BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Ilmu Komunikasi Istilah komunikasi dari bahasa inggis communication, dan bahasa latin communicatus yang mempunyai arti berbagai atau milik bersama, komunikasi diartikan sebagai proses sharing diantara pihak-pihak yang melakukan aktifitas komunikasi tersebut. Menurut lexicographer (ahli komunikasi bahasa), komunikasi adalah upaya yang bertujuan berbagai untuk mancapai kebersamaan. Jika dua orang berkomunikasi maka pemahaman yang sama terhadap pesan yang saling dipertukarkan adalah tujuan yang diinginkan oleh keduanya.webster’s New Collegiete Dictionary edisi tahun 1977 antara lain menjelaskan bahwa komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi diantara individu melalui system lambing-lambang, tanda-tanda, atau tingkah laku. Definisi komunikasi secara umum adalah suatu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi didalam diri seseorang dan atau diantara dua atau lebih dengan tujuan tertentu. Proses komunikasi adalah bagaimana sang komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya, sehingga dapat menciptakan suatu persanamaan makna antara komunikan dengan komunikatornya. Proses komunikasi ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.2 Komunikasi Visual Komunikasi visual adalah ilmu yang mengembangkan bentuk bahasa komunikasi visual berupa pengolahan pesan pesan untuk tujuan sosial atau komersial, dari individu atau kelompok yang ditujukan kepada individu atau kelompok lainnya. Pesan dapat berupa informasi produk, jasa atau gagasan yang disampaikan kepada target audience, dalam upaya peningkatan usaha penjualan, peningkatan citra dan publikasi program pemerintah. Pada prinsipnya komunikasi visual adalah perancangan untuk menyampaikan pola pikir dari penyampaian pesan kepada penerima pesan, berupa bentuk visual yang komunikatif, efektif, efisien dan tepat, terpola dan terpadu serta estetis, melalui media tertentu sehingga dapat mengubah sikap positif sasaran. 1 2.2.1 Elemen-Elemen Visual Christine Suharto Cenadi menyebutkan bahwa elemen-elemen komunikasi visual diantaranya adalah tipografi, ilustrasi, dan simbolisme. Elemen-elemen ini dapat berkembangan seiring dengan perkembangan teknologi dan penggunaan media. 1. Bentuk Pengertian bentuk menurut Leksikon Grafika adalah macam rupa atau wujud sesuatu, seperti bundar elips, bulat segi empat dan lain sebagainya. Dari definisi tersebut dapat diuraikan bahwa bentuk merupakan wujud rupa sesuatu, biasa berupa segi empat, segi tiga, bundar, elips dan sebagainya. Pada proses perancangan logo, bentuk menempati posisi yang tidak kalah penting dibanding elemen-elemen lainnya, mengingat bentukbentuk geometris biasa merupakan simbol yang membawa nilai emosional tertentu. 1
Tinarbuko, Sumbo. Semiotika Komunikasi Visual. Jalasutra
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Hal tersebut biasa dipahami, karena pada bentuk atau rupa mempunyai muatan kesan yang kasat mata. Seperti yang diungkapkan Plato, bahwa rupa atau bentuk merupakan bahasa dunia yang tidak dirintangi oleh perbedaan-perbedaan seperti terdapat dalam bahasa katakata. Namun teori Plato tersebut tidaklah mesti berlaku semestinya. Ada aspek lain yang mengakibatkan bahasa bentuk tidak selalu efektif. Seperti penerapan bentukbentuk internasional dengan target sasaran tradisional atau sebaliknya. Dengan kata lain, bila target sasaran tidak terbiasa dengan bahasa kasat mata tradisional, pergunakan
bahasa
kasat
mata
internasional
demikian
pula
sebaliknya.
Berikut beberapa contoh bentuk dan asosiasi yang ditimbulkannya berdasarkan buku Handbook of Design & Devices tulisan Clarence P. Hornung. 1. Segitiga, merupakan lambang dari konsep Trinitas. Sebuah konsep religius yang mendasarkan pada tiga unsur alam semesta, yaitu Tuhan, manusia dan alam. Selain itu segitiga merupakan perwujudan dari konsep keluarga yakni ayah, ibu dan anak. Dalam dunia metafisika segitiga merupakan lambang dari raga, pikran dan jiwa. Sedangkan pada kebudayaan Mesir, segitiga digunakan sebagai simbol feminitas dan dalam huruf Hieroglyps segitiga menggambarkan bulan. 2. Yin Yang, merupakan bentuk yang termasuk dalam jenis Monad, yakni bentuk yang terdiri dari figure geometris bulat yang terbagi oleh dua bentuk bersinggungan dengan masing-masing titik pusat yang berhadapan. Di China bentuk seperti ini disebut Yin Yang, di Jepang disebut Futatsu Tomoe sedangkan orang Korea menyebutnya Tah Gook. Yin Yang merupakan gambaran dua prinsip alam, Yang melambangkan kecerahan, kegelapan, dunia, bulan, pasif dan feminism. Sedangkan
Yang melambangkan nirwana , matahari, posisi aktif,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
maskulin. Kesemuanya itu melambangkan prinsip dasar kehidupan, yakni keseimbangan. 2. Warna Secara visual warna memiliki kekuatan yang maampu mempengaruhi citra orang yang melihatnya. Masing-masing warna mampu memberikan respons secara psikologis. Molly E. Holzschlag, seorang pakar tentang warna , dalam tulisannya “Creating Color Scheme” membuat daftar mengenai kemampuan masing-masing warna ketika memberikan respons secara psikologis sebagai berikut : Warna
Respons Psikologis yang Mampu ditimbulkan
Merah
Kekuatan, bertenaga, kehangatan, nafsu, cinta, agresifitas, bahaya
Biru
Kepercayaan,
konservatif,
keamanan,
teknologi,
kebersihan, perintah Alami, kesehatan, pandangan yang enak, kecemburuan, Hijau Kuning
pembaruan Optimis, harapan, filosofi, ketidak jujuran/kecurangan, pengecut, pengkhianatan
Ungu
Spiritual, misteri, keagungan, perubahan bentuk, galak, arogan
Orange
Energi, keseimbangan, kehangatan
Coklat
Bumi, dapat dipercaya, nyaman, bertahan
Abu-abu
Intelek, futuristik, modis, kesenduan, murah, netral, independen, stabil, menciptakan keheningan dan kesan luas.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Putih
Kemurnian/suci, bersih, kecermatan, innocent (tanpa dosa), steril, kematian
Hitam
Kekuatan, seksualitas, kemewahan, kematian, misteri, ketakutan, ketidakbahagiaan, keanggunan
Table 2.1 Psikologi Warna Dari sekian banyak warna, dapat dibagi dalam beberapa bagian yang sering dinamakan dengan sistem warna Prang System yang ditemukan oleh Louis Prang pada 1876 meliputi : •
Hue istilah yang digunakan untuk menunjukkan nama dari suatu warna, seperti merah, biru, hijau, kuning, orange, pink.
•
Value dimensi kedua atau mengenai terang gelapnya warna. Contoh tingkatan warna dari putih hingga gelap.
•
Itensity disebut jg chroma, adalah dimensi warna yang berhubungan dengan cerah atau suramnya warna.
•
Shades campuran warna dan hitam. Contoh ini menunjukkan 9 perbedaan shade pada warna merah.
•
Tint campuran warna dan putih. Contoh ini menunjukkan 9 tint yang berbeda pada warna merah.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
•
Tones campuran dari warna dan komplemennya kelabu. Contoh ini menunjukkan 9 tones yang berbeda dari warna merah. Selain Prang System terdapat beberapa sistem warna lain yakni, CMYK atau
Process
Color
System,
Munsell
Color
System,
Ostwald
Color
System,
Schopenhauer/Goethe Weighted Color System, Substractive Color System serta Additive Color/RGB Color System. Diantara bermacam sistem warna diatas, kini yang banyak dipergunakan dalam industri media visual cetak adalah CMYK atau Process Color System yang membagi warna dasarnya menjadi Cyan, Magenta, Yellow dan Black. Sedangkan RGB Color System dipergunakan dalam industri media visual elektronika. 3. Tipografi Ilmu yang secara spesifik mempelajari mengenai huruf umumnya disebut tipografi. Hal tersebut serupa dengan pendapat Danton Sihombing dalam bukunya Tipografi dalam desain grafis: pengetahuan mengenai huruf yang dipelajari dalam sebuah disiplin seni desebut tipografi. 2 Secara mendalam tipografi banyak mempelajari tentang karakteristik, anatomo, ekspresi, presepsi, pesan visual dari masing-masing huruf dan lain sebagainya. Dengan demikian setiap bunyi akan dapat diwakili dengan susunan huruf. 3 Tipografi merupakan bagian penting dalam desain grafis selain ilustrasi dan warna seperti yang telah dijelaskan diatas. Dengan adanya pemilihan jenis huruf yang tepat akan dapat menghasilkan rancangan yang sesuai dengan karakteristik yang diinginkan. Dengan begitu huruf harus mempunyai perpaduan nilai fungsional dan nilai estetika. 4
2
Danton Sihombing, Tipografi Dalam Desain Grafis, Jakarta, 2001. Hal 3. Lasiman, Materi Kuliah Huruf dan Tipografi, Yogyakarta, 2002. Hal 1. 4 Danton Sihombing, Tipografi Dalam Desain Grafis, Jakarta, 2001. Hal 2. 3
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bahasa tulis merupakan salah satu indikator yang membedakan antara masa awal sejarah dan prasejarah. Perkembangan bahasa tulis dimulai sejak sebelum Masehi, diawalnya manusia menggunakan bahasa gambar untuk berkomunikasi. Sekitar 3100 SM, bangsa Mesir menggunakan pictrograph sebagai simbol-simbol yang menggambarkan sebuah obyek.
Komunikasi dengan menggunakan gambar
berkembang dari pictograph hingga ideograph, yakni simbol-simbol yang mempresentasikan gagasan yang lebih kompleks serta konsep abstrak yang lain.
Gambar 2.2 Pictograph
Gambar 2.3 Phoenician dan Huruf Yunani (kiri-kanan) Perpindahan yang mendasar dari bahasa dasar dan tanda yang disembunyikan (pictograph, ideograph-menandakan benda serta ide) hingga bahasa tulis yang dapat dibunyikan dan memiliki arti (phonograp-setiap tanda atau huruf menunjukkan bunyi) dapat disaksikan pada system alphabet Phoenician pertama yang diperkenalkan pada tahun 1300 sebelum Masehi. Alphabet ini terdiri 23 simbol yang sederhana dan terbatas hanya sebagai perwakilan unsur bunyi. Bangsa Yunani kemudian mengadaptasi system alphabet ini kedalam struktur anatomi huruf yang lebih teratur
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dengan penerapan bentuk-bentuk geometris. Perkembangan yang terpenting dari system alphabet ini adalah penerapan pola membaca dari arah kiri ke kanan. Langkah awal untuk mempelajari tipografi adalah mengenali atau memahami anatomi huruf. Setiap bentuk huruf mempunyai kunikan bentuk fisik yang menyebabkan mata kita mampu membedakan antara huruf ‘m’ dengan ‘p’ atau ‘Q’ dengan ‘O’. Teori Gestalt membuktikan bahwa untuk mengenal atau ‘membaca’ sebuah gambar dibutuhkan kontras antara ruang positif (figure) dan ruang negatif (ground). Seperti manusia, huruf memiliki berbagai organ yang berbeda. Jika dapat memahami anatomi huruf dengan baik, maka dengan mudah dapat mengenai sifat dan karakteristik dari setiap jenis huruf. Berikut ini adalah terminologis yang biasa dipakai dalam penamaan setiap komponen visual yang terstruktur dalam fisik huruf. Baseline
sebuah garis maya lurus horizontal yang menjadi batas dari bagian terbawah dari setiap huruf besar.
Capline
sebuah garis maya lurus horizontal yang menjadi batas dari bagian teratas dari setiap huruf besar.
Meanline
sebuah garis maya lurus horizontal yang menjadi batas dari bagian teratas dari badan setiap huruf kecil.
x-Height
jarak ketinggian dari baseline hingga ke meanline. x-height merupakan tinggi dari badan huruf kecil.
Ascender
bagian dari huruf kecil yang posisinya tepat berada diantara meanline dan capline.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Descender
bagian dari huruf kecil yang terletak pada bawah baseline. 5
Gambar 2.4 Anatomi Tipografi Klasifikasi huruf dibuat berdasarkan latar belakang sejarah perkembangan tipografi diambil dari peristiwa-peristiwa penting perjalanan sejarah penciptaan dan pengembangan bentuk huruf. Untuk mempermudah pemahaman terhadap pengklasifikasian huruf, berikut adalah pengkomplokannya dengan salah satu contohnya: Oldstyle •
Roman Type (huruf Roman) yang pertama.
•
Pada huruf yang lengkung/bulat, garis poros (axis)-nya miring ke kiri.
•
Terlalu nampak jelas perbedaan antara stroke yang tebal dan yang tipis.
•
Light dan medium style-nya sangat baik dipakai untuk teks -> sangat ligible, terutama dalam ukuran kecil.
•
Uppercase umumnya disajikan dalam ukuran yang lebih pendek dibandingkan dengan ascender pada lowercase.
5
Danton Sihombing, Tipografi Dalam Desain Grafis, Jakarta, 2001. Hal 13.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 2.5 Contoh Huruf Old Style Transitional •
Masih sangat dekat dengan Old Style meski karakteristiknya sedikit berubah.
•
Perbedaannya dengan Old Style adalah pada vertical stress (counter atau innerpart) yang tidak mengalami kemiringan seperti pada OldStyle.
•
Ketipisan-tebalan stroke: sedikit kontras.
•
Serif -> bracketed.
Gambar 2.6 Contoh Transitional Modem •
Pertemuan stem dan serif. Sudut siku.
•
Ketebal-tipisan stroke: ekstrim.
•
Unbrancketed.
Gambar 2.7 Contoh Huruf Modem Slab Serifat atau Egyptian •
Serifsegi empat yang biasanya unbracketed yang sejajar dengan baseline.
•
Ketipisa-tebalan stroke: sedikit kontras bahkan tidak ada.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
•
Huruf-huruf dalam kelompok huruf ini umumnya cenderung lebar.
•
Tidak untuk teks, bagus untuk advertising.
Gambar 2.8 Contoh Huruf Slab Serif atau Egyptian Contemporary atau Sans Serif •
Tidak memiliki Serif.
•
Ketipis-tebalan Stroke umumnya sama besar.
•
Sangat baik untuk display type, headline, dan dapat digunakan untuk small bodycopy.
Gambar 2.9 Contoh huruf Sans Serif Outline •
Cocok untuk dipakai headline dan nama product.
•
Tpe huruf yang tidak cocok dipakai pada teks.
Gambar 2.10 Contoh huruf Outline Italic Script •
Pertama di desain dengan bertujuan ekonomis.
•
Bentuk huruf yang miring kekanan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
•
Bentuk huruf yang dipergunakan berdasarkan pada handwriting.
Gambar 2.11 Contoh Huruf Italic Script Stylistic atau Ornametic •
Unik dan dekoratif.
•
Bentuk tulisan yang dipakai untuk menciptakan kesan, mood, dan special efek.
Gambar 2.12 Contoh Huruf Stylistic Ornamentic Unical •
Bentuk tulisan tangan yang banyak dipergunakan di Eropa pada zaman dahulu.
•
Pada saat ini untuk membangkitkan atau memberi kesan zaman Medieval.
Gambar 2.13 Contoh Huruf Unical BlackLatter •
Style ini dapat juga dikatakan sebagai ‘Gothic’ Style.
•
Tulisan bergaya ‘Gothic’ secara umum sangat dekoratif.
•
Berasal dari tulisan tangan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 2.14 Contoh Huruf BlackLetter 4. Tata Letak (Layout) Istilah layout dalam dunia grafis di Indonesia sering diidentikkan dengan komposisi atau tata letak. Pada layout, nilai ketepatan mulai dihitungkan. Teks sudah rapi dengan penempatan hasil setting serta ruang untuk ilustrasi. Menurut Richert pada perkuliahan Periklanan: suatu layout yang baik mampu membuat pembacanya menilai produk yang ditawarkan merupakan produk yang bagus dan bukan iklan yang bagus. 6 Menurut Frank Jefkins, terdapat 8 patokan dasar dalam merancang sebuah layout, yakni: 1. Hukum Kesatuan (the law ofinity) Ada kesatuan komposisi yang baik dan enak dilihat. 2. Hukum Keberagaman (the law ofvariety) Adanya variasi untuk beberapa hal, seperti misalnya ketebalan dan ukuran huruf, sehingga tidak monoton. 3. Hukum Keseimbangan (the law of balance) Ada keseimbangan pada ruang tata letak antara ilustrasi dengan teks. 4. Hukum Irama/Ritme (the law of rhythm) Adanya irama yang menimbulkan rasa nyaman bagi para pembaca atau pengamat bergerak secara wajar.
6
Yan. Materi Perkuliahan Komunikasi Periklanan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
5. Hukum Harmoni (the law of harmony) Bagian-bagian dari suatu layout dirancang secara harmonis dan tidak monoton. Sehingga tidak ada rasa kekontrasan yang mencolok dan rasa jemu. 6. Hukum Proporsi (the law of proportiori) Berkaitan dengan jenis ukuran huruf yang dipergunakan secara ukuran ilustrasi pada layout tersebut. 7. Hukum Skala (the law of Scale) Jarak penglihatan tergantung pada skala nada serta warna. Diperlukan adanya kekontrasan untuk penekanan pada bagian-bagian tertentu pada suatu layout. 8. Hukum Penekanan (the law of emphasis) Untuk menunjukan suatu hal yang penting, maka perlu diberi penekanan pada bagian yang dianggap penting. Jika semua diberi penekanan atau ditonjolkan maka tak ada lagi yang menonjol pada layout tersebut. 5. Ilustrasi Dalam cakupan pembahasan akan ilustrasi trdapat beberapa pengertian, antara lain: a. Any drawing, painting, diagram, photograph, or other image reproduced in a publication to explain or siipplement the text. 7 Setiap menggambar, melukis, diagram, foto, atau gambar lainnya direproduksi dalam publikasi untuk menjelaskan atau siipplement teks.
7
Alatair Campbell, Op Cil, Hal 316
http://digilib.mercubuana.ac.id/
b. A term sometimes used specifically to distinguish a drawn image from a photograh. 8 Suatu istilah yang kadang-kadang digunakan khusus untuk membedakan gambar yang diambil dari sebuah photograh. Selain itu menurut Sudiana dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Periklanan Cetak, ilustrasi adalah salah satu unsur penting yang sering digunakan dalam komunikasi periklanan, karena sering dianggap “bahasa universal” yang dapat menembus rintangan yang ditimbulkan oleh perbedaan bahasa kata-kata. Ilustrasi (termasuk pula foto, diagram, gafik, peta, dan tanda-tanda) dapat mengungkapkan suatu hal secara lebih berhasil guna pada teks. 9 Aplikasi ilustrasi yang sering digunakan desain grafis adalah gambar manual dan fotografi. Gambar manual merupakan gambar yang telah lama dikenal oleh manusia, yakni pada masa Paleolitikum, gambar-gambar pada dinding gua. Hingga kini, gambar manual telah mengalami perkembangan baik dari segi fungsi da corak. Pada intinya, gambar manual merupakan perwujudan ide baik kenyataan atau imajinasi manusia. Gambar manual bagaimana dapat menjelaskan beberapa subjek yang tak dapat dilakukan dengan fotografi, contohnya untuk menjelaskan info detail seperti cara kerja fotosintesis. 10 Fotografi lebih berguna untuk menceritakan keberadaan suatu tempat, orang atau produk juga dapat memberikan kejutan dan keinginan bereksperimen. Namun lebih dari pada itu memiliki fungsi seperti: untuk mendapatkan rekaman peristiwa-peristiwa (dokumentasi), bahan informasi, untuk melengkapi data-data yang melengkapi 8
Roid,. Hal 316 Dendi Sudiana, Komunikasi Periklanan Cetak, Bandung, 1986. Hal 13 10 Ami E.Artson, Graphic Design Basics, Orlando, 1988. Hal 166 9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
usaha/kerja proyek, untuk keperluan promosi, untuk mencari kesenangan, dan untuk ekspresi diri. 11 Suatu hal pokok yang harus diingat dalam menyajikan poster adalah ilustrasi memegang peranan yang paling penting. Karena seseorang hanya akan melihatnya dalam beberapa detik saja. Orang akan cenderung ingat ilustrasi dari pada kata-kata yang ada. Dengan begitu kata-kata yang digunakan dalam sebuah poster harus hemat dalam tulisan (pesan) karena keterbatasan waktu untuk melihat. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sandar Cottier Bunting dalam Romi Gumilar yakni the message needs to be short, because people will see it for a short period of time only yang artinya pesan harus singkat, karena orang akan melihatnya untuk jangka waktu yang singkat saja. 12 1. Fungsi Ilustrasi Ilustrasi dalam iklan mempunyai fungsi atau kegunaan sebagai berikut: 1. Menarik perhatian pembaca. 2. Merangsang minat untuk membaca pesan secara keseluruhan. 3. Menonjolkan salah satu keistimewahan produk. 4. Menjelaskan suatu pertanyaan. 5. Memenangkan persaingan dalam menarik perhatian pembaca diantara rentetan pesan lainnya dalam suatu media yang sama. 6. Menciptakan suatu suasana yang unik/khas.
11 12
Arie Suprapto, Dasar-Dasar Fotografi, Surabaya, 1999. Hal 17 Rino Gumilar, Skripsi: Memahami Poster Sosisl Melalui Pendekatan Ilustrasi Simbolis, (Studi Kasus Poster Pemenang Lomba Poster HIV/AIDS dan Narkoba), Jakarta, 2003, Hal 14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
7. Mendramatisir pesan 8. Menonjolkan suatu merk atau semboyan yang ditampilkan. 9. Mendukung judul iklan. 13 Fungsi ilustrasi yang disebutkan diatas merupakan fungsi ilustrasi secara umum. Khusus pengaplikasiannya pada poster film pesan secara keseluruhan yang ingin disampaikan diganti dengan credit title yang berisi keterangan yang berkaitan dengan pembuatan sebuah film. Disini credit title dapat dianggap sebagai aksesoris atau pelengkap bagi sebuah poster film. Alasannya adalah peranan utama sebuah poster film terletak pada ilustrasi yang menarik sehingga mampu meciptakan suasana yang khas yang dapat membangkitkan emosi bagi yang melihat (dapat mempengaruhi perasaan dan keinginan seseorang untuk sampai dengan menonton film yang di”poster”kan itu). Hal ini didukung dengan pendapat dari Kusmiati dalam Gumilar yang menyebutkan: “Dengan demikian visualisasi yang diperoleh melalui sebuah ilustrasi adalah cara atau sarana yang paling tepat untuk membuat sesuatu yang abstrak menjadi lebih jelas. Penampilan secara visual selalu mampu menarik emosi pembaca dan dapat menolong seseorang untuk menganalisis, merencanakan, dan memutuskan suatu problema, kemudial mengkhayalkannya pada kejadian sebenarnya” 14 2. Metode Penyajian Ilustrasi Pendapat Kleppner dalam Agung Haryono menyebutkan adanya metode-metode yang efektif dalam memvisualisasikan penyajian ilustrasi antara lain, sebagai berikut:
13 14
Dendi Sudiana, Op d1, Hal 37 Rino Gumilar, Op Cit,. Hal 15
http://digilib.mercubuana.ac.id/
a. Product Alone Illustration Yang hanya menampilkan produk itu sendiri tanpa pendamping. b. Product in Setting Illustration Yang mengungkapkan pendamping yang mana diatur sedemikian rupa. c. Contrast Illlustration Yang mengutamakan kekontrasan, misalnya: objek berwarna kuning dan latar belakang adalah berwarna hitam. d. Comparison Illustrastion Dengan membandingkan produk satu dengan produk lainnya. e. Magnification Illustration Yang menampilkan detail layout. f. Dramatization Illustration Penampilannya mendramatisir kalimat utama. g. Dramatization of Situation Dimanapun mendramatisir keadaan. h. Symbolic Illustration Dimana menggunakan symbol. i. Result of Product in Use Illustration
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Menunjukkan bagaimana produk tersebut digunakan beserta hasilnya. 15 Pendapat Kleppner dalam Agung Haryono tersebut adalah metode-metode yang efektif dalam memvisualisasikan penyajian ilustrasi dalam dunia periklanan, khususnya produk barang. Metode-metode penyajian ilustrasi yang dikemukakan oleh Kleppnerdirasa kurang tepat digunakan dalam poster film. Poster film merupakan poster yang bertujuan mempromosikan suatu pertunjukan seni atau art yakni film itu sendiri. Sehingga dalam poster film, metode yang efektif dalam memvisualisasikan penyajian ilustrasi adalah mencakup title film, aktor atau aktris, yang ada dalam film, dan cerita dari film tersebut yang mana semua itu dikomposisikan secara tepat. 2.3 Gaya Visual Pengertian dari gaya secara umum adalah: suatu ragam yang khas dari ekspresi, desain, arsitektur atau cara pelaksanaan suatu hal. Gaya dalam desain grafis berarti keindahan visual yang mempunyai pengaruh besar pada suatu masa dan tempat tertentu. Desainer grafis pada dasarnya bertugas untuk mengatur dan mengkomunikasikan pesan untuk menempatkan sebuah produk atau ide di benak audience, memberikan kesan baik, serta memberitahukan dan mempublikasikan suatu informasi dengan cara yang efektif. Dalam proses ini, gaya juga berarti sebuah cara untuk menginformasikan dan menandai pesan yang ditujukan bagi audience tertentu. 16 Sejak era Victoria hingga sekarang, desain grafis telah berfungsi melayani bermacam kebutuhan di sektor ekonomi dan budaya, oleh sebab itu gaya desain grafis berkembang beraneka ragam pula. Suatu gaya diciptakan karena alasan estetika (Art Nouveau), sedangkan yang lain dengan alasan politik (Dada). Ada pula berdasarkan 15
Agung Haryono, Skripsi: Visualisasi Poster Film Peraih Oscar kategori Best Picture dari tahun 1927 sampai dengan 1979, Surabaya, 2003. Hal 22. 16 Adi Kusrianto, Pengantar Desain Komunikasi Visual, Yogyakarta, 2007, hal 101
http://digilib.mercubuana.ac.id/
keinginan untuk mendapatkan identitas bersama (Swiss International Style) atau tuntutan komersial (Post-Modernism), serta berdasarkan landasan moral dan filsafat (Bauhaus). Beberapa gaya dipengaruhi oleh seni murni/fine art (Art Deco), atau ada yang terpengaruhi oleh industri (Plakatstil). Beberapa gaya nasional bahkan menjadi sebuah gerakan internasional (Futurism), namun ada pula beberapa gaya yang bertahan hingga saat ini dan terus masih digunakan (Contructivism, Expressionism, Surrealism). Beberapa gaya tidak mampu bertahan dan hilang ditelan jaman, beberapa gaya dihidupkan dan dipakai kembali hari ini dan bahkan disalahgunakan oleh generasi berikutnya. 2.3.1 Victorian Berawal pada tahun 1820 berlanjut di Inggris, Amerika, dan benua Eropa sampai tahun 1990. Gaya Victoria merupakan bentuk penghargaan terhadap Ratu Victoria dan reaksi estetis masyarakat terhadap industrialisasi. Para seniman Victorian mencapai inspirasidari zaman Gothic, yang mana dikembangkan dari budaya sendiri. Setelah 1851, Victorian menerapkan bentuk gemuk yang ‘menyenangkan’ mata yang mana ornamennya menjadi symbol penyamaran dari status social. Pada 1845”high-speed steam press” telah mengembangkan jumlah cetakan yang mana para pendudukkota dipesonakan oleh aneka billboard dan poster-poster yang memenuhi tembok kosong yang tersedia dan periklanan mendapat tempat khusus. Pada tahun 1860, sebuah akademi pelatihan”craftmen” dan para seniman telah memasuki seni komersial. Ciri-ciri visual desain: 1. Iklan cetak di isi oleh ornament. 2. Ilustrasi digambar secara kasar.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3. Lebih menitikberatkan pada berita verbal dari pada bahasa gambar. 4. Type face fat face (bold).
Gambar 2.15 Victorian Design Unknow (Sumber: Bomaby Conrad III, The Cigar, Hong Kong, 1996)
2.3.2 Art and Craft Pameran Raya pada 1851 juga membawa pengaruh di masyarakat mengenai kenyataan bahwa revolusi industri telah menekan kualitas estetika/keindahan pada barang-barang yang dihasilkan industri masa itu. Mereka berusaha mengembalikan lagi standar esetetika dengan mengembangkan sebuah gaya nasional secara terpadu. John Ruskin (1819 – 1900) seorang seniman dan kritikus mengatakan bahwa bentuk-bentuk Gothic dan ornamen merupakan obat yang paling manjur untuk menyembuhkan semua penyakit estetika modern. Sementara William Morris (1834 – 1896) seorang arsitek dan desainer rekan Ruskin, menerapkan typeface-typeface sans serif dan menolak memakai typeface klasik Roman.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gaya ini segera menjadi pengaruh yang menentukan dari pergantian cara pikir di dalam estetika era Victorian. • Ciri-ciri visual desain: 1. Seperti gaya Victorian tetapi lebih menonjol ke Gothic dengan tetap menampilkan ornament. 2. Bentuk ornament dan warna sederhana tetapi lebih ditekankan dari pada bentuk dekoratif sederhana. 3. Menampilkan motif alan dengan symbol yang meaning full. 4. Tipografi sans serif dan menolak huruf klasik Roman. 5. Bentuk hitam putih yang bervibrasi. 6. Figur aneh dan mistis.
Gambar 2.16 Art dan Craft Designer Unknow (Sumber: Steven Heller dan Seymour Chwast, Graphic Style, New York, 1988)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.3.3 Art Nouveau Gaya ini merupakan gaya desain internasional pertama yang berkembang mulai tahun 1880-an hingga era awal perang dunia pertama. Walaupun hanya berlangsung relatif singkat, namun Art Nouveau memiliki kekuatan dalam menyebarkan seni murni di masyarakat. Bahkan dianggap sebagai salah satu inovasi paling imajinatif di dalam sejarah desain oleh para kritikus saat itu. Gaya ini sebenarnya dimulai di Inggris dan merupakan turunan langsung dari gerakan Arts and Cratfs. Desainer pada masa itu menampilkan bentuk-bentuk informal yang mengambang, desain dengan irama bergelombang, pola datar, feminin, garis-garis lengkung, gaya naturalis tumbuhan, serangga, wanita telanjang serta simbolisasisimbolisasi yang menimbulkan kekaguman. Art Nouveau memperkenalkan unsur-unsur sensualitas ke dalam desain dan seringkali digambarkan dengan jelas. Ciri-ciri visual desain: - Mengangkat alam sebagai referensi dengan keindahan dan harmoni bebasis pada bentuk-bentuk geomatrik yang alami. - Garis-garis mendominasi ruang, sedang warna dan tektur menjadi minoritas. - Menampilkan naturalis, simbolis, feminim, sensual dan keindahan garis-garis lengkung. - Tipografi dekoratif.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 2.17 Art Nouveau Designer unknow (Sumber: Danton Sihombing, TipografiDalam Desai Grafis, Jakarta, 2001) 2.3.4 Early Modern (Plakatstil) Muncul pada tahun 1890-1940 ditemukan di Jerman. Gaya desain yang untuk mengatasi kesenjangan antara seni dan industri dengan desain lebih fungsional. Meninggalkan simbolisme dan beralih pada rasionalisme. Ciri-ciri visual desain: 1. Bentuk geometrik sederhana dank has. 2. Meninggalkan unsur hiasan -> cirri khas Art Nouveau. 3. Warna datar dan menarik perhatian. 4. Seperti billboard. 5. Tidak menggunakan dramatisasi. 6. Objek tunggal tanpa menggunakan elemen-elemen lain. 7. Bayangan yang padat. 8. Bentuk huruf yang tebal dan sedikit.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 2.18 Plakastil Designer unknow (Sumber: Steven Heller dan Seymour Chwast, Graphic Style, New York, 1988) 2.3.5 Expressionism Lahir 1905 di Jerman dengan tanpa turun tangan kerajaan atau Jerman. Expressionism Jerman tidak dimulai sebagai gerakan seni atau apapun yang berhubungan dengan budaya industri Jerman. Gaya Expressionism “defended” revolusi, membuat panggilan untuk kerja dan melawan pemogokan, dan bahkan “combatect” Bolshevism. Pada era akhir 1918-1922 merupakan era great excitement. Ciri-ciri visual desain: spontan meledakledak, dan ungkapan jiwa.
Gambar 2.19 Expressionism Designer Framz Marc. Der Strum (The Strom). Magazine cover. 1912. (Sumber: Steven Heller dan Seymour Chwast, Graphic Style, New York, 1988)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.3.6 Modern Dalam gaya desain grafis modern dibagi menjadi beberapa bagian, diantaranya adalah: 2.3.6.1 Futurism Awalnya adalah sebuah gerakan seni yang revolusioner pada tahun 1909 oleh penulis Italia Filippo Tommaso Marinetti (1876 – 1944). Pemunculan pertama dari gaya desain ini adalah pada surat kabar Perancis Le Figaro (20 Pebruari 1909), menampilkan gabungan antara nasionalisme, militerisme Italia dan penyembahan terhadap kecepatan, yang diekspresikan melalui figur mobil dan pesawat terbang. Ciri-cirinya antara lain: - Menampilkan kolase Cubism. - Huruf ditampilkan sebagai gambar grafik-grafik berhubungan dengan teknologi. - Melukis sesuatu yang sensasional.
Gambar 2.20 Futurism Designer unknow (sumber: unknow)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.3.6.2 Constructivism Gaya ini muncul pada gerakan seni Rusia yang radikal yang berkembang menjelang Revolusi Bolshevik tahun 1917. Dalam rangka ikut memperbaiki peran seniman dan memberikan kontribusi pada ‘kontruksi’ untuk sebuah negara komunis yang baru, sekelompok seniman menolak konsep ‘seni untuk seni’, yang mana konsep ini yang menjadi dasar dari gerakan Suprematisme. Ciri-cirinya antara lain: - Photomontange (penggunaan foto yang dipotong-potong). - Huruf singkat dan mudah dibaca (bold). - Menimbulkan kesan dinamis dan modern. - Daerah luas dengan warna-warni dan terang. - Konstruksi geometrik yang kuat.
Gambar 2.21 Constructivism Designer Laszlo Moholy-Nagy. CHX. 1939. (Sumber: Pahido, The Art Book, London, 1996)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.3.6.3 De-Stijl Pada tahun 1917 di Negara Belanda muncul majalah atau jurnal dengan nama DeStijl, yang mana menjadi forum untuk debat desain dan seni. Jurnal tersebut tidak hanya menunjukkan perkembangan ter-gress seni dan desain Belanda tetapi juga mengenai Constructivism Rusia serta Futurism Itali. Gaya desain inilah yang menjadi inspirasi Gaya desain Indonesia Tempoe Doeloe. - Menggunakan geometri yang kuat. - Pewarnaan yang ‘block’ dan pokok. - Tidak representasional. - Neo-plastisism (tidak ada unsur lengkung-lengkung).
Gambar 2.22 De-Stijl Designer unknown (Sumber: Steven Heller & Mirko Ilic, Icon of Graphic Design, Thames & Hudson, London, 2001) 2.3.6.4 Bauhaus Bauhaus ditemukan oleh arsitektur bernama Walter Gropius tahun 1919 di Jerman dan menjadi pusat dari modern desain pada tahun 1920-an, yang menciptakan desaindesain dengan pengadaptasian yang lebih baik sesuai dengan kenyataan industri baru dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
praktis. Karakteristik Bauhaus utama adalah sederhana, geometris dan rapi. Pada tahun 1933 sekolah tersebut ditutup oleh pemerintahan Nazi. Meski telah ditutup, para pengajar terus mengajar walau mereka meninggalkan Jerman dan menyebar keseluruh dunia. - Pendekatan rasional. - Memakai warna primer dengan bahan modern. - Gambar realis diganti dengan fotografi dan montase. - Tipografi Sans Serif yang asimetri, bersih dan meyakinkan. - Dipengaruhi Ekspresionism, Constructivism, dan De-Stijl. - Memiliki pengaruh kuat terhadap furniture.
Gambar 2.23 Bauhaus Designer Herbert Bayer. Staatliches Bauhaus in Weimar 1919-1923. 1923. (Sumber: Steven Heller dan Seymour Chwast, Graphic Style, New York, 1988) 2.3.6.5 New Typography Sebuah pendekatan yang revolusioner terhadap desain tipografi yang dikembangkan di Eropa selama tahun 1920-an hingga awal 1930-an. Sebuah komponen penting dalam gerakan Modernisme dalam desain grafis, The New Typography menggabungkan unsurunsur karya dan tulisan dari William Morris dengan ditambah aspek-aspek gerakan seni lainnya, seperti Cubism, Futurism, Dada, de Stijl dan Constructivism. Berawal di Rusia
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dan Jerman, gaya ini juga menarik para peminatnya di Belanda (Paul Schuitema, Piet Zwart), Cekoslovakia (Ladislav Sutnar) dan Polandia (Henryk Berlewi). Tokoh-tokoh dari gerakan ini adalah El Lissitzky, Laszlo Moholynagy dan Jan Tschichold. Lissitzky menolak bentuk-bentuk dekorasi dan memperjuangkan layout yang dinamis asimetris yang menampilkan bentuk-bentuk geometris dan typeface sans serif. - Perkembangan dari Bauhaus. - Dipengaruhi oleh Futurism, Vorticism, dan Dada. - Pembatasan pada warna dasar. - Geometris dan menolak semua ornament. - Memperhatikan ruang kosong (white space). - Mengijinkan barisan huruf ditata miring atau vertical. - Tipografi Sans Serif dimiringkan dan menolak aturan klasik tipografi simetris.
Gambar 2.24 New Typography Designer Ladislav Sutnar. Poutlasky, Book Jacket For Upon Sinclair Novel, 1930. (Sumber: Steven Heller dan Seymour Chwast, Graphic Style, New York, 1988) 2.3.7 Art Deco Sebuah gaya yang cenderung menampilkan kemewahan, yang mana menjadi gaya secara internasional yang muncul pada tahun 1918 – 1939 di dunia fashion, interior,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
arsitektur, keramik dan desain industri. Diberi nama seusai World’s Fair di Paris tahun 1925 (Exposition Internationale des Arts Decoratifs et Industriale Modernes). Menampilkan warna-warna yang cerah dan hidup diantara motif-motif floral, figuratif dan geometris. Ciri-ciri visual desain: - Terdapat unsur kebudayaan Fauvism dan Kubisme. - Murni visual -> konsep terkesan tidak jelas. - Dipengaruhi oleh dunia mode. - Merupakan bentuk aerodinamik. - Menerapkan warna gradasi yang sangat halus sehingga member kesan mahal dan mewah.
Gambar 2.25 Art Deco Designer unknown (Sumber: unknown) 2.3.8 Dada Sebuah gerakan di dunia sastra dan seni yang berkembang di Swiss selama tahun 1916. Berawal dari keinginan merespon kemuraman masa Perang Dunia I, sekelompok
http://digilib.mercubuana.ac.id/
penyair dan seniman ingin mencemooh nilai-nilai kemapanan. Dirintis oleh penyair Tristan Tzara dan Hugo Ball, seniman Hans Arp, gerakan ini dengan cepat merebak hingga ke kota-kota besar dunia seperti New York, Paris dan Berlin. Dada merupakan sebuah gaya yang menantang segala aturan-aturan sosial dan artistik yang baku. Gerakan ini menghilang di tahun 1922 dan menjadi pencetus aliran Surealisme yang muncul di Paris tahun 1924. Karakteristiknya adalah: - Mencapur segala jenis huruf dan ornament cetak pada susunan tipografi. - Mengkombinasikan kolase Cibism, tipografi Futurism, Contructivism. - Kekontrasan antara halaman dengan kata-kata yang dicap melintang. - Menggunakan montase atau potongan-potongan gambar. - Dengan gaya emosi, irasional. - Gambar siap pakai.
Gambar 2.26 Dada Designer Raoul Hausman. The Art Critic. 1919. (Sumber: Phaindon, The Art Book, London, 1996)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.3.9 Heroic Realism - Menggunakan gambar realis yang lebih dipahami oleh masyarakat. - Menolak formalits, seni dan desain plastic. - Menghindari tipografi Sans serif Modern dan berkesan tenang.
Gambar 2.27 Heroic Realism Designer unknown. To Have and To Hold. 1944. (Sumber: Steven Heller dan Seymour Chwast, Graphic Style, New York, 1988) 2.3.10 Late Modern Dalam gaya desain grafis late modern dibagi menjadi beberapa bagian, diantaranya adalah: 2.1.10.1 Swiss International Style - Ditemukan pada tahun 1936 di Swiss. - Depengaruhi De-Stijl, Bauhaus, The New Typography dan Constructivism. - Matematis dan berdasarkan grid yang asimentris. - Menguragi ornament.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
- Fotografi objek. - Tipografi Sans Serif. - Sering digunakan pada brosur, buku, dan exhibition katalog.
Gambar 2.28 Swiss International Style Designer Karl Gerstner. You Too, Are Liberal, Poster, 1956. (Sumber: Steven Heller dan Seymour Chwast, Graphic Style, New York, 1988) 2.3.10.1 Revivalism Gaya desain yang ditemukan pada tahun 50-an di Skandinaviasebagai reaksi atas modernism yang membuat desain (homogenitas) “kehilangan jiwa”, yang mengangkat kembali Art Deco dan Art Nouveau. Gaya tersebut dipengaruhi oleh Art dan Craft.
Gambar 2.29 Rerival Designer Barr Zaaid. Mata Hari. 1973. (Sumber: Steven Heller dan Seymour Chwast, Graphic Style, New York, 1988)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.3.10.2 Eclectric Berkembang pada tahun 50-an dengan filsafatnya: “think global act global”. Gaya desain yang menggabungkan unsur lama dengan baru. Selain itu, merupakan awal postmodern karena menolak nilai estetis universal dan menerima estetis lokal.
Gambar 2.30 Eclectric Designer Bob Cato dan John Berg. Cheap Thrills. 1968. (Sumber: Steven Heller dan Seymour Chwast, Graphic Style, New York, 1988) 2.3.10.3 Psychedelic Gaya desain yang merupakan refleksi dari 1960 Amerika yputh culture -> trendsetter dalam merchandising bisnis. The hippie movements to return to communal living yang mana mempengaruhi produksi Art dan Craft, dan kesatuan musik, dan literatur. Gaya desain yang merupakan efek dari budaya pop. - Dipengaruhi gaya dari Art Nouveau, symbol Indian, dan tipografi Victorian. - Penggunaan warna yang mencolok/kilau dan komplementer. - Tipografi yang melengkung dengan kontras tinggi. - Dipergunakan pada Koran, bwadsides, poster, pakaian, perhiasan, furniture, dan automobiles.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gamber 2.31 Psychedelic Designer John R Moenring. Donova. Concertposter. 1962. (Sumber: Steven Heller dan Seymour Chwast, Graphic Style, New York, 1988) 2.3.11 Post Modern Sebuah gerakan di bidang desain yang tumbuh di pertengahan tahun 1960-an sebagai respon kritis atas dominasi dan kakunya aliran Modernisme. Dengan menerima bidangbidang seni, arsitektur dan seni terapan, gerakan ini menyatakan ketertarikannya kembali pada ornamen, simbolisme dan humor visual. Terbebas dari ajaran-ajaran sebelumnya, para desainer post-modern menolak keinginan-keinginan aliran Modernisme dengan mengembangkan dan menantang keyakinan-keyakinan dasar tentang keteraturan dan disiplin yang dianut oleh Bauhaus dan pengikutnya. Berdasarkan pada gerakan International Typographic Style di Swiss yang percaya pada ajaran yang menyatakan bahwa bentuk mengikuti fungsi, namun pada akhir 1960-an sebuah generasi baru desainer grafis Swiss menantang keterbatasan gaya yang selalu dapat diprediksikan. Kita tahu bahwa gaya dari desain era Bauhaus, de Stijl dan Contructivism adalah selalu matematis dan tertata rapi. Di barisan terdepan gerakan ini terdapat Odermatt dan Tissi di Zurich dan Wolfgang Weingart di Basle. Sejak awal 1970-an pengaruh Weingart sebagai seorang pengajar
http://digilib.mercubuana.ac.id/
meluas di Amerika Serikat, dengan penolakannya terhadap ajaran tipografer seperti Tschichold, Ruder dan Gerstner, dia menarik perhatian dan sekaligus kontroversi dalam penentuan nilai-nilai ini. Dengan pendekatan yang cenderung eklektik (bebas) dan anarkis – yang juga dikenal sebagai New Wave – dengan legibilitas yang seringkali dikorbankan pada ekspresi, telah disebarluaskan di Amerika Serikat oleh mantan murid Basle seperti Daniel Friedman, April Greiman dan Inge Druckrey. Tekanan pada penemuan baru ini adalah pada intuisi dan potensi dari tipografi dan diterapkan di Inggris oleh Neville Brody, di Belanda oleh Studio Dumbar dan di Spanyol oleh Javier Mariscal dan Peret. Meskipun akhirnya diterapkan lebih menjadi sebuah gaya daripada sebuah aliran, postmodern memberikan arah baru pada masa depan perkembangan desain grafis. Dengan memperluas ragam sumber bahan dari masa lalu yang tersedia bagi para desainer dan melalui kedekatannya dengan teknologi baru, pengaruhnya terasa begitu membebaskan dan positif.
Gambar 2.32 Postmodern Designer Unknown (Sumber: Unknown) 2.3.11.1 American New Wave - Sebagaian besar terpengaruhi oleh gaya grafis Post-Modern pada tahun 80-an.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
- Fotografi dan teknologi elektronik. - Desain berlapis-lapis. - Menimbulkan kesan atau efek 3 dimensi atau kedalaman visual.
Gambar 2.33 American New Wave Designer unknown (Sumber: unknown) 2.3.11.2 Punk Melcom Garret merupakan salah satu tokoh yang memiliki andil dalam gaya desain Punk dimana bukti terakurat terdapat dalam Manchester setelah ‘the Sex Pistol’ muncul pada tahun 1976. - Keturunan spiritual dari Psychedelia dan merupakan bagian dari New Wave. - Merupakan symbol dari pemberontakan (seperti Ekspresionism dan Dada). - Poster dan tabloidnya mempunyai cirri khas menggunakan kertas yang dirobek dengan kasar. - Anti desain style. - Menggunakan teknologi, seperti computer dalam pembuatan karya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 2.34 Punk Designer Malcom Garret. Understanding Hypermedia 2.000. unknown. (Sumber: unknown) 2.3.12 Digital Era • Latar belakang ketertarikan desainer terhadap hal tertentu tampak memperkaya desainnya, mis: spiritualisme Timur, religi. • Tipografi menjadi obyek eksperimental desain. • Eksploitasi idea atau gagasan dengan bantuan komputer. • Yang merupakan bagian dari gaya Digital Era antara lain: Simplicity
→ mengutamakan kesederhanaan. → efek animasi. → adanya grid yang teratur.
Eksperimental
→ efek fotografi dan animasi → suasana eksperimen tampak jelas pada gambar. → salah satu tokohnya adalah David Carson.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
\
Gambar 3.35 Digital Era Designer unknown (Sumber: unknown) 2.3.13 Pop Art Pop Art adalah sebuah art movement yang berkembang dari tahun 1960-an yang mana mengambil inspirasi dari kaum pinggiran (non-elite) dan popular culture. Pop Art muncul pada pertama kalinya pada tahun 1962 beberapa kali di billboard advertising, commercial logos, lettered signs, dan comic strips. Karakteristik dari Pop Art adalah penggunaan fotografi yang seperti dalam teknik lukisan dan perhatian mendetail pada seni pahat, photomontage, dan collage (susunan benda-benda dan potongan-potongan kertas yang ditempelkan pada bidang datar).
Gambar 2.36 Pop Art Designer Jim Dine. My Name Is Jim Dine 2. 1992. (Sumber: Phaidon, The Art Book, London, 1996)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.3.14 Gaya Desain Indonesia Tempoe Doeloe 1. Terinspirasi oleh De-Stijl, Art Deco, dan Plakastil. 2. Penggunaan unsur-unsur lokal Indonesia: •
Sering menggunakan tokoh-tokoh pewayangan yang top pada masa tersebut.
•
Background pemandangan, suasana sawah, rumah, bangunan, gaya berpakaian.
3. Menggunakan gaya gambar sebab kemampuan baca penduduk Indonesia pada saat itu terbatas. 4. Berpikir dengan pola pikir yang sederhana. 5. Tipografi kuat dan tegas. 6. Menggunaan ejaan kuno Indonesia.
Gambar 2.37 Gaya Desain Indonesia Tempoe Doeloe Designer unknown (Sumber: Novry Sabmen S dan Raeni Djumena, Best Of Indonesia Letterhead and Logo Collection, 2003)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.4 Semiotika Semiotika berasal dari bahasa Yunani dari kata semeion yang berarti tanda sedangkan sign dalam bahasa Inggris adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda seperti: bahasa, kode, sinyal, dan sebagainya. Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda alah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia bersama-sama manusia. Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memakai hal-hal (thinks). Memakai (to sinify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukan dengan mengkomunikasikan ( to communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda (Barthes, 1988 : 17; kurniawan, 2001 : 53). Dalam Alex Sobur 15 : 2007. Awal mulanya konsep semiotik diperkenalkan oleh Ferdinand de Saussure melalui dikotomi sistem tanda: ·
signified
·
signifier
Konsep ini melihat bahwa makna muncul ketika ada hubungan yang bersifat asosiasi atau in absentia antara ‘yang ditandai’ (signified) dan ‘yang menandai’ (signifier).Tanda adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda (signifier) dengan sebuah ide atau petanda (signified). Dengan kata lain, penanda adalah “bunyi yang bermakna” atau “coretan yang bermakna”. Jadi, penanda adalah aspek material dari bahasa yaitu apa yang dikatakan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
atau didengar dan apa yang ditulis atau dibaca. Petanda adalah gambaran mental, pikiran, atau konsep. Jadi, petanda adalah aspek mental dari bahasa. 17 Menurut Umberto Eco yang dikutip Alex Sobur dalam bukunya yang berjudul Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Untuk Analisa Wacana, Analisis Semiotik dan Analisa Framing menyebutkan beberapa bidang yang bisa dipertimbangkan sebagai bahan kajian semiotika : 1. Semiotik Analitik Semiotik analitik adalah semiotik yang menganalisis sistem tanda 2. Semiotik Deskriptif Semiotik deskriptif adalah semiotk yang memeperhatikan sistem tanda yang adapat kita alami sekarang, meskipun ada tanda yang sejak dahulu tetap seperti yang disaksiskan sekarang. 3. Semiotik Faunal (Zoo semiotic) Semiotik Faunal adalah semiotik yang khusus memperhatikan sistem tanda yang dihasilkan oleh hewan 4. Semiotik Kultural Semiotik kultural adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang berlaku dalam kebudayaan masyarakat tertentu.
17 Sobur Alex Semiotika Komunikasi. (Bandung:2003)
,
hal:46
http://digilib.mercubuana.ac.id/
5. Semiotik Naratif Semiotik Naratif adalah semiotik yang menelaah sistem tanda dalam narasi yang berwujud mitos dan cerita lisan (Folkkore) 6. Semiotik Natural Semiotik natural adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh alam. 7. Semiotik Normatif Semiotik normatif adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang di buat oleh manusia yang berwujud norma-norma, misalnya rambu-rambu lalu lintas. 8. Semiotik Sosial Semiotik sosial adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh manusia yang berupa lambang. 9. Semiotik Struktural Semiotik struktural adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yag dimanifestasikan melalui struktur bahasa. 18 2.4.1 Pragmatisme Charles Sanders Peirce Peirce mengemukakan teori segitiga makna atau triangle meaning yang terdiri dari tiga elemen utama, yakni tanda (sign), object, dan interpretant. 18
Sobur Alex, Analisa Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisa Wacana, Analisis Semiotik dan Analisa Framing, Remaja Rosdakarya. 2002
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Tanda adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indera manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk (merepresentasikan) hal lain di luar tanda itu sendiri. Tanda menurut Peirce terdiri dari Simbol (tanda yang muncul dari kesepakatan), Ikon (tanda yang muncul dari perwakilan fisik) dan Indeks (tanda yang muncul dari hubungan sebab-akibat). Sedangkan acuan tanda ini disebut objek. 19 Objek atau acuan tanda adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda. Interpretant atau pengguna tanda adalah konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda.Hal yang terpenting dalam proses semiosis adalah bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang saat berkomunikasi. Lalu bagaimana menjabarkan konsep relasi makna (tanda,interpetant,objeka) C.S Pierce? untuk memudahkan megoperasionalkan konsep makna ini, Pierce memberikan pembagian tanda dalam tiga bagian yaitu: ikon,indeks,simbol yang disebut tipologi tanda. 1. Ikon (icon) Adalah tanda yang dicirikan oleh persamaannya (resembles) dengan objek yang digambarkan. Tanda visual seperti fotografi adalah ikon, karena tanda yang ditampilkan mengacu pada persamaannya dengan objek. Sebuah foto pesawat Hercules C-130 adalah ikon dari objek yang bernama pesawat Hercules C-130, karena foto pesawat tersebut berusaha menyamakan dengan objek yang diacunya.
19
John Fiske, Introduction to Communicatioan Studies, Jalasutra 1990. Hal:63
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Karena bentuknya yang sama/mirip dengan objek, ikon dapat diamati dengan cara melihatnya. 2. Indeks (index) Adalah hubungan langsung antara sebuah tanda dan objek yang kedua-duanya dihubungkan.Indeks, merupakan tanda yang hubungan eksisitensialnya langsung dengan objeknya. Runtuhnya rumah-rumah adalah indeks dari gempa. Terendamnya bangunan adalah indeks dari banjir. Sebuah ideks dapat dikenali bukan hanya dengan melihat seperti halnya dalam ikon, tetapi juga perlu dipikirkan hubungan antara dua objek tersebut. 3. Simbol (symbol) Adalah tanda yang memiliki hubungan dengan objeknya berdasarkan konvensi, kesepakatan, atau aturan. Makna dari suatu simbol ditentukan oleh suatu persetujuan bersama, atau diterima oleh umum sebagai suatu kebenaran. Lampu lalu lintas adalah simbol, warna merah berhenti, hujau berarti jalan, palang merah adalah simbol yang maknanya diterima sebagai suatu kebenaraan melalui konvensi atau aturan dalam kebudayaan yang telah disepakati. Katagori-katagori tersebut tidaklah terpisah dan berbeda. Satu tanda bisa saja kumpulan dari berbagai tipe tanda. 20
2.4.2 Metafora Peirce Menurut tipologi Peirce, tanda yang berjenis ikon masih dapat dpilah-pilah lagi menjadi tiga sub-jenis, yakni citra atau imagi (ikon imagis),diagram (ikon diagramatis)
20
http://fahri99.wordpress.com/2007/06/20/relasi-makna-cs-pierce/
http://digilib.mercubuana.ac.id/
serta metafora (ikon metaforis). Metafora adalah ikon yang didasarkan atas similaritas diantara objek-objek dari dua tanda simbolis. 21 Menurut Aart van Zoest (1992a: 12, 18), suatu cara yang cukup mudah untuk menganali similaritas didalam metafora adalah dengan membandingkan deskripsi kedua objek yang diacu oleh tanda-tandayang bersangkutan. 22 Secara skematis dapat digambarkan demikian :
O1 = a + b + c + d+… O1 = p + q + r + d +… Peirce kemudian mengatakan bahwa metafora pada dasarnya adalah sebuah meta tanda (metasign). Maksudnya metafora adalah sebuah tanda yang tercipta diatas tandatanda yang lain (biasanya dua buah simbol), metafora adalah tanda diatas tanda. 2.5
Poster Poster merupakan hal dari buku harian kemanusiaan yang terjadi didunia yang penuh peristiwa beranekaragam. 23 Namun tidak itu saja, poster dari waktu kewaktu selalu digunakan untuk berbagai media penyampai pesan kepada khalayak luas. Pesan yang disampaikan dapat bermuatan sosial, politik, budaya maupun pesan komersil suatu produk, sehingga maupun teknologi telah mengalami banyak kemajuan yang sngat pesat media ini masih juga digunakan. Di Indonesia, poster pun banyak diaplikasikan penggunaannya sebagai media komunikasi, contoh konkretnya adalah poster film, poster-poster pertunjukan band ataupun orchestra, dan lain sebagainya.
21 22 23
Kris Budiman, Ikonisitas Semiotika Sastra dan Seni Visual, Penerbit BukaBaik, Yogyakarta, 2005, hal:75 Ibid. hal:75 Margono Sastrosoediro, Poster Layanan Masyarakat Dan Generasi Muda, Yogyakarta, 1998. Hal 7.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.5.1 Pengertian Poster Film Kata “poster” adalah bagian dari kata “to posf” yang memiliki arti menempelkan. Sebagai kata benda bearti post (surat). Poster dapat diartikan tukang menempelkan surat pengumuman atau tempelan itu sendiri. 24 Selain itu “poster” menurut Graphics Art Encyclopedia berarti: “A large display sign of product or scene, printed on a board or fine paper, depending on the use. These large placards are nsed for sales promotion and to make announcement of activity that are of interest to a large number of people. They are versatile communication tools with many uses” 25 Sebuah tanda besar menampilkan produk atau adegan, dicetak di atas kertas karton atau denda, tergantung pada penggunaan. Ini plakat besar nsed untuk promosi penjualan dan untuk membuat pengumuman kegiatan yang menarik untuk sejumlah besar orang. Mereka adalah alat komunikasi serbaguna dengan banyak kegunaan Pengertian tersebut senada dengan pengertian yang dikemukakan oleh Victoria Neufeldt yaitu “A relatively large printed card or sheet of paper, often illustrated, posted to advertiser or publicize somethings”. 26 Dengan demikian poster dapat dikatakan sebagai cetakan yang relatif luas ataupun display suatu barang atau suatu peristiwa pada sebuah papan ataupun kertas yang kebanyakan berupa ilustrasi, iklan, ataupun pemberitaan untuk mengkomunikasikan sesuatu dan sekaligus menarik perhatian orang lain. Pada zaman sebelum kemerdekan di Indonesia, poster lebih dikenal dengan sebutan plakat (placard) yang berarti surat tempelan. Berdasarkan tugasnya poster memiliki banyak fungsi, antara lain: memberikan informasi, menggalakkan, menggiatkan, memobilisasi, menjelaskan, bertanya, membangkitkan, memberikan berdasarkan kehendak dan meyakinkan. 27 Makna yang menyiratkan pesan pada poster terbentuk dari kesatuan yang baik antara visualisasi dan atau tulisan. Kesatuan ini dapat 24
Ibid. Hal 7. George Stevanson, Graphics Art Encyclopedia, 1st ed, New York, 1992, Hal 397. 26 Victoria Neufeldt, Webster’s New World Dictionary Of American English, New York, 1998, Hal 1054 27 Margono Satrosoediro, Op Cit. Hal 7 25
http://digilib.mercubuana.ac.id/
terbentuk melalui proses kreatif dengan memvisualisasikan ide-ide abstraknya kedalam karya-karya yang bernilai estetika dan artistik. Dengan begitu sebuah poster harus menarik perhatian, ingatan, kepentingan atau setidaknya sifat rasa ingin tahu seseorang. Untuk itu dalam mendesain suatu poster perlu diperhatikan beberapa hal berikut: a. Poster harus dapat dibaca dan pesannya dapat dimengerti. b.Menimbulkan sifat tertarik dan harus mengandung sesuatu yang baru dalam bentuk maupun pesan yang tertulis. c. Poster harus didesain dalam bentuk yang cukup besar bila dilihat dari jarak jauh agar membawa hasil yang diinginkan. d.Poster dalam jarak dekat harus member gairah dengan memakai pengenalan yang mudah dan detail yang menyenangkan. e. Poster harus tetap didalam ingatan penonton dengan mengadakan kontak baru antara penonton dan sebuah topik baru atau sebuah hasil baru. 2.5.2 Jenis Poster Menurut tujuan periklanan, poster dibagi menjadi 2 macam yaitu: a. Poster Komersial Poster dengan tujuan mengkampanyekan suatu merk produk dagang atau dengan kata lain, tujuan pembuatan berdasarkan pertimbangan kepentingan dagang semata dengan jalan untuk meningkatkan volume penjualan dan pemasaran itu sendiri. b. Poster Non Komersial atau Sosial Poster untuk melayani kepentingan umum bersifat social kemasyarakat dasarnya adalah sarana penyampaian atau informasi yang bersifat sosial. 28
28
Rino Gumilar, Skripsi: Memahami Poster Sosial Melalui Pendekatan Ilustrasi Simbolis (Studi Kasus Poster Pemenang Lomba Poster HIV/AIDS dan Narkoba), Jakarta, 2003, Hal 12.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.5.3 Karakteristik Poster Menurut Alexander Nesbitt dalam Gumilar, di ungkapkan mengenai karakteristik dasar sebuah poster yang baik yaitu “These are three characteristics or factor that are essential to good poster, they are simplicity, unity and surprise”. 29 Berikut ini adalah penjelasannya: a. Simplicity (keserderhanaan) R. Mawardi penulis buku “Saduran Basic Design” menyebutkan mengenai kesederhanaan dalam poster sebagai berikut: Sederhana dalam seni atau desain berarti tidak ruwet , jelas atau mungkin yang disederhanakan dalam garis-garis, bentuk-bentuk, dan warna-warna yang sedikit mungkin. Agar unsur tersebut dapat menggambarkan suatu arti kepada yang melihat dalam sekilas pandang, unsur-unsur tersebut jangan sampai hilang dalam suatu liku-liku penggambaran yang tidak mengena dan tidak perlu, sehingga tercipta saling berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya. b. Unity (kesatuan) R. Mawardi penulis buku “Saduran Basic Design” penjelasannya dalam kesatuan dalam poster adalah sebagai berikut: Kesatuan dalam suatu desain oleh adanya saling hubungan antara unsur-unsur yang satu dengan yang lainnya. Suatu desain yang baik adalah desain yang tidak ada satu apapun lagi yang dapat ditambah lagi padanya, dan yang dalam
29
Ibid… Hal 24
http://digilib.mercubuana.ac.id/
pada itu tidak satupun yang boleh dikurangkan dari padanya tanpa menyebabkan suatu kehampaan atau rasa kehilangan atau kekurangan. c. Surprise (kejutan) R. Mawardi penulis buku “Saduran Basic Design” menyebutkan mengenai kejutan dalam poster sebagai berikut: Surprise (kejutan) di dalam suatu desain haruslah ada, sebagai daya tarik atau penangkap pandang. Dari sini dapat dikembangkan ke segala arah untuk menuruti atau mengikuti garis seni dan selanjutnya bias dikatakan bahwa bagian tersebut menggerakkan mata ke suatu arah, dan karenanya menghilangkan sifat statis di dalam komposisi. Desain yang baik hendaklah mempunyai permulaan dan akhir, harus mempunyai kejutan dan tekanan, mempunyai arti balance dan ritme. Dari kejutan atas pernyataan permulaan selanjutnya dikembangkan sabagai variasivariasi dan pembelokan-pembelokan yang masih selaras sampai pada bagian akhir. 30 2.5.4 Elemen-Elemen Visual Poster Film Poster film memiliki elemen utama, antara lain: ilustrasi, judul, dan credit title. Ilustrasi pada poster harus lebih banyak menonjolkan unsure kemenarikan sebagai hal utama. Dalam judul seorang perancang poster film harus sangat selektif dalam memilih tipografi yang tepat dan sesuai. Sama halnya dengan credit title, yang mana berisikan keterangan lebih lanjut tentang film yang dipromosikannya tersebut. Dalam poster secara umum, credit title dapat dinilai sama dengan bodycopy yang menerangkan judul 30
R.Mawardi, Saduran Basic Design, Yogyakarta, 1972, Hal 3
http://digilib.mercubuana.ac.id/
maupun keterangan lengkap dari informasi yang ingin disampaikan. Credit title dalam poster film berisikan: nama produser film, judul film, nama-nama pemeran utama dan pemeran pendukung, desainer kostum, sutradara, pembuat visual efek, pengarah music, editor film, desainer produksi, pengarah koreografi, fotographer, penyusun naskah scenario, logo-logo pendukung suara, serta logo-logo pendukung perusahaan.Selain ketiga elemen tersebut, sebuah poster film terkadang menambahi bagian yang disebut sebagai sub judul (sub title) yang mencakup keterangan tambahan untuk lebih mendukung judul dan kemenarikan dari poster film tersebut. Elemen sub judul ini umumnya disajikan dalam bentuk ekspresi kata-kata yang relatif singkat. Semua elemen poster film diatas kemudian dikombinasikan dalam sebuah komposisi (layout) yang menarik dengan selalu menekankan pada salah satu elemen sebagai eye catching. Dengan begitu dalam sebuah poster film pasti ada salah satu elemen yang menarik dalam perhatian mata dan elemen tersebut dapat dikatakan yang paling “dominan” dari keseluruhan elemen yang ada dalam poster film tersebut.
http://digilib.mercubuana.ac.id/