BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Kajian Terdahulu Penelitian tentang kemampuan sebelumnya sudah pernah diteliti, Berikut
ini bebrapa tinjauan pustaka yang peneliti gunakan yang terkait dalam penelitian ini sebagai kajian terdahulu, diantaranya : 1.
Citra Gandhini (090704014), mahasiswa Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara angkatan 2009, dengan judul “
Analisis
Kemampuan Menyimak Mahasiswa Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara” Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa terdapat 27% responden mencapai kategori tingkat kemampuan sangat baik, 36% mencapai kategori tingkat kemampuan baik, 21% mencapai kategori tingkat kemampuan sedang dan 15% mencapai kategori tingkat kemampuan kurang. Presentasi kesulitan menunjukkan bahwa 3,03% responden mengalami tingkat kesulitan sangat rendah, 48% mengalami tingkat kesulitan rendah, 36% mengalami tingkat kesulitan sedang dan 12% responden mengalami tingkat kesulitan tinggi. 2.
Edi Saputra (940704011), mahasiswa Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara angkatan tahun 1994, dengan judul “ Analisis Kemampuan Menggunakan Huruf Jar dalam Membuat Kalimat Berbahasa Arab pada siswa-siswi Kelas 1 Madrasah Aliyah YASPI Labuhan Deli “ Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kemampuan siswa Baik baik,
10
dengan nilai korelasi 0,74 atau 74% siswa mampu menggunakan huruf jar dalam kalimat berbahasa Arab. 3.
Evi Susanti (940704018), mahasiswa sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara angkatan 1994, dengan judul “ Kemampuan Santri Raudhatul Atfal Bunayyah Medan Dalam Membaca Al-Qur‟an Sesuai Panjang Pendeknya Dengan Qira‟ati” Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kemampuan santri dalam membaca Al-Qur‟an sesuai makhraj dan panjang pendeknya dengan menggunakan metode qiro‟ati sudah Baik baik, nilai rata-rata kemampuan makharijul huruf adalah 83 dan presentasi santri yang lulus dalam mengikuti tes sebesar 85,05% dengan jumlah 43 orang. Sedangkan presentasi santri yang tidak lulus sebesar 14,95% dengan jumlah 12 orang. Kemudian nilai rata-rata kemampuan panjang pendeknya adalah 84 dan presentasi santri yang lulus sebesar 88,2% dengan jumlah 44 orang. Sedangkan presentasi santri yang tidak lulus sebesar 13,8% dengan jumlah 11 orang. Adapun persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini yaitu sama-
sama meneliti tentang kemampuan membaca dan perbedaan penelitian ini yaitu objeknya dan teori yang digunakan berbeda. Penelitian
ini objeknya adalah
membaca Wacana berbahasa Arab sedangkan pada penelitian sebelumnya membaca Al- Qur‟an, lokasi penelitian ini dilaksanakan di Departemen Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, sedangkan peneltian terdahulu dilakasanakan disekolah. Teori yang digunakan dalam penelitian ini
11
adalah teori Hamid, sedangkan penelitian terdahulu menggunakan teori AlGhulayayni.
2.2 LANDASAN TEORI Pada dasarnya setiap pengajaran bahasa bertujuan agar para pembelajar atau siswa memiliki keterampilan berbahasa. Terampil berbahasa berarti terampil menyimak, terampil berbicara, terampil membaca dan terampil menulis (Tarigan, 1991:41). Membaca merupakan kegiatan yang penting, dan menjadi semakin penting pada zaman modern ini, pada saat perkembangan dalam berbagai segi kehidupan terjadi amat cepat. Informasi tentang perkembangan itu direkam dan disebarluaskan melalui berbagai media, termasuk media cetak dalam bentuk naskah, selebaran, surat kabar, buku, dan sebagainya. Untuk memahami semua jenis informasi yang termuat dalam berbagai bentuk tulisan itu, mutlak diperlukan kegiatan membaca, disertai kemampuan untuk memahami isinya. Tanpa kemampuan memahami isi bacaan, banyak informasi yang tidak dapat diserap dengan tepat dan cepat, dan dengan mudah menjadikan orang ketinggalan zaman. (Djiwando, 1996:62-63). Rujukan ilmiah merupakan gudang ilmu, ilmu yang tersimpan dalam rujukan ilmiah hanya bisa digali dan dicari dengan kegiatan membaca. Keterampilan membaca menentukan hasil dalam penggalian ilmu, karena itu dapat kita katakan bahwa keterampilan membaca sangat diperlukan dalam kehidupan modern sekarang ini. Keterampilan membaca bersifat mekanistik,
12
semakin sering dilatih akan semakin biasa, fasih dan terampil menggunakannya. Membaca merupakan aktifitas mental, memahami apa yang dituturkan pihak lain melalui sarana tulisan. Kegiatan membaca merupakan aktifitas berbahasa yang bersifat reseptif setelah menyimak, dalam dunia pendidikan aktifitas dan tugas membaca merupakan suatu hal yang tidak bisa ditawar-tawar. Sebagian besar pemerolehan itu dilakukan siswa dengan kegiatan membaca. Bahkan keberhasilan studi seseorang akan sangat ditentukan oleh kemampuan dan kemauannya dalam membaca, tak lebih jika berkaitan dengan bahasa asing karena seseorang akan kesulitan bahkan mustahil dapat memahami suatu teks jika dia tidak
dapat
membaca dengan benar. (Tarigan dan Tarigan, 1987:22). Kemampuan membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting, tanpa membaca kehidupan seseorang akan statis dan tidak berkembang. Dalam pembelajaran bahasa secara umum, termasuk bahasa Arab urgensi keterampilan membaca tidak dapat diragukan lagi, sehingga pengajaran membaca merupakan salah satu kegiatan mutlak yang harus diperhatikan. (Hamid, 2010:63). Penelitian ini mengunakan teori Hamid (2010:63) yang berkaitan dengan kemampuan memahami teks bahasa Arab yaitu kemampuan menentukan judul bacaan, kemampuan menentukan ide pokok, kemampuan menemukan ide penunjang dan menentukan kohesi, Memahami makna kata, kemampuan mengenal kata, mengetahui penggunaan kata penghubung dan menyimpulkan isi wacana.
13
Menurut (Hamid, 2010:64) Yang dimaksud mengukur kemampuan membaca bahasa Arab pada dasarnya adalah mengukur kemampuan memahami teks bacaan bahasa Arab, tetapi ada juga yang menambahnya dengan mengukur kemampuan kebenaran membaca yang meliputi: kebenaran dalam membaca dari segi pengucapannya, dan kebenaran nahwu dan sharafnya. Untuk mengukur kemampuan memahami teks bacaan berbahasa Arab disebut dengan al-qiraah alṣamitah atau membaca dalam hati. Menurut Hamid (2010:63) Ada beberapa kemampuan yang harus dimiliki untuk mengembangkan keterampilan membaca teks bahasa Arab antara lain sebagai berikut: a.
Kemampuan membedakan huruf dan kemampuan mengetahui hubungan antara lambang dan bunyinya.
b.
Kemampuan mengenal kata; baik di dalam sebuah kalimat maupun tidak.
c.
Memahami makna kata sesuai dengan konteks.
d.
Memahami makna nyata (dzahir) sebuah kata.
e.
Mengetahui hubungan logis dan penggunaan kata penghubung dalam suatu kalimat.
f.
Menyimpulkan isi wacana dengan cepat.
g.
Membaca kritis.
h.
Memahami metode gaya bahasa penulis.
i.
Menemukan metode gaya bahasa penulis.
14
j.
Menemukan informasi tersurat ataupun tersirat sesuai dengan yang diharapkan penulis.
k.
Membaca cepat.
l.
Ketelitian dan kelancara membaca.
m.
Menentukan tema atau judul bacaan.
n.
Menemukan ide pokok dan ide penunjang.
2.3
Faktor- faktor yang mempengaruhi keberhasilan Membaca Menurut Arnold (1976) ada 4 (empat) faktor yang mempengaruhi
kemampuan membaca yaitu faktor fisiologis, intelektual, lingkungan dan psikologis. a.
Faktor Fisiologis mencakup kesehatan fisik (misal alat bicara, alat pendengaran dan alat penglihatan), pertimbangan neorologis (missal berbagai cacat otak) serta jenis kelamin.
b.
Faktor Intelektual, secara umum intelegensi anak tidak sepenuhnya berpengaruh terhadap berhasil atau tidaknya anak tersebut dalam membaca. Pendapat ini sesuai dengan pendapat Rubin bahwa tidak semua siswa yang mempunyai intelegensi tinggi menjadi pembaca yang baik.
c.
Faktor Lingkungan juga mempengaruhi kemajuan kemampuan siswa yang mencakup (1) latar belakang dan pengalaman siswa dirumah (2) sosial ekonomi keluarga siswa.
d.
Faktor Psikologis yang dapat mempengaruhi kemampuan membaca mencakup motivasi, minat, kematangan sosial, emosi dan penyesuaian diri.
15
https://rose.azurehero.com/2015/06/faktor-faktor-yang-mempengaruhiketerampilan-membaca-dan-menulis-permulaan/
2.4
Pengertian Memahami Memahami bentuk dasarnya adalah paham, yang berati tahu atau
mengerti, artinya mengetahui sesuatu atau mengerti benar akan sesuatu hal. Dalam hal ini pengertian memahami yaitu mengerti benar tentang sesuatu isi bacaan untuk mendapatkan informasi. Agar dapat memahami wacana dengan baik, diperlukan pengetahuan dan penguasaan kohesi dengan baik pula, yang tidak saja bergantung pada kaidahkaidah tata bahasa, tetapi juga pengetahuan pada proses penalaran. Menurut Yunus dkk dalam Makruf (2009:25) ada beberapa keterampilan dalam kemampuan memahami isi bacaan yaitu: a.
Kemampuan memberikan arti terhadap simbol.
b.
Kemampuan memahami sekumpulan huruf yang banyak, seperti frase, kalimat, alinea, sampai seluruh isi bacaan.
c.
Kemampuan membaca dalam beberapa pokok fikiran.
d.
Kemampuan memahami kata-kata dari konteksnya, dan memilih arti yang sesuai.
e.
Kemampuan mendapatkan arti kata-kata.
f.
Kemampuan menentukan pokok fikiran.
g.
Kemampuan memahami secara sistematis maksud dari penulis.
h.
Kemampuan mengambil kesimpulan.
16
i.
Kemampuan memahami tujuan.
j.
Kemampuan menganalisis yang dibaca, mengetahui gaya bahasa, (sastra) yang digunakan dan keadaan penulis serta tujuannya.
k.
Kemampuan menghafal pokok-pokok fikiran.
l.
Kemampuan menerapkan pemikiran dan menafsirkannya
2.5
Pengertian Wacana Arab Menurut Mulyana (2005 : 3) Secara etimologi istilah wacana berasal dari
bahasa Sansekerta wac/wak/uak yang memiliki arti „berkata‟ atau „berucap‟. Kemudian kata tersebut mengalami perubahan menjadi wacana. Kata „ana‟ yang berada di belakang adalah bentuk sufiks (akhiran) yang bermakna „membendakan‟ (nominalisasi). Jadi kata wacana dapat dikatakan sebagai perkataan atau tuturan. Wacana adalah satuan bahasa yang paling lengkap, lebih tinggi dari klausa dan kalimat, memiliki kohesi dan koherensi yang baik, mempunyai awal dan akhir yang jelas, berkesinambungan dan dapat disampaikan secara lisan atau tertulis. Istilah wacana dalam bahasa Inggris yaitu discourse. Discourse berasal dari bahasa latin discursus yang berarti kian kemari (yang diturunkan dari dis„dari, dalam arah yang berbeda‟, dan currure „lari‟). Menurut Al-Khuli (1982 : 6) wacana disebut dengan س٠ دذ/hadīsun/ “wacana”, yaitu
َك اٌىال٠ اٌغاِغ ػٓ ؽشٌٝ إٝظاي اٌّؼ٠ اٛ٘ س٠اٌذذ
17
/al-hadīśu huwa īṣālu al-ma‟nā ilā as-sāmi‟i „an tarīqi al-kalāmi/ „Wacana adalah menyampaikan pesan yang bermakna kepada pendengar (pembaca) melalui bahasa atau kata-kata‟. Menurut Sumarlan (2003 :15) wacana adalah satuan bahasa terlengkap yang dinyatakan secara lisan seperti pidato, ceramah, khutbah, dan dialog, atau secara tertulis seperti cerpen, novel, buku, surat, dan dokumen tertulis, yang dilihat dari struktur lahirnya (dari segi bentuk) bersifat kohesif, saling terkait dan dari struktur batinnya (dari segi makna) bersifat koheren, terpadu.
2.6
Jenis Wacana Menurut Sumarlan (2003:15) wacana dapat diklasifikasikan menjadi
berbagai jenis menurut dasar pengklasifikasiannya. Misalnya berdasarkan bahasanya, media yang dipakai untuk mengungkapkan, jenis pemakaian, bentuk serta cara dan tujuan pemaparannya. Berdasarkan bahasa yang dipakai sebagai sarana untuk mengungkapkannya, wacana dapat diklasifikasikan menjadi : a.
Wacana bahasa nasional (Indonesia)
b.
Wacana bahasa lokal atau daerah (bahasa Jawa, Bali, Sunda, Madura dan sebagainya)
c.
Wacana bahasa internasional (Inggris)
d.
Wacana bahasa lainnya, seperti bahasa Belanda, Jerman, Perancis dan sebagainya. Berdasakan media yang digunakan wacana maka wacana dibedakan
menjadi :
18
a.
Wacana tulis, yaitu wacana yang disampaikan dengan bahasa tulis atau melalui media tulis.
b.
Wacana lisan, yaitu wacana yang disampaikan dengan bahasa lisan atau media lisan. Berdasarkan sifat atau jenis pemakaiannya wacana dapat dibedakan
menjadi : a.
Wacana monolog, yaitu wacana yang disampaikan oleh seorang diri tanpa melibatkan orang lain untuk ikut berpartisipasi secara langsung.
b.
Wacana dialog, yaitu wacana atau percakapan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih secara langsung. Berdasarkan bentuknya, wacana dapat diklasifikasikan menjadi tiga
bentuk, yaitu : a.
Wacana prosa, yaitu wacana yang disampaikan dalam bentuk prosa. Wacana berbentuk prosa ini dapat berupa wacana tulis dan wacana lisan. Contoh wacana prosa tulis misalnya cerita pendek, cerita bersambung, novel, artikel dan undang-undang.
b.
Wacana puisi, yaitu wacana yang disampaikan dalam bentuk puisi.
c.
Wacana drama, yaitu wacana yang disampaikan dalam bentuk drama, dalam bentuk dialog, baik berupa wacana tulis maupun wacana lisan. Berdasarkan cara dan tujuan pemaparannya, pada umumnya wacana
diklasifikasikan menjadi lima macam, yaitu :
19
a.
Wacana narasi, yaitu wacana yang mementingkan urutan waktu, dituturkan oleh persona pertama atau ketiga dalam waktu tertentu.
b.
Wacana
deskripsi,
yaitu
wacana
yang
bertujuan
melukiskan,
menggambarkan atau memberikan sesuatu menurut apa adanya. c.
Wacana eksposisi atau wacana pembeberan, yaitu wacana yang tidak mementingkan waktu dan pelaku.
d.
Wacana argumentasi, yaitu wacana yang berisi idea tau gagasan yang dilengkapi dengan data-data sebagai bukti, dan bertujuan meyakinkan pembaca akan kebenaran dan ide atau gagasannya.
e.
Wacana persuasi, yaitu wacana yang isinya bersifat ajakan, atau nasihat, biasanya ringkas dan menarik serta bertujuan untuk mempengaruhi secara kuat pada pembaca atau pendengar agar melakukan nasihat atau ajakan tersebut. Dari berbagai jenis wacana diatas, dalam mengukur kemampuan
memahami wacana Arab Pada Mahasiswa Sastra Arab peneliti menggunakan wacana yang berbentuk narasi, yaitu wacana yang mementingkan urutan waktu, dituturkan oleh persona pertama atau ketiga dalam waktu tertentu.
2.7
Pengertian Qira ٴah
ِٓ ش١ اٌىصٍٝي ػٛاٌؼمً ٌٍذظٚ اٌزاوشجٚ اطٛح اٌذ٠ٛ ذمٍٝ اٌمذسج ػٟ٘ اٌمشاءج .اٌّؼشفح /al-qirā ٴatu hiya al-qudratu „alā taqwiyati al-hawāsi wa ażżākirati wa al-„aqli lilḥuṣūli „alā al-kaṡīri min al-ma‟rifati/ ‟Membaca adalah kemampuan untuk 20
memperkuat indra, memori dan pikiran untuk mendapatkan banyak pengetahuan. http://www.schoolArabia.net/toroq_tadrees_Arabi/reading/reading3a.htm.
2.7.1 أوىاع القراءج/an-wā‟u al-qirā ٴati/ Pembagian Qira ٴah
a.
القراءج الجهريّح/Al-qirā ٴatu al-jahriyyatu /‟Membaca Nyaring‟
إدسانٚ ح١ص اٌىراتِٛ اٌشٍٝاعطح اٌثظش ػٛ ذؼشف تٍٝ لشاءج ذشرًّ ػٟ٘ ّح٠شٙاٌمشاءج اٌج .ٞشٙخ جٛش تظ١ا اٌرؼثٙ١ٍذ ػ٠ذضٚ اٙ١ٔ ٌّؼاٍٟػم /al-qirā ٴatu al-jahriyatu hiya qirā ٴatu tasytamilu ‟alā ta‟rifi biwāЅiţatin al-baṣari „alā ar-ramuzi al-kitabiyati wa „idrāku ‟aqlī lima‟ānīha wa tazīdu ‟alayha atta‟bīri biṣawtin jahrīyin./ ‟ Membaca nyaring adalah membaca yang mengandung pengetahuan dengan penglihatan terhadap simbol tertulis dari persepsi mental dan meningkatkan ekspresi dengan suara yang jelas‟.
b.
القراءج الصامتح/Al-qirā ٴatu as-ṣāmitatu/ „Membaca diam‟ ِٓ األفىاسٚ ٟٔ اٌّؼاٍٝء ػٞا اٌماسٙ١ذظً ف٠ ٟ اٌمشاءج اٌرٟ٘ اٌمشاءج اٌظاِرح ْٚدٚ ً واْ ٔطما ً خافراٌٛٚ إٌطكٚ أ، خْٛ االعرؼأح تؼٕظش اٌظٚتح دٛص اٌّىرِٛاٌش .اٌىٍّاخٚ فٚ اٌرّرح تاٌذشٚ أ، ٓ١ه اٌشفر٠ذذش
/al-qirā ٴatu as-ṩamitatu hiya al-qirā ٴatu al-latī yaḥṣulu fīhā al-qārī‟ ٴalā alma‟ānī wa al- ٴafkāri min ar-rumūzi al-maktūbati dūna al-isti‟ānati bi‟unsuri asṣawti, aw an-naţqi walau kāna naṭqān khāfatān wa dūna taḥrīku a-syafatayni aw
21
at-tamtatu bilḥurūfi wa al-kalimāti/‟Membaca diam adalah membaca yang dilakukan pembaca untuk mendapatkan pengetahuan, ide-ide dari simbol-simbol tertulis
tanpa
adanya
unsur
suara,
dan
tanpa
gerakan
bibir‟.
http://www.academia.edu/8051587/Qiraah_Reading_Membaca_Catatan_Lama Menurut Hermawan (2013:144) Membaca secara garis besarnya terbagi ke dalam dua bagian, yaitu membaca nyaring
ّح٠شٙاٌمشاءج اٌج/al-qira‟atu al-
jahriyyatu/ dan membaca dalam hati اٌمشاءج اٌظاِرح/al-qira‟atu al-ṣamitatu/.
1.
Membaca Nyaring
ّح٠شٙاٌمشاءج اٌج/al-qira‟atu al-jahriyyatu/ (membaca
bersuara) Membaca nyaring adalah membaca dengan melafalkan atau meyuarakan simbol-simbol tertulis berupa kata-kata atau kalimat yang dibaca. 2.
Membaca Dalam Hati Membaca diam اٌمشاءج اٌظاِرح/al-qiraatu al-ṣamitatu/ atau disebut juga
membaca dalam hati lazim dikenal dengan membaca pemahaman, yaitu membaca dengan tidak melafalkan simbol-simbol tertulis berupa kata-kata atau kalimat yang dibaca, melainkan hanya mengandalkan kecermatan eksplorasi visual. Menurtu Tarigan (1979:32) dalam garis besarnya, membaca dalam hati dapat dibagi atas : 1.
Membaca Ekstensif Membaca ekstensif berarti membaca secara luas. Objeknya meliputi
sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat mungkin. Kegiatan membaca
22
ekstensif adalah untuk memahami isi yang penting-penting dengan cepat sehingga dengan demikian membaca secara efisien dapat terlaksana. Membaca Ekstensif terbagi lagi atas beberapa bagian yaitu, membaca survey (survey reading), membaca sekilas (skimming), membaca dangkal (Superficial reading). a.
Membaca Survei, sebelum membaca biasanya kita meneliti terlebih dahulu apa yang akan kita telaah.
b.
Membaca sekilas atau skimming adalah sejenis membaca yang membuat mata kita terus bergerak dengan cepat melihat, memperhatikan bahan tertulis untuk mencari serta mendapatkan informasi, penerangan.
c.
Membaca dangkal atau superficial reading bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang dangkal yang bersifat luaran, yang tidak mendalam dari suatu bahan bacaan.
2.
Membaca Intensif Yang dimaksud dengan membaca intensif atau intensive reading adalah
studi seksama, telaah teliti,dan penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas yang pendeknya kira-kira dua sampai empat halaman setiap hari.
2.7.2 Pengertian judul, ide pokok, gagasan penjelas dan kohesi a.
Judul
23
Menurut KLBI (tanpa tahun:476) dijelaskan judul adalah nama yang dipakai untuk buku atau bab dalam buku yang dapat menyiratkan secara pendek isi atau maksud buku atau bab itu/ kepala karangan (cerita, drama, dsb) tajuk. Contoh penelitian ini dalam menentukan tema/ judul adalah sebagai berikut :
ْذذسعاٚ ،ادذٚ ٟ ّ دّٟا ذغىٕاْ فٙ ف،شج١اء وص١ أشٟاْ فٙ ذرشات،ْمرا٠ُ طذ٠ ِشٚ ٕة٠ص .ٕح جذّا١ُّ ع٠ِشٚ ،فح جذّا١ٕة ٔذ٠ فض، أِش اخشّٟا ذخرٍفاْ فٌّٕٙىٚ ،ادذجٚ جاِؼحٟف ا الّٕٙ ٌىٚ ،فح١ْ ٔذُٛ أْ ذى٠ذ ِش٠ذشٚ .غ١ا ال ذغرطّٕٙ ٌىٚ ،ٕح١ّْ عٕٛة أْ ذى٠ذ ص٠ذش .غ١ذغرط /zainabu wa maryamu ṣadiqātāni, tatasyabahāni fī asyyā‟ kaṡīratin, fahumā taskunāni fī hayyin wāhidin, wa tadrusāni fī jāmi‟atin wāhidatin, wa lakinnahumā takhtalifāni fī amrin akhōrin, fazainab naḥītin jiddan, wa maryamu Ѕamīnatun jiddan. Turīdu zainab ٴan takūna Ѕamīnatan, wa lakinnahā lā taЅtaţi‟a. wa turīdu maryamu ٴan takūna naḥīfatan, wa lakinnahā lā taЅtaţi‟a/ „Zainab dan maryan bersahabat,mereka sama dalam banyak hal, tinggal dalam satu tempat, belajar di dalam satu Universitas.tetapi mereka berbeda dalam hal yang lain, Zainab terlalu kurus, dan maryam terlalu gemuk. Zainab ingin gemuk, tetapi tidak bisa, dan maryam ingin kurus tetapi tidak bisa.
ػغ ِٓ ٘زا إٌض؟ٌِّٛا ا /mā al-mauḍū‟ min żālika an-nāṣ?
ْاٙمراْ ذرشات٠أ ) طذ
24
/ṣadīqatāni tatasyabahāni/
ْمرا٠ُ طذ٠ ِشٚ ٕة٠ب) ص /zainabu wa maryamu/
فح١ ٔذٚ ٕح١ّض) ع /Ѕamīnatun wa naḥītin/
شج١اء وص١ أشٟاْ فٙد) ذرشات /tatasyabahāni fī asyyā‟ kaṡīratin/ Judul wacana diatas adalah ْمرا٠ُ طذ٠ ِشٚ ٕة٠ص
b.
Ide pokok Ide pokok atau gagasan utama adalah gagasan yang mendasari
pembuatan sebuah paragraf. Ide pokok inilah yang kemudian dikembangkan lagi oleh ide penjelas sehingga menjadi paragraf yang utuh. Contoh penelitian ini dalam menentukan ide pokok adalah sebagai berikut :
٘زا إٌض؟ٌٝٚه ِٓ فمشج اال٠ِا سأ /mā ra‟yuka min fiqrati al-„ūla hażā an-naṣ?/ ُ٠ ِشٚ ٕة٠أ ) ص /zainabu wa maryamu/
ْ ذخرٍفاٚ ْاٙمراْ ذرشات٠ب) طذ
25
/ṣadiqātāni, tatasyabahāni wa takhtalifāni/
فح١ ٔذٚ ٕح١ّض) ع /Ѕamīnatun wa naḥītin/
أِش اخشٟد) ذخرٍفاْ ف /takhtalifāni fī „amrin akhorin/ Ide pokok dalam wacana pada paragraf pertama diatas adalah ْمرا٠طذ
ْ ذخرٍفاٚ ْاٙ ذرشاتterdapat pada awal paragraf.
c.
Gagasan penjelas Ide penjelas atau Gagasan penjelas adalah gagasan yang menjelaskan ide
pokok. Contoh penelitian ini dalam menentukan gagasan penjelas adalah sebagai berikut :
ّح؟١ٔ فمشج اٌصّاٟخ ف١ػِٛا أفىاس اٌر /mā „afkāru at-taudīḥ fī fiqrati as-ṡāniyati?/
َشا ِٓ اٌطؼا١ي وصٕٚة ذرٕا٠أ ) أخزخ ص /akhożat zainabu tatanāwalu kaṣirān min at-ṭā‟ami/
اػح٠اٌش ّ ٕة٠ب) ٌُ ذّاسط ص /lam tumārisu zainabu ar-riyāḍata/
26
فح١ض) ظٍّد ٔذ /ẓallat naḥifatan/
ٕح١ّد) ظٍّد ع /ẓallat Ѕamīnatan/ Gagasan penjelas dalam wacana pada paragraf kedua diatas adalah أخزخ
َشا ِٓ اٌطؼا١ي وصٕٚة ذرٕا٠ صterletak setelah ide pokok paragraf. d.
Kohesi Menurut Kushartanti, dkk (2005:96) kohesi adalah keadaaan unsur-unsur
bahasa yangn saling merujuk dan berkaitan secara semantis. Dengan kohesi, sebuah wacana menjadi padu, setiap bagian pembentuk wacana mengikat antara bagian satu dengan bagian yang lainnya. Dalam penelitian ini peneliti meminta mahasiswa untuk menentukan kohesi leksikal yang meliputi pengulangan, sinonim, antonim dan hiponim. Contoh penelitian ini dalam menentukan kohesi (antonim) adalah sebagai berikut :
)ّ ذذ ّي ِٓ ذّاعه؟ (ػذِٟا اٌىٍّح اٌر /mā al-kalimatu al-latī tadullu min tamāsukin? (diddun)/ غ١أ ) ال ذغرط /lā taЅtaṭī‟u/
27
فح١ ٔذٚ ٕح١ّب) ع /Ѕamīnatun wa naḥītin/
ْاٙمراْ ذرشات٠ض) طذ /ṣadiqātāni, tatasyabahāni/
ُ٠ ِشٚ ٕة٠د) ص /zainabu wa maryamu/ Kohesi yang menunjukkan antonim dalam wacana tersebut adalah فح١ ٔذٚ
ٕح١ّع
28