BAB II LANDASAN TEORI
A. MOTIVASI BELAJAR 1.
Definisi Motivasi Belajar Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi.
Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Pengertian belajar ialah memodifikasi atau memperteguh kelakuan melalui belajar, suatu proses perubahan tingkah laku individu dengan lingkungannya, perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan dan penilaian, atau mengenai sikap dan nilai-nilai pengetahuan dan kecakapan dasar, yang terdapat dalam berbagai bidang studi, atau lebih luas lagi dalam berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi, serta dalam belajarnya selalu menunjukkan suatu proses perubahan perilaku atau peribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu (Uno, 2008). Sejalan dengan pernyataan di atas, Brophy (2004) menyatakan bahwa motivasi belajar lebih mengutamakan respon kognitif, yaitu kecenderungan peserta didik untuk mencapai aktivitas akademis yang bermakna dan bermanfaat serta mencoba untuk mendapatkan keuntungan dari aktivitas tersebut. Peserta didik yang memiliki motivasi belajar akan memperhatikan pelajaran yang disampaikan, membaca untuk memahaminya dan menggunakan strategi-strategi
14 Universitas Sumatera Utara
15
yang mendukung. Selain itu peserta didik juga memiliki keterlibatan yang intens dalam aktivitas belajar tersebut, rasa ingin tahu yang tinggi, mencari bahan-bahan yang berkaitan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Peserta didik yang memiliki motivasi belajar akan bergantung pada apakah aktivitas tersebut menarik atau menyenangkan. Intinya motivasi belajar melibatkan tujuan-tujuan belajar dan strategi yang berkaitan dalam mencapai tujuan belajar tersebut. Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah keinginan dalam diri peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar serta memberikan arah pada kegiatan belajar agar tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar dapat tercapai.
2.
Peranan motivasi dalam belajar Pada hakekatnya orang ingin mencapai tujuan dalam memenuhi kebutuhannya, motivasi yang muncul didorong oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhan yaitu untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan. Uno (2008) menyatakan bahwa ada beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran : a. Peran motivasi dalam menentukan penguatan belajar b. Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar c. Motivasi menentukan ketekunan dalam belajar Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi menentukan tingkat berhasil tidaknya kegiatan belajar peserta didik. Motivasi menjadi salah satu faktor yang turut menentukan belajar yang efektif.
Universitas Sumatera Utara
16
3.
Jenis-jenis motivasi belajar Seperti halnya Uno (2008) mengemukakan bahwa motivasi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu : 1. Motivasi intrinsik Motivasi intrinsik adalah motivasi yang tercakup di dalam situasi belajar dan menemui kebutuhan dan tujuan-tujuan peserta didik. Motivasi intrinsik timbul dari dalam diri individu, misalnya keinginan untuk mendapatkan
keterampilan
tertentu,
memperoleh
informasi
dan
pengertian, mengembangkan sikap untuk berhasil, menyenangi kehidupan, dan lain-lain 2. Motivasi ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar, seperti angka kredit, ijazah, tingkatan hadiah, dan persaingan yang bersifat negatif.
4.
Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar Menurut Uno (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar yaitu : a. Faktor intrinsik Peserta didik harus menyadari dengan sengaja untuk melakukan kegiatan dan kebutuhan belajar untuk meraih tujuan (cita-cita yang hendak dicapai).
Universitas Sumatera Utara
17
b. Faktor ekstrinsik Peserta didik harus harus disertai penghargaan (pujian) jika pserta didik berprestasi, diperlukan lingkungan belajar yang kondusif dan kegiatan belajar yang menarik. Dalam hal ini peran orang tua diperlukan untuk menciptakan suasana yang kondusif dan membantu anaknya dalam belajar.
5.
Indikator Motivasi Belajar Menurut Uno (2008) indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil 2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar 3. Adanya harapan dan cita-cita masa depan 4. Adanya penghargaan dalam belajar 5. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar 6. Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang peserta didik dapat belajar dengan baik. Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa dalam kaitannya dengan pendidikan, motivasi berarti dorongan yang memberikan semangat belajar kepada para peserta didik.
Universitas Sumatera Utara
18
B. SELF-CONTROL 1. Definisi Self-Control Self-control merupakan kenderungan individu untuk mempertimbangkan berbagai konsekuensi untuk perilaku tertentu (Wolfe, 2008). Dijelaskan kembali bahwa self-control adalah kemampuan individu untuk mengarahkan diri ke arah yang lebih baik ketika dihadapkan dengan dorongan-dorongan yang ada (Baumeister, Förster, & Vohs, 2004). Self-control sebagai suatu kemampuan untuk mengatur, dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa individu ke arah konsekuensi positif, selfcontrol juga menggambarkan keputusan individu yang melalui pertimbangan kognitif untuk menyatukan perilaku yang telah disusun untuk meningkatkan hasil dan tujuan tertentu seperti yang diinginkan (Risnawati, 2010). Menurut Rothbaum (dalam Tangney et.all, 2004) menyatakan self-control secara luas dianggap sebagai kapasitas untuk berubah dan beradaptasi dengan diri sehingga menghasilkan sesuatu lebih baik secara optimal antara diri dan dunia. Self-control mengacu pada sumber daya internal yang tersedia untuk mempertahankan atau mengubah tanggapan yang mungkin timbul sebagai akibat dari proses fisiologis, kebiasaan, pembelajaran, atau situasi (Schmeichel dan Baumeister dalam McCullough dan Willoughby, 2009). Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa self control adalah mengatur dan mengendalikan perilaku melalui berbagai pertimbangan kognitif kemudian mengambil suatu keputusan yang diyakini agar dapat menghasilkan sesuatu yang lebih baik secara optimal.
Universitas Sumatera Utara
19
2.
Faktor-faktor yang mempengaruhi self-control Sebagaimana faktor psikologis lainnya, self-control dipengaruhi oleh beberapa faktor. Secara garis besarnya faktor-faktor yang mempengaruhi selfcontrol ini terdiri dari faktor internal (dari diri individu) dan faktor eksternal (lingkungan individu) (Risnawati, 2010), yaitu : a. Faktor internal Faktor internal yang ikut andil terhadap self-control adalah usia. Semakin bertambah usia seseorang, maka semakin baik kemampuan mengontrol diri seseorang. b. Faktor eksternal Faktor eksternal ini di antaranya adalah lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga
terutama
orangtua
menentukan
bagaimana
kemampuan
mengontrol diri seseorang.
3.
Aspek-aspek self-control Terdapat 3 aspek dalam kemampuan mengontrol diri (Ghufron & Risnawati, 2010), yaitu: a. Behavior Control (Mengontrol perilaku) Merupakan suatu tindakan langsung terhadap lingkungan. Kemampuan mengontrol perilaku ini diperinci menjadi dua komponen yaitu mengatur pelaksanaan (regulated administration), dan memodifikasi stimulus (stimulus modifiability). Kemampuan mengatur pelaksaan merupakan kemampuan individu untuk menentukan siapa yang akan mengendalikan
Universitas Sumatera Utara
20
situasi atau keadaan dirinya sendiri atau sesuatu diluar dirinya. Individu yang mempunyai kemampuan mengontrol diri dengan baik akan mampu perilakunya sendiri, dan jika individu tersebut tidak mampu, maka akan menggunakan sumber eksternal dari luar dirinya. Kemampuan mengatur stimulus adalah kemampuan untuk mengetahui bagaimana dan kapan suatu stimulus yang tidak dikehendaki datang. b. Cognitive Control (Mengontrol Kognisi) Merupakan kemampuan individu untuk mengolah informasi yang tidak diinginkan
dengan
cara
menginterpretasikan,
menilai,
atau
menggabungkan suatu kejadian dalam suatu kerangka kognitif sebagai adaptasi psikologi untuk mengurangi tekanan. Terdiri dari dua komponen yaitu memperoleh informasi (information gain) dan melakukan penilaian (apparsial). Informasi yang dimiliki individu atas suatu kejadian yang tidak menyenangkan dapat diantisipasi dengan berbagai pertimbangan, serta
individu
akan
melakukan
penilaian
dan
berusaha
untuk
menafsirkannya melalui segi-segi positif secara subjektif. c. Decisional Control (Mengontrol Keputusan) Kemampuan untuk memilih hasil atau suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang diyakini individu atau disetujuinya, dalam menentukan pilihan akan berfungsi baik dengan adanya suatu kesempatan, kebebasan, atau
kemungkinan
pada
diri
individu
untuk
memilih
berbagai
kemungkinan tindakan.
Universitas Sumatera Utara
21
C. Dinamika pengaruh self-control dengan motivasi belajar pada Mahasiswa yang Menggunakan Buku Teks Berbahasa Inggris di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara Mahasiswa akan menghadapi tugas-tugas kuliah yang dihadapkan pada berbagai sumber belajar yang melimpah yang dengan kebutuhan dan tujuan mahasiswa bersangkutan. Pada kondisi demikian, mereka harus memiliki inisiatif sendiri dan motivasi , menganalisis kebutuhan, dan merumuskan tujuan, memilih dan menerapkan strategi pemecahan masalah, menseleksi sumber yang relevan, serta mengevaluasi diri. Motivasi belajar dapat dipandang sebagai suatu rantai reaksi yang dimulai dari adanya kebutuhan, kemudian timbulnya keinginan untuk mencapai tujuan (Pujadi, 2007). Untuk mencapai tujuan belajarnya, mahasiswa harus mampu memantau, mengevaluasi, dan mengatur belajarnya secara efektif, menghemat waktu dalam menyelesaikan tugasnya, mengatur belajar dan waktu secara efisien (Hidayati, 2007). Istilah yang berkaitan dengan penjelasan di atas adalah self-control. Menurut Ghufron & Risnawati (2010) self-control terdiri dari tiga aspek yaitu behavioral control, cognitive control, dan decisional control. Mahasiswa yang mempunyai kemampuan mengontrol diri dengan baik akan mampu mengendalikan perilakunya sendiri, dan jika tidak mampu, maka akan menggunakan sumber eksternal dari luar dirinya. Komponen dari behavioral control terdiri dari mengatur pelaksanaan dan memodifikasi stimulus. Menurut Ursia, N.R., Siaputra, I.B., Sutanto, N. (2013) peserta didik yang tidak mampu mengatur perilakunya serta memodifikasi stimulus yang akan dihadapinya dalam
Universitas Sumatera Utara
22
proses pembelajaran seperti tidak mengerjakan pekerjaan rumah dan meminta bantuan dari orang lain dalam mengerjakan tugasnya sehingga hal tersebut berpengaruh terhadap performa mereka dalam belajar. Hasil wawancara pada beberapa mahasiswa Psikologi yang menyatakan bahwa mereka lebih memilih untuk mengulur-ngulur waktu dalam mengerjakan tugas yang diberikan dengan menggunakan buku teks berbahasa Inggris, serta mahasiswa juga mengatakan bahwa lebih baik meminta orang lain untuk mengerjakannya karena ketidakinginannya dalam memahami buku teks berbahasa Inggris tersebut. Mahasiswa Psikologi membutuhkan pengendalian perilaku yang baik seperti berusaha mengerjakan tugas yang diberikan dengan menggunakan strategi-strategi sehingga mahasiswa akan memiliki keyakinan positif dalam mengikuti pembelajaran dengan buku teks berbahasa Inggris dan hal ini berpengaruh terhadap motivasinya dalam belajar. Ditinjau dari aspek cognitive control, jika mahasiswa memiliki cognitive control dengan baik maka suatu kejadian yang tidak menyenangkan dapat diantisipasi dengan berbagai pertimbangan, serta mampu melakukan penilaian dan berusaha untuk menafsirkannya melalui segi-segi positif secara subjektif. Komponen dari cognitive control yaitu memperoleh informasi dan melakukan penilaian. Dalam pembelajaran, memperoleh informasi dan penilaian menjadi sangat penting. Selain sebagai tolok ukur peserta didik dalam pencapaian tujuan pembelajaran, hal tersebut juga berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan pembelajaran karena dalam memperoleh informasi perserta didik harus dapat
Universitas Sumatera Utara
23
mempertimbangkan dengan baik informasi yang didapatkan agar peserta didik memiliki penilaian yang positif terhadaap suatu stimulus (Lutfia, 2007). Pada mahasiswa Psikologi cenderung menganggap bahwa jika tidak mengerjakan tugas-tugas yang telah diberikan juga tidak banyak menurunkan penilaian dan mereka memperoleh informasi bahwa buku teks berbahasa Inggris di Psikologi itu sesuatu yang sulit sehingga hal tersebut berpengaruh terhadap kemauan mereka dalam belajar. Memperoleh informasi serta melakukan penilaian secara positif dan benar dapat meningkatkan hasil belajar karena dapat membantu mahasiswa memperbaiki cara belajar sehingga meningkatkan motivasi dalam belajar. Selanjurnya menurut Sutman (2010) secara luas bahwa ada empat faktor penentu utama yang berpengaruh dalam mengontrol keputusan (desicional control) yakni adanya faktor sosial seperti orang-orang atau lingkungan sekitar, peran, status, kemudian faktor pribadi yang terdiri dari usia, keperibadian, gaya hidup dan yang terakhir faktor psycological yang terdiri dari persepsi dan motivasi dalam pembelajaran. Komponen dari desicional control yaitu mengantisipasi dan menafsirkan peristiwa seperti memilih kemungkinan tindakan yang diyakini oleh individu. Pada mahasiswa Psikologi dalam kemampuan mengantisipasi peristiwa yaitu mahasiswa cenderung untuk tidak mengerjakan tugas dengan buku teks berbahasa Inggris dan menafsirkan peristiwa yaitu mahasiswa tidak dapat menahan dirinya untuk tidak menggunakan buku teks berbahasa Indonesia. Dalam menentukan pilihan mahasiswa memiliki kebebasan
Universitas Sumatera Utara
24
dalam memilih tindakan. Dengan pengendalian keputusan yang diyakini individu baik untuknya akan diiringi dengan motivasi dalam belajar terhadap buku teks.
D. HIPOTESA PENELITIAN Dalam penelitian ini diajukan satu hipotesis sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan yang telah dipaparkan sebelumnya. Adapun hipotesis dalam penelitian ini, yaitu: “Ada pengaruh self-control terhadap motivasi belajar mahasiswa yang menggunakan buku teks bahasa Inggris di Fakultas Psikologi USU”.
Universitas Sumatera Utara