BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Definisi Target Costing Dalam menentukan harga jual suatu produk perusahaan dapat menggunakan suatu pendekatan perhitungan biaya target (target costing). Pengertian target costing menurut Garrison dkk, (2006:541) adalah sebagai berikut: Perhitungan biaya target adalah proses penentuan biaya maksimum yang dimungkinkan untuk suatu produk baru dan kemudian mengembangkan sebuah contoh yang dapat dibuat dengan menguntungkan berdasarkan angka biaya target maksimum terebut. Sedangkan Blocher dkk, (2000:167) menyatakan bahwa yang disebut dengan target costing adalah kondisi dimana perusahaan menentukan biaya yang harus dikeluarkan berdasarkan harga pasar kompetitif, dengan demikian perusahaan dapat memperoleh laba yang diharapkan. Menurut Hansen dkk, (2004:40) “Biaya (cost) adalah Kas atau nilai ekuivalen yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau dimasa datang bagi organisasi” Sementara menurut Mulyadi (2005:8) Biaya (cost) adalah “Pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi, untuk tujuan tertentu” Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa target costing merupakan metode perencanaan laba dan manajemen biaya yang difokuskan pada produk sebagai dasar perancang dalam menentukan produk dan proses desain untuk mencapai perbaikan usaha dan pengurangan biaya operasional produk di masa depan.
B. Tujuan dan Alasan Menggunakan Target Costing
Target costing bertujuan untuk merancang biaya produk pada tahap perencanaan, sehingga tidak harus mengurangi biaya selama tahap manufaktur. Target costing dikembangkan berdasarkan pengakuan atas dua karakteristik penting yaitu pasar dan biaya. Menurut (Garrison dkk, 2006) alasan menggunakan perhitungan target costing yaitu: a. Banyak perusahaan mempunyai pengendalian yang kurang atas harga daripada yang mereka kira. Pasar benar-benar menentukan harga, dan perusahaan yang mencoba mengabaikannya berarti mengambil risiko bahaya. Oleh karena itu, harga pasar yang diantisipasi dalam perhitungan biaya target sudah merupakan ketentuan. b. Kebanyakan biaya produk ditentukan pada tahap perancangan. Sehingga setelah produk dirancang dan masuk pada tahap produksi, tidak banyak yang dapat dilakukan untuk menurunkan biaya secara signifikan. Sebagian besar kesempatan untuk mengurangi biaya berasal dari perancangan produk sehingga produk tersebut mudah dibuat, menggunakan bahan yang murah, dan kuat serta andal.
C. Tahap Implementasi Target Costing Sesuai dengan lingkungan perusahaan saat ini dimana persaingan global, peningkatan ekspektasi pelanggan, dan harga jual yang kompetitif dalam banyak industri memaksa perusahaan untuk mencari berbagai cara agar dapat menurunkan biaya dari tahun ke tahun, dan pada saat yang sama menghasilkan produk dengan kualitas serta fungsi yang lebih baik. Perhitungan biaya berdasarkan target, dimana perusahaan menentukan biaya yang harus dikeluarkan untuk barang atau jasa, berdasarkan harga yang kompetitif, dengan demikian dapat meperoleh laba yang diharapkan
Perusahaan mempunyai dua pilihan untuk menurunkan biaya sampai level biaya target : a. Dengan mengintegrasikan teknologi baru, menggunakan teknik-teknik manajemen biaya yang canggih seperti perhitungan biaya berdasarkan aktivitas (activity based costing), dan mencari produktivitas yang tinggi. b. Dengan melakukan desain ulang terhadap barang atau jasa. Metode ini menguntungkan bagi banyak perusahaan karena mengakui banyak keputusankeputusan atas desain sangat mempengaruhi total biaya selama siklus hidup produk. Dengan memberi perhatian yang cermat pada desain, menurunkan biaya total secara signifikan adalah hal yang mungkin. Pendekatan perhitungan biaya berdasarkan target ini terutama dihubungkan dengan perusahaan-perusahaan manufaktur Jepang. Banyak perusahaan menggunakan kedua pilihan tersebut, yaitu usaha untuk mencapai keuntungan peningkatan produktivitas dan perhitungan biaya berdasarkan target untuk merancang produk dengan biaya rendah. Program perbaikan produktivitas, perhitungan biaya berdasarkan target mempunyai tujuan yang lebih terbatas, yaitu level biaya yang lebih spesifik. Karena lebih jelas, maka tujuannya akan tampak lebih mudah dapat dicapai oleh karena itu lebih dapat memotivasi. Perhitungan biaya berdasarkan taget, yang berdasarkan analisis trade off fungsionalitas/biaya, merupakan alat manajemen yang cocok untuk perusahaan. Dengan posisinya pada tahap hulu dari siklus hidup biaya, perhitungan berdasarkan target secara jelas dapat membantu perusahaan menurunkan biaya total. Industri Jepang dan semakin banyak perusahaan didunia menggunakan perhitungan biaya berdasarkan target. Banyak perusahaan menyadari bahwa menurunkan hal yang sulit untuk sukses dalam persaingan jika hanya bertumpu pada biaya (cost leadership) atau
differensiasi, mereka harus bersaing dalam hal harga maupun fungsionalitas. Perhitungan biaya berdasarkan target merupakan cara yang sangat berguna untuk mengelola kebutuhan akan trade off antara fungsionalitas dan biaya. Tahapan implementasi pendekatan target costing menurut Blocher dkk, (2000:185) terdiri dari lima tahapan yaitu: a. Menentukan harga pasar b. Menentukan laba yang diharapkan c. Menghitung target biaya pada harga pasar dikurangi laba yang diharapkan d. Menggunakan rekayasa nilai untuk mengidentifikasi cara yang dapat menurunkan biaya produk e. Menggunakan kaizan costing dan pengendalian operasional untuk terus menurunkan biaya. Penjelasan dari lima tahap implementasi tersebut, adalah sebagai berikut: a. Menentukan harga pasar Harga jual yang ditentukan untuk suatu produk harus merupakan harga yang kompetitif, sehingga dapat bersaing di pasaran. b. Menentukan laba yang diharapkan Tujuan setiap perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang maksimal. Untuk itu, dalam menentukan harga jual produk harus pula diperhitungkan berapa besar laba yang diharapkan perusahaan dari penjualan produk tersebut. c. Menghitung target biaya pada harga pasar dikurangi laba yang diharapkan Target costing dapat dihitung dengan mengurangi harga jual produk yang kompetitif dikurangi laba yang diharapkan. Target Costing = Harga kompetitif – Laba yang diharapkan
d. Menggunakan rekayasa nilai untuk mengidentifikasi cara yang dapat menurunkan biaya produk. Peranan rekayasa nilai (value engineering) dalam target costing yaitu untuk menurunkan biaya produk dengan cara menganalisis trade off antara jenis dan level yang berbeda dalam fungsionalitas produk dan biaya produk total. Hal terpenting dalam rekayasa nilai adalah dengan melakukan analisis konsumen terhadap produk baru atau produk yang telah direvisi selama tahap desain. Jenis rekayasa nilai yang digunakan tergantung pada fungsionalitas produk. Banyak produk elektronik seperti kamera dan peralatan audio dan video, fungsionalitas dapat dengan relatif mudah dan dikurangi. Produk-produk ini merupakan produk yang sering berubah model. Dampak dari hal tersebut produsen harus selalu mempunyai sesuatu yang baru yang bisa dimasukan dalam setiap model baru. Perhitungan biaya berdasarkan target lebih bermanfaat untuk produk pada perusahaan elektronik. Jenis rekayasa nilai yang pada umumnya digunakan pada perusahaanperusahaan ini adalah : a. Analisis fungsional (functional analysis) yaitu proses pengkajian kinerja dan biaya dari setiap fasilitas atau fitur utama produk. Tujuan analisis ini adalah keseimbangan yang diinginkan antara kinerja dan biaya. Tingkat pencapaian kinerja yang diharapkan secara keseluruhan untuk setiap fungsi berbeda dicapai, sementara biaya untuk semua fungsi dipertahankan lebih rendah dari biaya target. b. Analisis desain (design analysis) merupakan bentuk umum dari rekayasa nilai untuk produk industri dan produk khusus. Tim desain menyiapkan beberapa desain produk yang mungkin, yang masing-masing mempunyai fasilitas yang serupa dengan tingkat kinerja dan biaya yang berbeda-beda. c. Teknologi kelompok (group technology) merupakan metode untuk mengidentifikasi kesamaan suku cadang yang sama yang dapat digunakan untuk dua produk yang
dihasilkan perusahaan sehingga suku cadang yang sama dapat digunakan untuk dua atau lebih serta dapat menurunkan biaya e. Menggunakan kaizan costing dan pengendalian operasional untuk terus menurunkan biaya. Kaizen memiliki arti perbaikan secara terus menerus. Hal tersebut merupakan cara untuk menurunkan biaya dalam proses pemanufakturan produk dengan desain dan fungsionalitas yang ada. Kaizen costing terjadi pada tahap pengolahan, sehingga dampak rekayasa nilai dan desain langsung sangat terasa. Peranan penurunan biaya pada tahap pengolahan
yaitu
dengan
mengembangkan
metode
pemanufakturan
baru
dan
menggunakan teknik-teknik manajemen baru seperti pengendalian operasional, manajemen kualitas total, dan teori kendala.
D. Definisi Biaya Menurut Hansen dkk, (2004:40) “Biaya (cost) adalah Kas atau nilai ekuivalen yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau dimasa datang bagi organisasi” Sementara menurut Mulyadi (2005:8) Biaya (cost) adalah “Pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi, untuk tujuan tertentu” Biaya merupakan ukuran jumlah rupiah atau satuan moneter atas sumber daya yang digunakan dalam mencapai tujuan-tujuan tertentu yang berkaitan dengan proses bisnis perusahaan. Dalam melakukan penghitungan biaya, diperlukan perhitungan yang teliti dan selektif untuk dapat mengetahui dan menganalisa aktifitas atau pemicu biaya apa saja yang perlu dikurangi, dipertahankan atau bahkan ditingkatkan.
E. Klasifikasi Umum Biaya Dalam akuntansi biaya, biaya dapat digolongkan dengan berbagai macam cara. Umumnya klasifikasi biaya ini ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan klasifikasi tersebut, karena dalam akuntansi biaya dikenal konsep “different cost for different purposes” Garrison dkk, (2006:51) mengklasifikasikan biaya ke dalam dua kelompok, yaitu Biaya Produksi dan Biaya Non Produksi yang merupakan biaya yang berhubungan dengan sesuatu yang dibiayai. 1. Biaya Produksi Biaya produksi merupakan biaya yang digunakan selama proses produksi suatu produk berlangsung, yaitu dari awal terjadinya produksi hingga produk tersebut menjadi barang dan siap untuk dipasarkan. Biaya produksi dibagi kedalam tiga kategori, yaitu bahan langsung (direct material), tenaga kerja langsung (direct labor), dan biaya overhead pabrik (manufacturing overhead). a. Bahan Langsung (direct material) Menurut pendapat Henry (2004:42) Adalah bahan baku yang menjadi integral produk jadi perusahaan dan dapat dimasukan langsung dalam kalkulasi biaya. Produk bahan baku ini menjadi bagian fisik produk, dan ada hubungan langsung antara masukan bahan baku dan keluaran dalam bentuk produk akhir atau jadi. Bahan langsung merupakan bahan yang digunakan untuk menghasilkan produk jadi. Bahan langsung dapat juga disebut bahan baku atau bahan mentah (raw material). b. Tenaga Kerja Langsung (direct labor) Menurut pendapat Henry (2004:43)
Adalah biaya tenaga kerja yang dapat ditelusuri secara fisik kedalam pembuatan produk, dan bisa pula ditelusuri dengan mudah atau tanpa memakan banyak biaya, pekerja yang mengubah bahan baku mentah menjadi sebuah produk atau pekerja yang memberikan jasa kepada pelanggan, diklasifikasikan sebagai tenaga kerja langsung. Biaya tenaga kerja di dalam perusahaan pabrikasi umumnya berhubungan dengan operator mesin pabrik. Biaya tenaga kerja langsung merupakan biaya tenaga kerja yang dapat ditelusuri dengan mudah ke produk jadi. Biaya tenaga kerja langsung meliputi biaya tenaga kerja bagian perakitan. c. Biaya Overhead Pabrik (manufacturing overhead) Menurut pendapat Henry (2004:43) Biaya overhead pabrikasi (manufacturing overhead cost) meliputi semua biaya pabrikasi selain biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik dapat digolongkan menjadi 3 jenis biaya, yaitu : bahan penolong, tehaga kerja tidak langsung, dan pabrikasi lain-lain. Biaya bahan penolong (indirect material cost), biaya bahan baku yang dibutuhkan untuk proses produksi, namun bukan merupakan bagian integral produk jadi tetapi tidak signifikan, biaya diklasifikasikan sebagai biaya penolong, biaya tenaga kerja tidak langsung (indirect labor cost) adalah biaya personalia yang tidak bekerja secara langsung atas produk, namun jasanya dibutuhkan untuk proses produksi. Biaya overhead pabrik mencakup seluruh biaya produksi yang tidak termasuk dalam bahan langsung dan tenaga kerja langsung. Biaya overhead pabrik ini meliputi biaya bahan tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung, pemeliharaan dan perbaikan peralatan produksi, listrik dan penerangan, pajak properti, depresiasi, dan asuransi fasilitas-fasilitas produksi.
2. Biaya Non Produksi Biaya non produksi merupakan biaya yang terjadi diluar proses produksi. Biaya ini biasanya disebut juga biaya penjualan, administrasi, dan umum. Biaya non produksi ini meliputi biaya pemasaran atau penjualan, dan biaya administrasi. a. Biaya pemasaran atau penjualan Biaya ini merupakan biaya yang diperlukan untuk menangani pesanan konsumen dan memperoleh produk atau jasa untuk disampaikan kepada konsumen.Biaya pemasaran dan penjualan meliputi biaya pengiklanan, pengiriman, perjalanan dalam rangka penjualan, komisi penjualan, gaji untuk bagian penjualan, dan biaya penyimpanan produk jadi. b. Biaya administrasi Biaya administrasi meliputi pengeluaran eksekutif, organisasional, dan klerikal yang berkaitan dengan manajemen umum organisasi. Contoh dari biaya administrasi ini adalah gaji eksekutif, akuntansi umum, kesekretariatan, humas, dan biaya sejenis yang terkait dengan administrasi umum organisasi secara keseluruhan. Klasifikasi biaya dalam hubungannya dengan volume produksi menutut Henry (2002:43) yaitu biaya tetap, biaya variabel, dan biaya semi variabel. 1. Biaya Tetap (Fixed Cost) Adalah biaya yang jumlah totalnya sebanding dengan perubahan volume kegiatan. 2. Biaya Variabel (Variable Cost) Adalah biaya yang jumlah totalnya sebanding dengan perubahan volume kegiatan. 3. Biaya Semivariabel (Semivariable Cost)
Adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semivariabel mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel. Klasifikasi biaya dalam hubungannya dengan departemen pabrikasi, proses dan segmen lainnya, yaitu biaya bersama dan biaya gabungan. 1. Biaya Bersama (Common Cost) Menurut pendapat Henry (2002:56) adalah biaya yang berasal dari penggunaan fasilitas atau jasa dua operasi atau lebih. Biaya bersama ini pada umumnya timbul dalam organisasi yang mempunyai banyak departemen, semakin banyak departemen pada organisasi tersebut, makin besar kecenderungan biaya untuk menjadi biaya bersama. 2. Biaya Gabungan (Joint Cost) Menurut pendapat Henry (2002:56) adalah biaya gabungan terjadi bila proses produksi pasti akan menghasilkan satu atau lebih jenis produk yang diproduksi pada waktu yang sama seperti industri minyak dan gas. Sementara klasifikasi biaya dalam hubungannya dengan periode akuntansi yaitu pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan. 1. Pengeluaran Modal (Capital Expenditure) Menurut pendapat Mulyadi (2005:16) adalah pengeluaran yang memberikan manfaat dimasa yang akan datang lebih dari satu periode akuntansi dan golongan sebagai aktiva. 2. Pengeluaran Pendapatan (Revenue Expenditure) Adalah biaya yang hanya memberikan manfaat dalam periode akuntansi saat terjadi pengeluaran tersebut dan dibukukan sebagai biaya (Expenses).
F. Pengertian Harga Jual Penentuan harga jual produk atau jasa merupakan kebijaksanaan yang berkaitan dengan seluruh aspek kegiatan perusahaan. Harga jual produk atau jasa selain mempengaruhi
volume penjualan atau jumlah pembeli produk atau jasa tersebut, juga akan mempengaruhi jumlah pendapatan perusahaan. Dalam transaksi jual beli selalu dipertimbangkan harga dari barang atau jasa yang diperjualbelikan. Agar penjualan dapat terjadi harus ada kesesuaian harga yang diminta oleh penjual dan harga yang bersedia dibayar oleh pembeli. Menurut Sulastiningsih (2004:106) harga jual adalah cost ditambah markup sebesar prosentase tetentu dari cost tertentu. G. Metode Penentuan Harga Jual Keputusan penentuan harga jual memainkan peranan penting dalam keberhasilan perusahaan. Apabila produk dikenakan harga terlalu rendah atau terlalu tinggi, perusahaan mungkin tidak dapat memaksimalkan laba, atau malah menanggung rugi. Informasi biaya yang digunakan untuk menetapkan harga umumnya dibuat berdasarkan satu dari empat metode berikut : a. Biaya produksi penuh ditambah markup Dalam metode ini perusahaan menentukan biaya produksi penuh (total biaya produksi tetap dan variabel) dan menambah prosentase markup untuk menutup biaya operasi ditambah laba. b. Biaya selama siklus hidup ditambah markup Pendekatan siklus hidup untuk penetapan harga menggunakan siklus hidup penuh bukan hanya biaya produksi. Keuntungan dari pendekatan siklus hidup adalah bahwa semua biaya diikutsertakan, sehingga prosentase markup dapat secara langsung dapat ditetapkan pada tingkat laba yang diinginkan. c. Biaya produksi penuh dan prosentase margin kotor yang diinginkan
Dalam variasi ini, harga ditentukan sedemikian rupa sehingga dapat dicapai suatu prosentase margin kotor yang diinginkan. Metode ini dapat digunakan untuk mencapai prosentase imbal hasil yang diinginkan atas biaya selama siklus hidup. d. Tingkat imbal hasil aktiva yang diinginkan Pendekatan penetapan harga lainnya yang umunya digunakan adalah dengan menetapkan harga untuk mencapai tingkat imbal hasil atas aktiva yang diinginkan. H. Contoh Perhitungan Target Costing Misalnya dalam suatu perusahaan produsen barang elektronik kamera perekam, setelah melakukan penelitian pasar untuk mengetahui kebutuhan dan keinginan konsumen, serta melihat harga pesaing yang ada maka perusahaan menetapkan harga jual @ US$ 250 (harga jual sebelum value engineering adalah US$ 300). Volume produksi yang dijalankan perusahaan yaitu sebesar 1000 pcs dengan mengharapkan laba 30% atas penjualan. Perhitungan biaya yang diperkenankan (allowable cost) menurut Blocher dkk, (2000:185) adalah sebagai berikut, Harga jual sebelum Value Engineering (VE) : Target Biaya
= harga jual – target laba = US$ 300 – (25% x US$ 300) = US$ 300 – US$ 75 = US$ 225
Harga jual sesudah VE : Target Biaya
= harga jual – target laba = US$ 250 – (25% x US$ 250) = US$ 250 – US$ 62.5 = US$ 187.5
Biaya material sebelum VE :
Biaya material
= US$ 150 x 1000 = US$ 150,000
Biaya material sesudah VE : Biaya material
= US$ 125 x 1000 = US$ 125,000
Mateial costdown US$ 25,000 dengan mengganti supplier yang lebih murah tapi kulaitasnya tetap baik atau melakukan penggantian part (replacement part). Biaya tenaga kerja langsung sebelum VE : Biaya tenaga kerja langsung = US$ 75 x 1000 = US$ 75,000 Biaya tenaga kerja langsung sesudah VE : Biaya tenaga kerja langsung = US$ 50 x 1000 = US$ 50,000 Direct labor costdown US$ 25,000 Biaya tenaga kerja tidak langsung sebelum VE : Biaya tenaga kerja tidak langsung
= US$ 50 x 1000 = US$ 50,000
Biaya tenaga kerja langsung sesudah VE : Biaya tenaga kerja langsung = US$ 25 x 1000 = US$ 25,000 Indirect labor costdown US$ 25,000 dengan mengurangi karyawan menjadi setengahnya. Biaya overhead sebelum VE : Biaya overhead
= US$ 75 x 1000 = US$ 75,000
Biaya overhead sesudah VE :
Biaya overhead
= US$ 50 x 1000 = US$ 50,000
Overhead costdown US$ 25,000 dengan melakukan pengurangan biaya listrik, telepon dan maintenance. I. Contoh Perusahaan yang Menggunakan Target Costing Salah satu perusahaan yang menggunakan metode target costing adalah Caterpillar. Setelah perusahaan memiliki perangkat dan sistem di tempat untuk mendukung target costing, mereka sering mengembangkan pendekatan standar untuk mencapai target costing. Caterpillar menawarkan ilustrasi yang baik untuk menyoroti proses target costing untuk salah satu produk baru. Untuk kendaraan khusus, manajemen menetapkan target biaya sebesar 94,6% dari model yang sebanding, menciptakan perbedaan awal sebesar 5,4%. Biaya model sebanding didasarkan pada kemampuan manufaktur saat ini. Oleh karena itu, untuk mencapai target, biaya harus dikurangi sebesar 5,4%. Kini biaya untuk model dibandingkan 100%. Target biaya untuk produk baru adalah 94,6%. Maka perbedaan biaya (cost gap) 5,4%. Dilakukan pembentukan tim dalam rangka perbaikan manajemen biaya. Dari desain produk, teknik manufaktur, produksi, pemasaran, dan pembelian untuk menentukan bagaimana untuk menutup cost gap. Pada awalnya, kelompok mengevaluasi substitusi bagian komponen yang akan mengurangi biaya tapi masih menyediakan fitur produk dan manfaat yang
diperlukan
untuk
memenuhi
kebutuhan
pelanggan.
Kelompok
ini
juga
mempertimbangkan peluang untuk mengurangi biaya melalui peningkatan efisiensi dan mengidentifikasi evaluasi awal peluang penghematan biaya sebesar 4,6%. Setelah mengurangi cost gap sebesar 4,6%, tim harus menemukan 0,8% tambahan nilai untuk mencapai target pengurangan biaya 5,4%. Pada tahap ini, tim melakukan survey terhadap kelompok operasional untuk mengidentifikasi potensi penghematan biaya peluang. Tanggapan untuk kuesioner tidak menyarankan solusi yang spesifik, tetapi mereka
mengidentifikasi peluang perbaikan mana yang lebih mungkin berhasil. Setiap responden menjawab "ya" pada kuesioner, hal ini menunjukkan peluang bagi pengurangan biaya, dan kategori bagian komponen (taksi, mesin, hidrolika hidrolika, cabang teknik terutama berkaitan dengan cairan bergerak. Istilah ini digunakan umumnya untuk mempelajari sifat mekanik air, cairan lain, dan bahkan gas ketika efek pemampatan kecil., dll) yang memiliki jumlah terbesar tanggapan positif dipandang sebagai memiliki potensi terbesar untuk pengurangan biaya. Dalam hal ini, biaya hidrolika mencapai persentase tertinggi (50%) dari penghematan biaya yang dibutuhkan. Oleh karena itu, biaya hidrolika harus dikurangi 0,4% (0,50 * 0,08). Contoh perusahaan lain adalah DaimlerChrysler yang memiliki lima tim platform meliputi mobil besar, mobil kecil, mini van, truk, dan jeep. Setiap tim lintas-fungsional dan termasuk anggota dari design engineering dan manufacturing engineering. Kegiatan engineering yang terlibat dalam penciptaan dan pengoperasian proses teknis dan ekonomi yang mengubah bahan baku, energi, dan barang yang dibeli ke dalam komponen untuk dijual kepada perusahaan lain atau menjadi produk akhir untuk pembelian, produksi, dan keuangan. Sistem target costing bertujuan menentukan biaya dan kinerja untuk setiap tim platform, dan pencapaian tujuan ini merupakan komponen penting dari review tahunan anggota tim. Sistem target costing di DaimlerChrysler membuat penggunaan "toolbox" inisiatif manajemen untuk meningkatkan produktivitas dan mengurangi biaya. Toolbox termasuk value engineering / nilai analisis, desain untuk perakitan manufaktur, metode kaizen dan lean manufacturing. Lean manufacturing adalah produksi barang menggunakan kurang dari segala sesuatu dibandingkan dengan produksi massal: usaha manusia kurang, ruang manufaktur kurang, dikurangi penyertaan pada alat-alat, dan kurangnya waktu engineering untuk mengembangkan produk baru.
Setiap inisiatif dilakukan melalui workshop yang terdiri dari tim multifungsi. Tim bervariasi dari lima sampai 30 individu dan bertemu di mana saja dari satu sampai lima hari. Workshop ini merupakan sesi di mana peserta melakukan brainstorm untuk mengetahui mengapa sesuatu tidak bekerja dan untuk memperbaiki masalah. Mengatasi masalah komputer dengan menentukan apakah masalah ini disebabkan perangkat keras malfungsi atau buggy atau out-of-date software. Pada umumnya workshop ini mencoba untuk memecahkan masalah dan meningkatkan proses operasi. Value engineering / design engineering digunakan untuk meningkatkan nilai produk DaimlerChrysler untuk konsumen. Mengubah desain bagian itu bisa sangat mahal karena biasanya membutuhkan peralatan baru. Oleh karena itu, manfaat dari desain baru ke konsumen harus lebih dari mengimbangi biaya peralatan baru. Desain untuk manufaktur dan assembly (DFMA) terjadi di seluruh desain produk tapi sebelum kendaraan percontohan pertama dibuat. Pada dasarnya, DFMA mengevaluasi efektivitas desain berkaitan dengan operasi perakitan. Salah satu acuan adalah untuk meminimalkan jumlah komponen kendaraan dan untuk menyederhanakan proses perakitan. Hasilnya adalah kesalahan perakitan lebih sediki dan peningkatan mutu dan service kendaraan. Kaizen adalah istilah yang digunakan untuk mempromosikan konsep perbaikan terusmenerus. Hal ini paling efektif dilakukan segera setelah part baru dirancang tapi sebelum proses produksi dimulai. Selama tahap dalam siklus hidup produk, setup workstation, langkah-langkah perakitan, dan arus proses yang disimulasikan dan dioptimalkan di atas kertas sebelum pengeluaran tersebut telah terjadi. Lean manufacturing terjadi setelah peluncuran produk dan melebihi supply chain. Manfaat dari aliran material "hands-on" workshop termasuk peningkatan dan penghapusan pergerakan persediaan yang tidak perlu,
Selain operasi internal, perusahaan mengandalkan praktek terbaik peluang penghematan biaya dari supply chain untuk memenuhi target biaya. Pada DaimlerChrysler sekitar 75% nilai produk mereka berasal dari pembelian bahan baku dan komponen. Dalam lingkungan ini, tujuan target costing akan hampir mustahil untuk mencapai tanpa partisipasi dari pemasok mereka. Untuk mendorong perbaikan proses antara pemasok, tarif DaimlerChrysler kinerja setiap pemasok secara tahunan. Komponen utama dari sistem penilaian adalah "SCORE" (Supplier Cost Reduction Efforts) program. Setiap pemasok diminta untuk mencapai setara dengan penurunan biaya 5% tahunan berdasarkan total penjualan tahunan DaimlerChrysler. Tujuan penghematan biaya mencakup saran pemasok yang menghasilkan biaya yang lebih rendah untuk DaimlerChrysler. Misalnya, salah satu pemasok disarankan mengubah rel depan sebuah kendaraan sistem dari beberapa bagian per unit. Sementara desain baru tidak mengurangi biaya pemasok, hal itu meningkatkan kualitas unit dan mengurangi biaya perakitan DaimlerChrysler's. Di bawah sistem DaimlerChrysler's SCORE, pemasok menerima kredit untuk inovasi ini. Perusahaan-perusahaan terbaik dalam penggunaan target costing menunjukkan kesamaan tertentu dalam operasi mereka dan cara di mana mereka mendukung proses target costing. Mereka semua memiliki struktur organisasi yang sangat efektif, menanggapi suara pelanggan, mempersingkat proses pengembangan produk mereka, dan secara aktif terlibat dalam proses supply chain mereka untuk mencapai tujuan target costing.