BAB II TINJAUAN PUSAKA
2.1
Komunikasi Massa
2.1.1
Pengertian Komunikasi Massa
Banyak Sekali definisi tentang pengertian Komunikasi Massa Menurut beberapa ahli Komunikasi, Diantaranya seperti yang dikemukakan oleh Bittner, bahwa komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang.
Dari Definisi tersebut, maka diketahui bahwa media massa adalah alat utama yang digunakan dalam komunikasi massa. Media massa yang digunakan adalah media elektronik, media massa yang digunakan adalah media elektronik, media cetak, serta media film.
Adapun dari definisi Gerbner mengatakan bahwa komunikasi massa itu menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi. Produk itu disebarkan dan didistribusikan kepada khalayak luas secara terus menerus dalam jarak waktu yang tetap, misalnya harian,mingguan, atau bulanan.
Menyimak berbagai definisi komunikasi massa menurut para ahli komunikasi, dapat kita simpulkan bahwa definisi tersebut saling melengkapi satu
1
sama lain, dan memberikan gambaran yang jelas mengenai pengertian komunikasi massa. 1
2.1.2 Karakteristik Komunikasi Massa
Komunikasi massa berbeda dengan Komunikasi antar personal dan komunikasi kelompok. Perbedaannya terdapat dalam komponen-komponen yang terlibat di dalamnya, dan proses berlangsungnya komunikasi tersebut. Diantara karakteristik komunikasi massa adalah sebagai berikut :
1. Komunikasi Terlembagakan
Ciri Komunikasi massa yang pertama adalah komunikatornya, karena komunikasi massa itu melibatkan lembaga dan komunikatornya bergerak dalam organisasi yang kompleks.
Dalam media komunikasi berupa televisi, tentu banyak orang yang terlibat dalam proses produksinya seperti para juru kamera, para juru lampu, pengarah acara, bagian make-up,floor manager, dan lain-lain. Selain itu,peralatan yang digunakan lebih banyak serta dana yang diperlukan lebih besar. kesemua kronologis proses penyusunan ini sangat terlembaga dan kompleks.
1
Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala, dan Siti Karlinah, Komunikasi Massa , Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2007, hal.3
2
2. Pesan Bersifat Umum
Pesan Komunikasi massa bersifat umum, karena komunikasi massa ditujukan untuk semua orang. Maka pesan komunikasi massa yang dikemas dalam bentuk apapun harus memenuhi kriteria penting atau menarik, bagi sebagian besar komunikan
3. Komunikasi Mengutamakan Isi daripada hubungan
Salah satu prinsip komunikasi adalah bahwa komunikasi mempunyai dimensi isi yang menunjukkan isi komunikasi berupa apa yang dikatakan, dan dimensi hubungan yang menunjukkan bagaimana cara mengatakannya, dan mengisyaratkan bagaimana cara mengatakannya, dan mengisyaratkan bagaimana hubungan para peserta komunikasi
itu.
Dan yang terpenting adalah, seorang komunikator harus dapat menyusun pesan secara sistematis dan baik sesuai dengan jenis medianya, agar komunikannya bisa
memahami isi pesan tersebut.
4. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah
Dalam hal ini, kita mengetahui kelemahan yang dimiliki komunikasi massa karena komunikasinya melalui media massa, maka komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung. Dengan kata lain, komunikasi massa bersifat satu arah. Karena komunikator aktif menyampaikan pesan, dan komunikan pun aktif menerima pesan, namun diantaranya keduanya
3
tidak dapat melakukan dialog sebagaimana halnya terjadi dalam komunikasi antarpersonal
2.1.3 Model Komunikasi massa
1) Model Transmisi
Model transmisi memiliki pandangan bahwa komuunikasi adalah prosespengiriman atau transmisi sejumlah informasi atau pesan kepada penerima, dalam hal ini pesan sangat ditentukan oleh pengirim atau sumber lain. Definisi sederhana mengenai komunikasi massa sering kali mengikuti pengamatan lasswell (1948). bahwa studi komunikasi massa adalah suatu upaya untuk menjawab pertanyaan : Who say what, to whom, through what channel, and with what effect ?
Definisi Lasswell tersebut dianggap sebagai definisi awal mengenai komunikasi massa yang menyajikan urutan proses komunikasi yang bersifat linear. Definisi ini pada awalnya banyak digunakan sebagai definisi standar untuk menjelaskan pengertian komunikasi massa. Pandangan Westley dan Mclean ini memiliki tiga ciri penting, yaitu :
1. Media memiliki peran untuk melakukan pemilihan atau seleksi atas pesan apa saja yang dapat dikirimkan kepada audien. 2. Proses pemilihan pesan dilakukan atas pertimbangan pesan apa yang diinginkan audien dan pesan apa yang menarik audien.
4
3. komunikasi yang terjadi tidak bersifat purposive, dalam arti bahwa media massa tidak bertujuan untuk membujuk, mendidik dan tidak untuk memberikan informasi.
menurut model transmisi, komunikasi massa memiliki sifat yang dapat mengatur diri sendiri (self-regulating process) yang dipandu oleh kepentingan atau minat serta permintaan audien yang diketahui dari seleksi dan respons yang ditunjukkan atas pesan yang ditawarkan media massa.
2) Model Ritual
Model transmisi merupakam model yang berguna untuk menggambarkan komunikasi massa khususnya yang terkait dengan media massa, misalnya untuk menggambarkan proses komunikasi dalam penayangan program berita atau iklan, namun menurut McQuail, model transmisi tidaklah memadai dan bahkan menyesatkan untuk menggambarkan proses komunikasi lainnya, yang hanya melihat pada aspek pemindahan pesan saja. James Carey (1975) menyatakan bahwa model transmisi merupakan hal yang paling umum dalam kebudayaan kita dan model ini dibatasi oleh syarat-syarat, seperti pengiriman, transmisi atau memberikan informasi kepada orang lain . Model ini terbentuk dari kiasan geografis atau transportasi .
3) Model Publisitas
Sebagaimana dikemukanan Elliot (1972) bahwa komunikasi massa model Publisitas ini sama sekali bukanlah suatu bentuk komunikasi massa jika
5
komunikasi massa mensyaratkan adanya pengiriman makna (transfer of meaning), model publisitas menganggap audien media sebagai penonton daripada penerima informasi. 2
2.1.3.1 Media Massa •
Technological Determinism (Marshall McLuhan)
Menurut Marshall Mcluhan, teknologi media telah menciptakan revolusi di tengah masyarakat karena masyarakat sudah sangat tergantung kepada teknologi dan tatanan masyarakat terbentuk berdasarkan pada kemampuan masyarakat menggunakan teknologi.Ia melihat media berperan menciptakan dan mengelola budaya.
Menurut McLuhan,teknologi komunikasi menjadi penyebab utama perubahan budaya. Kehidupan keluarga, lingkungan kerja, sekolah, rumah sakit, pertemanan, kegiatan keagamaan, rekreasi,dan politik, semuanya terpengaruh teknologi komunikasi. menurutnya, setiap penemuan teknologi baru, mulai dari penemuan huruf, penemuan mesin cetak hingga media elektronik mempengaruhi institusi budaya masyarakat.
McLuhan memandang Penemuan teknologi sebagai hal yang sangat vital karena menjadi kepanjangan atau eksensi dari kekuatan pengetahuan (Kognitif) dan persepsi pikiran manusia. Ia menyebut 'buku' sebagai kepanjangan dari mata,roda 2
Morissan, M.A, Dr.Andy Corry Wardhani, M.Si , Dr.Farid Hamid U,M.Si, Ibid ,Hal - 12
6
atau ban sebagai ekstensi dari kaki, pakaian sebagai kepanjangan dari kulit,jaringan elektronik (khususnya komputer) sebagai ekstensi dari sistem saraf manusia. Contoh-contoh tersebut menunjukkan bahwa McLuhan menolak pengertian atau definisi sempit mengenai media.
3
Blumer (1939) dalam Bungin (2006:98), Mengemukakan ada empat komponen sosiologis yang mengandung arti media massa, yaitu : 4
1. Anggota Massa adalah orang-orang dari posisi kelas sosial yang berbeda,jenis pekerjaan belainan, dengan latar belakang budaya yang bermacam-macam, serta tingkat kekayaan yang beraneka atau berasal dari segala kehidupan dan dari seluruh tingkatan sosial. 2. Massa terdiri dari individu-individu yang anonim 3. Biasanya secara fisik anggota massa terpisah satu sama lainnya dan hanya terdapat sedikit interaksi atau penukaran pengalaman antar anggotaanggota massa yang dimaksud 4. Keorganisasian dari suatu massa bersifat longgar dan tidak mampu untuk bertindak bersama atau secara kesatuan,seperti hanya suatu kerumunan (Crowd)
3 4
Ibid. Hal - 31 Apriadi Tamburaka , Agenda Setting, Media Massa , Rajawali Pers, jakarta, 2012. Hal-13
7
2.1.3.2 Media Panas dan Dingin
McLuhan membagi media menjadi dua jenis, yaitu 'media panas' (hot media) serta 'media dingin' (cool media). Media panas adalah media yang tidak menuntut perhatian besar dari pendengar,pembaca atau penonton (audien) media bersangkutan. Menurut McLuhan, Media panas merupakan komunikasi definisi tinggi (High-definition Communication) yang menyediakan data sensorik lengkap yang dapat diterima indra manusia; dalam menggunakan media ini, audien tidak dituntut untuk menggunakan daya imajinasinya atau dengan kata lain, sangat sedikit sekali daya imajinasi yang dibutuhkan. Dengan demikian partisipasi audien dalam media panas sangatlah rendah karena makna dari informasi yang diterima audien sudah sangat lengkap dan jelas. Film adalah salah satu contoh media panas, Ketika seseorang menonton film di bioskop, misalnya, ia hanya duduk,menonton film,bahkan sambil makan dan minum, tidak ada upaya keras untuk menerima dan memahami informasi dari media tersebut. Media panas memberikan audien apa yang dibutuhkan dalam hal ini hiburan
Untuk menjelaskan gagasan mengenai media panas dan dingin ini, McLuhan mengambil contoh pada debat calon presiden AS pada tahun 1960 antara Jhon F.Kennedy dan Richard Nixon. McLuhan menemukan bahwa audien yang menonton debat melalui televisi alkan memenangkan kennedy karena media tersebut mampu menunjukan dengan baik karakter dan pesona yang dimilikinya,sedangkan audien yang mengikuti debat melaui radio memenangkan
8
nixon karena media tersebut mampu menutupi kelemahan Nixon yang mudah berkeringat. 5
2.1.4 Media Massa dan Masyarakat
Di Setiap masyarakat, Mulai dari yang paling primitif hingga yang terkompleks, sistem komunikasi menjalankan empat fungsi. Harold Lasswell telah mendefinisikan tiga diantaranya : Penjagaan lingkungan yang mendukung ; pengaitan berbagai komponen masyarakat agar dapat menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan; serta pengalihan warisan sosial. Wilbur Schramm menggunakan istilah yang lebih sederhana, yakni sistem komunikasi sebagai penjaga, forum dan guru. Ia dan sejumlah pakar menambahkan fungsi keempat : Sumber hiburan.
2.2
Film 2.2.1
Pengertian Film
Dalam undang undang No.08 tahun 1992 tentang perfilman yang disusun oleh BP2N (Badan Pertimbangan Perfilman Nasional), Film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa. Audio Visual yang dibuat berdasarkan asas sinematografi yang direkam pada pita dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses elektronik atau proses lainnya, dengan
5
Morissan, M.A, Dr.Andy Corry Wardhani, M.Si , Dr.Farid Hamid U,M.Si, Ibid. Hal - 37
9
atau tanpa suara yang dapat dipertunjukan dan atau ditayangkan dengan sistem proyeksi, mekanik, elektronik dan sistem lainnya 6 2.2.2
Fungsi Film
Seperti halnya televisi siaran, tujuan khalayak menonton film terutama adalah ingin memperoleh hiburan. Akan tetapi dalam film dapat terkandung fungsi informatif maupun edukatif, bahkan persuasif. Hal ini pun sejalan dengan misi perfilman nasional sejak tahun 1979, bahwa selain sebagai media hiburan, film nasional dapat digunakan sebagai media edukasi untuk pembinaan generasi muda dalam rangka nation and character building (Effendy, 1981 : 212).\ 2.2.3
Unsur-Unsur Film
Sebenarnya, Unsur-unsur teknis film itu hanya ada dua yaitu unsur audio dan unsur video atau visual. Unsur audio atau sura ini terdiri atas unsur monolog, dialog dan sound effect atau efek suara. Sementara, Unsur visual meliputi ; angle, lightning, teknik pengambilan gambar dan setting atau latar.
1. Unsur Audio
:
a) Monolog dan Dialog Monolog dan dialog berisi kata-kata. Dialog dapan digunakan untuk menjelaskan perihal tokoh dan peran, menggerakkan plot maju dan membuka fakta. Seperti dalam pertunjukkan teater, drama atau dalam cerpen dan novel, monolog dan dialog yang digunakan dalam film juga dapat menggunakan satu bahasa atau lebih, bercampuran.
6
UU No. 08 Tahun 1992,Perfilman, KPI
10
b) Sound Effect Sound Effect atau efek suara adalah bunyian khusus yang digunakan untuk melatarbelakangi adegan yang berfungsi sebagai penunjang sebuah gambar untuk membentuk nilai dramatik dan estetika sebuah adegan. Sound effect berupa musik ilustrasi, musik atau lagu yang jadi sound track, atau suara lainnya.
2. Unsur Video
:
a) Angle Kamera Angle Kamera dibedakan menurut karakteristik dari gambat yang dihasilkan, setidaknya ada 3 pola ; i.
Straight Angle, Yaitu sudut pengambilan gambar yang normal, Biasanya ketinggian kamera setinggi dada dan sering digunakan pada acara yang gambarnya tetap seperti pembacaan berita. Angle seperti ini mengesankan situasi yang normal.
ii.
Low Angle Yaitu sudut pengambilan gambar dari tempat yang letaknya lebih rendah dari objek. Hal ini membuat seseorang nampak kelihatan mempunyai kekuatan yang menonjol dan akan terlihat kekuasaannya,
iii.
High Angle
11
Yaitu sudut pengambilan gambar dari tempat yang lebih tinggi dari objek. Hasilnya, obyek akan terlihat jauh di bawah penonton. b) Lighting Lighting adalah tata lampu dalam film ada dua cahaya yang dipakai dalam produksi yaitu natural light atau pencahayaan alami. Misalnya dari sinar matahari dan cahaya bulan di malam hari. Dan artifical light yaitu cahaya buatan misalnya lampu jalan, lampu kendaraan, api unggun, lampu kamera, atau lampu yang dibuat secara khusus untuk mendukung pembuatan flm. c) Teknik Pengambilan Gambar Teknik pengambilan gambar pada dasarnya adalah cara yang digunakan dalam pengambilan atau perlakuan kamera. Ini juga merupakan salah satu hal yang penting dalam proses penciptaan visualisasi simbolik yang terdapat pada film, dimana proses tersebut akan dapat mempengaruhi hasil gambar yang diinginkan, apakah ingin menampilkan karakter tokoh, ekspresi wajah dan setting yang ada dalam sebuah film. 7
2.2.4
Karakteristik Film
Faktor-faktor yang dapat menunjukkan karakteristik film adalah layar lebar, pengambilan gambar, kosentrasi penuh dan identifikasi psikologis. a. Layar yang Luas/Lebar
7
Teguh Trianto, Film Sebagai Media Belajar , Graha Ilmu, Yogyakarta, 2013. Hal.70-73
12
Film dan televisi sama-sama menggunakan layar, namun kelebihan media film adalah layarnya yang berukuran luas. Saat ini ada layar televisi yang berukuran jumbo, yang bisa digunakan pada saat-saat khusus dan biasanya di ruangan terbuka, Apalagi dengan adanya kemajuan teknologi, layar film bioskop pada umumnya sudah tiga dimensi, sehingga pononton seolaholah melihat kejadian nyata dan tidak berjarak.
b. Pengambilan gambar Sebagai konsekuensi layar lebar, maka pengambilan gambar atau shot dalam film bioskop memungkinkan dari jarak jauh atau extreme long shot, dan panoramic shot, yakni pengambilan pemandangan menyeluruh. Shot tersebut dipakai untuk memberi kesan artistik dan suasana yang sesungguhnya.
c. Kosentrasi penuh Dari pengalaman kita masing-masing, di saat kita menonton film di bioskop, bila tempat duduk sudah penuh atau waktu main sudah tiba, pintu-pintu ditutup, lampu dimatikan, tampak di depan layar luas dengan gambar-gambar cerita film tersebut. d. Identifikasi Psikologis Kita semua dapat merasakan bahwa suasana di gedung bioskop telah membuat pikiran dan perasaan kita larut dalam cerita yang disajikan.
13
Karena penghayatan kita yang amat mendalam, seringkali secara tidak sadar kita menyamakan (menidentifikasikan) pribadi kita dengan salah seorang pemeran dalam film itu, sehingga seolah-olah kita lah yang sedang berperan. 8
2.2.5
Jenis-jenis Film
1. Film Dokumenter Genre
dokumenter
adalah
film
yang
isinya
merupakan
dokumentasi dari sebuah peristiwa faktual dan nyata. Film dokumenter menurut Sumarno, selain mengandung fakta, ia juga mengandung subjektivitas si pembuat. Film ini berpijak pada realitas yang hal-hal senyata mungkin. 9
2. Film Cerita Pendek (Short Films) Durasi Film pendek biasanya di bawah 60 menit. Di banyak negara seperti jerman Australia, Kanada, dan Amerika serikat, Film cerita pendek dijadikan
laboraturium
eksperimen
dan
batu
loncatan
bagi
seseorang/kelompok orang untuk kemudian memproduksi film cerita pendek. 3. Film Cerita panjang (Feature-Legth Films)
8
Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala, dan Siti Karlinah, Komunikasi Massa , Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2007. hal.145-147 9 Teguh Trianto, Film Sebagai Media Belajar , Graha Ilmu ,Yogyakarta, 2013. Hal-25
14
Film dengan durasi lebih dari 60 menit lazimnya berdurasi 90-100 menit. Film yang diputar di bioskop umumnya termasuk dalam kelompok ini. Beberapa film, misalnya Dance with wolves, bahkan berdurasi lebih 120 menit. 10
2.2.6
Jenis-jenis Genre Film
a) Action Film Istilah ini selalu dikaitkan dengan adegan berkelahi, kebut-kebutan, dan tembak-menembak. Film ini secara sederhana disebut sebagai film action yang berisi pertarungan fisik antara tokoh protagonis dan antagonis. b) Film Drama Film ini menyuguhkan adegan-adegan yang menonjolkan sisi human interest atau rasa kemanusiaan. Tujuannya adalah menyentuh perasaan simpati dan empati penonton sehingga meresapi kejadian yang menimpa tokohnya. c) Film Comedy Film ini selalu menawarkan sesuatu yang membuat penontonya tersenyum bahkan tertawa. Biasanya adegan dalam komedi merupakan sindiran dari suatu kejadian atau fenomena yang sedang terjadi. 11
10 11
Heru Effendy, Mari Membuat Film , Jakarta,2009. Hal.4 Teguh Trianto, Ibid, Hal.30
15
2.3
Camera Angle Ukuran pengambilan gambar selalu dikaitkan dengan ukuran tubuh
manusia, namun penerapan ukuran ini juga berlaku pada benda lain, tinggal menyesuaikan ukurannya saja berikut sembilan shot sizes ( ukuran gambar ) tersebut : 12 I.
Extreme long shot (ELS). Ukuran gambar ELS merupakan kekuatan yang ingin menetapkan suatu ( peristiwa,pemandangan) yang sangat-sangat jauh, panjang dan luas berdimensi lebar. ELS biasa digunakan untuk komposisi gambar indah pada sebuah panorama.
II.
Very long shot (VLS). Gambar-gambar opening scene atau bridging scene dimana pemirsa di visualkan adegan kolosal kota metropolitan, dan sebagainya. Posisi kamera diletakkan beragam seperti top angle dari helikopter mengunakan crane atau jimmy jib.
III.
Long shot (LS). Keseluruhan gambaran dari pokok materi dilihat dari kepala ke kaki atau gambar manusia seutuhnya. LS dikenal sebagai landscape format yang mengantarkan mata penonton kepada keluasan suatu suasana dan objek.
IV.
Medium long shot (MLS). Ini yang ditembak memotong pokok materi dari lutut sampi puncak kepala pokok materi.
V.
Medium Shot (MS). Gambar ini diambil dari pinggul pokok materi sampai pada kepala pokok materi. Ukukran MS, biasa digunakan sebagai kompisisi gambar terbaik untuk wawancara.
12
Andi Fachruddin, Dasar-dasar produksi Televisi, Kencana, jakarta 2012, Hal-148
16
VI.
Middle close up (MCU). Dari dada pokok materi sampai puncak kepala. MS dapat dikategorikan sebagai komposisi "potret setengah badan" dengan keleluasaan background yang masih bisa dinikmati.
VII.
Close up (CU). Meliput wajah dari keseluruhan dari pokok materi. Objek menjadi titik perhatian utama dalam pengambilan gambar dan latar belakang hanya terlihat sedikit.
VIII.
Big Close Up (BCU). Lebih tajam dari CU, yang mampu mengungkapkan kedalaman pandangan mata, kebencian, raut muka, dan emosional wajah.
IX.
Extreme Close Up (ECU). Kekuatan ECU pada kedekatan dan ketajaman yang hanya fokus pada satu objek. paling sering digunakan untuk memperhebat emosi dari suatu pertunjukan musik atau situasi yang dramatis. 2.3.1
Komposisi
Komposisi ganbar adalah pengaturan/Penataan dan penempatan unsurunsur gambar ke dalam frame (bingkai) gambar. Sedangkan framming merupakan unsur-unsur gambar ke dalam frame yang bertujuan menempatkan objek pada komposisi yang baik, serta terpenihunya unsur keseimbangan frame kiri dan kanan, atas dan bawah dalam pengelompokan: 13 a) Triangulasi Pusat perhatian di tempatkan pada puncak segitiga bagian-bagian lainnya ditempatkan pada pangkal dasar suatu komposisi. Keseimbangan sisi kiri
13
Andi Fachrudin , Ibid, Hal-152
17
dan kanan objek serta atas dengan background yang mengesankan objek menjadi elegan dan enak dipandang. b) The Rule of Thirds ( The Golden Mean ) Pedoman dalam penempatan unsur-unsur gambar dalam frame yang dibagi atas tiga bagian secara vertical dan tiga bagian secara horizontal. c) Walking Room/ Lead Room Ruang yang menunjukkan arah jalan objek sampai tepi/frame, ruang depan lebih luas dua kali dibanding ruang belakang ( 30-50% ). Teknik pengambilan gambar dengan memberikan sisa jarak ketika seseorang bergerak ke arah tertentu. d) Looking Room/ Nose Room Jarak pandang objek ke depan dengan perbandingan dua bagian depan satu bagian ke belakang (30-50%). e) Head Room Teknik pengambilan gambar ini, ruang dari atas kepala sampai atas tepi atas frame, ruang bagian ini seperempat dari kepala objek. f) Aerial Shot Pengambilan gambar daratan dari udara dengan meletakkan posisi kamera pada pesawat udara, fungsi pengambilan gambar ini untuk melihat suasana dibawah daratan secara menyeluruh dan leluasa. g) Over the Shoulder Shot (OSS) Pengambilan gambar dimana kamera berada di belakang bahu salah satu pelaku/dibelakang objek yang membelakangi, dan tampak di dalam frame.
18
h) Establishing Shot (ES) Pengambilan shoot yang menampilkan keseluruhan objek ditambah dengan ruang disekitarnya sebagai pemandangan atau suatu tempat untuk memberi orientasi dimana peristiwa atau bagamana adegan itu terjadi. i) Point of View (POV) Teknik pengambilan gambar yang menghasilkan arah pandang pelaku atau objek utama dalam frame.
2.3.2
Continuity (Kesinambungan Gambar) Continuity adalah teknik penggabungan/pemotongan gambar
(kesinambungan gambar) untuk mengikuti suatu aksi melalui satu patokan tertentu. Adapun beberapa bentuk continuity yang di gunakan adalah sebagai berikut : 14 a) One scene three shot continuity direction Penggabungan /kesinambungan gambar dalam satu scene yang terdiri dari tiga shot dengan continuity dari gambar fokus objek OSS, dilanjutkan OSS lawan mainnya dan diakhiri dengan two shot dramatis b) Three shot continuity action, two objeck one moment Penggabungan/ kesinambungan gambar yang menyajikan aksi dua objek yang sedang beraktivitas dengan background statis pada suatu moment. c) Three shot continuous direction scene
14
Andi Fachruddin,Ibid, Hal-160
19
Penggabungan tiga shot gambar dalam satu scene yang memfokuskan masing-masing objek, saat sedang berinteraksi aktif secara terus menerus. diawali shot front middle side objek yang saling berhadapan dengan shot front middle right side, sehingga terlihat interaksinya, lalu diakhiri two shot kedua objek saling berhadapan. 2.4
Komunikasi Antar Pribadi Para ahli teori komunikasi mendefinisikan komunikasi antarpribadi secara
berbeda-beda. Bochner (1978) kita mendefinisikan komunikasi antarpribadi sebagai komunikasi yang berlangsung di antara dua orang yang mempunyai hubungan yang mantap dan jelas.Jadi, misalnya, komunikasi antar pribadi meliputi komunikasi yang terjadi antara pramuniaga dan pelanggan, anak dan ayah, dua orang dalam suatu wawancara, dan sebagainya. Dengan definisi ini hampir tidak mungkin ada komunikasi diadik (dua orang) yang bukan komunikasi antar pribadi. 15
Menurut LittleJohn (1990) memberikan definisi komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antara individu-individu. Agus M. Hardjana (2003:85) mengatakan, komunikasi interpersonal adalah interaksi tatap muka antar dua atau beberapa orang, dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara langsung pula. 16
15 16
Joseph A.Devito , Komunikasi Antar Manusia , Karisma , Tanggerang 2011,Hal-252 Suranto Aw, Komunikasi Interpersonal, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2011, Hal-3
20
2.4.1
Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata, entah lisan maupun tertulis. Komunikasi ini paling banyak dipakai dalam hubungan antarmanusia. Melalui kata-kata, mereka mengungkapkan perasaan, emosi, pemikiran, gagasan atau maksud mereka, menyampaikan fakta, data, dan informasi serta menjelaskannya, saling bertukar perasaan dan pemikiran, saling berdebat dan bertengkar. Dalam komunikasi verbal itu, bahasa memegang peranan penting. a. Bahasa Pada dasarnya bahasa adalah suatu sistem lambang yang memungkinkan orang berbagi makna. Dalam komunikasi verbal, lambang bahasa yang dipergunakan adalah bahasa verbal entah lisan, tertulis pada kertas, ataupun elektronik. b. Kata Kata merupakan unit lambang terkecil dalam bahasa. Kata adalah lambang yang melambangkan atau mewakili sesuatu hal, entah orang, barang, kejadian, atau keadaan, jadi kata itu bukan orang, barang, kejadian, atau keadaan sendiri. 17 2.4.2
Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non Verbal memiliki beberapa fungsi ( MIller et al, 2007), antara lain memberikan informasi. Melalui fungsi ini, seseorang dapat mengetahui informasi apa yang ada dibalik kata-kata yang disampaikan. Misal, walaupun 17
Agus M.Hardjana, Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal, KANISIUS, Yogyakarta, 2003, Hal-26
21
seseorang mengatakan dirinya cukup senang menjadi juara kedua, namun dari ekspresi wajahnya dapat tersirat adanya rasa sedih karena tidak berhasil menjadi juara pertama. Fungsi lainnya adalah mengatur atas informasi, yaitu bagaimana seseorang mengatur jalannya komunikasi. Ketika dua orang sedang berbicara dan nada lawan bicaranya menurun diakhir kata yang diucapkan, hal tersebut merupakan tanda bahwa lawan bicaranya akan berhenti bicara dan giliran dirinya untuk berbicara. Bahasa non Verbal dapat terungkap melalui beberapa saluran, seperti yang dikemukakan berikut ini.: 18 a) Ekspresi Wajah Ekspresi wajah dapat memberikan informasi pada orang lain tentang susasana hati dan emosi seseorang (Horestmann, 2003). Ada beberapa bentuk emosi dasar, seperti bahagia, sedih marah, takut, jijik dan terkejut.
Untuk
mengatur
dan
menyembunyikan
perasaan
yang
sesungguhnya dengan tepat ketika diungkapkan, terdapat norma-norma yang disebut display rules,
beberapa bentuknya yaitu intensify
(menampakkan emosi yang kuat), minimize (tidak terlalu menampakkan emosinya), neutralize (menunjukkan ekspresi wajah yang netral), dan mask (mengungkapkkan ekspresi wajah yang berbeda dengan perasaanya).
18
Dian Wishnuwardhani dan Sri Fatmawati Mashoedi, Hubungan Interpersonal, Salemba Humanika, Jakarta, 2011 hal.43-48
22
b) Tatapan Mata tatapan mata seseorang dengan lawan bicara dapat membantu menjelaskan
bagaimana
hubungan
keintiman
diantara
keduannya.
Sepasang kekasih dapat saling menatap dalam durasi yang cukup lama tanpa berbicara sepatah kata pun dan hal ini tidak terjadi pada hubungan yang
biasa-biasa
saja.
Tatapan
mata
yang
cukup
lama
dapat
mengkomunikasikan adanya minat. c) Gerakan Tubuh Gerakan tubuh akan membantu kita untuk dapat memahami yang dibicarakan oleh seseorang. Tidak seperti ekspresi wajah yang bersifat universal, pada gerakan tubuh pengaruh budaya sangat berperan pada pemaknaannya. Contoh, di amerika serikat apabila seseorang membentuk huruf O pada ibu jari dan telunjuk dan keempat jari tegak maka mengandung arti OK, berbeda dengan di jepang yang artinya uang.
d) Sentuhan Dua orang yang lebih saling menyentuh seiring dengan semakin lama mereka kenal dan menjadi dekat, serta intim ( Emmers & Dinda, 1995 ). Dengan demikian, sentuhan dapat mengungkapkan seberapa jauh kedekatan seseorang dengan orang lain. e) Jarak Interpersonal Jarak interpersonal yang dikenal dengan komunikasi ruang atau proksemik (Devito, 2009) merupakan bentuk komunikasi non verbal yang
23
berkaitan dengan penggunaan ruang ketika seseorang berkomunikasi dengan orang lain. Seseorang yang berbicara dengan jarak yang cukup dekat dengan lawan bicaranya (bila tangannya dijulurkan dapat menyentuh lawan bicaranya) menunjukkan adanya kedekatan diantara mereka.
2.5
Pengertian Semiotika Secara epitemologis, istilah semiotik berasal dari kata yunani semeion,
yang berarti "tanda". Tanda itu sendiri dedefinisikan suatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain dan dalam batas-batas tertentu. 19 Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Semiotika atau dalam istilah Barthes, semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan ( humanity ) memaknai hal-hal ( things ). Memaknai ( to sinify ) dalam hal ini tidak dapat dicampur adukan dengan mengkomsumsikan ( to sinify ) dalam hal ini tidak dapat dicampur adukan dengan mengkomunikasikan (to communicate) memaknai berarti bahwa objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda (barthes,1988:179;Kurniawan,2001:53) Dalam istilah semiotika sebagai suatu hubungan antara lima istilah : 20 S ( s,i,e,r,c )
19
Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika dan Analisis Framing. PT.Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001 hal.95 20 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.2006 hal 15
24
S adalah untuk semiotic relation (hubungan semiotika); s untuk sign (tanda); i untuk interpreter (penafsir); e untuk effect atau pengaruh (misalnya, suatu disposisi dalam i akan bereaksi dengan cara tertentu terhadap r pada kondisi tertentu c karena s); r untuk reference (rujukan); dan c untuk context (konteks) atau condisitions (kondisi).
2.5.1
Semiotika Charles Sander Pierce Bagi Pierce, tanda "smothing which stands to somebod for something in
some respect or capacity." Sesuatu yang digunakan agar tanda bisa berfungsi, oleh pierce disebut ground. Konsekuensinya, tanda (sign atau representamen) selalu terdapat dalam hubungan tradik, yakni ground, object, dan interpretant. Atas dasar hubungan ini, Pierce mengadakan klasifikasi tanda. 21 Pemahaman akan struktur semiosis menjadi dasar yang tidak bisa ditiadakan bagi penafsir dalam upaya mengembangkan pragmatisme. Seorang penafsir adalah yang berkedudukan sebagai peneliti, pengamat, dan pengkaji objek yang dipahaminya. Hubungan penalaran dengan jenis penandanya : a. Qualisms
: Penanda yang bertalian dengan kualitas,
b. Sinsigns
: Penanda yang bertalian dengan kenyataan,
c. Legisigns
: Penanda yang bertalian dengan kaidah.
Awalan Quali-, sin-, dan Legi-, disalurkan dari 'quality', 'Singular', dan 'lex' (Undang-undang, Hukum, dan peraturan ).
21
Alex Sobur, Ibid. hal.41
25
Qulaisign adalah tanda-tanda yang merupakan tanda berdasarkan suatu sifat.Contohnya ialah sifat "merah', maka merah digunakan sebagai tanda, misalnya, bagi sosialisme, untuk cinta (memberi mawar merah pada seseorang). Sinsign adalah tanda yang merupakan tanda dasar tampilnya dalam kenyataan. Semua pernyataan individual yang tidak dilembagakan dapat merupakan sinsign. Sebuah jeritan bisa berarti kesakitan, keheranan, langkah kakinya, tertawanya, nada dasar dalam suaranya. Semua itu merupakan sinsign, metafora yang digunakan satu kali adalah sisign. Legisign adalah tanda-tanda yang merupakan tanda atas dasar suatu peraturan yang berlaku umum, sebuah konvensi, sebuah kode. Tanda-tanda lalu lintas merupakan legisign. Hal itu juga dikatakan dari gerakan isyarat tradisional, seperti mengangguk 'ya', mengerutkan alis, berjabat tangan, dan sebagainya. 22 Pierce lebih jauh menjelaskan bahwa tipe-tipe tanda seperti ikon, indeks, dan simbol, memiliki nuansa-nuansa yang dapat dibedakan. Perbedaan antara ikon, indeks dan simbol secara lebih jelas dapat dilihat pada contoh dengan objek " Kucing" berikut ini : 23 Ikonis a. Lukisan Kucing
Indeksikal a.Suara Kucing
b. Gambar Kucing
b.Suara Langkah-langkah Kucing c. Bau Kucing d. Gerak Kucing
c. Patung Kucing d. Foto Kucing e. Sketsa Kucing
Simbolis a.Diucapkannya kata kucing b. Makna Gambar Kucing c. Makna Suara Kucing d. Makna Bau Kucing e. Makna Gerak Kucing
22
Alex Sobur, Ibid. hal.98 Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika dan Analisis Framing. PT.Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001 hal.99
23
26
Tabel 2.1 Berdasarkan interpretasi, tanda (sign, representamen) dibagi atas rheme, dicent sign atau decisign dan argument. Rheme adalah tanda yang memungkinkan orang menafsirkan berdasarkan pilihan, 24
Sign
Object
Interpretant
Gambar 2.1 Triangle of Meanin Semiotika berangkat dari tiga elemen utama, yang disebut Pierce teori segitiga makna (triangle of meaning) : a. Tanda (Sign) Adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indera manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk hal lain diluar tanda itu sendiri. b. Acuan Tanda (Objek) Adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda. c. Pengguna Tanda (Interpretant)
24
Alex Sobur, Ibid.
27
Adalah konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkanya ke suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. 25
Berdasarkan berbagai klasifikasi klasifikasi tersebut, Pierce membagi tanda menjadi sepuluh jenis : 26 1. Qualisign, Yakni kualitas sejauh yang dimiliki tanda,kata keras menunjukkan kualitas tanda. 2. Iconic Sinsign, yakni tanda yang memperhatikan kemiripan. Contoh : Foto, diagram, peta dan tanda baca. 3. Rhematic Idenxical Sinsign, yakni tanda berdasarkan pengalaman langsung, yang secara langsung menarik perhatian karena kehadirannya disebabkan oleh sesuatu. Contoh : pantai yang sering merenggut nyawa orang yang mandi di situ akan dipasang bendera bergambar tengkorak yang bermakna berbahaya, dilarang mandi di sini. 4. Discent Sinsign, yakni tanda yang menginformasikan norma atau hukum. Misalnya, rambu lalu lintas. 5. Iconic Legisign, yakni tanda yang meninformasikan norma atas hukum. Misalnya, rambu lalu lintas. 6. Rhematic Idexical Lesgisign, yakni tanda yang mengacu kepada objek tertentu, misalnya kata ganti petunjuk. Seseorang bertanya, "mana buku itu?" dan di jawab, "itu"? 25 26
Alex Sobur, Ibid. hal.13 Alex Sobur, Ibid. hal.42
28
7. Discent Indexical Legisign, yakni tanda yang bermakna informasi dan menunjuk subjek informasi. Tanda berupa lampu merah yang berputarputar di atas mobil ambulans menandakan ada orang sakit atau orang yang celaka yang tengah dilarikan kerumah sakit. 8. Rhematic Symbol atau Symbolic Rheme, yakni tanda yang dihubungkan dengan objeknya melalui asosiasi ide umum. Misalnya, kita melihat gambar harimau. Lantas kita katakan, harimau. mengapa kita katakan demikian, karena ada asosiasi antara gambar dengan benda atau hewan yang kita lihat yang namanya harimau. 9. Discent Symbol atau proposition (proposisi) adalah tanda yang langsung menghubungkan dengan objek melalui asosiasi dalam otak. Kalau seseorang berkata,"Pergi!" penafsiran kita langsung berasosiasi pada otak, dan sertamerta kita pergi. Padahal proposisi yang kita dengar hanya kata. Kata-kata yang kita gunakan yang membentuk kalimat, semuanya adalah proposisi yang mengandung makna yang berasosiasi di dalam otak. 10. Argument, yakni tanda yang merupakan iferens seseorang terhadap sesuatu berdasarkan alasan tertentu. Seseorang berkata, "Gelap". Orang itu berkata gelap sebab ia menilai ruang itu cocok dikatakan gelap. Dengan demikian argumen merupakan tanda yang berisi penilaian atau alasan, mengapa seseorang berkata begitu. tentu saja penilaian tersebut mengandung kebenaran.
29
2.6
Representasi Representasi adalah konsep yang mempunyai beberapa pengertian.
Representasi dapat berwujud kata, gambar, sekuen, cerita, dan sebagainya yang mewakili ide, emosi, fakta dan sebagainya. Representasi bergantung pada tanda dan citra yang sudah ada dan dipahami secara kultural, dalam pembelajaran bahasa, pesan dan penandaan yang bermacam-macam atau sistem tekstual secara timbal balik. Istilah Representasi merupakan penggambaran (perwakilan) kelompok-kelompok dan institusi sosial. Penggambaran itu tidak hanya berkenan dengan tampilan fisik dan deskripsi, melainkan juga terkait dengan makna atau nilai dibalik tampilan fisik. Representasi juga berkaitan dengan produksi simbolik pembuatan tanda-tanda dalam kode-kode dimana kita mencipta makna-makna. Karenanya representasi juga berkaitan dengan penghadiran kembali, bukan gagasan asli, melainkan sebuah representasi atau versi yang dibangun darinya. 27 Menurut Marcel Danesi, representasi sebagai proses perekaman gagasan, pengetahuan, atau pesan, dapat didefinisikan sebagai penggunaan tanda-tanda untuk menampilkan ulang sesuatu yang diserap, di indera, dibayangkan, atau dirasakan. Chris Barker menyebutkan bahwa representasi merupakan kajian utama cultural studies, cultural studies memfokuskan diri kepada bagaimana proses pemakanaan representasi itu sendiri. Representasi adalah cultural studies, adalah makna yang memiliki sifat material, mereka tertanam dalam bunyi-bunyi, tulisantulisan, benda-benda, program-program televisi.90 Stuart Hall, representasi adalah salah satu praktek penting yang memproduksi kebudayaan. Kebudayaan 27
Graeme Burton. 2007. Membincangkan Televisi. Yogyakarta. Jalasutra. Hal 41-43
30
merupakan konsep yang sangat luas. Bahasa medium yang menjadi perantara dalam memaknai sesuatu. Lewat bahasa (simbol-simbol dan tanda tertulis, lisan, atau gambar) dapat mengungkapkan pikiran, konsep, dan ide-ide tentang sesuatu. Makna sesuatu hal sangat tergantung dari cara individu mempresentasikan, Menurut Eriyanto istilah representasi sendiri merujuk pada bagaimana seseorang, satu kelompok, gagasan atau pendapat tertentu dalam pemberitaan. 28 Representasi merujuk kepada konstruksi segala bentuk media terutama media massa terhadap segala aspek realitas atau kenyataan. Representasi ini bisa berbentuk kata-kata atau tulisan bahkan juga dapat dilihat dalam bentuk gambar bergerak atau film. Film sebagai representasi budaya, film tidak hanya mengkonstruksikan nilai-nilai budaya tertentu tetapi juga tentang bagaimana nilainilai diproduksi dan bagaimana nilai dikonsumsi oleh masyarakat yang menyaksikan film.
2.7
Romantisme Romantisme pada umunya dipahami sebagai suasana yang penuh
kemesraan. Dalam hubungan antara dua insan yang berlainan jenis, maka romantis berarti hubungan keterpaduan emosional dengan hati sang kekasih yang diwujudkan dengan berbagai ekspresi. Romantisme bisa diwujudkan dalam kerinduan
yang
amat
sangat,
sanjungan-sanjungan,
sikap
yang
sangat
memperhatikan (care), belaian mesra, ciuman. Selain itu macam bentuk yang bisa
28
Eriyanto. 2001. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta. LKIS Pelangi Aksara. Hal 13
31
disebut romantisme adalah saat mengharapkan pasangan memberikan cindera mata, oleh-oleh usai berpergian, berbagai perhatian, cinta, dan kasih sayang. 29 Romance adalah
istilah
yang
digambarkan
sebagai
perasaan
menyenangkan kegembiraan dan bertanya-tanya terkait dengan cinta. Hal ini juga digunakan sebagai cara untuk pengadilan atau mengejar amorously. Dalam konteks hubungan cinta romantis, romance biasanya menyiratkan satu ekspresi cinta, atau seseorang keinginan emosional yang dalam dapat terhubung dengan orang lain. Hal ini khususnya muncul dalam cinta platonis mana dorongan seksual adalah disublimasikan menjadi ekspresi keinginan. 30
2.7.1
Cinta Romantis Cinta romantis adalah relatif panjang, tetapi secara umum diterima sebagai
definisi yang membedakan saat-saat dan situasi dalam hubungan interpersonal untuk individu sebagai konstribusi ke koneksi hubungan yang signifikan. Berikut ini beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kedekatan hubungan antar personal : 31 1. Daya Tarik ( Fisik dan Kepribadian ) Bila anda mengatakan "Saya merasa orang itu menarik," barangkali anda, mamaksudkan bahwa orang itu menarik secara fisik atau kepribadian atau cara berprilakunya menarik. 2. Membentuk Citra ( Impresi ) 29
Abu Umar Basyir, Sutra Romantika ,Yogyakarta,2008, hal 127 http://students.ukdw.ac.id/~22104878/roman.html diakses pada tgl. 21 Desember 2013 31 Joseph A.Devito , Komunikasi Antar Manusia , Karisma , Tanggerang 2011,Hal.261 30
32
Umumnya, kita melekatkan karakteristik-karakteristik positif kepada orang yang menurut kita menarik dan karakteristik-karakteristik negatif kepada orang yang kita anggap tidak menarik. 3. Kedekatan ( Proksimitas ) Jika kita mengamati orang yang menurut kita menarik, mungkin kita menjumpai bahwa mereka dalah orang-orang yang tinggal atau bekerja dekat kita. Dalam salah telaah yang paling terkenal, Leon Festinger, Stanley Schachter, dan Kurt Back (1950) meneliti persabahatan di kompleks mahasiswi. Mereka menemukan bahwa perkembangan persahabatan dipengaruhi oleh jarak antara unit-unit di mana mereka tinggal. Makin berdekatan kamar mahasiswa, makin besar kesempatan mereka menjadi sahabat. Mahasiswa yang menjadi sahabat adalah mereka yang mempunyai kesempatan terbesar untuk saling berinteraksi. 4. Hipotesis Kecocokan (Matching Hypothesis) Jika anda bertanya kepada sekelompok kawan, "siapa yang paling menarik?' mereka mungkin sekali menyebutkan nama-nama orang yang paling menarik yang mereka ketahui. Tetapi jika anda mengamati kawankawan ini, anda akan melihat bahwa mereka bergaul dengan membina hubungan dengan orang-orang yang sangat mirip dengan mereka sendiri dalam hal daya tarik fisik. Hipostesis kecocokan menjelaskan prilaku demikian ( Walster & Berscheid, 1978).
33
5. Sifat Saling Melengkapi ( Complementarity ) Theodore Reik, dalam A Psychologist Looks at Love (1994), berpendapat bahwa kita telah jatuh cinta kepada orang yang memiliki karakteristik yang tidak kita miliki dan bahwa sebenarnya kita merasa iri. Sebagai contoh, seorang introvert yang tidak senang karena sifatnya yang pemalu mungkin merasa tertarik kepada seorang yang ekstrovert.
34