BAB II LANDASAN TEORI
A. Peningkatan Kemampuan Berbahasa Dalam meningkatkan kemampuan berbahasa bukanlah hal yang mudah bagi anak-anak. Dari masukan yang ada, anak harus menganalisis segala macam fiturnya sehingga makna yang diperolehnya itu akhirnya, sama dengan makna yang dipakai oleh orang dewasa.1 Mengenai peningkatan kemampuan percakapannya, anak juga secara bertahap menguasai aturanaturan yang ada. Peningkatan bahasa adalah meningkatnya kemampuan penguasaan alat berkomunikasi, baik alat komunikasi dengan cara lisan, tertulis, maupun menggunakan tanda-tanda dan isyarat. Mampu dan menguasai alat komunikasi disini diartikan sebagai upaya seseorang untuk dapat memahami dan dipahami orang lain.2 Kemampuan adalah potensi yang dimiliki oleh seseorang dan menjadi hal yang paling menonjol dibandingkan orang lain.3 Menyimbolkan pikiran dan perasaan untuk menyampaikan makna kepada orang lain. 4 Jadi kemampuan berbahasa adalah kelebihan yang dimiliki seseorang yang
1
Soejono Dardjowidjojo, Psikolingustik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003), hlm. 260. 2 Sunarto dan Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hlm. 137. 3 Isye Widodo, Sampai Dimana Kemampuan Anak Pra Sekolah (Jakarta: Klinik Peka, 2002), hlm. 45. 4 Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak, Edisi g, Jilid I (Jakarta: Erlangga, 1997), hlm. 176.
24
25
menonjol dalam menyampaikan pikiran, perasaan dan makna kepada orang lain. Bahasa merupakan salah satu aspek yang tidak dapat dipisahkan dari seluruh kehidupan manusia. Bahasa senantiasa hadir dan dihadirkan, ia berada dalam diri manusia, dalam alam, dalam sejarah, dalam wahyu Tuhan. Bahasa hadir karena karunia Tuhan Sang penguasa alam raya. Tuhan itu sendiri menampakkan diri pada manusia bukan melalui zat-Nya, tapi lewat bahasa-Nya, yaitu bahasa alam dan kitab suci.5 Peran bahasa sangat penting
dalam kehidupan individu ataupun
masyarakat dalam pengantar pendidikan di sekolah. Bahasa menjadi media daya pikir, daya ungkap dan sarana komunikasi dalam kehidupan manusia.6 Bahasa Indonesia sebagai media komunikasi baik lisan maupun tulis pada umumnya praktis dipakai oleh anak didik tidak hanya di kelas, tetapi juga di luar lingkungan sekolah, karena bahasa Indonesia termasuk kunci untuk kemajuan dan yang dipakai sebagai bahasa pengantar dalam mengikuti setiap kegiatan.7 1.
Teori Perkembangan Bahasa a) Teori Behavioristik Menurut teori stimulus-respons yang dikemukakan oleh kaum behaviorisme, bahasa adalah hasil perilaku stimulus-respons. Maka apabila anak didik ingin memperbanyak penggunaan ujaran, dia harus
5
Asep Ahmad Hidayat, Filsafat Bahasa (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 2009), hlm.
21. 6
Daeng Nurjamal, dkk., Terampil Berbahasa (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 249. Hasan Alwi dan Dendy Sugono, Telaah Bahasa dan Sastra (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2002), hlm. 208. 7
26
memperbanyak penerimaan stimulus.8 Oleh karena itu, peran lingkungan sebagai sumber munculnya stimulus menjadi dominan dan sangat penting artinya dalam membantu pemerolehan bahasa, baik untuk pemerolehan bahasa pertama maupun bahasa kedua.9 Skinner menyatakan bahwa bahasa dipelajari melalui pembiasaan dari lingkungan dan merupakan hasil imitasi terhadap orang dewasa. Dalam dunia pendidikan, para pendidik yang menganut paham Skinner
menghindari
penggunaan
hukuman.
Mereka
akan
memberikan reward pada anak didik yang memberikan respon yang benar. Menurut Skinner, berpikir adalah proses internal bahasa, berpikir dan bahasa mulai diperoleh dari interaksi dalam lingkungan.10 b) Teori Kognitif Vygotsky mengemukakan bahwa perkembangan kognitif dan bahasa anak berkaitan erat dengan kebudayaan dan masyarakat tempat anak dibesarkan. Vygotsky menggunakan istilah Zona Perkembangan Proximal (ZPP), untuk tugas-tugas yang sulit untuk dipahami sendiri oleh anak, namun dengan bimbingan dan bantuan orang dewasa, anak akan memiliki ketrampilan untuk mengerjakan tugas-tugas tersebut. Para ahli kognitif meyakini adanya peran hubungan antara anak, orang dewasa dan lingkungan sosialnya dengan perkembangan bahasa anak. Teori kognitif memandang bahwa perkembangaan aspek bahasa tidak 8
Abdul Chaer, Psikolingustik: Kajian Teoritik (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm. 256. Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 2011), hlm. 87. 10 Nurbiana Dhieni, Metode Pengembangan Bahasa (Jakarta: Universitas Terbuka, 2006), hlm. 2.9 – 2.21. 9
27
terlepas dari konteks sosial dan perkembangan kognitif anak. Perkembangan kognitif berhubungan erat dengan perkembangan bahasa, karena awal perkembangan bahasa berada pada stadium sensorimotorik yaitu ketika anak berusia sekitar 18 bulan. c) Teori Pragmatik Para penganut teori pragmatik berpandangan bahwa anak belajar bahasa dalam rangka sosialisasi dan mengarahkan perilaku orang lain agar sesuai dengan keinginannya. Teori ini berasumsi bahwa anak selain belajar bentuk dan arti bahasa, juga termotivasi oleh fungsi bahasa yang bermanfaat bagi mereka. Dengan demikian anak belajar bahasa disebabkan oleh berbagai tujuan dan fungsi bahasa yang dapat mereka peroleh. Penganut teori pragmatik mempelajari tentang berbagai kegiatan berbahasa, yang mencakup konteks kalimat dan kecenderungan pembicara, namun tidak dapat memberikan penjelasan tentang cara anak belajar sintaksis. d) Maria Montessori Montessori meyakini bahwa bahasa, sebagai instrumen pemikiran
kolektif
manusia,
adalah
kekuatan
manusia
yang
mentransformasi lingkungan mentah menjadi peradaban. Sementara semua manusia memiliki kemampuan untuk menyerap dan menguasai bahasa, sebuah bahasa tertentu menjadi unsur kunci dalam membatasi dan menjadikan sebuah kelompok manusia tertentu tampak khas. Sebagaimana unsur-unsur lain dalam lingkungan, anak-anak juga
28
menyerap bahasa. Pengembangan bahasa, yang oleh Montessori dibedakan dari pengajaran bahasa, adalah kreasi spontan dari sang anak. Tanpa memandang bahasa tertentu yang digunakan dalam kebudayaan sang anak, perkembangan bahasa mengikuti pola-pola yang sama untuk semua anak. Semua anak melalui periode dimana mereka hanya dapat melafalkan suku-suku kata, kemudian kata-kata secara utuh dan kemudian mereka mulai menggunakan sintaksis dan gramatika. Montessori mengklaim bahwa anak-anak berkembang secara spontan menuju kemampuan menulis dan membaca.11 2.
Tahap Perkembangan Bahasa Bayi baru lahir sampai usia satu tahun lazim disebut infant artinya tidak mampu berbicara. Istilah ini memang tepat kalau dikaitkan dengan kemampuan berbicara atau berbahasa. Namun kurang tepat atau tidak tepat kalau dikaitkan dengan kemampuan berkomunikasi, sebab meskipun tanpa bahasa bayi sudah dapat melakukan komunikasi dengan orang yang memeliharanya.12 a) Tahap Perkembangan Artikulasi Tahap ini dilalui bayi antara sejak lahir sampai kira-kira berusia 14 bulan. Menjelang 1 tahun, bayi dimanapun sudah mampu menghasilkan
bunyi-bunyi
vokal.
Perkembangan
dalam
menghasilkan bunyi ini, yang disebut perkembangan artikulasi. b) Tahap Perkembangan Kata dan Kalimat 11 12
Maria Montessori , Metode Montessori (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), hlm. 85 Abdul Chaer, op.cit., hlm.229.
29
Kemampuan bervokabel (bunyi yang hampir menyerupai kata) dilanjutkan
dengan
kemampuan
mengucapkan
kata,
lalu
mengucapkan kalimat sederhana. c) Tahap Menjelang Sekolah Yang dimaksud menjelang sekolah disini adalah menjelang anak masuk Sekolah Dasar, yaitu pada waktu mereka berusia antara lima sampai enam tahun. Ketika seorang anak mulai mampu untuk menggantungkan kata menjadi kalimat sederhana untuk bicara, proses perkembangan bahasanya meningkat pesat, hal ini membantu kita untuk mengerti dan menggambarkan apa yang terjadi.13
13
Rini Hildayani, dkk., Psikologi Perkembangan Anak (Jakarta: Universitas Terbuka, 2005), hlm. 11.6
30
Tabel 1. Mendengar dan memahami 0 – 3 bulan Diam dan seakan mendengarkan ketika ada suara didekatnya Tampak mengenali suara yang berbeda dari orang yang berbeda (khususnya suara ibu) Sejak 3 bulan anak sudah dapat memperhatikan dan berespon apabila diajak bicara 4 – 6 bulan Mulai dapat menyimpan pola suara dan menghubungkan suara dengan artinya, misalnya namanya saat disebutkan Dapat menggerakkan mata dan kepala ke arah sumber suara Memperhatikan mainan yang mengeluarkan suara 7 bulan – 1 tahun Mulai menikmati permainan Mulai mengenali kata-kata sederhana, misalnya nama-nama benda Mulai berespon terhadap permintaan “ayo...ke sini!”
Berbicara atau Menanggapi 0 – 3 bulan Suara tangisan berbeda untuk situasi yang berbeda Tersenyum apabila dipandangi Tertawa bila digoda Memasuki usia 3 bulan, beberapa bayi mulai mengeluarkan suara ocehan 4 – 6 bulan Mulai „menggumam‟, atau memainkan suara sendiri saat ditinggal sendiri atau bila sedang bermain Mulai mengeluarkan suara riang atau sedih
7 bulan – 1 tahun Babbling – mengeluarkan suara mirip suku kata, seperti “papapa”, “bababa” Bayi mulai meniru suara bicara orang lain, kadang mengucapkan kata-kata sederhana seperti “mimi” (=minum) Mulai menggunakan gesturel gerakan untuk berkomunikasi, misalnya menunjuk benda apabila orang lain menyebut nama benda itu 1 – 2 tahun 1 – 2 tahun Mulai mengikuti permintaan Mengucapkan kata pertama atau perintah dan memahami Mulai bisa mengucapkan katapertanyaan sederhana kata sederhana (“mama”)
31
Mulai suka mendengarkan lagu dan cerita sederhana 2 – 3 tahun Mulai bisa mengikuti dua perintah yang berbeda misalnya “ayo....botolnya diambil lalu berikan ke mama!” Mulai bisa menceritakan pengalamannya
3 – 4 tahun Dapat merespon suara dari jarak jauh (dipanggil dari ruangan yang berbeda) Kemampuan mendengar menjadi lebih baik, anak dalam waktu bersamaan dapat mendengar dua suara yang berbeda, misalnya suara dari tv dan radio Mulai memahami pertanyaan yang lebih sulit, seperti “Mengapa?”, “Siapa?”, “Dimana?” 4 – 5 tahun Bisa mendengar dan memahami hampir semua pertanyaan dari orang lain Rentang perhatian semakin baik, anak dapat memperhatikan cerita dengan serius dan dapat merespon dengan mengajukan pertanyaan
Pertambahan kosa kata meningkat setiap bulan 2 – 3 tahun Mulai menggabungkan kata menjadi kalimat pendek untuk bertanya atau berbicara (“minum susu”) Orang dapat mulai memahami kata/kalimat yang diucapkannya Anak mulai sering bertanya Bahasa nonverbal menjadi lebih kompleks dan merupakan respons, misalnya: menggeleng, mengangguk, menampilkan ekspresi wajah gembira, takut dan marah 3 – 4 tahun Mulai bisa bercerita kegiatan harian seperti cerita tentang taman dan sekolah Cara bicara semakin jelas dan bisa dipahami Mulai bisa mengucapkan kalimat dengan lengkap Sudah bisa mengucapkan kalimat tanpa perlu mengulangulang
4 – 5 tahun Cara bicara semakin jelas Bisa berbicara dengan mudah kepada semua orang Mulai menggunakan kalimat dengan kata-kata yang lebih rinci (“saya mau baca buku cerita”)
32
Mulai bisa bercerita tentang satu hal, tanpa meloncat-loncat ke hal lain Bisa mengucapkan bunyi dengan benar, kecuali untuk beberapa kata, seperti: l, s, r
Pemerolehan bahasa sangat banyak ditentukan oleh interaksi rumit antara apek-aspek kematangan biologis, kognitif dan sosial. Pemerolehan bahasa memiliki suatu permulaan gradual yang muncul dari masyarakat melalui proses yang panjang. Artinya, proses peniruan terjadi kepada siapa saja, dimana saja dan kapan saja. Selanjutnya, anak selalu berusaha menyempurnakan pemerolehannya dengan menambah penguasaan kosa kata, mempertajam pemahaman akan tata bahasa, dan hal-hal lain yang menyangkut seluk beluk bahasa ini.14 Tahap-tahap perkembangan bahasa oleh Mackey: Umur 3 bulan Anak mulai mengenal suara manusia ingatan yang sederhana mungkin sudah ada, tetapi belum tampak. Segala sesuatu masih terkait dengan apa yang dilihatnya; koordinasi antara pengertian dan apa yang diucapkannya belum jelas. Anak mulai tersenyum dan mulai membuat suara-suara yang belum teratur.
14
Iskandarwassid dan Dadang Senendar, op.cit., hlm.85.
33
Umur 6 bulan Anak sudah mulai bisa membedakan antara nada yang “halus” dan nada yang “kasar”. Dia mulai membuat vokal seperti “aEE..aE..aEEaEE” Umur 9 bulan Anak mulai bereaksi terhadap isyarat. Dia mulai mengucapkan bermacam-macam suara dan tidak jarang kita bisa mendenar kombinasi suara yang menurut orang dewasa suara yang aneh. Umur 12 bulan Anak mulai membuat reaksi terhadap perintah. Dia gemar mengeluarkan suara-suara dan bisa diamati; adanya beberapa kata tertentu yang diucapkannya untuk mendapatkan sesuatu. Umur 18 bulan Anak mulai mengikuti petunjuk. Kosakatanya sudah mecapai sekitar dua puluhan. Dalam tahap ini komunikasi dengan menggunakan bahasa sudah mulai tampak. Kalimat dengan satu kata sudah digantinya dengan kalimat dengan dua kata. Umur 2 – 3 tahun Anak sudah bisa memahami pertanyaan dan perintah sederhana. Kosakatanya (baik yang pasif maupun yang aktif) sudah mencapai beberapa ratus. Anak sudah bisa mengutarakan isi hatinya dengan kalimat sederhana.
34
Umur 4 – 5 tahun Pemahaman anak makin mantap, walaupun masih sering bingung dalam hal-hal yang menyangkut waktu (konsep waktu belum bisa dipahaminya dengan jelas). Kosa kata aktif bisa mencapai dua ribuan, sedangkan yang pasif sudah makin banyak jumlahnya. Anak mulai belajar berhitung dan kalimat-kalimat yang agak rumit mulai digunakannya. Umur 6 – 8 tahun Tidak ada kesukaran untuk memahami kalimat yang biasa dipakai orang dewasa sehari-hari. Mulai belajar membaca dan aktivitas ini dengan sendirinya menambah perbendaharaan katanya. Mulai membiasakan diri dengan pola kalimat yang agak rumit dan B1
pada
dasarnya
sudah
dikuasainya
sebagai
alat
untuk
berkomunikasi. 3.
Karakteristik Kemampuan Bahasa Anak Usia Taman Kanak-Kanak Secara umum karakteristik kemampuan bahasa anak usia TK adalah sebagai berikut15: 1) Usia 4 – 5 tahun a. Terjadi perkembangan yang cepat dalam kemampuan bahasa anak. Ia telah dapat menggunakan kalimat dengan baik dan benar.
15
Nurbiana Dhieni, op.cit., hlm. 9.5.
35
b. Telah menguasai 90% dari fonem dan sintaks bahasa yang digunakannya. c. Dapat berpartisipasi dalam suatu percakapan. Anak sudah dapat mendengarkan
orang
lain
berbicara
dan
menanggapi
pembicaraan tersebut. 2) Usia 5 - 6 tahun a. Sudah dapat mengucapkan lebih dari 2.500 kosa kata b. Lingkup kosa kata yang dapat diucapkan anak menyangkut: warna, ukuran, bentuk, rasa, bau, kecantikan, kecepatan, suhu, perbedaan, perbandingan jarak, permukaan (kasar halus). c. Sudah dapat melakukan peran sebagai pendengar yang baik d. Dapat berpartisipasi dalam suatu percakapan. Anak sudah dapat mendengarkan
orang
lain
berbicara
dan
menanggapi
pembicaraan tersebut. e. Percakapan yang dilakukan oleh anak usia 5 – 6 tahun telah menyangkut berbagai komentarnya terhadap apa yang dilakukan oleh dirinya sendiri dan orang lain serta apa yang dilihatnya. Anak usia ini sudah dapat melakukan ekspresi diri, menulis, membaca dan bahkan berpuisi. 4.
Lingkup perkembangan bahasa anak usia 4-5 tahun (TK A) Perlu kita ketahui bahwa ada tiga lingkup perkembangan bahsa pada anak didik TK A, dalam pencapaian perkembangannya.16
16
Dokumentasi, Program Semester Kelompok A Semester II, TK Muslimat NU Silirejo
36
Tabel. 2
LINGKUP PERKEMBANGAN
NO
BAHASA A. Menerima Bahasa
B.
Mengungkapkan Bahasa
TINGKAT PENCAPAIAN PERKEMBANGAN 1. Menyimak perkataan orang lain (bahasa ibu atau bahasa lainnya) 2. Mengerti dua perintah yang diberikan bersamaan 3. Memahami cerita yang dibacakan 4. Mengenal perbendaharaan kata mengenai kata sifat (nakal, pelit, baik hati, berani, baik, jelek, dsb)
1. Mengulang kalimat sederhana 2. Menjawab pertanyaan sederhana 3. Mengungkapkan perasaan dengan kata sifat (nakal,
INDIKATOR
1. Mendengarkan cerita dan menceritakan kembali isi cerita secara sederhana 2. Menirukan kembali 3-4 urutan kata 3. Melakukan 2-3 peintah secara sederhana 4. Mendengarkan cerita yang dibacakan 5. Menceritakan kembali kembali isi cerita 6. Menyebutkan kata sifat (nakal, pelit, baik hati, berani, baik, jelek, dsb) 7. Menjawab pertanyaan dari cerita pendek 8. Mengulang kalimat sederhana misal : Ibu pergi ke pasar. Aadik sedang tidur 9. Menyebutkan nama diri, nama orangtua, jenis kelamin, alamat
37
4.
5.
6.
7.
pelit, baik hati, berani, baik, jelek, dsb) Menyebutkan kata-kata yang dikenal Mengutarakan pendapat dengan orang lain Menyatakan alasan terhadap sesuatu yang diinginkan atau ketidaksetujuan Menceritakan kembali cerita atau dongeng yang pernah didengar
rumah secara sederhana 10. Menjawab pertanyaan tentang keterangan / informasi secara sederhana 11. Mengekspresika n perasaan dengan kata sifat 12. Menyebutkan bermacammacam kata benda yang ada di lingkungan sekitar 13. Menyebutkan kata-kata dengan suku kata yang sama, misal : kaki-kali / suku kata akhir yang sama, misal : nama-sama 14. Menyebutkan waktu (pagi, siang \, malam) 15. Bercerita tentang gambar yang disediakan atau dibuat sendiri 16. Mengurutkan dan menceritakan isis gambar seri sederhana (3-4 gambar) 17. Menceritakan isi buku walaupun tidak sama
38
C.
Keaksaraan
1. Mengenal simbol-simbol 2. Mengenal suarasuara hewan, benda yang ada di sekitarnya 3. Membuat coretan yang bermakna 4. Mencontoh huruf
antara tulisan dan yang diungkapkan 18. Memberi alasan yang diinginkan atau ketidaksetujuan 19. Bercerita tentang dongeng atau cerita yang pernah didengar 20. Menghubungka n gambar/benda dengan kata 21. Membaca gambar yang memiliki kata/kalimat sederhana 22. Menirukan suara binatang 23. Membedakan benda 24. Mencontoh tulisan di bawah gambar 25. Mencontoh huruf-huruf abjad
B. Metode Pemberian Tugas (Resitasi) Tugas merupakan satu tanggung jawab yang harus diselesaikan oleh anak didik. Pemberian tugas merupakan salah satu metode yang dilakukan pendidik ketika memberikan kegiatan kepada anak didik untuk mencapai suatu tujuan pengembangan tertentu. Metode adalah cara yang digunakan
39
oleh pendidik dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas sebagai upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran.17 Mengajar secara efektif sangat bergantung pada pemilihan dan penggunaan metode mengajar yang serasi dengan tujuan mengajar. Metode yang dipergunakan akan menentukan suksesnya pekerjaan seorang pendidik selaku guru kelas. Cara belajar mengajar yang lebih baik ialah mempergunakan kegiatan anak didik secara efektif dalam kelas, merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan sedemikian rupa secara kontinu.18 Untuk memilih metode mengajar tidak bisa sembarangan, banyak faktor yang mempengaruhinya dan dipertimbangkan misalnya: -
Tujuan dengan berbagai jenis dan fungsinya
-
Anak didik dengan berbagai kematangannya
-
Situasi dengan berbagai kualitas dan kuantitasnya
-
Pribadi pendidik serta kemampuan profesinya yang berbeda-beda.19 Metode pemberian tugas merupakan tugas atau pekerjaan yang
sengaja diberikan kepada anak didik yang harus dilaksanakan dengan baik. Tugas ini diberikan kepada anak didik untuk memberi kesempatan kepada mereka menyelesaikan tugas yang didasarkan pada petunjuk langsung dari pendidik yang sudah dipersiapkan sehingga anak didik dapat menjalani secara nyata dan melaksanakan dari awal sampai tuntas. Selain itu, pendidik juga
17
Jamal Ma‟mur Asmani, 7 Tips Aplikasi PAKEM, cet. Ke-3 (Yogyakarta: Diva Press, 2011), hlm. 30. 18 James Popham dan Eva L. Baker, Teknik Mengajar Secara Sistematis (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hlm. 141. 19 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 184.
40
perlu memberikan kebebasan kepada anak didik dalam proses pengerjaannya. Dengan kata lain, pendidik tidak boleh menuntut anak menyelesaikan suatu tugas dengan waktu yang sama, dengan anak-anak yang lainnya.20 Pemberian
tugas
kepada
anak
didik
ditujukan
untuk
mengembangkan secara lebih optimal seluruh aspek pengembangan perilaku dan kemampuan dasar anak. Pemberian tugas dapat diberikan secara individual maupun kelompok.21 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan tugas kepada anak didik adalah sebagai berikut: a) Pemberian tugas adalah proses integral dalam kegiatan pengembangan, maka tujuan tugas merupakan bagian penting, sehingga tugas yang diberikan dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. b) Pemberian tugas tidak sekedar menyibukkan anak didik, melainkan harus dapat memberikan sumbangan terhadap tujuan belajar yang diharapkan c) Pemberian tugas harus menantang pengembangan kreativitas d) Pemberian tugas harus menumbuhkan kesadaran diri sendiri, bukan untuk pendidik. 1. Langkah-langkah Implementasi Metode Resitasi Tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah (PR), tetapi jauh lebih luas dari itu. Bagi pendidik tentunya cakap menggunakan metode pengajaran resitasi. Karena anak didik, tidak hanya sebagai
20
Winda Gunarti, dkk., Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), hlm. 7.3. 21 Moeslichatoen R., Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hlm. 190.
41
obyek, melainkan sebagai subyek yang masih perlu mendapat arahan. Dengan demikian anak didik dapat memperbaiki, memperdalam, mengecek, mencari informasi dan membuat kesimpulan tertentu atas bimbingan pendidik tersebut.22 Ada langkah-langkah yang harus diikuti dalam penggunaan metode resitasi, yaitu: a) Fase Pemberian Tugas Tugas
yang
diberikan
kepada
anak
didik
hendaknya
mempertimbangkan: 1. Tujuan yang akan dicapai 2. Jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga anak didik mengerti apa yang ditugaskan tersebut 3. Sesuai dengan kemampuan anak didik 4. Ada petunjuk/sumber yang dapat membantu tugas anak didik 5. Sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut b) Fase Pelaksanaan Tugas 1. Diberikan bimbingan/pengawasan oleh pendidik 2. Diberikan dorongan sehingga anak didik mau melaksanakan 3. Diusahakan dikerjakan oleh anak didik sendiri, tidak menyuruh orang lain 4. Dianjurkan agar anak didik mencatat hasil-hasil yang ia peroleh dengan baik 22
Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran (Pekalongan: STAIN Press, 2011), hlm. 131.
42
c) Fase Mempertanggungjawabkan Tugas Hal yang harus dikerjakan pada fase ini adalah: 1.
Laporan anak didik baik secara lisan maupun tertulis dari apa yang telah dikerjakan
2.
Ada tanya jawab
3.
Penilaian hasil pekerjaan anak didik
Fase mempertanggung jawabkan tugas inilah yang disebut “resitasi”. 2. Manfaat Metode Resitasi (Pemberian Tugas) Metode resitasi merupakan salah satu metode untuk memberikan pengalaman belajar yang dapat meningkatkan cara belajar yang lebih baik dan memantapkan penguasaan perolehan hasil belajar. Pemberian tugas merupakan tahap yang paling penting dalam mengajar. Karena dengan memberikan tugas pendidik memperoleh umpan balik tentang kualitas hasil belajar anak didik. Hasil pemberian tugas yang diberikan secara tepat dan menjadi kemampuan prasyarat anak didik untuk memperoleh pengalaman belajar yang lebih luas, tinggi dan kompleks.23 a) Pemberian tugas bila dirancang secara tepat dan proporsional akan dapat meningkatkan bagaimana cara belajar yang benar. Dalam
melaksanakan
tugas,
anak
didik
dibimbing
menyelesaikan tugas untuk memperoleh pemantapan penguasaan, memperbaiki kesalahan cara belajar. Dengan demikian, dampak pemberian tugas merupakan penyempurnaan cara belajar yang sudah
23
Moeslichatoen, op.cit., hlm. 186 – 187.
43
dikuasai.
Melalui
pemberian
tugas
anak
semakin
terampil
mengerjakan, semakin lancar, semakin pasti, semakin terarah ke pencapaian tujuan. b) Pemberian tugas yang diberikan secara teratur, berkala dan ajeg akan menanamkan kebiasaan dan sikap belajar yang positif. Dalam pemberian tugas rutin dapat memotivasi anak didik untuk belajar sendiri. Jadi pemberian tugas itu dapat menimbulkan prakarsa anak didik dalam mengembangkan kegiatan belajar sendiri. c) Pemberian tugas secara tepat dan dirancang secara seksama dapat menghasilkan prestasi belajar optimal. Prestasi belajar optimal akan menjadi landasan yang kuat dalam memasuki kegiatan belajar lebih lanjut, yang merupakan peningkatan penguasaan kemampuan yang sudah dimiliki itu. d) Bila pemberian tugas itu menggunakan bahan yang bervariasi,dan sesuai dengan kebutuhan dan minat anak didik, maka memberikan arti yang besar bagi anak didik Taman Kanak-Kanak. Penggunaan materi secara bervariasi itu banyak alternatifnya antara lain: menggunakan bahan yang sama dengan cara yang berbeda-beda, atau menggunakan bahan yang memang betul-betul baru. e) Bila pemberian tugas kepada anak didik dengan memperhitungkan waktu dan kesempatan yang tersedia, maka pemberian tugas itu
44
merupakan pengalaman belajar yang dapat dirasakan manfaatnya bagi anak didik. Ada beberapa faktor yang berpengaruh pada aplikasi waktu yang diperlukan untuk mengerjakan suatu tugas: 1.
Apakah tugas itu untuk melatih ketepatan dan ketrampilan, atau untuk melatih ingatan atau untuk melatih penalaran
2.
Rentangan kecepatan belajar anak didik Taman Kanak-Kanak dalam kelas itu, ada anak didik yang cepat dalam menyelesaikan tugas, tetapi juga ada anak didik yang lambat dalam menyelesaikan tugas
3.
Apakah
kondisi
menyenangkan
kelas
pada
saat
tugas
dilaksanakan
itu