BAB II PEMBELAJARAN KITAB QIROATI DAN BACA-TULIS AL-QUR’AN
A. Pembelajaran Kitab Qiroati 1. Pengertian Pembelajaran Kitab Qiroati Pembelajaran ialah proses, cara, atau perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup itu belajar.1 Sedangkan kitab Qiroati adalah buku atau kitab praktis yang disusun oleh H. Dachlan Salim Zarkasyi di Semarang yang terdiri dari enam jilid dan ditambah dengan satu jilid ghoribul Qur’an yang memuat musykilat dan bacaan asing dalam Al-Qur’an yang disusun dengan tingkat kemampuan anak 2, diantaranya: a. Qiroati untuk pra TK adalah buku pelajaran untuk mengenal huruf hijaiyah khusus anak usia 3 atau 4 tahun. b. Qiroati untuk TK Al-Qur’an yaitu untuk anak usia 4 sampai 6 tahun. Terdiri dari 6 jilid, didalamnya ditambah dengan bacaan-bacaan tajwid yang diajarkan secara bertahap sesuai kemampuan peserta didik. Apabila sudah mampu pada jilid 1 maka naik ke jilid II dan seterusnya. c. Qiroati untuk SD usia 7-13 tahun d. Qiroati untuk SLTP
1
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002, Cet. II), hlm.
17 2
Dachlan Salim Zarkasyi, Metode Praktis Belajar Membaca Ak-Qur’an (Semarang: Roudlotul Mujawidin, 1990), hlm. 1
23
2
e. Qiroati untuk dewasa.3 Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kitab qiroati adalah suatu pembelajaran membaca Al-Qur’an yang langsung memasukkan dan mempraktekkan bacaan tartil sesuai dengan kaidah ilmu tajwid,4 dengan menggunakan kitab qiroati yang terdiri dari enam jilid dan ditambah dengan satu jilid ghoribul Qur’an yang memuat musykilat dan bacaan asing dalam Al-Qur’an yang disusun dengan tingkat kemampuan anak.
2. Macam-Macam Metode Pembelajaran kitab Qiroati Pada dasarnya sistem penyampaian materi pengajaran disini ditekankan pada pemahaman, bukan hafalan. Banyak metode yang digunakan dalam penyampaian materi pembelajaran kitab qiroati. Namun tetap merupakan satu kesatuan dan harus dipraktekkan secara berurutan. Metode tersebut antara lain: a. Metode Ceramah Metode ceramah adalah cara penyampaian sebuah materi pelajaran dengan cara penuturan lisan kepada siswa atau khalayak atau rame. Menurut Ramayulis bahwa metode ceramah ialah “Penerangan dan penuturan secara lisan guru terhadap murid-murid di ruangan kelas”. Sedangkan Zuhairini dkk mendefinisikan bahwa metode ceramah adalah “Suatu metode di dalam pendidikan dimana cara penyampaian
3
BADKO TPQ Kota Pekalongan, METODE Qiroati dan Psikologi Anak (Pekalongan: 2003), hlm. 15 4 Ibid., hlm. 13
3
materi-materi pelajaran anak didik dilakukan dengan cara penerangan dan penuturan secara lisan”. Dari kedua definisi di atas, terlihat bahwa substansi metode adalah sama yaitu menerangkan materi pelajaran kepada anak didik dengan penuturan kata-kata atau lisan. Metode ini adalah metode yang sering digunakan, karena metode ini sangat mudah untuk dilakukan.5 Jadi yang dimaksud dengan metode ceramah dalam pengajaran qiroati adalah seorang guru menerangkan materi-materi yang menjadi pokok bahasan pada pembelajaran Al-Qur’an, seperti tajwid. Atau pada anak Pra TK dijelaskan terlebih dahulu tentang perubahan-perubahan harokat dan perubahan kalimat yang masih belum dikenal sama sekali oleh anak. b. Metode Drill Menurut Zuhairini dalam bukunya Armai Arief yang berjudul “Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam” mendefinisikan bahwa metode drill adalah suatu metode dalam pengajaran dengan jalan melatih anak didik terhadap bahan pelajaran yang sudah diberikan. Menurut Roestiyah NK, metode drill adalah suatu teknik yang dapat diartikan dengan suatu cara mengajar dimana siswa melaksanakan latihan-latihan agar memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari. Zakiyah Darajat dkk mengatakan bahwa penggunaan istilah “latihan” sering disamakan dengan istilah “ulangan” padahal maksudnya berbeda. Latihan dimaksudkan agar 5
Armai Arief, Pengantar Ilmu Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 135
4
pengetahuan dan kecakapan tertentu dapat menjadi milik anak didik dan dikuasai sepenuhnya. Sedangkan ulangan hanya sekedar untuk mengukur sudah sejauh mana ia menyerap pelajaran tersebut.6 Metode drill/latihan biasanya digunakan agar anak didik: 1. Memiliki ketrampilan motorik atau gerak, seperti mrnghafal katakata, menulis, mempergunakan alat-alat, membuat suatu bentuk atau melaksanakan gerak dalam olahraga. 2. Mengembangkan kecakapan intelek, seperti mengalikan, membagi, menjumlah, mengurangi, menarik akar dalam perhitungan dan lainlain. 3. Dapat menggunakan daya pikirnya yang makin lama makin bertambah, karena dengan pengajaran yang baik maka anak didik akan menjadi lebih teratur dan lebih teliti dalam mendorong daya ingatnya. 4. Pengetahuan anak didik akan bertambah dari berbagai segi dan anak didik tersebut akan memperoleh pemahaman yang lebih baik dan lebih mendalam. Dalam pendidikan agama, metode ini sering dipakai untuk melatih ulangan pelajaran Al-Qur’an dan praktek ibadah. Jadi metode drill dalam pembelajaran kitab qiroati adalah dengan cara seorang guru membaca dan ditirukan oleh anak.7 c. Metode Sorogan
6 7
Ibid., 174 Ibid., hlm. 174-175
5
Sorogan artinya belajar secara individu dimana seorang santri berhadapan seorang guru, terjadi interaksi saling mengenal diantara keduanya. Sedangkan metode sorogan yang digunakan pada pembelajaran kitab qiroati adalah seorang guru menyuruh anak untuk maju membaca satu-persatu. Pada waktu metode ini diterapkan, lalu anak yang kurang mampu membaca materi pengajaran yang disajikan maka: 1. Anak tsersebut tidak boleh ditunjukkan atau dibacakan secara langsung, tetapi tunjukkan atau suruh melihat pada penjabaran huruf yang tersedia. 2. Jika anak tersebut sudah ditunjukkan dengan cara seperti diatas, tetapi masih belum bisa membaca maka diganti oleh temannya yang lain, dan anak tersebut disuruh memperhatikan temannya yang sedang membaca itu.8
3. Sistem Pembelajaran kitab Qiroati Pembelajaran kitab qiroati pada proses pengajarannya menerapkan beberapa sistem, diantaranya sebagai berikut: a. Langsung membaca huruf-huruf hijaiyah yang berharokat tanpa mengeja
8
Ibid., hlm. 150
6
b. Langsung praktek secara mudah dan praktis bacaan yang bertajwid. Santri tidak harus belajar ilmu tajwid untuk membaca dengan baik dan benar c. Materi pelajaran diberikan secara bertahap dari yang mudah menuju yang sulit d. Materi pelajaran diberikan secara modul,dan tidak boleh naik jilid sebelum jilid yang dipelajari bisa dikuasai. e. Pelajaran yang diberikan selalu berulang-ulang dengan memperbanyak latihan agar santri dapat lancar membaca f.
Belajar sesuai dengan kemampuan dan kecerdasan santri
g. Pemakaian qiroati harus melalui tashih bacaan Al-Qur’an oleh ahli AlQur’an.9 Dalam pembelajaran Kitab Qiroati, pelaksanaan pembagian waktu dalam 1 jam (60 menit) dibagi menjadi 3 termin yaitu: Termin I (15 menit pertama untuk klasikal membaca peraga kelas, caranya: 1. Guru membaca anak menirukan. 2. Guru dan anak bersama-sama membaca. 3. Guru menunjuk anak bersama-sama membaca.
Termin II (30 menit di tengah semua anak ditugaskan menulis kemdian satu-persatu warahan buku. Termin III (15 menit akhir pelajaran, bacaan sholat, doa-doa pendek dan lain-lain (kreatif guru).10
9
Ibid., hlm. 14-15 Ibid., hlm. 16
10
7
4. Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Kitab Qiroati Adapun kelebihan dari metode Qiroati antara lain sebagai berikut: a. Sebelum mengajar metode pembelajaran kitab Qiroati para pendidik harus di tashih terlebih dahulu karena kitab Qiroati tidak diperjual belikan dan hanya untuk kalangan sendiri yang sudah mendapat syahadah. b. Dalam penerapannya banyak sekali metode yang digunakan. c. Dalam kitab qiroati ini terdapat prinsip untuk pendidik dan anak didik. d. Setelah mengaji qiroati santri menulis bacaan yang sudah dibacanya. e. Setelah khatam 6 jilid melanjutkan lagi bacaan-bacaan ghorib. f.
Dalam mengajar metode ini emnggunakan ketukan, jadi dalam membaca yang pendek dibaca pendek.
g. Jika anak sudah lulus 6 jilid beserta ghorib, maka di tes bacaannya kemudian setelah itu santri mendapatkan syahadah. Adapun kekurangan dari metode pembelajaran kitab qiroati adalah bagi yang tidak lancar lulusnya juga akan lama karena metode ini tidak ditentukan oleh bulan atau tahun 11
5. Tujuan Pengajaran Kitab Qiroati Pembelajaran kitab Qiroati merupakan proses belajar membaca AlQur’an dengan menggunakan kitab Qiroati. Tujuan dari belajar membaca Al-
11
http://dydyd0d0.wordpress.com/2010/01/07/penerapan-metode-qiroati-dalampembelajaran-alquran/, Diakses pada tanggal 16 Maret 2016.
8
Qur’an adalah bisa membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai kaidah qiro’ah dan tajwidnya. Sebagaimana dalam buku pedoman pengajian Al-Qur’an, dijelaskan bahwa maksud dan tujuan dari penngajian (Pendidikan) Al-Qur’an antara lain: a. Agar siswa mampu membaca Al-Qur’an dengan baik, benar dan sesuai dengan makhrojnya. b. Agar siswa suka dan senang membiasakan diri membaca Al-Qur’an dengan baik. c. Agar siswa dapat menghafal sejumlah surat-surat pendek dalam AlQur’an yang dapat diterapkan dalam sehari-hari. d. Agar peserta didik taat dan patuh kepada Allah SWT dan melaksanakan ibadah lainnya, seperti sholat, puasa bershodaqoh dan sebagainya sehingga sebagai pengenalan dan penghayatan isi kandungan AlQur’an.12 Sedangkan tujuan secara umum pembelajaran kitab qiroati adalah: 1. Menjaga kesucian dan kemurnian Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan qiro’ah dan membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai kaidah qiro’ah dan tajwidnya. Sehingga dapat membaca AlQur’an tanpa mengubah bacaannya. Karena apabila mengubah salah satu bacaan saja, maka akan mengubah arti dari Al-Qur’an itu sendiri, sebagaimana firman Allah dalam QS. Muzamil : 4. َأ ْو ِز ْو َأ َأ ْو ِز َأ َأ ِّت ِز ْوا ُق ْو آَأ َأ ْو ِز يًال 12
Depag RI, Pedoman Pengajian Al-Qur’an Bagi Anak-anak (Jakarta: Proyek Pengembangan Bimbingan dan Dakwah/Khutbah Agama Islam, 1983), hlm. 45
9
“Atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan” Ketentuan menurut ijma’ (kesepakatan ulama): Para ulama Qurra’ telah bersepakat bahwa membaca Al-Qur’an dengan bertajwid itu hukumnya wajib ‘ain, baik dalam sholat maupun di luar sholat. Sebagaimana yang diterangkan dalam kitab Matnul Jazary karangan Syekh Abu Khoir Syamsuddin bin Muhammad Al-Jazary halaman 13 beliau mengatakan: “Adapun menggunakan tajwid hukumnya wajib bagi setiap pembaca AlQur’an, maka barang siapa yang membaca Al-Qur’an tanpa tajwid adalah dosa, karena Allah SWT menurunkan Al-Qur’an dengan bertajwid. Demikianlah yang sampai pada kita adalah dari Allah SWT (secara mutawatir).” 2. Menyebarluaskan ilmu bacaan Al-Qur’an, karena sesungguhnya AlQur’an merupakan jamuan Allah SWT, maka dari itu kaum muslim sebaiknya mempelajari jamuan-Nya semampu kita. 3. Memberi peringatan kembali kepada pendidik agar lebih berhati-hati dalam mengajarkan Al-Qur’an. Sebagaimana telah dipesankan oleh para ulama salaf, kalau mengajarkan Al-Qur’an harus berhati-hati, jangan sembarangan atau sembrono, nanti berdosa, karena yang diajarkan itu bukan perkataan manusia melainkan firman Allah SWT. 4. Meningkatkan kualitas pendidikan Al-Qur’an Metode pembelajaran kitab Qiroati adalah metode yang dipakai oleh berbagai kalangan, baik anak usia 3 tahun sampai pada orang dewasa.
10
Maka dari itu dalam pendidikan baca tulis Al-Qur’an dengan menggunakan metode pembelajaran kitab qiroati ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan dalam membaca Al-Qur’an.13
B. Baca-Tulis Al-Qur’an 1. Pengertian Baca-Tulis Al-Qur’an Kata baca dalam bahasa Indonesia mengandung arti melihat, memperhatikan serta memahami isi dari yang tertulis dengan melisankan atau hanya dalam hati.14 Dalam literature pendidikan Islam, istilah baca mengandung dua penekanan, yaitu: tilawah dan qiroah. Istilah tilawah mengandung makna mengikuti (membaca) apa adanya baik secara fisik maupun mengikuti jejak dan kebijaksanaan, atau membaca apa adanya sesuai dengan aturan bacaan yang benar dan baik. Tulis atau menulis artinya membuat huruf (angka) dengan pena (pensil) atau kapur.15 Dalam literature pendidikan islam, pemahaman tentang tulis dapat dikembangkan ke dalam dua aspek yaitu tulis dalam arti khat an kitabah. Khath mengandung makna menulis dengan benar dan baik. Sedangkan kitabah mengandung makna menulis, mewasiatkan atau
13
BADKO Kota Pekalongan, Op. Cit., hlm. 13-14 Depdikbud RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), hlm. 62 15 Ibid., hlm. 968 14
11
mewajibkan.16 Jadi menulis adalah membuat huruf atau angka dengan pena atau pensil dengan suatu tujuan atau niat. Sedangkan Al-Qur’an artinya firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril secara berangsur-angsur supaya mudah dipahami serta menjadikan pedoman bagi umat islam secara teratur.17 Menurut istilah ahli agama ialah nama bagi kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang ditulis dalam mushaf.18 Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui malaikat Jibril dengan berangsur-angsur, dan bagi siapa saja (umat islam) yang membacanya maka termasuk ibadah dan mendapatkan pahala. Dahulu Al-Qur’an itu masih berupa lembaran-lembaran namun sekarang sudah dijilid menjadi satu. Walaupun Al-Qur’an sudah berusia sekian ribu tahun, sudah diterjemahkan dengan berbagai bahasa di dunia ini namun keasliannya, huruf dan bahasanya masih tetap utuh sebagaimana keadaan yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Dari dulu sampai sekarang tak berubah sebutir dzarrahpun.19 Kemurnian Al-Qur’an sampai kapanpun tidak ada yang bisa merubahnya dan Allah yang akan menjaga kemurniannya.
16
Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam, Pemberdayaan, Pengembangan Kurikulum, ingga redevisi Islamisasi Pengetahuan (Bandung: Penerbit Nuansa, 2003), hlm. 125 17 M. Quraish Shihab, Op. Cit., hlm. 43 18 M. Hasbi Ash Siddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an /Tafsir (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1992), hlm. 1-2 19 Khadijah, Perkembangan Seni Baca Al-Qur’an dan Qiroat Tujuh di Indonesia (Jakarta: Pustaka Al-husna, 1083), hlm. 12
12
2. Urgensi Baca-Tulis Al-Qur’an Bagi Anak Pendidikan dalam islam itu sangat penting sekali, diantara pendidikan yang sangat penting adalah pendidikan Al-Qur’an. pendidikan Al-Qur’an ini paling mulia yang dapat diberikan kepada orang tua kepada anaknya, karena Al-Qur’an merupakan lambang agama islam yang paling asasi dan hakiki. Dengan memberikan pendidikan Al-Qur’an kepada anak, orang tua akan mendapat keberkahan dari Al-Qur’an. begitu juga dengan sebaliknya juka orang tua belum memberikan pendidikann Al-Qur’an kepada anak, maka orang tua itu berdosa karena belum memenuhi kewajibannya. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka Rosulullah menegaskan dalam hadits sebagai berikut20: “Hak anak yang harus ditunaikan oleh orang tua ada tiga: memilihkan nama yang baik ketika baru lahir, mengajarkan kitab Al-Qur’an ketika mulai bisa berpikir, dan menikahkan ketika dewasa.” (HR. Ahmad). Al-Qur’an mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap jiwa manusia secara umum yang akan menggerakkannya. Semakin jernih suatu jiwa, maka semakin berpengaruh pula pengaruh Al-Qur’an terhadapnya. Anak adalah manusia yang paling jernih fitrahnya masih bersih, dan setanpun terhalang untuk menggodanya.21
20 21
Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalaul Hadits (Bandung: PT. Alma’rif, 1970), hln. 95 Muhammad Nur Abdul Hafidz Suwaid, Op.cit., hlm. 163
13
Anak tak ubah sebagai kertas putih bersih tanpa noda, karena setiap bayi yang dilahirkan itu dalam keadaan fitrah (membawa tauhid dan iman). Jadi setiap perbuatan yang dilakukan itu tergantung pada didikan orang tuanya dimasa kecil, dan orang tua inilah yang akan menjadikan anak tersebut Muslim, Nasrani, Yahudi atau Majusi.22 Sebagaimana Ibnu Kholdun, Ibnu Sina dan Al-Ghazali, beliau bertiga menekankan pentingnya anak-anak dididik Al-Qur’an. dengan menanamkan kecintaan anak terhadap Al-Qur’an sejak dini, maka kecintaan itu akan bersemi pada masa dewasanya kelak, mengalahkan kecintaan anak terhadap hal yang lain, karena masa anak-anak itulah masa pembentukan watak yang utama.23 Pada usia dini tersebut, anak memang suka meniru apa yang telah diajarkan/diucapkan orang tuanya. Bila orang tua mengajarkan anak dengan huruf-huruf hijaiyah secara berulang-ulang maka akan terekam pada anak tersebut. Karena pada usia inilah ingatan anak sangat tajam sehingga bisa diingat pada waktu dewasa. Begitu juga jika diajarkan yang sebaliknya dengan kata-kata yang kotor. Selain menyeru mendidik anak membaca Al-Qur’an, Rosulullah SAW juga menekankan pentingnya mendidik anak menulis huruf-huruf Al-Qur’an. Anak diharapkan memiliki kemampuan menulis Al-Qur’an dengan baik dan
22
Ibid., hlm. 176 Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak Membaca, Menulis dan Mencintai Al-Qur’an, (Jakarta: Gema Insani Press, 2014), hlm. 59-61 23
14
benar dengan cara imla’, dikte atau setidak-tidaknya dengan cara menyalin dari mushaf.24 Sebagaimana yang kita ketahui dalam wahyu yang turun pertama dan kedua itu menggambarkan pentingnya qalam (alat tulis dan cetak) berikut kegiatan tulis menulis. Dalam hal tersebut sebagaimana fiirman Allah yang tertera dalam wahyu yang pertama turun yaitu surah Al-Alaq ayat 1-5 yang berbunyi sebagai berikut:
َأ َأ َأ
اَّل ِز ْو َأ َأ ٍق َأ ُق
ِز ْوا ِز َأ ِّت َأ ْو ِزا َأن آَأ ِز َأ َأ ُّب َأ ْواَأ ْو َأ َّل َأ ِز ْوا َأ َأ ِز
ْوا َأ ْو َأ َأ َأ ْوا َأ ْو اَّل ِز
َأ َّل َأ ْو ِزا َأن آَأ َأ اَأ ْو يَأ ْوع َأ
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.25 Kemudian dari surat Al-Qalam ayat 1 yang berbunyi:
آ َأ ْوا َأ َأ ِز َأ َأ يَأ ْون ُق ُق آَأ “Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis”.26 Yang mana dari kedua ayat diatas sudah jelas bahwa selain kewajiban belajar membaca Al-Qur’an juga wajib untuk menulis.
24 25
M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an (Bandung: Penerbit Mizan, 2004), hlm. 68 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Athtooriq, 2012), hlm.
597 26
Ibid., hlm. 564
15
Sesungguhnya dalam kegiatan menulis Al-Qur’an terdapat syi’ar agama islam. Menggalakkan tradisi ini pada anak, berarti ikut serta menggemakan syiar agama islam.27 Atas dasar ini orang tua dan pendidik tidak boleh mengabaikan aspek pengajaran menulis huruf-huruf Al-Qur’an pada anak-anak. Jika orang tua wajib mendidik membaca Al-Qur’an, maka orang tua juga wajib untuk memberikan didikan menulis kepada anaknya.
3. Indikator Tingkat keberhasilan Baca-tulis Al-Qur’an Tingkat keberhasilan secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga tingkatan atau taraf, yaitu istimewa (maksimal), baik sekali (optimal), baik (minimal), dan kurang.28 a. Istimewa/maksimal: apabila seluruh (100%) bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa. b. Baik sekali/optimal: apabila sebagian besar (76%-99%) bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa. c. Baik/minimal: apabila hanya (60%-75%) bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa. d. Kurang: apabila bahan pelajaran yang diajarkan itu kurang dari 60% dapat dikuasai oleh siswa.
27 28
hlm. 121
Ibid., hlm. 70 Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002),
16
Demi ketetapan dan keobjektifan dalam pengamatan dan penelitian terhadap proses belajar mengajar, seorang pengajar sangat perlu memperhatikan hal-hal berikut ini: a. Persiapan: seperti peralatan mengajar, buku pegangan dan sebagainya. b. Sikap guru harus berwibawa dan suara di dalam mengajar harus keras dan jelas. c. Perumusan kompetensi dasar harus dirumuskan secara kongkrit. d. Bahan pelajaran harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. e. Menguasai bahan pelajaran. f.
Penguasaan situasi kelas.
g. Pilihan dan pelaksanaan metode mengajar. h. Penggunaan alat pengajaran. i.
Jalan pengajaran atau proses pembelajaran harus efektif dan efisisen.
j.
Teknik evaluasi yang harus disesuaikan dengan perubahan tingkah laku murid yang diharapkan.29
Menurut
Nana
Sudjana
(1989),
indikator-indikator
tingkat
keberhasilan pembelajaran meliputi: a. Keterlaksanaan program pembelajaran oleh guru. b. Kesesuaian proses pembelajaran dengan kurikulum. c. Keterlaksanaan program pembelajaran oleh siswa. d. Interaksi anatara guru dan siswa e. Keikutsertaan siswa dalam prosese pembelajaran.
29
Tim Penyusun Dikdaktik Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993), Cet. 5, hlm. 164-166
17
f.
Motivasi siswa meningkat.
g. Keterampilan dan kemampuan guru dalam menyampaikan materi. h. Kualitas hasil belajar yang dicapai oleh siswa.30
Sedangkan
indikator-indikator
tingkat
keberhasilan
dalam
pembelajaran Al-Qur’an adalah sebagai berikut: a. Anak didik dapat membaca Al-Qur’an secara baik dan benar (Mujawwad-Murattal). b. Santri mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar dalam waktu kurang lebihnya 2 tahun. c. Siswa mampu membaca Al-Qur’an tanpa dituntun dalam waktu yang singkat.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa, metode pembelajaran Al-Qur’an dapat dikatakan berhasil apabila, guru menguasai kelas, guru menguasai materi pelajaran, guru menguasai metode pengajaran, target kurikulum tercapai, dan dapat mencapai indikator tingkat kemampuan baca-tulis Al-Qur’an dengan baik dalam waktu yang tidak terlalu lama. Penggunaan metode juga tidak harus terfokus pada satu bentuk metode, akan tetapi dapat mengkombinasikan diantara metode yang ada sesuai dengan situasi dan kondisi belajar.
30
Nana Sudjana, Penilaian Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT. Rosda Karya, 1991), Cet. 3, hlm. 60-63