BAB II TANGGAPAN MASYARAKAT, DAKWAH DAN RADIO
2.1 Tanggapan Masyarakat Istilah persepsi atau tanggapan digunakan untuk mengetahui bagaimana proses mengetahui sesuatu dari sekitar dengan mempergunakan alat-alat indra. Untuk dapat mengetahui obyek di luar, kita harus mengadakan observasi (pengamatan yang baik). Obyek yang kita amati itu memberi rangsang pada diri kita, tetapi hendaknya di ingat bahwa “obyek” itu lain dengan “rangsang”. Dengan demikian persepsi atau tanggapan adalah suatu proses untuk memilih arti pada tanda-tanda yang diterimanya (Dakir, 1970: 64). Sumadi Suryabrata (1983: 36), mendefinisikan tanggapan adalah bayangan yang tinggal dalam ingatan setelah kita melakukan pengamatan. Dalam hubungan dengan hal ini, maka dapat dikemukakan adanya macam tanggapan: a. Tanggapan masa lampau atau tanggapan ingatan; b. Tanggapan masa datang atau tanggapan mengantisipasikan; c. Tanggapan masa kini atau tanggapan representatif atau tanggapan mengimajinasikan (Sumadi, 1989: 37). Menganggap dapat diartikan sebagai mereaksi stimuli, dengan membangun kesan pribadi yang berorientasi kepada pengamatan masa lalu
12
13
pengamatan masa sekarang dan harapan masa yang akan datang (Wasty Soemanto, 1990: 24) Sedangkan Abu Ahmadi (1986: 64), dalam bukunya Psikologi Umum tanggapan adalah sebagai gambaran ingatan dan peringatan dimana obyek yang telah diamati tidak lagi berada pada ruang dan waktu. Jadi jika proses pengamatannya sudah berhenti dan hanya tinggal kesan-kesannya saja Jalaluddin Rakhmat (1986: 2-4), dalam bukunya “Metode Penelitian Komunikasi”
menjelaskan
bahwa
anggapan
umum
atau
tanggapan
mempunyai 5 (lima) pokok yakni: a. Informasi anggapan umum biasanya tidak disertai dengan penjelasan mengapa itu terjadi. Contoh petani tidak menjelaskan mengapa munculnya bintang tertentu menimbulkan iklim yang baik untuk bertanam padi. Bilapun ada penjelasan, penjelasan itu seringkali tidak diuji relevansinya dengan fakta. b. Informasi dalam anggapan umum mempunyai konsep-konsep yang pengertiannya luas atau kabur, luas dalam arti bahwa makna atau kelompok hal yang ditujukan oleh istilah tidak dibatasi secara jelas dan tajam. Kabur dalam arti hubungan di antara konsep-konsep itu tidak dirumuskan secara khusus dan cermat. Anggapan mengatakan bahwa air membeku bila didinginkan, air di sini meliputi segala macam barang cair yakni air hujan, air sumur, air laut, air jeruk atau air susu juga mengandung pengertian yang relatif.
14
c. Anggapan umum diterima tanpa diuji kebenarannya. Misal bahwa bencana alam disebabkan oleh timbulnya berbagai tempat maksiat, belum pernah diuji kebenarannya dengan suatu penelitian. d. Anggapan umum tidak pernah dipersoalkan kontrol, kontrol berarti bahwa ilmuan secara sistematis berusaha menghilangkan ikut sertanya variabelvariabel lain yang menjadi sebab peristiwa tertentu selain variabel yang dihipotesiskan sebagai penyebab. e. Erat kaitannya dengan pengujian dan kontrol. Misal Sabtu paing adalah hari naas untuk berpergian, bahwa orang yang lahir dalam zodiak leo bakal menjadi pemimpin, bahwa hari kelahiran menentukan penasiban di kemudian hari. Ini adalah penjelasan metafisis yang tidak dapat diuji. Menurut Johan Frederich Herbart (1776-1841) tanggapan adalah merupakan unsur dasar dari jiwa manusia. Tanggapan ditambah sebagai kekuatan psikologis yang dapat menolong atau menimbulkan keseimbangan, merintangi
atau
merusak
keseimbangan.
Tanggapan
diperoleh
dari
pengindraan dan pengamatan. Tanggapan-tanggapan yang berada dalam kesadaran dan kebanyakan berada ada dibawah sadar. Diantara kedua kesadaran disebut “ambang kesadaran” tanggapan yang mengendap dibawah kesadaran dapat muncul kembali ke alam kesadaran dan yang semula berada diambang kesadaran itu selalu ada dan muncul secara mekanis (Wasty Soemanto, 1990: 24). Tanggapan yang muncul ke alam kesadaran dapat mendapat dukungan atau mungkin juga rintangan dari tanggapan lain. Dukungan terhadap
15
tanggapan akan menimbulkan rasa senang, sedangkan rintangan terhadap tanggapan akan menimbulkan rasa tidak senang. Kecenderungan untuk mempertahankan rasa senang dan menghilangkan rasa tidak senang memancing bekerjanya kekuatan kehendak atau kemauan. Kemauan ini sebagai penggerak tingkah laku atau tindakan manusia. Oleh karena itu begitu pentingnya peran tanggapan bagi tingkah laku (Wasty Soemanto, 1990: 24). Dengan demikian, istilah persepsi atau tanggapan digunakan untuk mengetahui bagaimana prosesnya mengetahui sesuatu dari sekitar kita dengan menggunakan alat-alat indra dan diproyeksikan pada bagian tertentu di otak sehingga kita dapat mengamati obyek tertentu. Untuk dapat mengetahui obyek dari luar kita, kita harus mengadakan observasi atau pengamatan yang baik. Pada seorang bayi yang baru lahir misalnya, bayangan-bayangan yang sampai ke otak masih tercampur aduk, sehingga bayi belum dapat membedabedakan dengan jelas. Makin besar anak itu, maka makin baiklah stuktur syaraf dan otaknya dan dengan pertumbuhan pengalaman anak tersebut mulai dapat mengenal obyek-obyek satu persatu, membedakan satu benda dengan benda yang lainnya dan mengelompokkan benda-benda yang berdekatan atau serupa.
Kemampuan
untuk
membeda-bedakan,
mengelompokkan,
memfokuskan dan sebagainya itu, disebut dengan tanggapan atau persepsi. Tanggapan yang lemah secara statis diam, sedangkan tanggapan yang kuat adalah lebih besar kecenderungannya untuk muncul kembali ke alam kesadaran. Munculnya tanggapan ke alam kesadaran itu menunggu adanya perangsang yang relevan atau dapat bersatu dengan tanggapan yang
16
bersangkutan. Hal ini menggunakan tanggapan ingatan ataupun antisipasi tanggapan yang akan datang. Oleh karena iti begitu pentingnya peran tanggapan bagi tingkah laku, maka hendaknya kita mampu mengembangkan dan mengontrol tanggapan-tanggapan yang ada pada diri kita. Jadi, yang dimaksud dengan tanggapan atau persepsi adalah merupakan proses yang aktif, di mana yang memegang peranan bukan hanya stimulus yang mengenainya, tetapi ia sebagai keseluruhan dengan pengalaman-pengalamannya,
motivasi
dan
sikap-sikap
seseorang
(masyarakat) yang relevan dengan stimulus tersebut. Masyarakat di sini adalah satu kesatuan yang utuh yang terdiri dari beberapa individu yang hidup di suatu wilayah atau daerah tertentu. (Syukir, 1983: 84). Aktivitas dakwah tanpa menggunakan objek atau sasaran dakwah (masyarakat), maka aktivitas dakwah tidak akan berhasil dengan baik. Ini berarti bahwa keberhasilan aktivitas dakwah tidak mungkin disukseskan atas dasar satu faktor atau dua faktor saja, akan tetapi antara unsur dakwah yang satu dengan unsur dakwah yang lain sebagai pangkal keberhasilan dakwah. Dalam hal ini penulis memfokuskan adanya tiga macam tanggapan yakni: tanggapan masa lampau atau tanggapan ingatan, tanggapan masa datang atau tanggapan mengantisipasikan dan tanggapan masa kini atau tanggapan mengimajinasikan.
17
2.2 Metode Dakwah Interaktif di Radio 2.2.1 Pengertian Dakwah Ditinjau dari segi etimologi (bahasa) dakwah berasal dari bahasa Arab yang berarti “panggilan, ajakan atau seruan”, (Syukir, 1983: 17) sedangkan “dakwah” menurut istilah mengandung beberapa pengertian. Menurut Prof. Toha Yahya Umar, “dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana ke jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan di akhirat” (Roudonah, 2002: 28). Dengan demikian esensi dakwah terletak pada ajakan, dorongan (motivasi) rangsangan serta bimbingan terhadap orang lain untuk menerima ajakan agama dengan penuh kesadaran (Syukir, 1983: 19) Menurut Aminuddin Sanwar (1985: 4) dakwah merupakan komunikasi antara manusia dengan pesan-pesan Al-Islam yang berwujud ajakan, seruan untuk amar makruf nahi mungkar juga taghyirul mungkar. Menurut H. Endang S. Anshori, dakwah adalah menyampaikan Islam kepada manusia secara lisan, tulisan, ataupun secara lukisan atau panggilan, seruan ajakan kepada manusia kepada Islam (Toto Tasmoro, 1997: 31) Dari pengertian di atas, dakwah pada hakekatnya merupakan upaya
untuk
mempengaruhi
seseorang
dalam
bertindak
dan
18
berperilaku. Dengan dakwah terjadilah perubahan sosial dari suatu masyarakat, begitu pula sebaliknya perubahan sosial ikut juga menentukan arah dilaksanakan kebanyakan dakwah Islam dituntut oleh adanya pergeseran nilai yang ada dalam masyarakat. Mengubah suatu masyarakat dapat dilakukan secara individual maupun kolektif sebagaimana secara teoritik perubahan sosial itu terjadi bisa oleh seseorang tokoh atau masyarakat itu sendiri (Bahri Ghozali, 1997: 13).
2.2.2 Unsur-Unsur dakwah Aktivitas dakwah tidak terlepas dari unsur-unsur dakwah karena hal ini sangatlah diperlukan, sebab merupakan bagian yang sangat esensi dari dakwah dan saling berkaitan. Adapaun unsur- unsur dakwah antara lain meliputi: a. Subyek Dakwah Subyek dakwah adalah pelaksanaan dari pada kegiatan dakwah baik secara perorangan atau individu maupun secara bersama-sama secara terorganisasikan. Da’i adalah setiap muslim baik laki-laki maupun wanita yang baligh dan berakal, baik ulama maupun bukan ulama, karena kewajiban berdakwah adalah kewajiban yang diberikan kepada mereka seluruhnya (Aminuddin Sanwar, 1986: 4) Subjek dakwah merupakan unsur terpenting dalam pelaksanaan
dakwah. Karena sebagaimana dalam pepatah
19
dikatakan bahwa “The man behind the gun” (manusia itu di belakang senjata). Maksudnya, manusia sebagai pelaku adalah unsur yang paling penting dan menentukan dakwah (Hafi Anshari, 1973: 104-105). Untuk menentukan dan penelitian metode apakah yang tepat dalam penyajian dakwah tergantung pula pada kemampuan subyeknya (da’i) sebagai contoh subyek dakwah yang tidak punya keahlian acting, maka tidak bijaksana apabila ia menggunakan metode drama ia harus memilih metode yang sesuai dengan kemampuannya. jelaslah bahwa pengetahuan, kemampuan dan kesempatan da’i sangat menentukan sekali dalam penentuan dan memilih metode dalam kegiatan dakwahnya (Dzikron Abdullah, 1992: 162). Di samping itu yang perlu diperhatikan sebagai pelaku dakwah, di mana dakwah itu memiliki dimensi yang sangat luas, yakni mengingatkan orang akan nilai-nilai kebenaran. Dalam hal ini pelaku dakwah bisa diartikan seorang pemikir, pembeharu terhadap dinamika masalah keislaman. b. Obyek dakwah Obyek dakwah adalah manusia, baik didirinya sendiri atau orang lain. Sebab agama Islam yang telah diturunkan oleh Allah SWT bukannya untuk sekelompok manusia, tetapi untuk seluruh manusia termasuk da’i atau mubalighnya sendiri. Bahkan seorang da’i atau mubaligh harus bisa memberikan suri tauladan terhadap
20
orang lain sesuai dengan fungsinya sebagai pimpinan (Hafi Anshari, 1973: 117-118). Sedangkan dalam bukunya Aminuddin Sanwar, menurut Abdullah bin Alwi Al-Hadda, obyek dakwah dikelompokkan sebagai berikut: 1) Golongan ulama’; 2) Golongan ahli zuhud dan ibadah; 3) Golongan penguasa dan pemerintah; 4) Golongan kaum lemah dan fakir miskin; 5) Golongan keluarga dan para hamba; 6) Golongan ahli taat dan durhaka dari orang-orang biasa (awam); 7) Golongan orang yang tak menerima dakwah Allah dan RasulNya (Aminuddin Sanwar, 1986: 72) Jadi obyek dakwah merupakan sasaran utama dalam proses dakwah. Tanpa adanya obyek dakwah, maka kegiatan dakwah tidak akan terealisasikan. c. Materi Dakwah Materi dakwah adalah pesan-pesan atau gejala sesuatu yang harus disampaikan oleh subyek kepada obyek dakwah, yaitu keseluruhan ajaran Islam, yang ada dalam kitabullah maupun sunnah Rasul-Nya. Yang pokoknya mengandung tiga prinsip yaitu:
21
1) Akidah, yang menyangkut sistem keimanan atau kepercayaan terhadap Allah SWT. Ini menjadi alasan yang fundamemtal dalam keseluruhan aktivitas seorang muslim, baik yang menyangkut sikap mental atau tingkah laku dan sifat-sifat yang dimiliki. 2) Syari’at, yaitu serangkaian yang menyangkut aktivitas manusia
muslim
di
dalam
segala
aspek
hidup
dan
kehidupannya, mana yang boleh dilakukan, mana yang halal, yang haram dan yang mubah. Syari’at yang menyagkut hubungan manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan sesamanya (hablunminallah dan hablunminannas). 3) Akhlak, menyakut tata cara berhubungan, baik secara vertikal dengan Allah SWT, maupun secara horizontal sesama manusia dan seluruh makhluk-makhluk Allah SWT (Hafi Ashari, 1973: 146) Materi dakwah sebagai pesan dakwah merupakan isi ajaran, anjuran dalam rangka mencapai tujuan dakwah. Sebagai isi ajaran dan ide seruan dimaksudkan agar manusia mau menerima dan memahami serta mengikuti ajaran tersebut, sehingga ajaran Islam ini benar-benar diketahui, dipahami, dihayati dan selamanya diamalkan sebagai pedoman hidup dan kehidupannya. Semua ajaran Islam tertuang di dalam wahyu dan disampaikan kepada
22
Rasulullah yang perwujudannya terkandung di dalam al-Qur’an dan sunnah Nabi (Aminudin Sanwar, 1984: 73). d. Media Dakwah Media dakwah berasal dari asal katanya (etimologi) dari bahasa Latin yaitu dari kata median yang berarti “alat perantara”, sedangkan kata “media” merupakan bentuk jamak dari kata media tersebut (Asmuni Syukir, 1983: 163). Pengertian semantiknya media berarti segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat perantara untuk mencapai tujuan tertentu (dakwah). Dengan demikian, media dakwah adalah alat obyektif yang menjadi saluran, yang menghubungkan urat nadi dalam dakwah, yang dapat digolongkan menjadi lisan, tulisan, lukisan, audio-visual, dan perbuatan atau akhlak (Dzikron Abdullah, 1987: 59). Hamzah Ya’qub (1981: 47-48) membagi golongan media dakwah yaitu : 1) Media lisan Yang termasuk dalam bentuk ini adalah pidato, khutbah, ceramah, seminar, musyawarah, diskusi, nasehat, pidato radio, ramah-tamah dalam anjangsana dan lain-lain, yang kesemuanya dilakukan melalui lisan atau lidah.
23
2) Media tulisan Media tulisan yaitu dakwah yang dilakukan melalui perantara tulisan seperti buku-buku, majalah, surat kabar, pengumuman dan sebagainya. Da’i yang pintar dalam bidang ini harus menguasai jurnalistik yakni ketrampilan mengarang dan menulis. 3) Melalui lukisan Melalui lukisan adalah gambar-gambar hasil seni lukis, foto, film cerita dan lain-lain. Bentuk ini digunakan untuk ajaran Islam kepada orang lain. contoh, komik bergambar yang selama ini disenangi anak-anak. 4) Media audio-visual Media audio-visual adalah dakwah melalui peralatan yang dipakai untuk menyampaikan pesan dakwah yang dapat dinikmati dengan melihat seperti televisi, radio (wayang, ketoprak, sandiwara dan sebagainya). Dalam pengggunaan bentuk-bentuk media dakwah menurut bentuk penyampaiannya tersebut di atas merupakan penghubung dengan kondisi umat bersangkutan dan kondisi mubaligh itu sendiri, dalam segi tenaga, daya pikir, waktu, biaya dan sebagainya. Jadi media dapat diartikan sebagai alat untuk menyampaikan
pesan
oleh
da’i
kepada
menyampaikan tujuan yang telah ditentukan.
mad’u
untuk
24
e. Metode dakwah Metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik untuk mencapai maksud (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993: 580). Asmuni Syukir (1983: 100) menjelaskan secara istilah metodologi berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari cara-cara dakwah untuk mencapai tujuan dakwah yang efektif dan efisien. Dengan demikian, metode dakwah adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari cara-cara berdakwah untuk mencapai tujuan dakwah yang efektif dan efisien. Dzikron Abdillah (1989: 52-133) juga menjelaskan dalam bukunya Metodologi Dakwah membagi ke dalam beberapa metode yakni: 1) Metode ceramah. Metode ini banyak diwarnai oleh ciri-ciri karakteristik berbiacara seorang da’i pada suatu aktivitas dakwah. Metode ini efektif bila objek berjumlah banyak, da’i ahli ceramah. 2) Metode Tanya jawab, yakni metode penyampaian materi dakwah dengan mendorong sasarannya (objek dakwah) untuk menyatakan suatu masalah yang belum dimengerti dan da’i sebagai penjawabnya. 3) Metode diskusi. Diskusi sebagai metode dakwah belum lazim digunakan oleh para da’i atau para penyelenggara dakwah, karena banyak da’i yang belum mengetahui tentang pengertian
25
diskusi apalagi tujuan serta manfaat diskusi bagi kegiatan dakwah. 4) Metode propoganda (diayah). Propoganda berasal dari bahasa Yunani “propogare” artinya menyebarkan atau meluaskan. Dakwah dengan menggunakan berarti suatu upaya dengan menggunakan
Islam
dengan
cara
mempengaruhi
dan
membujuk massa dan persuasif bukan bersifat otoriter. 5) Metode demonstrasi. Metode ini adalah berdakwah dengan memperlihatkan
contoh
baik,
berupa
benda,
peristiwa,
perbuatan dan sebagainya. 6) Metode infiltrasi. Metode dakwah di mana yang disaring adalah agama atau agama disusupkan ketika memberi keterangan, penjelasan, pelajaran, kuliah, ceramah, pidato dan sebagainya. Maksudnya bersama-sama dengan bahan lain, seorang da’i memasukkan intisari jiwa agama kepada mad’u. 7) Metode
silaturahmi.
Metode
ini
digunakan
oleh
juru
penerangan agama, metode silaturahmi dapat dilakukan dengan dua cara yakni undangan tuan rumah dan atas inisiatif pribadi. 8) Metode drama. Dakwah dengan metode ini merupakan suatu cara penyajian materi dakwah dengan menunjukkan dan mempertontonkan kepada mad’u agar dakwah tercapai sesuai dengan yang diharapkan.
26
Itulah di antara bentuk-bentuk metode dakwah yang bisa digunakan
bagi
setiap
manusia
yang
akan
menjalankan
dakwahnya. Setiap kegiatan dakwah kita harus dapat menentukan metodenya. Salah satu metode dakwah yang tepat dipergunakan untuk mencapai tujuan tertentu, belum tentu jujuan metode dakwah tersebut dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang lain. Demikian pula metode dakwah tertentu yang amat efisien dipakai oleh orang tertentu belum tentu efisien bila dipakai oleh orang lain. Kondisi mad’u itu harus diperhatikan juga dalam menentukan metode karena setiap metode dakwah harus dipertimbangkan kondisi mad’unya, misalnya dakwah dengan menggunakan metode diskusi, harus diimbangi dengan mad’u yang memiliki pengetahuan yang cukup (Dzikron Abdullah, 1989: 155). Metode dakwah akan efektif bila diterapkan sesuai dengan kondisi mad’unya sebagaimana telah ditegaskan dalam al-Qur’an surat an-Nahl ayat 125 (Departemen Agama RI, 1992: 778).
ﻢ ﺑِﺎﱠﻟﺘِﻰ ﻬ ﺎ ِﺩﹾﻟﻭﺟ ﻨ ِﺔﺴ ﺤ ﻮ ِﻋ ﹶﻈ ِﺔ ﺍﹾﻟ ﻤ ﻤ ِﺔ ﺍﹾﻟ ﺤ ﹾﻜ ِ ﻚ ﺑِﺎﹾﻟ ﺑﺭ ﻴ ِﻞ ﺳِﺒ ﱃ ﻉ ِﺍ ﹶ ﺩ ﹸﺍ (125 : )ﺍﻟﻨﺤﻞ.ﺴﻦ ﺣ ﻰ ﹶﺍ ِﻫ Artinya: “Serulah ke jalan Tuhanmu dengan hikmah, mau’idoh hasanah, dan bantalah dengan cara yang baik pula” (QS. An-Nahl 125).
27
Lebih lanjut Dzikron Abdullah (1989: 153-161) dalam bukunya metodologi dakwah ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam memilih metode yang akan digunakan dalam menyajikan dakwah. Faktor-faktor yang dimaksud antara lain: 1) Tujuan yang hendak dicapai 2) Mad’u (obyek dakwah) 3) Media 4) Biaya dan fasilitas 5) Da’i 6) Filsafat Dakwah 7) Kebaikan dan kelemahan Ketujuh faktor tersebut di atas, hendaknya menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan dan memilih metode dakwah yang akan dipergunakan dalam rangka mencapai tujuan dakwah.
2.2.3 Dakwah Interaktif Interaktif berasal dari kata “inter dan aktif”, “inter” di sini diartikan “di antara”, (S. Wojowasito dan WJS Poerwadarminta, 1980: 88) sedangkan “aktif” adalah “giat atau kalimat yang pokok kalimatnya melakukan suatu perbuatan” (Poerwadarminto, 1985:26). Menurut Ramadhian Agus Triono, yang dimaksud dengan dakwah interaktif di sini, yaitu sebuah metode dakwah
28
di mana pembicara atau da'i memberikan materi dakwah dan mengikutkan
pendengar
melalui
telepon,
SMS
untuk
menanyakan suatu permasalahan yang disampaikan oleh da'i (Asih Susanti, 2004: 50). Di sini penulis menyamaartikan dengan metode tanya jawab, yakni penyampaian materi dakwah dengan cara mendorong sasarannya (objek dakwah) untuk menanyakan suatu masalah yang dirasa belum dimengerti dan mubaligh sebagai penjawabnya (Syukir, 1983: 124). Karena metode ini dapat mendorong audien (objek dakwah) lebih aktif dan bersungguh-sungguh untuk memperhatikan materi dakwah yang disampaikan. Metode tanya jawab ini bukan saja cocok pada ruang tanya jawab baik di radio maupun media surat kabar dan majalah, akan tetapi cocok pula untuk mengimbangi dan memberi selingan ceramah. Ini sangat berguna untuk mengurangi kesalahfahaman para pendengar, menjelaskan perbedaan pendapat, menerangkan hal-hal yang belum dimengerti. Metode tanya jawab juga memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan metode tanya jawab di dalam dakwah Islam sebagai berikut: (Asmuni Syukir, 1983: 126-127)
29
1) Tanya jawab dapat dipentaskan, seperti radio, televisi dan lain-lain; 2) Dapat
dipergunakan
sebagai
komunikasi
dua
arah
(interaksi antara dai dengan sasaran dakwah yaitu mad’u); 3) Bila tanya jawab sebagai selingan ceramah, maka audien atau forum dapat hidup (aktif); 4) Timbulnya perbedaan pendapat terjawab atau didiskusikan di forum tersebut; 5) Mendorong audien (obyek dakwah) lebih aktif dan bersungguh-sungguh
memperhatikan
materi
yang
disampaikan; 6) Da’i dimungkinkan dapat mengetahui dengan mudah tingkatan pengetahuan dan pengalaman penanya; 7) Menaikkan gengsi da’i, jika semua pertanyaan dapat menjawab dengan baik. Sebaliknya kekurangan (segi negatif) metode tanya jawab antara lain: 1) Bila terjadi perbedaan antara da’i dengan penanya (sasaran dakwah) akan memakan waktu yang banyak untuk menyelesaikannya; 2) Bila
jawaban
da’i
kurang
mengena
pada
sasaran
pertanyaan (maksud pertanyaannya) penyanya dapat
30
menduga yang bukan-bukan (segi negatif) kepada da’i. Misalnya menduga da’i tidak pandai; 3) Penannya kadang-kadang kurang memperhatikan jika terjadi pengimbangan; 4) Agak sulit merangkum atau menyimpulkan seluruh isi pembicaraan (bila terbentuk interaksi). Antara kelebihan dan kelemahan metode tanya jawab, tampak seimbang kadarnya, oleh karena itu seorang da’i atau muballigh dianjurkan untuk memiliki bekal dakwahnya mengenai teknik bertanya jawab, agar metode dakwah tanya jawab yang digunakan dapat berhasil dengan efektif dan efisien. Jadi, metode dakwah interaktif atau metode tanya jawab di sini adalah sebuah metode dakwah di mana pembicara atau da’i memberikan materi dakwah dan mengikutkan pendengar melalui telepon atau SMS untuk menanyakan suatu permasalahan yang disampaikan oleh da’i mengenai berbagai persoalan baik persoalan ibadah maupun persoalan-persoalan lainnya yang selama ini mereka belum mengerti atau mungkin mereka masih ragu-ragu tentang masalah tersebut. Khususnya untuk kalangan menengah ke bawah yang tidak memiliki telepon atau handphone diberi
31
kesempatan untuk menyampaikan masalahnya melalui surat dan akan dijawab pada minggu berikutnya.
2.2.4 Radio di Tengah Masyarakat 2.2.4.1 Pengertian Radio Radio adalah siaran (pengiriman) suara atau bunyi melalui udara (WJS. Poerwadarminta, 1976: 788). Sedang kan kalau dipandang dari jenisnya, radio dibedakan menjadi dua yaitu radio siaran dan radio amatir. Radio siaran adalah seperangkat pemancar radio yang menyiarkan programnya baik siara hidup maupun siaran dalam piringan hitam, kaset serta siaran kata. Radio amatir
adalah
dipergunakan
seperangkap oleh
pemancar
seseorang
radio
penggemar
yang untuk
berhubungan dengan pengemar lain (Onong Uchjana Effendy, 1990: 66) Radio merupakan media massa paling luas dimuka bumi. Tidak ada sejengkal tanah dan permukaan laut pun yang tidak terjangkau oleh signal elektro magnetik yang dipancarkan lebih dari 35000 stasiun radio di seluruh dunia. Total jangkauan radio melebihi media televisi, surat kabar atau media cetak, ini dikarenakan keunikan “pendekatan pribadi” yang menjadi ciri khasnya, radio
32
menjadi teman pribadi yang setia (Asep Syamsul M. Romli, 2004: 7). Radio menarik bagi siapa saja, tersedia bagi semua orang. Kepraktisan dan keanekaragaman tawaran program siarannya menjadikan radio sebagai media populer dalam sejarah. Para ahli komunikasi memberi julukan kekuasaan kelima kepada radio, karena dibuktikan dalam sejarah yakni ketika menjelang semasa dan sesudah perang dunia II ketika Jerman, Itali dan Jepang di satu pihak terlibat dalam perang radio dengan Inggris, Amerika dan Rusia (Onong Uchjana Effendy, 1992: 107). Sampai sekarang, jika terjadi perebutan kekuasaan di sebuah negara, di antara sekian banyak media massa, yang pertama-tama diincar adalah stasiun radio siaran. Mengapa radio dijuluki kekuasaan kelima? Ada tiga faktor yang mendukungnya menurut Onong Uchjana Effendy (1992: 107) dalam bukunya Dinamika Komunikasi yakni: a. Radio siaran bersifat langsung Arti langsung sebagai sifat radio adalah bahwa suatu pesan yang akan disiarkan dapat dilakukan tanpa proses
yang
rumit.
Jika
dibandingkan
dengan
penyiaran pesan melalui surat kabar, brosur, pamflet atau
media
cetak
lainnya,
selain
lama
dalam
33
memprosesnya,
juga
menyebarluaskannya.
tidak Para
mudah ahli
dalam
komunikasi
membandingkan ketika pada perang dunia II sekutu menyebarkan pamflet ke negara-negara Eropa yang diduduki Jerman, selain memerlukan waktu yang lama dalam pembuatannya, juga mengandung resiko bahaya tertembaknya pesawat udara yang menyebarkannya. Penyampaian pesan propaganda lebih efektif dan efisien melalui radio karena langsung tertuju ke rumah-rumah dan langsung pula dapat dilakukan melalui mikrofon. b. Radio siaran tidak mengenal jarak dan rintangan Bagi radio tidak ada jarak waktu, maksudnya begitu satu pesan diucapkan oleh seseorang penyiar atau orator, pada saat itu juga dapat diterima oleh khalayak. Di samping itu radio tidak ada jarak ruang, jauhnya sasaran yang dituju, radio dapat mencapainya. Misalnya gunung-gunung, padang pasir, samudra tidak menjadi rintangan suatu pesan yang disiarkan dari suatu tempat, sampai dapat seketika di tempat lain. c. Radio siaran memiliki daya tarik Faktor lain yang menyebabkan radio dianggap memiliki kekuasaan adalah daya tarik yang dimiliki.
34
Radio memiliki daya tarik yang disebabkan oleh tiga unsur yakni: 1) Kata-kata lisan (Spoken words) 2) Musik (Music) 3) Efek suara (Sound effect) Dengan didukung musik dan efek suara seperti suara binatang, hujan, mobil atau pesawat terbang, dan lain-lain. Suatu cara yang disajikan radio menjadi hidup. Itulah
faktor-faktor
yang
menyebabkan
dijulukinya radio sebagai the fifth estate, langsung tidak mengenal jarak dan rintangan, serta memiliki daya tarik.
2.2.4.2 Karakteristik Radio Radio memiliki karakteristik yang berbeda dengan media massa lainnya, dalam bukunya Asep Syamsul M. Romli (2004: 22-23), media radio mempunyai karakteristik yang khas yakni auditori. Radio adalah suara untuk didengar, karena isi siaran bersifat sepintas dan tidak dapat diulang. Pendengar tidak mungkin menoleh ke belakang sebagaimana pembaca koran yang bisa kembali kepada tulisan yang sudah dibaca atau mengulang bacaan. Selain
35
itu radio menciptakan gambar (make picture) dalam imajinasi pendengar dengan kekuatan kata dan suara. Siaran
radio
merupakan
seni
memainkan
imajinasi
pendengar melalui kata dan suara. Pendengar hanya bisa membayangkan dalam imajinasinya apa yang dikemukakan penyiar, bahkan tentang sosok penyiarnya sendiri. Radio memiliki karakteristik yang khas antara lain: a. Auditori. Radio adalah suara untuk didengar, karena isi siaran bersifat “sepintas lalu” dan tidak dapat diulang. Pendengar mungkin menoleh ke belakang sebagaimana pembaca koran yang bisa kembali tulisan yang sudah dibacanya atau mengulang bacaan. b. Transmisi. Proses penyebarluasannya atau disampaikan kepada pendengar melalui pemancaran (transmisi) c. Mengandung gangguan. Seperti timbul tenggelam (fading) dan gangguan teknis “channel noise factor”. d. Theatre of mind. Radio menciptakan gambar dalam imajinasi pendengar dengan kekuatan kata dan suara, siaran radio merupakan seni memainkan imajinasi pendengar melalui kata dan suara. e. Identik dengan musik. Radio adalah siaran hiburan termurah dan tercepat sehingga menjadi media utama untuk memdengarkan musik. Dalam hal musik, radio
36
memiliki daya surprise seketika atau memberi kejutan, karena pendengar biasanya tidak tahu lagu apa yang disajikan (Asep Syamsul M. Romli, 2004: 22-23).
2.2.4.3 Radio sebagai Media Dakwah Dalam era informasi, keberadaan media massa menempati posisi yang penting dan sangat menentukan dalam kehidupan masyarakat. Radio sebagai salah satu media massa yang banyak dimiliki masyarakat dapat dimanfaatkan sebagai media dakwah baik melalui siaran pendidikan maupun hiburan. Dakwah
lewat
radio
sebenarnya
lebih
menguntungkan da’i (pembawa pesan), karena dengan menggunakan
alat
radio,
da’i
bisa
mendapatkan
kesempatan yang memudahkan untuk menyiapkan judul dan menyusunnya. Di dalam pengudaraan radio haruslah dijaga dari berbagai aspek penyiarannya supaya katakatanya mudah, alineanya singkat, menjauhkan kata-kata sulit untuk diucapkannya dan mengunhkapkan dengan kalimat-kalimat yang mudah, pembicara sadar akan dirinya, mana kalimat yang susah diucapkannya dan kalimat serta huruf yang akan diucapkan (Abdullah Syata, 1986: 62).
37
Asmuni Syukir (1983 : 176-177), dalam bukunya "Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam" telah merumuskan beberapa kelebihan dan kelemahan yang dimiliki oleh radio sebagai media dakwah antara lain: a. Program radio sehingga
dipersiapkan
bahan
yang
oleh
disampaikan
seorang
ahli,
benar-benar
berbobot (bermutu) b. Radio merupakan bagian dari budaya masyarakat. c. Harga dan biaya cukup murah, sehingga masyarakat mayoritas memilki alat itu. d. Mudah dijangkau oleh masyarakat. Artinya audien/ pendengar cukup di rumah. e. Radio mampu menyampaikan kebijaksanaan informasi secara tepat dan akurat. f. Pesawat mudah dibawa ke mana-mana Menyadari akan kenyataan itu, radio sebagai media dakwah merupakan salah satu alternatif terbaik. Untuk itu pendayagunaan potensi yang dimiliki oleh media radio tentu saja akan mendapat hasil yang optimal, sehingga kerja dakwah tidak akan sia-sia. Sedangkan keterbatasan dan kelemahan radio sebagai media dakwah adalah:
38
a.
Siaran hanya sekali didengar (tidak dapat diulang) kecuali dari pusat pemancar.
b.
Terikat oleh pusat pemancarnya dan waktu siaran, artinya tidak dapat didengar menurut kehendaknya (pendengar).
c.
Terlalu peka akan gangguan sekitar, bersifat alami dan teknis. Setelah mengetahui kelebihan dan kelemahan dari
media radio, dapat disimpulkan bahwa penyampaian dakwah lewat media radio pada masa sekarang ini yang notabene objek dakwah terjadi peningkatan aktivitas kesibukan dan berupaya untuk mencari sesuatu yang bersifat mudah, maka media radiolah yang mampu menjawab akan permasalahan dan kepentingan tersebut.
2.3 Tanggapan Masyarakat dan Metode Dakwah Interaktif di Radio Menganggap dapat diartikan sebagai mereaksi stimuli, dengan membangun kesan pribadi yang berorientasi kepada pengamatan masa lalu pengamatan masa sekarang dan harapan masa yang akan datang (Wasty Soemanto, 1990: 24). Menurut Johan Frederich Herbart (1776-1841) tanggapan adalah merupakan unsur dasar dari jiwa manusia. Tanggapan ditambah sebagai kekuatan psikologis yang dapat menolong atau menimbulkan keseimbangan,
39
merintangi
atau
merusak
keseimbangan.
Tanggapan
diperoleh
dari
pengindraan dan pengamatan. Tanggapan-tanggapan yang berada dalam kesadaran dan kebanyakan berada ada dibawah sadar. Diantara kedua kesadaran disebut “ambang kesadaran” tanggapan yang mengendap di bawah kesadaran dapat muncul kembali ke alam kesadaran dan yang semula berada diambang kesadaran itu selalu ada dan muncul secara mekanis (Wasty Soemanto, 1990: 24). Dengan demikian istilah persepsi atau tanggapan digunakan untuk mengetahui bagaimana prosesnya mengetahui sesuatu dari sekitar kita dengan menggunakan alat-alat indra dan diproyeksikan pada bagian tertentu di otak sehingga kita dapat mengamati obyek tertentu. Untuk dapat mengetahui obyek dari luar kita, kita harus mengadakan observasi atau pengamatan yang baik. Dalam mengatasi masalah kehidupan, manusia telah mengumpulkan sejumlah besar informasi atas pengetahuan. Misalnya petani mengetahui bahwa munculnya rasi bintang tertentu menunjukkan waktu yang baik untuk mulai menanam padi, dukun dapat menunjukkan bahwa getah daun talas hitam dapat mempercepat menyembuhkan luka. Informasi-informasi ini sudah diterima kebenarannya tanpa dipersoalkan lagi, informasi semacam ini disebut tanggapan atau persepsi (Rakhmat, 2002: 2). Dengan kata lain, tanggapan merupakan proses yang aktif di mana yang memegang peranan bukan hanya stimulus yang mengenainya, tetapi ia sebagai keseluruhan dengan pengalaman-pengalamannya, motivasi dan sikap-sikap yang relevan dengan stimulus tersebut.
40
Dengan demikian, yang dimaksud dengan persepsi masyarakat terhadap metode dakwah interaktif adalah suatu proses yang aktif terhadap metode dakwah interaktif yang hadir dalam dirinya seseorang yang meliputi sikap motivasi dan pengalaman seseorang atau masyarakat terhadap metode dakwah interaktif tersebut. Masyarakat di sini adalah sebagai objek dakwah atau sasaran dakwah yang merupakan salah satu unsur penting di dalam sistem dakwah yang tidak kalah penting dibanding dengan unsur-unsur dakwah lainnya. Oleh karena itu, masalah masyarakat ini haruslah dipelajari dengan sebaik-baiknya sebelum melangkah ke aktivitas dakwah sebenarnya. Maka dari itu, sebagai bekal dakwah bagi seorang da’i atau muballigh hendaknya melengkapi dirinya dengan beberapa pengetahuan dan pengalaman yang erat hubungannya dengan masalah-masalah masyarakat, misalnya sosiologi, ekologi, psikologi, ilmu sejarah, biografi dan ilmu-ilmu pengetahuan lainnya yang berkaitan erat dengan masyarakat. Tingkat tinggi rendahnya peradaban masyarakat biasanya menjadikan pokok pangkal penentuan strategi dakwah. Artinya, masalah tingkat peradaban suatu masyarakat dijadikan perhatian yang pertama sebelum perhatian hal-hal yang lain, misalnya dana dan media. Dakwah sebagai suatu proses perubahan yang pada dasarnya tidak berdiri sendiri, artinya dakwah akan berhasil jika didukung komponenkomponen dakwah yang lain, yakni da’i sebagai agen perubahan dituntut responsive
terhadap
perkembangan
masyarakat
yang
bagaimanapun
41
bentuknya. Materi dakwah yang disampaikan hendaknya disesuaikan dengan masyarakat pendengar, artinya apa yang dibutuhkan masyarakat, itulah yang diberikan. Di samping da’i dan materi tidak kalah pentingnya untuk diperhatikan adalah pendekatan dan metode dakwah yang tepat. Seringkali dakwah tidak memberikan apa-apa pada masyarakat karena metode dan pendekatan yang digunakan keliru. Di samping itu, penggunaan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi keberhasilan dakwah sangat diperlukan (Amrullah Ahmad, 1996: 2). Sebagai umat Islam kita harus memanfaatkan kemajuan teknologi saat ini sebagai sarana penyebaran syari’at Islam (dakwah). Dalam kaitannya dengan ini, media komunikasi yang baik itu, baik komunikasi elektronik maupun komunikasi media cetak bisa digunakan sebagai media (alat penyampaian) dalam keberhasilan proses dakwah. Dijelaskan oleh Asmuni Syukir dalam bukunya “Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam” (1983: 163-164). Yang dinamakan metode dakwah adalah alat Bantu dakwah atau yang popular di dalam proses belajar mengajar disebut dengan istilah “alat peraga”. Alat bantu berarti media dakwah mempunyai peranan atau kedudukan sebagai penunjang tercapainya tujuan dakwah. Adapun media yang digunakan misalnya media elektronik seperti radio, televisi, internet dan media cetak seperti: majalah, surat kabar dan lain sebagainya. Media tersebut tepat digunakan sebagai media dakwah baik melalui rubrik atau acara agama, ceramah agama, sandiwara, lagu-lagu dan lainnya.
42
Media dakwah di sini, penulis lebih mengkhususkan pada media radio sebagai penyampaian pesan dakwah, karena radio mempunyai karakteristik tersendiri sebagai media dakwah, yakni bahwa program dakwah yang akan diudarakan dapat dipersiapkan terlebih dahulu oleh seorang ahli, sehingga bahan yang disampaikan benar-benar berbobot (bermutu). Di sisi lain, karena radio mampu menyampaikan jasa informasi secara tepat dan akurat, radio merupakan bagian dari budaya masyarakat dan mudah dijangkau oleh masyarakat, serta pesawat radio mudah dibawa kemana-mana (Asmuni Syukir, 1983: 176-177). Pentingnya peran media, yakni media sekunder seperti radio merupakan media yang efisien untuk mencapai komunikan dalam jumlah yang banyak. Jelas efisien karena dengan menyiarkan sebuah pesan satu kali saja sudah dapat tersebar luas kepada khalayak yang begitu banyak jumlahnya, bukan saja jutaan melainkan puluhan juta (Uchjana Effendi, 2001: 17). Umpan balik dalam komunikasi melalui media masa dinamakan umpan balik tertunda (delayed feedback) karena sampainya tanggapan atau reaksi khalayak kepada komunikator memerlukan tenggang waktu. Dalam proses komunikasi bermedia (radio), umpan balik akan terjadi, dengan kata lain komunikator mengetahui tanggapan komunikan jika komunikasi selesai secara tuntas. Ada pengecualian memang dalam komunikasi bermedia telephon meskipun bermedia, umpan balik berlangsung seketika, namun karena komunikator tidak melihat ekspresi wajah komunikan, maka reaksi
43
sebenarnya dari komunikan tidak akan diketahui oleh komunikator seperti komunikasi tatap muka (Uchjana Effendy, 2001: 17). Dari uraian di atas, ternyata peran media sangat penting dari keberhasilan dakwah. Hal ini dapat dilihat dalam radio Prima 104 FM sebagai tempat penelitian penulis, di mana radio tersebut banyak disisipi program dakwah. Adapun salah satu program dakwah di radio Prima 104 FM adalah program siaran dakwah interaktif. Menurut Ramadhian Agus Triono, yang dimaksud dengan dakwah interaktif di sini, yaitu sebuah metode dakwah di mana pembicara atau da'i memberikan materi dakwah dan mengikutkan pendengar melalui telepon, SMS untuk menanyakan suatu permasalahan yang disampaikan oleh da'i (Asih Susanti, 2004: 50). Di sini penulis menyamaartikan dengan metode tanya jawab, yakni penyampaian materi dakwah dengan cara mendorong sasarannya (objek dakwah) untuk menanyakan suatu masalah yang dirasa belum dimengerti dan mubaligh sebagai penjawabnya (Syukir, 1983: 124). Karena metode ini dapat mendorong audien (objek dakwah) lebih aktif dan bersungguh-sungguh untuk memperhatikan materi dakwah yang disampaikan. Metode tanya jawab ini bukan saja cocok pada ruang tanya jawab baik di radio maupun media surat kabar dan majalah, akan tetapi cocok pula untuk mengimbangi dan memberi selingan ceramah. Ini sangat berguna untuk mengurangi kesalahfahaman para pendengar.
44
Bentuk dakwah interaktif ini disajikan di radio Prima 104 FM dalam acara Cermin Islam yang diputar seminggu sekali setiap hari Rabu pukul 20.00 – 21.00 WIB. Dalam setiap penyampaiannya disajikan sebuah topik tentang suatu masalah, kemudian disertai tanya jawab dari pihak pendengar khususnya masyarakat Jepara, mengenai berbagai persoalan ibadah dan persoalan lainnya yang selama ini mereka belum mengetahui atau mungkin mereka masih ragu-ragu tentang suatu masalah. Khususnya untuk kalangan menengah ke bawah yang tidak memiliki telepon atau handphone, diberi kesempatan untuk menyampaikan masalahnya melalui surat dan akan dijawab pada minggu berikutnya. Itulah proses siaran dakwah interaktif di radio Prima 104 FM yang disesuaikan dengan keadaan dan tingkat pemahaman mad’u, paling tidak materi dakwah yang disampaikan oleh radio Prima 104 FM dapat dipahami oleh kalangan pendidikan dan masyarakat biasa.
2.4 Hipotesis Hipotesis adalah kesimpulan sementara atau proposisi tentative tentang hubungan antara dua variabel atau lebih. Hipotesis haruslah bersifat empirik artinya dapat diukur dengan menggunakan indeks, skala atau pengukuran tertentu (Syam, 1991: 38). Kesimpulan sementara dalam penelitian ini adalah ada perbedaan yang signifikan tanggapan masyarakat Kabupaten Jepara terhadap metode dakwah interaktif di radio Prima 104 FM berdasarkan pendidikan.