BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Intellectual Capital 2.1.1 Pengertian Intellectual Capital Modal intelektual (IC) merupakan salah satu sumber daya yang di miliki oleh perusahaan. Modal intelektual (IC) pada umumnya didefinisikan sebagai perbedaan antara nilai pasar perusahaan dan nilai buku dari aset perusahaan tersebut atau dari financial capitalnya. Modal intelektual (IC) seringkali menjadi faktor penentu utama perolehan laba suatu perusahaan. Sebuah perusahaan dapat mengetahui penilaian pasar dengan menggunakan metode pengukuran Value Added Intellectual Capital (VAIC™), yaitu dengan melihat kemampuan intelektual yang dimiliki oleh perusahaan tersebut dan nilai yang dimiliki perusahaan tersebut. Menurut Stewart (1997) adalah sebuah konsep modal yang merujuk pada modal tidak berwujud yang terkait dengan pengetahuan dan pengalaman manusia serta teknologi yang digunakan. Namun, menurut Bontis et. al. (2000) dalam Ulum (2008) menyatakan bahwa pada umumnya para peneliti membagi IC menjadi tiga komponen, yaitu : Human Capital (HC), Structural Capital (SC), dan Capital Employed (CE). Selanjutnya menurut (Bontis et al. 2000), secara sederhana HC mencerminkan individual knowledge stock suatu organisasi yang dipresentasikan oleh karyawannya. HC ini termasuk kompetensi, komitmen dan loyalitas karyawan terhadap perusahaan. Lebih lanjut (Bontis et al, 2000) menyebutkan bahwa SC meliputi seluruh non-human storehouses of knowledge
Universitas Sumatera Utara
dalam organisasi. Termasuk dalam SC adalah database, organizational chart, process manual, strategies, routines dan segala hal yang membuat nilai perusahaan lebih besar dari nilai materialnya. Sedangkan CE adalah pengetahuan yang melekat dalam marketing channels dan customer relationship. Dapat disimpulkan bahwa modal intelektual (IC) merupakan suatu konsep penting yang dapat memberikan sumber daya berbasis pengetahuan dan mendeskripsikan aset tak berwujud yang jika digunakan secara optimal memungkinkan perusahaan untuk menjalankan strateginya dengan efektif dan efisien. Dengan demikian modal intelektual merupakan pengetahuan yang memberikan informasi tentang nilai tak berwujud perusahaan yang dapat mempengaruhi daya tahan dan memberikan kontribusi pada keunggulan kompetitif perusahaan.
2.1.2 Komponen Intellectual Capital 1. Human Capital Human capital merupakan lifeblood dalam modal intelektual. Disinilah tercipta sumber inovasi dan kemajuan suatu perusahaan, tetapi modal manusia merupakan komponen intellectual capital yang sulit diukur. Human Capital merupakan tempat sumbernya pengetahuan yang sangat berguna, keterampilan, dan
kompetensi, dalam suatu organisasi atau perusahaan. Human Capital
merupakan kemampuan perusahaan secara kolektif untuk menghasilkan solusi yang terbaik berdasarkan penguasaan pengetahuan dan teknologi dari sumber daya manusia yang dimilikinya.
Universitas Sumatera Utara
Human capital akan meningkat jika perusahaan mampu menggunakan pengetahuan yang dimiliki oleh karyawannya. Menurut Bontis, et.al, (2000), HC merepresentasikan
individual
knowledge
stock
suatu
organisasi
yang
direpresentasikan oleh karyawannya. HC merupakan kombinasi dari genetic inheritance, education, experience, and attitude tentang kehidupan dan bisnis. Human capital ini yang nantinya akan mendukung structural capital dan capital employed ( dalam Ulum, 2008). 2. Structural Capital / Organizational Capital Structural Capital merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang berkaitan dengan usaha karyawan untuk menghasilkan kinerja intelektual perusahaan yang optimal serta kinerja bisnis secara keseluruhan, misalnya: sistem operasional perusahaan, proses manufakturing, budaya organisasi, filosofi manajemen dan semua bentuk intellectual property yang dimiliki perusahaan. Seorang individu memiliki intelektualitas yang tinggi, tetapi jika perusahaan memiliki sistem operasi dan prosedur yang buruk maka intellectual capital tidak dapat mencapai kinerja secara optimal dan potensi yang ada tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal. Menurut Bontis, et.al., (2000), Structural Capital meliputi seluruh nonhuman storehouses of knowledge dalam organisasi. Dalam hal ini termasuk adalah database, organisational charts, process manuals, strategies, routines dan segala hal yang membuat nilai perusahaan lebih besar daripada nilai materialnya dalam (dalam Ulum, 2008).
Universitas Sumatera Utara
3. Relational Capital / Costumer Capital Elemen ini merupakan komponen intellectual capital yang memberikan nilai nyata bagi perusahaan. Relational capital merupakan hubungan harmonis yang dimiliki oleh perusahaan dengan pihak di luar perusahaan. Baik yang berasal dari para pemasok yang berkualitas, pelanggan yang loyal dan merasa puas akan pelayanan perusahaan, hubungan perusahaan dengan pemerintah maupun kerjasama rekan bisnis. Relational capital dapat muncul dari berbagai bagian diluar lingkungan perusahaan dalam meningkatkan kerjasama bisnis yang dapat memberikan keuntungan bagi kedua pihak, sehingga dapat meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan.
2.1.3 Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM) Sama halnya seperti definisi intellectual capital, sampai dengan saat ini belum terdapat kesamaan pendapat diantara para peneliti mengenai komponen modal intelektual (intellectual capital). Banyak peneliti luar negeri yang telah melakukan penelitian dalam pengukuran komponen modal intelektual, baik secara literatur maupun penerapan langsung pada perusahaan. VAICTM merupakan metode yang dikembangkan oleh Pulic pada tahun 1997 yang didesain untuk menyajikan informasi mengenai value creation efficiency dari aset berwujud (tangible asset) dan aset tidak berwujud (intangible asset) yang dimiliki perusahaan. Model ini dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk menciptakan value added (VA). Menurut Pulic (1998), VA adalah indikator paling objektif untuk menilai keberhasilan bisnis dan
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam penciptaan nilai (value creation) (dalam Ulum, 2008). Selain itu, VAIC™ juga merupakan alat manajemen pengendalian yang memungkinkan organisasi untuk memonitor dan mengukur kinerja intellectual capital dari suatu perusahaan. VA dihitung sebagai selisih antara output dan input. Nilai output (OUT) mempresentasikan revenue dan mencakup seluruh produk dan jasa yang dihasilkan perusahaan untuk dijua di pasar, sedangkan input (IN) meliputi seluruh beban yang digunakan perusahaan untuk memproduksi barang atau jasa dalam rangka menghasilkan revenue. Menurut (Tan et al, 2007), hal penting dalam model ini adalah bahwa beban karyawan tidak termasuk dalam IN. Beban karyawan (labour expenses) tidak termasuk dalam IN karena karyawan berperan penting dalam proses penciptaan nilai (value creation) yang tidak dihitung sebagai biaya (cost) (dalam Ulum, 2008). Komponen utama dari VAICTM yang dikembangkan Pulic tersebut dapat dilihat dari sumber daya perusahaan, yaitu physical capital (VACA – Value Added Capital Employed), human capital (VAHU – Value Added Human Capital), dan structural capital (STVA – Structural Capital Value Added). 1. Value Added Capital Employed (VACA) VACA adalah indikator untuk value added yang diciptakan oleh satu unit dari physical capital terhadap value added perusahaan. VACA adalah perbandingan antara value added (VA) dengan model fisik yang bekerja (CA). Dalam proses penciptaan nilai, intelektual potensial yang direpresentasikan dalam biaya karyawan tidak dihitung sebagai biaya (input). Pulic mengasumsikan bahwa
Universitas Sumatera Utara
jika satu unit dari CA menghasilkan return yang lebih besar pada sebuah perusahaan, berarti perusahaan tersebut lebih baik dalam memanfaatkan CA (dana yang tersedia) (Tan et al., 2007:79 dalam Ulum 2008). 2.
Value Added Human Capital (VAHU) VAHU mengindikasikan berapa banyak Value Added (VA) dapat
dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja pegawai (Tan et al., 2007:79 dalam Ulum 2008). Human capital merepresentasikan kemampuan perusahaan dalam mengelola modal pengetahuan individu organisasi yang dipresentasikan oleh karyawannya sebagai aset strategic perusahaan karena pengetahuan
yang
mereka
miliki.
Hubungan
antara
VA
dengan
HC
mengindikasikan HC untuk menciptakan nilai di dalam perusahaan. Berdasarkan konsep RBT, agar dapat bersaing perusahaan membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Selain itu, perusahaan harus dapat mengelola sumber daya yang berkualitas tersebut dengan maksimal sehingga dapat menciptakan value added dan keunggulan kompetitif perusahaan yang pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. 3. Structural Capital Value Added (STVA) Structural Capital Value Added (STVA) menunjukkan kontribusi modal struktural yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari value added perusahaan. Dalam model yang dikembangkan Pulic ini, STVA dihitung dengan
membagi structural capital (SC) dengan value added (VA). Dalam model Pulic, SC diperoleh dari VA dikurangi dengan HC. STVA menunjukkan kontribusi modal struktural dalam penciptaan nilai semakin kecil kontribusi HC dalam
Universitas Sumatera Utara
penciptaan nilai maka akan semakin besar kontribusi SC (Tan et al., 2007:80 dalam Ulum, 2008).
2.2 Teori Stakeholder Menurut Fontaine et al, (2006), teori stakeholder merupakan manajemen organisasi yang diharapkan untuk melakukan aktivitas yang dianggap penting oleh stakeholder dan melaporkan kembali aktivitas-aktivitas tersebut pada stakeholder. Teori ini menyatakan bahwa seluruh stakeholder memiliki hak untuk disediakan informasi tentang bagaimana aktivitas organisasi mempengaruhi mereka (sebagai contoh, melalui polusi, sponsorship, inisiatif pengamanan, dan lain-lain) bahkan ketika mereka memilih untuk tidak menggunakan informasi tersebut dan bahkan ketika mereka tidak dapat secara langsung memainkan peran yang konstruktif dalam kelangsungan hidup organisasi (dalam Adityas, 2011). Tujuan utama dari teori stakeholder adalah untuk membantu manajer korporasi mengerti lingkungan stakeholder mereka dan melakukan pengelolaan dengan lebih efektif di antara keberadaan hubungan-hubungan di lingkungan perusahaan mereka. Namun demikian, tujuan yang lebih luas dari teori stakeholder adalah untuk menolong manajer korporasi dalam meningkatkan nilai dari dampak aktifitas-aktifitas mereka, dan meminimalkan kerugian-kerugian bagi stakeholder. Pada kenyataannya, inti keseluruhan teori stakeholder terletak pada apa yang akan terjadi ketika korporasi dan stakeholder menjalankan hubungan mereka (Fontaine et al, 2006 dalam Adityas, 2011).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Guthrie et al. (2006) dalam Ulum (2009:5), laporan keuangan merupakan cara yang paling efisien bagi organisasi untuk berkomunikasi dengan kelompok stakeholder yang dianggap memiliki ketertarikan dalam pengendalian aspek-aspek strategis tertentu dari organisasi. Content analysis atas pengungkapan intellectual capital dapat digunakan untuk menentukan apakah benar-benar terjadi komunikasi tersebut. Dalam konteks untuk menjelaskan hubungan VAIC™ dengan kinerja keuangan perusahaan, teori stakeholder harus dipandang dari kedua bidangnya, baik bidang etika (moral) maupun bidang manajerial. Bidang etika berargumen bahwa seluruh stakeholder memiliki hak untuk diperlakukan secara adil oleh organisasi, dan manajer harus mengelola organisasi untuk keuntungan seluruh stakeholder. Ketika manajer mampu mengelola organisasi secara maksimal, khususnya dalam upaya penciptaan nilai bagi perusahaan, maka itu artinya manajer telah memenuhi aspek etika dari teori ini. Penciptaan nilai (value cretion) dalam konteks ini adalah dengan memanfaatkan seluruh potensi yang dimiliki perusahaan, baik karyawan (human capital), aset fisik (physical capital), maupun structural capital. Pengelolaan yang baik atas seluruh potensi ini akan menciptakan value added bagi perusahaan (dalam hal ini disebut dengan VAIC™) yang kemudian dapat mendorong kinerja keuangan perusahaan untuk kepentingan stakeholder. Bidang manajerial dari teori stakeholder berpendapat bahwa kekuatan stakeholder untuk mempengaruhi manajemen korporasi harus dipandang sebagai
Universitas Sumatera Utara
fungsi dari tingkat pengendalian stakeholder atas sumber daya yang dibutuhkan organisasi (Watts dan Zimmerman, 1986 dalam Ulum, 2009:6). Ketika para stakeholder berupaya untuk mengendalikan sumber daya organisasi, maka orientasinya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Kesejahteraan tersebut diwujudkan dengan semakin tingginya return yang dihasilkan oleh organisasi. Dalam konteks ini, para stakeholder berkepentingan untuk mempengaruhi manajemen dalam proses pemanfaatan seluruh potensi yang dimiliki oleh organisasi. Karena hanya dengan pengelolaan yang baik dan maksimal atas seluruh potensi inilah organisasi akan dapat menciptakan value added untuk kemudian mendorong kinerja keuangan perusahaan yang merupakan orientasi para stakeholder dalam mengintervensi manajemen. 2.3 Resourse Based Theory (RBT) Resources Based
Theory (RBT) dipelopori oleh Penrose (1959),
mengemukakan bahwa sumber daya perusahaan bersifat heterogen, tidak homogen, dan jasa produktif yang tersedia berasal dari sumber daya perusahaan yang memberikan karakter unik bagi tiap-tiap perusahaan. Asumsi RBT yaitu bagaimana sumber daya dapat secara umum didefinisikan untuk memasukkan aset, proses organisasi, atribut perusahaan, informasi, atau pengetahuan yang dikendalikan oleh perusahaan yang dapat digunakan untuk memahami dan menerapkan strategi mereka (dalam Fahmi, 2010). Sumber daya diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Modal sumber daya fisik (teknologi, pabrik, dan peralatan), 2. Modal sumber daya manusia (pelatihan, pengalaman, wawasan), dan 3. Modal sumber daya organisasi (struktur formal). Selain itu, sumber daya harus memenuhi kriteria-kriteria tersebut di bawah ini agar dapat memberikan keunggulan kompetitif dan kinerja yang berkelanjutan. Kriterianya sebagai berikut: 1. Sumber daya yang unik secara fisik. 2. Sumber daya yang memerlukan waktu lama dan biaya yang besar untuk memperolehnya. 3. Sumber daya unik yang sulit dimiliki dan dimanfaatkan oleh pesaing. 4. Sumber daya yang memerluhkan investasi modal yang besar untuk mendapatkan serta membangun kapasitas produksi dalam skala ekonomis. Melalui penjelasan tersebut menurut resources-based theory, intellectual capital memenuhi kriteria-kriteria sebagai sumber daya unik yang mampu menciptakan keunggulan kompetitif perusahaan sehingga dapat menciptakan value added bagi perusahaan. Perusahaan menyadari bahwa penting untuk mengelola intellectual capital yang dimiliki. Apabila perusahaan dapat memaksimalkan sumber daya yang dimiliki, maka perusahaan tersebut akan memiliki suatu value added yang dapat memberikan suatu karateristik tersendiri. Oleh karena itu, dengan adanya karateristik yang dimiliki, perusahaan mampu mencapai keunggulan kompetitif yang nantinya hanya dimiliki oleh perusahaan itu sendiri. Dan perusahaan pastinya akan mendapatkan nilai tambah yang berupa peningkatan kinerja perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
2.4 Pertumbuhan Laba (Equity Growth) Menurut Chen et al., (2000) menyatakan tingkat pertumbuhan dapat dinilai dari beberapa segi, diantaranya adalah peningkatan aktiva maupun peningkatan laba. Peningkatan pendapatan biasanya merupakan sinyal bagi perusahaan untuk dapat tumbuh dan berkembang (dalam Adityas, 2011). Laba bersih merupakan pendapatan perusahaan setelah dikurangi bunga dan pajak. Semakin tinggi laba yang diperoleh, maka profitabilitas perusahaan akan meningkat. Pertumbuhan laba menunjukkan pertumbuhan per tahun terhadap pengembalian investasi. Semakin tinggi tingkat pengembalian investasi maka semakin rendah kebutuhan dana eksternal (hutang), sehingga semakin rendah pula struktur modalnya. Tingkat pengembalian yang tinggi digunakan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal, sehingga menggunakan hutang yang relatif kecil. Peningkatan laba yang diikuti peningkatan aktivitas berarti perusahaan telah bekerja secara efisien untuk memperoleh laba semaksimal mungkin dari operasionalnya. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja perusahaan semakin baik bagi keberhasilan manajemen dan operasionalnya. Suatu perusahaan bertujuan untuk memperoleh laba semaksimal mungkin dari operasional perusahaannya, karena laba merupakan salah satu indikator utama bagi keberhasilan manajemen dan operasional suatu perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja perusahaan semakin baik dan menambah kepercayaan investor pada perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
2.5 Penelitian Terdahulu Beberapa peneliti menggunakan VAICTM, pertumbuhan perusahaan dan faktor – faktor yang mempengaruhinya telah dilakukan para peneliti sebelumnya. Beberapa penelitian tersebut sebagai berikut:
No 1.
2.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu tentang Hubungan Intellectual Capital terhadap Pertumbuhan Perusahaan Peneliti Variabel Metode Hasil Penelitian (Tahun) Penelitian Penelitian Ulum et al. Variabel terikat: • VAIC™ secara • Sampel: (2008) agregrat • Kinerja Bank di berpengaruh keuangan Indonesia (ROE, ROA, positif terhadap tahun 2004ATO, GR ) kinerja 2006. Variabel bebas: perusahaan • Alat analisis: masa depan • IC (VAIC™) Partial Least Square (PLS) • Rata-rata pertumbuhan IC tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan masa depan. Solikhah et Variabel terikat: • Sampel: • VAIC™ secara al. (2010) Perusahaan agregrat • Kinerja keuangan manufaktur di berpengaruh (PERF, CAR, BEI yang positif terhadap DER, ATO, terdaftar dari kinerja ROI, ROE). 2006-2008. keuangan dan pertumbuhan • Pertumbuhan • Alat analisis: perusahaan, perusahaan Partial Least namun tidak (AG,EG). Square (PLS) mempengaruhi • Nilai pasar harga pasar (PBV, PER). perusahaan. Variabel bebas: • Kinerja • IC (VAIC™) Intellectual dan jenis Capital berbeda perusahaan. dilihat dari jenis industri.
Universitas Sumatera Utara
No 3.
Peneliti (Tahun) Diez et al. (2010)
Variabel Penelitian Variabel terikat: • Value creation (proksi dengan sales growth). Variabel bebas: • IC (VAIC™).
•
• 4.
Wahdikorin (2010)
Variabel terikat: • Value creation (proksi dengan sales growth). Variabel bebas: • IC (VAIC™).
•
•
Metode Penelitian Sampel: Perusahaan industri, jasa, kontruksi dengan staf 25 orang atau lebih Alat analisis: Regresi. Sampel: Perusahaan perbankan di BEI dari 2007-2009 Alat analisis: Regresi
5.
Maditinos et al (2011)
Variabel terikat: • Kinerja keuangan (ROA, ROE, Growth). • Nilai pasar perusahaan (market to book value ratio). Variabel bebas: • IC (VAIC™).
• Sampel: 46 perusahaan dari empat sektor industri di Bursa Efek Yunani yang terdaftar dari 2006-2008. • Alat analisis: Regresi.
6.
Adityas Wicaksana (2011)
Variabel terikat: • Pertumbuhan perusahaan (AG,EG).
• Sampel: Perusahaan perbankan di BEI yang terdaftar pada
Hasil Penelitian • Ada korelasi positif antara human capital dan structural capital dengan value creation (diproksi dengan sales growth). • VAIC™ secara agregrat berpengaruh signifikan negatif terhadap CTA dan tidak berpengaruh terhadap ROA. • Jenis bank tidak berpengaruh terhadap ROA dan CTA • Hampir tidak ada bukti statistik relevan yang menunjukkan pengaruh VAIC™ atas kinerja keuangan dan nilai pasar perusahaan, kecuali terdapat hubungan signifikan antara efisiensi human capital dengan kinerja keuangan. • VAIC™ secara agregrat berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
Universitas Sumatera Utara
No
7.
Peneliti (Tahun)
Bambang Parto Kusumo (2012)
Variabel Penelitian • Nilai pasar (PBV, PER). Variabel bebas: IC (VAIC™). Variabel terikat: • Kinerja keuangan (PERF, CAR, DER, ATO, ROI, ROE). • Pertumbuhan perusahaan (AG,EG). • Nilai pasar (PBV, PER). Variabel bebas: • IC (VAIC™), ROGIC.
Metode Penelitian tahun 2009 dan 2010 • Alat analisis: Partial Least Square (PLS) • Sampel : Perusahaan manufaktur, jasa, dagang dan property listed dan go public di BEI serta ICMD 2006-2009. • Alat analisis: Partial Least Square (PLS)
Hasil Penelitian perusahaan, dan nilai pasar perusahaan. • VAIC™ secara agregrat berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan pertumbuhan perusahaan, dan nilai pasar perusahaan. • ROGIC secara agregrat positif terhadap kinerja keuangan pertumbuhan perusahaan, dan nilai pasar perusahaan.
Sumber: Data sekunder yang telah diolah, (2013) Keterangan: ATO : Asset Turn Over CAR : Capital Adequacy Ratio CTA
: Cost to Asset
DER
: Debt EquityRatio
ROA : Return on Asset ROE
: Return on Earning
ROI
: Return on Investment
PERF : Company’s Performance PBV
: Price to Book Value
PER
: Price to EquityRatio
AG
: Asset Growth
EG
: Equity Growth
Universitas Sumatera Utara
2.6 Kerangka Konseptual Menurut Kor dan Mahoney, (2004), Resource Based Theory (RBT) merupakan perbedaan sumber daya dan kemampuan perusahaan dengan perusahaan pesaing akan memberikan keuntungan kompetitif (dalam Adityas, 2011). Resource Based Theory (RBT) mengasumsikan bagaimana perusahaan dapat bersaing dengan perusahaan lain untuk mendapatkan keunggulan kompetitif dengan mengelola sumber daya yang dimilikinya sesuai dengan kemampuan perusahaan. Pengelolaan intellectual capital (IC) sangat berperan penting dalam meningkatkan nilai perusahaan sehingga perusahaan dapat tetap bertumbuh dan meningkatkan nilai perusahaan. Sehingga intellectual capital (IC) dapat dikatakan sebagai aset tak berwujud yang mempunyai dampak signifikan pada kinerja dan semua keberhasilan dalam bisnis. Penelitian tentang hubungan antara intellectual capital (IC) dengan pertumbuhan perusahahaan pernah dilakukan oleh Solikhah (2010). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa modal intelektual memiliki dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan perusahaan. Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka model kerangka konseptual penelitian ini menegaskan pengaruh komponen intellectual capital (VAIC™) yaitu value added capital employed (VACA), value added human capital (VAHU), structural capital value added (STVA) terhadap pertumbuhan laba (EG) adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Variabel independen (X) Variabel dependen (Y) Intellectual Capital (IC) • Value Added Capital Employed (VACA) (X1) • Value Added Human Capital (VAHU) (X2) • Structural Capital Value Added (STVA) (X3)
Pertumbuhan Laba • Equity Growth (EG)
Sumber: Solikhah et,. al 2010 (Data diolah) Gambar 2.1 Model Kerangka Konseptual Kerangka konseptual penelitian ini mencoba mencari hubungan antara komponen intellectual capital (VAIC™) yaitu value added capital employed (VACA), value added human capital (VAHU), structural capital value added (STVA) terhadap pertumbuhan laba (EG). Dalam pengembangan hipotesis yang akan dikemukakan pada bagian selanjutnya, dikemukakan suatu hipotesis yang mengandaikan bahwa terdapat hubungan positif antara komponen intellectual capital (VAIC™) yaitu value added capital employed (VACA), value added human capital (VAHU), structural capital value added (STVA) terhadap pertumbuhan laba (EG). Intellectual capital akan diukur dengan menggunakan metode VAIC™ dengan tiga indikator yaitu Value Added Human Capital (VAHU), Value Added Capital Employed (VACA), dan Structural Capital Value Added (STVA). Pertumbuhan laba akan diukur dengan menggunakan indikator Equity Growth (EG).
Universitas Sumatera Utara
2.7 Hipotesis Hipotesis adalah hubungan yang diperkirakan secara logis di antara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji (Uma Sekaran, 2007:164). Berdasarkan perumusan masalah dan konseptual sebelumnya, maka penulis merumuskan hipotesis penelitian ini sebagai berikut: 1. Value Added Human Capital (VAHU), Value Added Capital Employed (VACA) dan Structural Capital Value Added (STVA) berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba (EG) pada perbankan asing di Indonesia.
Universitas Sumatera Utara