BAB II SATUAN KREDIT KEGIATAN MAHASISWA (SKKM), PERSEPSI DAN MAHASISWA
A. Satuan Kredit Kegiatan Mahasiswa (SKKM) 1. Pengertian SKKM Satuan Kredit Kegiatan Mahasiswa (SKKM) yaitu suatu program yang diberlakukan oleh pihak STAIN Pekalongan yang diurus oleh bagian puket III, dimana mahasiswa harus melakukan atau mengikuti kegiatan-kegiatan baik intra maupun ektra kampus yang mana kegiatan tersebut nantinya mahasiswa akan memperoleh piagam atau sertifikat, setelah mahasiwa memiliki piagam atau sertifikat kegiatan-kegiatan tersebut kemudian mahasiswa akan mendapatkan poin dari bagian puket III dengan syarat dan ketentuan yang ditetapkan oleh pihak STAIN Pekalongan.1 Besarnya poin yang harus didapat kan oleh mahasiswa tidak sama, yaitu dilihat dari angkatan mahasiswa tersebut terdaftar sebagai mahasiswa STAIN Pekalongan. Dimana besaran poin yang harus didapat mahasiswa yaitu dari angkatan 2013,2014 dan seterusnya harus mendapatkan minimal 80 poin, sedangkan angkatan 2013,2012 dan seterusnya akan dikurangi 10 poin dari 80 poin tersebut. jadi semakin lama angkatan mahasiswa yang masuk ke STAIN Pekalongan maka akan semakin sediki juga poin yang harus dikumpulkan oleh mahasiswa
1
H Muslih Husein,Wakil Ketua Puket III, Wawancara Pribadi, tanggal 10 februari 2015.
21
22
tersebut. Apabila mahasiswa sudah mengumpulkan poin sesui dengan yang telah ditentukan oleh pihak STAIN Pekalongan mahasiswa akan mendapkan sertifak dari pihak puket III selaku yang mengurus SKKM tersebut. Sertifikat tersebut untuk syarat mengikuti ujian komprehensif.2 2. Tujuan dan sasaran pelaksanaan SKKM. Visi bidang kemahasiswaan yaitu mahasiswa unggul, cerdas, berakhlak mulia, humanis dan kompetitif yang selaras dan mengacu pada visi STAIN Pekalongan. Adapun misi STAIN Pekalongan adalah: a. Menyelenggarakan
pendidikan
islam
berbasis
riset
untuk
mewujudkan perubahan sosial yang berkeadilan. b. Menyelenggaraakan penelitian, pengembangan ilmu, teknologi, seni dan budaya untuk mewujudkan masyarakatyang mandiri, berkualitas dan bermartabat c. Berperan aktif dalam penguatan pemberdayaan masyarakat. Dari misi STAIN Pekalongan tersebut dirumuskan misi bidang kemahasiswaan adalah : 1) Meningkatkan kualitas ketakwaan berupa iman, islam dan ikhsan. 2) Menciptakan kondisi yang mendukung berkembangnya kegiatan akademik
(intra
kurikuler)
dan
kegiatan
non
akademik
(kokurikuler dan eksrakurikuler). 3) Membudayakan mahasiswa berpikir kritis analitis santun, bermoral dan bertanggung jawab yang berlandaskan pada budaya
2
Iman Suryana,Staf Puket III, Wawancara Pribadi, tanggal 10 Feb 2015.
23
akademik, kaidah hukum, nilai nilai kemanusiaan dan nilai nilai religius. 4) Menanamkan rasa nasionalisme yang konstruktif sebagai warga negara indonesia yang berdaulat dan bermartabat. 5) Mengembangkan kreatifitas dan semangat entrepreneurship. 6) Mengembangkan idialisme dan suasana demokratis yang didasarkan pada budaya akademik, religius dan nilai nilai kemanusiaan.3 Visi dan Misi diatas ternyata juga sangat berkaitan dengan tujuan pembinaan dan pengembangan mahasiswa, yang diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Mempersiapkan kepribadian mahasiswa yang berwawasan integratif dan interkonektif yang dilandasi kualitas akademik dan non akademik yang mumpuni. 2. Mengembangkan wawasan mahasiswa sehingga tercipta suasana kampus yang kondusif dan civitas akademika yang santun, humanis dan religius. 3. Mengembangkan penalaran dan keilmuan, penalaran bakat, minat, kepribadian dan kepedulian sosial. 4. Menyiapkan mahasiswa yang berakhlak mulia, menghargai nilai nilai keilmuan dan kemanusiaan.
3
PanduanSatuanKreditKegiatanMahasiswa STAIN Pekalongan 2013, h. 7.
24
5. Menyiapkan kemampuan softskill (kemampuan yang tidak nampak untuk meraih sukses) mahasiswa yang memadai. 6. Menyiapkan mahasiswa cinta membaca dan belajar sepanjang waktu. Adapun
sasaran
pembinaan
dan
pengembangan
mahasiswa
bertumpu pada terwujudnya mahasiswa sabagai insan akademik yang memiliki ciri mampu memahami etika-akhlak, tata cara berkomunikasi, penggunaan nalar dalam bertindak, pemahaman terhadap hak,kewajiban dan tanggung jawab. Selain tujuan diatas tadi dikataka juga oleh waket puket III Muslih Husein bahwa program tersebut bertujuan agar mahasiswa mempunyai kegiatan dan juga untuk mendidik mahasiswa agar sejajar dengan mahasiswa lain.4 Melalui kegiatan tersebut diharapkan terjadi pengayaan pemahaman dan
wawasan
terhadap
masalah
bangsa
oleh
warga
kampus
khusunyanya mahasiswa, guna menyongsong masa depan. Selain itu diharapkan terjadi peningkatan rasa nasionalisme mahasiswa pada negara kesatuan republik indonesia. 3. Kondisi Objektif dan Kondisi yang Diharapkan a. Kondisi Objektif Dilihat dari sudut pandang mahasiswa, pengurus organisasi dan para pembina kegiatan kemahasiswaan.
4
H Muslih Husein Wakil Ketua Puket III, Wawancara Pribadi, tanggal 10 Februari 2015.
25
1. Mahasiswa a. Heteroginitas Latar Belakang Sosial Budaya Mahasiswa STAIN Pekalongan berasal dari berbagai daerah khususnya di Jawa Tengah. Keberagaman tersebut tentunya menjadi potensi bagi kampus. Heteroginitas ini berimplikasi pada adanya saling berkomunikasi sebagai ajang pelatihan hidup bersama dalam budaya yang berbeda, saling menimba pengalman dan saling adaptasi antara satu dan lainya. Dari heteroginitas semacam ini juga harus disadari bersama dengan munculnya potensi negatif, saling curiga satu dengan yang lain karena salah persepsi terhadap budaya orang lain dan kekurangkompakan dalam memimpin sebuah organisasi bahkan
mudah terjadi benturan persepsi, budaya dan gesekan sosial. Secara sekilas, mahasiswa STAIN pekalongan jika dilihat dari pekerjaan orang tua terdiri atas : wiraswasta, petani dan pegawai negri sipil. Sebaran mahasiswa berdasarkan motivasi masuk STAIN Pekalongan ialah: menjadi ahli di bidang agama, dorongan orang tua dan menjadi pegawai negri sipil setelah lulus. Sedangkan bila dilihat dari rata-rata mahasiswa berdasarkan tingkat ekonomi, ialah ekonomi menengah kebawah. Sedangkan sebaran mahasiswa berdasarkan pendidikan orang tua, paling dominan adalah sekolah lanjutan tingkat atas
26
atau yang sederajat, sekolah
lanjutan tingkat pertama dan
sekolah dasar. b. Keaneragaman organisasi sosial keagamaan Mahasiswa STAIN Pekalongan mempunyai kecenderungan pada organisasi sosial keagamaan yang beragam. Fakta beberagaman organisasi ini secara tidak langsung membawa implikasi terhadap kepemimpinan mahasisa di STAIN Pekalongan. Bahkan dalam penentuan aktifitas organisasi
kemahasiswaan,
faktor
kecenderungan
pada
organisasi sosial keagamaan ini acapkali lebih dominan dibanding faktor akademis dan profesionalitas sebagai contoh ketika terjadi pemilihan pimpinan organisasi mahasiswa biasanya lebih didominasi oleh pertimbangan ikatan emosional organisasi sosial keagamaan tertentu, dibanding pertimbangan kualitas akademik maupun profesional. c. Keaneragaman Organisasi Kemahasiswaan Ekstra Kampus Sebagian besar mahasiswa STAIN Pekalongan, di samping aktif dalam organisasi intra kampus, juga aktif di organisasi ekstra kampus. Keberagaman organisasi ini seringkali menjelma menjadi kekuatan di balik layar dari berbagai organisasi intra kampus. Pada saat pemilihan umum raya (pemira), tidak jarang organisasi ektrakampus tersebut memainkan peran dalam pembentukan partai politik mahasiswa. Akibat dari peran-peran
27
dibalik
layar
ini
berdampak
pada
pengkotak-kotakan
mahasiswa, yang selanjutnya dapat mengakibatkan perpecahan dan konflik kepentingan di kalangan mereka sendiri. Padahal yang diharapkan dalam penentuan calon pimpinan mahasiswa didasarkan pada persaingan kualitas leardership, kemampuan akademik dan profosional bukan atas dasar idiologi atau partai. d. Partisipasi
Mahasiswa
pada
Kegiatan
Kokurikuler
dan
Ekstrakulikuler Mahasiswa STAIN Pekalongan masih sedikit yang aktif dalam kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler. Seperti pengembangan penalaran dan keilmuan dalam kegitan seminar, lokakarya,
staidum
generalle,
penyaluran
minat
bakat,
kesejahteraan dan kepribadian, kepedulian sosial dan kegiatan penunjang lainnya.hal iini antara lain disebabkan oleh : tingginya bebn perkuliahan mahasiswa, sementara tidak diimbangi dengan manajemen waktu yang baik, sikap pesimis dalam menatap masa depan dan kurangnya motivasi untuk berprestasi di bidang soft kill. Oleh karena itu agar mahasiswa banyak berpartisipasi dalam kegiatan perlu disusun program dan kegiatan yang menarik dan bermanfaat, sehingga mempermudah mereka mempersiapkan diri terjun ke dunia kerja, menciptkan lapangan kerja dan mempunyai daya saing yang kompetitif setelah selesai studi.
28
e. Partisipasi Mahasiswa dalam Pemilihan Pengurus Ormawa Mahasiswa umumnya, dalam berpartisipasi mengikuti Pemilihan Umum Raya dan Pemilihan Pengurus Organisasi Kemahasiswaan (Ormawa) relatif rendah. Demikian juga partisipasi mereka dalam bidang advokasi relatif kecil serta cenderung kurang solutif. Sebagai contoh ketika terjadi peristiwa yang menyangkut kepentingan mahasiswa atau masyarakat luas seperti kenaikan sumbangan pembinaan pendidikan (SPP), kenaikan bahan bakar minyak (BBM), sebagian mahasiswa dengan cepat menunjukkan sikap melalui unjuk rasa yang cederung anarkis, reaktif dan sporadis, namun kurang memberikan masukan ide solutif bagi pemecahan persoalan. Keterlibatan mahasiswa dalam aktifitas semacam ini di satu sisi bernilai positif karena menunjukkan tingkat kepekaan dan kepedulian sosial yang tinggi. Terapi di sisi lain bernilai negatif karena dalam mengekspresikan aspirasinya itu cenderung mengabaikan etika akademik, kaidah hukum dan moral serta nilai-nilai kemanusiaan.5 2. Pengurus Orgasisasi Kemahasiswaan (Ormawa) Kondisi objektif Ormawa di lingkungan STAIN Pekalongan dapat digambarkan sebagai berikut :
5
Panduan Satuan Kredit Kegiatan Mahasiswa STAIN Pekalongan 2013, h. 10-12.
29
a. Maraknya perkembangan organisasi politik atau organisasi kepemudaan saat ini berdampak positif terhadap pendidikan politik masyarakat. Tetapi pada sisi lain masuknya kegiatan beraroma politik praktis ke dalam kampus dapat berdampak terjadinya pengkotak-kotakan mahasiswa di kampus. Kampus harus dijaga agar senantiasa menjadi sumber kekuatan moral bagi pembangunan STAIN Pekalongan khususnya dan pembangunan bangsa dan negara pada umumnya. b. Adanya keragaman struktur, kewenangan dan terminologi penyebutan pimpinan ormawa di PTAI berbeda dengan PTU dapat
menimbulkan
penyusunan
peraturan
kesulitan
dan
dan
kebijakan
kerancuan umum
dalam bidang
kemahasiswaan. Ada yang menyebut Dewan Mahasiswa (DEMA) di sisi lain Badan Esekutif Mahasiswa (BEM) sebagai lembaga eksekutif di tingkat sekolah tinggi, institut dan universitas. Demikian juga Senat Mahasiswa (SEMA) atau Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) untuk badan legislatif. Jadi belum ada keseragaman dalam penyebutan nama, apalagi dalam hal struktur dan kewenangan. c. Kurang profesionalnya pengurus ormawa dalam mengelola kegiatan dan keuangan serta mengatur waktu, menjadi masalah dalam kelancaran kegiatan organisasi. Misalnya, pengajuan
30
proposal kegiatan, program kerja organisasi, pertanggungjawaban keuangan dan kegiatan biasa terlambat. Hal ini mengakibatkan terganggunya kegiatan organisasi. 3. Pembinaan Kegiatan Kemahasiswaan Yang dimaksud dengan pembina kegiatan kemahasiswaan adalah orang-orang yang memiliki kompetensi sesuai dengan bidang
kegiatan yang terdiri dari staf pengajar dan pegawai administratif yang bertindak sebagai pembina kegiatan kemahasiswaan, dan para pejabat khususnya di bidang kemahasiswaan yang bersentuhan langsung dengan kegiatan kemahasiswaan. Dalam pembentukan kepribadian mahasiswa, seharusnya ada kaitan antara transfer of value dan transfer of knowledge dengan pembentukan
perilaku
mahasiswa
(transformative).
Dengan
demikian akan tercapai tujuan pembinaan, yakni mahasiswa mempunyai kemampuan hard skill, soft skill dan berkepribadian luhur. Jika tidak demikian, akan mengakibatkan mehasiswa kurang termotivasi untuk ikut serta dalam kegiatan kemahasiswaan. Sebenarnya dalam tataran teoritis tugas-tugas Pembina sangat relevan dalam pengembangan kepribadian mahasiswa. di antara tugas-tugas tersebut adalah membantu mahasiswa : -
Mengarahkan dan mendampingi mahasiswa dalam pembuatan program kerja, proposal kegiatan, laporan pertanggungjawaban dan evaluasi kegiatan.
31
-
Menandatangani
proposal
kegiatan
setelah
diberikan
bimbingan dan perbaikan sesuai dengan aturan yang berlaku. -
Mendampingi, melakukan monitoring dan mengendalikan mahasiswa dalam pelaksanaan kegiatan.
-
Memberikan solusi jika terjadi persoalan, baik persoalan akademik maupun non akademik.
-
Menjadi mediator antara pimpinan perguruan tinggi dan pengurus Ormawa.
-
Membina dan membentuk kepribadian mahasiswa berakhlaqul karimah.
-
Mendampingi mahasiswa dalam menajalin kerjasama.
-
Mengevaluasi kegiatan kemahasiswaan yang dibinanya.
-
Memberikan laporan kepada Ketua melalui Wakil Ketua III bidang kemahasiswaan tentang tugas-tugasnya. Kondisi yang diuraikan diatas merupakan tantangan bagi
PTAI untuk menyikapinya dengan benar dan tepat. Disamping sarana dan prasaran bagi seluk beluk pengembangan, keterlibatan para staf pengajar yang memahami seluk beluk pengembangan kegiatan kemahasiswaan adalah sangat penting. Staf pengajar merupakan unsur utama dalam membimbing mahasiswa agar menjadi insan akademis dan insan yang bermoral serta memiliki tanggung jawab dan berguna bagi agama, nusa dan bangsa.6
6
Ibid., h. 13-14.
32
B. Kondisi Yang Diharapkan Pembinaan mahasiswa yang diharapkan sesuai dengan misi PTAI yaitu : 1. Memadukan dan mengembangkan studi keislaman, keilmuan dan keindonesiaan dalam pendidikan dan pengajaran. 2. Mengembangkan budaya ijtihad dalam penelitian multidisipliner yang bermanfaat bagi kepentingan akademik, masyarakat dan lingkungan. 3. Meningkatkan peran serta civitas akademika dalam penyelesaian persoalan kemanusiaan berdasarkan pada wawasan keislaman dan keilmuan bagi terwujudnya masyarakat madani. 4. Membangun kepercayaan dan mengembangkan kerja sama dengan berbagai pihak untuk meningkatkan kualitas pelaksana tri dharma perguruan tinggi. Selanjutnya STAIN Pekalongan berupaya menjadi garda terdepan dalam membentuk sarjana muslim yang mempunyai kompetensi unggul, cerdas, terampil dan berakhlak mulia. Pembinaan dan pembentukan kepribadian sesuai yujuan tertentu membutuhkan waktu dan proses berkelanjutan. Pembinaan mahasiswa sesuai dengan PTAI dan tujuan pendidikan nasional semakin sulit karena banyaknya tantangan. Apa yang dibina dalam kegiatan akademik dan non akademikkadang-kadang jauh berbeda dengan kondisi sosial budaya yang dialami mahasiswa ditengah-
33
tengah masyarakat yang sering menunjukan ketidaksesuaian antara yang seharusnya dengan kenyataan di lapangan. Adapun kondisi yang diharapkan dalam pembinaan dan pengembangan poyensi mahasiswa STAIN Pekalongan adalah : 1. Diterapkanya mahasiswa
pembinaan STAIN
dan
Pekalongan
pengembangan menuju
sukses
potensi tanpa
mengabaikan keragaman latar belakang, sosial budaya, idiologi, bentuk kondisi mahasiswa di masing-masing jurusan atau program studi. 2. Proporsi kegiatan bidang intrakurikuler dengan kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler harus semakin mendekati keseimbangan. 3. Terdapat ormawa yang mampu melibatkan mahasiswa secara keseluruhan dalam pengembangan dan aktualisasi diri, serta meningkatkan daya saing mahasiswa menghadapi kehidupan global dan persaingan lapangan pekerjaan. 4. Pemanfaatan sarana dan prasarana kampus secaraa optimal oleh pengurus ornawa dan mahasiswa pada umumnya dalam mengembangkanprogram kegiatan mahasiswa. 5. Tumbuhnya kesadaraan mahasiswa, khususnya pemimpin ornawa bahwa posisi mereka adalah bagian dari civitas akademika yang diharapkan dapat menjujung tinggi harkat dan martbat almamater.
34
6. Terciptanya iklim komunikasi idialogis antara pimpinan STAIN Pekalongan, staf pengajar, karyawan dan pengurus ornawa serta mahasiswa pada umumnya dalam memngatasi masalah yang dihadapi. 7. Meningkatkan keterlibatan para pembina ornawa dalam kegiatan
kemahasiswaan
mengembangkan
dan
untuk
membantu
melaksanakan
mahasiswa
program-program
kemahasiswaan dan aktualisasi diri mahasiswa. 8. Meningkatkan kesadaaran dan tanggung jawab mahasiswa dihadapan hukum dan atau peraturan yang berlaku, baik sebagai individu maupun sebagai pengurus ornawa dan menjadi bagian integral dari civitas akademika. 9. Terwujudnya komunikasi, sinkronisasi dan kerja samaa yang baik antara pimpinan pengurus STAIN Pekalongan, staf pengajar, karyawan dan pengurus ornawa dalam melaksanakan serta mengembangkan kegiatan mahasiswa. 10. Berkembangnya sistem informasi kemahasiswaan secara terencana, terarah dan berkesinambungan bagi pelaksanaan program kerja yang pada gilirannya akan melahirkan berbagai prestasi akademika dan non akademik yang membanggakan, baik ditingkat internal STAIN Pekalongan, lpkal, nasional maupun internasional. 7
7
Ibid., h. 14-16.
35
4. Strategi Pembinaan Dan Pengembangan a. Strategi Pembinaan dan pengembangan Mahasiswa Faktor umum yang perlu diperhatikan dalam pembinaan dan pengembangan kegiatan mahasiswa adalah : 1. Tujuan yang hendak dicapai 2. Materi yang akan disampaikan 3. Kondisi
objektif
mahasiswa
pada
saat
dilakukan
pembinaan dan pengembangan 4. Sarana dan prasarana yang tersedia 5. Pribadi dan kemampuan para pembina Lima faktor tersebut hendaklah selalu diperhatikan para pembina mahasiswa. sebagai contoh apabila kondisi objektif mahasiswa sekarang tidak setuju dengan kataa-kata perintah, maka seorang pembina dapat mencari bentuk lain seperti dengan cara dialog, sharing, musyawarah, coffe morning ataubentuk-bentuk lainnya. Berikut
hal-hal
yang
dapat
dilakukan
dalam
pengembangan mahasiswa, yaitu : 1. Dialektika dan sharing Dialog secara terus menerus mengenai hak dan kewajiban
mahasiswa
sebagaimana
terdapat
dalam
keputusan dirjen pendidikan Islam No. Dj.1/253/2007 tentang
pedoman
umum
organisasi
kemahasiswaan
36
perguruan tinggi islam, statuta STAIN Pekalongan, tata tertib mahasiswa dan aturan perundangan lainnya yang relevan perlu diupayakan. Tujuan dari dialog ini agar mahasiswa dapat memahami dan menganalisis secara akademik berbagai aturan yang ada dan pada akhirnya mereka secara sukarela melaksanakannya dengan sadar dan bertanggung jawab. Disamping dilakukan sosialisasi bagi peraturan yang bukan produk PTAI, juga dilakukan dialog terhadap setiap peraturan atau kebijakan perguruan tinggi, terutama yang menyangkut kebijakan publik, khususnya mahasiswa. seperti dialog tentang orientasi pengenalan akademik dan kemahasiswaan (OPAK), atau dengan nama Ta’aruf Studi Kampus (TASKA) di STAIN Pekalongan yang perumusan, konsep dan realisasinya melibatkan pengurus ormawa. Kosep OPAK/TASKA sebagai bahan dialog dapat berasal dari pimpinan perguruan tinggi atau pengurus ormawa dari mahasiswa yang bukan pengurus ormawa. 2. Partisipasi Pengembangan mahasiswa melalui bimbingan dan konseling, forum penasihat akademik, atau bentuk-bentuk lainnya
perlu
melibatkan
berbagai
pihak
termasuk
pimpinan, dosen dan karyawan. Permasalahan di bidang kemahasiswaan dan kegiatan pengembangan kemahasiswaan
37
bukan
hanya
tanggungjawab
pimpinan
di
bidang
kemahasiswaan, akan tetapi tanggungjawab semua pihak sekalipun dalam tugas dan tanggung jawab yang berbeda. Keberhasilan
dan
kemajuan
yang
dicapai
dalam
pengembangan kemahasiswaan tergantung pada seberapa besar keterlibatan pimpinan perguruan tinggi serta para staf pengajar
tersebut
dalam
kegiatan
pengembangan
kemahasiswaan. Artinya di dalamnya termasuk peranan staf pengajar dalam penyampaian pesan moral terhadap sikap dan perilaku mahasiswa dalam kampus, memotivasi dan membangkitkan kreativitas, penyadaran terhadap hak dan kewajiban mahasiswa, pemberian fasilitas dan dukungan serta pendampingan oleh dosen dalam berbagai kegiatan mahasiswa. Pembinaan, bimbingan dan pendampingan terhadap kegiatan mahasiswa dapat dilakukan dalam pertemuan formal dan non formal. 3. Peningkatan Komunikasi Melakukan dan mengembangkan komunikasi intensif di antara pimpinan dengan aktivis mahasiswa dari berbagai Ormawa merupakan seauatu yang sangat penting. Melalui pertemuan rutin, akan menciptakan persamaan persepsi dalam berbagai kebijakan dan aturan, menciptakan kondisi yang nyaman dalam kehidupan kampus dan sekaligus untuk
38
menghindari adanya miskomunikasi dan kesalahpahaman di antara warga kampus. 4. Perubahan Paradigma Pergeseran paradigma dari program kemahasiswaan yang
didominasi
wawasan
politik
praktis
menuju
peningkatan kemampuan hard skill dan soft skill mendesak segera
diwujudkan
agar
mahasiswa
mandiri
dalam
memasuki dunia kerja serta tangguh menghadapi tantangan di masa depan, mengingat dunia kerja sangat membutuhkan sosok yang mempunyai kemampuan hard skill dan soft skill yang baik. 5. Prioritas Berbagai Program Unggulan Melakukan dan mendorong berbagai kegiatan unggulan yang
mencakup
kegiatan
penalaran
dan
keilmuan,
pembangkitan semangat kewirausahaan, peningkatan daya saing, kepekaan sosial dan nilai-nilai spiritual. Hal ini sangat penting dilakukan karena faktor motivasi sangat signifikan
dalam
menunjang
kesuksesan
seseorang
termasuk merealisir kegiatan-kegiatan kemahasiswaan. Motivasi yang tinggi dengan intelligence quotient (IQ) yang cukup, sering lebih memberikan peluang hidup sukses disbanding dengan motivasi rendah dengan intelligence quotient (IQ) yang tinggi.
39
6. Penciptaan Suasana Kondusif Membentuk suasana kondusif agar mahasiswa tidak terlibat dalam kegiatan politik praktis, sehingga kegiatan akademik mereka dapat berjalan sesuai yang diharapkan dan
kondusif
adalah
sebuah
keniscayaan.
Hal
ini
dimaksudkan antara lain untuk tidak memberi izin kegiatan di lingkungan kampus bagi organisasi luar perguruan tinggi maupun organisasi lain yang merupakan onderbouw parpol/ormas tertentu. Seperti kebijakan pimpinan untuk tidak menghadirkan pengurus partai politik di kampus untuk melakukan kampanye dan atau menggunakan kampus sebagai sumber mendapatkan pendukung partai. 7. Pendampingan Kegiatan Mengangkat staf pengajar atau karyawan sebagai pembina/pendamping kegiatan kemahasiswaan bagi setiap lembaga Ormawa dengan menjalankan peran sebagai pemberdaya, fasilitator dan motivator. Staf pengajar atau karyawan haruslah menganggap mahasiswa sebagai mitra kerja, bukan hubungan atasan dan bawahan. Hubungan pembina/pembimbing dan mahasiswa sebagai mitra kerja, akan menciptakan suasana edukatif, fleksibel, setara dan dialogis. Diharapkan dengan adanya pembina/pembimbing kemahasiswaan ini, kegiatan Ormawa tidak sekedar
40
merupakan kegiatan statis dan rutin, tetapi kegiatan yang dinamis-kreatif, terencana dan berkesinambungan. 8. Peningkatan Wawasan Dalam rangka pengembangan sikap dan jatidiri mahasiswa sebagai insan akademis, perlu dilakukan kegiatan peningkatan wawasan dan kualitas mahasiswa melalui berbagai kegiatan terstruktur seperti seminar, diskusi, lokakarya, penelitian, kewirausahaan, pengabdian dan pelatihan-pelatihan. 9. Pengalokasian
Dana
Pembinaan
dan
Pengembangan
Mahasiswa Dana memiliki peranan penting dalam menunjang pembinaan dan pengembangan kegiatan mahasiswa. Tanpa dana yang memadai, sulit suatu program kegiatan dapat berjalan lancar. Di samping dana yang telah disediakan, mahasiswa atau pengurus Ormawa sebaiknya cerdas mencari dana untuk pelaksanaan kegiatan. Penggalian dana dapat dilakukan dengan mencari sponsor atau kerjasama dengan institusi lain yang saling menguntungkan. 10. Pemberian Penghargaan Pimpinan sivitas akademika sebaiknya merencanakan untuk memberikan penghargaan kepada mahasiswa dan pembina
atau
pendamping
kemahasiswaan
yang
41
menunjukkan prestasi terpuji dalam bentuk materi maupun sertifikat penghargaan. Demikian juga memberikan sanksi tegas kepada mahasiswa dan pembina atau pendamping kemahasiswaan yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan yang berlaku. Pemberian penghargaan bagi yang berprestasi akan dapat meningkatkan motivasi dan menggembirakan. Sebaliknya, pemberian sanksi dapat menghentikan
perbuatan
yang
tidak
sesuai
dengan
moralitas untuk masa-masa yang akan datang.8 5. Program Kerja Pembinaan Dan Pengembangan Mahasiswa adalah insan akademis yang memiliki idealisme tinggi. Karenanya citra yang harus ditampilkan mahasiswa adalah citra yang mencerminkan kemampuan intelektual dan profesional.9 Citra ini antara lain tampil dalam perwujudan daya nalar dan kritis analitis yang kuat dalam menuangkan gagasan untuk penyusunan program dan kegiatan kemahasiswaan yang realistis dan berkualitas. Program pengembangan kemahasiswaan disusun mengacu pada kondisi mahasiswa di perguruan tinggi masing-masing serta berpedoman pada strategi pengembangan kegiatan kemahasiswaan. Sebagai catatan, perlu diingat bahwa dunia mahasiswa selalu mengalami perubahan dan perkembangan dari waktu ke waktu secara akademis. Karenanya para penyusun program pengembangan 8 9
Panduan Satuan Kredit Kegiatan Mahasiswa STAIN Pekalongan 2013, h. 17-22. H Muslih Husein Wakil Ketua Puket III, Wawancara Pribadi, tanggal 10 Februari 2015.
42
kemahasiswaan di perguruan tinggi perlu pemahaman mendalam terhadap masalah kemahasiswaan pada saat tertentu. Dinamika kehidupan mahasiswa dipengaruhi
oleh faktor internal di
perguruan tinggi, maupun eksternal yang ada di tingkat lokal, regional maupun nasional. Pengaruh perkembangan sain dan teknologi,
globalisasi
informasi
dan
demokratisasi
secara
signifikan memengaruhi pola pikir dan perilaku mahasiswa. Pemahaman akan kondisi internal dan eksternal diharapkan menjadi dasar acuan dalam merencanakan, mengembangkan dan melaksanakan program dan kegiatan kemahasiswaan yang sesuai dengan kebutuhan saat ini di masing-masing perguruan tinggi. Kegiatan dalam program pengembangan kemahasiswaan pada dasarnya dapat dikelompokkan atas : a. Penalaran dan Keilmuan Kegiatan kemahasiswaan bertujuan menanamkan sikap ilmiah, merangsang daya kreasi dan inovasi, meningkatkan kemampuan meneliti dan menullis karya ilmiah, pemahaman profesi, dan kerjasama mahasiswa dalam tim, baik di perguruan tinggi sendiri maupun antar perguaruan tinggi. Keikutsertaan mahasiswa dalam kegiatan ilmiah di luar kegiatan akademik, dapat diselenggarakan baik di dalam kampus maupun di luar kampus. Penalaran dan keilmuan ini dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, antara lain :
43
1) Forum akademik Adalah
segala
bentuk
pertemuan
ilmiah,
baik
intrakurikuler, kokurikuler maupun ekstrakurikuler, seperti seminar, simposium, lokakarya, diskusi, studium generalle, workshop dan pelatihan penelitian mahasiswa. 2) Lomba Karya Ilmiah Adalah segala bentuk kegiatan ilmiah yang bersifat kompetitif yang dilaksanakan baik di dalam maupun di luar kampus, seperti Pekan Ilmiah Mahasiswa (PIM), Lomba Karya Tulis Mahasiswa (LKTM), Lomba Pidato Bahasa Asing, Debat Ilmiah dalam bahasa asing, Program Kreativitas Mahasiswa, Pameran Ilmiah, Penerbitan Karya Ilmiah Mahasiswa dan lomba yang bernuansa ilmiah lainnya. b. Minat, Bakat dan Kegemaran (MBK) Adalah
segala
bentuk
kegiatan
penyaluran
dan
pengembangan minat, bakat dan kegemaran mahasiswa. MBK bertujuan meningkatkan kemampuan dan menumbuhkan apresiasi mahasiswa terhadap olah raga, seni, kepramukaan, perkoperasian, belanegara, da’wah, gerakan cinta alam, jurnalistik, studi gender, bakti sosial, Resimen Mahasiswa, pers kampus, pecinta alam, teater dan korps suksrela Palang Merah Indonesia.
44
Kegiatan diwujudkan dalam bentuk Pekan Ilmiah, Olahraga, Seni, dan Riset (PIONIR), Kegiatan Pramuka, Kewirausahaan, Kegiatan Resimen Mahasiswa, Pelatihan Dai Pembangunan, Ekspedisi Alam dan Bakti Sosial, Penerbitan Kampus, workshop studi gender, Pertunjukan Seni dan mengikutsertakan mahasiswa dalam perkemahan Wirakarya PTAI se Indonesia. c. Bidang Organisasi Adalah segala bentuk kegiatan yang dapat meningkatkan kompetensi mahasiswa dalam bidang organisasi. Banyak mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan organisasi, baik yang bersifat kepanitiaan maupun kelembagaan intra dan ekstra kampus. Pembinaan di bidang organisasi kemahasiswaan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam manajemen praktis organisasi, kepemimpinan dan kemampuan bekerjasama. Bentuk-bentuk organisasi intra kampus di PTAI pada dasarnya dibagi dalam tiga bidang, yakni di bidang legislatif, eksekutif dan profesi. Untuk organisasi mahasiswa bidang Legislatif adalah Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM)/Senat Mahasiswa (SEMA) dan organisasi mahasiswa bidang
Eksekutif
adalah
Badan
Eksekutif
Mahasiswa
(BEM)/Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA). Sedangkan organisasi di bidang profesi yakni Unit Kegiatan Khusus
45
(UKK) yang terdiri dari Resimen Mahasiswa (Menwa), Koperasi Mahasiswa (Kopma), Pramuka dan Korps Suka Rela Palang Merah Indonesia (KSR, PMI) dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang terdiri atas unit kegiatan Seni Islam, Olah Raga, Studi Gender, Pendidikan Tilawatil Qur’an, Pecinta Alam, Seni Teater, Penerbitan, Da’wah Kampus dan Spirit Berbahasa Asing (Inggris dan Arab). d. Pembinaan dan Pengembangan Kepribadian Adalah segala bentuk kegiatan yang mengarah pada pembentukan kepribadian muslim, seperti training ESQ (Emotional Spiritual Quotient), Implementasi Tata Tertib Mahasiswa, Implementasi Tata Tertib sekretariat mahasiswa (Graha Mahasiswa) dan lain-lain. e. Kesejahteraan dan Kepedulian Sosial Adalah segala bentuk kegiatan yang bertujuan untuk menyejahterakan mahasiswa sebagai insan akademis, baik dalam bentuk pemberian beasiswa, asrama mahasiswa, kantin mahasiswa,
koperasi
mahasiswa,
poliklinik
mahasiswa,
bimbingan dan konseling, masjid kampus dan sarana prasarana lain. Dalam kepedulian sosial, mahasiswa didorong untuk meningkatkan pengabdian kepada masyarakat, menanamkan rasa persatuan dan kesatuan bangsa, menumbuhkan kecintaan
46
pada tanah air dan lingkungan, kesadaran kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang bermartabat. Mahasiswa dapat mengikuti kegiatan bakti sosial, baik dalam bentuk kegiatan terprogram maupun insidental di dalam dan di luar kampus. Program kesejahteraan dan kepedulian sosial bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan fisik, mental dan kerohanian mahasiswa. f. Kegiatan Penunjang 1) Bertujuan untuk meningkatkan sikap dan kemampuan staf pengajar dan karyawan dalam keterlibatannya membimbing kegiatankemahasiswaan Kegiatan pembimbingan dalam bentuk Pelatihan Orientasi Pengembangan Pembimbing Kemahasiswaan (POPPK), Pelatihan Pelatih Ketrampilan Manajemen Mahasiswa (PPKMM), Pelatihan Pembimbing Penalaran Mahasiswa (PPPM) dan kegiatan sejenis lainnya. 2) Meningkatkan sarana dan prasarana kegiatan mahasiswa. Dalam hal ini dapat berbentuk pengembangan informasi kemahasiswaan, pengadaan dan pemeliharaan sarana prasarana dan kegiatan lain yang sejenis. g. Realisasi Program Pengembangan Realisasi tergantung
program
pada
bidang
kemahasiswaan
profesionalisme
mahasiswa
sangat dalam
melaksanakan program tersebut. Sementara itu mahasiswa
47
juga
berkewajiban melaksanakan kegiatan akademiknya.
Diakui bahwa faktor yang menjadikan suatu program dapat dilaksanakan khususnya di bidang kemahasiswaan antara lain semangat kerja mahasiswa, sumber daya dan dana, manajemen waktu, sarana prasarana, atmosfir sosial-akademik kampus dan kondisi nasional.10
B. Persepsi 1. Definisi Persepsi Persepsi atau biasa orang kenal dengan istilah pandangan atau pendapat berasal dari bahasa asing yaitu perception yang mempunyai arti tanggapan, pengertian, penglihatan atau daya pemahaman11. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, persepsi adalah tanggapan (penerimaan)
langsung
dari
sesuatu.12
W.J.S
Poewardaminta,
menjelaskan istilah persepsi diartikan sebagai suatu yang serap, diterima dengan suatu panca indera, seperti melihat, mendengar, merasai ataupun sering diterjemahkan sebagai bayangan dalam angan-angan, pendapat pemandangan, sebutan atau reaksi yang pada hakekatnya mengarah
10
Panduan Satuan Kredit Kegiatan Mahasiswa STAIN Pekalongan 2013, h. 23-26. 11 Zaenul Bahry, Kamus Umum: Khususnya Bidang Hukum dan Politik, (Bandung: Angkasa, 1996),h. 124. 12 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001),cet. Ke-II edisi III, h. 863.
48
kepada apa yang ditanggapinya melalui panca indera terbayang dalam angan-angannya.13 Persepsi dalam makna di atas, dititikberatkan pada tanggapan berdasarkan panca indera. Menurut Daffidof dalam Miftah Toha mengatakan bahwa “persepsi didefinisikan sebagai proses yang mengorganisir data-data indera kita untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari sekeliling kita, termasuk sadar akan dirinya sendiri. Menurut Miftah Toha, persepsi pada hakekatnya merupakan proses kognitif yang dialami oleh setiap orang didalam memahami informasi tentang lingkungan baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman.14 Jalaludin Rahmat juga berpendapat bahwa persepsi adalah pengalaman tentang peristiwa, obyek atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.15 Menurut Stephent P Robbins, persepsi merupakan sebuah proses mengatur dan menafsirkan kesan panca indra yang dilakukan oleh individu untuk memahami lingkungannya. Proses ini bersifat pribadi sehingga dalam mengartikan sebuah objek terjadi pemahaman yang secara substansi berbeda dengan realita sesungguhnya.16
13
W.J.S. Poewardaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), cet ke-15, h. 675. 14 Miftah Toha, Perilaku Organisasi, Konsep Dasar dan aplikasinya, (Jakarta: PT Remaja Grafindo Persada, 2000), h. 123. 15 Jalaludin Rahmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011),h.50. 16 Stephent P. Robbins, Perilaku Organisasi: Konsep, Kontrovensi, Aplikasi, (Jakarta: PT. Prenhallindo, 1996), h. 124.
49
John Echois dan Hasan Sadly mengatakan bahwa persepsi adalah penglihatan, tanggapan, pemahaman, terhadap sesuatu. Tanggapan atau pemahaman yang dimaksud disini adalah sesuatu obyek yang terkena persepsi dengan kata lain, persepsi berhubungan dengan proses masuknya pesan.17 Berdasarkan pengertian persepsi diatas dapat disimpulkan persepsi merupakan segala sesuatu yang diterima oleh panca indra terhadap lingkungan sekitar kita sehingga kita dapat melihat, memahami, dan mengerti yang terjadi di lingkungan kita. 2. Sebab-sebab Terjadinya Persepsi Menurut Stephent P. Robbint perbedaan persepsi disebabkan oleh beberapa faktor yaitu perceiver (orang), situasi dan target. Perceiver dipengaruhi oleh karakter pribadinya, seperti tabiat, motif, interest, pengelaman, dan pengharapan. Situasi dipengaruhi oleh waktu, latar belakang pekerjaan dan latar sosial. Sedangkan target dipengaruhi oleh sesuatu yang baru, usulan, ukuran, latar belakang dan pendekatan.18 Jalaludin Rahmat juga menambahkan bahwa persepsi ditentukan oleh dua faktor personal dan faktor situasional. Faktor personal terdiri dari beberapa unsur misalnya unsur biologis, sosiopsikologis yang terdiri dari motif, sikap, kebiasaan dan kemauan. Adapun faktor situasional berasal dari kebutuhan dan pengalaman.19
17
John Echois dan Hasan Sadly, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 2009), Cet XXIV, h. 423. 18 Stephent P. Robbins, Op Cit., h. 124. 19 Jalaludin Rahmat, Op Cit., h. 51.
50
Persepsi sebetulnya merupakan salah satu bentuk implementasi dari interpretasi individu atau kelompok terhadap suatu objek, lahir secara terproses, sebagai berikut. Proses perhatian dan seleksi, sebagaimana yang telah dikemukakan, untuk dapat terlaksana sangat ditentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi stimulus lingkungan seperti ukuran, insentitas, frekuensi, gerakan, perubahan dan baru stimulus yan muncul. Proses selanjutnya penafsiran stimulus. Pada proses ini merupakan suatu aspek kognitif dan perspektif yang amat penting, proses penafsiran tergantung pada cara pendalaman (learning), motivasi dan kepribadian
seseorang.
Pendalaman,
motivasi,
dan
kepribadian
seseorang akan berbeda dengan orang lain. Oleh karena itu, penafsiran terhadap suatu informasi yang sama akan berbeda antara orang lain yang satu dengan orang lain yang lainnya. Di sinilah letak sumber perbedaan pertama dari persepsi dan itulah sebabnya menganggap penafsiran merupakan hal yang penting.20 Berdasarkan definisi tentang persepsi yang telah dikemukakan di atas, terdapat dua faktor yang menimbulkan persepsi yaitu faktor internal, di antaranya tergantung kepada proses pemahaman sesuatu termasuk di dalamnya sistem nilai dan tujuan, kepercayaan dan tanggapannya terhadap hal yang dicapai, dan faktor eksternal berupa lingkungan.21
20
Miftah Toha, Op Cit., h. 127. Ibid., h. 121.
21
51
Kedua faktor ini menimbulkan persepsi karena didahulukan oleh suatu proses yang dikenal dengan komunikasi. Demikian pula proses komunikasi ini terselenggarakan dengan baik atau tidak ditentukan oleh masing-masing pihak yang terlibat dalam proses komunikasi tersebut. Karena terlalu banyak stimulus yang dipengaruhi oleh lahirnya persepsi, maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi pemilihan persepsi. Banyaknya stimulus yang dating terhadap orang-orang, maka mereka memerlukan penyeleksian sehingga diperoleh suatu stimulus yang tepat. Miftah Toha mengatakan bahwa cara orang memilih stimulus tersebutditentukan oleh prinsip-prinsip pada saat dilakukan pemilihan persepsi. Dalam pemilihan persepsi dikemukakan olehnya ada dua factor yang mempengaruhi proses pemilihan persepsi, yaitu: a. Faktor-faktor perhatian dari luar, terdiri dari intensitas, ukuran, keberlawanan, pengulangan, gerakan dan lain sebagainya, serta halhal baru berikut ketidak asingan sebagaimana yang telah diungkapkan di atas. b. Faktor dari dalam antara lain proses belajar, motivasi dan kepribadian. Faktor motivasi dan kepribadian pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dengan proses belajar. Seseorang mempunyai persepsi terhadap suatu objek sangat ditentukan oleh motivasi orang yang bersangkutan, biasanya motivasi itu terwujud karena tujuan yang ingin dicapai yang berada di luar orang tersebut.
52
Selain faktor-faktor yang telah dikemukakan di atas terdapat faktor lain
yang
mempengaruhi
persepsi
seseorang.
Menurut
Frech
Crutchfield, latar belakang cultural mempengaruhi persepsi seseorang. Selain sudah umum perlu diketahui bahwa keadaan ekonomi juga ikut memberikan pengaruh terhadap persepsi seseorang. Dengan demikian persepsi dapat dipengaruhi oleh factor social ekonomi sebagai posisi yang ditempati individu maupun keluarga berkenaan dengan ukuran rata-rata yang umumnya berlaku untuk pemilikan cultural, pemilihan barang-barang
dan
partisipasi
dalam
aktivitas
kelompok
dan
komunitasnya.22 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Proses terbentuknya persepsi sangat kompleks, dan ditentukan oleh dinamika yang terjadi dalam diri seorang ketika ia mendengar, mencium, melihat, merasa, atau bagaimana dia memandang suatu obyek dalam melibatkan aspek psikologis dan panca inderanya. Menurut Bimo Walgito dalam bukunya Pengantar Psikologi Umum disebutkan beberapa faktor yang berperan dalam persepsi , yaitu:23 a. Objek yang dipersepsi Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus datang dari luar individu dan yang mempersepsi, tetapi juga datang dari dalam diri individu.
22
Karl Savastoga, Deferensial Sosial,(Jakarta: Bina Aksara, 1989), h. 26. Bimo Walgito, Pengantar Psikologi, (Yogyakarta: Andi Offset, 2004), h. 89.
23
53
b. Alat Indera Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus dan sebagai alat untuk mengadakan respon merupakan syarat fisiologi. c. Perhatian Untuk menyadari atau mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian. Perhatian merupakan pemutusan atau konsentrasi diri seluruh aktivitas individu yang diajukan kepada sekumpulan obyek merupakan syarat psikologis. 4. Jenis-jenis Persepsi Menurut Walgito ada beberapa jenis persepsi yaitu: persepsi melalui indera pendengaran, persepsi melalui indera penciuman, persepsi melalui indera pengecapan dan persepsi melalui indera kulit atau perasa. Sedangkan menurut Irwanto sebagaimana dikutip oleh Bimo Walgito dalam bukunya yang berjudul pengantar psikologi ada dua jenis persepsi yaitu:24 a. Persepsi positif, yaitu persepsi yang menggambarkan segala pengetahuan dan tanggapan yang selaras dengan objek persepsi yang diteruskan dengan upaya pemanfaatannya. b. Persepsi negatif, yaitu persepsi yang menggambarkan segala pengetahuan dan tanggapan yang tidak selaras dengan objek persepsi.
24
Ibid., h. 124.
54
Hal ini akan diteruskan dengan kepastian untuk menerima atau menolak dan menentang segala usaha obyek ayang dipersepsikan. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa persepsi berasal dari panca indera, apabila persepsi tersebut selaras dengan pengetahuan maka hal tersebut dikatakan sebagai persepsi positif, akan tetapi jika objek persepsi tidak selaras dengan pengetahuan maka hal tersebut akan menjadi persepsi negatif. 5. Proses Terjadinya Persepsi Proses persepsi yang rumit ini tergantung pada sistem sensori dan otak. Sistem sensori akan mendeteksi informasi, mengubahnya menjadi impuls saraf, mengolah beberapa di antaranya dan mengirimkannya ke otak melalui benang-benang saraf. Otak memainkan peranan yang luar biasa dalam mengelola data sensorik. Karena itu, dikatakan bahwa persepsi tergantung pada empat cara kerja, yaitu: deteksi (pengenalan), transaksi(pengubahan diri satu energi ke bentuk energi yang lain), transmisi (penerusan) dan pengolahan informasi.25 Menurut Bimo Walgito, terjadinya persepsi melalui suatu proses, yaitu melalui beberapa tahap sebagai berikut: a. Suatu obyek atau sasaran menimbulkan stimulus, selanjutnya stimulus tersebut ditangkap oleh indera. Proses ini berlangsung secara alami dan berkaitan dengan segi fisik. Proses tersebut dinamakan proses kealaman. 25
Abdul Rahman Shaleh,Psikologi: Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 116.
55
b. Stimulus suatu obyek yang diterima oleh alat indera, kemudian disalurkan ke otak melalui syaraf sensoris, proses pentransferan stimulus ke otak disebut proses psikologis, yaitu berfungsinya alat indera secara normal. c. Otak selanjutnya memproses stimulus hingga individu menyadari obyek yang diterima oleh alat inderanya. Proses ini juga disebut proses psikologis. Dalam hal ini terjadilah adanya proses persepsi yaitu suatu proses dimana individu mengetahui dan menyadari suatu objek berdasarkan stimulus yang mengenai alat inderanya. Keadaan menunjukkan bahwa individu tidak hanya dikenai satu stimulus saja, tetapi individu dikenai berbagai macam stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan sekitar, tetapi tidak semua stimulus mendapatkan
respon
tersebut.
Secara
skematis
dikemukakan sebagai berikut. St St
St
SP
Respon
Fi
Fi
Keterangan: St : Stimulus (faktor luar) Fi : Faktor internal
Fi
hal
ini
dapat
56
Sp : Struktur pribadi (organism)26 Skema tersebut memberikan makna bahwa individu menerima bermacammacam stimulus yang dating dari lingkungan. Tetapi tidak semua stimulus akan diperhatikan atau akan diberikan respon. Individu mengadakan seleksi terhadap stimulus yang mengenainya, dan disini berperannya perhatian. C. Mahasiswa 1. Pengertian Mahasiswa Mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi.27 Sedangkan perguruan tinggi ialah tempat pendidikan dan pengajaran tingkat tinggi seperti pada sekolah tinggi, universitas, akademik.28 Biasanya misi perguruan tinggi bersifat umum yakni mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana diamanatkan dalam pembukaan undang-undang 1945.29 Mahasiswa juga disebut dengan moral force seperti yang disebutkan dalam bukunya Syahrin Harahap yang berjudul Penegakan Moral Akademik di Dalam dan Di Luar Kampus, hampir disepakati oleh semua kalangan bahwa mahasiswa adalah penyandang predikat sebagai moral force, dalam kehidupan berbangsa, beragama, dan masyarakat, lebih dari komponen lain. Bahkan di era reformasi popularitas mahasiswa cenderung mengalahkan popularitas penegak
26
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi, (Yogyakarta: Andi Offset, 2004), h. 91. Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (jakarta : Balai Pustaka, 1998), h. 543. 28 Ibid; h. 288. 29 Wahjoetomo, Perguruan Tinggi Pesantren :Pendidikan Alternatif Masa Depan, (Jakarta: Gema Insani, 1997), h. 58. 27
57
moral yang lain, seperti para ulama dan guru. Memang setelah reformasi,
secara
umum
kepedulian
mahasiswa
peninggkatan liar biasa sebagai penggerak perubahan
mengalami (agent of
change), kekuatan moral (moral force), dan kekuatan intlektual (intellectual force).30 Dalam buku Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi karangan Hisyam Zaini dkk, menyatakan bahwa mahasiswa adalah orang dewasa yang sudah mampu berfikir kritis dan dapat membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik untuk diri mereka. Disamping itu mahasiswa juga dapat menggunakan kemampuan untuk mereka belajar
tanpa harus dipaksa. Berdasarkan alasan tersebut
seseorang dan dosen dapat menyampaikan materi perkuliahan dengan tujuan agar mahasiswa mempunyai jiwa kemandirian dalam belajar dan kalau bisa diusahakan untuk menumbuhkan daya kreatifitas sehingga mampu membuat inovasi-inovasi.31 Jadi mahasiswa itu ialah pelajar yang sedang menjalani aktifitas kegiatan belajar mengajar pada sebuah lembaga jenjang perguruan tinggi dan penyandang gelar moral force sehingga mampu mengadakan perubahan perubahan sosial dalam kehidupan masayarakat. Sedangkan kemahasiswaan adalah suatu bagian dari perguruan tinggi, yang peranannya di tunjuk jelas dalam GBHN. Namun jika kita
30
Syahrir Harahap, Penegak Moral Akademik di Dalam dan di Luar Kampus, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h. 19. 31 Hisyam Zaini dkk, Strategi Pembelajaran Aktif dan Perguruan Tinggi, (Yogyakarta: CTSP, 2002), h. 107.
58
ingin menempatkan mahasiswa suatu kekuatan sosial yang lebih mandiri, sebagai unsur modernisasi atau pendukung proses perubahan sosial, suatu gambaran yang lebih konsepsionil dari sudut sosiologis dari proses pembangunan secara umum kiranya perlu kita miliki.32 Mahasiswa yang sering dijuluki sebagai calon intlektual atau jg cendekiawan muda, merupakan suatu lapisan elite ditengah lapisan masyarakat yang sering kali sarat dengan berbagai predikat. Mereka sering dijuluki sebagai agent of exchange atau juga disebut dengan agent of modernizatio, demikian pula kadangkala dinamai sebagai agent of development. Predikat semacam itu sesungguhnya tidak lain merupakan gambaran tentang harapan dan sekaligus tanggung jawab kesejarahan yang dibebankan dipundak mereka, dalam kaitan peran masa depan dalam kehidupan masyarakat. Sebagai cendekiawan muda, maka mahasiswa sebagaimana dikemukakan oleh Lewis Coser adalah orang-orang yang kelihatannya tidak pernah puas menerima kenyataan sebagaimana adanya. Mereka mempertanyakan kebenaran yang berlaku pada suatu saat, dalam hubungannya dengan kebenaran yang lebih tinggi dan lebih luas.33
32
Mohammad Djazman Al-Kindi dkk, Mahasiswa dan Masa Depan Politik Indonesia, (Yogyakarta: PSIP DPP IMM, 1993), h. 75. 33 Ibid; h. 107
59
2. Tugas Mahasiswa a. Kuliah Kuliah dalam kamus besar bahasa Indonesia mempunyai arti “pelajaran yang diberikan” atau “ceramah”. Namun pada umumnya kata “kuliah” dikaitkan dengan perguruan tinggi atau pendidikan tinggi yang sering diartikan sebagai proses belajar atau proses pembelajaran.34 Mata kuliah dibagi menjadi dua, mata kuliah teori dan mata kuliah praktek. 1). Mata kuliah teori Kuliah dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Mahasiswa dalam mengikuti kegiatan perkuliahan wajib mengikuti kegiatan kuliah sekurang-kurangnya 75% dari kehadiran dosen. Dalam satu semester perkuliahan dilaksanakan minimal 12 kali pertemuan dan maksimal 16 kali pertemuan. Prosedur perkuliahan ialah dimulai dengan penjelasan secara teoritis yang dilanjutkan
dengan
praktikum
untuk
mata
kuliah
yang
mengharuskan adanya praktikum. Tugas- tugas mahasiswa antara lain : a). Penulisan makalah b). Tinjauan buku (book review) c). Tugas lapangan.35
34
http://www.wikipedia.org/arti-kuliah.html 9 Februari 2015 Buku Pedomoan Penyelenggaraan Pendidikan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pekalongtan Tahun Akademik 2010-2011, (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2010/2011), h. 44 35
60
2). Mata kuliah praktik Mata kuliah praktik terdiri dari dua (2) mata kuliah yaitu, kuliah kerja lapangan (KKL) dan kuliah kerja nyata (KKN). Kuliah kerja lapangan dalah kegiatan intra kulikuler yang dilaksanakan oleh mahasiswa berbentuk latihan ketrampilan dan tugas-tugas kerja praktik. Sedangkan kuliah kerja nyata ialah kegiatan intra kurikuler yang dalam pelaksanaannya memadukan aspek Tri Dharma Perguruan Tinggi.36
36
Ibid, h. 121 dan 128