6
BAB II TELAAH PUSTAKA
2.1.
Landasan Teori
2.1.1. Produktivitas Produktivitas mempunyai arti penting dalam meningkatkan kesejahteraan nasional. Hal ini disebabkan karena produktivitas merupakan kekuatan untuk menghasilkan barang dan jasa. Peningkatan produktivitas juga dapat berdampak pada peningkatan standar hidup. Secara umum produktivitas diartikan sebagai hubungan antara keluaran (output) yang dihasilkan dengan masukan (input) yang sebenarnya. Dalam Laporan Dewan Produktivitas Nasional tahun 1993, dikatakan bahwa “Produktivitas mengandung sikap mental yang selalu berpandangan bahwa kehidupan hari ini harus lebih baik dari kemarin dan esok lebih baik dari hari ini” (Malayu S.P. Hasibuan, 2009: 125). Hal ini sesuai dengan produktivitas dipandang dari segi filosofis yang mengandung pandangan hidup dan sikap mental yang selalu berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan. Pandangan hidup dan sikap mental seperti ini mendorong manusia untuk tidak cepat puas dengan hasil yang telah dicapai, akan tetapi manusia akan terus menerus mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan kerja melalui peningkatan yang berkaitan dengan diri sendiri maupun peningkatan yang berkaitan dengan pekerjaan. Produktivitas kerja merupakan masalah yang penting dalam perusahaan dan menentukan kelangsungan usaha suatu perusahaan. Dua aspek vital dari 6
7
produktivitas adalah efisiensi yang berkaitan dengan seberapa baik berbagai masukan
tersebut
dikombinasikan
atau
bagaimana
pekerjaan
tersebut
dilaksanakan dan efektifitas yang berkaitan dengan suatu kenyataan apakah hasilhasil yang diharapkan atau tingkat keluaran itu dapat tercapai. Sehingga, produktivitas kerja sangat tergantung dari sumber daya manusia yang bekerja dan memiliki ruang lingkup yang lebih baik. Pengertian produktivitas kerja karyawan bukanlah merupakan hasil yang tercipta dengan sendirinya akan tetapi harus diupayakan oleh karyawan yang diharapkan dapat terlibat dalam program perusahaan sehingga dapat mengetahui apa yang diminta oleh perusahaan dari kerja yang dilakukan dan bersedia melaksanakan apa yang dibebankan kepada karyawan. Untuk mendapatkan produktivitas kerja karyawan yang lebih tinggi, perusahaan tersebut perlu menumbuhkan semangat kerja dan kegairahan kerja dari karyawan. Dengan kemampuan yang baik membentuk karyawan yang berkualitas sehingga mampu melaksanakan tugas yang diberikan kepada karyawan dengan benar.
2.1.1.1. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja
Tinggi rendahnya produktivitas kerja karyawan berhubungan dengan beberapa
faktor
baik
lingkungan/kebijakan
yang
berkaitan
perusahaan
maupun
dengan
karyawan
kebijakan
itu
pemerintah
sendiri, secara
keseluruhan. Oleh karena itu, perusahaan perlu memperhatikan dan mengetahui
8
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja karyawan sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Produktivitas kerja karyawan berhubungan dengan berbagai faktor, baik yang berhubungan dengan karyawan itu sendiri, maupun faktor lain yang saling berhubungan, sehingga perlu diadakan penyederhanaan. Menurut J. Ravianto yang dikutip Assilina (2007: 15-16) menggolongkan faktor-faktor tersebut sebagai berikut: 1) Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan seorang karyawan menunjukkan tingkat pengetahuan dan pemahamannya untuk menjalankan tugas-tugas yang dihadapi secara efisien. Pengetahuan dan pemahaman karyawan akan pelaksanaan kerja sangat menentukan dalam usaha mencapai hasil-hasil kerja yang telah ditetapkan. 2) Motivasi kerja Untuk menggerakkan manusia agar sesuai dengan tujuan yang dihendaki maka, perlu dipahami motivasi individu yang bekerja didalam perusahaan tersebut.
Dengan
mengetahui
motivasi
tersebut, maka
pimpinan
perusahaan dapat membimbing dan mendorong karyawan untuk bekerja lebih baik.
9
3) Disiplin kerja Disiplin kerja adalah suatu sikap kejiwaan seseorang atau kelompok, yang mempunyai keinginan untuk mengikuti atau mematuhi peraturan-peraturan yang telah ditetapkan didalam suatu perusahaan. Disiplin kerja dapat dibina dan ditingkatkan melalui suatu bentuk sikap yang ditunjukkan kerja untuk dapat bekerja dan menghargai waktu dengan lebih baik. 4) Sikap dan etika kerja Merupakan suatu sikap yang harus dimiliki oleh karyawan untuk membina hubungan karyawan yang serasi, selaras, dan seimbang baik di dalam kelompok itu sendiri maupun di dalam kelompok lain yang sesuai dengan etika kerja yang berlaku di dalam suatu perusahaan. 5) Gizi dan kesehatan Kesehatan tubuh seseorang akan dipenggaruhi oleh gizi dan pola makan yang dikonsumsinya setiap hari. Gizi dan polamakan yang seimbang akan berpengaruh terhadap pola piker dan daya tahan tubuh seseorang karyawan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan baik. 6) Teknologi Dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang meliputi sarana dan prasarana yang serba otomatis dan semakin canggih, maka akan
10
mempermudah manusia dalam menyelesaikan pelaksanaan tugas-tugasnya secara efektif dan efisien. 7) Manajemen Dalam suatu perusahaan, manajemen yang efektif dan efisien adalah manajemen yang dapat mengatur dan mengarahkan semua usaha abggota perusahaan dan pengguna sumber daya perusahaan lainnya agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 8) Kesempatan untuk berprestasi Setiap orang pasti ingin mengembangkan semua potensi yang ada di dalam dirinya. Dengan mengetahui potensi yang ada dalam dirinya, maka karyawan
akan
semakin
terpacu
dan
bersemangat
untuk
lebih
mengutamakan prestasi dalam melaksanakan suatu pekerjaan yang dibebankan kepadanya. 9) Lingkungan dan iklim kerja Untuk menciptakan lingkungan dan iklim kerja yang baik diperlukan suatu hubungan komunikasi yang konstruktif dan saling mendukung antara atasan dan bawahan dalam lingkungan organisasi tersebut.
2.1.1.2.
Pengukuran Produktivitas Kerja Karyawan Pengukuran produktivitas kerja merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan produktivitas, dimana hasil pengukuran akan digunakan sebagai acuan untuk melihat produktivitas kerja karyawan pada waktu yang lalu dengan melihat kekurangan-kekurangan yang ada untuk diperbaiki dimasa yang akan
11
datang sehingga produktivitas kerja karyawan pada waktu yang akan datang dapat meningkat. Pemilihan tolak ukur atau cara pengukuran yang akan dilakukan tergantung pada jenis atau factor-faktor masukan dan keluaran dari perusahaan atau organisasi yang bersangkutan. Menurut Henry Simamora (2010: 612) faktor-faktor yang digunakan dalam pengukuran produktivitas kerja meliputi kuantitas kerja, kualitas kerja dan ketepatan waktu: 1. Kuantitas kerja adalah merupakan suatu hasil yang dicapai oleh karyawan dalam jumlah tertentu dengan perbandingan standar ada atau ditetapkan oleh perusahan. 2. Kualitas kerja adalah merupakan suatu standar hasil yang berkaitan dengan mutu dari suatu produk yang dihasilkan oleh karyawan, dalam hal ini merupakan suatu kemampuan karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan secara teknis dengan perbandingan standar yang ditetapkan oleh perusahaan. 3. Ketepatan waktu merupakan tingkat suatu aktivitas diselesaikan pada awal waktu yang ditentukan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output serta memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas lain. Ketepatan waktu diukur dari persepsi karyawan terhadap suatu aktivitas yang disediakan diawal waktu sampai menjadi output. Dari pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa secara umum produktivitas kerja karyawan diartikan sebagai efisiensi dari penggunaan sumber
12
daya yang menghasilkan keluaran. Sedangkan ukuran produktivitas kerja karyawan pada umumnya adalah ratio yang berhubungan dengan keluaran (barang dan jasa) terhadap satu atau lebih dari masukan (tenaga kerja, modal, energi) yang menghasilkan barang atau jasa (input).
2.1.1.3.
Cara Mempertinggi Produktivitas Kerja Karyawan Pentingnya arti produktivitas dalam meningkatkan kesejahteraan nasional
telah disadari secara menyeluruh. Tidak ada jenis kegiatan manusia yang tidak mendapat keuntungan dari produktivitas kerja yang ditingkatkan sebagai kekuatan untuk menghasilkan lebih banyak barang maupun jasa. Peningkatan produktivitas kerja karyawan harus memperhatikan perbandingan antara pengorbanan dengan penghasilan. Semakin kecil pengorbanan yang diperlukan untuk mencapai suatu target penghasilan akan dikatakan semakin produktif, sebaliknya semakin tinggi prasyarat yang diperlukan untuk mencapai penghasilan tertentu akan dikatakan kurang produktif. Menurut T. Hani Handoko (2007 : 213) secara lebih spesifik menjelaskan tentang langkah-langkah untuk meningkatkan produktivitas kerja sebagai berikut : 1. Mengembangkan ukuran-ukuran produktivitas pada seluruh tingkat organisasi.
13
2. Menetapkan tujuan-tujuan peningkatan produktivitas dalam konteks ukuran-ukuran
yang
ditetapkan.
Tujuan-tujuan
produktivitas
ini
hendaknya realistic dan mempunyai batasan waktu. 3. Mengembangkan rencana-rencana untuk mencapai tujuan-tujuan. 4. Mengimplementasikan rencana. Mengukur hasil-hasil. Langkah ini memerlukan pengumpulan data dan penilaian kemajuan periodik dalam pencapaian korelatif akan diperlukan atau tujuan harus direvisi.
2.1.2. Tingkat Pendidikan 2.1.2.1. Konsep Pendidikan Pendidikan secara sederhana dapat dipahami sebagai proses belajar yang dialami seseorang untuk mengatahui, memahami, dan mampu mempraktekannya dalam kehidupan sehari-hari. Seringkali proses pendidikan ini hanya dimaknai sebagai aktivitas yang dilakukan anak didik dalam lingkungan sekolah. Padahal pendidikan dapat terjadi di lingkungan mana saja, kapanpun, dimanapun seseorang itu berada, baik di lingkungan keluarga, masyarakat serta lingkungan sosial lain dan tidak hanya terbatas pada lembaga formal pendidikan. Sejak lahir anak sebenarnya sudah melakukan pendidikan dengan bimbingan orang tua (keluarga) sebagai lingkungan yang paling dekat. Kemudian anak itu tumbuh dan berkembang menjadi seorang remaja. Seiring pertumbuhan itu seorang remaja semakin mengenal lingkungan sosial yang lebih kompleks
14
sehingga banyak pula pengalaman yang dipelajarinya. Proses belajar itu akan berlangsung terus menerus sampai akhir hayat manusia. Seorang ilmuan, ulama dan sejarahwan Ibnu khuldun berpendapat tentang pentingnya pendidikan dalam mempengaruhi jalannya kebudayaan. Beliau menyatakan bahwa pendidikan berusaha untuk melahirkan masyarakat yang berkebudayaan serta berusaha untuk melestarikan eksistensi masyarakat selanjutnya,
maka pendidikan akan mengarahkan pada pengembangan
masyarakat yang berkualitas. Manusia atau masyarakat akan belajar terus menerus dalam memenuhi kebutuhan, mengatasi masalah. Usaha-usaha yang dilakukan itu secara dinamis dapat membuahkan sebuah peradaban kebudayaan yang besar. Tanpa pendidikan (belajar) manusia tidak akan mampu berkembang membangun peradaban sedemikian rupa seperti yang dapat kita lihat sekarang ini. Setiap bangsa mampu menghasilkan kebudayaan dalam usaha pemenuhan kebutuhannya. Namun tidak semua kebudayaan itu dapat disebut sebagai peradaban. Kebudayaan yang bernilai agung saja yang dapat dikatakan peradaban. Perbedaan kebudayan itu sangat dipengaruhi oleh taraf pendidikan masing-masing bangsa itu. Kualitas pendidikan yang berbeda akan menghasilkan kebudayaan yang berbeda pula. Hal ini tergantung pada pola kebudayaan yang berlangsung dalam masyarakat suatu bangsa itu sendiri. Untuk memahami arti pendidikan, berikut dikemukakan pengertian pendidikan yang dikutip dari beberapa tokoh. Secara etimologis, pendidikan berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedagogike, jamak dari kata pais yang berarti
15
anak dan kata ago yang berarti aku membimbing. Jadi paedagogike berarti aku membimbing anak (Ath Sudomo Hadi, 2007 : 7). Tindakan membimbing tersebut di atas dapat dipahami sebagai pengertian pendidikan dalam konteks kehidupan masyarakat yang masih sederhana atau primitif. Bimbingan yang diberikan lebih menekankan pada lifeskill, bagaimana anak-anak mereka setelah dewasa nanti mampu mempertahankan hidup dengan berburu dan meramu yang baik, cara berlindung dari binatang buas, berperang dan mampu mempertahankan eksistensi kelompok di tengah persaingan dengan kelompok lain. Definisi pendidikan yang memiliki subtansi lebih luas dikemukakan oleh Redja Mudyaharjo (2007 : 2), menurutnya “Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup”. Proses pendidikan dapat terjadi dimana saja dan kapan saja tidak terbatas pada lingkungan sekolah. Pendidikan akan terus berlangsung meskipun seorang anak didik telah selesai menempuh pendidikan formal sampai jenjang yang tertinggi. Hakekatnya manusia akan terus menerus belajar dalam menempuh kehidupan ini sampai akhir hayatnya. Berdasarkan pengertian para tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha yang dilakukan secara sadar dan terancana untuk menumbuh-kembangkan potensi diri anak didik, baik jasmani maupun rohani menuju kedewasaan sebagai bekal dirinya kelak dalam menapaki kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
16
2.1.2.2. Dasar Pelaksanaan Pendidikan Pendidikan adalah salah satu elemen penting dalam membangun sebuah bangsa yang beradab. Tujuan dibentuknya Pemerintahan Negara Indonesia salah satunya ialah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke empat disebutkan sebagai berikut. Kemudian daripada itu, untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social… Untuk dapat menciptakan sebuah bangsa yang kuat, maka pendidikan menjadi perihal yang penting untuk diperhatikan. Melalui sistem pendidikan yang telah terencana secara baik diharapkan dapat menciptakan para generasi muda yang memiliki daya saing tinggi dalam membangun bangsa. Pelaksanaan Pendidikan Nasional telah dijabarkan dalam UUD 1945 pasal 31 ayat (1) yang telah diamandemen menyatakan bahwa “Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan”. Tiap-tiap warga negara usia sekolah memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan minimal 9 tahun sebagaimana program “Wajar” yang telah dicanangkan pemerintah sejak masa pemerintahan Orde Baru. Ayat (2) menyatakan bahwa “Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya”.
Negara mewajibkan
kepada tiap-tiap warganya untuk mengikuti pendidikan dasar serta bertanggung jawab atas beban pendidikan tersebut. Diharapakan dengan adanya ketetapan ini semua lapisan masyarakat, khususnya anak-anak keluarga yang kurang mampu
17
tetap dapat mengenyam pendidikan tanpa harus terganjal masalah biaya. Ayat (3), “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dalam undang-undang”. Pelaksanaan pendidikan menitik-beratkan pada akhlak yang berlandaskan keimanan dan ketakwaan tanpa mengabaikan perkembangn aspek akademik dan keterampilan atau psikomotorik anak. Pelaksanaan pendidikan agar dapat berjalan sesuai rencana maka harus ditunjang dengan dana yang memadahi pula. Anggaran yang paling ideal untuk penyelenggaraan pendidikan nasional ialah minimal dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belaja suatu negara/dearah. Seperti yang diamanatkan dalam UUD 1945 pasal 31 ayat (4) yaitu “Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional”. Terrealisasinya anggaran pendidikan yang telah ditetapkan tersebut akan
mendorong
terjadinya
peningkatan
kualitas
pendidikan
nasional.
Peningkatan ini akan menopang jalannya pembangunan bangsa ini kerah kemajuan. Negara memberikan perhatian yang besar terhadap pendidikan. Negara menyadari akan pentingnya pendidikan dalam mewujudkan cita-cita bangsa. Tanpa didukung oleh pendidikan yang berkualitas tidak mungkin mampu menciptakan manusia-manusia yang berkaualitas pula. Terciptanya Sumber Daya Manusia yang berkualitas ini akan menghasilkan pola kinerja yang berkualitas
18
bagi pembangunan bangsa kearah kemajuan. Secara umum dapat mendorong terwujudnya kesejahteraan umum bagi seluruh rakyat, melindungi segenap tumpah darah bangsa, serta ikut berperan serta dalam usaha ketertiban dunia yang bertumpu pada nilai-nilai kemanusiaan. 2.1.2.3. Fungsi Pendidikan Pendidikan nasional memiliki fungsi sekaligus tujuan yang jelas bagi masa depan bangsa. Oleh karena itu pendidikan menjadi salah satu prioritas dalam pembangunan nasional. Hal ini mengingat kondisi Indonesia yang masih terperangkap dalam kungkungan sebagai negara berkembang dan terbelit krisis sehingga sulit untuk berkembang. Pendidikan yang terlaksana secara baik akan berfungsi membentuk karakter bangsa yang mampu bersaing untuk mengejar ketertinggalan bangsa Indonesia dari negara-negara lain, di kawasan Asia Tenggara sendiri maupun di tingkat global. Sebagaimana Fungsi pendidikan nasional dalam UU No. 20 tahun 2003 pasal 3 sebagai berikut. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Fungsi pendidikan nasional di atas harus dijabarkan secara nyata pada penyelenggaraan
pendidikan pada tingkat bawah atau lembaga pendidikan
sebagai pelaksana. Kurikulum yang dijadikan acuan pelaksanaan pendidikan harus dirancang sedemikian rupa untuk mencapai fungsi dan tujuan tersebut.
19
Menurut Ravik Karsidi (2007 : 24-29) dalam konteks sosial lembagalembaga pendidikkan (sekolah) mempunyai fungsi yakni : ”Mempersiapkan seseorang untuk mendapat suatu pekerjaan, sebagai alat transmisi kebudayaan, mengajarkan peranan sosial, menyediakan tenaga pembangunan, membuka kesempatan memerbaiki nasib, menciptakan integritas sosial”. 1. Mempersiapkan seseorang untuk mendapat suatu pekerjaan Anak yang telah menamatkan pendidikan tertentu diharapkan sanggup melakukan pekerjaan sesuai dengan kebutuhan dunia pekerjaan atau setidaknya mempunyai dasar untuk mencari nafkah. Makin tinggi pendidikan makin besar harapan memperoleh pekerjaan yang layak dan memiliki prestise tinggi. Dengan pendidikan yang tinggi seseorang akan dapat memahami dan menguasai pekerjaan kepemimpinan atau tugas lain yang dipercayakan kepadanya. 2. Sebagai alat transmisi kebudayaan Fungsi transmisi kebudayaan masyarakat kepada anak menurut Vembrianto (2010) dapat dibedakan menjadi dua yaitu (1) Transmisi pengetahuan dan ketrampilan, dan (2) Transmisi sikap, nilai-nilai dan norma-norma. Dalam arti sederhana transmisi pengetahuan dan ketrampilan itu berbentuk vocational training. Transmisi sikap, nilai-nilai dan norma-norma melalui lembaga pendidikan seperti pondok pesantren yang menggembleng nilai-nilai spiritual, contoh pribadi guru, cerita dalam buku-buku sejarah, dll. 3. Mengajarkan peranan social
20
Pendidikan diharapkan membentuk manusia sosial yang dapat bergaul dengan sesama manusia sekalipun berbeda agama, suku bangsa, dan sebagainya. Ia juga harus dapat menyesuaikan diri dalam situasi sosial yang berdeda-beda.
4. Menyediakan tenaga pembangunan Pendidikan dipandang sebagai alat yang ampuh untuk menyiapkan tenaga produktif guna menopang proses pembangunan. Kekayaan alam hanya mengandung arti bila didukung oleh keahlian. Oleh karena itu manusia merupakan sumber utama bagi negara. 5. Membuka kesempatan memerbaiki nasib Pergeseran tatanan sosial mengenai kriteria-kriteria pekerjaan yang secara tidak langsung mengubah konstruksi susunan manusia. Ijazah yang didapat dari lembaga pendidikan lebih diperhatikan oleh pihak yang berkepentingan. Banyak pemuda yang berlatar belakang status sosial bawah berhasil menapaki jenjang karier nya melalui pendidikan. Melalui pendidikan orang dari golongan rendah dapat meningkatkan status sosialnya kegolongan yang lebih tinggi.
Sekolah menjadi tempat strategis untuk menyalurkan kebutuhan
mobilitas vertikal dalam kerangka stratifikasi sosial masyarakat. 6. Menciptakan integritas sosial Bangsa Indonesia sebagai masyarakat plural sangat riskan terhadap disintegrasi sosial. Pendidikan harus mengajarkan nilai-nilai integrasi sosial yang kuat. Hal ini dapat dilakukan dengan menumbuhkan nasionlisme seperti mengajarkan corak kepribadian nasional, mengajarkan bahas nasional.
21
Hakekatnya pendidikan
pendidikan
(formal,
yang
informal,
dilaksanakan
nonformal)
pada
bertugas
lembaga-lembaga
untuk
memberikan
pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan yang dibutuhkan manusia agar dapat menapaki kedewasaannya serta mengembangkan bakat-bakat potensial yang dimiliki anak.
2.1.2.4. Tujuan Pendidikan Tujuan pendidikan nasional seperti yang diamanatkan dalam UndangUndang terjabarkan dalam beberapa tahap hingga menyentuh pada anak didik sebagai generasi muda obyek pendidikan. Ngalim Purwanto (2008 : 20) Berpendapat bahwa “ Tujuan pendidikan bermacam-macam yaitu tujuan umum, tujuan tidak lengkap, tujuan sementara, tujuan perantara dan tujuan insidental”. 1. Tujuan umum Tujuan yang ingin dicapai dalam proses pendidikan sebagaimana telah ditetapkan oleh pendidik. Pelaksanaan pendidikan akan disesuaikan dengan kondisi anak didik, serta penggunaan metode yang tepat untuk mencapai tujuan umum. Tujuan umum ini dijabarkan dalam bentuk pendidikan yang khusus berdasarkan potensi diri masing-masing anak didik dan lingkungannya. 2. Tujuan tidak lengkap Tujuan yang menitikberatkan pada pengembangan kepribadian anak didik yang ingin dicapai dalam proses pendidikan, meliputi : keagamaan,
22
kesusilaan, kesopanan, keindahan,
kemasyarakatan, dll. 3. Tujuan
sementara Tujuan yang ingin dicapai berdasarkan kemampuan anak didik pada tingkat tertentu. Tujuan sementara merupakan tingkatan menuju tujuan umum, seperti anak dilatih belajar membaca, belajat menulis, belajar bermain dengan teman, belajar tentang kebersihan, dll. 3. Tujuan perantara Tujuan ini dapat dikatakan sebagai metode yang akan digunakan mengacu pada tujuan sementara. Misal tujuan sementara anak dapat membaca, kemudian akan dilakukan metode atau cara pembelajaran yang memungkinkan anak didik mampu membaca secara efektif. 4. Tujuan Insidental Merupakan tujuan terpisah atau khusus yang ingin dicapai di dalam mencapai tujuan yang umum. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan untuk mendidik, membimbing anak didik menuju kedewasaan, baik jasmani, rohani maupun sosial. Pendidikan bertujuan memberikan pembelajaran tentang sosial budaya kepada anak didik sebagai bekal hidupnya kelak dalam mengarungi samudera hidup yang penuh persaingan dan tantangan. Pendidikan diharapkan mampu memberikan bekal ketrampilan yang dapat dijadikan bekal hidupnya dalam memenuhi kebutuhan. Lebih dari itu pendidikan
23
juga memberikan pemahaman terhadap nilai-nilai sosial yang digunakan dalam berinteraksi menjalankan peran dan statusnya di masyarakat.
2.1.2.5. Manfaat Pendidikan Pendidikan dikatakan memiliki manfaat penting dalam dinamika perjalanan hidup umat manusia. Pendidikan menjadi sarana manusia untuk memperbaiki kebudayaan dan terus memperbaikinya sehingga dapat memuaskan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup. Manfaat yang dapat didapat oleh pendidikan sebagaimana dikemukakan oleh Horald G. Shane (2010 : 39) adalah sebagai berikut. 1. Pendidikan adalah suatu cara yang mapan untuk memperkenalkan si pelajar (learners) pada keputusan sosial yang timbul. 2. Pendidikan dapat digunakan untuk menanggulangi masalah sosial tertentu. 3. Pendidikan telah memperlihatkan kemampuan yang meningkat untuk menerima dan mengimplementasikan alternatif-alternatif baru. 4. Pendidikan barangkali merupakan suatu cara terbaik yang ditempuh masyarakat untuk membimbing perkembangan manusia sehingga dia akan terus berkembang dan karena itu dia terdorong untuk memberikan kontribusi terhadap kebudayaan yang lebih baik dihari esok. Pendidikan mendatangkan manfaat yang besar dalam membangun peradaban kebudayaan dalam sejarah kehidupan manusia. Melalui pendidikan manusia dapat mengembangkan budaya dengan inovasi-inovasi, riset-riset baru yang dapat digunakan sebagai pemecahan atas terbatasnya alat pemenuhan kebutuhan manusia serta timbulnya permasalahan sosial yang ada.
24
Pendidikan secara personal dapat memberikan perbaikan nasib atau status seseorang. Pendidikan memberikan kesempatan yang sama kepada semua orang untuk meraih kehidupan yang lebih baik, hal ini tergantung seberapa keras usaha yang dilakukan seorang individu dalam meraihnya. Pendidikan memberikan manfaat sebagimana dikemukakan Ibnu Khuldun yang dikutip dari Abdul Khalik (2008: 46) di bawah ini. 1. Memberikan kesempatan kepada pikiran untuk aktif dan bekerja karena aktivitas itu sangat penting bagi terbukanya pikiran dan kematangan individu, kemudian dengan kematangan individu itu akan mendatangkan faedah pada mastarakat. 2. Memperoleh berbagai ilmu pengetahuan, sebagai alat untuk membantunya hidup dengan baik di dalam masyarakat yang maju dan berbudaya. 3. Memperoleh lapangan pekerjaan yang digunakan untuk memperoleh rizki. Pendidikan merupakan lahan anak untuk mengasah pikiran secara aktif sebagai upaya untuk mematangkan individu yang akan mendatangkan manfaat dalam masyarakat. Ilmu pengetahuan, pengalaman yang diperoleh di lembaga pendidikan
akan menjadinya terampil dalam bidang tertentu. Hal ini dapat
menjadi bekal hidup dalam mencari pekerjaan yang memiliki prestise tinggi. Pekerjaan yang mempunyai prestise tinggi menjanjikan imbalan yang tinggi pula. Pendidikan memberikan manfaat yang besar bagi diri sendiri maupun bagi masyarakat. Pendidikan dapat menjamin memperbaiki nasip hidup dengan berbekal ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang telah dipelajari. Secara luas pendidikan dapat digunakan untuk membangun peradaban menjadi bangsa yang maju.
25
2.1.2.6. Jenis-jenis Pendidikan Randall Collins dalam Sanderson yang dikutip oleh Ravik Karsidi (2007 : 489) mengemukakan jenis atau tipe pendidikan yang ada di seluruh dunia yaitu : ”Pendidikan keterampilan dan praktis, pendidikan kelompok status, pendidikan birokrasi yang diciptakan oleh pemerintah”. 1. Pendidikan keterampilan dan praktis Pendidikan yang dilaksanakan untuk memberikan ketrampilan maupun kemampuan teknis tertentu agar dapat diaplikasikan dalam bentuk mata pencaharian masyarakat. Jenis pendidikan ini lebih banyak ditemui dalam masyarakat sederhana, baik dalam masyarakat berburu dan meramu, nelayan dan masyarakat agrarus awal. 2. Pendidikan kelompok status Pengajaran yang diupayakan untuk mempertahankan prestise, sombol serta hak-hak istimewa (previlige) kelompok elite dalam masyarakat yang memiliki pelapisan sosial. Pada unumnya pendidikan ini dirancang bukan digunakan dalam
pengertian teknis dan sering diserahkan kepada
pengetahuan diskusi badan-badan pengetahuan. Pendidikan ini lebih banyak dijumpai dalam masyarakat masyarakat industri dan agraris. 3. Pendidikan birokrasi yang diciptakan oleh pemerintah
26
Pendidikan ini dibentuk guna melayani kepentingan kualifikasi pekerjaan yang berhubungan dengan pemerintah serta berguna pula sebagai sarana sosialisasi pemerintahan kepada masyarakat awal. Tipe pendidikan ini umumnya memberi penekanan pada ujian, syarat kehadiran, peringkat dan derajat. Secara umum menurut Randall Collins, pendidikan yang ada di dunia ini dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis. Tiga tipe pendidikan di atas masingmasing memiliki kharakteristik dan penekanan
pembelajaran yang berbeda
berdasar aspek mana yang ingin diutamakan oleh ke tiga tipe pendidikan tersebut. Pendidikan dapat pula dikelompok-kelompokkan berdasarkan sifat, tempat berlangsung dan tingkat pendidikannya. 1. Berdasarkan sifat pendidikan Abu Ahmadi dan Nur Ubayati (2009 : 97) menyatakan bahwa menurut sifatnya, pendidikan dibedakan menjadi tiga, yaitu : a. Pendidikan informal, yaitu pendidikan yang diperoleh seorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar sepanjang hayat. Pendidikan ini dapat berlangsung dalam keluarga, dalam pergaulan sehari-hari maupun dalam pekerjaan, masyarakat, keluarga, organisasi. b. Pendidikan formal, yaitu pendidikan yang berlangsung secara teratur, bertingkat dan mengikuti syarat-syarat tertentu secara ketat. Pendidikan ini berlangsung di sekolah. c. Pendidikan non-formal, yaitu pendidikan yang dilaksanakan secara teratur dan sadar tetapi tidak terlalu mengikuti peraturan yang ketat. Pendidikan informal merupakan pendidikan yang berlangsung sehari-hari dalam lingkungan keluarga, masyarakat di sepanjang hayat manusia. Pendidikan formal
27
adalah pendidikan yang berlangsung di lembaga pendidikan (sekolah) secara ketat mengikuti aturan, syarat-ayarat, dan terdapat tingkatan pendidikan. Pendidikan non-formal adalah pendidikan yang berlangsung secara teratur dan sadar tetapi tidak seketat pendidikan formal. Biasanya pendidikan nonformal bersifat vocational training. UU No. 20 tahun 2003 dinyatakan bahwa “jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, pendidikan non formal, pendidikan informal”. a. Pendidikan formal Merupakan pendidikan yang dilakukan secara teratur, bertingkat dan memenuhi syarat yang jelas dan ketat. Adapun syarat-syarat pendidikan formal sebagai berikut. 1) Berlangsung di sekolah atau lembaga formal. 2) Terdapat tingkatan yang jelas. 3) Murid harus mematuhi peraturan yang ada di sekolah. 4) Guru harus memenuhi persyaratan tertentu. 5) Waktu dan tempat belajar harus ditaati. 6) Ada evaluasi disetiap akhir program. 7) Berisi pendidikan teori maupun ketrampilan.
b. Pendidikan informal Adalah pendidikan yang telah diperoleh seseorang dari pengalaman seharihari dengan cara sadar maupun tidak sadar sampai mati. Pendidikan ini
28
dapat berlangsung dalam keluarga, tempat kerja maupun dalam pergaulan sehari-hari. Adapun ciri-ciri pendidikan informal antara lain : 1) Berlangsung dalam keluarga, tempat kerja maupun dalam lingkungan pergaulan sehari-hari. 2) Tidak terdapat tingkatan. 3) Tidak terencana dan tidak terprogram. 4) Tidak ada program evaluasi secara tertulis.
c. Pendidikan non-formal. Merupakan suatu pendidikan yang teratur dan dilaksanakan secara sadar serta tidak terlalu mengikuti peraturan yang tetap dan ketat. Adapun ciriciri pendidikan non formal antara lain : 1) Dapat berlangsung di sekolah maupun di luar sekolah. 2) Ada tingkatan tetapi tidak mutlak. 3) Guru-guru disesuaikan dengan ketersediaan dana di daerah yang bersangkutan. 4) Waktu belajar dapat dibuat sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kesepakatan antara pengajar dan murid. 5) Kurikulum tidak baku, baik bahan maupun lama pengajaran.Ada evaluasi tetapi tidak disertai ujian. Pendidikan formal merupakan pendidikan yang dilaksanakan lembaga pendidikan, baik oleh pemerintah maupun swasta. Pendidikan formal memiliki peraturan dan ketentuan yang ketat dibanding dengan pendidikan lain. Pendidikan informal merupakan pendidikan yang berlangsung secara sadar maupun tidak sadar dalam lingkungan pergaulan hidup sehari-hari tanpa mengenal usia. Pendidikan ini dapat berlangsung
29
sejak seseorang masih kecil sampai akhir hayatnya. Sedangkan pendidikan non-formal adalah pendidikan yang dalam penyelenggaraannya dapat dikatakan semi formal. Pendidikan tipe ini juga memiliki peraturan dan ketentuan yang hampir sama dengan pendidikan formal tetapi tidak seketat aturan pada pendidikan formal, seperti kursus-kursus yang menekankan aspek ketrampilan. Ketiga jenis pendidikan diatas memiliki peran masingmasing dalam membentuk kepribadian dan mengembangkan potensi seseorang. Jadi kurang bijak manakala muncul pendapat bahwa salah satu jenis pendidikan dinilai lebih baik daripada yang lain. 2. Berdasarkan tempat berlangsungnya pendidikan Menurut Soedomo Hadi (2009 : 87) “Pendidikan dapat berlangsung didalam lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan sekolah, dan lingkungan masyarakat”. a. Pendidikan keluarga Pendidikan keluarga merupakan
pendidikan utama karena
dilingkungan ini segala potensi yang dimiliki manusia dapat terbentuk dan sebagian dapat dikembangkan. Bentuk pendidikan yang diberikan biasanya tentang nilai-nilai religius, moral, dan etika sopan santun. Cara yang digunakan dalam pendidikan keluarga dilakukan secara tidak langsung, misalnya dengan sindiran, ungkapan dan contoh nyata. Tujuan dari pendidikan keluarga ialah agar terbentuk mental pribadi yang kuat sebagai pondasi dasar untuk melanjutkan pendidikan lainnya.
30
b. Pendidikan sekolah Pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang dilaksanakan di sekolah dan seorang guru bertanggung jawab terhadap pendidikan intelektual dan ketrampilan yang berhubungan dengan kebutuhan anak untuk hidup dalam masyarakat sesuai dengan tuntutan masyarakat. c. Pendidikan masyarakat Pendidikan dalam masyarakat dilakukan oleh tokoh masyarakat dan orang- orang yang berpengaruh dalam masyarakat, sedangkan pelaksanannya dilaksanakan oleh lembaga-lembaga masyarakat, organisasi masyarakat dan sebagainya. Pendidikan terjadi tidak hanya di lingkungan sekolah saja, melainkan juga di lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat. Anak berada dalam lingkungan sekolah hanya beberapa jam saja, selebihnya anak berada dalam tanggung jawab keluarga dan masyarakat dimana anak didik berada. Hal ini dapat dipahami bahwa lingkungan keluarga dan masyarakat mempunyai andil besar dalam pembentukan kharakter anak disamping sekolah juga memiliki peran yang nyata. Karena berdasarkan alokasi waktu, seorang anak lebih banyak menghabiskan waktunya di dalam lingkungan tersebut.
3. Berdasarkan tingkat pendidikan
31
Berdasarkan UU No. 2003 pasal 14 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa “Jenjang pendidikan formal terdiri atas Pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi”.
a. Pendidikan dasar Pendidikan dasar merupakan pendidikan yang diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan ketrampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat serta mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah. Pendidikan dasar meliputi Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). b. Pendidikan menengah Pendidikan
menengah
ialah
pendidikan
yang
diselenggarakan
untuk
melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar serta menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, alam sekitar, serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja. Meliputi Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) atau sekolah yang lain yang sedrajat. c. Pendidikan tinggi
32
Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis dan dokter yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Pendidikan tinggi diselenggarakan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademis dan profesional yang menerapkan, mengembangkan, menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian. Disamping jenjang pendidikan yang telah dijelaskan di atas, masih ada jenjang pendidikan pra sekolah sebagai persiapan anak dalam rangka memasuki pendidikan dasar. Hal ini senada dengan pendapat yang disampaikan oleh Crow and Crow dalam Aht. Sudomo Hadi (2009 : 139-140) mengenai jenjang dalam pendidikan seperti dibawah ini. Tingkat TK nol kecil disebut Nursery Education Tingkat TK nol besar disebut Infant Education Tingkat pendidikan dasar (yang dimaksud SD) disebut Elementatry Education Tingkat SMTP disebut Yunior High School Sekolah tinggi disebut Univercity Sekolah tinggi khusus disebut College
Pendidikan Taman Kanak-Kanak, baik nol besar maupun nol kecil dapat katakan sebagai pendidikan pra sekolah. Pendidikan pada jenjang ini berguna untuk memberi bekal anak agar ketika masuk kedalam pendidikan dasar. Tujuannya memberikan bekal agar anak mudah menyesuaikan diri terhadap lingkungan barunya. Jenjang pendidikan merupakan tahapan pendidikan secara berkelanjutan didasarkan pada tingkat perkembangan serta kemampuan yang diharapakan akan
33
berkembang dari peserta didik. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Sudomo Hadi (2011 : 139) bahwa “Jenjang pendidikan merupakan tahapan pendidikan berkelanjutan yang dan didasarakan pada tingkat perkembangan anak (peserta didik) dan keluasan bahan pelajaran”.
2.1.2.7. Pengukuran Tingkat Pendidikan Pengukuran pendidikan di sini dimaksudkan untuk mengidentifikasi sejauh nama tingkatan pendidikan formal telah ditempuh oleh masyarakat seperti yang telah dijelaskan dalam tabel di bawah ini. Tabel 2.1. Pengukuran Tingkat Pendidikan Pendidikan 1. Pendidikan Dasar 2. Pendidikan Menengah
3. Pendidikan Tinggi
Tingkat Pendidikan Taman Kanak-Kanak Sekolah Dasar/sederajad Sekolah Menengah Pertama /sederajad Sekolah menengah Atas/sederajad Sekolah Menengah Kejuruan Program Pendidikan diploma Program Pendidikan Sarjana Program Pendidikan Magister Program Pendidikan Spesialis Program Pendidikan dokter
2.1.3. Pelatihan
2.1.3.1. Pengertian Pelatihan Menurut Sunyoto (2012: 137), “Pelatihan tenaga kerja adalah setiap usaha untuk memperbaiki performa pekerja pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang
34
menjadi tanggung jawabnya atau satu pekerjaan yang ada kaitannya dengan pekerjaan”. Menurut Dessler (2013: 273), “Training is the process of teaching new or current employees the basic skills they need to perform their jobs”. Diartikan pelatihan adalah proses mengajar karyawan baru atau yang saat ini sedang bekerja tentang keterampilan dasar yang mereka butuhkan untuk melakukan pekerjaan mereka. Menurut Notoatmodjo (2009: 19), “Pelatihan adalah suatu proses yang akan menghasilkan suatu perubahan perilaku bagi karyawan atau pegawai”. Menurut Danim (2008: 43), “Pelatihan adalah teknik belajar yang melibatkan pengamatan individual pada pekerjaan dan penentuan umpan balik untuk memperbaiki kinerja atau mengoreksi kesalahan”. Dari beberapa teori di atas, dapat disimpulkan bahwa pelatihan adalah suatu teknik atau proses mengajar dan memperbaiki kinerja karyawan baru dan lama untuk meningkatkan kemampuan dan melakukan pekerjaan lebih baik.
2.1.3.2. Tujuan dan Manfaat Pelatihan Menurut Sunarto & Sahedy dalam Sunyoto (2012: 140), tujuan pelatihan adalah sebagai berikut: a. Memperbaiki kinerja Calon utama dalam kegiatan pelatihan adalah karyawan yang bekerja dengan hasil yang tidak memuaskan akibat kurangnya keterampilan
35
sehingga dibutuhkan proses pemberian informasi dan melatih karyawan dalam melakukan pekerjaan. b. Memaksimalkan keahlian para karyawan Kemajuan teknologi menuntut setiap karyawan untuk dapat beradaptasi dalam mengimplementasi teknologi-teknologi yang dapat mendukung kinerja karyawan di suatu organisasi. Dalam memaksimalkan kinerja karyawan dapat dilakukan dengan pelatihan yang membuat pekerjaan menjadi lebih efektif dan efisien. c. Mengurangi waktu belajar Dalam proses seleksi karyawan tidak ada hasil akurat yang dapat digunakan untuk memprediksi kesuksesan dan kegagalan karyawan. Pelatihan dilakukan untuk mengisi gap antara kinerja karyawan yang diprediksi dengan kinerja aktualnya. d. Memecahkan permasalahan operasional Pelatihan merupakan salah satu cara yang dianggap penting untuk memecahkan berbagai masalah atau dilema yang harus dihadapi manajer. Beberapapa pelatihan yang diberikan oleh perusahaanadalah untuk memecahkan masalah organisasional dan melakukan pekerjaan secara efektif. e. Promosi karyawan Untuk menarik, menahan dan memotivasi karyawan dapat dilakukan dengan program pengembangan karier. Hal ini merupakan salah satu cara untuk mengembangkan kemampuan saing karyawan. Dengan melakukan
36
pelatihan yang berkala dapat mendorong semangat karyawan dalam melaksanakan pekerjaan. f. Orientasi karyawan terhadap organisasi Persepsi setiap orang akan suatu organisasi tentu berbeda-beda baik positif maupun negatif. Di sinilah peran Sumber Daya Manusia (SDM) memperjelas atau menyatukan cara pandang karyawan terhadap suatu organisasi agar mempunyai cara pandang yang sama. g. Memenuhi kebutuhan pertumbuhan pribadi Dalam pelatihan, selain untuk meningkatkan efektivitas karyawan dalam bekerja, juga bertujuan untuk pengembangan pribadi kayawan.
Menurut Notoatmodjo (2009: 74), pelatihan memiliki tujuan utama dalam meningkatkan produktivitas, efektivitas dan efisiensi karyawan dalam melakukan setiap pekerjaan. Pelatihan-pelatihan ini mencakup antara lain: a. Pelaksanaan program-program baru. b. Penggunaan alat-alat baru. c. Pelatihan bagi para karyawan dalam melakukan tugas atau pekerjaan baru. d. Pengenalan proses atau prosedur kerja yang baru. e. Pelatihan bagi karyawan baru.
Dalam hal ini, pelatihan mempunyai tujuan dalam meningkatkan kemampuan psikomotor karyawan dalam melaksanakan pekerjaan. Namun, perlu diketahui bahwa pelatihan sikap karyawan juga merupakan hal yang penting
37
karena setiap organisasi mempunyai budaya kerja yang berbeda. Dengan hal ini, para karyawan akan mengetahui sikap yang diharapkan oleh organisasi yang bersangkutan. Menurut Sunarto & Sahedhy dalam Sunyoto (2012: 140), beberapa manfaat pelatihan karyawan, antara lain: a. Meningkatkan produktivitas dalam kuantitas dan kualitas. b. Meminimalkan waktu belajar karyawan. c. Mewujudkan sikap loyalitas dan kerjasama yang lebih baik. d. Melengkapi kebutuhan akan rencana sumber daya manusia. e. Mengurangi tingkat dan pengeluaran kecelakaan kerja. f.
Meningkatkan pengembangan pribadi karyawan.
Dari teori-teori di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan pelatihan adalah untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan dan menciptakan efisiensi serta efektivitas dalam melakukan pekerjaan. Sedangkan manfaat pelatihan adalah meningkatkan produktivitas, meminimalkan waktu belajar karyawan, menciptakan loyalitas dan kerja sama karyawan, melengkapi kebutuhan rencana sumber daya manusia, mengurangi pengeluaran dan kecelakaan kerja serta mengembangkan pribadi karyawan.
2.1.3.3. Tahap-tahap Pelatihan Menurut Cardoso dalam Sunyoto (2012: 141), penyelenggaraan pelatihan karyawan terdiri dari tiga tahap, antara lain:
38
a. Penentuan Kebutuhan Pelatihan Penentuan kebutuhan pelatihan bertujuan untuk mengumpulkan informasi yang saling berkaitan tentang perlu atau tidaknya pelaksanaan dalam suatu organisasi. Terdapat 3 (tiga) tahap dalam penentuan kebutuhan pelatihan, yaitu:
General treatment need, yaitu pelatihan umum untuk seluruh karyawan tanpa memperhatikan tingkat manajemen. Seperti evakuasi bencana alam atau kebakaran.
Observable performance discrepancies, yaitu pelatihan dilakukan berdasarkan pengamatan pada permasalahan, wawancara, daftar pertanyaan, dan evaluasi atau penilaian kinerja. Hal ini dilakukan dengan penilaian karyawan itu sendiri terhadap kinerjanya masingmasing.
Future human resources needs, yaitu pelatihan yang dimaksudkan untuk kebutuhan keperluan sumber daya manusia di masa yang akan datang.
b. Desain program pelatihan Setelah mengetahui tujuan yang ingin dicapai, perusahaan perlu melakukan perancangan program pelatihan yang tepat untuk dilaksanakan. Tindakan pelatihan dapat diketahui dengan melakukan proses identifikasi tentang apa yang dibutuhkan. Pelatihan ini bertujuan agar karyawan mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan.
39
c. Evaluasi program pelatihan Tujuan evaluasi program pelatihan adalah untuk menguji apakah pelatihan tersebut efektif di dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Menurut Dessler (2013:273), terdapat lima langkah dalam proses pelatihan antara lain: 1. Menganalisis kebutuhan pelatihan. 2. Merancang keseluruhan program pelatihan. 3. Mengembangkan, menyusun dan membuat materi pelatihan. 4. Mengimplementasikan atau menerapkan program pelatihan. 5. Menilai atau mengevaluasi efektivitas materi.
Dari beberapa teori di atas, dapat disimpulkan bahwa tahap-tahap dalam melakukan program pelatihan merupakan tindakan yang sangat penting untuk dapat mencapai tujuan organisasi yang jelas dan tepat. Tahap-tahap tersebut meliputi penentuan kebutuan pelatihan yang berhubungan dengan general treatment need, observable performance discrepancies dan future human resources needs, merancang program pelatihan, membuat materi pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan, melaksanakan program pelatihan serta menilai materi pelatihan yang diberikan.
2.1.3.4. Metode Pelatihan
40
Menurut Bernadian dan Rusell dalam Sunyoto (2012: 142), metode pelatihan terdiri dari dua kategori, yaitu: a. Informational Methods adalah metode pelatihan yang dilakukan dengan menyampaikan informasi dari pelatih kepada peserta pelatihan yang bersifat langsung atau berorientasikan guru. Cara atau teknik yang digunakan dalam metode ini seperti kuliah, presentsasi audiovisual, dan self directed learning. b. Experiental Methods adalah metode mengajarkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuankemampuan dengan komunikasi yang fleksibel, dinamis baik dengan instruktur, sesama peserta maupun memanfaatkan langsung fasilitas yang tersedia baik.Pelatihan ini merupakan metode yang bersifat fasilitatif dan berorientasi peserta. Hal ini dapat dilakukan dengan cara diskusi kelompok, studi kasus dan sebagainya. Para peserta yang turut dalam pelatihanini dengan menuangkan pemikiran dan pengetahuannya akan berpengaruh pada perilaku masing-masing.
Menurut Dessler (2013: 279), terdapat beberapa metode dalam penyampaian pelatihan, antara lain sebagai berikut: a. On-the-Job Training merupakan metode yang digunakan dimana seseorang dilatih untuk memperlajari pekerjaan atau tugas-tugas dalam suatu organisasi dengan terjun langsung melakukannya. b. Magang
41
Magang merupakan suatu metode pelatihan yang terstruktur dengan proses kombinasi antara pelajaran yang di dapat sekolah dan praktek langsung di lingkungan kerja. c. Belajar secara Informal Belajar secara Informal merupakan suatu teknik pembelajaran yang tanpa disusun atau tidak terstruktur tetapi melalui diskusi langsung dengan rekan kerja dengan memanfaatkan perangkat atau peralatan yang seadanya. d. Job Instruction Training merupakan suatu teknik pelatihan dengan megurutkan setiap tugas pekerjaan dan poin-poin penting untuk memberikan langkah-langkah pelatihan bagi karyawan. e. Pengajaran merupakan metode atau cara yang digunakan dengan memberikan pengetahuan-pengetahuan
berupa
informasiyang
diperlukan
dalam
melakukan pekerjaan. f. Pelajaran yang Terprogram merupakan suatu teknik atau metode pelatihan terstruktur secara sistematis untuk memberikan ajaran tentang keterampilan pekerjaan dengan memberikan pertanyaanatau fakta dan mengizinkan peserta dalam menanggapi pertanyaan tersebut kemudian memberikan jawaban akurat. g. Pelatihan dengan Peralatan Audiovisual
42
merupakan metode pelatihan dengan menggunakan audiovisual seperti power point, pemutaran film atau video, dan lain-lain dengan tujuan untuk memberikan pemahaman tentang pekerjaan. h. Pelatihan dengan Simulasi merupakan
metode
pelatihan
dimana
karyawan
dilatih
dengan
menggunakan peralatan khusus dan dilakukan diluar pekerjaan. i. Pelatihan berbasis computer Pelatihan berbasis computer atau Computer-Based Training (CBT) merupakan metode pelatihan dengan menggunakan sistem berbasis computer dengan tujuan agar karyawan atau peserta pelatihan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya. j. Pelatihan Berbasis Internet Pelatihan Berbasis Internet merupakan metode pelatihan dengan memberikan pengajaran berupa materi pelatihan secara online dan para karyawan atau peserta pelatihan dapat mengaksesnya.
Dari teori di atas, dapat disimpulkan bahwa metode pelatihan terdiri dari beberapa metode dimana masing-masing memiliki ciri khas dalam penyampaian materi pelatihan untuk memenuhi kebutuhan perusahaan atau organisasi dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan. Metode pelatihan adalah salah satu pendukung jalannya pelatihan.
2.1.3.5. Dimensi Pelatihan
43
Menurut Danim (2008: 69), terdapat beberapa dimensi dalam proses pelatihan, antara lain adalah: a. Pelatih Menurut danim (2008: 69), pelatih adalah salah satu sumber daya utama yang dapat menentukan kesukseskan program pelatihan. Menurut Bangun (2012: 205), Pelatih dituntut untuk dapat menguasai materi pelatihan secara maksimal sehingga peserta pelatihan dapat memperoleh pengetahuan atas materi yang diberikan. Seorang pelatih harus memiliki berbagai pengetahuan sehingga dapat melakukan tugasnya dengan berhasil dan mampu melatih banyak orang dengan latar belakang berbeda dalam sebuah organisasi. Menurut Hasibuan (2011: 74), syarat-syarat yang harus dimiliki oleh pelatih antara lain:
Teaching skills Seorang pelatih harus memiliki kemampuan dalam mengajar atau memberikan pengetahuannya kepada peserta pelatihan. Hal ini bertujuan agar peserta dapat bekerja secara mandiri.
Communication skills Pelatih harus memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik. Suara yang jelas, tulisan yang baik dan penggunaan kata-kata yang mudah dipahami oleh peserta pelatihan.
Personality authority
44
Pelatih harus memiliki wibawa terhadap peserta pelatihan. Perilaku yang baik, sifat dan kepribadian yang menyenangkan, kemampuan dan kecakapan yang diakui.
Social skills Pelatih harus mahir dalam bidang sosial supaya tercipta kepercayaan dan kesetiaan dari para peserta pelatihan. Sikap turut senang dengan kemajuan peserta pelatihan dan dapat menghargai pendapat orang lain.
Technical competent Pelatih harus memiliki kemampuan teknis, kecakapan teoritis, dan pandai dalam mengambil keputusan.
Stabilitas emosi. Pelatih harus dapat menjaga emosinya, tidak berprasangka buruk terhadap peserta pelatihan, terbuka, tidak pendendam dan dapat memberikan nilai yang objektif.
b.
Peserta pelatihan Menurut Bangun (2012: 205), para peserta pelatihan dituntut untuk siap
dalam mengikuti pelatihan. Apabila peserta pelatihan siap berarti mereka memiliki keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan, terdapat motivasi dan efektivitas diri. Syarat peserta dalam mengikuti pelatihan adalah mereka harus memiliki kemampuan mental dan fisik. Pelaksanaan pelatihan akan efektif apabila para peserta pelatihan memiliki keinginan yang tinggi untuk sukses dalam melakukan pekerjaannya.
45
c.
Materi pelatihan Menurut Bangun (2012: 205), Materi pelatihan yang diberikan harus sesuai
dengan persyaratan pekerjaan. Materi pelatihan dibuat sedemikian rupa agar dapat disampaikan oleh pelatih sehingga mudah dipahami oleh peserta pelatihan.
d.
Media pelatihan Menurut Hasibuan (2011: 85), media pelatihan harus dapat mendukung
jalannya suatu kegiatan pelatihan. Media pelatihan dapat berupa seperti bukubuku, alat-alat dan mesin-mesin. hal tersebut bermanfaat agar tujuan pelatihan dapat tercapai.
2.1.4. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Produktivitas kerja Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi juga tingkat produktivitas tenaga kerja. Pada umumnya orang yang mempunyai pendidikan formal maupun informal yang lebih tinggi akan mempunyai wawasan yang lebih luas. Tingginya kesadaran akan pentingnya produktivitas, akan mendorong tenaga kerja yang bersangkutan melakukan tindakan yang produktif (Kurniawan, 2010).
46
Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan seorang tenaga kerja berpengaruh positif terhadap produktivitas, karena orang yang berpendidikan lebih tinggi memiliki pengetahuan yang lebih untuk meningkatkan kinerjanya. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia, tenaga kerja yang berkualitas, ditandai dengan produktivitas yang tinggi. Hal ini akan dianalisa dengan menggunakan konsepsi Ketahanan Nasional yang mempunyai 3 (tiga) wajah yaitu sebagai doktrin, kondisi dan pemecahan masalah.
2.1.5. Hubungan antara Pelatihan dengan Produktivitas kerja Pengembangan karyawan melalui pelatihan memberi manfaat kepada kedua belah pihak yaitu karyawan dan perusahaan. Dimana manfaat yang diperoleh karyawan adalah adanya peningkatan kemampuan atau keterampilan mereka. Sedangkan
manfaat
yang
diperoleh keseluruhan meningkatkan
produktivitas perusahaan. Masalah pelatihan merupakan masalah yang cukup penting dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Setiap perusahaan dalam kegiatan sehari-hari akan selalu berusaha menciptakan efisiensi dalam upaya pencapaian tujuannya. Maka diperlukan tenaga kerja yang memiliki kemampuan, keterampilan dan kecakapan dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan baik. Salah satu caranya yang dilakukan perusahaan adalah dengan memberikan program pelatihan, Pemberian pelatihan ini dimaksudkan untuk membantu mereka dalam meningkatkan pengetahuan keterampilan serta kecakapan dibidangnya. Sehingga
47
setelah menduduki jabatan tertentu tidak terjadi (gap) antara kemampuan yang diminta oleh perusahaan dengan keahlian yang dimiliki karyawan. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Achmad Djamil
(2008:40) menyatakan sebagai berikut : “Salah satu kegiatan utama perusahaan dalam penyelenggaraan manajemen sumber daya manusia adalah memberikan pelatihan kepada karyawan, karena pada dasarnya pelatihan bertujuan untuk memperbaiki kinerja individu agar dapat melakukan tugasnya. Melihat pentingnya sumber daya manusia saat ini bagi dunia usaha terutama pada era persaingan global demi peningkatan produktivitas kerja karyawan, maka keperluan pelatihan adalah mutlak bagi perusahaan”.
Dari uraian tersebut, dapat diketahui bahwa keberhasilan program pelatihan akan dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan karyawan dalam mengerjakan suatu pekerjaan sehingga karyawan yang bersangkutan dapat menunjukkan produktivitas kerjanya.
2.2. Penelitian Terdahulu
1. Penelitian sebelumnya tahun 2008, diteliti oleh Aidha yang melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kerja Terhadap Peningkatan Produktivitas kerja karyawan pada Kantor Gubernur Sumatera Utara”, dengan tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran yang jelas mengenai pelaksanaan pendidikan dan pelatihan yang
48
diadakan oleh kantor Gubernur Sumatera Utara terhadap karyawannya. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa dalam melaksanakan pelatihan tersebut di latih untuk meningkatkan kualitas SDM karyawan tersebut sehingga nantinya dapat mengikuti persaingan di era globalisasi di tahun 2010 Kantor Gubernur Sumatera Utara Berhasil sehingga dapat meningkatkan produktivitas karyawan yang ada di kantor Gubernur Sumatera Utara tersebut. 2. Penelitian Uswatun Chasanah (2010), dengan judul: “Pengaruh Pelatihan Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan di PT. Pindad (Persero) Turen.” Dari penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui pelatihan dan sejauh mana pengaruh Pelatihan terhadap produktivitas kerja karyawan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisa regresi linier berganda, tidak hanya di sebabakan oleh satu variabel, melainkan beberapa variabel dan di pengaruhi oleh variabel-variabel bebas X1, X2, X3, X4, Xn. Dari hasil penelitian Pelatihan sangat berpengaruh positif terhadap produktivitas kerja karyawan. Karena setelah diadakan pelatihan, hasil kerja karyawan meningkat sesuai dengan tujuan yang di tetapkan perusahaan. Sebaiknya PT. Pindad menekankan pada materi pelatihan, karena materi yang di berikan kepada karyawan bisa membantu karyawan dalam memecahkan masalah, dan sebaiknya memilih tenaga pelatih yang cakap agar hasil pelatihan yang dilakukan lebih efektif.
Kedua penelitian ini dilakukan pada konsep yang sama yaitu mengacu pada pembahasan peningkatkan produktivitas kerja karyawan.
49
2.3.
Kerangka Konseptual
Tingkat Pendidikan (X1)
1. Pendidikan Formal
Produktivitas Kerja (Y) 1. Kuantitas kerja 2. Kualitas kerja 3. Ketepatan waktu
Pelatihan (X2) 1. Pelatih 2. Peserta Pelatihan 3. Materi Pelatihan 4. Media Pelatihan
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Sumber data : Olahan penulis
50
Dari Kerangka Konseptual tersebut diatas dapat dijelaskan, bahwa produktivitas kerja karyawan ditentukan oleh kuantitas kerja, kualitas kerja dan ketepatan waktu. Secara teoritis semakin tinggi tingkat pendidikan dan tingkat pelatihan, maka diharapkan tingkat produktivitas akan semakin naik. Dengan tingkat pendidikan dan pelatihan yang meningkat akan mampu meningkatkan kemampuan produktivitas seorang karyawan dalam pencapaian tujuannya.
2.4.
Hipotesis Penelitian Hipotesis atau hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah yang
masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenaranya. Pengertian Hipotesa menurut Sutrisno Hadi adalah tentang pemecahan masalah. Seringkali peneliti tidak dapat memcahkan permasalahanya hanya dengan sekali jalan. Permasalahan itu akan diselesaikan segi demi segi dengan cara mengajukan pertanyaan pertanyaan untuk untuk tiap tiap segi, dan mencari jawaban melalui penelitian yang dilakukan. Dalam penelitian ini hipotesis dikemukakan dengan tujuan untuk mengarahkan serta memberi pedoman bagi penelitian yang akan dilakukan. Apabila ternyata hipotesis tidak terbukti dan berarti salah, maka masalah dapat dipecahkan dalam kebenaran yang ditentukan dari keputusan yang berhasil dijalankan selama ini.
51
Hipotesis dalam penelitian ini adalah : 1. Tingkat Pendidikan dan Pelatihan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Produktivitas kerja karyawan Lembaga Kursus dan Pelatihan Pondok Aljabar. 2. Tingkat Pendidikan dan Pelatihan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Produktivitas kerja karyawan Lembaga Kursus dan Pelatihan Pondok Aljabar.