1
BAB II SEKILAS TENTANG ZAKAT MAL DAN NISHAB
A. ZAKAT MAL 1. Pengertian Zakat Mal Zakat secara etimologis berasal dari kata
yang berarti
tumbuh, kesuburan dan pensucian. Kata zakat digunakan untuk pemberian harta tertentu karena di dalamnya
terdapat suatu harapan mendapat
berkah, mensucikan diri dan menumbuhkan harta tersebut untuk kebaikan.1 Adapun menurut terminologis, zakat diartikan sebagai pemberian sesuatu yang wajib diberikan dari sekumpulan harta tertentu, menurut sifat-sifat dan ukuran tertentu kepada golongan tertentu yang berhak menerimanya.2 Zakat adalah salah satu rukun Islam yang merupakan kewajiban agama yang dibebankan atas harta kekayaan seseorang menurut aturan tertentu.3 Secara etomologis, ada beberapa istilah yang mempunyai arti sama dengan zakat,4 yaitu :
1
Sayid Sabiq, Fiqh al-Sunah,jilid I,Baerut Libanon: Dar al-Fikr, 1983, halm. 276. Dr. Wahbah Zuhailiy, Al-Fiqhu al-Islami wa-Adalatuhu, juz II,Damaskus: Dar alFikr,1409 H.,hlm.730. 3 Muhamad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam (Zakat dan Wakaf), Jakarta: Universitas Indonesia (UI Press), 1988, hlm. 9. 4 Depag. RI, Ensiklopedia Islam Di Indonesia, Jakarta: Proyek Peningkatan Prasarana dan sarana IAIN Jakarta, 1992/1993, hlm.1319 2
2
a. Zakat, sebagaimana firman Allah swt:
Artinya :“Dan dirikanlah shalat dan berikanlah zakat, dan ruku’lah bersama-sama dengan orang yang ruku’”5 (QS.al-Baqoroh : 43) b. Shadaqoh (sedekah)
Artinya :“Apakah mereka tidak mengetahui bahwasannya Allah swt menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan mengambil shadaqoh-shadaqoh dan bahwasannya Allah swt sangat menerima taubat hambaNya lagi senantiasa kekal rahmatNya.”6 (QS. Al-Taubah : 104) c. Haq
Artinya :“ Dan Dialah Allah swt yang menciptakan tumbuh-tumbuhan yang dibuat punggungnya dan yang tidak dibuat, menciptakan korma dan tumbuh-tumbuhan yang beraneka rasanya, zaetun dan buah delima yang hampir-hampir bersamaan bentuknya dan yang tidak bersamaan. Makanlah sebagian dari pada buahnya apabila dia berbuah dan berikanlah haknya (zakatnya) dihari dia dituai dan janganlah kamu berlebih-lebihan, sesungguhnya Allah swt tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”7 (QS. AlAn’am : 141) d. Infaq 5 Mujamma’ al-Malik Fahd, Al-Qur'an dan Terjemahannya, Medinah: As-Syarif, tt.,hlm.43. 6Ibid, hlm.16 7 Ibid, hlm.232.
3
Artinya :“Dan segala mereka yang membendaharakan emas dan perak dan mereka tidak menafkahkannya di jalan Allah swt,maka gembirakanlah mereka dengan azab yang menyedihkan.”8(QS. Al-Taubah : 34) e. ‘Afuw9
Artinya :“Ambillah ‘afuw (zakat) dan suruhlah yang makruf dan berpalinglah dari orang-orang yang jahil.”10(QS. Al-A’raf : 199) Selain ada yang mengatakan istilah-istilah tersebut di atas sebagian ulama fiqih ada juga yang mengatakan bahwa zakat adalah shadaqoh yang wajib, sedang shadaqah sunah adalah infaq. Sebagian lagi mengatakan infaq wajib dinamakan zakat dan infaq sunah dinamakan shadaqah.11 Sedangkan secara syara’ zakat adalah:
Artinya : “Sebutan untuk harta tertentu untuk diberikan kepada golongan tertentu dengan beberapa syarat.”12 Allah swt telah menjadikan zakat sebagai salah satu pilar Islam,13 sebagaimana dalam sebuah hadist: 8
Ibid, hlm.283 Hasbiy as-Shidiqiy, Pedoman Zakat,Semarang:PT Pustaka Rizki Putra, cet. II, 1997,
9
hlm.7. 10 11
Mujamma’ al-Malik Fahd, op.cit., hlm.255.
Drs. Rosihan, SH. MA.,Panduan Praktis Zakat, Semarang: Lembaga ZIS Masyarakat Peduli, 2001, hlm.12. 12 Imam Taqiy al-Din Abi Bakar b. Muhamad al-Hasbani, Kifayah al-Ahyar, Juz I, Semarang: Toha Putra, t.th, hlm.172.
4
Artinya : “Dari Ibnu Umar berkata : berkata Rasulullah SAW: Islam telah dibangun atas lima perkara: bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah swt dan muhamad adalah utusan Allah swt, mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa di bulan Ramadhan dan ibadah haji ke Baitullah.”14 Dari beberapa pengertian di atas dapat dimengerti bahwa zakat adalah pemberian sebagian harta kekayaan yang dimiliki seseorang karena ada kelebihan dari keperluan yang dibutuhkan, yakni makanan, untuk mensucikan atau mengesahkan harta yang dimilikinya dengan ketentuan dan syarat yang telah ditentukan.
Artinya : “Dan pada harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bahagian, (orang miskin yang tidak meminta).”15(QS. Adz-Dzariyat:19). Selama kurang lebih tiga belas tahun Nabi saw berada di Makah, belum disyari’atkannya zakat secara khusus. Namun, al-Qur'an
sudah
mulai mengingatkan bahwa dalam harta kekayaan yang dimiliki seseorang ada hak milik orang lain yang dalam kesempitan.16
13
Muhamad Jamal al-Din, Mau’idhatu al-Mukminin Min Ihya’ Ulum al-Din, Beirut Libanon: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, Cet Ke-I, 1995, hlm. 49. 14 Abi Isa Muhamad b. Isa, al-Jami’ al-Shahih Sunan al-Tirmidzi, Juz V, Beirut Libanon: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, Cet Ke-I, 1987, hlm. 7. 15 Mujamma’ al-Malik Fahd, Al-Qur'an dan Terjemahannya, Medinah: As-Syarif, tt.,hlm.859 16 IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedia Islam Indonesia, Jakarta: IKAPI, 1992, hlm.1003.
5
Zakat baru diwajibkan setelah iman orang Islam mantap dan siap menerima taklif (perintah atau larangan), setelah dua tahun Nabi saw hijrah ke Madinah, bersamaan tahun diwajibkannya zakat fitrah, disyari’atkannya pula dua hari raya.17
2. Dasar Hukum Zakat Sebagai salah satu rukun Islam, zakat adalah fardhu ‘ain dan kewajiban ta’abuddi. Dalam al-Qur'an perintah zakat sama pentingnya dengan perintah shalat.18 Zakat merupakan rukun agama Islam yang sama dengan rukun-rukun agama Islam yang lain, merupakan fardhu dari fardhu-fardhu agama yang wajib diselenggarakan. Di dalam al-Qur'an banyak ayat yang menyuruh kita untuk melaksanakan dan menunaikan zakat. Sedemikian pula banyak sekali hadis yang menganjurkan dan memerintah kita memberikan zakat.19 Di antara firman Allah Swt yang berkenaan dengan perintah zakat ini adalah :
Artinya : “Dan tidak diperintahkan mereka melainkan untuk menyembah Allah swt, sambil mengikhlaskan ibadat dan taat kepadaNya serta berlaku condong kepada ibadat itu dan mendirikan shalat dan menunaikan zakat, itulah agama yang lurus.”20(QS. AlBayyinah : 5)
17
Ibid. KH. MA Sahal Mahfudh, Nuansa Fiqih Sosial, Yogyakarta: LKIS bekerja sama dengan Pustaka Pelajar Yogyakarta, 1994, hlm.145 19 Hasbiy as-Shidiqiy, Pedoman Zakat, op.cit., hlm.15 20 Mujamma’ al-Malik Fahd, op.cit., hlm.1084. 18
6
Zakat sebagai salah satu rukun yang menjadi unsur pokok bagi tegaknya syari’at Islam. Maka membayar zakat merupakan kewajiban atas setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat termasuk kategori ibadah (seperti shalat, puasa dan haji) yang terdapat anjuran perintahnya di dalam al-Qur'an dan as-Sunah, sekaligus merupakan ibadah sosial (terdapat nilai kemasyarakatan dan kemanusiaan). Dalam surat atTaubat menunjukkan adanya perintah zakat. Di mana zakat tidak hanya bermanfaat bagi yang mengeluarkannya namun juga bermanfaat bagi khalayak ramai.
Artinya : “Ambillah zakat dari sebaigan harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan berdo’alah untuk mereka sesungguhnya do’amu itu menjadi ketentraman hati bagi mereka. Dan Allah swt Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”21 (QS. At-Taubah:103). Asbabun nuzul ayat di atas adalah Ibnu Jarir meriwayatkan, bahwa Abu Lubabah dan kawan-kawannya yang tidak ikut berperang, lalu bertaubat, mereka mendatangi Nabi saw. ketika dibebaskan, lalu berkata “Ya Rasulullah, inilah harta kami, sedekahkanlah dari kami dan mohonkan ampun untuk kami”. Nabi saw menjawab :
Artinya :”Aku tidak diperintahkan untuk mengambil sesuatu apapun dari harta-harta kamu semua”.22 21
Ibid, hlm.298. Ahmad Mustafa al-Maroghiy,Tafsir al-Maroghiy, Juz XI, terj. Umar Sitanggal dkk.CetI, Semarang: Toha Putra, 1987, hlm. 25. 22
7
Sekalipun sebab turunnya ayat ini bersifat khusus, namun nash tentang pengambilan harta pada ayat ini bersifat umum, mencakup para khalifah setelah Nabi saw wafat dan para pemimpin setelah wafatnya khalifah. Juga mencakup secara umum tentang orang-orang yang diambil hartanya, yaitu kaum muslimin yang kaya. Berdasarkan kaidah :
Artinya : “Yang menjadi pegangan adalah lafadz yang umum, bukan sebab yang khusus”.23 Perkataan zakat disebut dalam al-Qur'an sebanyak 82 kali,24 dan (dari sumber yang lain mengatakan bahwa dalam al-Qur'an menyebutnya hanya 28 kali)25 selalu dirangkaikan dengan kata shalat (sembahyang) yang merupakan rukun Islam yang kedua. Hal ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya perintah zakat setelah perintah shalat yang nerupakan sarana komunikasi antara manusia dngan Allah swt. Dalam sebuah hadis Allah Swt. juga telah menjadikan zakat sebagai salah satu pilar Islam,26 sebagaimana yang hadis di bawah ini:
Artinya : “Dari Ibnu Umar berkata Rasulullah Saw. :Islam telah dibangun di atas lima perkara: Bersaksi tiada Tuhan selain Allah Swt. dan Muhammad adalah utusan Allah Swt.mendirikan shalat, 23
Manna’ Khalil al Qattan, Mabahis fi ‘ulum al-Qur'an, terj. Mudzkir AS., Studi IlmuIlmu Qur'an, Cet-V, Jakarta: Litera Antar Nusa, 2000, hlm.115. 24 Muhamad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam (Zakat dan Wakaf), op.cit.,hlm.10 25 Hasbiy as-Shidiqiy, Pedoman Zakat, op.cit, hlm.18 26 Muhammad Jamal al-Din, Mauidhatu al-Mukminin Min Ihya’al-Din, Baerut Libanon:Dar al-Kutub, Cet. Ke-1, 1995, hlm.49.
8
menunaikan zakat, puasa di bulan Ramadhan, dan ibadah haji ke Baitullah.” Maka oleh karena itulah tidak heran kalau seluruh ulama (salaf dan khalaf) menetapkan bahwa mengingkari hukum zakat (mengingkari wajibnya) dihukum kufur, keluar dari agama Islam karena dianggap telah keluar dari barisan umat Islam.27
3. Hikmah Zakat Islam menyuruh semua orang Islam yang mampu untuk bekerja dan berusaha mencari rizki untuk menutupi semua kebutuhan diri dan keluarganya. Orang yang tidak kuat bekerja, tidak memiliki harta warisan, atau tidak memiliki simpanan untuk menutupi kebutuhannya, berada dalam tanggungan kerabatnya yang berkecukupan dalam mencukupi kebutuhannya. Tetapi tidak semua orang miskin mempunyai kerabat. Tergolong mereka orang lemah, anak kecil, yatim piatu, janda, nenek tua, dan laki-laki jompo yang harus menghabiskan hidup seorang diri karena tidak memiliki keturunan. Akankah mereka dibiarkan terlantar dalam kemiskinan dan kelaparan sepanjang sisa hidupnya?, sementara kita tidak menutup mata dikalangan kita ada yang cukup dan berada?. Islam sama sekali tidak melupakan mereka. Allah swt telah menentukan hak mereka dalam harta orang yang berkecukupan secara
27
Ibid.
9
tegas dan pasti, yaitu dengan Zakat. Jadi tujuan zakat yang pertama adalah menghapuskan kemiskinan.28 Zakat mempunyai hikmah yang sangat besar, baik untuk orang yang mengeluarkannya, maupun bagi yang menerima zakat itu sendiri. Zakat juga merupakan suatu tatanan ekonomi yang sangat manajerial, bahkan zakat adalah merupakan satu-satunya jaminan sosial pertama di dunia.29 Hikmah
besar
yang
dapat
diambil
oleh
orang
yang
mengeluarkannya adalah dengan zakat dapat mensucikan dirinya dari sifat bakhil (pelit) dan thama’. Dengan berzakat, seseorang akan mempunyai rasa kepedulian yang tinggi kepada fakir miskin sebagai bagian dari tanggung jawabnya sesama muslim. Allah swt akan mengangkat derajat orang yang membayar zakat dengan kebaikan dan keberkahan pada rizkinya sehingga dia menjadi orang yang bahagia dunia dan akhirat.30 Firman Allah swt dalam surat at-Taubah ayat 103. Zakat pun dimaksudkan oleh syara’ sebagai bentuk manivestasi keadilan sosial agar harta tidak melulu dimonopoli oleh kaum kaya sehingga menimbulkan jurang pemisah antara orang kaya dan miskin. Hal ini dikhawatirkan akan terjadinya penghisapan dan perbuatan semenamena yang akan dilakukan oleh orang yang kuat ekonominya.31 Dengan
28
Dr. Yusuf Qardhawi, Mushkilahal-Fakr Wakaifa ‘Aalajaha al-Islam, Terj. Syafril Hallim, Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan, Jakarta: Gema Insani Press, 1995, hlm.87. 29 Ibid, hlm. 136. 30 Sayid Sabiq, Fiqh as-Sunah, op.cit., hlm.277. 31 Dr. M. Abdurrahman, M.A., Dinamika Masyarakat Islam dalam Wawasan Fiqih, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002, hlm.107
10
adanya pemberian zakat dari yang kaya untuk yang miskin, maka akan terjadi suatu simbiosis mutualistis dan akhirnya terjalin rasa saling memiliki dan solidaritas yang utuh dalam satu kesatuan umat dan keimanan. Zakat adalah poros dan pusat keuangan negara Islami. Zakat meliputi bidang moral, sosial dan ekonomi. Dalam bidang morla zakat mengikis habis ketamakan dan keserakahan si kaya. Dalam bidang sosial, zakat merupakan alat khas yang diberikan Islam untuk menghapuskan kemiskinan dari masyarakat dari menyadarkan si kaya akan tanggung jawab sosial yang mereka miliki. Dalam bidang ekonomi, zakat zakat mencegah penumpukan kekayaan yang mengerikan dalam tangan segelintir orang dan memungkinkan kekayaan untuk disebarkan sebelum sempat menjadi besar dan sangat berbahaya di tangan para pemiliknya. Zakat merupakan sumbangan wajib bagi kaum muslimin untuk perbendaharaan negara.32 Dari sudut pandang politik hukum Islam, zakat merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang tetap disamping sumber-sumber lainnya, seperti harta rampasan perang, pajak, upeti, dan bea cukai. Dengan demikian posisi sentral zakat selain sebagai kewajiban agama, juga berdampak pada rasa solidaritas untuk membangun sebuah komunitas
32
M.A. Mannan, Islamic Economics, Theory and Practice, Terj. “Teori dan Praktek Ekonomi Islam”, Yogyakarta: PT. Dhana Bhakti Prima Yasa, 1997, hlm.256.
11
negara yang tangguh karena dukungan ekonomi yang sehat dan manajerial yang mapan.33 Oleh karena itu Allah swt memberikan ancaman bagi orang yang enggan membayar zakat tidak hanya ancaman di akherat namun juga ancaman di dunia sebagai orang yang hina atas kekikirannya. Zakat juga bisa merangsang adanya pengembangan harta benda serta dapat menciptakan daya beli dan daya produksi baru bagi masyarakat, dengan terbukanya lapangan kerja baru.34 Firman Allah swt :
Artinya : “Allah swt memusnahkan riba dan mengembangkan shadaqah / zakat.”35(QS. Al-Baqoroh:276) Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa zakat mempunyai beberapa hikmah, diantaranya yang berkaitan dengan aspek ekonomi dan keuangan, aspek sosial, aspek politik, aspek etika, aspek sepiritual keagamaan.
4. Pandangan Ulama Tentang Zakat Sesungguhnya penamaan zakat bukanlah karena menghasilkan kesuburan bagi harta, tetapi mensucikan masyarakat dan mensuburkannya. Zakat merupakan manivestasi dari kegotong royongan antara para hartawan dan para fakir miskin. Pengeluaran zakat merupakan perlindungan bagi masyarakat dan bencana kemasyarakatan yaitu 33
Dr. M. Abdurrahman, M.A., op.cit., hlm.107 Prof. H. Zaini, M.A. dkk, Falsafah Hukum Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1987, h. 139. 35 Mujamma’ al-Malik Fahd, op.cit., hlm. 69. 34
12
kemiskinan, kelemahan baik fisik maupun mental. Masyarakat yang terpelihara dari bencana-bencana tersebut menjadi masyarakat yang hidup, subur dan berkembang di dalamnya. Para ulama menggolongkan ibadah zakat kepada ibadat maliyah. 36 Pada dasarnya ulama sepakat mengenai hukum dan kewajiban mengeluarkan zakat, bahkan orang yang enggan mengeluarkan zakat akan dihukum baik di dunia maupun akhirat. Sehingga ketika seseorang yang telah mencapai ketentuan dan syarat (telah mencapai nishab) zakat maka diwajibkannya zakat.37 Imam Nawawi berkata: Madzhab kami, Syafi’iyah dan madzhab Malik beserta Jumhur, sesungguhnya harta yang dikenakan zakat adalah emas, perak, dan binatang ternak yang penuh setahun dimiliki nishabnya. Jika terjadi kekurangan nishab ditengah-tengah tahun, hilanglah perhitungan tahun, jika kembali cukup setahun maka dimulailah hitungan baru.38 Perbedaan yang terjadi dikalangan ulama hanyalah pada tataran ta’rif (definisi) dan tekhnis pelaksanaan zakat itu sendiri. Seperti pada ta’rif yang dikemukakan oleh Syafi'i , adalah mengeluarkan sesuatu dari harta demi tujuan tertentu. Sementara menurut Hambali adalah hak yang di-wajib-kan didalam harta tertentu terhadap kelompok tertentu dan pada
hlm. 8.
36
Tengku Hasbiy AS-Shidiqi, Pedoman Zakat, Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 1997,
37
Sayid Tsabiq, Fiqh as--Sunah, op.cit, hlm.282. Ibid.
38
13
waktu tertentu. Kata wajib disini mempunyai arti yang sama dengan sunahnya memberikan salam dan sunahnya mengantarkan jenazah.39 Imam Syafi’i melihat bahwa zakat adalah suatu kewajiban yang berhubungan dengan materi harta itu. Karena itu, kewajiban ini tidak gugur dengan melalaikannya selama setahun atau lebih.40 Menurut kitab kuning, barang-barang yang wajib dizakati adalah emas, perak, simpanan, hasil bumi, binatang ternak, barang dagangan, hasil usaha, rikaz dan hasil laut. Mengenai zakat binatang ternak, barang dagangan, emas dan perak, hampir tidak ada perbedaan antara kalangan ulama. Sedangkan mengenai zakat hasil bumi, ada beberapa perbedaan diantara madzhab empat. 1. Menurut Imam Abu Hanifah, setiap yang tumbuh di bumi, kecuali kayu, bambu, rumput, dan tumbuh-tumbuhan yang tidak berbuah, wajib dizakati. 2. Menurut Imam Malik, semua tumbuhan yang tahan lama dan dibudidayakan manusia wajib dizakati, kecuali buah-buahan yang berbiji seperti buah pear, delima, jambu dan lain-lain. 3. Menurut Imam Syafi’i, setiap tumbuh-tumbuhan makanan yang menguatkan, tahan lama dan dibudidayakan manusia wajib dizakati. 4. Imam Ahmad bin Hambal, biji-bijian, buah-buahan, rumput yang ditanam wajjib dizakati. Begitu juga tumbuhan lain yang mempunyai
39 40
Wahbah al-Zuhailiy, al-Fiqh al-Islami wa Adalatuhu, op.cit, hlm.231. Dr Yusuf Qardhawi, Musykilah al-Fakro, op.cit., hlm.100-101.
14
sifat sama dengan tamar, kurma, kismis, buah tin dan mengkudu, wajib dizakati.41 Demikian halnya dengan syarat, ulama fikih mengemukakan dengan tiga syarat tentang zakat, 1) Syarat orang yang wajib zakat, 2) Syarat harta yang wajib dizakatkan. Kedua syarat ini dinamakan dengan syarat wajib zakat, 3). Syarat sah zakat.42 Adapun mengenai harta yang wajib dizakati atau orang yang mengeluarkannya telah terjadi berbagai perbedaan dikalangan ulama. Syarat harta yang wajib dizakati adalah, 1) Harta tersebut adalah milik penuh, 2) Harta itu berkembang, 3) Cukup satu nishab, 4) Melebihi kebutuhan pokok. Dalam hal ini juga terjadi perbedaan dikalangan ulama. Ukuran kebutuhan pokok menurut madzhab Hanafi adalah kebutuhan yang bisa mencukupi manusia sehari-hari menurut tingkat sosial. Menurut madzhab lainnya kebutuhan pokok tidak masuk dalam syarat harta yang dizakati, karena kebutuhan tersebut tidak bisa diukur dan selalu berubah satu dengan yang lain. Oleh karenanya Yusuf Qardhawi mempertegas dengan kebutuhan pokok tersebut adalah kebutuhan rutin yang diperlukan seseorang dengan keluarganya, diantaranya untuk makan, pakaian, tempat tinggal, sementara kebutuhan rutin ini menurutnya bisa diukur.43
41 42
1987.
43
KH. Sahal Mahfudz, Nuansa Fikih Sosial, op.cit., hlm.146. Tat Zin, Ensiklopedia Hukum Islam, Jakarta: PT Bahtiar Baru Van Hoeve, 1997, hlm. Ibid, hlm. 1989.
15
B. NISHAB 1. Pengertian Nishab Nishab menurut bahasa adalah, asal dari segala sesuatu, permulaan dari segala sesuatu, mengemukakan salah satu dari sekian banyak kelompok yang sejenis, mengambil perkara yang dituju.44 Salah satu syarat harta yang wajib dizakati adalah telah mencapai satu nishab. Sementara yang dimaksud dengan nishab adalah kadar minimal jumlah harta yang wajib dizakati menurut syara’. Seperti ketentuan nishab perak 200 dirham.45 Islam tidak mewajibkan zakat atas seberapa saja besar kekayaan yang berkembang sekalipun kecil sekali, tetapi memberi ketentuan sendiri yaitu sejumlah ketentuan yang dalam ilmu fikih disebut dengan nishab.46 Para ulama mengidentikkan nishab dengan kebutuhan minimum rumah tangga selama setahun. Ditetapkannya lima wasaq dari tumbuhtumbuhan karena diperkirakan dengan lima wasaq tersebut cukup untuk hidup selama setahun oleh keluarga yang terdiri dari seorang suami, seorang istri, seorang anak dan seorang pembantu dengan besar kebutuhan makanan satu kati atau satu gantang beras untuk masing-masing orang. Demikian juga halnya dengan uang perak, dengan 200 dirham, diperkirakan dengan sejumlah uang tersebut akan cukup untuk memenuhi
44
Luis Ma’luf, al-Munjid, Baerut Libanon: tt. hlm. 811. Wahbah az-Zuhaeliy, al-Fiqh al-Islami Wa-adalatuhu, op.cit., hlm. 731. 46 Dr. Yusuf Qardhawi, Fiqh al-Zakah, op.cit., jiz I,hlm. 150. 45
16
kebutuhan minimal dari masing-masing orang di atas selama setahun penuh.47 Nishab sama dengan kebutuhan minimal keluarga selama setahun, dengan kata lain jika seseorang tidak mampu mencukupi kebutuhan minimalnya selama setahun maka orang tersebut dianggap orang yang tidak mampu atau miskin, oleh karenanya
dia tidak berkewajiban
membayar zakat, karena zakat hanya dibebankan diatas pundak orang kaya, sesuai dengan hadits Nabi saw sebagai berikut:
Artinya : “Zakat dibebankan diatas pundak orang kaya.”48 Ketentuan-ketentuan nishab ini telah diatur secara seksama oleh Nabi saw untuk menunjukkan keadilan yang diemban oleh agama Islam, sehingga menurut penelitian kadar nishab satu dengan yang lain adalah sama atau standard dan hal itu seimbang dengan kebutuhan minimal dalam setahun. Seperti nishab kambing yang 40 adalah sama dengan nishab unta yang 5, karena waktu itu nilai 8 kambing adalah sama dengan satu unta. Sedangkan nilai satu kambing waktu itu adalah 5 dirham dikalikan 40 akan sama dengan nishab perak 200 dirham sebagai kebutuhan minimal dalam setahun.49
hlm.109.
47 48
Ibid. Musthofa M. Imaroh,Jawahiru al- Bukhori, Semarang: Usaha Keluarga, 1381H.,
49
Dr. Yusuf Qardhawi, Fiqh al- Zakah, op.cit., juz I,hlm.268.
17
Adapun nishab-nishab zakat dari harta wajib zakat adalah sebagai berikut: Untuk nabat atau tumbuh-tumbuhan adalah lima wasaq,50 zakat yang dikeluarkan sebesar sepersepuluhnya.51 Sesuai dengan hadits Nabi saw diriwayatkan oleh Muslim dari Abi Said al-Khudriy:
Artinya :”Tak ada zakat pada biji-bijian yang kurang dari lima wasaq, dan tak ada zakat dari perak yang kurang dari lima ‘auqiyah.” Sesuai dengan ijma’ ulama dan hadis-hadis shahih yang bersumber dari Nabi saw dan para sahabatnya, maka nishab unta dan besarzakatnya dari jumlah 5 sampai 120 ekor dapat dilihat sebagai berikut:52 Nishab unta Dari 5 10 15 20 25 36 46 61 76 91
-
sampai 9 14 19 24 35 45 60 75 90 120
Banyak zakat yang wajib dikeluarkan Seekor kambing 2 ekor kambing 3 ekor kambing 4 ekor kambing seekor anak unta betina (umur 1 tahun lebih) seekor anak unta betina (umur 2 tahun lebih) seekor anak unta betina (umur 3 tahun lebih) seekor anak unta betina (umur 4 tahun lebih) 2 ekor anak unta betina (umur 2 tahun lebih) 2 ekor anak unta betina (umur 3 tahun lebih)
Pendapat yang masyhur mengenai awal nishab sapi adalah 30 ekor dan zakatnya seekor sapi jantan atau betina umur 1 tahun, ketika telah mencapai 40, maka zakatnya adalah seekor anak sapi betina umur 2
50
Imam Muslim,Shahih Muslim, Bandung: Syirkatul Ma’arif, tt. hlm. 390. Hasbiy as-Shidiqiy, op. cit.,hlm.118. 52 Dr. Yusuf Qardhawi, Fiqh al- Zakah, op.cit., hlm.174. 51
18
tahun.53 Dan awal nishab untuk kambing adalah 40, dan zakatnya adalah seekor kambing,54 berikut tabelnya: Dari 1 40 121 201 400 500
-
sampai 39 120 200 399 499 599
Tidak ada zakatnya 1 ekor kambing 2 ekor kambing 3 ekor kambing 4 ekor kambing 5 ekor kambing demikian setiap 100 ekor zakatnya seekor kambing
Awal nishab untuk zakat emas dan perak adalah 40 dirham untuk perak dan 20 dinar untuk emas. Dalam hadis muttafak ‘alaih “tidak ada pada selain 5 awqiyah sedekah (zakat)” kata awqiyah seperti kita ketahui adalah 40 dirham, sesuai dengan nasah yang masyhur dan kesepakatan kaum muslimin, sebagaimana Nawawi berkata: Lima awqiyah sama dengan 200 dirham.55sementara zakatnya adalah 2 ½ %. 2. Dasar Hukum Nishab Sebagaimana dikemukakan dimuka bahwa nishab merupakan syarat wajib bagi harta yang dizakati, oleh karenanya ketika harta tidak mencpaai nishab maka tidak dikenai hukum wajib zakat. Sesuai dengan hadis Nabi saw :
Artinya : “Tidak ada zakat pada tumbuh-tumbuhan yang kurang dari lima wasaq, dan tidak ada zakat pada unta yang
53 Imam Taqiyudin Abi Bakri Ibni Muhammad al-Husein, Kifayatul Akhyar, juz I,Surabaya: Al-Hidayah, tt. hlm. 180 54 Dr. Yusuf Qardhawi, Fiqhuz Zakah, op.cit., hlm.204 55 Ibid, hlm. 258
19
kurang dari lima, dan tidak ada zakat dari perak yang kurang dari lima awqiyah (200 dirham). (HR. Muslim)56 Nishab yang merupakan kadar minimal kekayaan wajib zakat adalah merupakan kekayaan untuk mencukupi kebutuhan minimal keluarga dalam setahun, apabila seseorang tidak memiliki kekayaan yang bisa mencukupi kebutuhannya dalam setahun maka orang tersebut dikategorikan sebagai orang yang miskin dan tidak berkewajiban zakat. Karena zakat hanya dibebankan diatas pundak orang kaya untuk diberikan kepada orang yang kurang beruntung atau miskin. Maka dengan kata lain, tidak ada zakat dari harta yang kurang dari ketentuan nishab. Karena nishab adalah merupakan syarat wajib bagi harta yang akan dikeluarkan hartanya.
3. Hikmah Nishab Didalam shalat mempunyai kandungan rasa persamaan dan persaudaraan antara si kaya dan si miskin, karena antara si kaya dan si miskin tidak ada perbedaan berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah, semua sama ketika bersujud di hadapan Allah Swt. Maka , zakatpun mempunyai kandungan kebersamaan yang tidak kalah pentingnya. Zakat membuktikan persaudaraan tersebut dengan tindakan konkrit dari pihak yang berkecukupan untuk menyantuni si miskin. Sesuai dengan firman Allah Swt :
56
Imam Muslim,, op.cit, hlm. 390.
20
Artinya
:“Jika mereka bertaubat, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka (mereka)adalah saudarasaudaramu seagama, dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui.”57(QS.At-Taubah:11)
Pada awalnya zakat difardhukan tanpa ketentuan kadarnya dan tanpa pula diterangkan dengan jelas harta-harta yang dikenakan zakatnya. Syara’ hanya menyuruh mengeluarkan zakat. Banyak sedikitnya terserah kepada kemauan dan kebaikan para muzakki itu sendiri. Hal itu berjalan hingga tahun kedua Hijriyah. Mereka yang menerima zakat pada waktu itu hanya dua golongan saja, yaitu fakir dan miskin.58 Nishab menetapkan besarnya kewajiban disesuaikan dengan tingkat tenaga yang diberikan, maka semakin sedikit tenaga yang diberikan makin tinggi prosentase nishabnya, makin besar tenaga yang diberikan makin kecil prosentase nishabnya. Atas dasar inilah Islam mewajibkan 1/5 atau 20 % atas kekayaan yang ditemukan dalam tanah, dan 1/10 atau 10 % atas tanaman atau buah-buahan yang disirami dengan air hujan dan 5 % atas tanah yang disirami dengan menggunakan alat, serta mewajibkannya 2 ½
% atas usaha yang dikerjakan dengan penuh
kelelahan seperti halnya dalam perdagangan.59 Dengan nishab, maka akan membebaskan harta yang sedikit dari kewajiban zakat, karena zakat hanya diwajibkan bagi orang yang berkecukupan atau telah mencapai nishab. Hal itu dimaksudkan agar
57
Mujamma’ al-Malik Fahd,op.cit., hlm. 279. Hasbiy as-Shidiqiy, op. cit., hlm.10 59 Dr. Yusuf Qardhawi, Fiqh al- Zakah, op.cit., hlm. 180. 58
21
pemungutan zakat dari kelebihan (keperluan) akan mudah, bagi jiwa tidak akan terasa berat menurut tabiat manusia. Firman Allah swt :
Artinya :” Mereka menanyakan kepadamu apa yang mereka nafkahkan, katakanlah yang lebih dari keperluan.”60(QS. Al-Baqoroh:219) Ibnu Abbas mengatakan dengan al-Afwu adalah kelebihan harta dari keperluan.61 Dari sini dapat kita lihat ada nilai-nilai keadilan dan kebersamaan antara si kaya dengan si miskin. Dan dengan nishab dapat dilihat bahwa semua nishab-nishab adalah seimbang. Karena menurut penelitian nilai diantara nishab-nishab itu adalah standard. Dengan demikian jelaslah mengenai hikmah adanya nishab pada harta yang akan dizakati, yaitu bahwa zakat merupakan pajak yang dikenakan kepada orang kaya untuk bantuan kepada orang miskin dan untuk berpartisifasi bagi kesejahteraan Islam dan kaum Muslimin. Oleh karena itu zakat haruslah dipetik dari kekayaan yang mampu memikul kewajiban itu dan tidak menjadi tidak ada artinya apabila orang miskin juga dikenakan pajak sedangkan mereka sangat perlu dibantu bukan membantu. Oleh karena itulah Nabi Saw bersabda:
Artinya : “Zakat hanya dibebankan keatas pundak orang kaya”62 60Mujamma’ 61
al-Malik Fahd, op.cit.,hlm279 Dr. Yusuf Qardhawi, Fiqh al- Zakah, op.cit., hlm.209. 62 Ibid, hlm. 150.
22
4. Pandangan Ulama Tentang Nishab Salah satu sebab terjadinya zakat adalah mempunyai kekayaan yang telah cukup nishab, menurut Abu Hanifah jika sesorang tidak memiliki kekayaan yang mencapai satu nishab maka tidak ada kewajiban padanya zakat, sementara yang dimaksud nishab menurutnya adalah segala ketentuan syara yang menjadi tanda akan datangnya kewajiban zakat pada kekayaan tertentu, seperti dua ratus dirham dan dua puluh dinar.63 Hampir tidak ada perbedaan pendapat diantara empat mazhab dalam masalah nishab dan haul barang-barang yang wajib dizakati. Misalnya, untuk emas nisabnya 20 dinar dengan zakat 2,5%. Begitupun, untuk barang dagangan, bila nilainya mencapai 20 dinar, wajib dizakati 2,5%. Emas / perak dan barang dagangan wajib dizakati apabila pemiliknya mencapai 1 tahun (haul).64 Untuk hasil bumi tidak ada haul. Setiap kali panen harus langsung dizakati. Nisabnya lima wasaq. Tentang binatang ternak sudah ada ketentuannya sendiri. Senada dengan keterangan diatas Dr. Yusuf Qardhawi mengatakan bahwa ketentuan bahwa kekayaan yang terkena zakat harus sampai senishab disepakati oleh para ulama, kecuali tentang hasil pertanian, buahbuahan, dan logam mulia. Abu Hanifah berpendapat bahwa banyak atau sedikit hasil yang tumbuh dari tanah harus dijekuarkan zakatnya 10%. Demikian juga pendapat Ibnu Abbas, Umar bin Abdul Aziz dan lain-lain,
63 64
Dr. Wahbah az-Zuhaeliy, op. cit.,hlm.736. KH. Sahal Mahfudz, Nuansa Fiqih Sosial, op.cit., hlm.148
23
bahwa dalam sepuluh ikat sayur yang tumbuh dari tanah wajib dizakati sebanyak satu ikat. Tetapi jumhur ulama berpendapat bahwa nishablah yang merupakan ketentuan yang mewajibkan zakat pada seluruh kekayaan, baik kekayaan itu berupa yang tumbuh dari tanah maupun bukan. Alasan mereka adalah hadits, “Dibawah lima wasaq tidak ada zakatnya”. Ketentuan itu dapat dianalogikan dengan kekayaan-kekayaan lain seperti ternak, uang, dan barang-barang dagangan.65 Pada dasarnya harta yang wajib di zakati ada dua, al-Abdari berkata: “Harta zakat ada dua macam, pertama yang harta yang mempunyai kesuburan sendiri, seperti biji-bijian dan buah-buahan. Maka harta bagian ini wajib mengeluarkan zakat apabila dia telah berwujud. Kedua, harta yang diharap atau ditunggu-tunggu kesuburannya, seperti dirham, dinar dan barang dagangan. Harta kelompok ini diharuskan cukup setahun kita miliki, demikianlah pendapat seluruh fuqoha”66 Sesungguhnya
penuhnya
nishab
disepanjang
tahun
adalah
syarat wajib zakat, terkecuali sehari dua hari kurang dari setahun, dalam pada itu jika dimaksudkan dengan menjual atau menukar untuk melepaskan diri dari zakat diketika telah mencapai cukup tahun maka penjualannya atau penukarannya itu tidak menggugurkan zakat. Hal ini sama dengan seseorang yang menthalak istrinya dalam keadaan ia sedang menghadapi maut untuk menghilangkan hak istri dari pusaka.67
65
Dr. Yusuf Qardhawi, Fiqh al- Zakah, op.cit., hlm.150. Sayid Sabiq, op.cit., hlm. 283. 67 Hasbiy as-Shidiqiy, op.cit., hlm. 44. 66
24
Lainnya halnya dengan pendapat an-Nawawiy, yang mengatakan “Mazhab kami ulama Syafi’i, Malik, Ahmad dan Jumhur, bahwa harta yang dikeluarkan zakatnya adalah emas, perak, dan binatang ternak yang penuh setahun dimiliki nishabnya. Jika terjadi kekurangan nishab ditengah-tengah tahun, hilanglah perhitungan tahun, jika kemudian kembali cukup setahun maka dimulailah hitungan baru.68 Sedangkan menurut pendapat Abu Hanifah keharusan penuh senishab hanya diperlukan pada awal tahun dan akhir tahun. Karenanya tidak gugur kewajiban zakat jika terjadi kekurangan nishab pada pertengahan tahun, apabila diakhir tahun telah penuh nishabnya lagi. Inilah syarat yang harus terdapat pada harta yang wajib di zakati dan syarat ini tidak terjadi pada tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan, sebab tumbuhatumbuhan dan buah-buahan wajib dikeluarkan zakatnya pada hari kita memanennya,69 firman Allah swt :
Artinya :”Dan berikanlah haknya pada waktu ia dituai (diketam)” (QS al-An’am:141) Bisa dipahami bahwa cukup nishab dan tahun adalah syarat bagi harta yang akan di zakati, bahkan menurut Ibnu Hazm, sekalipun harta itu telah musnah, namun sebelumnya harta tersebut sudah mencapai nishab dan cukup tahun, maka tetap wajib bagi pemilik harta untuk mengeluarkan zakatnya.70 68
Sayid Sabiq, op.cit., hlm.282. Ibid, hlm. 283. 70 Hasbiy as-Shidiqiy, op.cit., hlm. 48. 69