BAB II TINJAUAN PUSAKA 2.1. Regionalisme Regionalisme muncul di era sebelum perang dingin sekitar tahun 1947. Sejarah munculnya regionalisme adanya kesadaran regional dan keinginan negara-negara untuk melakukan sesuatu yang terbaik di lingkungan regional mereka. Munculnya regionalisme dapat dilihat dari dua tolak ukur. Pertama, dengan adanya kesadaran regional, identitas bersama, serta adanya rasa saling memiliki di antara negara yang secara geografis berdekatan yang menjadikan negara-negara untuk melakukan kerjasama regional. Kedua, terwujudnya kerjasama yang berujung pada pembentukan institusi regional sebagai wujud dari kerjasama regional (Fawcett dan Hurrel, 2002). Awalnya regionalisme dilakukan untuk alasan ekonomi sebagai rancangan dan implementasi serangkaian kebijakan khusus antar pemerintah negara-negara di dalam sebuah kawasan. Tujuannya untuk meningkatkan pertukaran barang maupun faktor produksi antar negara anggota, namun pada akhirnya politik juga ikut berbicara. Dalam beberapa kasus integrasi ekonomi regional juga dipicu karena untuk peningkatan keamanan (Ravenhill, 2007). Menurut Fawcett dan Hurrel (2002) regionalisme merupakan suatu kebijakan
negara
dalam
bentuk
kerjasama
negara
untuk
tujuan
mengkoordinasikan strategi demi mencapai kepentingan suatu kawasan. Regionalisme bertujuan untuk mempromosikan dan mengupayakan tujuan-tujuan bersama dalam satu isu atau lebih.
5
Universitas Sumatera Utara
Latar belakang regionalisme lebih bersifat politis, karena pasca perang dunia ke-2, negara-negara di dunia memandang security sebagai salah satu yang sangat penting. Collective security menjamin kemanan mereka. Pada era perang dingin, regionalisme terbentuk akibat adanya dua blok yang saling berseteru yaitu blok barat dan blok timur. Pada era sesudah perang dingin, muncullah new regionalism atau suatu bentuk regionalisme baru. Fenomena ini disebabkan oleh beberapa empat faktor yaitu, berakhirnya perang dingin yang juga mengakhiri blok-blok pada era tersebut, perubahan yang terjadi dalam aspek perekonomian dunia, berakhirnya paham tentang istilah ‘Dunia Ketiga’, demokraisi (Fawcett dan Hurrel, 2002). 2.2. Regionalisme Dalam Arsitektur Menurut Jenks (1977) regionalisme diperkirakan berkembang sekitar tahun 1960. Timbulnya usaha untuk memperkuat antara arsitektur tradisional dan arsitektur yang baru diakibatkan munculnya gaya arsitektur modern yang biasa disebut international style yang berusaha meninggalkan masa lampaunya dan meninggalkan ciri serta sifat-sifatnya. Salah satu aliran tersebut adalah regionalisme (Dharma, 2006). Regionalisme merupakan suatu kesadaran untuk membuka kekhasan tradisi dalam merespon terhadap tempat dan iklim, kemudian melahirkan kembali identitas formal dan simbolik ke dalam bentuk kretaif yang baru (Beng, 1994). Curtis (1985) mengatakan bahwa regionalisme diharapkan dapat menghasilkan bangunan yang bersifat abadi, menyatu antara yang lama dan yang
6
Universitas Sumatera Utara
baru, antara regional dan universal, sehingga menjadi sebuah identitas yang membedakan satu daerah dengan daerah lain (Rapoport, 1969). Desain yang konteksnya bersifat kedaerahan atau region dengan diperbaharui perkembangan arsitektur dan teknologi saat ini, sehingga penampilan bangunan merupakan hasil senyawa pola cultural dan teknologi modern, disebut regionalisme dalam arsitektur (Suryono, 2015). 2.3. Jenis Regionalisme Dalam Arsitektur Ozkan (1985) membagi jenis regionalisme menjadi dua bagian yatiu : 1. Concrete regionalism Meliputi expresi daerah regional dengan meniru kekhasannya, elemenelemennya, atau seluruh bagian-bagian bangunan di daerah tersebut. Mementingkan kenyamanan pada bangunan baru sesuai kualitas bangunan tradisional. Contohnya adalah hotel Intan Laguna Lombok yang dirancang oleh arsitek bernama Ridwan Tamtomo, Adishakti, Dwijanto. Salah satu bangunan ciri khas di Lombok adalah lumbung padi tradisional yang bernama "alung", bentuknya sangat unik, sehingga mudah dikenal dan diingat.
Gambar 2.1. Alung Sumber : Abarchitecs.blogspot.com
7
Universitas Sumatera Utara
Ciri fisik merupakan salah satu ciri yang sangat dibutuhkan untuk sebuah bangunan, agar menarik, mudah diingat dan mudah dikenal. ditantang untuk menampilakn ciri tertentu. Pada hotel Lombok Intan Laguna, tiruan bentuk "alung" ditata berundak pada bangunan hotel yang mempunyai kemiringan. Hal ini merupakan penggambaran "alung" yang berseret di sebuah bukit. Penambahan beberapa bagian atau elemen "alung" di tempat-tempat lain, akan lebih memberi keutuhan rancangan secara keseluruhan.
Gambar 2.2. Sketsa bangunan hotel Lombok Intan Laguna Sumber : Abarchitecs.blogspot.com 2. Abstract regionalism Bangunan yang menggabungkan unsur-unsur abstrak bangunan seperti, massa, solid, proporsi, sense of space, void, penggunaan pencahayaan, dan prinsip-prinsip struktur dalam bentuk yang diolah kembali. Contohnya adalah bangunan Kyoto Confrence Hall yang dirancang oleh Sachio Otani. Konsep perancangan Sachio Otani
pada bangunan ini
memberikan keseluruhan rancangan dalam kesatuan yaitu karakter Jepang melalui pilihan bentuk trapezoidal (gambar 2.5). Setiap kolom muncul dari
8
Universitas Sumatera Utara
tanah atau danau, setiap dinding atau belustrade, baik di dalam maupun di luar, membentuk sudut dua puluh dua derajat terhadap arah vertikal.
Gambar 2.3. Kyoto Confrence Hall Sumber : Abarchitecs.blogspot.com Bentuk V terbuka menjulang ke atas, mengingatkan perpotongan kasau bernama "chigi" pada bagian atas kuil Ise.
Gambar 2.4. Chigi Sumber : Abarchitecs.blogspot.com Sachio Otani menjelaskan alasan sebenarnya mengapa memilih bentuk trapezoidal untuk mengatur potongan melintang bentuk bangunan :
bagian
bawah
untuk
mewadahi
kegiatan-kegiatan
yang
membutuhkan ruang lebar, sedangkan bagian atas untuk ruang yang lebih sempit.
9
Universitas Sumatera Utara
sesuai dengan tuntutan bentuk auditorium, bagian bawah dimana banyak orang dituntuk ruang lebih besar, sedangkan dinding yang tidak sejajar baik bagi akustik.
secara struktural dengan adanya bentuk tersbut, dapat mengatur susunan letak lantai, melebar ke bawah atau menyempit ke atas.
Gambar 2.5. Bentuk trapezoidal Sumber : En.wikipedia.org 2.4. Taksonomi Regionalisme Arsitektur Regionalisme menurut Budiharjo (1997) dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu : 1. Pola Derivatif Meniru atau memelihara bentuk arsitektur tradisi atau vernakular, untuk fungsi bangunan baru atau modern. Dalam hal ini kita dapt melihat tiga kecendrungan
Tipologis, mengelompokkan bangunan vernakular, kemudian memilih dan membangun salah satu tipe yang dianggap baik untuk kepentingan baru.
Interpretif atau interpretasi, menafsirkan bangunan vernakular kemudian membangunnya untuk kepentingan baru.
Konservasi, mempertahankan bangunan lama yang masih ada, kemudian menyesuaikannya dengan kepentingan baru.
10
Universitas Sumatera Utara
2. Pola transformatif Gagasan arsitektur regional yang bersifat transformatif, tidak lagi sekedar meniru bangunan lama. Tetapi berusaha mencari bentuk-bentuk baru, dengan titik tolak ekspresi bangunan lama baik yang visual maupun abstrak. Gagasan arsitekur yang bersifat visual dapat dilihat
dari usaha
pengambilan elemen-elemen bangunan lama yang yang dianggap baik, menonjol atau ekspresif untuk di ungkapkan kepada bangunan baru. Pemilihan elemen yang dianggap baik ini disebut eklektik. Kemudian pastiche, atau mencampur-baurkan beberapa elemen bangunan baik modern maupun tradisional, beberapa diantara desain bangunan seperti ini juga dapat menimbulkan kesan ketidakserasian. Sedangkan reinterpretatif, adalah menafsirkan kembali bangunan lokal itu dalam versi baru. 2.5. Penerapan Regionalisme dalam Desain Arsitektur Menurut Wondoamiseno (1991) penerapan regionalisme dalam desain arsitektur sebagai berikut, yaitu pengkaitan Arsitektur Masa Lampau (AML) dan Arsitektur Masa Kini (AMK) menjadi satu kesatuan adalah : a. Tempelan elemen AML pada AMK Satu bangunan yang di rancang sebagai bangunan modern kemudian diberi elemen budaya lokalnya disebut tempelan elemen AML pada AMK. Contohnya kantor Gubernur Padang, Sumatera Barat. Kantor Gubernur dibangun tahun 1968 dengan desain arsitektur modern, kemudian beberapa tahun kemudian ditempel atap gonjong untuk menampilkan kembali ciri khas kedaerahan.
11
Universitas Sumatera Utara
Rancangan awal kantor Gubernur Padang (bangunan modern), 1968
Menempelkan Atap gonjong tradisional Padang
Kantor Gubernur Padang dengan tambahan atap gonjong
Kantor Gubernur Padang , 2015
Gambar 2.6. Contoh bangunan tempelan elemen AML pada AMK Sumber : Couto (2008) b. Elemen AML menyatu di dalam AMK Elemen AML dapat menyatu didalam AMK apabila suatu bangunan dirancang dengan menafsirkan bentuk-bentuk AML, sehingga terjadi keharmonisan pada suatu bangunan. Contohnya Mesjid Ganting di bangun zaman Kolonial, bahan maupun dekorasinya menunjukkan bangunan zaman kolonial, kemudian diberi elemen bentuk atap dari arsitektur Mesjid lama kota Padang sehingga tampak atap tersebut menyatu pada bangunan kolonial.
12
Universitas Sumatera Utara
Atap Limas ciri khas mesjid lama kota Padang
Penambahan 2 menara ciri khas mesjid lama kota Padang
Gambar 2.7. Rancangan awal Mesjid Ganting, Padang Sumber : Couto (2008)
Gambar 2.8. Mesjid Ganting, Padang (2015) Sumber : Couto (2008) c. Wujud AML mendominasi AMK Suatu bangunan mencoba mentransformasikan bentuk-bentuk AML ke AMK. Contohnya Bank Nagara Padang mentransformasikam kemiringan tampak samping bentuk badan rumah tradisonal Padang.
Gambar 2.9. Rumah tradisional Padang (AML) Sumber : Couto (2008)
13
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.10. Bank Nagara, Padang (AMK) Sumber : Couto (2008) d. Ekspresi Wjud AML menyatu didalam AMK Ekspresi wjud AML akan dapat menyatu dengan AMK bila skala, proporsi serta komposisi bangunan AMK mendekati bangunan AML. Contohnya Bank Indonesia Padang, bangunan ini didesain dengan menafsirkan skala, proporsi dan komposisi
AML ke Bank Indonesia dengan perubahan
material dan warna.
Gambar 2.11. Rumah Padang (AML) Sumber : Couto (2008)
14
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.12. Bank Indonesia Padang (AMK) Sumber : Couto (2008) Menurut Wondoamiseno untuk dapat menyatakan bahwa AML menyatu di dalam AMK, maka AML dan AMK secara visual harus merupakan kesatuan (unity). Kesatuan yang dimaksud adalah kesatuan dalam komposisi arsitektur. Kesatuan itu tidak hanya visual tetapi juga bisa dalam kualitas abstrak, yang dapat dinilai dari respons manusia terhadap bangunan, yaitu bagaimana reaksi manusia baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek bangunan. Untuk mendapatkan kesatuan dalam komposisi arsitektur ada tiga syarat utama yaitu adanya : a. Dominan (dominasi) Sesuatu yang dominan yaitu ada salah satu unsur visual yang menguasai keseluruhan komposisi. Dominasi dapat dicapai dengan penggunaann warna, material, maupun obyek-obyek pembentuk komposisi itu sendiri. b.Pengulangan Pengulangan di dalam komposisi dapat dilakukan dengan mengulang bentuk, warna, tekstur, maupun proporsi. Didalam pengulangan dapat dilakukan dengan berbagai irama atau repetisi agar tidak terjadi kesenadaan (monotone). c. Kesinambungan dalam komposisi Kesinambungan atau kemenerusan adalah adanya garis penghubung maya (imaginer) yang menghubungkan perletakan obyek-obyek pembentuk komposisi.
15
Universitas Sumatera Utara
2.6. Arsitektur Melayu di Sumatera Utara Suku bangsa Melayu di Sumatera utara berasal dari Malaka. Terjadi penyebaran suku melayu di Sumatera Timur yang sekarang dinamakan Sumatera Utara yaitu Langkat, Deli, Serdang, Lima Puluh, Asahan, Kualah, Bilah, Panai, Kota Pinang. Pada awalnya Sumatera Timur memiliki kesultanan Aru (Haru) yang berada di pesisir. Kemudian muncullah kesultanan Deli dari cikal bakal kesultanan Aru, kesultanan Serdang, kesultanan Langkat, dan kesultanan Asahan.
Gambar 2.13. Peta negeri-negri di Sumatera Timur (1863) Sumber : Basarshah II (2003)
2.7. Karakteristik Arsitektur Melayu di Sumatera Utara Karakteristik arsitektur melayu adalah rumah panggung, dan memiliki tiang-tiang tinggi sekitar 2 - 2,5M. Hal ini sesuai dengan iklim setempat serta
16
Universitas Sumatera Utara
kebiasaan yang sudah turun-temurun (Mudra, 2004). Menurut Sinar (1993) pengaruh syariat Islam yang mempengaruhi pada arsitektur melayu berupa pemisahan ruang lelaki dengan ruang perempuan. Ukiran-ukiran pada elemen rumah melayu dominan menggunakan motif bentuk bunga, daun, buah, sulursuluran dan menghindari motif manusia maupun hewan (Husny, 1976).
Gambar 2.14. Arsitektur Melayu Sumber : Omtatok (2012)
2.8. Arsitektur Melayu Langkat Leluhur kesultanan Langkat adalah Dewa Syahdan dengan gelar Sibayak si pintar ukum. Masa kekuasannya tahun 1500 -1580. Tidak lama kemudian Dewa Syahdan turun ke Deli tua, kemudian pindah ke Guri atau Buluh Cina. Tahun 1884 Kesultanan Langkat mengalami kemakmuran pada masa Sultan Musa akibat melakukan kontra dengan Belanda. Sultan Musa mendirikan Istana di Darul Aman (Gambar 2.15).
17
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.15. Istana Darul Aman Sumber : Tembakaudeli.blogspot.com Sultan Musa juga mendirikan mesjid Azizi pada tahun 1899 diatas tanah seluas 18.000 m². Sultan Musa wafat sebelum pembangunan mesjid selesai sehingga pembangunan mesjid diteruskan oleh putranya yang bergelar Sultan Abdul Aziz Djail Rachmat Syah (Sultan Langkat ke-7).
Gambar 2.16. Mesjid Azizi, Tanjung Pura Sumber : Tembakaudeli.blogspot.com Rancangan mesjid Azizi ditangani oleh seorang arsitek berkebangsaan Jerman. Bahan bangunan esjid Azizi di datangkan dari Penang Malaysia dan Singapura dengan menggunakan kapal ke Tanjung Pura. Pada masa Sultan Musa sungai Batang Serangan masih berfungsi baik dan kapal-kapal dengan tonase 600 ton dapat melayaninya.
18
Universitas Sumatera Utara
Pada tanggal 24 Oktober 1927 Sultan Aziz digantikan oleh anaknya bergelar Sultan Mahmud AbdulAziz Abdul Jalil Rahmadsyah di Istana Darul Aman. Sultan Mahmud melanjutkan pemerintahan Sultan Aziz dengan membangun balai Kerapatan Langkat (Gambar 2.17), dan sekarang kantor Kerapatan menjadi useum Kabupaten Langkat (Gambar 2.18).
Gambar 2.17. Kantor Kerapatan Langkat pada tahun 1933 Sumber : Tembakaudeli.blogspot.com
Gambar 2.18. Museum Kabupaten Langkat tahun 2014 Sumber : Kualikata (2014)
19
Universitas Sumatera Utara
Akibat sering terkena banjir Sultan Mahmud pindah ke Tanjung Pura dan membangun Istana baru yaitu istana Darussalam di Tanjung Pura.
Gambar 2.19. Istana Darul Aman terkena Banjir pada tahun 1921 Sumber : Tembakaudeli.blogspot.com
Gambar 2.20. Istana Darussalam, Tanjung Pura Sumber : Tembakaudeli.blogspot.com Istana Darussalam di bangun oleh arsitek Belanda. Gaya arsitektur Istana sudah dipengaruhi oleh arsitektur Kolonial Belanda. Pengaruh gaya tersebut dapat dilihat pada papan tebukan Istana.
20
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.21. Papan tebukan Istana Darussalam, Tanjung Pura Sumber : Tembakaudeli.blogspot.com Akibat revolusi bangunan Istana Darussalam di hancurkan oleh rakyat dan di bangunlah replika istana Langkat yang letaknya di kota Stabat. Replika istana langkat ini dibangun tahun 2001. (Juhdi, 2015)
Gambar 2.22. Replika istana Langkat, Stabat Sumber : Dokumentasi pribadi (2015)
Gambar 2.23. Denah replika Istana Langkat Sumber : diolah dari
21
Universitas Sumatera Utara
Bangunan melayu Langkat menggunakan bentuk atap bubungan lima bertingkat dan menggunakan bahan atap genteng (Gambar 2.24). Pada atap terdapat teban layar yang berfungsi sebagai ventilasi atap. Bentuk teban layar pada bangunan melayu Langkat berbentuk bulat dan terbuat dari beton, teban layar tersebut sudah dipengaruhi oleh arsitektur Belanda (Gambar 2.25).
Gambar 2.24. Atap arsitektur melayu Langkat Sumber : Dokumentasi pribadi (2015)
Gambar 2.25. Teban layar melayu Langkat Sumber : Dokumentasi pribadi (2015) Bentuk plafond melengkung seperti bentuk kuba. Ujung-ujung plafond disebut daun sayap yang harus ditutupi dengan ornamen agar tidak kelihatan. Ornamen pada daun sayap ialah bunga pecah lima (gambar 2.27).
22
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.26. Plafond arsitektur melayu Langkat Sumber : Dokumentasi pribadi (2015)
Gambar 2.27. Detail ornemen bunga pecah lima Sumber : Dokumentasi pribadi (2015) Terdapat lebah bergantung pada atap. Lebah bergantung diletakkan pada lisplang. Lebah bergantung terbuat dari kayu yang diukir. Lebah bergantung memiliki makna sebagai kehidupan makmur.
Gambar 2.28. Lebah begantung pada atap Sumber : Dokumentasi pribadi (2015)
23
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.29. Detail lebah begantung Sumber : Dokumentasi pribadi (2015) Kolom pada arsitektur melayu Langkat berbentuk bulat dan diberi ornamen pucuk rebung. Pucuk rebung menggambarkan pohon bambu yang batangnya kuat namun ranting dan daunnya merunduk yang berarti bahwa orang melayu Langkat ramah tamah ketika menyambut tamu.
Gambar 2.30. Kolom arsitektur Melayu Langkat Sumber : Dokumentasi pribadi (2015)
24
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.31. Ornamen pucuk rebung pada kolom Sumber : Dokumentasi pribadi (2015)
Pintu pada melayu Langkat berbentuk persegi yang terbuat dari kayu (gambar 2.32). Pada atas pintu dibuat tebok yang diukir dengan ornamen melayu Langkat. Fungsi tebok sebagai ventilasi. Ornamen tebok yang digunakan pada pintu ialah serbuk layar (gambar 2.33).
Gambar 2.32. Pintu arsitektur melayu Langkat Sumber : Dokumentasi pribadi (2015)
25
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.33. Detail ornamen sebuk layar Sumber : Dokumentasi pribadi (2015) Jenis jendela pada melayu Langkat ialah kuari. Bentuk jendela sama seperti bentuk pintu. Bahan jendela terbuat dari kayu. Sama seperti pintu, diatas jendela dibuat tebok yang berfungsi sebagai ventilasi. Ornamen tebok pada jendela ialah bunga hutan (gambar 2.35).
Gambar 2.34. Jendela arsitektur melayu Langkat Sumber : Dokumentasi pribadi (2015)
Gambar 2.35. Detail ornemen bunga hutan Sumber : Dokumentasi pribadi (2015)
26
Universitas Sumatera Utara
Lantai pada replika istana Langkat ialah keramik. Pada lantai diberi ornamen yang mirip dengan bintang-bintang (gambar 2.36).
Gambar 2.36. Lantai arsitektur melayu Langkat Sumber : Dokumentasi pribadi (2015) Dinding pada bangunan melayu Langkat biasanya di beri ornamen atau hiasan. Ornamen yang terdapat pada dinding bangunan Istana Langkat adalah pucuk rebung dan pokok kolan.
Gambar 2.37. Ornamen pucuk rebung didinding Sumber : Dokumentasi pribadi (2015)
27
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.38. Ornamen pokok kolan di dinding Sumber : Dokumentasi pribadi (2015) Terdapat 4 buah tangga, tangga utama diletakkan dari arah orintasi yang berlawanan, tangga yang ketiga dan keempat berorientasi langsung ke jalan. Jumlah anak tangga pada setiap tangga 22 buah. Pada tangga terdapat papan tebukan atau pegangan tangga.
Gambar 2.39. Tangga utama Sumber : Dokumentasi pribadi (2015)
28
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.40. Tangga samping Sumber : Dokumentasi pribadi (2015)
Gambar 2.41. Papan tebukan Sumber : Dokumentasi pribadi (2015)
Gambar 2.42. Detail kolom pada papan tebukan tangga Sumber : Dokumentasi pribadi (2015)
29
Universitas Sumatera Utara
Arsitektur melayu Langkat memilki ciri khas tersendiri yaitu memiliki panca persada (gambar 2.29). Panca persada memilki 2 fungsi, yang pertama sebagai tempat menunggu untuk orang-orang ketika ingin berjumpa dengan Sultan. Fungsi yang kedua adalah sebagai tempat siraman putri raja setelah menikah. Bentuk atap panca persada
dipengaruhi oleh gaya arsitektur Cina.
Menurut sejarah kesultanan Langkat, timbulnya melayu Langkat berawal dari Malaka.
Gambar 2.43. Panca persada Sumber : Dokumentasi pribadi (2015) 2.9. Arsitektur Melayu Deli Tahun 1632 berdirilah kesultanan Deli dengan Raja Panglima Gocah Pahlawan (raja Deli I). Pusat pemerintahan kesultanan Deli petama berada di Labuhan.
Gambar 2.44. Labuhan, pusat pemerintahan kesultanan Deli yang pertama Sumber : Basarshah II (2003)
30
Universitas Sumatera Utara
Pada tahun 1824 kesultanan Deli dipimpin oleh Sultan Osman Perkasa Alam Shah yang merupakan sultan Deli ke- VII. Tahun 1854 Sultan Osman mendirikan sebuah mesjid yang bernama Mesjid Al Osmani di Labuhan Deli.
Gambar 2.45. Mesjid Al Osmani tahun 1854 Sumber : Tembakaudeli.blogspot.com Pada tahun 1858 sultan Deli yang ke-VIII, Sultan Mahmud Perkasa Alam tiggal di Istana Kota Batu di Labuhan Deli. Beliau mulai menjalin kerja sama dengan pihak asing yaitu, Belanda, Belgia, Polandia, dan Inggris yang ditandai dengan pembukaan perkebunan temabakau di kerajaan Deli. Sultan Mahmud pun merenovasi Mesjid Al Osmani.
Gambar 2.46. Istana Kota Batu, Labuhan Deli 1870 Sumber : Tembakaudeli.blogspot.com
31
Universitas Sumatera Utara
Sultan Ma’mun Al Rasyid merupakan sultan Deli yang ke-IX. Pada masa Sultan Ma’mun Deli mengalami kemakmuran dan pusat kerajaan di pindahkan ke Medan. Sultan Ma’mun Al Rasyid mulai membangun sejumlah simbol kejayaan kesultanan Deli, antara lain Kampong Bahari (Labuhan) tahun 1886, Istana Agung Maimoon tahun 1888.
Gambar 2.47. Istana Maimun 1925 Sumber : Tembakaudeli.blogspot.com
Pembangunan simbol-simbol kebesaran Deli dilanjutkan dengan mendirikan gedung Mahkamah Kerapatan Besar tahun 1903.
Gambar 2.48. Kantor pusat Deli di Medan Sumber : Tembakaudeli.blogspot.com
32
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.49. Kantor kerapatan Deli di Medan Sumber : Tembakaudeli.blogspot.com Tahun 1905 Sultan juga membangun perumahan keluarga dan Taman Sri Deli di depan Mesjid raya Al Mahsun.
Gambar 2.50. Derikhan Park (taman sri Deli) 1905 Sumber : Tembakaudeli.blogspot.com Sultan mendirikan Masjid Raya Al Mansun tahun 1906. Arsitek Istana Maimoon adalah seorang tentara Kolonial Belanda bernama Kapten Th.Van Erp. Pada 12 November 1905 Sultan juga mendirikan sebuah istana baru yang terletak antara jl. Amaliun dan jl.puri yang diberi nama istana kota maksum. Serta tahun 1906 Sultan mendirikan istana untuk Tengku besar Deli di sekitar kota maksum.
33
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.51. Istana Puri Kota maksum Sumber : Tembakaudeli.blogspot.com
Gambar 2.52. Istana Tengku Besar Deli Sumber : Tembakaudeli.blogspot.com
Istana kesultanan Deli yaitu Istana Maimun yang masih berdiri sampai sekarang. Bangunan Istana Maimun memiliki 3 bentuk atap, yaitu berbentuk kuba, bentuk limas, dan bentuk lima. Bentuk atap kuba terletak pada bagian depan berada pada tangga entrance dan serambi depan. Atap diberi warna hitam untuk menyerupai warna atap lainnya. Diatas atap kuba diberi ornamen bulan. Bentuk atap lima menggunakan material genteng sirip.
34
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.53. Istana Maimun tahun 2014 Sumber : Dokumentasi pribadi (2015)
Gambar 2.54. Denah Istana Maimun 2014 Sumber : Diolah dari
Gambar 2.55. Atap kuba Istana Deli Sumber : Dokumentasi pribadi (2015)
35
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.56. Atap Kuba dan atap Lima Sumber : Dokumentasi pribadi (2015) Bangunan Istana Deli memiliki tiga bentuk lebah bergantung. Ornamen yang digunakan pada lebah bergantung adalah pucuk rebung.
Gambar 2.57. Lebah bergantung Sumber : Dokumentasi pribadi (2015)
Gambar 2.58. Lebah bergantung Sumber : Dokumentasi pribadi (2015)
36
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.59. Lebah bergantung Sumber : Dokumentasi pribadi (2015) Plafond pada istana langkat adalah papan. Pada tangga utama plafond diberi warna kuning dan disususn vertikal. Pada pinggir plafond diberi daun sayap.
Gambar 2.60. Plafond pada tangga utama Sumber : Dokumentasi pribadi (2015) Pada ruang hall atau ruang utama raja plafond di ukir ornamen dan diberi warna yang berciri khas melayu Deli. ornamen yang digunakan pada plafond tersebut adalah ornamen bunga melur, kaluk pakis, dan kaluk pakis wajik.
37
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.61. Plafond pada ruang utama Sumber : Dokumentasi pribadi (2015) Elemen arsitektur lainnya pada Istana Deli adalah kolom. Terdapat dua macam kolom yang terdapat pada serambi Istana Deli. Kolom yang terbuat dari beton terletak di depan bangunan Istana Deli, kolom ini sudh dipengaruhi gaya arsitektur Belanda.
Gambar 2.62. Kolom melayu Deli Sumber : Dokumentasi pribadi (2015) Terdapat kolom yang terbuat dari kayu yang berbentuk bulat. Kolom yang terdiri dari dua kolom bulat lalu di letakkan di antara kolom beton. Kolom tersebut merupakan perpaduan arsitektur melayu Deli dan Kolonial Belanda.
38
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.63. Kolom melayu Deli Sumber : Dokumentasi pribadi (2015) Pintu pada Istana Deli berbentuk persegi. Pada pintu terdapat tebok yang berfungsi sebagai ventilasi pintu. Bentuk tebok pintu di Istana Deli bermacammacam. Warna pada pintu di Istana Deli yaitu warna kuning, hijau, dan putih. Material pintu kayu jati.
Gambar 2.64. Pintu samping Istana Deli Sumber : Dokumentasi pribadi (2015)
39
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.65. Pintu dapur bersih Sumber : Dokumentasi pribadi (2015) Jenis jendela pada melayu Deli ada dua, yaitu tingkap dan kwari. Jendela jenis tingkap digunakan pada kamar putri. Jenis kwari digunakan pada seluh kamar baik raja maupun keluarga raja lainnya. Pada jendela juga terdapat tebok.
Gambar 2.66. Jendela tingkap pada kamar putri Sumber : Dokumentasi pribadi (2015)
40
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.67. Jendela kwari pada kamar keluarga sultan Sumber : Dokumentasi pribadi (2015) Material dinding pada Istana Deli adalah papan yang disususn vertikal. Dinding diberi warna kuning. pada dinding ruang utama terdapat ornamen yang ditempel di dinding.
Gambar 2.68. Dinding papan Istana Deli Sumber : Dokumentasi pribadi (2015)
Gambar 2.69. Ornamen Dinding papan Istana Deli Sumber : Dokumentasi pribadi (2015)
41
Universitas Sumatera Utara
Material lantai Istana Deli adalah marmer. Pada lantai diberi ornamen dengan warna biru,merah, hijau.
Gambar 2.70. Lantai Istana Deli Sumber : Dokumentasi pribadi (2015) Arah orientasi tangga utama Istana Deli sudah dipengaruhi arsitektur Belanda. material tangga beton dan marmer. Pada tangga terdapat papan tebukan. Bentuk dan ornamen papan tebukan di Istana Deli beragam.
Gambar 2.71. Tangga utaman Istana Deli Sumber : Dokumentasi pribadi (2015)
42
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.72. Papan tebukan pada tangga Istana Deli Sumber : Dokumentasi pribadi (2015)
Gambar 2.73. Papan tebukan pada serambi Istana Deli Sumber : Dokumentasi pribadi (2015)
Gambar 2.74. Papan tebukan pada tangga Istana Deli Sumber : Dokumentasi pribadi (2015)
43
Universitas Sumatera Utara
2.10. Arsitektur Melayu Serdang Pada tahun 1723, raja pertama kesultanan Serdang dipimpin oleh Tuanku Umar Johan.
Gambar 2.75. Istana Bogok sultan Serdang, Rantau Panjang, Pantai labu, Deli Serdang 1728-1896 Sumber : Tembakaudeli.blogspot.com Pada masa sultan Sulaiman Syariful Alamsyah, sultan Serdang ke-V Serdang mengalami kemakmuran. Tahun 1894 sulta Sulaiman istana Serdang ke kota Galuh.
Gambar 2.76. Istana Darul Arif, kota Galuh, Perbaungan (1896-1946) Sumber : Tembakaudeli.blogspot.com
44
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.77. Gerbang Istana Darul Arif, kota Galuh, Perbaungan Sumber : Tembakaudeli.blogspot.com Pada tahun 1901, sultan Sulaiman juga mendirikan sebuah esjid yang dikenal sebagai Mesjid Raya Sulaimaniyah.
Gambar 2.78. Mesjid raya Sulaimaniyah Sumber : Tembakaudeli.blogspot.com
Istana kesultanan Serdang di hancurkan pada masa revolusi. Pada tahun 2000 dibangun sebuah replika istana Serdang di Sergai.
45
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.79. Replika Istana Serdang Sumber : Dokumentasi pribadi (2015)
Gambar 2.80. Perspektif Istana Serdang Sumber : Dokumentasi pribadi (2015)
Gambar 2.81. Denah replika Istana Serdang Sumber : Diolah dari
46
Universitas Sumatera Utara
Istana Serdang menggunakan bentuk atap Lima yang dapat terlihat pada denahnya. Terdapat lebah bergantung pada lisplang atap.
Gambar 2.82. Atap lima Istana Serdang Sumber : Dokumentasi pribadi (2015)
Gambar 2.83. Lebah bergantung Sumber : Dokumentasi pribadi (2015)
Tiang pada istana Serdang berbentuk persegi. Terdapat dua tiang yang berbeda ukuran. Tiang pada serambi terbuat dari kayu, dan pada ruang terbuka tiangnya terbuat dari beton.
47
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.84. Tiang Istana Serdang Sumber : Dokumentasi pribadi (2015)
Gambar 2.85. Tiang beton Istana Serdang Sumber : Dokumentasi pribadi (2015) Bentuk pintu Istana Serdang persegi dan pintu diberi warna hijau. Diatas pintu diberi ventilasiyang berbentuk persegi. Bentuk jendela menyerupai pintu namun terdapat perbedaan pada ventilasinya.
48
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.86. Pintu Istana Serdang Sumber : Dokumentasi pribadi (2015)
Gambar 2.87. Jendela Istana Serdang Sumber : Dokumentasi pribadi (2015)
Terdapat ornamen pada dinding Istana Serdang. Ornamen tersebut dibuat keliling dinding. Lantai yang digunakan Istana Serdang adalah keramik biasa.
49
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.88. Ornamen pada dinding Sumber : Dokumentasi pribadi (2015)
Gambar 2.89. Lantai Istana Serdang Sumber : Dokumentasi pribadi (2015) Tangga pada Istana Serdang memiliki 2 arah orintasi, yaitu tangga utama berorientasi pada samping jalan dan tangga kedua berorientasi pada depan jalan.
Gambar 2.90. Tangga utama berorientasi pada samping jalan Sumber : Dokumentasi pribadi (2015)
50
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.91. Tangga berorientasi pada depan jalan Sumber : Dokumentasi pribadi (2015) Tangga terbuat dari beton yang diberi lantai keramik. Pada tangga terdapat papan tebukan. Papan tebukan pada tangga Istana Serdang terbuat dari besi. Warna papan tebukan pada Istana serdang adalah warna kuning. Terdapat motif bunga-bunga yang di tempel-tempel pada dinding papan tebukan (gambar 2.92).
Gambar 2.92. Papan tebukan tangga Sumber : Dokumentasi pribadi (2015)
51
Universitas Sumatera Utara
Pada masa kerajaan, putri-putri raja di di lindungi dan di tempatkan ditempat yang khusus. Tempat tersebut diberi nama maligai. Maligai merupakan kamar tempat tidur para putri raja yang ditempatkan pada menara atau puncak bangunan Istana. (gambar 2.93).
Gambar 2.93. Maligai Sumber : Dokumentasi pribadi (2015) Tabel 2.1 akan menggambarkan secara singkat elemen-elemen arsitektur melayu Langkat, melayu Deli, dan melayu Serdang.
52
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1. Elemen Arsitektur Melayu Langkat, Deli, dan Serdang
No.
Elemen Arsitektur
Arsitektur Melayu Langkat Lima
Arsitektur Melayu Deli Kombinasi kuba dan lima
Arsitektur Melayu Serdang Lima
Bentuk
Teban layar
1
Atap
Pucuk rebung
Tidak ada
Tidak ada
Pucuk rebung
Pucuk rebung
Lebah bergantung
53 Universitas Sumatera Utara
Bentuk kuba dari papan poly
2.
Plafond
Papan disusun vetikal
Asbes
plafond
54 Universitas Sumatera Utara
Ornamen
Tidak ada Daun sayap
3.
Tidak ada
Tiang Bulat dari beton
Tiang bulat dari kayu dengan kombinasi beton
Tiang persegi dari kayu
Detail ornamen Pucuk Rebung
Tiang beton
Tiang persegi dari beton
Tiang
55 Universitas Sumatera Utara
Persegi dari kayu bewarna cokela
4.
Pintu
Persegi
Persegi
Bentuk Persegi
Ornamen julun kacang
Tebok
Ornamen bunga melur
Tidak ada
56 Universitas Sumatera Utara
Persegi
Persegi
Persegi
Marmer
Keramik
Bentuk
5.
Jendela
Ornamen bunga hutan
Tebok
Keramik
6.
Lantai
Jenis material
57 Universitas Sumatera Utara
Dinding bata dengan Ornamen pokok koloan
Dinding papan
Dinding bata dengan Ornamen pucuk rebung
Dinding papan dengan ornamen bunga
Tangga Utama
Tangga Utama
Dinding bata
Material
7.
Dinding
Ornamen
8
Tangga Utama
Tangga
58 Universitas Sumatera Utara
Tangga Samping
Tangga Samping
Papan tebukan
59 Universitas Sumatera Utara
9.
Tidak ada Panca persada
10.
11.
12.
Maligai
Tidak ada
Tidak ada
Tampak Istana Langkat
Tampak Istana Deli
Tampak Istana Serdang
Denah Istana Langkat
Denah Istana Deli
Denah Istana Serdang
-
-
60 Universitas Sumatera Utara