BAB II STRATEGI KESANTUNAN BERBAHASA DALAM FILM HABIBIE & AINUN
Pada bab ini dideskripsikan strategi-strategi yang memengaruhi terjadinya kesantunan berbahasa dalam film Habibie & Ainun. Adapun teori yang digunakan untuk menganalisis strategi-strategi tersebut adalah teori kesantunan yang dikemukakan oleh Brown dan Levinson (dalam Chaer, 2010:49—52). Dalam kaitannya dengan kesantunan berbahasa perlu juga diketahui mengenai nosi muka yang digunakan sebagai acuan untuk menganalisis strategi kesantunan dalam film Habibie & Ainun. Nosi muka dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu muka positif dan muka negatif. Muka positif mengacu pada citra diri setiap orang yang berkeinginan agar apa yang dilakukannya atau apa yang dimilikinya diakui oleh orang lain sebagai sesuatu yang baik. Muka negatif mengacu pada citra diri setiap orang yang berkeinginan supaya ia dihargai dengan jalan membiarkannya bebas melakukan
tindakannya
atau
membiarkannya
bebas
dari
keharusan
mengerjakan sesuatu. Sebuah tindak ujar atau tuturan dapat merupakan ancaman terhadap muka, yang disebut face theatening act (FTA). Untuk menjaga muka positif dan muka negatif dari ancaman, dipilih bentuk-bentuk tuturan untuk menyelamatkan muka, yaitu strategi kesantunan positif dan strategi kesantunan negatif. Strategi kesantunan positif dan kesantunan negatif dalam film Habibie & Ainun dijabarkan di bawah ini.
22
23
2.1 Strategi Kesantunan Berbahasa dalam Film Habibie & Ainun Bentuk strategi dalam film Habibie & Ainun, tergantung pada jenis kesantunannya, yaitu kesantunan positif dan kesantunan negatif. Berikut bentuk kesantunan yang ada dalam film Habibie &Ainun.
2.1.1
Strategi Kesantunan Positif Dalam analisis data pada kategori ini ditemukan data yang
memanfaatkan penggunaan strategi kesantunan positif
yang digunakan
penutur dalam film Habibie & Ainun. Strategi kesantunan positif bertujuan untuk menjaga atau menyelamatkan muka positif penutur dari keterancaman. Ada lima belas (15) strategi yang digunakan dalam tuturan film Habibie & Ainun. Strategi yang digunakan, yaitu (1) memberikan perhatian, (2)
membesar-besarkan
simpati,
(3)
mengintensifkan
perhatian,
(4)
menggunakan penanda identitas, (5) mencari dan mengusahakan persetujuan, (6) menghindarkan ketidaksetujuan, (7) menunjukkan hal-hal yang dianggap mempunyai kesamaan, (8) menggunakan lelucon, (9) menyatakan paham atau mengerti, (10) membuat tawaran atau janji, (11) menunjukkan rasa optimis, (12) melibatkan penutur dan petutur, (13) memberikan pertanyaan atau meminta alasan, (14) mengharapkan atau menuntut timbal balik, (15) memberikan hadiah atau penghargaan.
24
2.1.1.1
Memberikan Perhatian Kesantunan positif dapat dilakukan dengan strategi memberikan
perhatian pada petutur. Memberikan perhatian kepada petutur, maka muka positifnya akan tetap terjaga. Memberikan perhatian kepada petutur dilakukan dengan meperhatikan kesukaan, keinginan, dan kebutuhan petutur. Perhatikan kutipan data di bawah ini. (1)
Konteks : Ketika A dan H sedang makan, kemudian TQ datang menghampiri mereka untuk menanyakan bagaimana bulan madunya. TQ A
(2)
Konteks : Ketika A lagi mondar-mandir kebingungan untuk menaruh ranjang bayi. H A
(3)
: Hai mam, pa gimana bulan madunya? : Menyenangkan sekali, kami menyayangi setiap malam.
: Kamu lagi mikir apa? : Aku lagi mikir aja, nanti kalau anak kita lahir, ranjangnya mau ditaruh di mana ya? Karena aku tidak ingin memindahkan meja kerjamu ini.
Konteks : Ketika H sedang di perpustakaan membaca buku, TH1 datang untuk menyakan H sudah makan siang apa belum. TH1 H
: Rudi sudah makan siang belum? Ini sudah jam dua. : Belum, aku harus mengerjakan pekerjaan rumah dulu.
Contoh (1), (2), dan (3) merupakan contoh yang mengandung strategi kesantunan positif. Strategi ini adalah strategi yang memperhatikan kesukaan, keinginan, dan kebutuhan petutur. Pada tuturan (1), terlihat pada pernyataan TQ yang mengatakan bahwa penutur paham dengan kesukaan petutur yang bulan madunya sangat menyenangkan, ditandai dari tuturan TQ dengan menanyakan “Hai mam, pa gimana bulan madunya?”. Selain itu, didukung juga dengan pernyataan A “menyenangkan sekali, kami menyayangi setiap
25
malam” hal tersebut sudah menandakan kesukaan petutur (A) yang sudah bulan madu. Tuturan A yang menekankan kata „menyenangkan sekali‟ itu menyatakan A sangat suka dengan bulan madunya, maka penutur (TQ) akan mengerti atau paham kesukaan dari petutur (A). Karena petutur suka atau senang dengan bulan madu yang sudah mereka lakukan maka A dengan suaminya H akan bulan madu lagi ke Singapura dan Queen Victoria. Selain dapat dilihat dari bentuk verbalnya, kesukaan (A) juga dapat dilihat dari bentuk nonverbalnya, yaitu dapat dilihat dari ekspresi mukanya dengan tersenyum ia menyatakan “menyenangkan sekali, kami menyayangi setiap malam”. Begitu juga dengan tuturan H pada data (2) yang menyatakan bahwa penutur paham atas keinginan petutur dengan menanyakan “kamu lagi mikir apa?” untuk memberikan perhatian kepada petutur. Dengan memberikan perhatian, penutur akan mengerti dengan keinginan petutur yang sedang memikirkan sesuatu. Keinginan petutur dapat diketahui dengan tuturannya, yaitu “Aku lagi mikir aja, nanti kalau anak kita lahir, ranjangnya mau ditaruh di mana ya? Karena aku tidak ingin memindahkan meja kerjamu ini”. Selain itu, dari bentuk nonverbalnya dapat terlihat keinginan petutur yang saat itu sedang mondar-mandir kebingungan memikirkan di mana menaruh ranjang bayinya yang akan lahir karena petutur tidak ingin memindahkan meja kerja penutur. Dengan demikian, penutur akan mengerti apa yang menjadi keinginan dari petutur yang dapat dilihat dari pernyataanya dan tingkah lakunya.
26
Selanjutnya, tuturan TH1 pada data (3) yang menyatakan bahwa penutur mengerti kebutuhan petutur yang saat itu belum makan siang dengan menanyakan “Rudi sudah makan siang belum?”, dengan pertanyaan tersebut penutur mencoba memahami kebutuhan petutur yang pada saat itu belum makan siang. Penutur juga menekankan “ini sudah jam dua” yang menandakan makan siang akan berlalu untuk memberikan perhatian supaya petutur makan siang tepat waktu. Penutur juga langsung mencari petutur ke perpustakaan untuk mengajak petutur makan siang. Dengan demikian, dapat dikatakan penutur peduli kebutuhan petutur melalui memberikan perhatian
2.1.1.2
Membesar-besarkan Perhatian atau Simpati Strategi kesantunan positif dapat dilakukan dengan membesar-
besarkan perhatian atau simpati. Bentuk kesantunan positif ini dilakukan dengan melebihkan perhatian, persetujuan, dan simpati kepada petutur. Bentuk kesantunan tersebut dapat dilihat pada kutipan data berikut. (4)
Konteks : Ketika A menghadiri pertemuan negara bersama orang Malaysia. OM A
(5)
: Iih... buk Ainun semakin cantik ya sekarang. : Terimakasih Datuk
Konteks : Ketika H sudah selesai melakukan presentasi dan ingin ke ruangannya lalu S datang menghampirinya. S H
: Presentasi yang hebat, bagus sekali pak... : Ya, oke... ya
Tuturan OM pada data (4) merupakan tuturan yang bermaksud membesar-besarkan perhatian penutur terhadap petutur dengan bertutur “Iih...
27
buk Ainun semakin cantik ya sekarang” dan menekankan kata “semakin cantik”. Kata “semakin cantik” yang diutarakan penutur
kepada petutur
dengan maksud untuk memuaskan muka positif dari petutur. Dengan membesar-besarkan perhatian, petutur akan merasa senang dan muka positif akan tetap terjaga. Selain bentuk verbal, bentuk nonverbal juga digunakan oleh petutur untuk membesar-besarkan perhatian, yaitu dengan intonasi suara yang lembut dan lantang untuk menyakinkan petutur bahwa dia cantik. Dengan demikian, petutur akan merasa diperhatikan dalam pertuturan. Begitu juga dengan tuturan S pada data (5) merupakan tuturan yang bermaksud membesar-besarkan perhatian penutur terhadap petutur dengan bertutur “Presentasi yang hebat, bagus sekali pak...”. Tuturan tersebut melebih-lebihkan perhatian dengan menekankan kata „hebat‟ setelah itu, dilanjutkan dengan “bagus sekali”. Dengan memperlihatkan perhatian yang berlebihan, penutur bermaksud untuk memuaskan muka positif petutur. Selain itu, bentuk nonverbalnya juga dapat dilihat ketika H selesai melakukan presentasi dengan para undangan, S langsung menghampiri H yang sudah naik tanggga. Ketika sudah di hadapan H, S langsung menjabat tangan H dengan penuh semangat untuk memberikan ucapan selamat karena melakukan presentasi yang bagus. Dengan demikian, H akan merasa diperhatikan dan muka positif akan tetap terjaga.
28
2.1.1.3
Mengintensifkan Perhatian Bentuk strategi kesantunan positif yang lain adalah dengan
mengintensifkan perhatian dengan petutur. Pengintensifan dilakukan dengan meningkatkan ketertarikan terhadap petutur dengan menyelipkan ungkapan yang menarik perhatian petutur atau mendramatisasikan suatu peristiwa atau fakta. Bentuk ini merupakan cara penutur untuk berkomunikasi dengan petutur yakni dengan mengemukakan beberapa keinginannya untuk memperkuat minat yang ia miliki sendiri, yang berpengaruh terhadap percakapan, dengan „menciptakan suatu cerita yang bagus‟. Ini merupakan bentuk yang biasa dari percakapan positif yang sopan karena menarik pendengar ke tengah-tengah kejadian yang dituturkan. Perhatikan kutipan data di bawah ini. (6)
Konteks : Ketika H dan Ar, bertemu di sebuah pesta lalu mereka duduk dan mengobrol. H Ar
(7)
: Bagaimana? : Emm... kamu ini baru saja cuti sudah dapat jodoh... gerak cepat kamu ya? Ehh.. tapi kamu juga hebat bisa meyakinkan nona kritis macam si „Cempluk‟ ini, susah dia orangnya biasanya...
Konteks : Ketika H, T1, dan T2 sedang berada di halaman sekolah dan saat itu mereka melihat A sedang duduk bersama teman-temannya di bawah pohon. T1 H T2 H
: Tu orangnya di sana to. Brani gak kamu ngerayu dia? : Huuh... jelek gitu... : Jelek...? kalo gitu brani bilang ke dia kalo dia jelek? Takut kan? : aku gak takut, liat ya liat... Hai Ainun, kamu jelek, item, kayak gula jawa.
Tuturan Ar pada data (6) menyatakan suatu informasi dengan menjadikan hal tersebut seakan-akan sangat dramatis sehingga mendapat
29
perhatian yang lebih dari petutur. Tuturan Ar “Emm... kamu ini baru saja cuti sudah dapat jodoh... gerak cepat kamu ya? Ehh.. tapi kamu juga hebat bisa meyakinkan nona kritis macam si Cempluk ini, susah dia orangnya biasanya...” penekanan ungkapan „nona kritis‟ dalam tuturan Ar merupakan ungkapan yang digunakan menciptakan kesan dramatis pada hal atau topik yang ingin disampaikan yang belum tentu juga dramatis. Dengan ungkapan tersebut, petutur akan merasa tertarik untuk memberikan perhatian terhadap pertuturan. Selain bentuk verbalnya, bentuk nonverbalnya juga mendukung pertuturan supaya menjadi dramatis untuk menarik perhatian petutur. Dalam film dapat dilihat, intonasi keras yang digunakan untuk penekanan kata „nona kritis‟ untuk meyakinkan petutur. Sebelum mulai pertuturan, penutur dan petutur berjabat tangan sambil memperkenalkan A (Cempluk) yang sangat memilih dalam mencari pasangan (kritis). Penutur juga menepuk A dan sambil tertawa untuk menunjukkan ucapannya benar. Begitu juga pada data (7) menggunakan strategi kesantunan positif dengan mengintensifkan perhatian petutur. Tuturan H yang mengatakan A “Huuh... jelek gitu...” selanjutnya dijawab oleh T2 “Jelek...? kalo gitu brani bilang ke dia kalo dia jelek? Takut kan?” karena H tidak merasa takut lalu dia langsung menghampiri A dan langsung bertutur “aku gak takut, liat ya liat... Hai Ainun, kamu jelek, item, kayak gula jawa”. Penekanan kata „kamu jelek‟ dan „kayak gula jawa‟ merupakan ungkapan yang digunakan menciptakan kesan dramatis pada hal atau topik yang ingin disampaikan yang belum tentu juga dramatis. Dengan ungkapan tersebut, petutur akan merasa
30
tertarik untuk memberikan perhatian terhadap pertuturan. Selain itu, Bentuk nonverbalnya juga mendukung menciptakan kesan dramatis ketika H akan menghampiri A. Pada saat menghampiri A, H berjalan sambil menoleh T1 dan T2 dan sambil menunjuk-nunjuk mereka dengan tangannya supaya kelihatan bahwa dia berani. Dengan kesan seperti itu, H bisa menciptakan kesan dramatis yang merupakan bentuk yang biasa dari percakapan positif yang sopan karena menarik untuk didengar oleh petutur.
2.1.1.4
Menggunakan Penanda Identitas Kesantunan positif dapat ditunjukkan dengan strategi penggunaan
penanda identitas. Startegi kesantunan positif ini menggunakan penanda yang menunjukkan jati diri seperti bentuk sapaan, dialek, dan jargon. Memerhatikan penggunaan penanda identitas yang bersangkutan dengan petutur, suasana akan menjadi lebih akrab dan keterancaman muka positif petutur dapat dihindari. Bentuk kesantunan tersebut dapat dilihat pada kutipan data berikut. (8)
Konteks : Ketika IS sedang membicarakan tentang kesanggupan H untuk kembali ke Indonesia. IS
(9)
: Rudi... Rudi... di bawah Presiden Soeharto, Indonesia sedang giat membangun, apa impian Anda, kapal, kereta, pesawat terbang, semua akan kami dukung. Kapan Anda balik ke Indonesia? Kapan kita memulainya?
Konteks : Ketika H dan dr.B di rumah sakit Jerman dan H ingin menanyakan apakah istrinya bisa sembuh karena sudah sembilan kali operasi. H
: Ini sudah kesembilan kalinya istri saya operasi. Perlu berapa kali lagi sampai istri saya sembuh? Apa kalian bisa menjamin?
31
dr.B
: Maaf pak.. tidak ada yang bisa menjaminnya Prof., maafkan saya.
(10) Konteks : Ketika H sangat susah disuruh istirahat oleh A. A
: “yo wis, sak karepmu” (ya, terserah kamu)
Tuturan IB pada data (8) merupakan salah satu dari penanda identitas yang ada di strategi kesantunan positif. Dilihat dari kerjasama petutur dan dari tingkat pendidikan penutur serta konteks yang terjadi saat itu bahwa mereka sedang merencanakan untuk membangun Indonesia sehingga tuturan ini tetap dinilai santun. Kata sapaan yang digunakan dalam data (8) sebagai penanda identitas kelompok untuk strategi kesantunan positif. Strategi ini dianggap santun karena penutur menggunakan kata sapaan yang menandakan kedekatan atau keakraban antara penutur dan petutur seperti ditandai pada kata sapaan nama diri, yaitu „Rudy‟. Kata sapaan ini digunakan untuk menjaga muka positif petutur agar petutur merasa mendapatkan derajat yang sama. Tuturan itu terjadi ketika IS ingin mengajak H pulang ke Indonesia untuk membangun Indonesia. IS meyakinkan H supaya mau kembali ke Indonesia dengan bertutur “Rudi... Rudi... di bawah Presiden Soeharto, Indonesia sedang giat membangun, apa impian Anda, kapal, kereta, pesawat terbang, semua akan kami dukung. Kapan Anda balik ke Indonesia? Kapan kita memulainya?”. Pada data (9) juga merupakan bagian dari penanda identitas karena dalam tuturan menggunakan penanda yang menunjukkan jati diri, yaitu jargon. Jargon biasanya digunakan secara terbatas dalam bidang ilmu, profesi, atau kelompok tertentu. Jargon yang digunakan dalam tuturan di atas adalah
32
bidang profesi, yaitu sebagai Guru Besar (Profesor). Pada Tuturan dr.B sudah menunjukkan pemakaian jargon, yaitu “Maaf pak.. tidak ada yang bisa menjaminnya Prof., maafkan saya” singkatan „prof‟ pada data merupakan jargon yang menandakan profesi seseorang. Tuturan berlangsung ketika H melihat istrinya sudah melakukan sembilan kali operasi tetapi tidak ada tanda kondisinya membaik. Untuk menghormati petutur, penutur menggunakan jargon profesi untuk tetap menjaga muka positif petutur. Selain bentuk verbalnya, bentuk nonverbalnya juga mendukung terjadinya kesantunan berbahasa, yaitu ditunjukkan dengan penutur menggelengkan kepala sambil menatap penutur dengan tatapan yg melesu karena tidak mampu mengobati A yang saat itu sedang sakit. Selanjutnya data (10) juga bagian dari penanda identitas karena menggunakan dialek Jawa “yo wis sak karepmu” (ya, terserah kamu) yang dituturkan oleh A ketika H tidak mau mendengar tuturannya. Pada saat itu H sangat sibuk karena sedang membuat analisa penting untuk kemajuan Bangsa Indonesia dan beberapa bulan ini H hanya 1 jam saja. Pada saat pertuturan terjadi H sudah menjabat menjadi Presiden Indonesia menggantikan Presiden Soeharto. Supaya tidak terlalu menyinggung perasaan petutur, penutur menggunakan dialek sebagai penanda identitas. Penanda identitas dilakukan oleh penutur untuk tetap menjaga muka positif dari petutur. Bentuk nonverbalnya dapat dilihat ketika A mendatangi H ke ruang kerjanya untuk menyuruhnya istirahat. A menggunakan intonasi yang lemah ketika bertutur
33
“yo wis sak karepmu” (ya, terserah kamu) dan langsung meninggalkan H ke kamar dengan raut muka sedih karena H tidak mau mendengarkannya.
2.1.1.5
Mencari Persetujuan Mencari persetujuan merupakan salah satu strategi kesantunan positif.
Bentuk kesantunan tersebut adalah mencari persetujuan terhadap petutur dengan mengulang sebagian atau seluruh tuturan petutur untuk menunjukkan kesetujuan. Dengan berusaha mencari persetujuan dengan petutur, petutur akan merasa dihargai dan muka positif akan terjaga. Selain itu, untuk menunjukkan bahwa penutur telah mendengar secara tepat apa yang diucapkan petutur. Data di bawah ini merupakan penerapan kesantunan untuk mencari persetujuan. (11) Konteks : Ketika GKH dan H datang ke ruangan kelas untuk menanyakan A. Pada saat itu A sedang tidak ada di kelas maka GKH bertanya mana A dan TA mengulang sebagian tuturan GKH. GKH TA
: Ada satu orang lagi di sekolah ini yang bisa jawab selain kamu. Mana Ainun? : Ainun di mana?
(12) Konteks : Ketika IH menyuruh H untuk mengantar kue ke Rangga Malela. IH H
: Antar kue ini ke Rangga Malela sama Fanny, sekalian besuk keluarga Besari. : Keluarga Besari?
Pada tuturan (11) penutur berusaha mencari persetujuan dengan menyatakan kembali sebagian tuturan yang sudah dituturkan oleh petutur. Tuturan GKH pada data (11) yang menyatakan “Ada satu orang lagi di sekolah ini yang bisa jawab selain kamu, Mana Ainun?”, lalu diulang lagi
34
tuturan GKH oleh TA2, yaitu “Ainun di mana?” demi didapatkannya persetujuan dari GKH. Selain dari bentuk verbalnya, bentuk non verbalnya juga mendukung untuk mendapatkan persetujuan, yaitu di dalam kelas TA2 juga melihat-lihat apakah A ada dalam kelas atau masih di luar kelas. Selain itu, TA juga menanyakan ke teman yang lainnya dan temannya bilang kalau A masih ada di ruang ganti. Dengan demikian, TA berusaha mencari persetujuan dengan mengulang sebagian dari tuturan GKH untuk tetap menjaga muka positif dari GKH. Begitu juga pada pertuturan (12) terlihat petutur berusaha mencari persetujuan dengan mengulang sebagian tuturan penutur. Pada data (12) IH bertutur “Antar kue ini ke Rangga Malela sama Fanny, sekalian besuk keluarga Besari”, kemudian H mengulang lagi sebagian tuturan yang disampaikan oleh IH, yaitu “keluarga Besari” untuk menegaskan bahwa H sudah mendengar dengan baik dan meminta persetujuan dari IH. Hal tersebut dilakukan penutur untuk menjaga pendapat petutur dengan berusaha mencari persetujuan meskipun petutur sendiri belum tentu sependapat dengan pendapat penutur. Bentuk nonverbalnya, yaitu ekspresi muka H yang kebingungan untuk itu H mengulang kembali sebagian dari tuturan IH. Setelah itu, IH menjelaskan kembali tentang keluarga Besari, “iya, yang anak perempuannya satu SMA sama kamu. Sudah pergi saja, salam buat semuanya.” .
35
2.1.1.6
Menghindari Ketidaksetujuan Bentuk kesantunan positif selanjutnya adalah dengan cara menghindari
ketidaksetujuan terhadap petutur dengan cara menunjukkan persetujuan semu. Strategi ini penutur berusaha untuk selalu setuju walaupun pada kenyataannya tidak setuju dengan berpura-pura sependapat untuk menunjukkan kesetujuan. Kesetujuan tersebut disampaikan dengan berpura-pura setuju, persetujuan yang semu (psedo agreement), menipu untuk kebaikan (white lies), atau pemagaran opini (hedging opinion). Perhatikan kutipan data di bawah ini. (13) Konteks : Ketika H dan A sedang berbicara lewat telepon. H A
: Ma lipstikmu jalan-jalan sampai ke Bandung ya? Sengaja ya? : Loo memangnya tidak boleh ya?
(14) Konteks : Ketika H dan A sedang melakukan pemotretan. H A
: Apa kamu baik? : Iya
Kesantunan positif dapat dicapai dengan menghindari ketidaksetujuan dengan berpura-pura setuju, persetujuan yang semu (psedo agreement), menipu untuk kebaikan (white lies), atau pemagaran opini (hedging opinion). Pada pertuturan (13) merupakan pertuturan yang menggunakan persetujuan semu
untuk
menghindari
ketidaksetujuan.
Jawaban
A
merupakan
penghindaran ketidaksetujuan atas pernyataan H dengan berbohong dan menyatakan “Loo memangnya tidak boleh ya?”. Pada kenyataannya lipstik tidak bisa jalan-jalan karena benda mati, itu artinya A telah berbohong untuk tetap menjaga muka positif H. Tuturan ini ketika H menelepon A yang sedang berada di rumah kediamannya, yaitu di Patra Kuningan, Jakarta. Pada saat itu
36
A sedang melakukan pindahan ke Indonesia dari Jerman. Pertuturan tersebut terdengar sangat santai dan disertai canda tawa kerena mereka merupakan suami istri. Kebohongan A hanya untuk menyenangkan H yang sedang jauh di Bandung. Pada pertuturan (14) juga merupakan pertuturan yang menggunakan strategi berbohong untuk kebaikan. Jawaban A merupakan penghindaran ketidaksetujuan atas tuturan H dengan berbohong dan menyatakan „iya‟ padahal dilihat dari ekpresi mukanya A sedih n murung. Ketika menjawab A menjawab „iya‟ dia tidak memandang H, tetapi dia menundukkan kepalanya. Pemotretan itu dilakukan untuk jabatan H dari Wakil Presiden Republik Indonesia yang akan menjadi Presiden Republik Indonesia. A berbohong supaya H tidak merasa sedih dengan jawaban yang sebenarnya supaya sesi pemotretannya berjalan lancar dan hati H akan senang melihat A tersenyum dalam acara itu.
2.1.1.7
Menunjukkan Hal-hal yang Dianggap Mempunyai Kesamaan Menunjukkan hal-hal yang dianggap mempunyai kesamaan merupakan
bagian dari strategi kesantunan positif. Hal tersebut ditunjukkan dengan mepresuposisikan sejumah persamaan penutur dan petutur dengan sebuah percakapan yang dapat menarik minat petutur terhadap tuturan penutur melalui basa-basi (small talk) dan praanggapan (presupposition). Melalui strategi tersebut petutur akan merasa dihargai oleh penutur serta menjaga
37
muka positifnya. Berikut data yang dapat menunjukkan hal-hal yang dianggap mempunyai kesamaan. (15) Konteks : Ketika Kedutaan Indonesia IS ingin berbicara dengan H tentang kinerja H yang membantu negara lain. IS
H
: Bung Rudi habibie? Duduk... saya dapat mandat untuk menyampaikan ini ke Anda, Anda ini orang Indonesia bukan? : Saya? ya tentu saja saya!
(16) Konteks : Ketika H ditelepon oleh A yang sedang berada di Jerman. H A
: Aku rindu kamu Ma... : Aku juga rindu kamu pa, aku akan menyusul.
Tuturan IS pada data (15) merupakan tuturan basa-basi untuk menunjukkan kesamaan antara penutur dan petutur. Tuturan IS “Bung Rudi habibie? Duduk... saya dapat mandat untuk menyampaikan ini ke Anda, Anda ini orang Indonesia bukan?” penekanan “Anda ini orang Indonesia bukan” untuk menujukkan kesamaan antara penutur dan petutur. Hal tersebut ditunjukkan mepresuposisikan sejumah persamaan penutur dan petutur dengan kesamaan mereka dari Indonesia dan ingin membangun Indonesia. Tuturan IS merupakan tuturan yang juga mengandung praanggapan. Penutur menyatakan kesamaan terhadap petutur dengan menggunakan pertanyaan sebagai praanggapan kepada petutur “Anda dari Indonesia bukan?” dengan demikian, petutur akan merasa tertarik dengan tuturan tersebut. Intonasi yang digunakan oleh IS sangat tegas dan jelas untuk meyakinkan H kembali ke Indonesia dan membangun Indonesia bersama-sama. Pada data (16) juga merupakan salah satu bagian dari kesantunan positif yang menunjukkan hal-hal yang dianggap mempunyai kesamaan.
38
Tuturan H menunjukkan kesamaan dengan mepresuposisikan sejumah persamaan sebuah percakapan yang dapat menarik minat A terhadap tuturan H. Dapat dilihat pada tuturan H “Aku rindu kamu Ma...” selanjutnya jawaban A juga sama menyatakan “Aku juga rindu kamu pa”, persamaan antara penutur dan petutur adalah mereka sama-sama „rindu‟ atau merindukan satu sama lain. Penutur dan petutur adalah pasangan suami istri yang tinggalnya berjauhan, A berada di Jerman, sedangkan H berada di Indonesia. Karena antara penutur dan petutur memiliki perasaan yang sama maka petutur dengan senang hati menerima telepon penutur. Dalam tuturan, penutur dan petutur kelihatan sedih karena lama sudah tidak betemu, tetapi dalam waktu dekat A akan menyusul H ke Indonesia. Dengan menunjukkan persamaan muka positif petutur akan tetap terjaga dan merasa dihargai.
2.1.1.8
Menggunakan Lelucon Salah satu bentuk strategi kesantunan positif adalah menggunakan
lelucon dalam pertuturan. Bentuk kesantunan dengan lelucon bertujuan untuk menciptakan keakraban antara penutur dan petutur. Menggunakan lelucon dalam pertuturan akan terdengar tidak kaku dan terdengar lebih santun. (17) Konteks : Ketika H datang dari bertemu A lalu TH menanyakan apakah pertemuannya lancar. TH2 F
: Hey... lancar ni kayaknya? : Ya, lancar.. kelewat lancar, Rudi malah cari jodoh...
(18) Konteks : Ketika H berkunjung ke rumah A yang pada saat itu H baru pulang dari Jerman.
39
H A
: Halo... Ainun...? Cantiknya, gila kamu... gula jawa sudah jadi gula pasir. : Gula pasir...? kamu sudah pulang dari Jerman?
Tuturan F pada data (17) merupakan lelucon yang bertujuan untuk menjaga muka positif. Jawaban F memerhatikan keinginan petutur dengan menggunakan lelucon “Ya, lancar.. kelewat lancar, Rudi malah cari jodoh”. Pertuturan dengan menggunakan lelucon sebagai strategi, tuturan akan terdengar tidak kaku dan tentunya terdengar lebih santun khususnya dalam hubungan sosial antara penutur dan petutur. Digunakannya lelucon dalam pertuturan akan membuat suasana lebih akrab dan santai antara penutur dan petutur. Dalam film juga terlihat sangat akrab antara penutur dan petutur karena saat pertuturan disertai canda tawa antara mereka. Selain itu, TH2 juga isi menyanyikan sebuah lagu untuk H yang sedang kasmaran dengan A. Dengan demikian, lelucon mendukung terciptanya sebuah keakraban antara penutur dan petutur dan muka positif terselamatkan. Tuturan H pada data (18) juga menggunakan lelucon untuk tetap menjaga muka positif dari (A) petutur. Digunakanya lelucon dalam tuturan H supaya A tidak merasa tersinggung dengan ucapan penutur. Dapat dilihat tuturan H “Halo... Ainun...? Cantiknya, gila kamu... gula jawa sudah jadi gula pasir... hahaha (tertawa)” penggunaan lelucon “gila kamu... gula jawa sudah jadi gula pasir... hahaha” karena waktu A SMA memiliki kulit hitam seperti gula jawa dan sekarang warna kulitnya sudah putih seperti gula pasir. H dalam bertutur sambil tertawa yang berarti ucapannya hanya gurauan bilang „gula jawa sudah jadi gula pasir‟ pada A. Selain dibarengi dengan canda
40
tawa, A juga menjawab tuturan H dengan santai “Gula pasir...? kamu sudah pulang dari Jerman?”. Pada saat H masuk ke ruangan dan melihat foto A waktu SMA di dinding, setelah itu H melihat A sedang menjahit dan langsung menyapanya. Dengan demikian, digunakannya lelucon dalam pertuturan dapat mengurangi keterancaman muka petutur.
2.1.1.9
Menyatakan Paham atau Mengerti dengan Keinginan Petutur Menyatakan
paham
atau mengerti
dengan
keinginan
petutur
merupakan salah satu dari strategi kesantunan positif. Strategi menyatakan paham atau pengertian dilakukan dengan mempresuposisikan bahwa penutur memahami keinginan petutur. Dengan begitu, petutur akan merasa dihargai dan muka positif akan terselamatkan. Untuk lebih jelasnya perhatikan kutipan data di bawah ini. (19) Konteks : Ketika H berkunjung ke rumah Besari dan AA menyambut H di depan rumah. AA
: Kalian lebih baik jalan-jalan dulu, Bandung cerah!
(20) Konteks : Ketika H akan meninggalkan A ke Indonesia untuk membangun sebuah rencana pekerjaan. H
A H A H
: Saya harus kembali ke Indonesia dan membangun sebuah rencana pekerjaan, itu waktu yang cukup lama dan harus meninggalkan kamu! : Bukan meninggalkan! : Tapikan kamu repot mengurus anak-anak! Saya tidak mau menggangu pekerjaan kamu! : Indonesia memanggilmu pa, bersyukurlah, ini amanah yang besar! : Ya, ini saatnya...
41
Tuturan pada data (19) AA menunjukkan pemahamannya terhadap keinginan atau kebutuhan petutur. Hal tersebut dinyatakan penutur sebelum petutur menyatakan sendiri kepadanya apa yang diinginkan atau diperlukan. Strategi ini mengharuskan penutur untuk tanggap terhadap apa yang diinginkan atau apa yang dibutuhkan petutur sehingga petutur akan merasa lebih dimudahkan. Pertuturan terjadi ketika H datang ke keluarga Besari untuk bertemu A lalu AA langsung bertutur “Kalian lebih baik jalan-jalan dulu, Bandung cerah!” sebelum H sempat bertutur ingin mengajak A untuk jalanjalan. Tuturan itu terjadi karena AA sudah mengetahui kalau A sedang menunggu H di dalam rumah. Setibanya H di rumah Besari AA langsung memanggil A karena sudah dijemput. Dengan demikian, petutur akan merasa dipahami keinginannya oleh penutur dan akan merasa dihargai sehingga muka positif akan terselamatkan. Selain bentuk verbal, bentuk nonverbal dapat dilihat ketika AA memanggil A dengan tersenyum dan nada suaranya lembut yang menandakan AA senang kalau H mengajak A untuk jalan-jalan. Pada data (20) juga merupakan bagian dari strategi kesantunan positif yang menyatakan paham atau mengerti dengan keinginan petutur. A mengerti dan paham terhadap H yang pada saat itu akan pergi ke Indonesia untuk membangun Indonesia seperti janjinya dulu waktu sakit. Dalam tuturan H didukung oleh A untuk pergi ke Indonesia dengan bertutur “bukan meninggalkan!” dengan pengertian tersebut, H tidak akan ada beban untuk meninggalkan A. Selain itu, A juga menyakinkan H bahwa dia dibutuhkan di Indonesia dengan memegang tangannnya tanda bahwa A tidak apa-apa sambil
42
bertutur “Indonesia memanggilmu pa, bersyukurlah, ini amanah yang besar!” Dengan memberikan pengertian atau paham akan keinginan petutur dapat tetap menjaga muka positif penutur.
2.1.1.10
Memberikan Tawaran atau Janji
Untuk meredakan ancaman potensial dari beberapa FTA, penutur dapat memilih untuk menekankan kerjasama petutur dengan cara membuat penawaran atau janji. Penutur dapat mengakui bahwa (dalam keadaan tertentu yang relevan) apapun yang diinginkan petutur, yang diinginkan penutur dari petutur dan akan membantu petutur untuk mendapatkannya. Penawaran dan janji bertujuan untuk memuaskan muka positif petutur. Untuk lebih jelasnya perhatikan kutipan data di bawah ini. (21) Konteks : Ketika A dan H penghasilannya belum bisa mencukupi untuk menyewa plat yang lebih besar. A
: Aku bisa kerja untuk bantu kamu.
(22) Konteks : Ketika A merasa tidak kuat lagi tinggal di Jerman dan A ingin pulang ke Indonesia untuk membantu H. H
: Kamu kuat Ainun.. ya.. kita ini ibarat gerbong dan masuk ke dalam sebuah trowongan panjang, bahkan kita tidak tahu trowongan ini mengarah ke mana, tetapi setiap trowongan pasti memiliki ujung, ada cahaya. Saya janji saya akan membawa kamu ke cahaya itu, saya janji. Ok?
(23) Konteks : Ketika A dalam keadaan koma karena kanker ovarium dan dirawat di rumah sakit Munchen, Jeman. H
: Ainun tahu ini hari apa? Selamat ulang tahun pernikahan yang ke-48 saya berjanji untuk terus mendampingi Ainun untuk terus berada di samping Ainun kita berdoa samasama ya Allah terima kasih ya Allah engkau telah lahirkan saya untuk Ainun dan Ainun untuk saya. Terima kasih ya
43
Allah engkau pertemukan kami pada tanggal 12 Mei 1962 engkau berikan kami bibit cinta yang murni, suci, sejati, sempurna dan abadi. Tuturan A pada data (21) memenuhi strategi kesantunan positif dengan memberikan tawaran kepada H (petutur). Tawaran yang diberikan, supaya A dapat membantu H dalam masalah perekonomian di rumah tangganya. Oleh karena itu, A langsung bertutur “Aku bisa kerja untuk bantu kamu” terus penekanan „bisa bantu‟ sudah menandakan kepedulian A kepada H. Pada saat itu, keadaan ekonomi A dan H kurang mencukupi untuk membeli plat rumah yang lebih besar, sedangkan bayi yang dikandung A sudah mau lahir. Oleh karena itu, A menawarkan bantuan untuk membantu H dengan mencari pekerjaan sebagai tambahan pemasukan keuangan mereka. Akan tetapi, H tidak mengijinkan A untuk bekerja karena dia sedang mengandung untuk itu H yang akan mencari pekerjaan tambahan. Begitu juga tuturan H pada data (22) yang sudah memenuhi strategi kesantunan positif dengan memberikan janji pada petutur. Janji penutur kepada petutur adalah ingin memberikan kebahagiaan kepada petutur dengan menyatakan “kita ini ibarat gerbong dan masuk ke dalam sebuah trowongan panjang, bahkan kita tidak tahu trowongan ini mengarah ke mana, tetapi setiap trowongan pasti memiliki ujung, ada cahaya. Saya janji saya akan membawa kamu ke cahaya itu, saya janji. Ok?” penekanannya dapat dilihat pada tuturan “saya janji akan membawa kamu ke cahaya itu, saya janji”. Memberikan atau membuat janji pada petutur maka petutur akan lebih yakin dan percaya dengan penutur. Hal tersebut secara tidak langsung dapat menjaga
44
muka positif petutur. Dalam film tuturan itu terjadi ketika H pulang kerja dan dia tidak punya uang untuk naik bus maka dia jalan kaki menuju ke rumahnya. Pada saat itu, turun salju yang cukup lebat dan sepatu H berlubang maka dia menutupinya dengan kertas yang dibawanya dan sesampainya di rumah kaki H terluka. Karena melihat keadaan tersebut maka A berkeinginan pulang ke Indonesia tetapi H tidak mengijinkan sehingga H memberikan janji kepada A untuk membawa kehidupan rumah tangga mereka yang lebih baik. Tuturan H pada data (23) juga memberikan janji pada petutur untuk memenuhi strategi kesantunan positif. Tuturan H “Ainun tahu ini hari apa? Selamat ulang tahun pernikahan yang ke-48 saya berjanji untuk terus mendampingi Ainun untuk terus berada di samping Ainun kita berdoa samasama ya Allah terima kasih ya Allah engkau telah lahirkan saya untuk Ainun dan Ainun untuk saya. Terima kasih ya Allah engkau pertemukan kami pada tanggal 12 Mei 1962 engkau berikan kami bibit cinta yang murni, suci, sejati, sempurna dan abadi” janji H dapat dilihat pada kalimat ini “saya berjanji untuk terus mendampingi Ainun untuk terus berada di samping Ainun kita berdoa sama-sama ya Allah terima kasih ya Allah engkau telah lahirkan saya untuk Ainun dan Ainun untuk saya”. H berjanji kepada A yang waktu itu dalam keadaan sakit parah maka H berjanji akan selalu mendampinya sampai kapanpun. Ketika mengucapkan janjinya H memegang tangan A bahwa dia akan selalu bersamanya walaupun A sudah tiada. Melihat keadaan A yang hidup karena alat medis H menangis dan merasa kasihan maka dia merelakan kepergian A untuk selamanya tetapi di dalam hati H tidak akan
45
pernah melepaskan perasaannya. Dengan memberikan janji, petutur akan merasa senang dan A bisa pergi dengan tenang.
2.1.1.11
Menunjukkan Keoptimisan
Strategi kesantunan positif yang selanjutnya, yaitu ditunjukkan dengan menunjukkan keoptimisan pada petutur. Strategi ini bertujuan untuk menunjukkan rasa optimis yang beranggapan bahwa petutur menginginkan atau membantu penutur mencapai keinginannya. Penutur mengasumsikan bahwa petutur menginginkan apa yang diinginkan penutur dan akan membantu penutur untuk memerolehnya. Dengan demikian, penutur menjadi begitu berani untuk mengasumsikan petutur akan berkerjasama dengan penutur yang akan menghasilkan sebuah komitmen bahwa petutur akan berkerjasama dengan penutur karena itu merupakan kepentingan bersama. Selain itu, dengan menunjukkan keoptimisan muka positif akan tetap terjaga. Perhatikan data di bawah ini. (24) Konteks : Ketika H ingin meyakinkan Dr. S bahwa kontruksi ringan yang dibuatnya sesuai dengan kebutuhan dunia kereta api. H Dr. S H
: Konstruksi ringan itu sangat stabil, percaya saya! : Saya percaya kamu,tapi pertanyaan saya adalah bagaimana cara meyakinkan direktur di Mirdan? : Saya bisa meyakinkan beliau bahwa kontruksi ringan yang saya temukan sesuai dengan kebutuhan dunia kereta api modern, beri saya kesempatan untuk membuktikannya.
(25) Konteks : Ketika H menunjukkan rancangan kontruksi ringan kereta api yang dibuatnya. DIW
: Hai... Habibie, Anda yakin semua baik-baik saja?
46
H
: Ya tentu... materialnya pasti bergelombang karena semua dayanya bersatu ke seluruh badan gerbong, itulah kelebihan dari material ini. Saya tahu persis.
Menunjukkan keoptimisan adalah salah satu bagian dari strategi kesantunan positif. Kepercayaan akan diperoleh dengan menunjukkan sikap optimis, muka positif akan terjaga akibat keoptimisan dari tuturan, seperti tuturan H pada data (24). Tuturan H jelas menunjukkan sikap optimis kepada Dr. S. Akan tetapi, Dr. S tidak percaya akan kemampuan H yang ingin membuat kontruksi ringan untuk kereta api. H tetap optimis akan kemampuannya dengan bertutur “percaya saya” selanjutnya dibarengi “saya bisa” pada tuturan kedua , hal ini sudah menunjukkan keoptimisannya bahwa H bisa membuat kontruksi ringan yang sesuai dengan kebutuhan dunia kereta api modern. Selain bentuk verbalnya, bentuk non verbalnya juga mendukung keoptimisan H, yakni dapat dilihat dalam film H juga membawakan sebuah rancangannya untuk menunjukkan kemampuannya. Selain itu, dari intonasi yang sangat tegas dan meyakinkan dan akhirnya H diberikan kesempatan oleh Dr. S. Pada tuturan H pada data (25) juga menunjukkan keoptimisan yang merupakan salah satu bagian dari strategi kesantunan positif. Kepercayaan akan diperoleh dengan menunjukkan sikap optimis dan muka positif akan terjaga akibat keoptimisan dari tuturan tersebut. Tuturan DIW yang meragukan rancangan H dengan bertutur “Hai... Habibie, Anda yakin semua baik-baik saja?” selanjutnya tuturan H menunjukkan sikap optimis kepada DIW
dengan
menjawab
tuturannya
“Ya
tentu...
materialnya
pasti
47
bergelombang karena semua dayanya bersatu ke seluruh badan gerbong, itulah kelebihan dari material ini. Saya tahu persis”. Keoptimisannya dapat dilihat pada kata „ya tentu...‟ setelah itu juga dibarengi dengan kata „Saya tahu persis‟ dengan begitu petutur akan percaya akan kontruksi ringan yang dibuat oleh penutur. Selain itu, ekpresi muka penutur tersenyum ketika meyakinkan petutur bahwa itu akan baik-baik saja. Dengan memberikan keoptimisan, petutur akan percaya dan yakin terhadap petutur yang mampu membuat kontruksi ringan untuk kereta api.
2.1.1.12
Melibatkan Penutur dan Petutur dalam Suatu Aktivitas
Salah satu bentuk kesantunan positif adalah melibatkan penutur dan petutur dalam suatu aktivitas. Dengan melibatkan petutur dalam suatu kegiatan yang dilakukan bersama, petutur akan merasa dihargai sehingga muka positifnya akan terjaga. Strategi ini melibatkan penutur dan petutur dalam suatu kegiatan tertentu dengan penggunaan kata we atau let‟s, dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai kata „kita‟ atau „mari‟. Perhatikan data di bawah ini untuk memperjelas. (26) Konteks : AA ingin mengajak H untuk makan malam bersama atau buka puasa bersama. AA H
: Kita harus mengobrol, saya pingin dengar cerita tentang Jerman.. : Iya, oke
(27) Konteks : Ketika H dan A di dalam becak dan pada saat itu H ingin melamar A. H
: Ya, ikut sama saya, kawani saya, mendampingi, menjadi istri, ya kita bangun keluarga hanya oleh kita berdua tanpa
48
A
ada ikut campur tangan dari keluarga besar. Saya tidak bisa menjanjikan banyak hal, entah ainun bisa terus menjadi dokter atau tidak, entah kita bisa hidup mudah atau tidak di sana, tapi saya akan menjadi suami yang terbaik untuk Ainun. : Saya tidak bisa janji, akan menjadi istri yang baik, tapi aku janji akan slalu mendampingi kamu, memenuhi janjimu.
Strategi kesantunan positif dengan melibatkan penutur dan petutur dalam suatu aktivitas akan tetap menjaga muka positifnya karena petutur akan merasa diperlakukan sama atau disejajarkan dengan penutur. Tuturan AA pada data (26) menunjukkan keterlibatan antara penutur dan petutur, yaitu “Kita harus mengobrol, saya pingin dengar cerita tentang Jerman...”. Kata „kita‟ pada tuturan di atas dapat diasumsikan suatu kerjasama dan dapat meredakan FTA dalam pertuturan. Tuturan itu bermaksud ingin mengakrabkan atau mendekatkan hubungan kepada H yang pada saat itu dia baru datang dari Jerman. Oleh karena itu, penutur melibatkan petutur dalam suatu aktivitas dengan mengajaknya mengobrol salah satunya. Dengan konteks ini, tentunya petutur mengetahui bahwa penutur pasti ingin yang terbaik bagi dirinya sendiri sehingga apa yang diperlukan penutur dan disamakan dengan keperluannya akan baik juga bagi petutur. Pada data (27) juga merupakan salah satu bentuk kesantunan positif yang melibatkan penutur dan petutur dalam suatu aktivitas. Dengan melibatkan petutur dalam suatu kegiatan yang dilakukan bersama, petutur akan merasa dihargai sehingga muka positifnya akan terjaga. Pada tuturan di atas H melibatkan A dalam aktivitas dengan bertutur “Ya, ikut sama saya, kawani saya, mendampingi, menjadi istri, ya kita bangun keluarga hanya oleh
49
kita berdua tanpa ada ikut campur tangan dari keluarga besar. Saya tidak bisa menjanjikan banyak hal, entah ainun bisa terus menjadi dokter atau tidak, entah kita bisa hidup mudah atau tidak di sana, tapi saya akan menjadi suami yang terbaik untuk Ainun” penekanan tuturan “kita bangun keluarga hanya oleh kita” sudah membuktikan bahwa ingin mengajak A dalam sebuah aktivitas membangun keluarga (menikah). Tuturan terjadi ketika penutur dan petutur ada di dalam becak yang waktu itu mereka baru pulang dari pesta. Di sana H mengutarakan isi hatinya untuk mengajak A menikah dan dengan senang hati A menerima lamaran H. H sangat gembira mendengar ajakannya diterima, begitu juga A dengan senang hati menerimanya. Pada film terlihat ketika H saat mengutarakan isi hatinya sambil memegang tangan A dan tersenyum. Dengan demikian, H berhasil mengajak A dalam sebuah aktivitas untuk menjalani hidup bersama.
2.1.1.13
Memberikan Pertanyaan atau Meminta Alasan
Aspek lainnya yang mencakup petutur dalam kegiatan adalah penutur memberikan alasan mengapa dia menginginkan dan apa yang dia inginkan dengan menyertakan petutur. Bentuk kesantunan tersebut ditunjukkan dengan memberikan pertanyaan dan meminta alasan dengan melibatkan petutur dalam suatu kegiatan yang dikehendaki oleh penutur. Dengan perhatian dari penutur tersebut, petutur akan merasa dihagai dan muka positifnya terselamatkan. Untuk memperjelas perhatikan data di bawah ini.
50
(28) Konteks : Ketika di sekolah GKH sedang bertanya kepada A untuk meminta alasan. GKH A GKH A
GKH
: Kenapa langit warnanya biru? : Kemarin kan udah dijelaskan pak. : Jawab saja! : cahaya itu gelombang. Merah, kuning, oranye itu gelombang panjang, biru itu gelombang pendek, sedangkan atmosfer itu satu frekuensi dengan gelombang pendek terutama warna biru. Jadi atmosfer menahan dan menghamburkan warna biru itu di langit, itu mengapa langit warna biru pak. : naah... memang kalian ini jodoh.
(29) Konteks : Ketika H dan A di dalam becak dan pada saat itu mereka pulang dari pesta. A H A H
: Nanti setelah lulus kuliah, kamu tetap tinggal di Jerman atau pulang? : Oh, saya harus pulang, saya mau bangun Indonesia, saya sudah punya janji.. : Janji dengan siapa? : Waktu itu, saya berpikir bahwa saya hampir mati. (sumpahku terlentang! Jatuh! Perih! Kesal! Ibu Pertiwi, engkau pegangan janji pusaka dan sakti. Hancur badan dan tetep berjalan, jiwa besar dan suci bawa aku padamu) Ainun....Ainun mau ikut aku ke Jerman?
Tuturan GKH pada data (28) menyatakan pertanyaan kepada petutur atau lebih tepatnya ingin meminta alasan kepada petutur. Penutur bermaksud menanyakan alasan kepada petutur, atas apa yang diharapkannya atau apa yang menjadi keinginannya. Dengan demikian, penutur mencoba untuk memberikan perhatian kepada petutur dengan memberikan pertanyaan “Kenapa langit warnanya biru?” kepada petutur. Permintaan alasan tersebut merupakan bentuk perhatian kepada petutur dan tidak semata-mata hanya ingin tahu tetapi memastikan apakah H dan A berjodoh dengan bertutur “naah... memang kalian ini jodoh”. Tuturan itu terjadi ketika GKH mengajak
51
H ke ruang kelas A untuk menunjukkan bahwa A itu cocok dengan H dengan mengajukan pertanyaan tersebut karena hanya A dan H yang bisa menjawabnya.
Dengan
memberikan
pertanyaan
maka
penutur
akan
memberikan alasan kenapa pertanyaan tersebut diajukan. Pada data (29) juga merupakan kesantunan positif yang memberikan pertanyaan dan meminta alasan dengan melibatkan petutur dalam suatu kegiatan yang dikehendaki oleh penutur. Pada pertuturan di atas A memberikan pertanyaan dengan bertutur “Janji dengan siapa?” untuk mencari alasan mengapa H berjanji dan untuk siapa. Selain untuk mencari alasan, penutur memberikan pertanyaan untuk memberikan perhatian kepada petutur. Karena pertanyaan dan perhatian tersebut diterima baik oleh petutur, maka dia menjawabnya dengan senang hati alasan petutur berjanji dan untuk siapa dia brtjanji, dengan bertutur “Waktu itu, saya berpikir bahwa saya hampir mati. (sumpahku terlentang! Jatuh! Perih! Kesal! Ibu Pertiwi, engkau pegangan janji pusaka dan sakti. Hancur badan dan tetep berjalan, jiwa besar dan suci bawa aku padamu) Ainun....Ainun mau ikut aku ke Jerman?”. Pertuturan tersebut terjadi ketika H dan A ada dalam becak dan waktu itu mereka mau pulang dari pesta. Ketika bertanya raut muka A agak bingung karena dia tidak tahu kenapa H berjanji, akan tetapi dengan jawaban H maka A mengerti akan janji H.
52
2.1.1.14
Menyatakan Hubungan secara Timbal Balik (resiprokal)
Bentuk kesantunan positif dapat dilakukan dengan menyatakan hubungan timbal balik antara penutur dengan petutur melalui kerja sama. Keberadaan kerja sama antara penutur dan petutur dapat juga diklaim atau dipaksa dengan memberikan bukti dari hak timbal balik atau kewajiban yang terkandung di antara penutur dan petutur. Dengan melakukan strategi tersebut, petutur akan merasa tetap dihargai karena penutur melakukan apa yang ia inginkan. Untuk lebih jelasnya perhatikan data di bawah ini.
(30) Konteks : H dan A sedang melakukan pemotretan. H
: Senyum... kamu bilang kalau saya cemberut gantengnya hilang, kalau kamu yang cemberut nanti cantiknya hilang. Ok bisa...
Tuturan H pada data (30) menyatakan tuturannya untuk mendapat kesediaan petutur. Oleh karena itu, penutur bertutur “Senyum... kamu bilang kalau saya cemberut gantengnya hilang, kalau kamu yang cemberut nanti cantiknya hilang. Ok bisa...”, penutur ingin memdapatkan timbal balik dari apa yang dilakukan sesuai dengan keinginan penutur, yaitu supaya petutur „tersenyum‟. Dalam tuturan di atas, A diharapkan bersedia untuk tersenyum karena setiap A menyuruh H tersenyum dia bersedia melakukannya. Karena sama-sama diuntungkan, penutur dapat menjaga muka positif
petutur.
Tuturan itu terjadi ketika A dan H sedang menjalani sesi pemotretan untuk naiknya jabatan H dari Wakil Presiden Indonesia menjadi Presiden Indonesia. Ketika pemotretan A kelihatan tidak senang dan tidak mau tersenyum maka H memintanya tersenyum.
53
2.1.1.15
Memberikan Hadiah (barang, simpati, perhatian, kerja sama)
Penutur dapat memenuhi keinginan positif petutur (penutur ingin memenuhi keinginan petutur, pada tingkat tertentu) dengan memenuhi beberapa keinginan petutur. Maksud memberikan hadiah tidak hanya berupa benda nyata, tetapi juga bisa memberikan simpati, perhatian, kerja sama, keinginan, perhatian, mendengarkan, dan lain sebagainya. Untuk lebih jelasnya, perhatikan data di bawah ini. (31) Konteks : Ketika S berkunjung ke rumah H untuk memberikan parsel ulang tahun kepada H. S H
: Jadi saya bilang pada ibuk, bahwa ini parsel ulang tahun bapak. : Oh ya, tau saya ulang tahun... Kau tahu banyak tentang saya ya...
(32) Konteks : Ketika H memberikan kue ulang tahun kepada A pada saat itu dia ulang tahun serta perayaan penerbangan pesawat N-250 Gatotkoco. H A H
: Selamat ulang tahun ma. : Terimakasih, pakai kue segala.. : Iya, karena hari ulang tahunmu sudah ternbang 14 jam yang lalu. Melintasi langit Nusantara dan ini sesuai janjiku padamu 32 tahun yang lalu.
Tuturan S pada data (31) merupakan salah satu dari strategi kesantunan positif, yaitu dengan memberikan sesuatu atau hadiah. S pada data (31) memberikan sebuah parsel yang berupa benda nyata yang diberikan kepada H pada saat ulang tahunnya. Waktu itu, S datang langsung ke rumah H untuk memberikan hadiah dan bertutur “Jadi saya bilang pada ibuk, bahwa ini parsel ulang tahun bapak” selanjutnya H juga bertutur “Oh ya, tau saya ulang tahun... Kau tahu banyak tentang saya ya...”. Dengan demikian, petutur
54
akan merasa senang dan muka positifnya akan terjaga karena merasa diperhatikan dengan diberikannya sebuah hadiah. Suasana pada saat itu sangat terasa akrab karena dibarengi dengan canda tawa antara penutur dan petutur. Tuturan tersebut terjadi di dalam sebuah ruangan yang berisi sofa dan mereka duduknya berhadapan-hadapan. Selain itu, mereka juga didampingi oleh istrinya. Karena suasana yang akrab maka antara penutur dan petutur akan nyaman dan muka positif terselamatkan. Begitu juga tuturan pada data (32) juga memberikan sebuah benda nyata, yaitu sebuah kue pada A sebagai hadiah ulang tahun. Selain memberikan hadiah nyata pada petutur di data (32), penutur juga memberikan perhatian dengan mengingat hari ulang tahun A, dan bertutur “Iya, karena hari ulang tahunmu sudah ternbang 14 jam yang lalu. Melintasi langit Nusantara dan ini sesuai janjiku padamu 32 tahun yang lalu”. Selain merayakan hari ulang tahun A, H juga merayakan penerbangan pertama pesawat N-250 Gatotkoco buatannya sendiri untuk menepati janjinya kepada A dan Bangsa Indonesia. Pada saat itu H memberikan kejutan kepada A yang saat itu sedang membaca buku di atas sofa. Selanjutnya, H langsung menghampiri A dan mengucapkan “selamat ulang tahun ma” dan membawakanya kue yang di atasnya berisi coklat berbentuk pesawat terbang. A sangat gembira sekali mendapatkan kejutan dan langsung mengucapkan „terimakasih‟ kepada H. Oleh karena itu, petutur akan merasa senang mendapatkan hadiah dan perhatian dari penutur dan muka positif petutur akan terjaga.
55
2.1.2
Strategi Kesantunan Negatif Kesantunan Negatif mengacu pada citra diri setiap orang (yang
rasional) yang berkeinginan agar ia dihargai dengan cara membiarkannya bebas melakukan tindakannya atau membiarkannya bebas dari keharusan mengerjakan sesuatu. Kesantunan negatif adalah jantung dari tingkah laku menghormati orang lain (the heart of respect behaviour). Kesantunan positif meminimalkan jarak, sedangkan kesantunan negatif justru menciptakan jarak sosial. Dalam analisis pada kategori ini ditemukan data yang memenuhi strategi kesantunan negatif yang digunakan penutur dalam film Habibie & Ainun. Ada delapan strategi yang digunakan pada tuturan film Habibie & Ainun, yaitu sebagai berikut (1) menggunakan tuturan tidak langsung, (2) menggunakan pagar, (3) tunjukkan sikap pesimis (4) meminimalkan pemaksaan, (5) berikan penghormatan, (6) meminta maaf, (7) memakai impersonal, (8) ujarkan tindak tutur itu sebagai kesantunan yang bersifat umum.
2.2.2.1
Menggunakan Tuturan Tidak Langsung Ini merupakan strategi pertama dari kesantunan negatif yakni „be
direct‟, berbicara langsung tanpa bertele-tele. Strategi ini merupakan cara bagi dua keadaan yang saling bertentangan satu sama lain, yakni keinginan untuk tidak menekan penutur di satu sisi dan keinginan untuk menyatakan pesan secara langsung tanpa bertele-tele serta jelas maknanya di sisi lain. Oleh karena itu, strategi ini menempuh cara penyampaian pesan secara tidak
56
langsung tetapi makna pesan harus jelas dan tidak ambigu berdasarkan konteksnya. Dengan menyatakan tuturan tidak langsung, penutur dapat menjaga kebebasan dari petutur sehingga muka negatifnya terjaga. Ungkapan secara tidak langsung bertujuan untuk menghindari muka negatif petutur. Perhatikan data di bawah ini. (33) Konteks : Tuturan ketika IH menyuruh F dan H untuk mengantar kue ke Rangga Malela dan berkunjung ke keluarga Besari. IH F
: Tolong ingatkan Rudy tentang obatnya, ya! : Ya mam...
(34) Konteks : Ketika H di lobi kantor dan meminta memo kepada PK. H PK H PK
: Selamat malam... : Malam... : Ya, saya boleh minta tolong memo? : Oh ya, silahkan pak. Maaf pak habibie ada telepon dari Jerman!
Tuturan IH pada data (33) merupakan tuturan yang menggunakan tuturan tidak langsung, yaitu “tolong ingatkan Rudy tentang obatnya, ya!”. Maksud dari tuturan itu adalah IH meminta F untuk mengingatkan H minum obat tepat waktu. Penekanan kata „tolong‟ pada tuturan di atas menunjukkan adanya keinginan IH untuk meminta F untuk memberikan obat pada H. Selain itu, kata „tolong‟ di atas juga menunjukkan adanya keinginan untuk meminta secara tidak langsung sekaligus memberikan ruang pilihan bagi petutur. Tuturan di atas menggunakan tuturan tidak langsung karena ingin menyelamatkan muka negatif petutur. Pertuturan itu terjadi ketika IH menyuruh F berkunjung ke keluarga Besari di jalan Rangga Malela no. 11B sambil berjalan menuju ke teras untuk memberitahukan H untuk ikut ke
57
keluarga Besari. Pada saat itu H sedang duduk di teras rumah dan sedang membaca buku kemudian IH dan F menghampirinya keluar. Karena H terlihat masih santai lalu IH bertutur “Rudi... kamu kok belum siap-siap? Antar kue ini ke Rangga Malela sama Fanny, sekalian besuk keluarga Besari”. Dengan menggunakan tuturan tidak langsung, maka tuturan tersebut akan terdengar santun. Tuturan H pada data (34) juga merupakan salah satu dari strategi kesantunan negatif yang menggunakan tuturan tidak langsung. Pada tuturan di atas H menggunakan tuturan tidak langsung supaya untuk menjaga muka negatif petutur. Tuturan H “Ya, saya boleh minta tolong memo?”, kata „tolong‟ pada tuturan tersebut merupakan bentuk penyampain secara tidak langsung kepada petutur. Selain itu, kata „tolong‟ di atas juga menunjukkan adanya keinginan untuk meminta secara tidak langsung sekaligus memberikan ruang pilihan bagi petutur. Dengan memberikan ruang pilihan kepada petutur, maka tuturan akan terdengar santun. Tuturan itu terjadi ketika H di ruang lobi untuk meminta memo kepada PK. Karena tuturan terdengar santun, maka petutur akan menerimanya dengan baik dan memberikan pelayanan yang baik juga kepada penutur dengan memberikan senyuman. Ketika meminta memo nada suara penutur juga tidak memaksa dan tidak menyinggung perasaan petutur.
58
2.2.2.2
Menggunakan Pagar atau Menggunakan Tuturan Lain sebelum Inti Menggunakan tuturan yang berpagar atau menggunakan tuturan lain
sebelum inti, penutur telah memenuhi kesantunan negatif. Pagar digunakan dalam tuturan untuk menghindari kelangsungan sampai pada inti pokok permasalahan. Penggunaan pagar oleh penutur dapat menghindarkan ancaman terhadap muka negatif petutur. Untuk lebih jelasnya perhatikan data di bawah ini. (35) Konteks : Ketika H dan A sedang jalan-jalan keluar di kota Bandung. H A H A
: Ainun, laki-laki yang tadi di rumah itu ada yang dekat dengan Ainun? : Kenapa memangnya? : Ya, maksud saya, apa Ainun sudah punya kawan dekat, yang khusus? : Kalau belum?
(36) Konteks : Ketika H dan M sedang makan malam di ruang makan. M
H M H
: Rud sudah ada yang mendekati kamu atau kamu Nun? Mami ini pengusaha, mami kenal banyak pengusaha, tidak semua jujur. Ada juga mereka yang mau enkanya saja, ambil jalan pintas. : Ma mami tahu saya ke Indonesia bukan mencari uang. Hasil kerja di Jerman saya yakin cukup. : ne ne ne ne ini bukan masalah uang Rud, ini prinsip kalian sebagai keluarga harus hati-hati. : Iya...
Pagar (hedge) digunakan dalam pertuturan untuk melapisi inti pokok dari tuturan. Pada tuturan (35) menggunakan pagar untuk menghindari kelangsungan tuturan pada petutur atau langsung pada inti permasalahan. Tuturan H yang pertama “Ainun, laki-laki yang tadi di rumah itu ada yang
59
dekat dengan Ainun?” tututan tersebut merupakan pagar yang menciptakan ketidaklangsungan pada inti permasalahan yang ingin disampaikan penutur sehingga petutur dapat menerka maksud penutur terlebih dahulu sebelum penutur menyampaikan maksud yang sebenarnya. Selanjutnya tuturan yang kedua H baru menyampaikan maksudnya dengan bertutur “Ya, maksud saya, apa Ainun sudah punya kawan dekat, yang khusus?”. Inti dari pertuturan ini adalah H ingin menanyakan apakah A sudah punya pacar apa belum tetapi penutur tetap menjaga muka negatif petutur dengan tidak langsung menyatakan apakah petutur sudah memiliki kawan dekat (pacar). Selain itu, dapat juga dilihat dalam film H sangat malu-malu dan tangannya bergerakgerak karena gerogi ketika bertanya kepada A. Selanjutnya A juga meresponnya dengan tersenyum sambil menjawab “kalau belum?” itu berarti H berhasil meyakinkan H tanpa harus memaksanya. Tuturan M pada data (36) juga menggunakan pagar dalam pertuturan untuk melapisi inti pokok tuturan dan untuk menghindari kelangsungan tuturan pada petutur atau langsung pada inti permasalahan. Tuturan M yang pertama belum langsung inti pokok tuturan, yaitu “Rud sudah ada yang mendekati kamu atau kamu Nun? Mami ini pengusaha, mami kenal banyak pengusaha, tidak semua jujur. Ada juga mereka yang mau enkanya saja, ambil jalan pintas” karena M ingin menjelaskan lebih rinci sebelum ke intinya. Selanjutnya, H menjawab tuturan M, yaitu dengan bertutur “Ma mami tahu saya ke Indonesia bukan mencari uang. Hasil kerja di Jerman saya yakin cukup” untuk menjelaskan bahwa H ke Indonesia tidak untuk mencari uang
60
tapi untuk membangun Indonesia dengan pengetahuan yang dia miliki. Karena petutur belum mengerti maksud dari penutur maka tuturan kedua dari penutur akan menjelaskan inti dari tuturannya supaya petutur tidak salah paham dan tidak tersinggung. Oleh karena itu, M bertutur “ne ne ne ne ini bukan masalah uang Rud, ini prinsip kalian sebagai keluarga harus hati-hati”, inti dari tuturan itu adalah keluarga H harus „hati-hati‟ kepada orang-orang yang tidak jujur dan ingin berbuat tidak baik. Tuturan terjadi ketika H dan M sedang makan malam di ruang makan. Ketika M bertutur kepada H untuk hati-hati, ekpresi
muka
dan
nada
suara
M
sangat
meyakinkan
supaya
H
mempercayainya. Selain itu, A (istri H) memegang tangan H supaya H percaya kepada tuturan M. Dengan menggunakan pagar, tuturan akan terdengar santun karena tidak langsung ke inti tuturan maka tuturan akan tidak terdengar memaksa.
2.2.2.3
Tunjukkan Sikap Pesimis Dalam strategi kesantunan ini dapat dihindarkan dari keterancaman
muka dengan cara secara eksplisit mengungkapkan keraguan mengenai apakah tindakan yang dimaksudkan penutur dapat dipenuhi petutur. (37) Konteks : Ketika DIM melihat H yang sedang mengerjakan konstruksi kereta api di ruang kerjanya. DIM
: Apakah kamu yakin dengan si “insinyur pesawat?” kereta di negaranya saja di import dari sini.
(38) Konteks : Ketika Dr. S meragukan H untuk meyakinkan direktur di Mirdan.
61
Dr. S
: Saya percaya kamu,tapi pertanyaan saya adalah bagaimana cara meyakinkan direktur di Mirdan? Tuturan DIM pada data (37) menunjukkan sikap pesimis atau
mengungkapkan keraguan mengenai apakah tindakan yang dimaksud penutur akan dapat dipenuhi merupakan salah satu strategi kesantunan negatif. Tuturan DIM yang meragukan kinerja H sebagai insinyur pesawat yang mengerjakan kontruksi kereta api. Keraguannya disebabkan oleh negara H yang masih mengimport kereta api dari Jerman. Pernyataan itu dapat dilihat pada tuturan DIM yang pada saat itu bertutur dengan temannya di depan ruangan H, yaitu “Apakah kamu yakin dengan si “insinyur pesawat?” kereta di negaranya saja di import dari sini”. Dengan menunjukkan sikap pesimis akan tetap menjaga muka negatif dari petutur. Tuturan itu terjadi ketika H sedang mengerjakan rancangan konstruksi kereta api di ruangnnya, sedangkan DIM besama temannya berada di depan ruangan H. Tuturan Dr.S pada data (38) juga merupakan menunjukkan sikap pesimis atau mengungkapkan keraguan mengenai apakah tindakan yang dimaksud penutur akan dapat dipenuhi merupakan salah satu strategi kesantunan negatif. Dapat dilihan tuturan Dr. S yang meragukan kemampuan H untuk meyakinkan direktur di Mirdan “Saya percaya kamu,tapi pertanyaan saya adalah bagaimana cara meyakinkan direktur di Mirdan?”. Dengan menunjukan sikap pesimis akan menjaga muka negatif dari petutur.
62
2.2.2.4
Meminimalkan Pemaksaan Kesantunan negatif yang keempat adalah meminimalkan pemaksaan
kepada petutur. Strategi ini dipakai untuk mengurangi daya keterancaman muka terhadap petutur. Dengan tidak memaksa petutur, penutur dapat menjaga muka negatif petutur. Untuk lebih jelasnya perhatikan data di bawah ini. (39) Konteks : H dan A sedang mengobrol di ruang keluarga. H
A
: Maaf Ainun, kalo saya mau mengajak kamu jalan-jalan boleh? Ya untuk saya mencari udara segar di Bandung untuk penyembuhan. : (tersenyum)
(40) Konteks : Ketika A (istri H)mengalami kanker ovarium dan ingin dirujuk ke rumah sakit Monchen. DB H
DB H
: Ya BJ Habibie, ada yang bisa saya bantu? : Istri saya sakit, kami harus terbang hari ini ke Jerman. Ya ada beberapa rombongan, memang belum ada visa tapi bisa minta tolong dipastikan tak ada masalah. : Tentu Dr. Habibie tentu. : Terimakasih.
Dalam tuturan H pada data (39) penutur berusaha meminimalkan paksaan terhadap petutur. Penutur tidak ingin memaksa A untuk jalan-jalan di Bandung oleh karena itu ia bertutur “Maaf Ainun, kalo saya mau mengajak kamu jalan-jalan boleh? Ya untuk saya mencari udara segar di Bandung untuk penyembuhan”. Penekanan kata „maaf‟ sebelum memulai tuturan merupakan strategi penutur untuk meminimalkan pemaksaan pada petutur. Selain itu, pertanyaan „boleh?‟ juga dapat meminimalkan pemaksaan karena penutur memberikan peluang petutur untuk berpikir sebelum menjawab. Tuturan H tersebut tidak semata-mata ingin bertanya apakah mau jalan-jalan
63
atau tidak, tetapi lebih pada harapannya supaya A mau jalan-jalan. Dengan meminimalkan pemaksaan maka tuturan akan terdengar lebih santun. Intonasi yang digunakan dalam pertuturan juga terdengar tidak memaksa karena dengan memaksa petutur akan langsung menolak untuk diajak jalan-jalan. Selain akan menolak, petutur juga akan merasa tersinggung untuk itu penutur menggunakan strategi meminimalkan pemaksaan agar tetap menjaga muka negatif petutur. Tuturan itu berlangsung ketika H dan A berada di ruang makan dan pada saat itu mereka sedang membersihkan piring yang dipakai tadinya makan. Tuturan H pada data (40) juga merupakan kesantunan negatif yang meminimalkan pemaksaan terhadap petutur, yaitu dapat dilihat pada tuturan H yang tidak memaksa. Tuturan H yang tidak memaksa, yaitu “Istri saya sakit, kami harus terbang hari ini ke Jerman. Ya ada beberapa rombongan, memang belum ada visa tapi bisa minta tolong dipastikan tak ada masalah?” kata „tolong‟ dalam tuturan merupakan bentuk kata yang tidak langsung oleh karena itu, kata „tolong‟ bisa meminimalkan pemaksaan terhadap petutur. Pada saat itu istri H sedang mengalami kanker ovarium yang sudah stadium tiga dan harus cepat dibawa ke rumah sakit maka H mengajak istrinya ke rumah sakit di Monchen untuk mendapatkan perawatan. Karena tuturan H terdengar tidak memaksa dan sopan, maka DB langsung setuju untuk membantu dengan bertutur “Tentu Dr. Habibie tentu”. Pertuturan itu terjadi lewat telepon, H menelepon DB untuk mempermudah penerbangan ke
64
Monchen. Dengan meminimalkan pemaksaan maka tuturan akan terdengar santun.
2.2.2.5
Memberikan Penghormatan Kesantunan negatif selanjutnya adalah dengan cara memberikan
penghormatan pada petutur. Dengan memberikan penghormatan dalam pertuturan dapat menjadi salah satu cara penutur untuk meminimalkan keterancaman muka negatif petutur. Strategi kesantunan tersebut dapat dilihat pada data di bawah ini. (41) Konteks : A sedang melakukan pemeriksaan di rumah sakit yang saat itu dia disarankan operasi oleh D. D A D
: Nyonya Habibie : Ya dokter? : Nyonya Habibie, saya sarankan Anda untuk segera dioperasi.
(42) Konteks : Di rumah sakit H membujuk S supaya diijinkan untuk menengok istrinya yang sedang operasi. H S
: Saya mau menengok istri saya. Suster istri saya akan kuatir kalu saya tidak di sana. Permisi bolehkah saya masuk? : Profesor maaf, Anda tidak bisa masuk karena di dalam sedang ada situasi darurat tadi maka tunggu.
Tuturan D pada data (41) berusaha memberi penghormatan terhadap petutur (A). Penggunaan bentuk penghormatan tersebut ditunjukkan oleh D pada tuturan pertama, yaitu “Nyonya Habibie” begitu juga pada tuturan kedua “Nyonya Habibie, saya sarankan Anda untuk segera dioperasi”. Penggunaan sebutan „Nyonya Habibie‟ pada tuturan menunjukkan bahwa D meninggikan posisi petutur (A). Bentuk penghormatan dipakai untuk menghormati A
65
sebagai pasien di rumah sakitnya. Pada saat itu A sedang melakukan pemeriksaan ke rumah sakit yang ada di Jerman bersama Thareq dan Ilham karena terkena kanker ovarium dan disarankan untuk operasi. Penggunaan bentuk penghormatan merupakan strategi untuk menyelamatkan muka negatif A. Selain untuk menyelamatkan muka negatif, memberikan penghormatan dalam bertutur merupakan hal yang sangat santun. Begitu juga dengan tuturan S pada data (42) yang berusaha memberikan penghormatan terhadap petutur (H). Dapat dilihat pada tuturan S “Profesor maaf, Anda tidak bisa masuk karena di dalam sedang ada situasi darurat tadi maka tunggu”. Penggunaan bentuk penghormatan dengan menggunakan sebutan „Profesor‟ yang menunjukkan bahwa S meninggikan posisi H. Pada pertuturan H ingin menemani A yang akan menjalani operasi tetapi S tidak membolehkan masuk karena dalam sedang ada situasi darurat. Oleh karena itu, S menggunakan bentuk penghormatan dan meminta maaf supaya H tidak tersinggung. Dengan memberikan penghormatan, muka negatif petutur akan terselamatkan. Selain itu, memberikan penghormatan akan terdengar lebih santun dalam tuturan.
2.2.2.6
Meminta Maaf Dalam setiap budaya bahasa, cara bertutur dengan meminta maaf
merupakan hal yang santun. Strategi memohon maaf dilakukan dengan cara menyampaikan keseganan penutur atau rasa maafnya kepada petutur. Dalam kesantunan negatif meminta maaf merupakan hal yang penting untuk
66
dilakukan para penutur. Hal ini dilakukan untuk menjaga muka negatif petutur. tuturan yang merupakan strategi memohon maaf dapat dilihat pada data di bawah ini. (43) Konteks : H dan A sedang mengobrol di ruang keluarga. H
: Maaf Ainun, kalo saya mau mengajak kamu jalan-jalan boleh? Ya untuk saya mencari udara segar di Bandung untuk penyembuhan.
(44) Konteks : Ketika dr. B tidak bisa menjamin kesembuhan istri H yang saat itu sudah menjalani sembilan kali operasi. dr. B
: Maaf pak.. tidak ada yang bisa menjaminnya Prof., maafkan saya.
Tuturan A pada data (43) yang disampaikan oleh penutur dengan meminta maaf kepada petutur untuk menjaga muka negatif petutur. Dapat dilihat pada tuturan H “Maaf Ainun, kalo saya mau mengajak kamu jalanjalan boleh? Ya untuk saya mencari udara segar di Bandung untuk penyembuhan” penekanan kata „Maaf Ainun‟ adalah penutur ingin mengajak petutur (A) untuk jalan-jalan tanpa pemaksaan dengan meminta maaf terlebih dulu sebelum ke inti pokok permasalahan. Dengan bertutur meminta maaf, petutur akan merasa dihargai dan dihormati. Intonasi yang digunakan dalam pertuturan juga terdengar tidak memaksa karena dengan memaksa petutur akan langsung menolak untuk diajak jalan-jalan. Selain akan menolak, petutur juga akan merasa tersinggung untuk itu penutur menggunakan strategi meminta maaf agar tetap menjaga muka negatif petutur. Tuturan itu berlangsung ketika H dan A berada di ruang makan dan pada saat itu mereka sedang membersihkan piring yang dipakai tadinya makan.
67
Tuturan pada data (44) juga merupakan salah satu bagian dari kesantunan negatif yang disampaikan oleh penutur dengan meminta maaf kepada petutur untuk tetap menjaga muka negatif petutur. Dapat dilihat pada tuturan dr. B yang „meminta maaf‟ sebelum dan sesudah tuturannya untuk tetap menjaga muka negatif petutur, yaitu “Maaf pak.. tidak ada yang bisa menjaminnya Prof., maafkan saya”. Tuturan itu terjadi ketika petutur menanyakan “ini sudah ke sembilan kalinya istri saya operasi. Perlu berapa kali lagi sampai istri saya sembuh? Apa kalian bisa menjamin?” maka dr. B menggunkan kesantunan negatif meminta maaf supaya terdengar lebih santun dan tidak menyinggung perasaan petutur. Nada suara dr. B dalam bertutur menggunakan nada suara yang lemah dan menggelengkan kepalanya karena tidak bisa menjamin kesembuhan istri petutur.
2.2.2.7
Memakai Bentuk Impersonal Kesantunan negatif
dapat diwujudkan dengan mengkomunikasikan
kepada petutur, bahwa penutur tidak bermaksud memaksanya, yang dapat ditunjukkan dengan menghindari penggunaan pronominal kedua atau memakai bentuk impersonal, yaitu dengan tidak menyebutkan penutur dan petutur. Strategi yang ditempuh adalah dengan menghindari penggunaan kata „saya‟ dan „kamu‟, menggandakan kata ganti „saya‟ menjadi „kami‟, mengganti kata „kamu‟ dengan „pak‟ atau „bu‟. Contoh untuk menghindari kata you adalah excuse me, sir dibandingkan dengan excuse me, you. Strategi yang digunakan untuk mengurangi daya ancaman terhadap muka negatif
68
petutur tersebut merupakan bentuk dari kesantunan negatif. Untuk lebih jelasnya perhatikan data di bawah ini.
(45) Konteks : F dan H sedang ada di mobil dan sudah di depan rumah keluarga Besari. F
: Ayo turun...!
(46) Konteks : H dan A sedang di dalam becak yang keadaannya tertutup oleh tirai becak, dan sudah sampai di depan rumah A. H TB H TB
: Oh pak, jangan dibuka dulu, biar aja! : Tapi sudah reda pak : Biar-biar. : Tapi udah nyampe pak.
Tuturan F pada data (45) merupakan salah satu bagian dari strategi kesantunan negatif, yaitu memakai bentuk impersonal untuk menjaga muka negatif. Tuturan disampaikan penutur tanpa menyebutkan nama petutur dan penutur sendiri. Tuturan “ayo turun” dinyatakan penutur tanpa menyebutkan nama ataupun bentuk sapaan untuk petutur, dan secara tidak langsung petutur akan langsung mengerti. Tuturan tersebut berlangsung ketika F mengajak H berkunjung ke keluarga Besari, setelah sampai di depan rumah Besari F langsung mengajak H untuk turun dari mobil dan masuk ke rumahnya Besari. Begitu juga dengan tuturan pada data (46), juga memakai bentuk impersonal untuk tetap menjaga muka negatif petutur. Bentuk impersonal „pak‟ yang dipakai dalam pertuturan di atas untuk menjaga muka negatif petutur. Strategi tersebut digunakan untuk menghindari pemakain kata „kamu‟ ataupun menyebutkan nama petutur secara langsung sehingga dapat mencegah ancaman terhadap muka. Pertuturan itu berlangsung ketika H dan A pulang
69
dari pesta dan pulangnya naik becak, sesampainya di depan rumah A, TB ingin membuka tutup becaknya tetapi H tidak mengijinkan dengan bertutur menggunakan bentuk impersonal maka TB juga menggunakan bentuk impersonal supaya tidak menyinggung H.
2.2.2.8
Menuturkan Sesuatu sebagai Kesantunan yang Bersifat Umum Strategi ini menyatakan bahwa tindakan mengancam muka yang
dilakukan merupakan sesuatu yang tidak ingin dilakukan penutur terhadap petutur, tetapi merupakan sesuatu yang terpaksa dilakukan dengan alasan peraturan atau kewajiban. Menuturkan sesuatu sebagai kesantunan yang bersifat umun memiliki ciri menghindari kata ganti, menggunakan kata kelompok bukan individu, dan menyatakan ujaran sebagai aturan yang berlaku bagi siapa saja termasuk penutur dan petutur. Untuk lebih jelasnya perhatikan data di bawah ini. (47) Konteks : Ketika H melakukan pertemuan dengan para petinggi di Indonesia untuk mengembangkan industri pesawat terbang buatan anak Indonesia. H
: Kita harus mengembangkan industri strategis, itu penting. Pesawat terbang untuk menghubungkan antar pulau Indonesia sebagai alat transportasi, lalu kita juga mmembutuhkan kereta api untuk di darat, kapal-kapal besar untuk perdagangan, dan kountiner serta jalur perdagangan antar pulau. Ini semua merupakan buatan anak bangsa Indonesia, kita manfaatkan mereka, kita buka potensi mereka, sebagai generasi muda meningkatkan kualitas hidup rakyat Indonesia!
70
(48) Konteks : Ketika H dilantik menjadi Wakil Presiden Republik Indonesia. H
: Sumpah jabatan Wakil Presiden Republik Indonesia, demi Allah saya bersumpah akan memenuhi kewajiban Wakil Presiden Republik Indonesia dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya. Memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala Undang-Undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya, serta berbakti pada nusa dan bangsa. Jakarta, 11 Maret 1998.
Tuturan (47) bukan hanya ingin menyampaikan informasi semata, melainkan sebagai suatu hal yang bersifat umum atau dengan kata lain semua orang harus mematuhinya. Penutur secara tidak langsung ingin petutur melakukan atau mematuhi kesantunan umum tersebut. Tuturan tersebut penutur ingin mengembangkan pesawat terbang bersama anak-anak Indonesia dan ingin mengembangkan industri tersebut bersama Bangsa Indonesia. Tuturan H “Kita harus mengembangkan industri strategis, itu penting. Pesawat terbang untuk menghubungkan antar pulau Indonesia sebagai alat transportasi, lalu kita juga mmembutuhkan kereta api untuk di darat, kapalkapal besar untuk perdagangan, dan kountiner serta jalur perdagangan antar pulau. Ini semua merupakan buatan anak bangsa Indonesia, kita manfaatkan mereka, kita buka potensi mereka, sebagai generasi muda meningkatkan kualitas hidup rakyat Indonesia!”. Penggunaan kata „kita‟ pada tuturan menandakan sesuatu yang bersifat wajib bagi seluruh rakyat Indonesia untuk mendukung pembuatan pesawat sebagai meningkatkan kualitas hidup. Hal tersebut membuat tuturan penutur tidak mengganggu muka negatif petutur dan memberikan pilihan pada petutur.
71
Tuturan pada data (48) juga bukan hanya ingin menyampaikan informasi semata, melainkan sebagai suatu hal yang bersifat umum atau dengan kata lain semua orang harus mematuhinya. Penutur secara tidak langsung ingin petutur melakukan atau mematuhi kesantunan umum tersebut. Tuturan H “Sumpah jabatan Wakil Presiden Republik Indonesia, demi Allah saya bersumpah akan memenuhi kewajiban Wakil Presiden Republik Indonesia dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya. Memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala Undang-Undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya, serta berbakti pada nusa dan bangsa. Jakarta, 11 Maret 1998” tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga untuk seluruh warga Indonesia yang nantinya ingin menjadi Wakil Presiden Indonesia supaya mematuhi seluruh peraturan menjadi Wakil Presiden Indonesia. Tuturan tersebut terjadi ketika H dilantik menjadi Wakil Presiden Republik Indonesia pada tahun 1998 yang dipresideni oleh Presiden Soeharto. Ketika dipilih dan disumpah H sangat tegas dalam mengucapkan sumpahnya karena ingin mengajak seluruh warga Indonesia juga mematuhi semua peraturan yang ada tidak hanya presiden dan wakil presiden saja. Dengan menuturkan sesuatu sebagai kesantunan yang bersifat umum maka membuat tuturan penutur tidak mengganggu muka negatif petutur dan memberikan pilihan pada petutur.