan maupun botol kimia, dengan cara mengalirkan darah perlahan melalui dinding tabung. c) Campur segera darah yang diberi antikoagulan,dengan cara memutar botol searah dan berlawanan jarum jam. d) Pemberian identitas pada sampel darah dengan menempelkan barcode pada botol atau berilah formulirnya laboratorium sesuai permintaan pemeriksaan. e) Mengirim sampel darah ke laboratorium beserta dengan formulir pemeriksaan laboratorium. f) Spuit dan tabung tempat sampel harus bersih dan kering agar sampel tidak hemolisis ( Anonim, 2008 ). D. Landasan teori Phlebotomy berasal dari bahasa Yunani: phlebos adalah vena, tome adalah insisi (Muliaty, tanpa tahun).
10
1. Tujuan phlebotomy Tujuan phlebotomy adalah memperoleh sampel darah dalam volume yang cukup untuk pemeriksaan yang dibutuhkan, dengan menusuk vena (venipunctur ) dengan jarum dan peralatan pendukungnya. Agar mendapatkan darah untuk pemeriksaan laboratorium maka harus memperhatikan proses pengambilan darah tersebut diantaranya yaitu peralatan yang akan dipakai, lokasi pengambilan darah vena yang umunya didaerah vena fossacubiti yaitu vena cubiti atau didaerah pergelangan tangan, selain itu vena yang dipilih tidak didaerah infuse yang terpasang (http//prainstrumentasi htm). Praktik phlebotomy di rumah sakit atau laboratorium dapat dilakukan oleh phlebotomiest
atau analis laboratorium atau orang yang dilatih
khusus untuk itu, yang selanjutnya akan disebut sebagai teknisi phlebotomy. Tindakan phlebotomy itu sendiri mempunyai risiko diantaranya adalah adanya rasa sakit akibat tusukan, perdarahan yang berlebihan, pingsan atau lemas, hematom (disebabkan oleh darah yang bocor kedalam jaringan disekitar tusukan vena dan membeku), infeksi dan terjadinya beberapa tusukan akibat sulitnya mencari vena sehingga menimbulkan berbagai persepsi bagi pasien terkait dengan tindakan phlebotomy (Budi Sampurna2004).
11
2. Phlebotomiest Phlebotomiest adalah orang yang dilatih untuk melakukan prosedur phlebotomy dengan kemampuan yang harus dimiliki sebagai berikut: a) Kemampuan teknis: trampil mengambil spesimen darah
melalui
teknik tusukan vena (venipunctur) dan tusukan kulit (skinpuntre) b) Kemampuan mental: trampil mengorganisasi pekerjaanya secara efisien, sekalipun dalam kondisi tekanan dan selalu mengikuti prosedur tertulis yang telah baku dan menjadi penghubung yang baik antara pasien dan laboratorium c) Kemampuan pengetahuan produk: menguasai kriteria dan segala macam persyaratan pengambilan darah untuk setiap pemeriksaan laboratorium (Muliaty, tahun). E. Quality Control Dalam Phlebotomy Quality control dalam phlebotomymeliputi pemantapan mutu dalam tahap-tahap : 1. Prosedur persiapan pasien Mutu pemeriksaan sangat tergantung pada mutu persiapan pasien. a. Pasien rawat inap atau Rumah Sakit : perawat harus mengontrol persiapan pasien. b. Pasien laboratorium klinik : mulai dari petugas penerima pasien sampai phlebotomy harus memastikan pemenuhan persyaratan persiapan pasien. c. Bila persyaratan tidak dipenuhi, catat sebagai situasi khusus. d. Buku persyaratan persiapan pasien dipakai sebagai pedoman.
12
2. Prosedur pengambilan spesimen Perlu diperhatikan kebenaran dalam tahapan-tahapan : identitas, pemberian tabel, teknik phlebotomy dan prioritas bagi pemeriksaan cito. 3. Penanganan spesimen Penanganan yang benar dalam : a. Penanganan khusus : disimpan dingin, beku, terhindar dari cahaya. b. Pengiriman spesimen. 4. Dokumentasi Bagian Quality Control harus menyediakan dokumen-dokumen : a. Buku petunjuk persyaratan spesimen. b. Buku pengiriman kepada laboratorium rujukan. c. Petunjuk pelaksanaan atau prosedur tetap laboratorium. d. Formulir-formulir quality control phlebotomy. 5. Keselamatan kerja dalam phlebotmy Keselamatan kerja dalam phlebotomy : penggunaan sarung tangan, lab jas, masker, penggunaan anti septic, penggunaan desinfektan. 6. Sistem pendidikan dan latihan phlebotomy Pendidikan dan latihan phlebotomy untuk menjaga mutu para phlebotomiest atau meningkatkan pengetahuan, pemahamam dan ketrampilan dalam pelaksanaan phlebotomy (Muliaty, tanpa tahun ).
13
F. Ulasan Kerangka Teori Phlebotomiest
dengan
tekniknya
melakukan
phlebotomy,
berusaha
mendapatkan darah volume cukup untuk pemeriksaan dan tidak hemolisis karena perlakuanya (factor in-vitro : penanganan sampel pasca phlebotomy, kondisi lingkungan). Jika darah nampak hemolisis, dapat dipastikan karena kondisi pathologis (factor in-vivo : kondisi pasien, jenis penyakit). Darah yang hemolisis tidak diananlisa, sedangkan darah yang tidak hemolisis dapat dianalisa. G. Kerangka Teori Phlebotomiest
Teknik Phlebotomy Faktor in-vitro - Penanganan Sampel Pasca Phlebotomy
Phlebotomy
Faktor in-vivo - Kondisi Pasien - Jenis Penyakit Pasien
Darah Hemolisis
Darah Tidak Hemolisis
Tidak Dianalisis
Dianalisis
14
H.
Kerangka Konsep
Pelaksanaan Phlebotomy
Hasil Phlebotomy
- Baik
- Baik
- Sedang
- Tidak baik
- Buruk I.
Hipotesis 1. Bagaimanakah
pelaksanaan
phlebotomy
yang
dilakukan
phlebotomiest di Instalasi Gawat Darurat di RSUD Kudus ?
oleh