BAB II LATAR BELAKANG DILAKSANAKANNYA TINDAKAN PEMBELIAN KEMBALI (BUYBACK) SAHAM YANG BEREDAR DI PASAR MODAL A. Pengertian Pembelian Kembali (Buyback) Saham Pembelian kembali (buyback) saham adalah Buyback 43 a. The purchase of a long position to offset a short position. b. A corporation's repurchase of stock or bonds it has issued. In the case of stocks, this reduces the number of shares outstanding, giving each remaining shareholder a larger percentage ownership of the company. This is usually considered a sign that the company's management is optimistic about the future and believes that the current share price is undervalued. Reasons for buybacks include putting unused cash to use, raising earnings per share, increasing internal control of the company, and obtaining stock for employee stock option plans or pension plans. When a company's shareholders vote to authorize a buyback, they aren't obliged to actually undertake the buyback. also called corporate repurchase. (a. Pembelian posisi yang panjang (permanen) untuk mengimbangi posisi pendek (temporer). b. Pembelian perusahaan atas saham atau obligasi yang diterbitkannya sendiri. Dalam kasus saham, hal ini menurunkan jumlah saham yang beredar, dan memberikan sisa pemegang saham memperoleh persentase kepemilikan saham yang lebih besar di perusahaan. Hal tersebut biasanya dianggap sebagai tanda bahwa managemen perusahaan optimis akan masa depan dan berkeyakinan bahwa harga saham saat ini dihargai terlalu rendah. Alasan dari dilakukannya pembelian kembali adalah untuk menggunakan kas (uang tunai) yang tidak terpakai, meningkatkan 43
InvestorWords, “Buyback”, http://www.investorwords.com/639/buyback.html (diakses pada tanggal 17 Maret 2014)
Universitas Sumatera Utara
pendapatan per saham, meningkatkan pengawasan internal perusahaan, dan memperoleh saham untuk program pilihan saham untuk karyawan atau program pensiun. Ketika pemegang saham perusahaan memilih untuk melakukan pembelian kembali, mereka tidak diwajibkan untuk melakukan pembelian kembali tersebut. Hal ini disebut juga sebagai hak membeli kembali perusahaan.) Lebih lanjut pengertian buyback adalah:44 The repurchase of outstanding shares (repurchase) by a company in order to reduce the number of shares on the market. Companies will buy back shares either to increase the value of shares still available (reducing supply), or to eliminate any threats by shareholders who may be looking for a controlling stake. A buyback allows companies to invest in themselves. By reducing the number of shares outstanding on the market, buybacks increase the proportion of shares a company owns. Buybacks can be carried out in two ways: a. Shareholders may be presented with a tender offer whereby they have the option to submit (or tender) a portion or all of their shares within a certain time frame and at a premium to the current market price. This premium compensates investors for tendering their shares rather than holding on to them. b. Companies buy back shares on the open market over an extended period of time. ( Membeli kembali saham yang beredar (membeli kembali) oleh perusahaan dalam rangka untuk mengurangi jumlah saham di pasar. Perusahaan akan membeli kembali saham baik untuk meningkatkan harga saham yang masih tersedia (mengurangi pasokan), atau untuk menghilangkan segala macam ancaman oleh pemegang saham yang mungkin ingin mengontrol atau mengambil alih saham.
44
Investopedia, “Buyback”, http://www.investopedia.com/terms/b/buyback.asp (diakses pada tanggal 17 Maret 2014)
Universitas Sumatera Utara
Pembelian kembali saham memperbolehkan perusahaan-perusahaan untuk berinvestasi di dalam perusahaannya sendiri. Dengan melakukan pengurangan jumlah saham yang beredar di pasar, pembelian kembali saham dapat meningkatkan jumlah saham yang dimiliki oleh perusahaan. Pembelian kembali saham dapat dilaksanakan dengan 2 (dua) cara: a. Pemegang saham dapat ditawarkan dengan tender offer dimana mereka mempunyai pilihan untuk mengajukan (atau tender) sebagian atau seluruh saham mereka dalam jangka waktu tertentu dan pada premi untuk harga saham saat ini. Premi atau iuran inilah yang digunakan untuk mengkompensasi para investor yang melakukan tender atas saham mereka. b. Perusahaan yang membeli kembali saham di pasar terbuka dilakukan dalam jangka waktu tententu.) Sedangkan
menurut
Weston,
Mitchel,
dan
Mulherin
(2004:484)
mendefinisikan buyback saham atau share repurchase sebagai suatu tindakan perusahaan publik yang membeli sahamnya sendiri baik melalui proses tender offer, open market atau melakukan negosiasi pembelian kembali dari blockholder.45 B. Dasar Hukum Pembelian Kembali (Buyback) Saham Dasar hukum pembelian kembali (buyback) saham, sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. 45
Perpustakaan Universitas Indonesia, http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/120422T%2025529-Efek%20pengumuman-Tinjauan%20literatur.pdf (diakses pada tanggal 22 Juni 2014)
Universitas Sumatera Utara
Pembelian kembali (buyback) saham sebelum diatur dalam UndangUndang Nomor 40 Tahun 2007 ini, diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas dalam diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas dalam Pasal 30 sampai dengan Pasal 33, Bagian Kedua tentang Perlindungan Modal dan Kekayaan Perseroan dari Bab ketiga Undang-Undang ini yang membahas tentang Modal dan Saham. Setelah Undang-Undang tersebut mengalami perubahan, pembelian kembali (buyback) saham ini tetap diatur pada bagian perlinndungan modal dan kekayaan perseroan, tepatnya diatur dalam Pasal 37 sampai dengan Pasal 40, Bagian Kedua tentang Perlindungan Modal dan Kekayaan Perseroan dari Bab ketiga Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas yang membahas tentang Modal dan Saham. Pengaturan mengenai pembelian kembali (buyback) saham ini sebelum dan sesudah perubahan Undang-Undang diatur dalam bab yang sama. Meskipun demikian, terdapat beberapa peraturan yang telah mengalami perubahan. Ketentuan Pasal 37 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 ini merupakan perbaikan dari Pasal 30 ayat 1 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas. Di dalam Pasal 30 ayat 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tersebut menyebutkan dimiliki oleh anak perusahaan, dimana frase tersebut tidak lagi terdapat dalam Pasal 37 Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang
Universitas Sumatera Utara
Perseroan Terbatas. Disamping itu, pasal ini memberikan pengecualian apabila diatur lain dalam peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal. 46 Dalam Pasal 30 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 juga menyatakan bahwa pembelian kembali saham harus dibayar dari laba bersih, dan jumlah nilai nominal saham yang dimiliki Perseroan dan anak perusahaan tidak boleh melebihi 10% (sepuluh perseratus) dari jumlah modal yang ditempatkan. Pasal 30 ini tidak terdapat pembatasan berapa lama saham yang dibeli kembali tersebut boleh dikuasai perseroan. Berbeda dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995, pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tidak terdapat kewajiban untuk menggunakan laba bersih sebagai sumber dana pembelian kembali.47 Selanjutnya, Pasal 31 UU PT Tahun 1995 menyatakan bahwa pembelian kembali saham atau pengalihannya lebih lanjut hanya dapat dilakukan berdasarkan keputusan RUPS. Berbeda dengan UU PT Tahun 1995, pada UU PT 2007 tidak terdapat kewajiban untuk menggunakan laba bersih sebagai sumber dana pembelian kembali. Sehubungan dengan pembatasan periode penguasaan saham yang diperoleh kembali, Pasal 37 UU PT Tahun 2007 memberikan batasan bahwa saham yang dibeli kembali oleh Perseroan hanya boleh dikuasai paling lama 3 (tiga) tahun. Dalam penjelasan pasal 37 tersebut disebutkan bahwa jangka waktu 3 (tiga) tahun dimaksudkan agar Perseroan dapat menentukan apakah saham tersebut akan dijual atau ditarik kembali dengan cara pengurangan modal.48 46
I Made B. Tirthayatra, “Beberapa Perbedaan Antara UU PT Tahun 2007 dengan UU PT Tahun 1995”, http://made-tirthayatra.blogspot.com/2009/06/beberapa-perbedaan-antara-uu-pttahun.html (diakses pada tanggal 22 Maret 2014) 47 Jamin Ginting, Hukum Perseroan Terbatas, Cet. Pertama, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2007), hlm. 8. 48 Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Sehubungan dengan perlunya persetujuan RUPS untuk membeli kembali saham atau pengalihannya lebih lanjut, dan adanya pembatasan pembelian kembali saham untuk tidak melebihi 10% dari jumlah modal ditempatkan, dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas tahun 2007 dinyatakan bahwa persetujuan RUPS dan pembatasan tersebut diwajibkan sepanjang tidak ditentukan lain dalam peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.49 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal Pembelian kembali (buyback) saham tidak ada diatur secara tersurat dalam Undang-Undang Pasar Modal. Pada dasarnya tindakan pembelian kembali (buyback) saham ini tidak boleh dilaksanakan dalam kondisi yang normal karena merupakan sebuah tindakan yang melanggar Undang-Undang Pasar Modal. Hal tersebut secara tersirat dapat kita lihat dalam ketentuan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 02/POJK.04/2013 tentang pembelian kembali saham dalam kondisi pasar yang berfluktuasi secara signifikan yang menentukan bahwa emiten dapat melakukan pembelian kembali (buyback) saham sepanjang tidak bertentangan dengan Pasal 91, Pasal 92, Pasal 95, dan Pasal 96 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal.50 3. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 02/POJK.04/2013 Tentang Pembelian Kembali Saham Yang Dikeluarkan Oleh Emiten Atau Perusahaan Publik Dalam Kondisi Pasar Yang Berfluktuasi Secara Signifikan 49
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Bab III, Bagian Kedua, Pasal 38, Angka 1. 50 Republik Indonesia, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 02/POJK.04/2013 Tentang Pembelian Kembali Saham Yang Dikeluarkan Oleh Emiten Atau Perusahaan Publik Dalam Kondisi Pasar Yang Berfluktuasi Secara Signifikan, Bab I, Pasal 3.
Universitas Sumatera Utara
Untuk mengurangi dampak pasar yang berfluktuasi secara signifikan yang menyebabkan terjadi tekanan bursa saham domestik, maka Otoritas Jasa Keuangan memberikan kemudahan bagi Emiten atau Perusahaan Publik untuk melakukan pembelian kembali (buyback) saham dengan menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Pembelian Kembali Saham yang Dikeluarkan oleh Emiten atau Perusahaan Publik Dalam Kondisi Pasar Yang Berfluktuasi Secara Signifikan. Dalam kondisi pasar yang berfluktuasi secara signifikan Perseroan diperbolehkan melakukan pembelian kembali (buyback) saham tanpa rapat umum pemegang saham.51 C. Latar Belakang Dilaksanakannya Pembelian Kembali (Buyback) Saham Di Pasar Modal Pembelian kembali sebagian saham yang telah dilepas ke publik atau sering disebut dengan istilah stock buyback merupakan salah satu bentuk tindakan korporasi yang dilakukan emiten dan merupakan strategi dalam investasi saham. Pembelian kembali (buyback) saham dilakukan oleh emiten atau perusahaan publik sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kembali harga sahamnya yang telah jatuh di pasar. Biasanya pembelian kembali (buyback) saham dilakukan ketika harga saham sudah dibawah harga riilnya. Selain itu, fungsi lain dari pembelian kembali (buyback) saham adalah untuk meningkatkan kembali laba perseroan per saham / Earn per Share (EPS) dan Return on Equity (ROE) secara berkelanjutan yang dapat menaikkan harga saham, terutama saat Perseroan sedang 51
Republik Indonesia, Peraturan OJK Nomor 02/POJK.04/2013 Tentang Pembelian Kembali Saham Yang Dikeluarkan Oleh Emiten Atau Perusahaan Publik Dalam Kondisi Pasar Yang Berfluktuasi Secara Signifikan, Bab II, Pasal 4.
Universitas Sumatera Utara
menghadapi issue mengenai penurunan kinerja Perseroan yang berpotensi menurunkan harga saham Perseroan tersebut.52 Pembelian kembali (buyback) saham dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif yang dapat dipakai oleh emiten untuk meningkatkan kembali harga sahamnya yang telah jatuh di pasar. Dengan dilakukannya pembelian kembali (buyback) saham, maka berakibat pada naiknya laba per saham / Earning per Share (EPS) dan Return on Equity / ROE secara berkelanjutan yang dapat berakibat menaikkan harga saham di pasar. 53 Sebenarnya peningkatan laba per saham Perseroan karena pembelian kembali (buyback) saham bukanlah peningkatan laba Perseroan secara murni. Bagi Perseroan, peningkatan laba per saham / Earn per Share (EPS) melalui pembelian kembali (buyback) saham tidak murni karena pembeli adalah Perseroan itu sendiri, walaupun dari segi penghitungan laba Earn per Share terjadi peningkatan. 54 Dengan kata lain, kenaikan harga saham emiten yang melakukan stock buyback bukan diakibatkan dari peningkatan kinerja fundamental, namun hanya dari mekanisme permintaan dan penawaran pasar yang berubah.55 Salah satu faktor dilaksanakannya pembelian kembali (buyback) saham adalah untuk menjaga nilai nominal dari total modal disetor dan ditempatkan, jika sebagian dari modal tersebut tidak dimiliki atau dibeli oleh siapapun di pasar dalam jangka waktu tertentu. Artinya, pembelian kembali saham dapat dilakukan 52
Hendy M. Fakhruddin, Go Publik: Strategi Pendanaan, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2008), hlm. 235. 53 Ibid. 54 Blogspot, “Pembelian kembali saham (Buy Back Share)”, http://getsolvedfriend.blogspot.com/2010/07/pembelian-kembali-saham-buy-back-share.html, (diakses pada tanggal 5 April 2014) 55 Hendy M. Fakhruddin, Loc. Cit., hlm. 235.
Universitas Sumatera Utara
oleh Perseroan apabila terjadi suatu keadaan dimana terdapat sejumlah saham yang telah dikeluarkan oleh perseroan, namun saham tersebut dalam status idle. Jadi, untuk mengamankan modal dan kekayaan Perseroan, maka saham tersebut kemudian dibeli kembali oleh Perseroan. Karena apabila saham tersebut tidak dibeli kembali oleh Perseroan, maka harus dilakukan koreksi atau penurunan dari total nonimal modal disetor dan modal ditempatkan perseroan. 56 Saham yang dapat dibeli kembali oleh Perseroan juga terbatas, yaitu tidak melebihi 10% (sepuluh perseratus) dari jumlah modal yang ditempatkan dalam Perseroan. 57 Pembelian kembali ini hanya boleh dilakukan berdasarkan persetujuan rapat umum pemegang saham.58 Saham yang telah dibeli kembali oleh Perseroan hanya boleh dikuasai Perseroan paling lama tiga tahun.59 Salah satu tujuan dilaksanakannya pembelian kembali saham merupakan bentuk tugas dan tanggung jawab perseroan untuk melindungi kekayaan dan modal perseroan. Undang-Undang Perseroan Terbatas baik Undang-Undang Nomor 1 tahun 1995 maupun Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 memasukkan ketentuan tentang pembelian kembali saham pada bagian perlindungan modal dan kekayaan perseroan, dari hal tersebut sudah dapat dilihat bahwa salah satu tujuan tindakan pembelian kembali (buyback) saham adalah untuk melindungi harta dan kekayaan perseroan. 56
Bimoprasetio, “Buyback Saham Di Tengah Ancaman Anjloknya Harga Saham”, http://strategihukum.net/buy-back-saham-di-tengah-ancaman-anjloknya-harga-saham (diakses pada tanggal 2 April 2014) 57 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Bab III, Bagian Kedua, Pasal 37, Angka 1, Huruf b. 58 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Bab III, Bagian Kedua, Pasal 38, Angka 1. 59 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Bab III, Bagian Kedua, Pasal 37, Angka 4.
Universitas Sumatera Utara
Menurut wikipedia.com pembelian kembali (buyback) saham dapat mendistribusikan cash kepada pemegang saham yang ada sebagai ganti dari saham yang beredar yang dipegang oleh pemegang saham. Pembelian kembali (buyback) saham merupakan salah satu cara pemanfaatan sisa profit yang ditahan. Ketika perusahaan membeli kembali sahamnya, hal tersebut akan mengurangi jumlah saham beredar yang dipegang oleh publik, sehingga walaupun profit yang dihasilkan tetap sama, tetapi Earning per Share akan meningkat. Jadi, pembelian kembali (buyback) saham khususnya ketika harga saham perusahaan undervalue akan memberikan return on investment yang menguntungkan. Beberapa alasan yang menjadi dasar bagi emiten untuk membeli kembali sahamnya yang ada di publik, yaitu sebagai berikut:60 1. Untuk menjaga kewajaran harga sahamnya. Di pasar modal, harga saham suatu perusahaan dapat dijadikan sebagai salah satu tolok ukur baik tidaknya kinerja keuangan perusahaan tersebut, sehingga dapat dikatakan dalam kondisi yang wajar dan normal. Semakin baik kinerja keuangan suatu perusahaan, maka harga sahamnya juga semakin membaik / meningkat. Pembelian kembali (buyback) saham dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif yang dapat dipakai oleh emiten untuk meningkatkan kembali harga sahamnya yang telah jatuh di pasar. Dengan dilakukannya pembelian kembali (buyback) saham, maka berakibat pada naiknya laba per saham (earning per share / EPS) dan Return on Equity / ROE secara berkelanjutan yang dapat berakibat menaikkan harga saham di pasar. Di samping itu, dengan 60
Hendy M. Fakhruddin, Op. Cit., hlm. 235-238.
Universitas Sumatera Utara
pembelian kembali (buyback) saham, saham yang dimiliki oleh masyarakat akan berkurang (supply berkurang), akibatnya adalah harga saham akan naik (dengan asumsi jumlah permintaan terhadap saham tersebut tetap). Namun perlu dicatat, bahwa alasan emiten untuk melakukan pembelian kembali (buyback) saham adalah untuk meningkatkan Earning per Share perusahaan, karena naiknya laba per saham tersebut bukan diakibatkan oleh peningkatan pendapatan atau laba perusahaan, namun lebih disebabkan jumlah saham beredar yang semakin berkurang sehingga rasio laba per saham atau Earning per Share menjadi meningkat. Atau dengan kata lain, kenaikan harga saham emiten yang melakukan stock buyback bukan diakibatkan dari peningkatan kinerja fundamental, namun hanya dari mekanisme permintaan dan penawaran pasar yang berubah. 2. Sinyal Psikologis ke pasar. Pengumuman pembelian kembali (buyback) saham diharapkan mampu menularkan sinyal positif ke pasar bahwa harga saham mungkin sudah undervalued, dengan demikian investor atau pasar diharapkan bereaksi positif untuk melakukan pembelian pada saham tersebut sehingga pada gilirannya harga saham kembali ke tingkat yang diharapkan emiten. Ketika terjadi crash di pasar modal Amerika pada tahun 1987, banyak perusahaan besar mengumumkan akan melakukan pembelian kembali (buyback) saham. Hal tersebut dilakukan dengan motivasi agar pasar mendapat sinyal positif dan segera beraksi positif sehingga harga-harga saham menjadi relatif terjaga.
Universitas Sumatera Utara
3. Melakukan pembelian kembali saham untuk dijual kembali. Emiten yang telah melakukan pembelian kembali saham dapat menjual kembali sahamnya di Bursa. Jika saham yang telah dibeli kembali ini dapat dijual kembali dengan harga yang lebih tinggi dari harga perolehannya, maka selisih antara harga penjualan dengan harga pembelian kembali saham tersebut di tambahkan sebagai Tambahan Modal Disetor. Hal ini akan memperbaiki struktur permodalan emiten tersebut. 4. Melakukan pembelian kembali saham untuk dibagikan kepada karyawan (ESOP). Beberapa perusahaan melakukan pembelian kembali saham dengan tujuan saham yang telah dibeli kembali akan dibagikan kepada karyawan sebagai insentif agar karyawan tersebut dapat terus bekerja di perusahaan tersebut. Insentif seperti ini biasa disebut Employee Stock Option Plan yaitu semacam program insentif bagi karywan untuk memiliki saham perusahaan dimana karyawan tersebut bekerja. Banyak hal yang dapat dihasilkan dari program ESOP ini, diantaranya adalah karyawan akan semakin betah dalam waktu yang lama (mengurangi tingkat turnover atau keluar masuknya karyawan di perusahaan tersebut). 5. Untuk menghindarkan diri dari akuisisi oleh perusahaan yang lain karena memiliki dana kas yang melimpah. Perusahaan yang memiliki prospek yang bagus di masa depan terutama perusahaan yang sedang memiliki dana kas yang melimpah merupakan salah satu perusahaan yang sering diincar untuk diakuisisi. Sebagai salah satu cara
Universitas Sumatera Utara
pertahanan diri agar tidak diakuisisi, perusahaan tersebut dapat menggunakan dana kas yang dimilikinya untuk membeli kembali sahamnya. Di bursa saham yang sudah maju, seperti New York Stock Exchange (NYSE), pembelian kembali (buyback) sering dilakukan sebagai strategi pertahanan untuk menggagalkan upaya takeover atau pengambilalihan dari perusahaan lain yang tidak disukai emiten. Biasanya emiten yang memiliki saldo kas yang besar dalam neraca sering kali menjadi target yang menarik untuk akuisisi. Maka emiten yang menjadi sasaran menggunakan kas untuk membeli kembali saham mereka sendiri agar membuat mereka kurang menarik untuk dijadikan target akuisisi. 6. Pertimbangan pajak. Pelaksanaan pembelian kembali (buyback) saham yang dilandasi oleh pertimbangan pajak sering kali terjadi, khususnya di negara-negara maju, karena ketika seorang investor mendapatkan pembagian dividen maka investor tersebut akan dikenakan sejumlah pajak atas penghasilan dari dividen tersebut. Artinya, return yang diberikan oleh emiten kepada pemegang menjadi berkurang karena adanya pajak atas dividen. Hal tersebut menjadi semakin krusial ketika tingkat pajak yang dikenakan atas pendapatan dividen relatif besar. Untuk alasan demikian, maka emiten memilih melakukan pembelian kembali (buyback) saham sehingga pemegang saham diberikan pilihan untuk menjual saham ketika investor merasa bahwa pilihan tersebut akan memberikan return
Universitas Sumatera Utara
yang lebih riil atau return yang memang diharapkan investor. Investor tentu akan bersedia membeli pada harga yang lebih tinggi dibanding harga pasar. 7. Faktor Fleksibilitas bagi emiten Keputusan untuk membagikan dividen kepada pemegang saham merupakan keputusan yang direncanakan secara matang baik menyangkut timing, dana yang tersedia, dan pertimbangan kondisi keuangan perusahaan lainnya. Hal tersebut berbeda dengan keputusan dividen, karena manajemen emiten memiliki keleluasaan untuk mengatur kapan dan berapa besar transaksi yang akan dilakukan dalam pembelian kembali (buyback) saham. 8. Sebagai upaya penghematan dividen Pembelian kembali (buyback) saham dapat mengurangi jumlah saham yang beredar di masyarakat, sehingga perusahaan dapat banyak menghemat pembagian dividen jika melakukan pembagian dividen saham, karena saham yang dibeli kembali tidak mendapatkan hak memperoleh dividen.
Universitas Sumatera Utara