BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Bali merupakan daerah tujuan wisata yang terkenal di dunia, yang sekaligus membawa nama harum negara Indonesia di dunia internasional. Kawasan tujuan wisata di Bali pada umumnya terpusat di daerah Bali Selatan di sekitar Denpasar, pantai Kuta, pantai Sanur, dan sekitarnya. Tidak demikian halnya dengan Bali Utara terutama di Kabupaten Bangli. Daerah tersebut tidak diragukan lagi juga memiliki beragam daya tarik budaya serta tempat-tempat menarik lainnya. Namun tampaknya masih perlu dikembangkan lagi menuju aspek ekowisata dengan terlebih dahulu melihat kembali tata ruang yang sudah ada. Pengertian dan konsep dasar ekowisata menyebutkan sebagai suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan serta kesejahteraan penduduk setempat. Kabupaten Bangli merupakan sebuah kabupaten dari sembilan kabupaten di Provinsi Bali yang tidak memiliki Kawasan Pariwisata dalam RTRWK-nya. Kabupaten Bangli terdiri atas empat kecamatan, yaitu Kecamatan Bangli, Kecamatan Susut, Kecamatan Tembuku, dan Kecamatan Kintamani. Kec. Kintamani memiliki Gunung Batur yang sangat aktif dengan beberapa kali letusan dahsyat yang telah menimbulkan dua kaldera besar. Kaldera ini memiliki keunikan dan keindahan alamiah sedemikian rupa sehingga telah mendapat pengakuan sebagai anggota Global Geopark Network (GGN) dari UNESCO pada tanggal 22 September 2012 (Harian Kompas, Sabtu, 22 September 2012, halaman 22, kolom 2-5). Kaldera G. Batur tersebut telah diklasifikasikan sebagai daerah rawan bencana geologi dalam Draft RTRWK Bangli 2011-2031.
1.2. Pokok Permasalahan Pokok permasalahan yang ada adalah perlunya dikaji kembali tata ruang yang ada untuk mengetahui di mana saja area yang berpotensi untuk pengembangan ekowisata di Kabupaten Bangli berdasarkan prinsip-prinsip dan kriteria pengembangan ekowisata. Permasalahan selanjutnya adalah bahwa pada daerah rawan bencana geologi (di dalam kaldera G. Batur dan
sekitarnya) pada dasarnya telah terdapat berbagai kegiatan masyarakat jauh sebelum adanya regulasi kepariwisataan, misalnya adanya Desa Trunyan di Kec. Kintamani yang memiliki budaya berusia ratusan tahun yang lalu bernama mepasah, meletakkan jenazah di dekat pohon yang mengeluarkan aroma wangi. Kegiatan masyarakat di area Geopark dan sekitarnya ini perlu terus
dikembangkan
untuk
mendapatkan
dan
meningkatkan
income
masyarakat setempat.
1.3. Maksud dan Tujuan Maksud penelitian ini adalah meninjau kembali tata ruang Kabupaten Bangli untuk mendapatkan area yang sesuai dengan kegiatan pengembangan Ekowisata. Tujuan penelitian ini adalah dihasilkannya area hasil analisis spasial berdasarkan prinsip dan kriteria pengembangan ekowisata sebagai area potensi pengembangan ekowisata.
1.4. Metodologi Pelaksanaan Metodologi pekerjaan dilaksanakan dalam tahap-tahap: studi pustaka, pengumpulan data dan survei lapangan, analisis spasial dengan teknik zonasi dalam sistem informasi geografis (SIG), serta analisis deskriptifobservatif. a. Lokus Kegiatan adalah Kabupaten Bangli di Provinsi Bali yang berlokasi di Bali sebelah Utara. Dalam hal ini lokus di Bali sebelah Utara dipilih sebagai tempat yang perlu dikembangkan, bukan hanya di Bali sebelah Selatan yang sudah sangat berkembang, di samping bahwa Bali merupakan bagian dari daftar MP3EI. b. Fokus Kegiatan adalah masalah sosial kemanusiaan dan Pariwisata yang keberadaannya harus memperhatikan kelestarian lingkungan (ekosistem). c. Bentuk Kegiatan adalah kajian yang bersifat deskriptif kualitatif dengan survey pengumpulan data primer dan sekunder di lapangan. Selanjutnya dilakukan pengolahan data termasuk analisis spasial dan analisis deskriptif-observatif, dan akhirnya dilakukan visualisasi ke dalam Peta Potensi Pengembangan Ekowisata Kabupaten Bangli.
BAB II PERKEMBANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN
2.1. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan a. Perkembangan Kegiatan Studi pustaka dan Inventarisasi existing area Ekowisata dilakukan dalam satu kegiatan mempelajari dan memahami baik dasar teori maupun keadaan factual yang ada. Sementara itu Pengumpulan data primer dan sekunder dilaksanakan baik di Pusat maupun dalam survey lapangan di Provinsi Bali dan Kabupaten Bangli pada bulan April 2012, sekaligus mengawali koordinasi dengan instansi terkait. Dari Pemda Provinsi Bali dan Kabupaten Bangli antara lain diperoleh data dan dokumen serta album peta RTRWK Bangli (draft akhir), dilanjutkan dengan penyiapan peta dasar tematik dan citra satelit. Dalam pengolahan data dilakukan interpretasi citra dan analisis spasial. Analisis spasial dilakukan berdasarkan pada prinsip dan kriteria pengembangan ekowisata, dan menggunakan metode penetapan zonasi spasial dengan teknik system informasi geografis (SIG). Sebagai visualisasi hasil analisis maka dilanjutkan dengan desain kartografis dan konstruksi Peta Potensi Pengembangan Ekowisata, Setelah selesai penyusunan laporan akhir maka dilanjutkan dengan kunjungan ke Pemda Kabupaten Bangli untuk meangsungkan Workshop dan promosi hasil penelitian ke Pemda Kabupaten Bangli pada 20-25 September 2012.
b. Kendala-Hambatan Pelaksanaan Kegiatan Pada dasarnya tidak terjadi kendala-hambatan dalam pelaksanaan kegiatan. Yang ada adalah terjadinya sedikit perbedaan pemahaman antara misi penelitian dengan kehendak yang muncul dari Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bangli, yaitu untuk membangun dan mengembangkan kepariwisataan yang juga meningkatkan kegiatan ekonomi di wilayah Kecamatan Kintamani meski pun berada di area rawan bencana geologi.
Melalui dialog yang kondusif perbedaan tersebut telah bisa diatasi dengan mempertemukan persepsi yang sama hingga ke pembahasan hasil akhir (output) penelitian.
2.2. Pengelolaan Administrasi Manajerial a. Perencanaan Anggaran Perencanaan Anggaran disesuaikan dengan system pencairan yaitu dalam termin 1 sebesar 30% yaitu Rp.75.000.000,-, termin 2 sebesar 50% yaitu Rp.125.000.000,-, dan termin 3 sebesar 20% yaitu Rp.50.000.000,-. Masing-masing perencanaan setiap termin dianggarkan sesuai dengan butir kegiatan yaitu “Gaji-upah”, “Bahan habis pakai”, “Perjalanan”, dan “Lain-lain”.
b. Mekanisme Pengelolaan Anggaran Mekanisme pengelolaan anggaran mengalir dalam bentuk koordinasi antara Peneliti Utama (Principle Investigator) dengan Koordinator Lembaga dan Bagian Administrasi Keuangan Lembaga, yang dilanjutkan dengan koordinasi kerja dengan PKPP Ristek. Pelaksanaan kegiatan dalam Termin 1 terdiri atas persiapan materi penelitian kepariwisataan ini, studi pustaka, dan dilanjutkan dengan survey lapangan ke Provinsi Bali dan Kabupaten Bangli untuk mengumpulkan data primer dan sekunder, selain pemberian komponen gaji-upah dalam jam kerja sebesar 30%. Biaya yang terpakai dalam pelaksanaan Termin1 ini sebesar Rp.74.907.400,- sehingga tersisa sebesar Rp.92.600,- yang dimasukkan penggunaannya ke dalam Termin 2. Semua pembiayaan pelaksanaan Termin 1 telah diperhitungkan juga berbagai jenis Pajak yang terkait yaitu PPh untuk gaji-upah dan PPn untuk pembelanjaan. Hasil kegiatan Termin 1 ini telah memberikan kemajuan target kinerja sebesar 50%. Pelaksanaan kegiatan dalam Termin 2 terdiri atas pengolahan data dan analisis spasial serta analisis deskriptif-observatif, dilanjutkan dengan desain dan visualisasi kartografis yang menghasilkan Peta Potensi Pengembangan Ekowisata Kabupaten Bangli. Selanjutnya dilakukan kunjungan ke Kabupaten Bangli untuk melaksanakan workshop yang
berfungsi sebagai verifikasi dan sosialisasi hasil penelitian. Kegiatan lainnya adalah pemberian komponen gaji-upah dalam jam kerja sebesar 50%. Biaya yang terpakai dalam pelaksanaan Termin2 ini sebesar Rp.125.088.000,- Semua pembiayaan pelaksanaan Termin ini telah diperhitungkan juga Pajak PPh untuk gaji-upah dan PPn untuk pembelanjaan. Hasil kegiatan Termin 2 ini telah memberikan kemajuan target kinerja sebesar 100% di akhir bulan September 2012. Pelaksanaan kegiatan dalam Termin 3 terdiri atas finishing akhir Laporan Akhir disertai lampiran berupa Peta Potensi Pengembangan Ekowisata Kabupaten Bangli. Selain itu juga pemberian komponen gaji-upah dalam jam kerja sebesar 20%. Biaya yang terpakai dalam pelaksanaan Termin2 ini sebesar Rp.50.005.000,- Semua pembiayaan pelaksanaan Termin ini juga telah diperhitungkan Pajak PPh untuk gaji-upah. Hasil kegiatan Termin 2 ini telah melengkapi kemajuan target kinerja sebesar 100% di awal bulan Oktober 2012 termasuk pelaksanaan ekspose eksternal seluruh Tim penelitian 2012 di PKPP Ristek di Serpong.
c. Rancangan dan Perkembangan Pengelolaan Aset Laporan Akhir dari penelitian kepariwisataan di Kabupaten Bangli ini dilampiri dengan Peta Potensi Pengembangan Ekowisata Kabupaten Bangli. Peta Potensi ini merupakan aset yang dihasilkan dari penelitian kepariwisataan Kabupaten Bangli tahun 2012. Sesuai dengan hasil workshop maka Peta tersebut telah dirancang dan diakui (dan ditunggu) akan menjadi acuan bagi Pemda Kabupaten Bangli untuk membantu penentuan kebijakan dalam hal pembangunan dan pengembangan kepariwisataan termasuk penyusunan Rencana Induk Pariwisata Daerah (RIPDA) Kabupaten Bangli yang tengah disusun. d. Kendala-Hambatan Pengelolaan Administrasi Manajerial Sejauh
ini
tidak
terdapat
kendala-hambatan
dalam
pengelolaan
administrasi manajerial, kecuali bahwa para Tim peneliti dari Bakosurtanal (sekarang BIG) agak terlambat melakukan pencairan Termin 2 yang 50%.
BAB III METODE PENCAPAIAN TARGET KINERJA
Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan materi teknis substansi penelitian diawali dengan mengacu pada prinsip dan kriteria pengembangan ekowisata, yang dalam implementasinya antara lain meliputi: (a) Memiliki ekosistem yang perlu dilestarikan, (b) Jauh dari daerah rawan bencana geologi G. Batur atau minimal berada di luar tepi kaldera, (c) Topografi yang datar-landai untuk membangun fasilitas wisata, dan umumnya topografi bergelombang (bukit) untuk jalur wisata atau tracking dg keindahan alam dan daya tarik lainnya, (d) Memiliki akses jalan, dan (e) Ada sumber air yang memadai (min. 1 ltr/detik). Implementasi prinsip dan kriteria pengembangan ekowisata ini menjadi dasar dalam analisis spasial dengan teknik zonasi dalam proses SIG. Sebelum melakukan analisis zonasi, dilakukan telaah terlebih dahulu atas petapeta (draft akhir) RTRWK Bangli terdiri atas 24 lembar peta. Telaah atas 24 peta tersebut menghasilkan 5 peta yang berpengaruh secara signifikan, yaitu petapeta: Administrasi Kabupaten Bangli, Kemiringan Lereng, Hidrologi, Kawasan Rawan Bencana Geologi, dan Kawasan Lindung. Juga dihasilkan 2 peta yang dapat memperkuat argumentasi analisis, yaitu peta-peta: Sebaran KDTWK dan DTW. Selanjutnya, metode-prosesnya adalah sebagai berikut.
3.1. Metode-Proses Pencapaian Target Kinerja a. Kerangka Metode-Proses Kerangka metode-proses di sini adalah rangkaian kegiatan telaahan 24 peta-peta RTRWK Bangli, menghasilkan 5 peta untuk analisis zonasi yang didasarkan pada prinsip dan kriteria pengembangan ekowisata, diperkuat argumentasi analisisnya oleh 2 peta, dan memberikan hasil akhir berupa Peta Potensi Pengembangan Ekowisata di Kabupaten Bangli, dengan wujud diagram alir sebagai berikut.
Telaahan 24 peta-peta Tata Ruang
5 peta yang berpengaruh signifikan terhadap area pengembangan ekowisata dg analisis zonasi yaitu: (1) Peta Administrasi, (2) Peta Kemiringan Lereng, (3) Peta Hidrologi, (4) Peta Kawasan Rawan Bencana Geologi, (5) Peta Kawasan Lindung.
2 peta sebagai penguatan argumentasi analisis yaitu: Peta Sebaran KDTWK dan DTW dan Peta Kawasan Strategis Kabupaten.
Analisis Zonasi-SIG berdasarkan prinsip dan kriteria pengembangan ekowisata, antara lain:(1) Memiliki ekosistem yg perlu dilestarikan, (2) Jauh dari daerah rawan bencana geologi G. Batur (minimal di luar tepi kaldera), (3) Topografi yang datar-landai untuk membangun fasilitas wisata, dan umumnya topografi bergelombang (bukit) untuk jalur wisata atau tracking dg keindahan alam dan daya tarik lainnya. (4) Memiliki akses jalan, dan (5) Ada sumber air yang memadai (minimal 1 ltr/detik).
Dan gambar berikut merupakan diagram alir secara ilustratif.
Hasil akhir: Peta Potensi Pengembangan Ekowisata di Kab. Bangli.
b. Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan pencapaian target kegiatan adalah dihasilkannya Laporan Ilmiah “Tinjauan Tata Ruang untuk Pengembangan Ekowisata Kabupaten Bangli” dan disertai visualisasi spasial secara kartografis berupa Peta Potensi Pengembangan Ekowisata di Kabupaten Bangli.
c. Perkembangan dan Hasil Pelaksanaan Litbangyasa Perkembangan kegiatan pelaksanaan Litbangyasa berupa tahapan kegiatan telaahan 24 peta-peta RTRWK Bangli 2011-2031, lalu analisis deskriptif-observatif mendapatkan prinsip dan kriteria pengembangan ekowisata, dilanjutkan dengan analisis spasial secara zonasi dengan teknik
SIG.
Rangkaian
kegiatan
ini
menghasilkan
area
potensi
pengembangan ekowisata yang didesain secara kartografis menjadi peta dengan substansi content sebagai berikut. Hasil kegiatan pelaksanaan Litbangyasa adalah dihasilkannya gambaran spasial area yang menjadi potensi pengembangan ekowisata di Kabupaten Bangli, yaitu area datar-landai dengan kemiringan lereng antara 0-15% seluas 14.996,3 Hektar, bermanfaat sebagai tempat bangunan fasilitas wisata, dan area potensi kawasan lindung dengan kemiringan lereng antara 15-40% seluas 12.998,1 Hektar, bermanfaat untuk jalur tracking ekowisata, juga sebagai area untuk water catchment dan sebagai sarana sempadan sungai. Demikian pula untuk area lokasi penelitian Ekowisata Bukit Bangli adalah berada di area perkotaan Kecamatan Bangli, di Kelurahan Cempaga, dan hal ini jadi merupakan upaya pelestarian lingkungan bukit dalam area perkotaan. Ekowisata Bukit Bangli, seluas 177,9 Hektar, merupakan ekowisata yg secara alami berupa bukit memanjang dengan kelerengan 0 s/d 40% sehingga juga merupakan bukit yang berpotensi sebagai kawasan lindung; dalam hal ini status atau nilai ekowisatanya didasarkan pada ekosistem vegetasi yaitu sebagai hutan dengan tanaman upakara yang harus dilestarikan dan adanya nilai budaya dan religius, serta daya tarik wisata tracking bukit, dengan pemandangan indah ke arah laut selatan. Tabel berikut menunjukkan daftar tanaman upakara di lokasi hutan Ekowisata Bukit Bangli yang harus dilestarikan.
Tabel daftar tanaman upakara Ekowisata Bukit bangli No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48
Nama Lokal Andong Base Bingin Biu Buah Cemara Cempaka Cekuh Cengkeh Ceroring Dapdap Gedang Isen Jagung Jaka Jepun Juuk siem Jerungka Kacang dawa Kacang tunggak Keladi Nyuh gading Kelor Kendal Kepah Kesela bun Kesela sawi Kopi Kunyit Manas Manggis Nangka Nyuh Pandan Pandan harum Pangi Pelawa Pinus Poh Pule Salak Sandat Sentul Temu Tibah Tingkih Tiying Waru
Nama Indonesia Ending Sirih Beringin Pisang Pinang Cemara Cempaka Kencur Cengkeh Duku Dapdap Pepaya Lengkuas Jagung Enau Kamboja Keprok siem Jeruk besar Kacang panjang Kacang merah Talas Kelapa genjah kuning Kelor Kendal Kepah Ketela rambat Ketela pohon Kopi Kunir Nanas Manggis Nangka Kelapa Pandan duri Pandan wangi Pangi Puring Pinus Mangga Pule Salak Kenanga Senul Temu Mengkudu Kemiri Bambu Waru
Nama Latin Hernandes peliata Piper betle Ficus benjamina Musa sepientum Areca catehu Casuarinas equisenifalium Michelia cempaka Kaemferina galangal Eugenia aromatic Lansium sp. Eryterina sp. Carica papaya Longuas galangal Zea mays L. Arenga piñata Alumeria obtusifolia Citrus nobilis Citrus maxima Vigna unguiculata Vigna sinensis Colecassio esculenta Cocus nocifera Moringa aloefera Cordea discotoma Sterculia foetida Ipomea batatas Manihot esculenta Cofea sp. Curcuma domestica Ananas comosus Garcinia mengostoma Artocarpus hetephylum Cocus nocifera Pandanus sp. Pandanus amaryllifolius Pangtum edule Codeum variegatum Pinus merkussi Mangifera indica Alstonia schloris Salaca edulis Cananga odoratum Sandoricum sp. Curcuma sp. Morinda citeriafolia Aleuritis sp. Bambusinae sp. Hibiscus ulliaceanus
Sumber: Disbudpar Kab. Bangli 2011 Berikut adalah foto Ekowisata Bukit Bangli yang tampak di puncaknya berupa Pura utama, foto diambil pada saat kunjungan survey lapangan bulan April 2012.
Sementara itu, Desa Wisata Penglipuran, seluas 62,2 Hektar, perlu ditingkatkan statusnya sebagai Ekowisata Desa Penglipuran karena telah memenuhi kriteria dan prinsip ekowisata, di antaranya ada upaya pelestarian hutan bambu di sekitarnya dan juga ada peningkatan income masyarakat dari kreasi kerajinan bambu dan event budaya lainnya. Berikut adalah foto Desawisata Penglipuran, diambil saat kunjungan survey lapangan bulan April 2012.
Gambar
berikut
adalah
Peta
Potensi
Pengembangan
Ekowisata
Kabupaten Bangli yang telah dihasilkan sebagai visualisasi kartografis hasil penelitian.
3.2. Potensi Pengembangan Ke Depan a. Kerangka Pengembangan Ke Depan Potensi pengembangan ke depan adalah mengusulkan pengembangan/ kelanjutan penelitian kepariwisataan ini dengan kajian, di antaranya: analisis spasial dan deskriptif untuk pencarian dan penetapan lokasi ekosistem yang perlu dilestarikan di Kabupaten Bangli, bisa meliputi peruntukan ekowisata, agrowisata, dan atau desa wisata.
b. Strategi Pengembangan Ke Depan Strategi ini dilandasi bahwa Kab. Bangli sebagai bagian dari Bali di sebelah Utara tetap perlu terus dikembangkan kepariwisataannya mengimbangi Bali di sebelah Selatan yang telah begitu berkembang Idi Denpasar dan sekitarnya). Strategi ini juga dimaksudkan sebagai kerangka dialog dengan Pemda Kab. Bangli membantu perencanaan dan pengembangan kepariwisataan mereka di tahun-tahun ke depan.
BAB IV SINERGI PELAKSANAAN KEGIATAN
4.1. Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program a. Kerangka Sinergi Koordinasi Koordinasi berbentuk pertemuan koordinatif/rapat teknis yang membahas bahan-bahan
substantif
kepariwisataan
dan
workshop
sebagai
pelaksanaan verifikasi dan sosialisasi hasil penelitian) di Kab. Bangli.
b. Indikator Keberhasilan Sinergi Indikator keberhasilan sinergi adalah munculnya komunikasi dan koordinasi
dengan
Pemda
Kabupaten
Bangli
khususnya
dengan
Disbudpar dan adanya wujud simbiose mutualistis untuk saling member dan menerima sesuai dengan kebutuhan koordinasi yang ada, serta muncul pengertian yang kondusif terhadap misi penelitian kepariwisataan ini.
c. Perkembangan Sinergi Koordinasi Perkembangan koordinasi berjalan antara lembaga (cq. Tim Peneliti) dengan Pemda Kab. Bangli (cq. Dinas Budpar) berjalan dengan baik setelah sebelumnya mendapat persetujuan dari Disbudpar Provinsi Bali. Koordinasi juga dilakukan dengan STIPAR di Denpasar dan Asosiasi Pariwisata Provinsi Bali.
4.2. Pemanfaatan Hasil Litbangyasa a. Kerangka dan Strategi Pemanfaatan Hasil Perkembangan strategi pemanfaatan hasil litbangyasa hingga akhir pelaksanaan penelitian terutama adalah: Mendukung Pengembangan Potensi
Unggulan
Daerah,
dalam
hal
ini
menstimulasi
potensi
kepariwisataan daerah Kab. Bangli dengan berbagai bentuk seperti: ekowisata, agrowisata, dan desa wisata.
b. Indikator Keberhasilan Pemanfaatan Indikator
keberhasilan
pemanfaatan
adalah
bahwa
pihak
Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bangli telah mengapresiasi hasil
penelitian, mengakui bahwa hasil penelitian ini ditunggu untuk menjadi bahan acuan antara lain dalam penyusunan RIPDA (Rencana Induk Pariwisata Daerah).
c. Perkembangan Pemanfaatan Hasil Telah disampaikan dalam workshop bulan September 2012 di Pemda Kabupaten Bangli bahwa hasil penelitian ini akan diserahkan kepada Pemda Kabupaten bangle melalui Kemenristek.
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan a. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan dan Anggaran Anggaran penelitian telah merealisasikan dengan baik tahap pelaksanaan kegiatan penelitian kepariwisataan ini. Sinkronisasi waktu pelaksanaan dengan system termin pencairan dana telah terwujud dengan baik dan tidak tampak ada kendala yang signifikan.
b. Metode Pencapaian Target Kinerja Metode pencapaian target kinerja adalah pada dasarnya metode kinerja itu sendiri, yaitu tahapan-tahapan: Studi pustaka, Survey lapangan, Pengolahan data beserta analisis spasial dengan teknik zonasi dalam proses sistem informasi geografis (SIG), dan analisis deskriptif-observatif, yang divisualisasikan menjadi Peta Potensi Pengembangan Ekowisata Kabupaten Bangli.
c. Potensi Pengembangan Ke Depan Perlu dilakukan penelitian lanjutan sesuai dengan misi utama untuk mengembangkan kepariwisataan di
Bali sebelah
Utara termasuk
Kabupaten Bangli; di antaranya adalah pencarian lokasi-lokasi ekosistem yang perlu dilestarikan dikaitkan dengan pengembangan kepariwisataan, yaitu lokasi-lokasi potensi ekowisata, agrowisata, dan desa wisata.
d. Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program Sinergi koordinasi berjalan antara lembaga (cq. Tim Peneliti) dengan Pemda Kab. Bangli (cq. Dinas Budpar) berjalan dengan baik dan kondusif setelah sebelumnya mendapat persetujuan dari Disbudpar Provinsi Bali. Koordinasi juga dilakukan dengan STIPAR di Denpasar dan Asosiasi Pariwisata Provinsi Bali.
e. Kerangka Pemanfaatan Hasil Hasil berupa Peta Potensi Pengembangan Ekowisata Kabupaten Bangli bermanfaat sebagai acuan spasial dan deskriptif bagi Pemda Kabupaten
Bangli cq. Disbudpar Kabupaten Bangli guna membantu perencanaan dan penyusunan RIPDA yang tengah dalam proses penyusunan hingga saat ini.
5.2. Saran Saran disampaikan terkait dengan selesainya penelitian ini sebagai berikut. a. Keberlanjutan Pemanfaatan Hasil Kegiatan Disarankan agar pemanfaatan hasil kegiatan dibina dengan program semacam “after sale service” yang terus dikembangkan, termasuk diadakannya penelitian-penelitian lanjutan dan pengembangan.
b. Keberlanjutan Dukungan Program Ristek Sangat diharapkan agar Kemenristek terus mendukung dengan program pembiayaan penelitian seperti Program Insentif PKPP semacam ini.