BAB II RIWAYAT HIDUP TITUT EDI PURWANTO
A. Latar Belakang Keluarga Titut Edi Purwanto Keluarga merupakan satuan masyarakat yang terkecil yang sekaligus merupakan suatu kelompok kecil dalam masyarakat (Ahmadi, 1991 : 87). Keluarga sebagai kelompok sosial yang terdiri dari sejumlah individu yang mempunyai ikatan satu sama lain. Masingmasing individu mempunyai tanggung jawab serta kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi didalam suatu ikatan, setelah itu baru menuntut haknya. Keluarga biasanya terdiri dari ayah, ibu, anak, cucu dan berkembang menjadi ikatan yang lebih luas lainnya. Disadari atau tidak, biasanya keluarga akan mewariskan nilai-nilai norma yang tentu saja dengan penyesuaian dari sebuah keluarga terdiri dari seorang suami, seorang istri, dan anak biasanya tinggal dalam satu rummah yang sama, biasanya disebut sebagai keluarga inti. Secara resmi biasanya selalu terbentuk oleh adanya hubungan perkawinan. Observasi kali ini juga memiliki keluarga yang utuh dan dapat dijelaskan seperti berikut. Titut Edi Purwanto lahir pada tanggal 18 September 1965 di Banyumas. Sejak kecil pria yang berambut gondrong dan berjamban ini memang sudah tertarik menggambar. Dalam keluarganya hanya Titut saja yang tertarik dengan dunia seni khususnya seni lukis. Ketertarikannya dalam dunia seni tersebut tidak ada yang memaksakan beliau untuk mejadi seniman pelukis karena menurut beliau seniman/pelukis itu dilahirkan. Dan oleh kedua orang tuanya beliau sudah didukung untuk menggambar sejak kecil (Wawancara Titut Edi Puerwanto, 3 November 2016). Beliau lahir di lingkungan keluarga yang mempunyai ajaran Agama yang kuat. Anak pertama dari enam bersaudara itu bukan hanya memiliki kecintaan terhadap seni tetapi 23
Biografi Titut Edi …, Cahyoko, FKIP UMP, 2017
mempunyai kesukaan pada bidang pertanian dan perkebunan. Titut Edi Purwanto lahir dari pasangan suami istri yang bernama H. Kirwanto dan Hj. Siti Satingah. Kirwanto merupakan ayah yang mempunyai jiwa pemimpinan yang besar yaitu berjuang dengan sungguh-sungguh untuk kehidupan keluarganya. Bukan hanya sosok ayah yang berjiwa pemimpin Kirwanto juga menjadi seorang ayah yang sangat dibanggakan oleh ke enam anak-anaknya karena cara mendidik yang luar biasa. Kirwanto selalu menanamkan nilai-nilai kehidupan yang baik kepada anak-anaknya, seperti pendidikan, kedermawanan, dan keimanan. Dalam pendidikan walaupun Kirwanto hanya lulusan STM Mesin. Namun, dalam mendidik anak-anaknya beliau menanamkan bahwa pendidikan itu sangat penting untuk kehidupan masa depan. Kemudian kedermawanan beliau mengajarkan agar selalu berbagi kepada sesama manusia “lebih baik memberi daripada meminta, apa yang kamu lakukan jangan mikir duit rejeki tidak akan tertukar sudah ada yang mengatur” (Wawancara Titut Edi Purwanto, 3 November 2016). Menurut Kirwanto nilai kedermawanan sangat penting karena jika apa yang kita beri kepada yang membutuhkan jika dilakukan secara ikhlas pasti akan mendapat balasan yang setimpal bahkan lebih. Seperti sejak kecil beliau sangat ingat jika ada truk/ mobil yang mogok dipinggir jalan, entah itu orang yang dikenal atau tidak, pasti beliau selalu disuruh oleh bapaknya untuk menolong. Dengan cara memberi makanan seperti singkong rebus, pisang rebus dari hasil kebun sendiri, karena pada jaman dulu belum ada warung-warung makanan dipinggir jalan seperti sekarang ini setiap 100 meter sudah ada warung-warung makanan. Dari satu contoh sikap dermawan yang diajarkan oleh bapak beliau, walaupun kita melaukan kebaikan ygn sangat kecil sekalipun pasti akan bermanfaat jika diberikan kepada yang membutuhkan. Setelah apa yang diajarkan oleh orang tua beliau, kemudian dipraktekan
24
Biografi Titut Edi …, Cahyoko, FKIP UMP, 2017
jugauntuk mendidik kedua anak-anaknya yaitu kedermawanan (wawancara Titut Edi Purwanto, 15 Desember 2016). Selanjutnya nilai keimanan, beliau diajarkan nilai-nilai keimanan sejak kecil yaitu dengan prinsip harus sudah bangun jam 4 pagi, dan pada sore harinya harus mengaji. Jadi dengan nilai keimanan tersebut sangat bermanfaat karena bukan hanya mendekatkan dengan Tuhan tetapi juga menanamkan nilai kedisiplinan didalamnya. Karena didikan bapaknya tersebut beliau sampai sekarang pasti sudah bangun jam4 pagi untuk sholat subuh dan jam 5 pagi beliau sudah berkebun. Dalam nilai-nilai keimanan yang beliau dapatkan dari bapaknya tersebut akhirnya di praktekkan juga untuk mendidik kedua anaknya. Menurut beliau cara mendidik bapaknya sangat baik dan beliau sangat bangga kepada bapaknya, bukan hanya seorang ayah saja yang bertugas menafkahi keluarga tetapi juga mendidik anak-anaknya untuk menjadi orang yang bisa bermanfaat bagi orang banyak. Dan yang paling membanggakan bagi beliau adalah bapaknya meninggal pada hari jum’at sedang berkotbah di masjid tiga tahun yang lalu (Wawancara Titut Edi Purwanto, 15 Desember 2016). Sedangkan ibunya yang bernama Siti Satingah merupakan seorang ibu rumah tangga yang hanya lulusan SMP, tetapi walaupun hanya lulusan SMP beliau bisa mengantarkan keenam anak-anaknya ke masa depan yang baik walaupun dengan cara yang sederhana. Bukan hanya pendidikan saja yang penting akhlak mulia juga sangat penting menurut beliau karena jika orang pintar tetapi tidak memiliki akhlak yang baik percuma saja, jadi pendidikan dengan akhlak harus seimbang agar dapat mempunyai mental dan jiwa yang baik (Wawancara Titut Edi Purwanto, 3 November 2016). Titut Edi Purwanto kemudian menikah dan mempunyai seorang istri yang bernama Tri Indarwati yang berasal dari desa Kebocoran, Kecamatan Kedung Banteng, Kabupaten Banyumas. Dari situ mereka memiliki kecocokan dalam bidang seni, Titut Edi Purwanto seni 25
Biografi Titut Edi …, Cahyoko, FKIP UMP, 2017
lukis sedangkan istrinya Tri Indarwati lulusan dari ISI jogja Jurusan seni tari. Seorang perempuan kelahiran Banyumas 28 Oktober 1994 itu merupakan sosok istri yang baik dan berpendidikan. Sekarang dia bekerja menjadi seorang guru yang bertanggung jawab, religious dan penyanyang kepada beliau dan kedua anaknya.Bukan hanya penyayang kepada anak kandungnya tetapi penyanyang kepada anak-anak didiknya.Tri Indarwati juga seorang istri yang selalu mendukung segala sesuatu yang dilakukan oleh suaminya Titut Edi Purwanto seperti terjun mendalami sebagai seorang seniman (Wawancara Titut Edi Purwanto, 3 November 2016). Setelah menikah akhirnya beliau di karuniai dua orang anak yaitu yang pertama bernama Muhammad Husbi Sadam Akindi l lulusan STIMIK Tasikmalaya dan sekarang sudah bekerja di bank BRI. Titut Edi menamai anak pertamanya Sadam terispirasi dari tokoh Negara Irak yaitu Saddam Hussain, Ia adalah presiden dan dictator Irak dari 16 Juli 1979 hingga April 2003. Kekuasaanya berakhir setelah Irak diserang oleh suatu pasukan koalisi yang dipimpin Amerika Serikat pada 2003. Menurut Titut, Sadam dianggap tokoh bangsa Arab yang pemberani, karena berani menentang pemerintahan Israel dan Amerika Serikat. Kemudian anak yang kedua bernama Analis Hasbi Azizah masih menimba ilmu kuliah di Stimikom Yos Sudarso Purwokerto. Kedua anaknya tersebut semuanya mendapat kasih sayang yang cukup. Sejak pernikahanya dengan Tri Indarwati beliau tergolong sebagai pemuda yang sudah mapan dan berkecukupan. Jadi secara perekonomian sangat terpenuhi kebutuhan keluarganya (Wawancara Titut Edi Purwanto, 15 Desember 2016). Dari kedua anak Titut Edi dan Tri Indarwati ini, anak-anaknya tidak ada memiliki aliran seni yang besar atau tidak ada yang melanjutkan profesi dari orang tuanya sebagai Pelukis. Ini bukan tidak dicoba oleh Titut Edi untuk menurunkan pengetahuan seni bapaknya kepada anak-anak mereka. Karena Titut Edi lebih memilih untuk membebaskan kepada 26
Biografi Titut Edi …, Cahyoko, FKIP UMP, 2017
kedua anak-anaknya untuk memilih jalan mereka sendiri menjadi apa yang mereka inginkan. Namun, itulah namanya seni. Menurut Titut jikalau anak tidak ada di dalam dirinya bakat seni sulit untuk memaksa untuk bisa melakukan kreatifitas dari seni itu, karena seni/seniman itu adalah dilahirkan bukan panggilan jiwa dan tidak sesaat jadi tidak bisa dipaksakan (Wawancara Titut Edi Purwanto, 3 November 2016).
B. Riwayat Pendidikan dan Pekerjaan Titut Edi Purwanto Pendidikan secara etimologis berasal dari bahasa Yunani “Paedagogike”. Kata tersebut merupakan kata majemuk yang terdiri dari kata “Pais” yang berarti anak dan kata “Ago” yang berarti aku membimbing. Jadi Paedagogike berarti aku membimbing anak. Orang yang pekerjaanya membimbing anak dengan maksud membawanya ketempat belajar, dalam bahasa Yunani disebut “Paedagogos”. Jika kata ini diartikan secara simbolis, maka perbuatan membimbing, seperti dikatakan diatas, merupakan inti perbuatan mendidik yang tugasnya hanya untuk membimbing saja, dan kemudian pada suatu saat ia harus melepaskan anak itu kembali (kedalam masyarakat) (Hadi, 2008 : 7). Pendidikan menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 tentang sistem Pendidikan Nasional, menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang dimiliki dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Masa kanak-kanak Titut Edi Purwanto sama seperti anak-anak pada umumnya yang suka bermain dengan teman-temannya disekitar rumahnya. Titut termasuk anak yang ramah, ceria di lingkungan sekitarnya dan sudah kelihatan bakat melukisnya dari kecil karena ketika ada kertas kosong dan pensil, beliau langsung saja menggambar. Dan bukan hanya suka 27
Biografi Titut Edi …, Cahyoko, FKIP UMP, 2017
menggambar sejak kecil, Titut juga sudah mulai kelihatan jiwa seninya sejak masa kanakkanak ketika beliau bermain dengan teman-teman sebayanya yaitu membuat karya seni menggunakan tanah liat yang di bentuk sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah bentuk karya seni ciptaan dari ide polos anak-anak. Berawal dari sebuah tanah liat, sentuhan tangan seniman beliau sudah mulai terlihat karena jika dibandingkan teman-teman sebayanya hasil karya anak-anak yang berasal dari tanah liat lebih memiliki seni. Walaupun hanya bermain dengan berbahan baku tanah liat yang tidak mengeluarkan biaya namun hal itu bisa mengasah daya kekreatifitasan anak-anak dalam membuat kerajinan dan yang terpenting adalah sangat membahagiankan anak-anak pada zaman dulu tidak seperti anak-anak jaman sekarang yang sudah melupakan permainan tradisional dan lebih memilih berdiam diri di kamar bermain gadget (Wawancara Titut Edi Purwanto, 15 Desember 2016). Pendidikan Titut sama seperti anak-anak pada umumnya, beliau memulai pendidikannya di TK dan kemudian langsung melanjutkan ke SD. Beliau mengenyam pendidikan Sekolah dasar selama 6 tahun. Setelah luluh SD beliau melanjutkan jenjang jenjang pendidikannya di SMP pada saat masuk SMP beliau ini termasuk yang seperti sekarang ini suka berbuat aneh-aneh, dan memiliki sifat dermawan seperti apa yang sudah diajarkan bapaknya sejak kecil. Setelah lulus SMP kemudian beliau melanjutkan di PGA (Pend. Guru Agama) kemudian SMA/STM atau sederajat yaitu di STM Pertanian, pada jaman
remaja
tesebut
beliau
memang
sudah
menyukai
bidang
peranian
dan
perkebunan.Kemudian setelah lulus di PGA beliau melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi yaitu IKIP Muhammadiyah jurusan PAI (Tarbiyah) (Wawancara Titut Edi Purwanto, 3 November 2016). Pada waktu menempuh pendidikan di IKIP PAI (Tarbiyah) beliau tidak menyelesaikan studinya. Walapun beiau tidak menyelesaikan studi Pendidikan Agama Islam 28
Biografi Titut Edi …, Cahyoko, FKIP UMP, 2017
(Tarbiyah) beliau tidak merasa menyesal. Kemudian akhirnya beliau melanjutkan dengan mengikut kursus di LPP (Lembaga Pendidkan Perkebunan). Pada dasarnya Titut memang menyukai bidang pertanian dan perkebunan akhirnya mengambil kursus di LPP (Lembaga Pendidkan Perebunan) (Wawancara Titut Edi Purwanto, 3 November 2016). Titut Edi Purwanto mungkin sebuah nama yang masih asing didengar bagi sebagian besar kalangan muda di Banyumas. Sebelum beliau terjun kebidang seni atau berkesenian beliau lebih dulu dikenal sebagai seorang juragan dan petani. Karena sebelum berkesenian beliau lulusan kursus dari LPP, dan melanjutkan dinas di PT. PN Nusantara 9 Persero pada tahun 1995. Pada masa kerjanya di PT. PN Nusantara 9 Persero beliau sudah mulai melukis dan banyak lukisan yang diciptakan pada saat masih berdinas (Wawancara Titut Edi Purwanto, 3 November 2016). Pada waktu saat itu beliau menjadi Manager kebun wilayah yang memiliki tanggung jawab, tugas, dan wewenang sebagai berikut: 1. Tanggung Jawab Administrasi kebun/manajer kebun wilayah yang dalam pelaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada direksi. 2. Tugas dan Wewenang a. Penanaman ulang dan pemeliharaan tanaman. b. Pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana perusahaan. c. Pelaksanaan panen dan pengolahan hasil. d. Penerimaan karyawan sesuai dengan ketentuan dan melaksanakan administrasi keuangan/laporan (Wawancara Titut Edi Purwanto, 3 November). Di umur yang masih muda, Titut dapat dikatakan sangat mapan karena beliau memiliki jenjang karir yang tinggi dan hidup dengan perekenomian kelas menengah keatas. Menurutnya, saat itu beliau adalah seorang “bujang sugih” karena diberi rezeki yang lebih 29
Biografi Titut Edi …, Cahyoko, FKIP UMP, 2017
dari cukup jika dibandingkan dengan orang pada umumnya. Awal mula karirnya, beliau menjadi seorang supplier export sayuran dengan penjualan perhari sebanyak 21ton. Menurutnya, beliau mendapat nikmat yang luar biasa karena saat itu dapat bepergian dengan diantar sopir. Lebih dari itu, beliau memiliki beberapa unit mobil, trayek bus angkutan umum, dan rumah yang mewah. Bukan hanya itu, di puncak karirnya beliau juga memiliki tanah pertanian yang luas. Tuhan tidak pernah membocorkan rencana-Nya bahwa beliau akan berada ke titik terendah kehidupannya yaitu saat jatuh derajat danperekonominya, sehingga beliau menjadi miskin. Tanah-tanah pertanian, mobil, dan bus yang dimiliki akhirnya dijual. Seakan-akan beliau adalah seorang raja yang dijatuhkan dari singgasana tertinggi, hingga beliau kembali ke rumah orang tuanya dengan perasaan yang sangat malu (Wawancara Titut Edi Purwanto, 3 November 2016). Pada titik terendah tersebut beliau sempat merasa su’udzon kepada Tuhan ,”Tuhan kenapa Engkau betapa kejam kepadaku, pada diriku?” ucap beliau. Namun, menurut beliau semua itu adalah proses dari roda kehidupan. Meskipun mendapat cobaan yang sangat besar, beliau masih memiliki kekuatan yaitu anak-anak dan istri yang selalu mendampingi sampai sekarang. Satu tahun lamanya beliau tidak memiliki rumah hingga pulang kerumah orang tuanya dengan membawa beberapa hartanya yang masih tersisa yaitu 3 unit mobil dan 1 unit bus. Kemudian semuanya terjual untuk membeli tanah dan membangun rumah yang hingga sekarang menjadi tempat tinggalnya. Akhirnya beliau dapat menyimpulkan proses hidupnya yaitu Tuhan mau memberinya derajat yang lebih dengan cara mengambil materi yang beliau miliki (Wawancara, Titut Edi Purwanto 15 Desember 2016). Secara hakekat, Tuhan akan mengambil apa yang beliau miliki dan menggantinya dengan sesuatu yang jauh lebih baik. Beliau tidak tahu bahwa akan mendapat kebahagiaan yang nikmatnya melebihi materi. Beliau mendapatkan kebahagiaan yang melebihi dari materi 30
Biografi Titut Edi …, Cahyoko, FKIP UMP, 2017
yaitu kebahagiaan rohani, kebahagiaan batin, dan ketenangan hidup. Sekarang Titut merasa memiliki kenyamanan dan kebahagiaan yang lebih karena dapat memiliki waktu yang lebih dengan bertemu kedua anak dan istrinya setiap hari. Sedangkan dahulu, walaupun beliau memiliki harta dan materi yang lebih, beliau justru tidak memiliki waktu bersama anak dan istrinya. Hal itu dikarenakan beliau hanya mengejar karir dan materi. Pada akhirnya beliau menyadari bahwa jangan pernah berprasangka buruk terhadap Tuhan karena semua yang diambil pasti akan diganti dengan yang lebih baik. Dan yang pasti semua hal telah terjadi entah itu peristiwa buruk ataupun peristiwa baik pasti akan ada hikmahnya di waktu yang akan datang (Wawancara Titut Edi Purwanto, 15 Desember 2016). Titut merasa hidupnyasaat ini lebih nikmat, melebihi nikmat ukuran materi dengan dicukupi kebutuhan hidup terutama kebutuhan rohani, dapat bercengkrama dengan anak dan istri, dapat menikmati kehidupan yang beliau tidak terpikirkan sebelumnya yaitu ada pengakuan dari alam dan Tuhan karena dianggap sebagai seorangseniman, dianggap sebagai budayawan, dan ditokohkan. Hal tersebut bukan merupakan cita-citanya, Titut memiliki keinginan untuk menjadi kepala bagian (kapbag) di perkebunan karena jenjang karir beliau pada saat itu sangat luar biasa yaitu menjadi manajer kebun wilayah dengan usia yang masih muda. Namun, sayangnya beliau memutuskan untuk pensiun dini. Administrator/ Direktur kecewa ketika beliau memutuskan untuk pensiun muda dan karena kesombongan itu lah beliau akhirnya jatuh (Wawancara Titut Edi Purwanto, 15 Desember 2016). Saat ini beliau merasa telah mendapatkan mahkotanya yang lebih dari materi. Dahulu Titut hanya dikenal sebagai juragan sayur, didatangi oleh pedagang sayur, kuli panggul, dan petani hanya untuk melakukan transaksi jual beli. Tetapi sekarang beliau justru dibutuhkan oleh mahasiswa, dosen, wartawan, dan orang berpendidikan lainnya hingga beliau terus memperoleh ilmu untuk memenuhi kebutuhan batinnya. Secara tidak langsung beliau telah 31
Biografi Titut Edi …, Cahyoko, FKIP UMP, 2017
membaca alam dan peristiwanya serta mengolahnya menjadi ilmu. Sejarah hidupnya dapat menjadi ilmu untuk dirinya dan orang lain (Wawancara Titut Edi Purwanto, 15 Desember 2016).
C. Kehidupan Sosial Titut Edi Purwanto Kehidupan seseorang tidak akan bisa terlepas dari keadaan sosial budaya yang ada di sekitarnya. Budaya baru yang lahir karena adanya proses interaksi yang terjalin antar individu dan keadaan sosial terbentuk akibat dari adanya interaksi antara satu dengan yang lainnya. Interaksi sosial dapat tercipta apabila adanya aktivitas yang dilakukan oleh lebih dari satu individu. Individu itu sendiri merupakan satuan dalam lingkungan sosial. Lingkungan sosial yang terbentuk dari beberapa individu, kemudian membentuk suatu lapisan masyarakat. Menurut Soerjono Soekamto, masyarakat adalah orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan (Warsito, 2012 :115-116). Kehidupan sosial Titut Edi Purwanto hampir sama seperti kehidupan orang pada umumnya. Titut tinggal di Jalan Lemah Urug No. 1, Desa Pangebatan, Kecamatan Karanglewas, Kabupaten Banyumas. Interaksi yang ada antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya pun biasanya tidak semua berjalan mulus seperti apa yang semua orang inginkan. Tidak sedikit datang cibiran dari kalangan masyarakat, terkait dengan bidang yang beliau geluti.Sebagian dari mereka ada yang menganggap bahwa Titut adalah orang yang kafir, musyrik, dan sebagainya. Namun, beliau menanggapinya dengan positif, dan memakluminya. Titut berpandangan masyarakat sekarang sedang mengalami zaman cowong, dimana cowongan sendiri menggambarkan sesosok orang yang sangat stylish namun pada bagian kepalanya kosong, tidak ada isinya. Dengan kebudayaan Banyumas ini Titut ingin menyampaikan sebuah pesan cinta kasih terhadap sesama dan juga alam, karena kebanyakan 32
Biografi Titut Edi …, Cahyoko, FKIP UMP, 2017
pikiran
manusia
sudah
di
kuasai
oleh
nafsu
(Dikutip
dari
http://www.lpm-
projustitia.com/2011/04/titut-purwanto-sosok-pemerhati-budaya.html diakses pada tanggal 27 Desember 21.14 WIB). Meskipun beliau memiliki sifat yang nyentrik dan suka berbuat yang aneh-aneh namun, Titut juga memiliki sifat ketergantungan terhadap orang lain. Kebutuhan dan gaya hidup manusia tidak lepas dari peran manusia lain, karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tetapi butuh interaksi dan gesekan agar bisa bersosialisasi antara manusia dengan manusia lain. Titut Edi Purwanto terkenal dilingkungan sekitarnya selain bertani dan melukis beliau pun menjadi Seorang da’i. Dalam melukis beliau terkenal sering mengadakan atraksi dengan mengumpulkan sejumlah pelukis untuk melukis dengan cara yang tidak biasa. Umumnya melukis dengan kuwas.Ini justru dengan tubuhnya yang berguling untuk menorehkan catnya di canvas sehingga membentuk sebuah obyek lukisan. Di depan rumah tinggalnya digantung berbagai lukisan hasil karyanya sendiri jadi ketika kita berkunjung kerumahnya akan disambut oleh berbagai lukisan yang mengagumkan. Dan yang paling menarik perhatian adalah papan nama bertuliskan: Rumah Dinas Wakil RT. Di depan rumah juga ada baliho yang bertuliskan AWAS DI SINI ADA SETAN ! dan lainnya. Tulisan itu ternyata mengundang banyak pertanyaan dari masyarakat khususnya yang membacanya. Bahkan ada wartawan dari Jakarta yang datang untuk memperkenalkan diri dan meminta berfoto bersama. Wartawan tersebut mengaku merasa terganggu dengan tulisan tersebut sehingga terdorong ingin bertemu dengan pemilik rumah. Titut Edi selalu terbuka untuk siapa saja tidak peduli pejabat, orang biasa, kaya miskin, tua muda, beliau tidak pernah membedakan tamunya yang berkunjung kerumahnya selalu ramah dan sangat senang sekali jika beliau bisa membantu jika ada yang memerlukan bantuannya. Pada dasarnya Titut Edi suka mengobrol jadi siapa saja yag baru pertama kali 33
Biografi Titut Edi …, Cahyoko, FKIP UMP, 2017
bertemu akan merasa betah jika mendengarkan cerita beliau, tidak lupa juga disela-sela cerita sederhana pasti memberikan kata-kata petuah atau motifasi karna bagi beliau anak muda harus menemukan jati dirinya karna anak muda aadalah sebagai penerus. Dalam kesehariannya selain menjadi seorang seniman lukis dan petani, beliau sangat bersyukur karena dengan berkesenian akhirnya bisa bertemu dan bergabung dengan orangorang populer. Diantaranya beliau kini bergabung dengan komunitas MH Ainunun Najib. Hal ini karena Titut pernah mengisi acara di rumah MH Ainun Najib (Cak Nun) di Jawa Timur dan kini ia menjadi bagian dari komunitasnya Mocopat Tasyakuran. Beberapa kegiatan yang dilakukan Titut dengan komunitas MH antara lain setiap malam minggu ke dua mengadakan sarasehan di pendopo wakil bupati Banyumas. Titut sebagai salah seorang pemantik acara diskusi ini. Bulan April 2015 lalu merupakan ulang tahun ke dua dari acara ini.
Dalam pertemuan itu biasanya diisi dengan perbincangan seputar kondisi bangsa ini, namun bukan dari sisi politik tapi sisi ilmu baik yang berhubungan dengan alam, keuangan, sosial masyarakat dan lain sebagainya. Dalam pertemuan ini diikuti oleh sejumlah ilmuwan. Dalam acara ini juga diselingi dengan pentas kesenian. Biasanya peserta tidak ngantuk bahkan
acara
bulan
Maret
lalu
sampai
jam
2.30
WIB
(dikutip
dari
http://www.selarasindo.com/?p=3196 diakses pada tanggal 27 Desember 2016 pukul 22.04 WIB). Bukan hanya itu sata Titut Edi juga bergabung dalam DKB (Dewan Kesenian Banyumas) sampai sekarang. Beliau dikenal sebagai seniman Banyumas pemberani. Keberanian Titut terletak pada pilihannya melestarikan budaya cowongan dengan menjaga kemurnian
isi
bahasanya
yang
mungkin
menurut
beberapa
orang
cukup
tabu
diperbincangkan. Akan tetapi Titut, dengan semangat pelestarian yang total berhasil membawa cowongan menjadi dikenal tidak hanya di masyarakat bawah, namun juga 34
Biografi Titut Edi …, Cahyoko, FKIP UMP, 2017
merambah
dunia
pendidikan
tinggi
dan
luar
negeri
(Dikutip
dari
http://unsoed.ac.id/id/node/744 diakses pada tanggal 27 Desember 2016 pukul 22.30 WIB). Titut Edi Purwanto adalah orang pertama yang meletupkan berkesenian di Curug Cipendok, Cilongok Banyumas ini. Beliau mementaskan berbagai kesenian tradisional di tempat itu. Dalam setiap kesempatan beliau mengundang wartawan untuk mengangkat potensi yang ada di Cipendok. Dari semula tempat ini sepi pengunjung, kini menjadi ramai merupakan salah satu jasanya karena beliau orang yang pertama kali mengadakan atraksi di sana untuk mengangkat kembali legenda Cipendok. Sekarang curug Cipendok menjadi terkenal dan sangat terasa bagi masyarakat sekitar karena sering diadakan atraksi menjadikan Curug Cipendok ramai pengunjung otomatis membuat perekonomian warga sekitar meningkat.
35
Biografi Titut Edi …, Cahyoko, FKIP UMP, 2017