BAB II TINJAUAN PUSAKA 2.1
Pengertian Manajemen
Istilah manajemen berasal dari kata management (bahasa Inggris), turunan dari kata “ to manage” yang artinya mengurus atau tata laksana atau ketata laksanaan. Sehingga manajemen dapat diartikan bagaimana cara manajer (orangnya) mengatur, membimbing dan memimpin semua orang yang menjadi pembantunya agar usaha yang sedang digarap dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Banyak ahli yang memberikan definisi tentang manajemen, diantaranya:
Harold Koontz & O’ Donnel dalam bukunya yang berjudul “Principles of Management” mengemukakan, “Manajemen adalah berhubungan dengan pencapaian sesuatu tujuan yang dilakukan melalui dan dengan orang-orang lain”.
George R. Terry dalam buku dengan judul “Principlesof Manajemen” memberikan definisi: “ Manajemen adalah suatu proses yang membedakan atas perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan pelaksanaan dan pengawasan, dengan memanfaatkan baik ilmu maupun seni, agar dapat menyelesaikan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
James A. F. Stoner, menyatakan bahwa “Manajemen adalah seni untuk melaksanakan suatu pekerjaan melalui orang-orang”. Bila kita simpulkan maka manajemen berarti proses pencapaian tujuan melalui kerja orang lain.
Namun, mendefinisikan manajemen ada berbagai ragam, ada yang mengartikan dengan ketatalaksanaan, manajemen pengurusan dan lain sebagainya. Pengertian manajemen dapat dilihat dari tiga pengertian. 1. Manajemen sebagai suatu proses.
13
repository.unisba.ac.id
2. Manajemen sebagai suatu kolektivitas manusia. 3. Manajemen sebagai ilmu ( science ) dan sebagai seni. Pengertian manajemen sebagai suatu proses dapat dilihat dari pengertian menurut: 1. Encylopedia of the social science, yaitu suatu proses dimana pelaksanaan suatu tujuan tertentu dilaksanakan dan diawasi. 2. Haiman, manajemen yaitu fungsi untuk mencapai suatu tujuan melalui kegiatan orang lain, mengawasi usaha-usaha yang dilakukan individu untuk mencapai tujuan. 3. Georgy R. Terry, yaitu cara pencapaian tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu dengan melalui kegiatan orang lain. Manajemen sebagai kolektivitas yaitu merupakan suatu kumpulan dari orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan bersama. Kolektivitas atau kumpulan orang-orang inilah yang disebut dengan manajemen, sedang orang yang bertanggung jawab terhadap terlaksananya suatutujuan atau berjalannya aktivitas manajemen disebut Manajer. Manajemen sebagai suatu ilmu dan seni, melihat bagaimana aktivitas manajemen dihubungkan dengan prinsip-prinsip dari manajemen. Pengertian manajemen sebagai suatu ilmu dan seni dari: 1. Chaster I Bernard dalam bukunya yang berjudul The function of the executive, bahwa manajemen yaitu seni dan ilmu, juga Henry Fayol, Alfin Brown Harold, Koontz Cyril O’donnel dan Geroge R. Terry. 2. Marry Parker Follett menyatakan bahwa manajemen sebagai seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Dari devinisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen yaitu koordinasi semua sumber daya melalui proses perencanaan, pengorganisasian, penetapan tenaga kerja, pengarahan dan pengawasan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
14
repository.unisba.ac.id
2.2
Fungsi Manajemen
Fungsi Manajemen ialah berbagai jenis tugas atau kegiatan manajemen yang mempunyai peranan khas dan bersifat saling menunjang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Banyak sekali ahli yang mengemukakan tentang fungsi manajemen ini. Ambil contoh misalnya George R. Terry. dia menyebutkan bahwa fungsi manajemen terdiri dari: a. Planning (Perencanaan) b. Organizing (Pengorganisasian) c. Actuating (Penggerakkan) d. Controlling (Pengawasan) Sedangkan Harold Koontz dan Cyril O’Donnel membagi fungsi manajemen menjadi: a. Planning (Perencanaan) b. Organizing (Pengorganisasian) c. Staffing (Penyusunan Pegawai) d. Directing (Pembinaan Kerja) e. Controlling (Pengawasan) Tidak jauh berbeda dengan pendapat para ahli di atas, Henry Fayol mengemukakan bahwa fungsi manajemen terdiri dari: a. Planning (Perencanaan) b. Organizing (Pengorganisasian) c. Commanding (Pemberian Komando) d. Coordinating (Pengkoordinasian) e. Controlling (Pengawasan).
15
repository.unisba.ac.id
Ahli lain yang bernama Lyndall F. Urwick menambahkan pendapat Henry Fayol dengan Forecasting (Peramalan), sehingga urutannya menjadi: a. Forecasting (Peramalan) b. Planning (Perencanaan) c. Organizing (Pengorganisasian) d. Commanding (Pemberian Komando) e. Coordinating (Pengkoordinasian) f. Controlling (Pengawasan). Selanjutnya Luther Gullick membagi fungsi manajemen menjadi: a. Planning (Perencanaan) b. Organizing (Pengorganisasian) c. Staffing (Penyusunan Pegawai) d. Directing (Pembinaan Kerja) e. Coordinating (Pengkoordinasian) f. Reporting (Pelaporan) g. Budgeting (Anggaran). Untuk lebih jelasnya, berikut ini Anda akan mempelajari uraian singkat tentang fungsi manajemen yang paling banyak digunakan. Perencanaan (Planning)ialah fungsi manajemen yang harus bisa menjawab rumus 5W1H. WHAT(apa) yang akan dilakukan, WHY (mengapa) harus melakukan apa,WHEN (kapan) melakukan apa, WHERE (dimana) melakukan apa, WHO (siapa) yang melakukan apa, HOW (bagaimana) cara melakukan apa. Pengorganisasian (Organizing)ialah fungsi manajemen yang berhubungan dengan pembagian tugas. Siapa mengerjakan apa dan siapa bertanggung jawab pada siapa.
16
repository.unisba.ac.id
Penggerakkan (actuating) yaitu fungsi manajemen yang berhubungan dengan bagaimana cara menggerakkan kerabat kerja (bawahan) agar bekerja dengan penuh kesadaran tanpa paksaan. Pengawasan ( Controlling) disebut juga fungsi pengendalian. Suatu proses untuk mengukur atau membandingkan antara perencanaan yang telah dibuat dengan pelaksanaan. Dengan adanya pengawasan ini, diharapkan jangan sampai terjadi kesalahan atau penyimpangan. Disamping itu, Forecasting (Peramalan)sering dijadikan sebagai bahan pertimbangan. Forecasting ialah kegiatan meramalkan, memproyeksikan atau mengadakan taksiran terhadap berbagai kemungkinan yang akan terjadi sebelum suatu rencana yang lebih pasti dapat dilakukan. 2.3
Prinsip Manajemen
Di atas telah dijelaskan bahwa manajemen itu berarti proses pencapaian tujuan melalui kerja orang lain. Untuk dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien maka harus didasarkan pada prinsip-prinsip manajemen. Prinsip manajemen adalah dasar-dasar atau pedoman kerja yang bersifat pokok yang tidak boleh diabaikan oleh setiap manajer/pimpinan. Dalam prakteknya harus diusahakan agar prinsip-prinsip manajemen ini hendaknya tidak kaku, melainkan harus luwes, yaitu bisa saja diubah-ubah sesuai dengan kebutuhan. Menurut Henry Fayol, prinsip-prinsip manajemen terdiri dari empat belas macam, yaitu: 1. Pembagian kerja yang berimbang Dalam membagi-bagikan tugas dan jenisnya kepada semua kerabat kerja, seorang manajer hendaknya tidak bersifat pilih kasih atau pilih bulu, melainkan harus bersikap sama baik dan memberikan beban kerja yang berimbang. 2. Pemberian kewenangan dan rasa tanggung jawab yang tegas dan jelas
17
repository.unisba.ac.id
Setiap kerabat kerja atau karyawan hendaknya diberiwewenang sepenuhnya untuk melaksanakan tugasnya itu dengan baik dan mempertanggung jawabkannya kepada atasan langsung. 3. Disiplin Disiplin ialah kesedian untuk melakukan usaha atau kegiatan nyata (bekerja sesuai dengan jenis pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya) berdasarkan rencana, peraturan dan waktu (waktu kerja) yang telah ditetapkan. 4. Kesatuan perintah Setiap karyawan atau kerabat kerja hendaknya hanya menerima satu jenis perintah dari seorang atasan langsung (mandor/kepala seksi/kepala bagian), bukan dari beberapa orang yang sama-sama merasa menjadi atasan para karyawan/kerabat kerja tersebut. 5. Kesatuan arah Kegiatan hendaknya mempunyai tujuan yang sama dan dipimpin oleh seorang atasan langsung serta didasarkan pada rencana kerjayang sama (satu tujuan, satu rencana, dan satu pimpinan). 6. Mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi Ketika seseorang sedang bekerja sebagai kerabat kerja, maka semua kepentingan pribadi harus dikesampingkan/diabaikan atau disimpan dalam hati. 7. Penggajian Pemberian gaji dan cara pembayarannya hendaknya diusahakan sedapat mungkin bisa memuaskan. 8. Pemusatan wewenang (sentralisasi) Wewenang atau kewenangan untuk menentukan kebijaksanaan umum hendaknya dipegang oleh administrator (sentralisasi/dari pusat).
18
repository.unisba.ac.id
9. Jenjang jabatan (hierarki) Para karyawan harus tunduk dan taat kepada mandor, para mandor harus tunduk dan taat kepada kepala seksi (manajemen tingkat rendah), para kepala seksi harus tunduk dan taat kepada kepala bagian (manajemen tingkat menengah) dan para kepala bagian harus tunduk dan taat kepada administrator (manajemen tingkat atas). 10. Tata tertib Di dalam tata tertib terdapat perintah dan larangan, perizinan dan berbagai peraturan lainnya yang menjamin kelancaran pekerjaan segenap kerabat kerja tanpa kecuali. 11. Keadilan Segenap karyawan harus dianggap sama pentingnya dan sama baiknya serta kalau terjadi perselisihan antar mereka tidak bolehada yang dibela, melainkan harus dilerai melalui musyawarah dan mufakat berdasarkan rasa kekeluargaan. 12. Pemantapan jabatan Setiap pejabat atau karyawan hendaknya tidak seringdiubah-ubah tugas dan jabatannya. 13. Prakarsa Prakarsa atau inisiatif yang timbul di kalangan kerabat kerja hendaknya mendapat penghargaan/sambutan yang layak. 14. Solidaritas atau rasa setia kawan Rasa setia kawan biasanya muncul berkat kerja sama dan hubungan baik antar kawan. Hal ini hendaknya dimanfaatkan untuk kepentingan-kepentingan yang positif, konstruktif dan rasional.
19
repository.unisba.ac.id
2.4
Sepuluh Keputusan Strategis Manajemen Operasional
Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2009:56-57), diferensiasi, biaya rendah dan respons yang cepat dapat dicapai saat manajer membuat keputusan efektif dalam sepuluh wilayah manajemen operasional. Keputusan ini dikenal sebagai keputusan operasi (operations decisions). Berikut sepuluh keputusan manajemen operasional yang mendukung misi dan menerapkan strategi: a. Perancangan barang dan jasa. Perancangan barang dan jasa menetapkan sebagian besar proses transformasi yang akan dilakukan. Keputusan biaya, kualitas dan sumber daya manusia bergantung pada keputusan perancangan. b. Kualitas. Ekspektasi pelanggan terhadap kualitas harus ditetapkan, peraturan dan prosedur dibakukan untuk mengidentifikasi serta mencapai standar kualitas tersebut. c. Perancangan proses dan kapasitas. Keputusan proses yang diambil membuat manajemen mengambil komitmen dalam hal teknologi, kualitas, penggunaan sumber daya manusia dan pemeliharaan yang spesifik. Komitmen pengeluaran dan modal ini akan menentukan struktur biaya dasar suatu perusahaan. d. Pemilihan lokasi. Keputusan lokasi organisasi manufaktur dan jasa menentukan kesuksesan perusahaan. e. Perancangan tata letak. Aliran bahan baku, kapasitas yang dibutuhkan, tingkat karyawan, keputusan teknologi dan kebutuhan persediaan mempengaruhi tata letak. f. Sumber daya manusia dan rancangan pekerjaan.
20
repository.unisba.ac.id
Manusia merupakan bagian yang integral dan mahal dari keseluruhan rancang sistem. Karenanya, kualitas lingkungan kerja diberikan, bakat dan keahlian yang dibutuhan, dan upah yang harus ditentukan dengan jelas. g. Manajemen rantai pasokan. Keputusan ini menjelaskan apa yang harus dibuat dan apa yang harus dibeli. h. Persediaan. Keputusan persediaan dapat dioptimalkan hanya jika kepuasan pelanggan, pemasok, perencanaan produksi dan sumber daya manusia dipertimbangkan. i. Penjadwalan. Jadwal produksi yang dapat dikerjakan dan efisien harus dikembangkan. j. Pemeliharaan. Keputusan harus dibuat pada tingkat kehandalan dan stabilitas yang diinginkan. 2.4.1 Ruang Lingkup Manajemen Produksi dan Operasi Menurut Sofjan Assauri (2008:27) ruang lingkup Manajemen Operasi dan Produksi mencakup perancangan atau penyiapan sistem produksi dan operasi, serta pengoperasian dari sistem produksi dan operasi. Pembahasan dalam perancangan atau desain dari sistem produksi dan operasi meliput : 1. Seleksi dan rancangan atau desain hasil produksi (produk). Kegiatan produksi dan operasi harus dapat menghasilkan produk, berupa barang dan jasa, secara efektif dan efisien, serta dengan mutu atau kualitas yang baik. Oleh karena itu setiap kegiatan produksi dan operasi harus di mulai dari penyelesaian dan perancangan produk yang akan di hasilkan. Kegiatan ini harus diawali dengan kegiatankegiatan penelitian atau riset, serta usaha-usaha pengembangan produk yang sudah ada. Dengan hasil riset dan pengembangan produk, maka diseleksi dan di putuskan produk
21
repository.unisba.ac.id
apa yang akan dihasilkan dan bagaimana desai dari produk itu, yang mnggambarkan pula spesifikasi dari produk tersebut. 2. Seleksi dan perancangan proses dan peralatan. Setelah produk didesain, maka kegaitan yang harus dilakukan untuk merealisasikan usaha untuk menghasilkanya adalah menentukan jenis prose yang akan di pergunakan serta peralatanya.
3. Pemilihan lokasi dan site perusahaan dan unit produksi. Untuk menjamin kelancaran perusahaan maka sangat penting peran dari pemilihan lokasi dan site perusahaan dan unit produksinya. Dalam pemilihan lokasi dan site tersebut, perlu memperhatikan faktor jarak, kelancaran dan biaya pengangkutan dari sumbersumber bahan dan masukan (inputs), serta biaya pengangkutan dari barang jadi kepasar. 4. Rancangan tata letak (lay-out) dan arus kerja atau proses. Rancangan tata letak harus mempertimbangkan berbagai faktor antara lain adalah kelancaran arus kerja, optimalisasi dari waktu pergerakan dalam proses, kemungkinan kerusakan yang terjadi karena pergerakan dalam proses akan meminimalisasi biaya yang timbul dari pergerakan dalam proses atau material handling. 5. Rancangan tugas pekerjaan. Dalam melaksanakan fungsi produksi dan operasi, maka organisasi kerja harus disusun, karena organisasi kerja sebagai dasar pelaksanaaan tugas pekerjaan, merupakan alat atau wadah kegiatan yang hendaknya dapat membantu pencapaian tujuan erusahaan atau unit produksi dan operasi tersebut. 6. Strategi produksi dan operasi serta pemilihan kapasitas
22
repository.unisba.ac.id
Dalam strategi produksi dan operasi harus terdapat pernyataan tentang maksud dan tujuan produksi dan operasi, serta misi dan kebijakan-kebijakan dasar atau kunci untuk lima bidang, yaitu proses, kapasitas, persediaan, tenaga kerja dan mutu atau kualitas. Pembahasan dalam pengoperasian sistem produksi dan operasi akan mencakup (Sofjan Assauri, 2008:29) : 1.
Penyusunan rencana produksi dan operasi Dalam rencana produksi dan operasi harus tercakup penetapan target produksi, sdieduling, routing, dispatching dan follow-up. Perencanaan produksi dan operasi merupakan kegiatan awal dalam pengoperasian sistem produksi dan operasi.
2.
Perencanaan dan pengendalian persediaan dan pengadaan bahan baku Kelancaran kegiatan produksi dan operasi sangat ditentukan oleh kelancaran tersedianya bahan atau masukan yang dibutuhkan bagi produksi dan operasi tersebut.
3.
Pemeliharaan atau perawatan (maintenance) mesin dan peralatan. Dalam pembahasan pemeliharaan atau perawatan mesin dan peralatan ini akan dicakup tentang penting dan peranan dari kegiatan pemeliharaan atau perawatan, macam-macam kegiatan pemeliharaan atau perawatan, syarat-syarat bagi terlaksananya kegiatan pemeliharaaan atau perawatan yang efektif dan efisin, serta proses pelaksanaan kegiatan pemeliharaan dan perawatan mesin dan peralatan.
4.
Pengendalian mutu. Terjaminya hasil atau keluaran dari proses produksi dan operasi menentukan keberhasilan dari pengoperasian sistem produksi dan operasi. Dalam rangka ini maka perlu di pelajari kegiatan pengendalian mutu. Pembahasan yang tercangkup dalam pengenalian mutu antara lain adalah maksud dan tujuan kegiatan pengendalian mutu, proses kegiatan perencanaan dan pengendalian mutu, peran pengendalian proses dan
23
repository.unisba.ac.id
produk dalam pengendalian mutu, tekhnik dan perlatan pengendalian mutu, serta pengendalian mutu secara statistik (statistical quality control). 5.
Manajemen tenaga kerja (sumber daya manusia). Pelaksanaan pengoperasian sistem produksi dan operasi ditentukan oleh kemampua dan keterampilan para tenaga kerja atau sumber daya manusianya
2.5
Strategi Manajemen Operasional
Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2009:51), perusahaan mencapai misi mereka melalui tiga cara yakni: a. Bersaing dalam diferensiasi. Diferensiasi berhubungan dengan penyajian sesuatu keunikan. Diferensiasi harus diartikan melampaui ciri fisik dan atribut jasa yang mencakup segala sesuatu mengenai produk atau jasa yang mempengaruhi nilai dimana konsumen dapatkan darinya. b. Bersaing dalam biaya. Kepemimpinan biaya rendah berarti mencapai nilai maksimum sebagaimana yang diinginkan pelanggan. Hal ini membutuhkan pengujian sepuluh keputusan manajemen operasi dengan usaha yang keras untuk menurunkan biaya dan tetap memenuhi nilai harapan pelanggan. Strategi biaya rendah tidak berarti nilai atau kualitas barang menjadi rendah. c. Bersaing dalam respons. Keseluruhan nilai yang terkait dengan pengembangan dan pengantaran barang yang tepat waktu, penjadwalan yang dapat diandalkan dan kinerja yang fleksibel. Respons yang fleksibel dapat dianggap sebagai kemampuan memenuhi perubahan yang terjadi di pasar dimana terjadi pembaruan rancangan dan fluktuasi volume.
24
repository.unisba.ac.id
Tiga strategi yang ada masing-masing memberikan peluang bagi para manajer operasi untuk meraih keunggulan bersaing. Keunggulan bersaing berarti menciptakan sistem yang mempunyai keunggulan unik atas pesaing lain. Idenya adalah menciptakan nilai pelanggan (customer value) dengan cara efisien dan efektif.
2.6
Pengertian Manajemen Operasi Manajemen operasi dan produksi terdiri dari kata manajemen dan operasi/produksi.
Para ahli manajemen, mempunyai banyak definisi tentang manajemen. Manajemen adalah tindakan atau kegiatan merencanakan, mengorganisir, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengontrol untuk mencapai tujuan organisasi. Operasi adalah kegiatan untuk mengubah input menjadi sehingga lebih berdaya guna daripada bentuk aslinya. Operasi sering didefinisikan sebagai transformasi input (manusia, mesin, modal, dan manajemen) menjadi output (barang dan jasa) dengan tujuan meningkatkan nilai (value). Ini menegaskan bahwa tujuan dari operasi adalah menciptakan nilai. Proses transformasi itu sendiri dapat digambarkan sebagai serangkaian aktivitas sepanjang rantai nilai (value chain) dari mulai supplier ke konsumen. Aktivitas yang tidak meningkatkan nilai harus dihilangkan. Manajemen operasi mendesain, mengelola, dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas produksi/sistem transformasi input tersebut. Dalam manajemen operasi, perusahaan menjamin bahwa proses transformasi yang dilaksanakan memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan penjumlahan input-input yang digunakan. Sedangkan istilah produksi dan operasi sering dipergunakan dalam suatu organisasi yang menghasilkan keluaran atau output, baik yang berupa barang maupun jasa. Manajemen produksi dan operasi merupakan kegiatan untuk mengatur dan mengkoordinasikan penggunaan sumber-sumber daya dana serta bahan secara efektif dan efisien untuk
25
repository.unisba.ac.id
menciptakan dan menambah kegunaan (utility) suatu barang dan jasa. Dengan pengertian ini, maka dalam istilah manajemen tercakup semua kegiatan atau aktivitas yang menghasilkan barang atau jasa, serta kegiatan-kegiatan yang mendukung atau menunjang usaha untuk menghasilkan barang atau jasa itu. Sehingga dengan demikian dapatlah disadari bahwa manajemen produksi dan operasi selalu terdapat dan berguna hampir semua organisasi, seperti pabrik pengolahan atau indsutri manufaktur, perbankan, perhotelan, pelayanan dan sebagainya. (Sofjan Assauari, 2008:19). Adapun beberapa pakar yang mengartikan manajemen operasi yang berbeda-beda di antaranya adalah sebagai berikut: Menurut Soentoro Ali Idris (2001: 1) dalam bukunya cara mudah belajar Manajemen Operasi bahwa dari perkembangan dari konsep produksi yang menyangkut masalah produksi riel. Jadi operasi (operation) merupakan proses transformasi input menjadi output yang mempunya nilai lebih tinggi dibandingkan inputnya. Manajemen operasional menurut Richard L. Daft (2006 : 216) adalah “bidang manajemen yang mengkhususkan pada produksi barang, serta menggunakan alat – alat dan tekhink – tekhnik khusus untuk memecahkan masalah – masalah produksi”. Sedangkan Manajemen operasi menurut Chase, Jacobs, dan Aquilano (2004:6) adalah suatu rancangan operasi dan perbaikan dari suatu sistem penyampaian yang dibuat terutama barang dan jasa. Dengan kata lain suatu barang atau jasa tidak dapat diproduksi jika tidak ada pengendalian manajemen operasional dari suatu perusahaan atau organisasi. Selain itu menurut Berry Render dan Jay Heizer yang diterjemahkan oleh Dwianoegrahwati S. dan Indra Almahdy ( 2006:4) manajemen operasi adalah “Serangkaian
26
repository.unisba.ac.id
aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output”. Dari penjelasan manajemen operasi menurut beberapa para ahli di atas, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa manajemen operasi adalah perencanaan rancangan desain, pengendalian operasi, dan pengembangan sistem dan teknik untuk menciptakan dan mendistribusikan sumber daya yang ada menjadi barang dan jasa yang lebih bernilai dan bermanfaat. 2.7
Pengertian Manajemen Pengendalian Pengendalian merupakan salah satu bagian dari manajemen. Pengendalian dilakukan
dengan tujuan supaya apa yang telah direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik sehingga dapat mencapai target maupun tujuan yang ingin dicapai. Satu hal yang harus dipahami, bahwa pengendalian dan pengawasan adalah hal yang berbeda karena pengawasan merupakan bagian dari pengendalian. Dalam pelaksanaan pengendalian kualitas ada beberapa faktor yang dapat menentukan atau setidaknya terpengaruh terhadap baik atau tidaknya kualitas dari produk yang dihasilkan. Seperti kualitas bahan baku dengan mutu terbaik agar dapat menghasilkan keluaran atau output yang bermutu pula. Akan tetapi tidak hanya bahan baku saja yang berpengaruh terhadap produksi, aspek lain juga ikut mempengaruhi mutu dari output tersebut. Aspek lain tersebut diantarnya adalah mesin, tenaga kerja, ataupun teknologi. Dengan terpenuhinya setiap aspek – aspek tersebut akan memperlancar proses produksi dan juga menghindari waktu tunggu (lead time), yang akan memberikan banyak manfaat bagi industri dan akan menaikan pencritraan dimata konsumen. Pengendalian menurut Nafarin (2007:30) menjelaskan bahwa pengendalian berarti mengevaluasi (menilai) terhadap pelaksanaan pekerjaan dengan cara: a. membandingkan realisasi dengan rencana (anggaran)
27
repository.unisba.ac.id
b. melakukan tindakan perbaikan bila dipandang perlu atau bila terdapat penyimpanan merugikan. Menurut Garrison (2003:97), pengendalian adalah proses penentuan, apa yang dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan yaitu perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana yaitu selaras dengan standar. Sedangkan menurut Welsch (2000:5) pengawasan dan pengendalian didefinisikan sebagai proses mengukur dan mengevaluasai kinerja aktual dari setiap bagian organisasi dari suatu perusahaan dan kemudian melaksanakan tindakan perbaikan apabila diperlukan. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengendalian adalah suatu usaha yang di lakukan sebuah perusahaan dengan rancangan yang sudah di tentukan oleh perusahaan dilakukan sebelum proses dan setelah proses yakni hingga hasil akhir untuk menentukan standarisasi apa yang harus di dicapai, dan membuat tindakan yang tepat apabila perlu dilakukan perbaikan – perbaikan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. 2.8
Pengertian Mutu Mutu merupakan suatu faktor yang sangat menentukan keberhasilan suatu produk
menembus pasarnya, disamping faktor utama yang lain seperti harga dan pelayanan. Produk yang bermutu akan memiliki daya saing dan tingkat keberterimaan yang tinggi. Mutu menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan suatu perusahaan. Mutu tidak semata – mata menjadi tanggung jawab bagian produksi namun menjadi perhatian semua pihak dalam perusahaan. Goetshc dan Davis dalam Fandy Tjiptono (2005:10) mendefinisikan “mutu merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan”. Istilah mutu sering diucapkan dalam kehidupan sehari – hari. Namun dalam praktek, pengertian mutu dapat beraneka ragam. Mutu
28
repository.unisba.ac.id
biasanya dinilai dari penampilan, tingkat kerja, atau pemenuhan terhadap persyaratan. Suatu produk dikatakan bermutu jika eksklusif, harganya mahal, memiliki ketelitian tinggi, lebih tahan lama, lebih kuat, lebih menarik, atau lebih nyaman dipakai. Mutu dari sudut pandang setiap orang pasti berbeda, demikian pula mutu dari sudut pandang konsumen dan produsen .
Berikut adalah beberapa pengertian mutu menurut para ahli : Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2001:92) yang diadopsi oleh American Society for Quality Control, pengertian mutu adalah totalitas bentuk dan karakteristik barang atau jasa yang menunjukan kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan yang tampak jelas maupun yang tersembunyi. Sedangkan menurut Kotler ( 2002 : 67 ), “Mutu adalah keseluruhan ciri serta sifat dari suatu produk yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau yang tersirat.” Dan menurut Lovelock (dalam laksana, 2008:88) mendifinisikan mutu sebagai tingkat yang diharapkan, dan pengendalian keragaman dalam mencapai mutu tersebut untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Dari pendapat – pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa setiap produk yang diciptakan oleh perusahaan bertujuan untuk memenuhi suatu persyaratan tertentu dan kebutuhan tertentu. Dalam memenuhi kebutuhan tertentu tersebut maka diperlukan unsur dan karakteristik tertentu untuk kebutuhan tersebut. Tidak ada suatu definisi mutu yang secara universal dapat diterapkan pada semua jenis organisasi atau perusahaan. Setiap perusahaan perlu mendefinisikan arti mutu bagi dirinya dalam melayani pelanggan, karyawan, pemilik saham, pasar, dan masyarakat.
29
repository.unisba.ac.id
Pengertian mutu sedapat mungkin mencerminkan visi organisasi, misi, dan nilai – nilai yang dianut perusahaan.
2.9
Pengertian dan Tujuan Pengendalian Mutu
2.9.1
Pengertian Pengendalian Mutu Pengendalian
mutu
merupakan
suatu
upaya
yang
dilaksanakan
secara
berkesinambungan, sistemati, dan objektif dalam memantau dan menilai barang, jasa, maupun pelayanan yang dihasilkan perusahaan atau institusi dibandingkan dengan standar yang ditetapkan serta menyelesaikan masalah yang ditemukan dengan tujuan memperbaiki mutu. Berikut beberapa pengertian pengendalian mutu menurut para ahli: Pengendalian mutu menurut (Sukanto, 2000 : 245), “Alat bagi manajemen untuk memperbaiki kualitas produk bila diperlukan, mempertahankan kualitas yang sudah tinggi dan mengurangi jumlah bahan yang rusak.” Menurut Vincent Gasperz (2005:480) pengendalian mutu adalah aktivitas yang berorientasi pada tindakan pencegahan kerusakan, dan bukan berfokus pada upaya mendeteksi kerusakan saja. Menurut C. Rudy Prihantoro (2013:6) Pengendalian mutu adalah suatu sistem kendali yang efektif untuk mengkoordinasikan usaha – usaha penjagaan kualitas, dan sehingga diperoleh suatu produksi yang sangat ekonomis serta dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen.
30
repository.unisba.ac.id
Menurut Ravianto dalam konsep pengendalian mutu (2013:4) , pengendalian mutu adalah memutarkan siklus PDCA, yaitu melakukan perencanaan, pengerjaaan, atau proses, pengecekan atau evaluasi dan aksi perbaikan terhadap masalah yang berkaitan dengan kualitas. Jadi menurut pendapat – pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengendalian mutu adalah suatu upaya yang dilakukan untuk menetapkan dan mencapai standar dengan melakukan pengawasan, pengujian, pengendalian, dan perbaikan pada bahan baku dari awal produksi hingga akhir demi mencapai standar yang diinginkan. 2.9.2
Tujuan Pengendalian Mutu dalam kegiatan pengendalian mutu, setiap perusahaan pasti memiliki tujuan tertentu
yang telah ditentukan. Oleh karena itu kegiatan pengendalian mutu merupakan hal yang penting untuk dilakukan perusahaan demi mencapai tujuan dan keberhasilan dalam proses produksi. menurut Assauri (2008:299), mengatakan bahwa tujuan dari pengendalian mutu adalah : 1. Agar barang hasil produksi dapat mencapai standar mutu yang telah ditetapkan 2. Mengusahakan agar biaya inspeksi dapat diperkecil sekecil mungkin. 3. Mengusahakan agar biaya desain produk dan proses dengan menggunakan mutu produksi tertentu dapat menjadi sekecil mungkin. 4. Mengusahakan agar biaya produksi dapat menjadi serendah mungkin. Tujuan utama pengendalian kualitas adalah untuk mendapatkan jaminan bahwa kualitas mutu produk atau jasa yang dihasilkan sesuai dengan standar kualitas yang telah ditetapkan dengan mengeluarkan biaya seminimal mungkin. Pengendalian mutu juga tidak
31
repository.unisba.ac.id
dapat dilepaskan dari pengendalian produksi karena pengendalian mutu merupakan bagian dari pengendalian produksi. Pengendalian produksi baik secara mutu ataupun kuantitas merupakan kegiatan yang sangat penting dalam suatu perusahaan. Hal ini disebabkan karena semua kegiatan produksi yang dilaksanakan akan dikendalikan, supaya barang dan jasa yang dihasilkan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, dimana penyimpangan – penyimpangan yang terjadi diusahakan serendah – rendahnya. 2.9.3 Manfaat Pengendalian Kualitas Statistik (Statistical Quality Control) Menurut Sofjan Assauri (2001:223), manfaat/ keuntungan melakukan pengendalian kualitas secara statistik adalah: 1. Pengawasan (control), di mana penyelidikan yang diperlukan untuk dapat mentapkan statistical control mengharuskan bahwa syarat-syarat kualitas pada situasi itu dan kemampuan prosesnya telah dipelajari hingga mendetail. Hal ini akan menghilangkan beberapa titik kesulitan tertentu, baik dalam spesifikasi maupun dalam proses. 2. Pengerjaan kembali barang-barang yang telah diapkir (scrap-rework). Dengan dijalankannya pengontrolan, maka dapat dicegah terjadinya penyimpanganpenyimpangan dalam proses. Sebelum terjadi hal-hal yang
serius dan akan
diperoleh kesesuaian yang lebih baik antara kemampuan (process capability) dengan spesifikasi, sehingga banyaknya barang-barang yang diapkir (scrap) dapat dikurangi sekali. Dalam perusahaan pabrik sekarang ini, biaya-biaya bahan sering kali mencapai 3 sampai 4 kali biaya buruh, sehingga dengan perbaikan yang telah dilakukan dalam hal pemanfaatan bahan dapat memberikan penghematan yang menguntungkan. 3. Biaya-biaya pemeriksaan, karena Statistical Quality Control dilakukan dengan jalan mengambil sampel-sampel dan mempergunakan sampling techniques, maka 32
repository.unisba.ac.id
hanya sebagian saja dari hasil produksi yang perlu untuk diperiksa. Akibatnya maka hal ini akan dapat menurunkan biaya-biaya pemeriksaan.
2.10
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Mutu dipengaruhi oleh faktor yang akan menentukan bahwa suatu barang dapat
memenuhi tujuannya. Seringkali terdapat permasalahan pada mutu oleh beberapa faktor. Berikut adalah beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi mutu menurut Basterfield (2009:180): a. Man (tenaga kerja) Faktor tenaga kerja sangat berperan penting dalam menentukan kualitas produk dari tahap perencanaan produk tersebut sampai ke tangan konsumen. b. Materials (bahan baku) Kualitas bahan baku akan sangat mempengaruhi kualitas dari suatu barang dan jasa. Jadi dalam usaha menghasilkan barang atau jasa yang berkualitas maka bahan baku yang tersedia harus berkualitas juga. c. Method (metode kerja) d. Metode kerja yang digunakan suatu organisasi akan sangat mempengaruhi kualitas dari hasil produksi barang atau jasa. Metode kerja haruslah baik dari perencanaan sampai ke pelaksanaannya. e. Machine (mesin) Pengendalian, penggunaan dan perawatan mesin haruslah dilakukan dengan baik agar proses produksi dapat berjalan dengan lancer sehingga mencapai hasil yang diharapkan. 33
repository.unisba.ac.id
f. Environment (lingkungan) Lingkungan produksi haruslah dapat mendukung jalannya proses produksi, sehingga proses produksi dapat berjalan dengan lancer dan menghasilkan produk yang sesuai dengan harapan. Kemudian adalah beberapa faktor yang mempengaruhi mutu (Eddy Harjanto 2008:396): 1. Bahan baku tidak sesuai/sempurna 2. Mesin dan alat produksi lain tidak digunakan secara tepat 3. Desain tidak sesuai harapan pelanggan 4. Inspeksi dan pengujian tidak tepat 5. Tempat penyimpanan barang dan pengemasan tidak memadai 6. Waktu pengiriman tidak tepat 7. Sistem penandaan tidak jelas 8. Tenaga ahli/terlatih yang dapat menganalisa penyimpanan kurang 9. Kesadaran akan mutu rendah 10. Komunikasi tidak lancar Dari masalah di atas tersebut ada sebagian masalah yang mudah diperbaiki, seperti tidak sesuainya bahan baku atau penggunaan peralatan kerja yang salah, namun sebagian lain sangat sulit diperbaiki, seperti kurang nya kesadaran akan mutu. Dengan memperbaiki kekurangan yang terjadi di atas, masalah mutu dapat diminimalkan. Perbaikan atau pencegahan yang mungkin terjadi pada faktor penyebab rendahnya mutu akan membawa perusahaan menuju ke tujuan yang diharapkan. Secara khusus mutu juga turut berpengaruh kepada perusahaan dalam hal – hal sebagai berikut: 1. Citra perusahaan 34
repository.unisba.ac.id
Mutu produk dari suatu perusahaan akan berpengaruh terhadap reputasi perusahaan. Setiap perusahaan harus mengusahakan produknya memenuhi syarat mutu sehingga membawa citra positive bagi perusahaan itu
2. Keunggulan Produk yang bermutu baik tentu akan disukai oleh pelanggan, sehingga permintaan meningkat dan serta mendorong kearah peningkatan keuntungan dan pangsa pasar. Produk yang bermutu baik juga meningkatkan pemenuhan kesesuaian terhadap persyaratan, sehingga mengurangi pengerjaan ulang (rework) atau produk yang terbuang (scrape). Dengan demikian biaya menjadi lebih rendan dan keuntungan meningkat. 3. Produktivitas Produktivitas dan mutu saling berkaitan. Produk yang bermutu rendah akan mempengaruhi produktivitas selama proses pembuatan.
Dengan demikian,
peningkatan dan pemeliharaan mutu dapat memberikan efek positive bagi produktivitas perusahaan. 4. Liabilitas Perusahaan yang produknya gagal atau menyebabkan masalah harus berani bertanggung jawab terhadap kerusakan atau kecelakaan yang terjadi atas penggunaan produk tersebut. 2.11
Langkah-langkah Pengendalian Mutu Menurut Schroeder (2000:135) usaha pengendalian mutu yang baik haruslah dapat
dikelola dengan baik, tersistem dan menyeluruh sesuai dengan langkah-langkah sebagai berikut:
35
repository.unisba.ac.id
1. Menentukan karakteristik kualitas Sebelum melakukan pengendalian kualitas perlu ditetapkan karakteristik produk yang berkualitas dan dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Setelah itu dilakukan perencanaan tentang atribut produk yang dapat memenuhi karakteristik kualitas tersebut. 2. Memutuskan cara mengukur setiap kualitas produk tersebut Dalam tahap ini harus ditentukan metode atau alat yang akan digunakan untuk mengukur apakah karakteristik produk tersebut telah berkualitas atau belum. 3. Memutuskan standar kualitas Dalam tahap ini ditentukan standar yang akan menjadi pembatasan kualitas suatu produk. 4. Membentuk suatu program inspeksi yang melibatkan tenaga kerja Dalam tahap ini dilakukan program inspeksi dengan mengambil beberapa sampel yang akan diuji apakah sudah memenuhi standar yang telah ditentukan atau belum. 5. Menemukan dan memperbaiki sebab-sebab kualitas yang rendah. Jika dalam inspeksi ditemukan kualitas yang rendah dan tidak sesuai dengan standar yang telah direncanakan maka harus dicari penyebab rendahnya kualitas tersebut. Setelah itu dilanjutkan dengan merencanakan dan merancang tindakan perbaikan terhadap kualitas yang rendah tersebut. Menurut Ravianto dalam buku Konsep Pengendalian Mutu mengatakan
proses
pengendalian mutu adalah memutarkan siklus PDCA, yaitu melakukan perencanaan, pengerjaan atau proses, pengecekan atau evaluasi dan aksi perbaikan terhadap masalah yang berkaitan dengan kualitas. Hakikatnya siklus PDCA adalah suatu metode untuk melakukan perbaikan secara berkelanjutan. Siklus PDCA ditunjukan oleh gambar berikut: 36
repository.unisba.ac.id
Gambar 2.1 Siklus PDCA Sumber: Ravianto dalam buku Konsep Pengendalian Mutu Siklus PDCA merupakan penerapan dari konsep pengendalian mutu dan untuk mendapatkan hasil yang maksimal, maka pengendalian mutu harus dilakukan dengan maksimal pula, caranya dengan menerapkan asas-asas pengendalian mutu maksimal. Menerapkan asas-asas pengendalian mutu maksimal perlu langkah-langkah pada masingmasing tahapan, antara lain: a. Tahapan perencanaan (Plan) 1. Harus ditentukan proses mana yang perlu diperbaiki, yaitu proses yang berkaitan erat dengan misi organisasi dan tuntutan pelanggan. 2. Menentukan perbaikan apa yang akan dilakukan terhadap proses yang dipilih. 3. Menentukan data dan informasi yang diperlukan untuk memilih proses yang paling relevan dengan perusahaan. 37
repository.unisba.ac.id
b. Tahap Pelaksanaan (Do) 1. Mengumpulkan informasi dasar tentang jalannya proses yang sedang berlangsung. 2. Melakukan perubahan yang dikehendaki untuk dapat diterapkan, dengan menyesuaikan keadaan nyata yang ada, sehingga tidak menimbulkan gejolak. 3. Kembali mengumpulkan perbaikan atau tidak. c. Tahap Pemeriksaan (Check) Menafsirkan perubahan dengan menyusun data yang sudah terkumpul dalam grafik. Grafik yang lazim dipakai dalam dalam pengendalian mutu, yaitu analisis, merangkum serta menafsirkan data dan informasi untuk mendapatkan kesimpulan. d. Tahap Tindakan Perbaikan (Action) 1. Memutuskan perubahan mana yang akan diimplementasikan, jika perubahan yang dilakukan berhasil bagi perbaikan preses, maka perlu disusun prosedur yang baku. 2. Adanya pelatihan ulang dan tambahan bagi karyawan agar adanya perubahan yang baik. 3. Pengkajian apakah mempunyai efek negative pada bagian lain atau tidak. 4. Penentuan perubahan untuk menjaga agar seluruh karyawan melaksanakan apa yang diharapkan dalam prosesdur yang telah digariskan. 2.12
Statistical Quality Control
2.12.1 Pengertian Statistical Quality Control Stastistical Quality Control adalah alat bantu manajemen untuk menjamin kualitas. Pengujian statistic diperlukan untuk menyelesaikan masalah seperti ini, dan dalam Statistical Quality Control teknik teknik tersebut diaplikasikan guna memeriksa dan menguji data untuk menentukan standard an mengecek kesesuaian produk untuk mencapai operasi manufaktur yang maksimum dam biasanya menghasilkan biaya kualitas yang lebih rendah dan
38
repository.unisba.ac.id
menaikkan tingkat posisi kempetitif. Ada pengertian yang dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut. Menurut Heizer dan Render (2006:286) mengemukakan bahwa pengertian dari statistical quality control adalah sebuah teknik statistik yang digunakan secara luas untuk memastikan bahwa proses memenuhi standar. Menurut Sofjan Assauri (2009:291) mengemukakan bahwa pengertian dari statistical quality control adalah suatu sistem yang dikembangkan untuk menjaga standar yang uniform dari kualitas hasil produksi, pada tingkat biaya yang minimum dan menerapkan bantuan untuk menerapkan bantuan untuk mencapai efisiensi. Sedangkan menurut Richard B. Chase, Nicholas J. Aquilano and F. Robert Jacobs. (2001:291), statistical quality control diartikan sebagai: pengendalian kualitas secara statistika adalah satu teknik berbeda yang didesain untuk mengevaluasi kualitas ditinjau dari sisi kesesuaian dengan spesifikasinya. 2.12.2 Alat Bantu Dalam Pengendalian Kualitas Statistik (Statistical Quality Control)
Pengendalian kualitas secara statistik dengan menggunakan SQC (Statistical Quality Control), mempunyai 7 (tujuh) alat statistik utama yang dapat digunakan sebagai alat bantu untuk mengendalikan kualitas sebagaimana juga disebutkan oleh Heizer dan Render dalam bukunya manajemen operasi (2006:263-268), antara lain check sheet, histogram, control chart, diagram pareto, diagram sebab akibat, scatter diagram dan diagam proses
39
repository.unisba.ac.id
Gambar 2.2 Alat Bantu Pengendalian Kualitas 1.
Lembar Pemeriksaan (Check Sheet) Check Sheet atau lembar pemeriksaan merupakan alat pengumpul dan penganalisis
data yang disajikan dalam bentuk tabel yang berisi data jumlah barang yang diproduksi dan jenis ketidaksesuaian beserta dengan jumlah yang dihasilkannya. Tujuan digunakannya check sheet ini adalah untuk mempermudah proses pengumpulan data dan analisis, serta untuk mengetahui area permasalahan berdasarkan frekuensi dari jenis atau penyebab dan 40
repository.unisba.ac.id
mengambil keputusan untuk melakukan perbaikan atau tidak. Pelaksanaannya dilakukan dengan cara mencatat frekuensi munculnya karakteristik suatu produk yang berkenaan dengan kualitasnya. Data tersebut digunakan sebagai dasar untuk mengadakan analisis masalah kualitas. Adapun manfaat dipergunakannya check sheet yaitu sebagai alat untuk: a. Mempermudah pengumpulan data terutama untuk mengetahui bagaimana suatu masalah terjadi. b. Mengumpulkan data tentang jenis masalah yang sedang terjadi. c. Menyusun data secara otomatis sehingga lebih mudah untuk dikumpulkan. d. Memisahkan antara opini dan fakta.
gambar 2.2 contoh gambar check sheet Sumber Jay Heizer and Barry Render, 2004
2.
Diagram Sebar (Scatter Diagram) Scatter diagram atau disebut juga dengan peta korelasi adalah grafik yang
menampilkan hubungan antara dua variabel apakah hubungan antara dua variabel tersebut kuat atau tidak yaitu antara faktor proses yang mempengaruhi proses dengan kualitas produk. Pada dasarnya diagram sebar merupakan suatu alat interpretasi data yang digunakan untuk menguji bagaimana kuatnya hubungan antara dua variabel dan menentukan jenis hubungan dari dua variabel tersebut, apakah positif, negatif, atau tidak ada hubungan. Dua variabel yang ditunjukkan dalam diagram sebar dapat berupa karakteristik kuat dan faktor yang mempengaruhinya. 41
repository.unisba.ac.id
gambar 2.3 contoh gambar diagram sebar (scatter) Sumber Jay Heizer and Barry Render, 2004
3.
Diagram Sebab-Akibat (Cause and Effect Diagram) Diagram ini disebut juga diagram tulang ikan (fishbone chart) dan berguna untuk
memperlihatkan faktor-faktor utama yang berpengaruh pada kualitas dan mempunyai akibat pada masalah yang kita pelajari. Selain itu kita juga dapat melihat faktor-faktor yang lebih terperinci yang berpengaruh dan mempunyai akibat pada faktor utama tersebut yang dapat kita lihat dari panah-panah yang berbentuk tulang ikan pada diagram fishbone tersebut. Diagram sebab akibat ini pertama kali dikembangkan pada tahun 1950 oleh seorang pakar kualitas dari Jepang yaitu Dr. Kaoru Ishikawa yang menggunakan uraian grafis dari unsurunsur proses untuk menganalisa sumbersumber potensial dari penyimpangan proses. Faktorfaktor penyebab utama ini dapat dikelompokkan dalam : a. Material / bahan baku b. Machine / mesin c. Man / tenaga kerja d. Method / metode e. Environment / lingkungan
42
repository.unisba.ac.id
Adapun kegunaan dari diagram sebab akibat adalah: a. Membantu mengidentifikasi akar penyebab masalah. b. Menganalisa kondisi yang sebenarnya yang bertujuan untuk memperbaiki peningkatan kualitas. c. Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah. d. Membantu dalam pencarian fakta lebih lanjut. e. Mengurangi kondisi-kondisi yang menyebabkan ketidaksesuaian produk dengan keluhan konsumen. f. Menentukan standarisasi dari operasi yang sedang berjalan atau yang akan dilaksanakan. Sarana pengambilan keputusan dalam menentukan pelatihan tenaga kerja. g. Merencanakan tindakan perbaikan. Langkah-langkah dalam membuat diagram sebab akibat adalah sebagai berikut : a. Mengidentifikasi masalah utama. b. Menempatkan masalah utama tersebut disebelah kanan diagram. c. Mengidentifikasi penyebab minor dan meletakannya pada diagram utama. d. Mengidentifikasi penyebab minor dan meletakannya pada penyebab mayor. e. Diagram telah selesai, kemudian dilakukan evaluasi untuk menentukan penyebab sesungguhnya.
43
repository.unisba.ac.id
gambar 2.4 contoh gambar diagram sebab – akibat (fishbone chart) Sumber Jay Heizer and Barry Render, 2004
4.
Diagram Pareto (Pareto Analysis) Diagram pareto pertama kali diperkenalkan oleh Alfredo Pareto dan digunakan
pertama kali oleh Joseph Juran. Diagram pareto adalah grafik balok dan grafik baris yang menggambarkan perbandingan masing-masing jenis data terhadap keseluruhan. Dengan memakai diagram Pareto, dapat terlihat masalah mana yang dominan sehingga dapat mengetahui prioritas penyelesaian masalah. Fungsi diagram pareto adalah untuk mengidentifikasi atau menyeleksi masalah utama untuk peningkatan kualitas dari yang paling besar ke yang paling kecil. Kegunaan diagram pareto adalah: a. Menunjukkan masalah utama. b. Menyatakan perbandingan masing-masing persoalan terhadap keseluruhan. c. Menunjukkan tingkat perbaikan setelah tindakan perbaikan pada daerah yang terbatas. d. Menunjukkan perbandingan masing-masing persoalan sebelum dan setelah perbaikan. 44
repository.unisba.ac.id
Diagram Pareto digunakan untuk mengidentifikasikan beberapa permasalahan yang penting, untuk mencari cacat yang terbesar dan yang paling berpengaruh. Pencarian cacat terbesar atau cacat yang paling berpengaruh dapat berguna untuk mencari beberapa wakil dari cacat yang teridentifikasi, kemudian dapat digunakan untuk membuat diagram sebab akibat. Hal ini perlu untuk dilakukan mengingat sangat sulit untuk mencari penyebab dari semua cacat yang teridentifikasi. Apabila semua cacat dianalisis untuk dicari penyebabnya maka hal tersebut hanya akan menghabiskan waktu dan biaya dengan sia-sia. 5.
Diagram Alir/ Diagram Proses (Process Flow Chart) Diagram Alir secara grafis menyajikan sebuah proses atau sistem dengan
menggunakan kotak dan garis yang saling berhubungan. Diagram ini cukup sederhana, tetapi merupakan alat yang sangat baik untuk mencoba memahami sebuah proses atau menjelaskan langkah-langkah sebuah proses. Diagram Alir dipergunakan sebagai alat analisis untuk: a. Mengumpulkan data mengimplementasikan data juga merupakan ringkasan visual dari data itu sehingga memudahkan dalam pemahaman. b. Menunjukkan output dari suatu proses. c. Menunjukkan apa yang sedang terjadi dalam situasi tertentu sepanjang waktu. d. Menunjukkan kecenderungan dari data sepanjang waktu. e. Membandingkan dari data periode yang satu dengan periode lain, juga memeriksa perubahan-perubahan yang terjadi. 6.
Histogram Histogram adalah suatu alat yang membantu untuk menentukan variasi dalam proses.
Berbentuk diagram batang yang menunjukkan tabulasi dari data yang diatur berdasarkan ukurannya. Manfaat histogram, yaitu: a. Memberikan gambaran populasi. b. Memperlihatkan variabel dalam susunan data.
45
repository.unisba.ac.id
c. Mengembangkan pengelompokan yang logis. d. Pola-pola variasi mengungkapkan fakta-fakta produk tentang proses 7.
Peta Kendali (Control Chart) Peta kendali adalah suatu alat yang secara grafis digunakan untuk memonitor dan
mengevaluasi apakah suatu aktivitas/ proses berada dalam pengendalian kualitas secara statistika atau tidak sehingga dapat memecahkan masalah dan menghasilkan perbaikan kualitas. Peta kendali menunjukkan adanya perubahan data dari waktu ke waktu, tetapi tidak menunjukkan penyebab penyimpangan meskipun penyimpangan itu akan terlihat pada peta kendali. Manfaat peta kendali, yaitu: a. Memberikan informasi apakah suatu proses produksi masih berada didalam batas kendali atau tidak terkendali. b. Memantau proses produksi secara terus-menerus agar tetap stabil. c. Menentukan kemampuan proses (capability process). d. Mengevaluasi performa pelaksanaan dan kebijaksanaan proses produksi. e. Membantu menentukan kriteria batas penerimaan kualitas produk sebelum dipasarkan. Peta kendali juga digunakan untuk membantu mendeteksi adanya penyimpangan dengan cara menetapkan batas-batas kendali: a. Upper Control Limit (UCL) Merupakan garis batas atas untuk suatu penyimpangan yang masih diijinkan b. Central Line (CL) Merupakan garis yang melambangkan tidak adanya peyimpangan dari karakteristik sampel.
46
repository.unisba.ac.id
c. Lower Control Limit (LCL) Merupakan garis batas bawah untuk suatu penyimpangan dari karakteristik sampel. Dari pengendalian kualitas terdapat 2 kondisi yang dapat terjadi dalam proses produksi, yaitu: a. Proses Terkendali Suatu proses dapat dikatakan terkendali apabila pola-pola alami dari nilai-nilai variasi yang diplot pada peta memiliki pola: 1. Terdapat 2 atau 3 titik yang dekat dengan garis pusat. 2. Sedikit titik-titik yang dekat dengan batas kendali. 3. Titik-titik terletak bolak-balik diantara garis pusat. 4. Jumlah titik-titik pada kedua sisi dari garis pusat seimbang. 5. Tidak ada yang melewati batas-batas kendali. b. Proses Tidak Terkendali Beberapa titik pada peta kendali yang membentuk grafik, memiliki berbagai macam bentuk yang dapat memberitahukan kapan proses dalam keadaaan tidak terkendali dan perlu dilakukan perbaikan. Perlu diperhatikan, bahwa adanya kemungkinan titik-titik tersebut dapat menjadi penyebab terjadinya penyimpangan pada proses berikutnya. Ciri-ciri proses tidak terkendali pada peta, yaitu: 1. Deret. Apabila terdapat 7 titik berturut-turut pada peta kendali yang selalu berada diatas atau dibawah garis tengah secara berurutan. 2. Kecenderungan. Bila dari 7 titik berturut-turut cenderung maju ke atas atau ke bawah garis tengah membentuk sekumpulan titik yang membentuk sekumpulan titik yang membentuk garis yang naik turun.
47
repository.unisba.ac.id
3. Perulangan. Dari sekumpulan titik terdapat titik yang menunjukan pola yang hampir sama dalam selang waktu yang sama. 4. Terjepit dalam batas kendali. Apabila dari sekelompok titik terdapat beberapa titik pada peta kendali cenderung selalu jatuh dekat gaaris tengah atau batas kendali atas maupun bawah (CL/ Central Line, UCL/ Upper Control Limit, LCL/ Lower Control Limit). 5. Pelompatan. Apabila beberapa titik yang jatuh dekat batas kendali tertentu secara tiba-tiba titik selanjutnya jatuh di dekat kendali yang lain. Salah satu pola teknik untuk mengetahui pola yang tidak umum adalah dengan membagi peta kendali ke dalam enam bagian yang sama dengan garis khayalan. Tiga bagian di antara garis tengah dan batas kendali atas sedangkan tiga bagian lagi di antara garis tengah dengan batas kendali bawah. peta kendali yang secara garis besar di bagi menjadi 2 jenis: 1. Peta Kendali Variabel Peta kendali variabel digunakan untuk mengendalikan kualitas produk selama proses produksi yang bersifat variabel dan dapat diukur. Seperti: berat, ketebalan, panjang volume, diameter. Peta kendali variabel biasanya digunakan untuk pengendalian proses yang didominasi oleh mesin. Peta kendali variabel dibagi menjadi 2 : a. Peta kendali rata-rata ( X bar Chart) Digunakan untuk mengetahui rata-rata pengukuran antar sub grup yang diperiksa. b. Peta kendali rentang (R chart) Digunakan untuk mengetahui besarnya rentang atau selisih antara nilai pengukuran yang terbesar dengan nilai pengukuran terkecil di dalam sub grup yang diperiksa.
48
repository.unisba.ac.id
Penentuan garis pusat untuk mean dan range dicapai dengan perhitungan rumus : n
∑ i
rata rata pengukuran untuk setiap observasi
i 0 n
̅
∑
R = X max – X min = range data sampel pada setiap kali observasi g
̅ ∑ Ri garis pusat untuk pengendali range R i 1 g
Keterangan: n = banyaknya saampel dalam tiap observasi atau sub kelompok g = banyaknya observasi yang dilakukan Ri = range untuk setiap sub kelompok Xi = data pada sub kelompok atau sampel yang diambil ̅
Dan untuk menentukan batas kendalinya digunakan rumus: Batas Atas :
̅
̿
Batas Bawah :
̅
̿
√
√
Batas pengendali atas (BPA) dan batas pengendali bawah (BPB) untuk pengendali rataratanya adalah :
̅
̿
̅
̅
̿
̅
Peta pengendali untuk range : ̅ ̅
̅ ̅
49
repository.unisba.ac.id
2. Peta Kendali Atribut Peta kendali atribut digunakan untuk mengendalikan kualitas produk selama proses produksi yang tidak dapat diukur tetapi dapat dihitung sehingga kualitas produk dapat dibedakan dalam karakteristik baik atau buruk, berhasil atau gagal. Peta kendali atribut dibagi menjadi 4 : a. Peta kendali kerusakan (P Chart) Digunakan untuk menganalisis banyaknya barang yang ditolak yang ditemukan dalam pemeriksaan atau sederetan pemeriksaan terhadap total barang yang diperiksa. Menghitung jumlah unit proporsi kesalahan per sampel. Batas-batas kendali dalam peta kendali p dihitung dengan rumus : g
C
̅ ∑ pi i 1 g
Batas Atas
Batas Bawah
√ p̅ 1 p̅ n
̅
C
C
̅
√ p̅(1 p̅ ) n
Keterangan : ̅ = garis pusat peta pengendali proporsi kesalahan pi = proporsi kesalahan setiap sampel atau sub kelompok dalam setiap observasi n = banyaknya sampel yang diambil setiap kali observasi g = banyaknya observasi yang dilakukan λ = sigma
50
repository.unisba.ac.id
b. Peta kendali kerusakan per unit (NP Chart) Merupakan peta kendali yang menginterpretasikan jumlah kerusakan dalam suatu unit produk. Batas-batas kendali pada peta np dapat dihitung dengan rumus : g
C
̅̅̅̅
∑ np i 1 g
Batas Atas
np ̅̅̅̅
C
̅̅̅(1 np ̅̅̅) √ np
np ̅̅̅ √ np ̅̅̅(1 np ̅̅̅)
Batas Bawah
C
Keterangan :
̅̅̅̅̅ =
n = np =
rata-rata kerusakan per unit jumlah unit yang diperiksa jumlah kerusakan per unit
c. Peta kendali ketidaksesuaian (C Chart) Digunakan untuk menganalisis dengan cara menghitung jumlah produk yang mengalami ketidaksesuaian dengan cara spesifikasi. Batas-batas kendali dalam peta kendali c dapat dihitung dengan menggunakan rumus : g
C
c̅ ∑ ci i 1 g
Batas Atas
c̅
C
Batas Bawah
C
Keterangan : c̅ ci g
√c̅ c̅ √c̅
̅ ̅
garis pusat = banyaknya kesalahan pada setiap unit produk sebagai sampel pada setiap kali obervasi = banyaknya observasi yang dilakukan
51
repository.unisba.ac.id
d. Peta kendali ketidaksesuaian per unit (U Chart) Digunakan untuk menganalisa dengan cara menghitung jumlah produk yang mengalami ketidaksesuaian per unit. Peta kendali u (peta kendali u kecil) ini terlebih dahulu harus diketahui banyaknya kesalahan untuk satu unit produk dengan rumus : Garis pusat : g
C
u̅ ∑ ci i 1 ng
C
Batas Atas :
C
Batas Bawah :
√
u̅
u̅- √
u̅
u ̅
Keterangan : ̅ ci = banyaknya kesalahan pada setiap unit produk sebagai sampel pada setiap kali observasi g = banyaknya observasi yang dilakukan n
=
ukuran sampel
Peta kendali untuk jenis atribut ini memilik perbedaan dalam penggunaannya. Perbedaan tersebut adalah peta kendali p dan np digunakan untuk menganalisis produk yang mengalami kerusakan dan tidak dapat diperbaiki lagi, sedangkan peta kendali c dan u digunakan untuk menganalisis produk yang mengalami cacat atau ketidaksesuaian dan masih dapat diperbaiki.
52
repository.unisba.ac.id
2.12.3 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan Peta Kendali Setelah data diperoleh telah mencukupi. Peta kendali dapat menunjukan apabila terjadi penyimpangan dalam sebuah proses produksi, berikut ini beberapa keadaan yang menunjukan bahwa terjadi penyimpangan dalam suatu proses produksi yang dapat dilihat dari peta kendali Heizer & Render, Operations Management (2009 ; 256): 1.
Terdapat titik pada peta kendali yang berada di luar garis batas kendali atas atau batas kendali bawah
2.
Kecenderungan kes setiap arah minimal terdapat 5 titik. Hal ini dapat disebebkan oleh kinerja dari peralatan yang menurun.
3.
Terdapat 2 titik yang terletak di dekat batas kendali atas atau batas kendali bawah
4.
Terdapat 5 titik yang berurutan yang berada di atas atau di bawah garis pusat (Central line)
Jika terjadi keadaan di atas. maka dinyatakan sebagai tingkah laku yang tidak menentu, sehingga harus dilakukan penyelidikan terhadap proses tersebut. Setelah hasil peta kendali u diperiksa atau dianalisis maka ditentukan terlebih dahulu jenis cacat yang paling dominan terjadi penulis menggunakan diagram pareto dalam penelitian ini.
53
repository.unisba.ac.id