BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Remaja
2.1.1
Pengertian Remaja pada umumnya didefinisikan sebagai orang-orang yang mengalami
masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Menurut WHO remaja (adolescence) adalah mereka yang berusia 10 – 19 tahun. Sementara dalam terminologi lain PBB menyebutkan anak muda (youth) untuk mereka yang berusia 15 -24 tahun. Ini kemudian disatukan dalam sebuah terminologi kaum muda (young people) yang mencakup usia 10-24 tahun. Sementara itu dalam program BKKBN disebutkan bahwa remaja adalah mereka yang berusia 10-24 tahun (Marmi 2013). Masa remaja adalah masa yang penuh dengan kegocangan taraf mencari identitas diri dan merupakan periode yang paling berat. Selain itu remaja juga dapat didefinisikan dengan mereka yang telah meninggalkan masa kanak-kanak yang penuh dengan ketergantungan dan menuju masa pembentukan tanggung jawab (Hurlock dalam Marmi, 2013). Remaja atau adolescence , berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja tetapi juga kematangan social dan psikologis (Marmi, 2013).
10
11
2.1.2 Tanda – tanda perubahan fisik remaja wanita Menurut Marmi (2013), tanda perubahan fisik pada remaja wanita yaitu: a. Tanda- tanda primer Adanya perubahan kematangan organ-organ reproduksinya yang ditandai dengan datangnya haid. Ovarium mulai berfungsi dengan matang di bawah pengaruh hormone gonadotropin dan hipofisis, folikel mulai tumbuh meski belum matang tetapi sudah dapat mengeluarkan estrogen. Korteks kelenjar suprarenal membentuk androgen yang berperan pada pertumbuhan badan. Selain pengaruh hormone
somatotropin
diduga
kecepatan
pertumbuhan
wanita
dipengaruhi juga oleh estrogen. b. Tanda- tanda sekunder 1) Rambut : Tumbuhnya rambut pada kemaluan ini terjadi setelah pingguldan payudara mulai berkembang. Rambut ketiak dan rambut wajah mulai tampak setelah datang haid. Rambut yang mulanya berwarna terang berubah menjadi subur, gelap, kasar, keriting. 2) Pinggul : Pinggul berubah menjadi lebih membesar dan membulat. Hal ini disebabkan karena membesarnya tulang pinggul dan lemak dibawah kulit. 3) Payudara : Bersamaan dengan membesarnya pinggul, maka payudara juga membesar dan putting susu ikut menonjol.
12
4) Kulit : Kulit semakin kasar , lebih tebal dan pori-pori kulit membesar. Tetapi kulit wanita lebih lembut daripada kulit pria. 5) Kelenjar lemak dan kelenjar keringat : Kelenjar lemak dan keringat menjadi lebih aktif. Pada masa ini sering timbul masalah jerawat karena adanya sumbatan kelenjar keringat dan baunya menusuk pada saat sebelum dan sesudah haid. 6) Otot : Menjelang masa akhir puber , otot menjadi semakin membesar dan kuat. Akibat akan terbentuk bahu, lengan dan tungkai kaki. 7) Suara : Suara akan berubah menjadi lebih merdu.
2.2 Dismenore
2.2.1 Pengertian Dismenore dapat diartikan sebagai suatu ketidaknyamanan tertentu selama hari – hari pertama atau kedua menstruasi yang umum terjadi dan ditandai dengan kram perut, nyeri abdomen, sakit punggung dan pegal pada kaki (Wong, 2008). Dismenore nyeri kram atau tegang di daerah perut, mulai terjadi pada 24 jam sebelum terjadinya pendarahan menstruasi dan dapat bertahan 24-36 jam meskipun beratnya hanya berlangsung 24 jam pertama (Hendrik, 2006). Dismenore adalah haid yang nyeri yang terjadi tanpa tanda-tanda infeksi atau penyakit panggul (Corwin , 2009).
13
Dismenore adalah rasa nyeri yang dirasakan pada saat menstruasi. Rasa nyeri sering digambarkan sebagai nyeri kram pada abdomen bagian bawah yang terjadi selama haid (Schwartz, 2005). Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa dismenore merupakan suatu ketidaknyamanan yang dirasakan wanita pada saat menstruasi yang terjadi tanpa tanda – tanda infeksi atau pun penyakit panggul yang ditandai dengan nyeri kram pada abdomen bagian bawah yang dialami selama hari – hari pertama atau kedua saat menstruasi terjadi.
2.2.2 Klasifikasi Dismenore Menurut Prawirohardjo (2011) ,dismenore dapat diklasifikasikan menjadi: a. Dismenore Primer yaitu nyeri haid tanpa ditemukan keadaan patologi pada panggul. b. Dismenore Sekunder yaitu nyeri haid yang berhubungan dengan berbagai keadaan
patologis
di
organ
genitalia,
misalnya
endometriosis,
adenomiosis, mioma uteri, stenosis serviks, penyakit radang panggul, perlekatan panggul, atau irritable bowel syndrome Selain itu menurut (Biben dalam Suarbawa, 2010) menjelaskan pembagian derajat dismenore ada 3 derajat, yaitu: a. Ringan
: Berlangsung beberapa saat, sembuh dengan istirahat,
hilang tanpa pengobatan , tidak mengganggu aktifitas harian, rasa nyeri tidak menyebar tetapi berlokasi di perut bagian bawah.
14
b. Sedang
: Nyeri menyebar di bagian perut bawah, memerlukan obat
penghilang rasa nyeri tanpa perlu meinggalkan aktivitas sehari-hari. c. Berat
: Perlu istirahat beberapa hari dan dapat disertai sakit
kepala, sakit pinggang, diare dan rasa tertekan.
2.2.3 Etiologi Dismenore Menurut Wiknjosastro (2007) Penyebab dismenore dibedakan menjadi 2 , yaitu penyebab dismenore primer dan penyebab dismenore sekunder. a. Penyebab Dismenore Primer Faktor yang mempengaruhi terjadinya dismenore primer yaitu : faktor kejiwaan, faktor konstitusi, faktor obstruksi kanalis servikalis dan faktor endokrin. 1) Faktor Kejiwaan Gadis remaja yang belum stabil secara emosional , apalagi jika kurang mendapatkan pengetahuan tentang proses menstruasi sangat nudah mengalami dismenore. 2) Faktor Konstitusi Seperti anemia, penyakit menahun dapat menimbulkan dismenore 3) Faktor Obstruksi kanalis servikalis Salah satu teori yang paling tua untuk menerangkan dismenore adalah stenosis kanalis servikalis, dimana dismenore yang terjadi pada wanita yang memiliki uterus posisi hiperantefleksi dengan stenosis pada kanalis servikalis.
15
4) Faktor Endokrin Kejang yang terjadi pada dismenore primer disebabkan oleh kontraksi uterus yang berlebihan. Hal ini disebabkan karena endometrium dalam fase sekresi memproduksi prostaglandin F2 alfa yang menyebabkan kontraksi otot polos. Jika prostaglandin F2 alfa berlebih dilepaskan dalam peredaran darah, maka terjadilah dismenore serta efek umum seperti diare dan nausea. b. Penyebab Dismenore Sekunder Dismenore sekunder berhubungan dengan kelainan congenital atau kelainan organik di pelvis. Rasa nyeri yang timbul pada dismenore sekunder ini biasanya berhubungan dengan gangguan ginekologis seperti endometriosis , radang pelvis, kista ovarium, dan kongesti pelvis.
2.2.4 Tanda dan Gejala Dismenore Tanda dan gejala dari dismenore yaitu nyeri pada perut bagian bawah menjalar sampai ke pinggang dan paha, rasa mual bahkan sampai muntah, sakit kepala, perasaan mau pingsan dan cepat marah (Prawirohardjo, 2005) Menurut Kasdu (2005), gejala dismenore yang sering muncul adalah: a. Rasa sakit yang dimulai pada hari pertama menstruasi. b. Terasa lebih baik setelah pendarahan menstruasi mulai. c. Terkadang nyerinya hilang setelah satu atau dua hari. Namun, ada juga wanita yang masih merasakan nyeri perut meskipun sudah dua hari haid.
16
d. Nyeri pada perut bagian bahwa, yang bisa menjalar ke punggung bagian bahwa dan tungkai. e. Nyeri dirasakan sebagai kram yang hilang timbul atau sebagai nyeri tumpul yang terus menerus. f. Terkadang disertai rasa mual, muntah, pusing atau pening.
2.2.5 Patofisiologi Dismenore biasanya terjadi pada saat fase pramenstruasi (sekresi). Pada fase ini terjadi peningkatan hormon prolaktin dan hormon estrogen. Sesuai dengan sifatnya, prolaktin dapat meningkatkan kontraksi uterus. Hormon yang juga terlibat dalam dismenore adalah hormon prostaglandin (Manuaba, 2007). Dismenore biasanya terjadi akibat pelepasan berlebihan prostaglandin tertentu yaitu Prostaglandin – F2 alfa, dari sel sel endometrium uterus. Prostaglandin – F2 alfa adalah suatu perangsang kuat kontraksi otot polos miometrium dan konstriksi pembuluh darah uterus. Hal ini memperparah hipoksia uterus yang secara normal terjadi pada haid, sehingga timbul rasa nyeri hebat (Corwin, 2009).
2.2.6
Pengukuran Derajat Dismenore Numeric Rating Scale ( NRS ) adalah salah satu skala yang paling
sederhana dan paling sering digunakan dalam instrumen untuk mengukur intensitas nyeri (Page, 2012).
17
Metode yang umumnya digunakan untuk memeriksa intensitas nyeri yaitu dengan skala penilaian numerik ini lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala ini paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik Numerik
0
1
2
3
4
5
6
7
Tidak nyeri
8
9
10 Sangat nyeri
Keterangan 0
: Tidak Nyeri
1–3
: Nyeri Ringan
4 -6
: Nyeri Sedang
7–9
: Nyeri Berat Terkontrol
10
: Nyeri Berat Tidak Terkontrol
Gambar 1. Numeric Rating Scale (NRS) (Menurut National Initiative on Pain Control)
2.2.7
Penanganan Dismenore Penanganan dismenore pada umumnya dibagi menjadi 2 yaitu penanganan
secara farmakologis maupun secara non farmakologis.
18
a. Penanganan Farmakologis Menurut Wiknjonosastro (2007), penanganan secara farmakologis yang dapat digunakan pada dismenore antara lain adalah : 1) Pemberian Analgetik Adapun obat-obatan analgetik yang sering digunakan adalah preparat kombinasi aspirin, fenasetin, dan kafein. Obat yang sering beredar di pasaran seperti novalgin, ponstan, Acet-aminophen dan yang lainnya. 2) Terapi Hormonal Tujuan dari terapi hormonal adalah menekan ovulasi . Tindakan ini bersifat sementara dengan tujuan untuk membuktikan bahwa gangguan benar-benar dismenore primer, atau untuk memungkinkan penderita melaksanakan pekerjaan penting pada waktu haid tanpa gangguan. Tujuan ini dapat dicapai dengan pemberian salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi. Selain itu hal ini juga bertujuan untuk mencegah terjadinya ovulasi dan menurunkan produksi prostaglandin karena atrofi endometrium desidual. 3) Terapi Dengan Obat Nonsteroid Antiprostaglandin Terapi ini memegang peranan yang penting terhadap penangan dismenore primer. Obat – obatan termasuk disini seperti indometasin, ibuprofen, dan naproksen, dalam kurang lebih 70% penderita dapat disembuhkan atau mengalami perbaikan. Sebaiknya obat ini diberikan sebelum haid dimulai misalnya satu sampai tiga hari sebelum haid dan pada saat hari petama haid.
19
b. Penanganan Non Farmakologis Menurut Laila (2011), ada beberapa cara untuk mengatasi nyeri non farmakologis, yaitu : 1) Kompres Hangat Suhu panas dapat meminimalkan ketegangan otot. Setelah otot rileks, rasa nyeri pun akan berkurang. Kompres hangat dapat menggunakan kompres handuk atau pun botol yang berisi air hangat. Pengompresan dapat dilakukan pada daerah yang terasa kram seperti pada perut atau pun pinggang bagian belakang. 2) Istirahat Istirahat pada saat menstruasi dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti tidur, duduk sambil menenangkan diri atau pun bersantai sambil menonton TV. Beristirahat ketika menstruasi diperlukan untuk merilekskan otot-otot yang tegang saat berkontraksi meluruhkan lapisan endometrium. 3) Olahraga Berolahraga secara teratur dapat mengurangi stress yang timbul ketika PMS (Pre Menstrual Syndrome) ataupun saat menstruasi. Selain itu berolahraga juga dapat meningkatkan produksi hormone endorphin otak yang merupakan penawar rasa sakit yang alami dalam tubuh. 4) Minum Air Putih Minum air putih sebanyak 8 gelas sehari mampu mengurangi rasa nyeri saat menstruasi.Minum air putih saat menstruasi dilakkan untuk
20
mencegah terjadinya penggumpalan darah dan melancarkan peredaran darah 5) Melakukan Pemijatan Pemijatan dipercaya dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan. Pemijatan dilakukan ringan dengan jari telunjuk membuat gerakan melingkar pada perut bagian bawah . 6) Melakukan Yoga Yoga merupakan salah satu tradisi india kuno yang telah lama dikenal dan mampu memberikan efek yang baik untuk kesehatan terutama asana yoga yang identik dengan pengaktifan seluruh bagian tubuh. Asana yoga mampu mempercepat dan menstimulasi system pertahanan tubuh, serta mengubah pola penerimaan rasa sakit ke fase yang lebih menenangkan. 7) Teknik relaksasi Relaksasi merupakan metode alami dalam mengatasi nyeri. Cara melakukannya pun mudah yaitu dengan menenangkan pikiran lalu mengambil
nafas
dalam-dalam
selama
lima
detik
kemudian
menghembuskan secara perlahan-lahan. Dengan demikian tubuh akan menjadi lebih rileks. Dalam kondisi rileks, tubuh akan menghentikan produksi hormone adrenalin dan hormone – hormone yang menyebabkan stress. Karena hormone seks yaitu progesterone dan estrogen serta hormone stress yaitu adrenalin berasal dari blok kimiawi
21
yang sama maka dengan mengurangi stress, produksi dari kedua hormone seks tersebut juga berkurang. 8) Melakukan Akupunktur atau pun Akupresure Tujuan dari pengobatan nyeri dismenore dengan teknik akupunktur akupresure adalah untuk menyeimbangkan hormone yang berlebihan karena pada dasarnya dismenore merupakan sakit yang berhubungan dengan ketidakseimbangan hormone.
2.3 Akupresur
2.3.1 Pengertian Akupresur adalah perkembangan terapi pijat yang merupakan turunan dari ilmu akupunktur yang menggunakan jari tangan sebagai pengganti jarum tetapi dilakukan pada titik – titik yang sama seperti yang digunakan pada terapi akupunktur (Hartono, 2012) Akupresur adalah penggunaan teknik sentuhan untuk menyeimbangkan saluran energi dalam badan atau Qi . Energi atau kekuatan hidup dalam bahasa Cina disebut " Qi " bergerak dalam tubuh dalam jalur tertentu atau saluran yang disebut meridian . Aliran energi dalam meridian sangat berpengaruh terhadap keseimbangan . Jika energi berkurang dalam satu atau lebih, maka meridian kesehatan tubuh akan terpengaruh (Charandabi, 2011).
22
Akupresur adalah suatu tindakan penekanan secara tepat pada titik khusus bagian tubuh untuk menurunkan nyeri, memberikan relaksasi dan mencegah atau mengurangi mual (NIC, 2004). Akupresur merupakan pengembangan dari teknik akupunktur yang memiliki tujuan sama yang digunakan untuk merangsang titik –titik yang ada di tubuh dan menekan hingga masuk ke system saraf dengan menggunakan gerakan dan tekanan jari yaitu jenis tekan putar, tekan titik dan tekan lurus. Prinsip dari akupresur ini dikenal sebagai adanya energi vital di tubuh (dikenal dengan nama Chi atau Qi di Cina dan Ki di Jepang). Aliran energy ini sangat mempengaruhi kesehatan, apabila aliran ini terhambat atau berkurang maka terjadilah sakit. Suplai dan aliran energy vital berjalan di saluran listrik tubuh yang tidak kelihatan yang sering disebut dengan meridian. Salah satu teknik untuk melancarkan energy vital adalah dengan akupresur yaitu menekan titik tertentu yang dikenal dengan acupoint dengan menggunakan telunjuk ataupun ibu jari untuk menstimulasi aliran energy di meridian (Rusdiatin, 2007).
2.3.2 Tujuan Terapi Akupresur Teknik pengobatan akupresur bertujuan untuk membangun kembali sel sel dalam tubuh yang melemah serta mampu membuat sistem pertahanan dan meregenerasikan sel tubuh. Umumnya penyakit berasal dari tubuh yang teracuni, sehingga pengobatan akupresur memberikan jalan keluar meregenerasikan sel – sel agar daya tahan tubuh kuat untuk mengurangi sel – sel abnormal (Fengge, 2012).
23
2.3.3 Manfaat Pengobatan secara Akupresur Akupresur terbukti bermanfaat untuk pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit , rehabilitasi (pemulihan) serta meningkatkan daya tahan tubuh. Melalui terapi akupresur penyakit pasien dapat disembuhkan karena akupresur dapat digunakan untuk menyembuhkan keluhan sakit, dan dipraktekan ketika dalam keadaan sakit. Sebagai rehabilitasi (pemulihan) akupresur dipraktekan untuk meningkatkan kondisi kesehatan sesudah sakit. Selain itu, akupresur juga bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh walaupun tidak sedang dalam keadaan sakit (Fengge, 2012).
2.3.4 Komponen – Komponen Penting dalam Akupresur untuk Dismenore a. Meridian (Cing Luo) Meridian berasal dari kata cing luo yang artinya suatu sistem saluran membujur dan melintang secara teratur dan tersebar di seluruh tubuh. Fungsi dari meridian adalah media dimana chi, jin-ye, darah (xue) mengalir dan bersirkulasi (Hartono, 2012). Fungsi lain dari meridian adalah sebagai pelindung tubuh dari serangan penyakit dari luar (Dharmojono, 2001). Meridian yang berperan penting pada dismenore yaitu meridian Ren Mai yaitu meridian yang memelihara rahim dan segala organ dalam perut, meridian Chong yaitu meridian yang memelihara rahim, otot perut dan otot pinggul, serta meridian Dai yang mengikat semua meridian dengan mengelilingi pinggul , masalah perut dan punggung. (Hartono, 2012).
24
b. Acupoint (Acupressure Point) Acupoint terletak di seluruh tubuh, dekat dengan permukaan kulit dan terhubung satu sama lain melalui jaringan yang komplek dari meridian. Setiap acupoint mempunyai efek khusus pada sistem tubuh, atau organ tertentu. Menstimulasi dan memijat secara lembut titik tersebut akan terjadi perubahan fisiologi tubuh dan akan mempengaruhi keadaan mental dan emosional. Acupoint ini merupakan titik yang sensitif dan mempunyai efek tertentu yang terletak di sepanjang meridian akupuntur. Kebanyakan acupoint ini terletak bilateral / di dua sisi tubuh, oleh sebab itu akupresur dilakukan pada kedua sisi tubuh kecuali acupoint yang terletak di bagian tengah tubuh (Turana, 2004). Terdapat banyak acupoint yang dipercaya mampu mengurangi nyeri perut dan pinggang ketika menstruasi yaitu titik Guanyuan, Pishu, Shenshu, Zusanli, dan Sanyinjiao (Hartono, 2012).
Pada
penelitian ini, peneliti
hanya menggunakan sanyinjiao point yang merupakan salah satu acupoint atau titik pertemuan limpa, hati dan saluran ginjal yang terletak di limpa meridian , yaitu empat jari di atas dalam pergelangan kaki belakang tepi posterior tibia. (Charandabi , 2011).
2.3.5 Sanyinjiao Point (Titik Sanyinjiao) Sanyinjiao Point adalah salah satu acupoint atau titik pertemuan limpa, hati dan saluran ginjal yang terletak di limpa meridian , yaitu empat jari di atas
25
dalam pergelangan kaki belakang tepi posterior tibia. Titik ini mudah diakses serta dapat diberikan tanpa bantuan dari staf medis (Charandabi, 2011). Sanyinjiao Point ini merupakan titik yang digunakan untuk memperkuat limpa, mengembalikan keseimbangan Yin dan Yang, darah, hati , serta ginjal , dan memperlancar peredaran darah serta suplai darah (Wong, 2010). Lokasi titik sanyinjiao ini terletak 3 cun di sisi atas mata kaki bagian dalam. Indikasi penyakit yang cocok pada titik ini adalah gangguan lambung dan limpa, abdomen tegang, diare, nyeri lambung, gangguan urologi dan ginekologi , nyeri perut , dan insomnia. Titik ini mempunyai keistimewaan yaitu tempat pertemuan tiga meridian yin kaki (Dharmojono, 2001).
Gambar 2. Lokasi Titik Sanyinjiao
2.3.6 Cara Pemijatan Dalam pemijatan akupresur sebaiknya dilakukan jangan terlalu keras dan membuat pasien kesakitan. Pemijatan yang benar harus dapat menciptakan sensasi rasa (nyaman, pegal, panas, gatal, perih, kesemutan dan lain sebagainya). Apabila sensasi rasa dapat tercapai maka disamping sirkulasi chi (energi) dan xue (darah)
26
lancar, juga dapat merangsang keluarnya hormon endorphin yaitu hormone sejenis morfin yang dihasilkan dari dalam tubuh untuk memberikan rasa tenang (Hartono, 2012). Penekanan dilakukan dengan ujung jari , pada saat awal harus dilakukan dengan lembut kemudian secara bertahap kekuatan penekanan ditambah sampai terasa sensasi yang ringan tetapi tidak sakit. Penekanan dapat dilakukan 30 detik sampai 2 menit (Turana, 2004). Menurut NIC (2004) penekanan pada acupoint dapat dilakukan 15 sampai 20 detik .
2.3.7 Ukuran Pada akupresur satuan hitung yang digunakan adalah cun. Cun merupakan satuan hitung untuk panjang atau lebar jarak antara titik akupunktur dengan titik acuannya yang digunakan dalam penentuan titik akupunktur atau pun ilmu pijat turunannya seperti akupresur. Berbeda dengan centimeter, cun lebih fleksibel karena dalam perhitungan panjang atau lebar karena yang digunakan adalah tangan pasien sendiri (Hartono, 2012). Lokasi titik sanyinjiao ini terletak 3 cun di sisi atas mata kaki bagian dalam. (Dharmojono, 2001).
2.3.8 Hal – hal yang Perlu Diperhatikan Saat Tindakan Menurut Hartono (2012), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemijatan akupresur, antara lain :
27
a. Kebersihan Terapis Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun antiseptic sebelum dan sesudah melakukan tindakan sangatlah penting karena hal tersebut dilakukan dengan tujuan mencegah penularan penyakit antara terapis dengan pasien. b. Bagian – bagian yang Tidak Dapat Dipijat Pemijatan tidak dapat dilakukan pada kondisi kulit terkelupas, tepat pada bagian tulang yang patah, dan tepat pada bagian yang bengkak. c. Pasien dalam Kondisi Gawat Penyakit – penyakit yang tidak boleh dipijat adalah tiga penyakit yang dapat menyebabkan kematian tiba – tiba, yaitu ketika terjadi serangan jantung, gagal napas, dan penyakit pada saraf otak misalnya stroke, pecah pembuluh darah, dan cedera otak. Apabila menemukan gejala demikian segera rujuk ke rumah sakit karena penanganan yang keliru dapat menyebabkan pasien terlambat mendapat pengobatan yang lebih baik.
2.4 Pengaruh Terapi Akupresur Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Dismenore Primer Terapi akupresur secara empiris terbukti dapat membantu meningkatkan hormone endorphin otak yang secara alami dapat membantu menawarkan rasa nyeri saat haid . (Hartono,2012).
28
Dari beberapa hasil penelitian yang meneliti tentang akupresur, dijelaskan bahwa Sanyinjiao Point adalah salah satu acupoint atau titik pertemuan limpa, hati dan saluran ginjal yang terletak di limpa meridian , yaitu empat jari di atas dalam pergelangan kaki belakang tepi posterior tibia. (Charandabi, 2011). Menurut pengobatan Cina, rahim merupakan salah satu organ yang terhubung dengan jantung dan ginjal melalui saluran khusus,serta suplai darah pada hati disuplai ke rahim. Apabila suplai darah ke hati sedikit, maka darah yang di suplai ke rahim pun juga sedikit, hal ini lah yang dianggap menjadi penyebab timbulnya nyeri dismenore (Wong, 2010). Titik Sanyinjiao adalah titik persimpangan hati, limpa, dan meridian ginjal. Berdasarkan prinsip-prinsip Pengobatan Tradisional Cina (TCM), akupresur pada titik Sanyinjiao berfungsi untuk memperkuat limpa,
dan
mengembalikan keseimbangan Yin dan darah, hati, dan ginjal, sehingga hal tersebut dapat memperkuat pasokan darah dan memperlancar peredaran darah, dengan demikian akupresur pada titik sanyinjiao dapat mengurangi nyeri dismenore (Wong, 2010).