BAB II RUANG LINGKUP TERJADINYA KEKERASAN TERHADAP ANAK DALAM LEMBAGA PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR NEGERI DI KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN
A. Kekerasan terhadap Anak Abuse adalah kata yang biasa diterjemahkan menjadi kekerasan, penganiayaan, penyiksaan atau perlakuan salah. Sedangkan Child Abuse adalah istilah yang biasa digunakan untuk menyebut kekerasan terhadap anak. Richard J.Gelles dalam Encylopedia Article from Encarta, emotional harm to children menyebutkan bahwa kekerasan terhadap anak adalah perbuatan disengaja yang menimbulkan kerugian atau bahaya terhadap anak-anak secara fisik maupun emosional. Istilah Child Abuse meliputi berbagai macam bentuk tingkah laku, dari tindakan ancaman fisik secara langsung oleh orang tua atau orang dewasa lainnya sampai kepada penelantaran kebutuhan-kebutuhan dasar anak.39 Secara teoritis, kekerasan terhadap anak (child abuse) dapat didefenisikan sebagai perlakuan fisik , mental atau seksual yang umumnya dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai tanggung jawab terhadap kesejahteraan anak yang mana itu semua diindikasikan dengan kerugian dan ancaman terhadap kesehatan dan kesejahteraan anak.40
39
Abu Huraerah, Kekerasan Terhadap Anak, Bandung : Nuansa, 2007, hlm.47 Bagong Suyanto dan Sri Sanituti Hariadi, Krisis & Child Abuse Kajian Sosiologis Tentang Kasus Pelanggaran Hak Anak yang Membutuhkan Perlindungan Khusus ,Surabaya : Airlangga University Press, 2002,hlm.115 40
Universitas Sumatera Utara
Menurut Barker Kekerasan terhadap anak adalah tindakan melukai yang berulang-ulang secara fisik dan emosional terhadap anak yang ketergantungan, melalui desakan hasrat, hukuman badan yang tak terkendali, degradasi dan cemoohan permanen atau kekerasan seksual, biasanya yang dilakukan oleh orang tua atau pihak lain yang seharusnya merawat anak.41 Menurut Undang-undang Nomor 35 tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak bahwa kekerasan adalah setiap perbuatan terhadap anak yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, psikis, seksual, dan/atau penelantaran, termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan , atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum.42 1.
Bentuk Kekerasan Terhadap Anak Terry E.Lawson , mengklasifikasikan kekerasan terhadap anak (child
abuse) menjadi empat bentuk, yaitu : emotional abuse, verbal abuse, physical abuse dan sexual abuse. 43 Emotional abuse (kekerasan emosional), menunjuk pada keadaan yang orang tua/wali gagal menyediakan lingkungan yang penuh cinta kasih kepada seorang anak untuk bisa bertumbuh dan berkembang. Perbuatan yang dapat menimbulkan kekerasan emosional ini, seperti : tidak memperdulikan, mendiskriminasikan, meneror, mengancam atau secara terang-terangan menolak
41
Barker dalam Abu Huraerah,Op.Cit, hlm.47 Pasal 1 angka 15 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak 43 Abu Huraerah,Op.Cit,hlm.47 42
Universitas Sumatera Utara
anak tersebut. Bentuk-bentuk tindak kekerasan mental : dipelototi, digoda, diomeli, dicaci, diludahi, digunduli, diancam, diusir, disetrap, dipaksa tulis dan hafal, dipaksa bersihkan wc/kerja, dipaksa cabut rumput/kerja.44 Verbal abuse (kekerasan) verbal adalah kekerasan terhadap perasaan dengan menggunakan kata-kata yang kasar tanpa menyentuh fisiknya. Akibatnya, ucapan atau kalimat yang dilontarkan tersebut dapat memengaruhi kondisi emosional anak. Umumnya, kekerasan verbal dilakukan oleh orang dewasa kepada anak tidak disertai dengan niat jahat. Awalnya, pada beberapa kasus, orangtua/guru/orang dewasa melakukan hal tersebut dengan tujuan baik, yakni untuk mendidik si anak, namun pemilihan katanya tidak tepat sehingga membuat anak terganggu perasaannya.45 Physical abuse (kekerasan fisik), menunjukkan pada cedera yang ditemukan pada anak, bukan karena suatu kecelakaan tetapi cedera tersebut adalah hasil pemukulan dengan benda atau beberapa penyerangan yang diulang-ulang. Physical neglet (pengabaian fisik) kategori kekerasan ini dapat diidentifikasi secara umum dari dari kelesuan seorang anak, kepucatan dan dalam keadaan kurang gizi. Bentuk-bentuk kekerasan fisik dapat berupa : dicekoki, dijewer, dicubit, dijambak, dijitak, digigit, dicekik, direndam, disiram, diikat, didorong, dilempar,diseret,ditempeleng,dipukul, disabet,
digebuk, ditendang, diinjak,
dibanting, dibentur, disilet,ditusuk,dibacok,dibusur/dipanah, disundut, disetrika,
44
Maidin Gultom,Op.Cit,hlm.3 Faizatul Faridy, Kekerasan Verbal dan Dampaknya pada Pendidikan Anak Usia Dini, http://www.kompasiana.com/faieza/kekerasan-verbal-dan-dampaknya-terhadap-mental-anak-usiadini_566fa851529773ab0f4241dc, diakses pada hari Selasa 22 Maret 2016 pukul 15.28 WIB 45
Universitas Sumatera Utara
disetrum, ditembak, berkelahi, dikeroyok, disuruh push up, disuruh lari, disuruh berjalan dengan lutut.46 Sexual abuse (kekerasan seksual),
kepada setiap aktivitas seksual,
bentuknya dapat berupa penyerangan atau tanpa penyerangan. Kategori penyerangan, menimbulkan penderitaan berupa cedera fisik, kategori kekerasan seksual tanpa penyerangan menderita trauma emosional. Bentuk-bentuk kekerasan seksual : dirayu, dicolek, dipeluk dengan paksa, diremas, dipaksa onani, oral seks, anal seks, diperkosa.47 Sementara itu Suharto, mengelompokkan kekerasan terhadap anak menjadi : physical abuse (kekerasan secara fisik), pysicho logical abuse (kekerasan secara psikologis), sexual abuse (kekerasan secara seksual), dan social abuse (kekerasan secara sosial) . Keempat bentuk child abuse ini dapat dijelaskan sebagai berikut48 : a. Kekerasan anak secara fisik, adalah penyiksaan, pemukulan, dan penganiayaan terhadap anak, dengan atau tanpa menggunakan bendabenda tertentu, yang menimbulkan luka-luka fisik atau kematian pada anak. Bentuk luka dapat berupa lecet atau memar akibat persentuhan atau kekerasan benda tumpul, seperti bekas cubitan gigitan, ikat pinggang atau rotan. Dapat pula berupa luka bakar akibat bensin panas atau berpola akibat sundutan rokok atau setrika. Lokasi luka biasanya ditemukan pada daerah paha, lengan, mulut, pipi, dada,perut, punggung atau daerah bokong. 46
Ibid. Ibid. 48 Abu Huraerah,Op.Cit,hlm.47 47
Universitas Sumatera Utara
b. Kekerasan anak secara psikis, meeliputi penghardikan penyampaian katakata kasar dan kotor, memperlihatkan buku, gambar, dan film pornografi pada anak. Anak yang mendapat perlakuan ini umumnya menunjukkan gejala perilaku maladidtatif, seperti menarik diri, pemalu, menangis jika didekati, takut keluar rumah dan takut bertemu dengan orang lain. c. Kekerasan anak secara seksual, dapat berupa perlakuan pra-kontak seksual antara anak dengan orang yang lebih besar (melalui kata, sentuhan, gambar visual), maupun perlakuan kontak seksual secara langsung antara anak dengan orang dewasa (incest,perkosaan,eksploitasi seksual). d. Kekerasan anak secara sosial, dapat mencakup penelantaran anak dan eksploitasi anak. Penelantaran anak adalah sikap dan perlakuan orang tua tidak memberikan perhatian yang layak terhadap tumbuh kembang anak. Misalnya, anak dikucilkan, diasingkan dari keluarga, atau tidak utendidikan perawatan kesehatan yang layak. Eksploitasi anak menunjuk pada sikap diskriminatif atau perlakuan sewenang-wenang terhadap anak yang dilakukan keluarga atau masyarakat. Sebagai contoh, memaksa anak untuk melakukan sesuatu demi kepentingan ekonomi, sosial atau politik tanpa memperhatikan hak-hak anak untuk mendapatkan perlindungan dengan sesuai dengan perkembangan fisik, psikisnya dan status sosialnya. Misalnya,
anak
dipaksa
untuk
bekerja
di
pabrik-pabrik
yang
membahayakan dengan upaah rendah dan tanpa peralatan yang memadai, anak dipaksa untuk angkat senjata, atau dipaksa melakukan pekerjaanpekerjaan rumah tangga melebihi batas kemampuannya.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan pendapat-pendapat ahli tersebut maka
bentuk-bentuk
kekerasan terhadap anak terdiri dari kekerasan secara fisik, kekerasan secara psikis/mental, dan kekerasan secara seksual. 2.
Faktor Penyebab Terjadinya Kekerasan Terhadap Anak Terjadinya kekerasan terhadap anak disebabkan berbagai faktor yang
mempengaruhinnya. Faktor-faktor yang mempengaruhinya demikian kompleks, seperti yang dijelaskan oleh beberapa pakar berikut ini : Menurut Suharto, bahwa kekerasan terhadap anak umumnya disebabkan oleh faktor internal yang berasal dari anak sendiri maupun faktor eksternal yang berasal dari kondisi keluarga dan masyarakat, seperti49 : 1) Anak mengalami cacat tubuh, retardasi mental, gangguan tingkah laku, autisme, anak terlalu lugu, memiliki tempramen lemah, ketidak tahuan anak akan hak-haknya, anak terlalu bergantung pada orang dewasa. 2) Kemiskinan keluarga, orang tua menganggur, penghasilan tidak cukup, banyak anak. 3) Keluarga tunggal atau keluarga pecah (broken home), misalnya perceraian, ketiadaan ibu untuk jangka panjang atau keluarga tanpa ayah dan ibu tidak mampu memenuhi kebutuhan anak secara ekonomi.
49
Ibid,hlm.50-51
Universitas Sumatera Utara
4) Keluarga yang belum matang secara psikologis, ketidaktahuan mendidik anak, harapan orang tua yang tidak realistis, anak yang tidak diinginkan (unwanted child) , anak yang lahir diluar nikah. 5) Penyakit parah atau gangguan mental pada salah satu atau kedua orangtua, misalnya tidak mampu merawat dan mengasuh anak karena gangguan emosional dan depresi. 6) Sejarah penelantaran anak. Orang tua yang semasa kecilnya mengalami perlakuan salah cenderung memperlakukan salah anakanaknya. 7) Kondisi
lingkungan
sosial
yang buruk,
pemukiman
kumuh,
tergusurnya tempat bermain anak, sikap acuh tak acuh terhadap tindakan eksploitasi, pandangan terhadap nilai anak yang terlalu rendah, meningkatnya faham ekonomi upah, lemahnya perangkat hukum, tidak adanya mekanisme kontrol sosial yang stabil. Rusmil menjelaskan bahwa penyebab atau risiko terjadinya kekerasan dan penelantaran terhadap anak dibagi ke dalam tiga faktor yaitu sebagai berikut50 : 1) Faktor orang tua /keluarga Faktor orang tua memegang peranan penting terjadinya kekerasan dan penelantaran anak. Faktor-faktor yang menyebabkan orang tua melakukan kekerasan pada anak diantaranya : praktik-praktik budaya yang merugikan anak seperti kepatuhan anak kepada orang tua dan hubungan asimetris ; dibesarkan dengan penganiayaan ; gangguan
50
Ibid,hlm.51-52
Universitas Sumatera Utara
mental ; belum mencapai kematangan fisik, emosi maupun sosial, terutama mereka yang mempunyai anak sebelum berusia 20 tahun ; pecandu minuman keras dan obat. 2) Faktor lingkungan sosial/komunitas Kondisi lingkungan sosial juga dapat menjadi pencetus terjadinya kekerasan pada anak. Faktor lingkungan sosial yang dapat menyebabkan kekerasan dan penelantaran pada anak diantaranya : kemiskinan dalam masyarakat dan tekanan nilau matrealistis ; kondisi sosial-ekonomi yang rendah ; adanya nilai dalam masyarakat bahwa anak adalah milik orang tua sendiri ; status wanita yang dipandang rendah ; sistem keluarga patriarkal ; nilai masyarakat yang terlalu individualitas . 3) Faktor anak itu sendiri Penderita gangguan perkembangan, menderita penyakit kronis disebabkan ketergantungan anak kepada lingkungannya ; perilaku menyimpang pada anak. Sementara itu, menurut Lestari Basoeki beberapa faktor lain penyebab terjadinya penganiayaan anak dan penelantaran anak diantaranya adalah : pertama, orang tua yang dulu dibesarkan dengan kekerasan cenderung meneruskan pendidikan tersebut kepada anak-anaknya. Kedua, kehidupan yang penuh stress seperti terlalu padat kemiskinan , sering berkaitan dengan tingkah laku agresif dan menyebabkan terjadinya penganiayaan fisik terhadap anak. Ketiga, isolasi sosial, tidak adanya dukungan yang cukup dari lingkungan sekitar,
Universitas Sumatera Utara
tekanan sosial akibat situasi krisis ekonomi, tidak bekerja dan masalah perumahan akan meningkatkan kerentanan keluarga yang akhirnya akan terjadi penganiayaan dan penelantaran anak. 51 3.
Dampak Kekerasan terhadap Anak Tindak kekerasan yang dialami anak dapat memberikan dampak pada
kesehatan fisik dan juga kesehatan mental anak. Dampak terhadap kesehatan fisik bisa berupa : luka memar, luka-luka simetris di wajah (di kedua sisi), punggung pantat dan tungkai. 52 Dampak pada kesehatan mental dapat dilihat dari segi tingkah laku anak. Tingkah laku anak-anak yang mengalami penganiayaan sering menunjukkan : penarikan diri, ketakutan atau mungkin juga tingkah laku agresif, emosi yang labil. Mereka juga sering menunjukkan gejala depresi, jati diri yang rendah, kecemasan, adanya gangguan tidur, phobia, kelak bisa tumbuh mmenjadi penganiaya, menjadi bersifat keras, gangguan stress pasca trauma dan terlibat pada penggunaan zat adiktif.53 Dampak kekerasan terhadap anak antara lain 54: a. Dampak langsung, berupa : 1) Kematian 2) Patah tulang 3) Luka bakar
51
Lestari Basoeki dalam Bagong Suyanto dan Sri Sanituti Hariadi,Op.Cit,Hlm.117 Ibid,hlm.122 53 Ibid,hlm.123 54 Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Provinsi DKI Jakarta,Op.Cit, hlm.9-10 52
Universitas Sumatera Utara
4) Luka terbuka 5) Kerusakan menetap pada susunan syaraf pusat yang dapat mengakibatkan retardasi mental, masalah belajar, kesulitan belajar, buta, tuli, gangguan motorik kasar dan halus, kejang, atalesia ataupun hidrocefalus. 6) Pertumbuhan fisik anak umumnya kurang dari anak sebayanya. 7) Perkembangan kejiwaan mengalami gangguan : kecerdasan, emosi, konsep diri, agresif, hubungan sosial. b. Dampak Jangka Panjang, berupa : 1) Muncul perasaan, seperti merasa salah, malu, menyalahkan diri sendiri. 2) Gangguan perasaan seperti cemas atau depresi. 3) Kehilangan minat untuk bersekolah seperti sering melamun atau tidak memperhatikan
pelajaran, menghindari sekolah atau
membolos, tidak perduli terhadap hasil ulangan atau ujian. 4) Stress pasca-trauma seperti terus menerus memikirkan peristiwa traumatis yang dialaminya, merasa gelisah dan cemas menghadapi lingkungan yang agak berubah. 5) Masalah/problem diri sendiri, seperti melakukan isolasi terhadap diri
sendiri,
rasa
dendam
dan
takut
terhadap
sikap
ramah/kehangatan/kemesraan dari orang lain.
Universitas Sumatera Utara
Rusmil mengemukakan bahwa anak-anak yang menderita kekerasan, eksploitasi, pelecehan dan penelantaran, menghadapi risiko55 : a. Usia yang lebih pendek b. Kesehatan fisik dan mental yang buruk c. Masalah pendidikan (termasuk drop-out dari sekolah ) d. Kemampuan yang terbatas menjadi orang tua kelak. e. Menjadi gelandangan. YKAI (Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia ) menyimpulkan bahwa kekerasan dapat meenyebabkan anak kehilangan hal-hal yang paling mendasar pada kehidupannya dan pada gilirannya berdampak sangat serius pada kehidupan anak di kemudian hari, antara lain56 : a. Cacat tubuh permanen b. Kegagalan belajar c. Gangguan
emosional
bahkan
dapat
menjurus
pada
gangguan
kepribadian d. Konsep diri yang buruk dan ketidakmampuan untuk mempercayai atau mencintai orang lain. e. Pasif dan menarik diri dari lingkungan, takut membina hubungan baru dengan orang lain. f. Agresif dan kadang-kadang melakukan tindakan kriminal. g. Menjadi penganiaya ketika dewasa. h. Menggunakan obat-obatan atau alkohol. 55 56
Rusmil dalam Abu Huraerah. Op.Cit,hlm.56 Ibid,hlm.56-57
Universitas Sumatera Utara
i. Kematian Richard J. Gelles menjelaskan bahwa konsekuensi dari tindakan kekerasan dan penelantaran anak dapat menimbulkan kerusakan dan akibat yang lebih luas (far-reaching). Luka-luka fisik, seperti : memar-memar (bruises), goresan-goresan (scrapes) , dan luka bakar (burns), hingga keerusakan otak (brain damage), cacat permanen (permanent disabilities), dan kematian (death). Efek psikologis pada anak korban kekerasan dan penganiayaan bisa seumur hidup, seperti : rasa harga diri rendah ( a lowered sense of self worth ), ketidak mampuan berhubungan dengan teman sebaya (an inability to relate to peers), masa perhatian tereduksi (reduced attention span), dan gangguan
belajar (learning disorders). Dalam
beberapa kasus, kekerasan dapat mengakibatkan gangguan-gangguan kejiwaan (pyschiatric disorders), seperti : depresi (depression), kecemasan berlebihan (excessive anxiety), gangguan identitas disosiatif (dissociative identity disorders), juga bertambahnya risiko bunuh diri (suicide).57 Gambaran yang lebih jelas tentang efek tindak kekerasan pada anak juga bisa dilihat dalam penjelasan Moore yang mengamati beberapa kasus anak yang menjadi korban penganiayaan fisik. Diungkapkannya bahwa efek tindakan kekerasan tersebut demikian luas dan secara umum dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori. Ada yang meenjadi negatif dan agresif serta mudah frustasi ; ada yang menjadi sangat pasif dan apatis ; ada yang tidak mempunyai kepribadian sendiri, apa yang dilakukan sepanjang hidupnya hanyalah memenuhi keinginan orang tuanya (parental extension), mereka tidak mampu menghargai
57
Ibid, hlm.57
Universitas Sumatera Utara
dirinya sendiri (chronically low self-esteem) ; ada pula yang sulit menjalin relasi dengan individu lain ; dan yang tampaknya paling parah adalah timbulnya rasa benci yang luar biasa terhadap dirinya (self-hate) karena merasa dirinnyalah yang selalu bersalah sehingga menyebabkan penyiksaan terhadap dirinya, dan rasa benci terhadap dirinya sendiri ini menimbulkan tindakan untuk menyakiti diri sendiri seperti bunuh diri
dan sebagainya. Selain akibat psikologis tersebut,
Moore juga menemukan adanya kerusakan fisik seperti perkembangan tubuh yang kurang normal, juga rusaknya sistem syaraf dan sebagainya. 58 B. Ruang Lingkup Lembaga Pendidikan Sekolah Dasar Jenjang Pendidikan adalah tahap pendidikan yang berkelanjutan , yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tingkat kerumitan bahan peengajaran dan cara menyajikan bahan pengajaran. Jenjang pendidikan sekolah terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan dasar adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan keterampilan, menumbuhkan sikap dasar yang diperlukan dalam masyarakat, serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah. 59 Peendidikan dasar adalah pendidikan yang berfungsi memberikan bekal dasar pembangunan kehidupan, baik untuk pribadi maupun untuk masyarakat. Pendidikan dasar juga berfungsi untuk mempersiapkan pelajar mengikuti pendidikan menengah. Karena itu bagi setiap rakyat Indonesia harus disediakan kesempatan untuk memperoleh pendidikan dasar dan tiap-tiap warga negara 58 59
Ibid,hlm.58 Fuad Ihsan,Op.Cit, hlm. 22
Universitas Sumatera Utara
diwajibkan menempuh pendidikan yang sekurang-kurangnya dapat membekali dirinya dengan sikap, pengetahuan, dan keterampilan dasar. 60 Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.61 Pendidikan di sekolah dasar merupakan lembaga yang dikelola dan diatur oleh pemerintah yang bergerak di bidang pendidikan yang diselenggarakan secara formal yang berlangsung selama 6 tahun dari kelas 1 sampai kelas 6 untuk anak atau siswa-siswi di seluruh indonesia tentunya dengan maksud dan tujuan yang tidak lain agar anak indonesia menjadi seorang individu yang telah diamanatkan atau yang sudah dicita-citakan dalam Undang-undang Dasar 1945. Komponen yang terlibat dalam proses pendidikan di sekolah dasar adalah guru, siswa dan tenaga kependidikan. 1.
Pendidik/Guru Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan , melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.62
60
Ibid,hlm.24 Pasal 17 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional 62 Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru & Dosen 61
Universitas Sumatera Utara
Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.63
a. b. c. d. e.
f. g. h. i. j.
Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan guru berhak :64 Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial; Mendapat promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja; Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak kekayaan intelektual; Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk menunjang kelancaran tugas keprofesionalan; Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan kelulusan, penghargaan, dan/atau sanksi kepada peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan, kode etik guru, dan peraturan perundangundangan; Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas; Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi; Memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan; Memeperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi; dan/atau Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya. Selain memperoleh hak-hak sebagaimana yang telah disebutkan diatas,
Guru juga mempunyai kewajiban dalam melaksanakan tugas keprofesionalan yaitu sebagai berikut 65: a. Merencanakan pembelajaran , melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran; b. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan , teknologi dan seni; 63
Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru & Dosen Pasal 14 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru & Dosen 65 Pasal 20 Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru & Dosen 64
Universitas Sumatera Utara
c. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin , agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran; d. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, kode etik guru serta nilai-nilai agama dan etika; dan e. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa. Peran dan fungsi guru dalam pendidikan tingkat sekolah dasar lebih berat dibangdingkan dengan guru yang ada pada jenjang pendidikan lainnya. Karena guru di sekolah dasar selain berfungsi sebagai guru mata pelajaran dan wali kelas juga bertindak sebagai konseling bagi siswa. 66 2.
Peserta Didik / Siswa Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur , jenjang dan jenis pendidikan tertentu. 67
a. b. c. d. e. f.
Setiap peserta didik pada satuan pendidikan berhak68 : Mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama; Mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya; Mendapatkan beasiswa bagi yang berprsetasi yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya; Mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya; Pindah ke program pendidikan pada jalur dan satuan pendidikan yang setara; Menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan. 66
Hasil wawancara dengan Hj. Netty Ariani,S.Pd, Kepala Sekolah SD Negeri No. 117874 Kecamatan Kotapinang 67 Pasal 1 angka (4) Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional 68 Pasal 12 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Universitas Sumatera Utara
Setiap peserta didik berkewajiban 69: a. Menjaga norma-norma pendidikan untuk menjamin keberlangsungan proses dan keberhasilan pendidikan; b. Ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan , kecuali bagi peserta didik yang dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Anak yang berada di lingkungan sekolah dasar berusia 6-13 tahun. Karakteristik anak usia sekolah dasar terdiri dari dua masa yaitu70 : a. Masa kelas-kelas rendah sekolah dasar yang berlangsung antara usia 6/7 tahun sampai 9/10 tahun, biasanya mereka duduk di kelas 1, 2 dan 3. b. Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar , yang berlangsung antara usia 9/10 tahun sampai 12/13 tahun, biasanya mereka duduk di kelas 4, 5 dan 6. Adapun ciri-ciri anak masa kelas rendah adalah sebagai berikut71 : a. Ada hubungan yang kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah. b. Suka memuji diri sendiri. c. Kalau tidak dapat menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan, tugas atau pekerjaan itu dianggapnya tidak penting. d. Suka
membandingkan
dirinya
dengan
anak
lain,
jika
hal
itu
menguntungkan dirinya. e. Suka meremehkan orang lain.
69
Pasal 12 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. 70
Isti Yuni Purwanti, Karakteristik Anak Usia SD (7-12 tahun). http://staff.uny.ac.id /sites/default/ files/tmp/ KARAKTERISTIK%20ANAK%20USIA%20SD%20(7-12%20tahun).pdf diakses pada hari minggu tanggal 6 Maret 2016 pukul 16.00 WIB 71 Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan ciri khas dari anak yang berada pada masa kelas tinggi adalah sebagai berikut72 : a. Perhatian tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari. b. Ingin tahu, dan ingin belajar dan realistis. c. Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus. d. Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah. e. Anak-anak membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk bermain bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya. 3. Tenaga Kependidikan Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan
diangkat
untuk
menunjang
penyelenggaraan
pendidikan.73
Tenaga
kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.74 Pendidik dan tenaga kependidikan berhak memperoleh75 : a. Peenghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan memadai ; b. Penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja; c. Pembinaan karier sesuai dengan tuntutan pengembangan kualitas;
72 73
Ibid. Pasal 1 angka (5) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional 74
Pasal 39 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
75
Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Nasional
Universitas Sumatera Utara
d. Perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas hasil kekayaan intelektual; dan e. Kesempatan untuk menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendidikan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas. Tenaga kependidikan memiliki kewajiban yang sama dengan pendidik, yaitu sebagai berikut 76: a. Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna , menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis; b. Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan; dan c. Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.
C. Kekerasan terhadap Anak dalam Lembaga Pendidikan Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Labuhanbatu Selatan Wilayah Kabupaten Labuhanbatu Selatan ini terbagi atas 5 Kecamatan dan 54 Kelurahan/Desa. Di Kabupaten Labuhanbatu Selatan Sekolah Dasar Negeri (SDN) terdapat 172 sekolah dengan jumlah murid 36.717 orang dan guru 1.923 orang. Pada penulisan skripsi ini dilakukan penelitian pada tiga Sekolah Dasar Negeri di tiga kecamatan yang berbeda yaitu Sekolah Dasar Negeri No.117874
76
Pasal 40 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
Universitas Sumatera Utara
Kecamatan Kotapinang, Sekolah Dasar Negeri No. 112227 Kecamatan Torgamba dan Sekolah Dasar Negeri No. 117491 Kecamatan Sungai Kanan. Di Sekolah Dasar Negeri No. 117874 Kecamatan Kotapinang terdapat 13 orang tenaga pendidik dan kependidikan yang terdiri dari 77 : a. Kepala Sekolah
: 1 orang
b. Guru Kelas
: 9 orang
c. Guru Agama Islam
: 1 orang
d. Guru Agama Kristen : 0 orang e. Guru Penjas
: 1 orang
f. Guru Bahasa Inggris : 1 orang g. TU
: 0 Orang
h. Penjaga Sekolah
: 0 Orang
Tabel 4 Jumlah Siswa pada Sekolah Dasar Negeri No.117874 Kecamatan Kotapinang Kelas
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
Jumlah Kelas
I
31
21
52
2 kelas
II
18
18
36
1 kelas
III
23
18
41
1 kelas
IV
22
25
47
2 kelas
V
25
14
39
1 kelas
77
Laporan Bulanan Sekolah Dasar Negeri No.117874 Kecamatan Kotapinang pada Bulan Desember 2015.
Universitas Sumatera Utara
VI
24
21
45
2 kelas
Jumlah
143
117
260
9 kelas
Sumber : Laporan Bulanan Sekolah Dasar Negeri No.117874 Kecamatan Kotapinang pada Bulan Desember 2015 Di Sekolah Dasar Negeri No. 112227 Kecamatan Torgamba terdapat 5 orang tenaga pendidik dan kependidikan yang terdiri dari78 : a. Kepala Sekolah
: 1 orang
b. Guru Kelas
: 3 orang
c. Guru Agama Islam
: 1 orang
d. Guru Agama Kristen : 0 orang e. Guru Penjas
: 0 orang
f. Guru Bahasa Inggris : 0 orang g. TU
: 0 Orang
h. Penjaga Sekolah
: 0 Orang
Tabel 5 Jumlah siswa pada Sekolah Dasar Negeri No. 112227 Kecamatan Torgamba Kelas
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
Jumlah Kelas
I
18
22
40
1 kelas
II
14
12
26
1 kelas
III
28
16
44
1 kelas
78
Laporan Bulanan Sekolah Dasar Negeri No. 112227 Kecamatan Torgamba pada Bulan Desember 2015
Universitas Sumatera Utara
IV
13
16
29
1 kelas
V
20
16
36
1 kelas
VI
17
13
30
1 kelas
Jumlah
106
94
205
6 kelas
Sumber : Laporan Bulanan Sekolah Dasar Negeri No. 112227 Kecamatan Torgamba pada Bulan Desember 2015
Di Sekolah Dasar Negeri No. 117491 Kecamatan Sungai Kanan terdapat 15 orang tenaga pendidik dan kependidikan yang terdiri dari79 : a. Kepala Sekolah
: 1 orang
b. Guru Kelas
: 9 orang
c. Guru Agama Islam
: 2 orang
d. Guru Agama Kristen : 0 orang e. Guru Penjas
: 1 orang
f. Guru Bahasa Inggris : 0 orang g. TU
: 1 Orang
h. Penjaga Sekolah
: 1 Orang
Tabel 6 Jumlah siswa pada Sekolah Dasar Negeri No. 117491 Kecamatan Sungai Kanan Kelas
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
Jumlah Kelas
I
29
26
55
2 kelas
II
19
14
33
1 kelas
79
Laporan Bulanan Sekolah Dasar Negeri No. 117491 Kecamatan Sungai Kanan pada Bulan Desember 2015
Universitas Sumatera Utara
III
28
19
47
2 kelas
IV
24
16
40
2 kelas
V
19
14
33
1 kelas
VI
9
18
27
1 kelas
Jumlah
128
107
235
9 kelas
Sumber : Laporan Bulanan Sekolah Dasar Negeri No. 117491 Kecamatan Sungai Kanan pada Bulan Desember 2015
1. Bentuk Kekerasan Terhadap Anak dalam Lembaga Pendidikan Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Labuhanbatu Selatan Kekerasan terhadap anak yang terjadi di lingkungan sekolah
dapat
dilakukan oleh siapa saja, mulai dari kepala sekolah, guru, pembina sekolah, karyawan ataupun antar siswa. Bentuk-bentuk dari tindak kekerasan tersebut pun berbeda-beda. Bentuk-bentuk kekerasan yang dilakukan kepala sekolah, guru, pembina sekolah, dan karyawan antara lain memukul dengan tangan kosong atau dengan benda tumpul seperti penggaris, melempar dengan penghapus, mencubit, menampar, mencekik, menyundut rokok, memarahi dengan ancaman kekerasan, menghukum berdiri dengan satu kaki di depan kelas, berlari mengelilingi lapangan, menjemur murid di lapangan sambil menghormat bendera merah putih, pelecehan seksual, serangan seksual, pembujukan untuk persetubuhan hingga perkosaan dan lain-lain. Mencakup juga kekerasan psikis seperti diskriminasi terhadap murid yang mengakibatkan murid mengalami kerugian, baik materiil maupun moril sehingga menghambat fungsi sosialnya ; atau penelantaran terhadap
Universitas Sumatera Utara
murid mengalami penderitaan mental ataupun sosial. Diskriminasi bisa berupa diskriminasi terhadap suku, agama, kepercayaan, golongan, ras, dan status sosial (pembedaan murid keluarga berada dan murid dari keluarga tidak berada)
80
Sedangkan kekerasan yang dilakukan oleh siswa kepada siswa lainnya biasanya disebut dengan istilah bullying. Bullying adalah perilaku agresif dan menekan dari seorang yang lebih dominan terhadap orang yang lebih lemah dimana seorang siswa atau lebih secara terus menerus melakukan tindakan yang menyebabkan siswa lain menderita.81 Kekerasan terhadap siswa yang lebih lemah ini dapat berbentuk antaralain. Pertama, secara fisik, memukul, menendang, mengambil milik orang lain. Kedua, secara verbal mengolok-olok nama siswa lain, menghina, mengucapkan kata-kata yang menyinggung. Ketiga, secara tidak langsung menyebarkan cerita bohong, mengucilkan, menjadikan siswa tertentu sebagai target humor yang menyakitkan, mengirim pesan pendek atau surat yang keji. Mengolok-ngolok nama merupakan hal yang paling umum karena cirri-ciri fisik siswa, suku, etnis, warna kulit dan lain-lain.82 Menurut psikolog Andrew Mellor, bullying adalah pengalaman yang terjadi ketika seseorang merasa teraniaya oleh tindakan orang lain dan ia takut apabila perilaku buruk tersebut akan terjadi lagi sedangkan korban merasa tidak berdaya untuk mencegahnya. Bullying tidak terlepas dari adanya kesenjangan power atau kekuatan antara korban dan pelaku serta diikuti pola repetisi
80
Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Provinsi DKI Jakarta,Op.Cit,hlm.14-15 81 Ibid. 82 Ibid, hlm.14-16
Universitas Sumatera Utara
(pengulangan perilaku) . Lebih lanjut, Andrew Mellor menjelaskan bahwa ada beberapa jenis bullying, yakni83 : a. Bullying fisik, yaitu jenis bullying yang melibatkan kontak fisik antara pelaku dan korban. Perilaku yang termasuk, antara lain : memukul, menendang, meludahi, mencekik, melukai menggunakan benda, memaksa korban melakukan aktivitas fisik tertentu, menjambak, merusak benda milik korban, dan lain-lain. Bullying fisik adalah jenis yang paling tampak dan mudah untuk diidentifikasi dibandingkan bullying jenis lainnya b. Bullying Verbal, melibatkan bahasa verbal yang bertujuan menyakiti hati seseorang. Perilaku yang termasuk , antara lain : mengejek, memberi nama julukan yang tidak pantas, memfitnah, pernyataan seksual yang melecehkan, meneror, dan lain-lain. Kasus bullying verbal termasuk jenis bullying yang sering terjadi dalam keseharian namun seringkali tidak disadari. c. Bullying relasi sosial adalah jenis bullying yang bertujuan menolak dan memutus relasi sosial korban dengan orang lain, meliputi pelemahan harga diri korban secara sistematis melalui pengabaian, pengucilan atau penghindaran. Contoh bullying sosial antara lain : menyebarkan rumor, mempermalukan seseorang
di
depan
umum,
menghasut
untuk
menjauhi
seseorang,
menertawakan, menghancurkan reputasi seseorang, meengggunakan bahasa tubuh yang merendahkan, mengakhiri hubungan tanpa alasan dan lain-lain. d. Bullying Elektronik, merupakan bentuk perilaku bullying yang dilakukan melalui media elektronik seperti komputer, handphone, internet, website, 83
http://www.kpai.go.id/berita/kpai-kasus-bullying-dan-pendidikan-karakter/ ,diakses pada tanggal 16 januari 2016 pukul 15.50 WIB
Universitas Sumatera Utara
chatting room, e-mail, SMS dan lain-lain. Perilaku yang termasuk, antara lain : menggunakan tulisan, gambar dan video yang bertujuan untuk mengintimidasi, menakuti, dan menyakiti korban. Contoh cyber bullying yaitu bullying lewat internet. Menurut Sullivan, bullying terbagi menjadi dua bentuk, yaitu secara fisik maupun non-fisik. Bullying secara fisik contohnya seperti memukul , menendang, meninju, menggigit, menarik, menjambak rambut, mencakar, meludahi, maupun merusak barang-barang milik korban. Bullying secara fisik ini sangat mudah diidentifikasi. 84 Untuk bulliying non-fisik terbagi menjadi dua yaitu secara verbal maupun non-verbal. Bullying secara verbal contohnya mengancam , memeras, berkatakata keji, dan memanggil-manggil dengan sebutan meledek, berkata-kata menekan, menggosip, ataupun menyebarluaskan aib si korban. Sedangkan bullying non-verbal contohnya cukup banyak, baik yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Kalau secara langsung contohnya hampir sama dendan bullying secara fisik tapi lebih kepada tindakan mengancam dengan tatapan mata, menunjuk-nunjuk atau menghantam benda-benda agar si korban merasa takut. Bulliying non-verbal yang tidak langsung dapat berupa mengucilkan seseorang dari pergaulan, mengirimkan pesan menghasut, berlaku curang atau melakukan tindakan manipulasi secara sembunyi-sembunyi mengenai hal yang berkaitan dengan diri si korban. 85
84
Paresma Elvigro, Komputindo,2014,hlm.4 85 Ibid.
Secangkir
Kopi
Bully,
Jakarta
:
PT.Alex
Media
Universitas Sumatera Utara
School Bulliying atau kekerasan di sekolah dikelompokkan ke dalam lima kategori yaitu sebagai berikut 86: a. Kontak Fisik Langsung (memukul, mendorong, menggigit, menjambak, menendang, mengunci seseorang dalam ruangan, mencubit, mencakar, juga termasuk memeras dan merusak barang-barang yang dimiliki orang lain). b. Kontak verbal langsung (mengancam, mempermalukan, merendahkan, meengganggu, memberi panggilan nama, sarkasme, merendahkan, mencela/mengejek, mengintimidasi, memaki, menyebarkan gosip). c. Perilaku non-verbal langsung (melihat dengan sinis, menjulurkan lidah, menampilkan
ekspresi
muka
yang
merendahkan,
megejek,
atau
mengancam ; biasanya disertai oleh bullying fisik atau verbal). d. Perilaku
non-verbal
tidak
laangsung
(mendiamkan
seseorang,
memanipulasi persahabatan sehingga menjadi retak, sengaja mengucilkan atau mengabaikan, mengirim surat kaleng). Untuk mengetahui lebih rinci mengenai bentuk-bentuk kekerasan pada anak ataupun bullying yang terjadi dalam lingkungan sekolah khususnya pada tingkat sekolah dasar, dilakukan penelitian dengan melakukan wawancara dengan pertanyaan yang sama pada tiap-tiap kepada kepala sekolah pada tiga sekolah dasar yang berada di tiga kecamatan yang berbeda di kabupaten labuhanbatu selatan yang hasil wawancaranya menyebutkan sebagai berikut :
86
Nurani Soyomukti, Teori-Teori Pendidikan Dari Tradisional, (Neo) Liberal, MarxisSosialis, Hingga Post Modern,Yogyakarta : Ar-Ruzz Media,2015,hlm.55
Universitas Sumatera Utara
Sekolah yang pertama kali penulis datangi adalah Sekolah Dasar Negeri Nomor 117874 Kecamatan Kotapinang. Di sekolah ini tindak kekerasan yang dialami oleh siswa diketahui oleh Kepala Sekolah melalui laporan wali kelas, siswa dan laporan orang tua siswa. Laporan yang sering diadukan oleh orang tua siswa biasanya karena anaknya mengeluh karena dijahili temannya di sekolah. Wali kelas juga melaporkan kepada kepala sekolah apabila persoalan anak tersebut tidak lagi bisa ditangani oleh wali kelas. Bentuk-bentuk kekerasan yang dilakukan oleh siswa di Sekolah Dasar Negeri No. 117874 Kecamatan Kotapinang berupa kekerasan fisik dan kekerasan psikis. Kekerasan fisik berupa : saling dorong hingga terjatuh, lempar melempar, memukul memakai tali seperti kuda kepang, dan menyingkap rok anak perempuan. Kekerasan psikis seperti mengejek status sosial eknomi anak yang lebih rendah dan mengucilkan siswa lain dari pertemanan.87 Sama seperti sekolah sebelumnya, penulis juga melakukan wawancara dengan Kepala Sekolah Sekolah Dasar Negeri No.112227 Kecamatan Torgamba. Kepala sekolah juga mengetahui adanya tindak kekerasan yang terjadi melalui wali kelas maupun orang tua siswa yang mengadu secara langsung. Di Sekolah Dasar Negeri No.112227 Kecamatan Torgamba, kekerasan yang terjadi di kalangan para siswa umumnya berupa kekerasan fisik seperti mengganggu anak lain ketika jam istirahat dan kadang anak laki-laki suka
87
Hasil wawancara dengan Hj. Netty Ariani,S.Pd Kepala Sekolah Sekolah Dasar Negeri No. 117874 Kecamatan Kotapinang
Universitas Sumatera Utara
mengganggu anak perempuan dengan menarik-narik roknya dan mencoleknya. Umumnya hal ini dilakukan oleh siswa kelas 6.88 Wawancara yang terakhir dilakukan di Sekolah Dasar Negeri No.117491 Kecamatan Sungai Kanan, penulis juga melakukan wawancara dengan kepala sekolahnya. Dan disini juga tindak kekerasan diketahui dari laporan wali kelas maupun laporan orang tua siswa secara langsung kepada kepala sekolah. Di SD Negeri No.117491 Kecamatan Sungai Kanan bentuk-bentuk kekerasan yang terjadi berupa saling ejek, senior yang meminta uang jajan kepada muridnya dan baru-baru ini terjadi kekerasan yang dilakukan oleh 2 orang siswa kelas 6 terhadap adik kelasnya siswa kelas 1. Kekerasan tersebut bermula ketika Akri dan Adit meminta uang jajan kepada korban. Akan tetapi korban tidak mau menyerahkan uang jajannya kepada kedua kakak kelasnya tersebut. Kejadian tersebut terjadi pada hari sabtu , siswa kelas 6 sedang gotong royong dan siswa kelas 1 belajar di kelas seperti biasanya. Arga sedang buang air kecil di balik pohon di belakang ruangan kelas 6. Kemudian tiba-tiba datang Akri dan Adit dari belakang menusuk lubang anus korban secara bergantian.89 Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada Kepala Sekolah Dasar Negeri pada tiga kecamatan yang berbeda di Kabupaten Labuhanbatu Selatan maka dapat diketahui bahwa kekerasan yang terjadi di lingkungan sekolah dasar dapat merupakan kekerasan yang dilakukan oleh guru kepada siswanya dan kekerasan yang dilakukan oleh siswa kepada siswa lainnya.
88
Hasil wawancara dengan HJ.Nurliani S.Pd Kepala Sekolah SD Negeri No.112227 Kecamatan Torgamba 89 Hasil wawancara dengan Hj.Rosnah,S.Pd Kepala Sekolah SD Negeri No. 117491 Kecamatan Sungai Kanan
Universitas Sumatera Utara
Kekerasan yang dilakukan oleh guru kepada siswa merupakan bentuk hukuman secara fisik maupun psikis yang ditujukan kepada siswa yang tidak disiplin atau melakukan kesalahan selama mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah. Pada dasarnya guru tersebut tidak merasa bahwa hukuman yang diberikan tersebut merupakan tindak kekerasan. Pada saat ini para Guru Sudah mulai mengetahui tentang Undang-undang Perlindungan Anak dan Guru hanya memberikan hukuman yang wajar agar para siswa dapat lebih disiplin lagi. 2.
Faktor Penyebab terjadinya Kekerasan terhadap Anak dalam Lembaga Pendidikan Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Labuhanbatu Selatan Seperti yang kita ketahui kekerasan terhadap anak dalam lembaga
pendidikan khususnya di lingkungan sekolah bisa saja dilakukan oleh guru maupun sesama siswa, faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya tindak kekerasan tersebut pun berbeda-beda. Tindak kekerasan yang dilakukan oleh siswa atau yang lebih dikenal dengan istilah bullying di dalam lingkungan sekolah bisa saja dilakukan oleh senior kepada junior maupun sesama teman satu tingkatan. Adapun penyebab siswa melakukan tindak kekerasan dalam lingkungan sekolah adalah sebagai berikut90 : a.
Permusuhan dan rasa kesal
b.
Rasa kurang percaya diri dan
mencari perhatian, seseorang yang
kurang percaya diri seringkali ingin diperhatikan, salah satunya adalah
90
Buku Panduan Melawan Bullying di download dari diakses pada tanggal 17 januari 2016 pukul 21.30 WIB
http://www.sudahdong.com
Universitas Sumatera Utara
dengan melakukan bullying. Dengan membully orang lain, mereka akan merasa lebih puas, lebih kuat dan dominan. c.
Perasaan dendam, seseorang yang pernah disakiti atau ditindas biasanya menyimpan rasa dendam yang ingin disalurkan kepada orang lain sehingga orang lain merasakan hal yang sama, salah satunya adalah dengan melakukan bullying.
d.
Pengaruh negatif dari media, semakin banyaknya gambaran kekerasan baik di media baik televisi, internet dan sebagainya. Menjadi contoh buruk yang menginspirasi seseorang untuk melakukan kekerasan tanpa alasan yang jelas.
Untuk mengetahui lebih rinci mengenai faktor-faktor penyebab anak melakukan kekerasan ataupun bullying yang terjadi dalam lingkungan sekolah khususnya pada tingkat sekolah dasar, maka penulis melakukan penelitian dengan melakukan wawancara kepada kepala sekolah pada tiga sekolah dasar yang berada di tiga kecamatan yang berbeda di kabupaten labuhanbatu selatan yang hasil wawancaranya menyebutkan sebagai berikut : Pada Sekolah Dasar Negeri 117874 Kecamatan Kotapinang, Guru memberikan hukuman fisik kepada siswa dikarenakan siswa tersebut sudah tidak bisa diperingatkan lagi dan diberi tahu secara baik-baik dan bertujuan untuk member efek jera pada anak tersebut agar tidak mengulangi perbuatannya lagi dan dapat belajar lebih giat lagi.91
91
Hasil wawancara dengan Hj. Netty Ariani,S.Pd Kepala Sekolah SD Negeri No. 117874 Kecamatan Kotapinang.
Universitas Sumatera Utara
Dari pengaduan-pengaduan yang disampaikan oleh wali kelas maupun orang tua siswa kepada Kepala Sekolah kekerasan yang dilakukan oleh siswa terhadap siswa lainnya atau yang biasa disebut dengan istilah bullying disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut : 1. Anak yang menjadi korban kondisinya lebih lemah dibandingkan dengan anak yang menjadi pelaku. Sebagai contoh tindakan pengucilan yang dilakukan kepada seorang siswi kelas 3 yang di lakukan oleh tiga orang teman sekelasnya. Sari adalah anak seorang buruh cuci dan ayahnya bekerja serabutan, jarak dari rumah sari cukup jauh dari sekolah dan harus ia tempuh dengan berjalan kaki. Hal ini mengakibatkan sari menjadi mengantuk saat jam pelajaran di sekolah dan tampilannya yang lebih kumal dibandingkan dengan tiga orang temannya yang lain tadi yang kondisi ekonominya dan dari segi fisik lebih lumayan dibandingkan dengan sari. Oleh sebab itu 3 orang siswi tersebut sering mengejek sari dan mengucilkan sari dan mengajak teman-temannya yang lain untuk tidak mau berteman dengannya. 2. Faktor Lingkungan di sekitar anak. Furqan siswa kelas 6 sering mendapatkan pengaduan dari siswa maupun orang tua siswa yang anaknya sering dijahili oleh furqan. Selain kurang dalam prsestasi akademik furqan juga sering berbuat kasar kepada temannya sesama siswa kelas 6 seperti : menarik-narik rambut anak perempuan, mengejek anak lain, dan menarik rok anak perempuan. Furqan saling ejek dengan teman sekelasnya hingga mengakibatkan perkelahian dan mengakibatkan temannya cedera. Setelah
Universitas Sumatera Utara
orang tua furqan dipanggil oleh pihak sekolah ternyata furqan sering bergaul dengan teman yang lebih dewasa darinya di
daerah sekotar
rumahnya. Selain itu furqan merupakan anak yang paling kecil dan anak laki-laki satu-satunya
sehingga kebanyakan permintaan furqan selalu
dituruti oleh kedua orang tuanya dan orang tuanya sulit untuk bertindak tegas pada furqan. Selain nakal di sekolah furqan juga suka kebut-kebutan naik sepeda motor dan pernah kabur dari rumahnya. Pada Sekolah Dasar Negeri No. 112227 Kecamatan Torgamba, pada umumnya guru memberikan hukuman kepada siswa karena siswa tersebut susah diatur dan tidak bisa dinasehati lagi dengan kata-kata. Sementara itu siswa yang sering mengadukan tindakan jahil dari temannya adalah siswi kelas 6. Yang mana siswa kelas 6 sering mengganggu para siswi perempuan dikarenakan pada umumnya siswa kelas 6 berusia 11-12 tahun yang mana pada usia tersebut anak memasuki masa-masa pubertas dan mulai mengganggu lawan jenis. 92 Sama seperti dua sekolah yang lain Kepala Sekolah di Sekolah Dasar Negeri 117941 Kecamatan Sungai Kanan memberikan sanksi atau hukuman fisik kepada siswa karena ingin mendisiplinkan siswa agar tidak mengulangi perbuatannya. Sementara itu tindak kekerasan yang dilakukan oleh siswa kepada siswa lain disebabkan oleh : 1. Rasa senioritas. Adit dan Akri memang terkenal sering meminta uang jajan kepada siswa kelas 1 karena mereka merasa mereka lah yang paling kuat di sekolah ini karena telah duduk di bangku kelas 6. 92
Hasil wawancara dengan HJ.Nurliani S.Pd Kepala Sekolah SD Negeri No.112227 Kecamatan Torgamba
Universitas Sumatera Utara
2. Faktor Lingkungan Keluarga. Seperti yang diketahui Akri berasal dari keluarga broken home , Ayah dan Ibunya telah bercerai dan sekarang Akri tinggal bersama Ibunya. Akri di sekolah terkenal sebagai anak yang jahil kepada teman-temannya. Hal ini ia lakukan karena ia kurang mendapat perhatian dari keluarganya terutama kedua orang tuanya. Sedangkan Adit Ibunya telah meninggal dunia dan Ayahnya telah menikah lagi. 3. Tontonan anak di Televisi, Akri dan Adit mengatakan mereka menusuk anus adik kelasnya karena sering menonton adegan tersebut di film kartun yang mereka tonton. 4. Faktor ekonomi, Akri dan Adit mengaku sering meminta uang jajan kepada adik kelasnya
selain karena merasa senior mereka juga
mengatakan kalau uang jajan yang diberikan orang tua mereka kurang.
3.
Dampak Kekerasan Terhadap Anak dalam Lembaga Pendidikan pada Sekolah Dasar Negeri Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Kekerasan yang terjadi dalam lingkungan sekolah dapat menimbulkan
dampak yang buruk baik kepada anak sebagai korban kekerasan maupun anak sebagai pelaku kekerasan itu sendiri. Arif Gosita menyatakan yang dimaksud dengan korban adalah “mereka yang menderita jasmaniah dan rohaniah sebagai akibat tindakan orang lain yang meencari peemenuhan diri sendiri atau orang lain yang bertentangan dengan kepentingan dan hak asasi yang menderita”. Ini menggunakan istilah penderitaan
Universitas Sumatera Utara
jasmani dan rohaniah (fisik dan mental)
dari korban dan juga bertentangan
dengan hak asasi manusia dari korban.93 Secara yuridis pengertian korban yang terdapat dalam Undang-undaang Nomor 13 tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban adalah seseorang yang mengalami penderitaan fisik, mental, dan/atau kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh suatu tindak pidana.94 Berdasarkan rumusan tersebut, maka yang disebut korban adalah : a. Setiap orang b. Mengalami penderitaan fisik, mental, dan/atau c. Kerugian ekonomi d. Akibat tindak pidana Berdasarkan hal-hal tersebut maka yang dimaksud dengan anak sebagai korban kekerasan adalah anak yang mengalami penderitaan baik secara fisik, mental atau pun ekonomi yang diakibatkan oleh tindak kekerasan yang terjadi dalam lingkungan sekolah. Adapun ciri-ciri yang dialami oleh anak yang menjadi korban kekerasan di lingkungan sekolah adalah sebagai berikut 95: a. Anak menjadi enggan untuk pergi ke sekolah b. Sering sakit secara tiba-tiba c. Mengalami penurunan nilai
93
Arif Gosita dalam Bambang Waluyo,Perlindungan Korban dan Saksi,Jakarta : Sinar Grafika,2014,hlm.9 94 Pasal 1 angka (3) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 13 tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban 95 Tabloid Nova, Isu Spesial “Stop Bulliying”, Edisi 1444/XVIIII 26 Oktober-1 November 2015.
Universitas Sumatera Utara
d. Barang yang dimiliki hilang atau rusak e. Mimpi buruk atau bahkan sulit untuk terlelap f. Rasa amarah dan benci mudah meluap dan meningkat g. Sulit untuk berteman dengan teman baru h. Memiliki tanda fisik seperti memar atau luka. Dampak yang ditimbulkan dari kekerasan terhadap anak yang terjadi di lingkungan sekolah atau yang sering disebut dengan istilah bullying pada anak sebagai korban dapat berupa penderitaan secara fisik dan secara psikis/mental. Dampak fisik merupakan dampak yang dapat terlihat secara fisik yang ada pada tubuh korban, seperti luka, memar maupun luka fisik lainnya. Selain menimbulkan dampak fisik bullying juga dapat menimbulkan ketakutan dan gangguan psikologi. Yaitu sebagai berikut96 : a. Siswa menjadi bolos sekolah karena takut dibully b. Siswa ingin pindah sekolah karena takut dibully c. Orang yang dibully lebih mungkin mengalami kesulitan dalam lingkungan pekerjaan d. Orang yang dibully mengalami kesulitan dalam menjaga persahabatan jangka panjang dan hubungan baik dengan orang tua mereka. e. Mereka yang ditindas dapat melakukan bullying terhadap diri sendiri sehinggga dapat membahayakan diri sendiri. Apabila bullying berlanjut dalam waktu yang berkepanjangan, maka hal ini dapat mempengaruhi self-esteem korban, meningkatkan isolasi sosial, 96
Buku Panduan Melawan Bullying di download dari diakses pada tanggal 17 januari 2016 pukul 21.30 WIB
http://www.sudahdong.com
Universitas Sumatera Utara
memunculkan perilaku withdrawal (menarik diri dari lingkungan), rentan terhadap stress dan depresi , serta adanya rasa tidak aman. Lebih parahnya lagi, bullying juga akan menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh diri apabila sudah tidak tahan dengan situasi/tekanan tersebut.97 Banks juga mengemukakan bahwa perilaku bullying memberikan kontribusi terhadap rendahnya tingkat keehadiran/absensi kelas, rendahnya prestasi akademik di sekolah, rendahnya harga diri, tingginya depresi, tingginya kenakalan remaja, dan kejahatan orang dewasa. Selain itu, dapat memicu penurunan skor tes IQ (kecerdasan) seseoraang dan meelemahkan daya analisis siswa.98 Selain menimbulkan dampak bagi anak yang menjadi korban kekerasan, bullying ataupun kekerasan yang terjadi di lingkungan sekolah juga menimbulkan dampak yang negatif pada anak sebagi pelaku kekerasan tersebut. Sebelum mengetahui dampak bully tersebut kepada anak sebagai pelaku perlu diketahui terlebih dahulu ciri anak yang melakukan bully, yaitu sebagai berikut : 99 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 10) 11)
Melakukan perilaku agresif berulang Kurang kasih sayang dalam suatu hubungan Berpikiran positif terhadap kekerasan Mengalami keebingungan dalam diri Mengembangkan pola perilaku impulsif Menggantikan/menyalurkan kemarahan pada orang lain Beralih dari korban menjadi pelaku Merasa tidak aman dan cemas Anti-sosial dan terisolir Memiliki rasa dendam, benci dan frustasi Memiliki pandangan diri yang positif tidak realistis
97
Paresma Elvigro,Op.Cit,.hlm.20 Ibid,hlm.21 99 Ibid,hlm.6 98
Universitas Sumatera Utara
12) 13) 14) 15) 16) 17) 18) 19) 20) 21) 22) 23) 24) 25) 26) 27) 28) 29) 30) 31) 32) 33) 34) 35) 36) 37) 38) 39)
Tidak mampu menyesuaikan terhadap pengharapan baru Menunjukkan ketidaknyamanan sosial Sering kali tidak sadar dan tidak peduli terhadap rasa dendam korbannya Diasingkan dari kehidupan sekolah dan teman sebaya Memandang sekolah sebagai sesuatu sebagai sesuatu yang tidak bermakna Memiliki pola perilaku dan sejarah bertindak kejam kepada binatang Kurang toleransi terhadap frustasi Memiliki pola perilaku pembuat onar Kurang memiliki empati dan rasa iba Suka membanggakan diri dan kurang memahami kebutuhan orang lain Kebutuhan yang berlebihan akan superioritas dan kekuasaan Kebutuhan yang berlebihan akan perhatian dan kasih sayang Mengeksternalisasikan kesalahan Bermasalah dalam resolusi amarah Tidak toleran, berprasangka, dan suka membeda-bedakan orang lain Humor yang tidak pantas, sarkastik, dan menyakitkan hati Melontarkan ejekan, olok-olok, yang mencela, meremehkan, menghina, dan mempermalukan Lebih memilih kelompok sosial yang tertutup Kaku dan berpendirian dogmatis/keras Mengendalikan suatu perkumpulan sosial teman sebaya Agresif secara seksual Kurang memiliki sensitivitas terhadap gender dan budaya Mengalami kekosongan atau kehampaan sptiritual Sering kali berpikiran negatif dan irrasional Menggunakan obat-obatan terlarang Sikap menantang dan destruktif Melakukan tindakan yang berisiko Kurang memiliki ketabahan.
Coloroso dalam Paresma Elvigro menyebutkan bahwa siswa yang terperangkap dalam perilaku bullying tidak akan mengembangkan hubungan yang sehat baik interpersonal, kurang cakap memandang segala sesuatu dari perspektif yang lain (memiliki sudut pandang yang sempit), tidak memiliki empati dan akan menganggap bahwa dirinya yang paling kuat dan disukai, sehingga mampu memengaruhi pola hubungan sosialnya di masa mendatang. Mereka juga akan berpikir bahwa mempunyai kekuasaan atau dapat mendominasi segala hal.
Universitas Sumatera Utara
Mereka juga akan mengembangkan tindak perilaku kriminal lainnya yang lebih beragam.100 Untuk mengetahui lebih rinci mengenai dampak kekerasan ataupun bullying yang terjadi dalam lingkungan sekolah khususnya pada tingkat sekolah dasar pada anak sebagai pelaku maupun anak sebagai korban, maka penulis melakukan penelitian dengan melakukan wawancara kepada kepala sekolah pada tiga sekolah dasar yang berada di tiga kecamatan yang berbeda di kabupaten labuhanbatu selatan yang hasil wawancaranya menyebutkan sebagai berikut : Pada SD Negeri No.117874 Kecamatan Kotapinang, Dampak yang dialami anak yang melakukan kekerasan kepada temannya adalah berupa pemberian sanksi yang diberikan kepada anak yang melakukan kekerasan kepada temannya. Sanksi tersebut berupa pemberian surat panggilan kepada orang tua, apabila setelah 3 kali orang tua dipanggil dan anak tersebut tidak berubah juga maka sanksi pengeluaran dari sekolah akan diberlakukan. 101 Sementara itu dampak yang dialami siswa yang menjadi korban yaitu dapat berupa : adanya luka fisik yang mengakibatkan anak harus menjalani proses pengobatan. Korban jadi enggan untuk datang ke sekolah karena malu mendapat ejekan dari teman-temannya seperti pada kasus sari siswa kelas 3 yang dikucilkan oleh teman sekelasnya. Pada SD Negeri No.11227 Kecamatan Torgamba, dampak yang dialami oleh anak sebagai pelaku kekerasan adalah berupa hukuman yang diberikan oleh guru seperti : menyiram tanaman, membersihkan ruangan dan bahkan lari keliling 100
Ibid.,hlm.21 Hasil wawancara dengan Hj. Netty Ariani, S.Pd Kepala Sekolah SD Negeri No.117874 Kecamatan Kotapinang. 101
Universitas Sumatera Utara
lapangan. Sedangkan dampak yang dialami anak sebagai korban kekerasan adalah anak menjadi malas untuk pergi ke sekolah, anak mengalami luka-luka, dan anak tersebut jadi takut untuk berteman dengan yang lain. 102 Pada SD Negeri No. 117491 Kecamatan Sungai Kanan, dampak yang dialami anak sebagai pelaku kekerasan adalah pemberian sanksi oleh pihak sekolah berupa surat peringatan dan pemanggilan orang tua serta muncul stigma dari siswa lain bahwa anak tersebut adalah anak jahat dan dijauhi oleh temannya yang lain. Sedangkan dampak yang dialami korban adalah korban tidak mau masuk sekolah lagi dan akhirnya pindah sekolah.
102
Hasil wawancara dengan HJ.Nurliani S.Pd Kepala Sekolah SD Negeri No.112227 Kecamatan Torgamba
Universitas Sumatera Utara