perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Perawatan Tali Pusat Bayi baru lahir adalah masa yang dimulai ketika bayi keluar dari perut ibu hingga bulan pertama kehidupan (Varney, 2008). Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan berat antara 2500 sampai 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat (Putra, 2012). Ciri-ciri bayi baru lahir normal, yaitu 24 jam pertama setelah kelahiran, berat badan 2500-4000 gram, panjang badan 48-52 cm, lingkar dada 30-38 cm, lingkar kepala 33-35 cm, frekuensi denyut jantung 120160 x/menit, pernafasan kurang lebih 40-60 x/menit, genitalia perempuan labia mayor sudah menutupi labia minor, sedangkan pada lelaki testis sudah turun, skrotum sudah ada, refleks positif, eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, berwarna hitam kecoklatan, dan eliminasi urin terjadi dalam 24 jam pertama (Putra, 2012). Salah satu manajemen bayi baru lahir menurut Prawirohardjo (2010) yakni perawatan tali pusat. Tali pusat (funiculus umbilicalis) merupakan tali yang menghubungkan janin dengan plasenta (Tiran, 2006). Tali pusat adalah jaringan yang unik yang terdiri dari dua arteri dan satu vena yang tertutup oleh jaringan pengikat mukoid yang dikenal sebagai jeli warthon commit to user
7
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang ditutup oleh satu lapisan tipis membran mukosa (kelanjutan dari amnion) (Lumsden, 2012). Tali pusat memanjang dari umbilikus janin ke permukaan janin plasenta atau lempeng korion. Permukaan luarnya tampak putih buram, lembap dan ditutupi amnion, ditembus oleh tiga pembuluh umbilikalis (Cunningham et al, 2014). Diameternya adalah 0,8-2,0 cm dengan panjang 50-60 cm (20-24 inci) dengan puntiran melingkar (spiral twist) dan terdiri atas dua pembuluh arteri umbilikalis yang membawa darah kotor dan satu pembuluh vena umbilikalis yang membawa darah bersih (Tiran, 2006). Perawatan tali pusat diperlukan untuk mencegah tali pusat menjadi media perkembangbiakan mikroorganisme patogen: Staphylococcus aureus atau Clostridia (Rudolph, 2015). Tidak ada satu cara perawatan tali pusat yang terbukti paling baik dalam mencegah kolonisasi infeksi. Biasanya adalah dengan mencuci tangan atau memakai antiseptik sebelum dan sesudah perawatan tali pusat (Rochmah, 2012). Cara atau teknik perawatan tali pusat yaitu terlepasnya tali pusat pada minggu pertama dengan teknik perawatan tali pusat yang benar akan menurunkan infeksi pada neonatus. Tali pusat terdiri atas Jeli Warthon yang
membentuk
jaringan
nekrotik.
Organisme
patogen
dapat
berkolonisasi dengan jaringan nekrotik, kemudian menyebar menyebabkan infeksi kulit dan sistemik pada bayi. Tali pusat harus dijaga agar selalu kering dan bersih agar tidak menimbulkan infeksi (Prawirohardjo, 2010).
commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Penelitian terbaru membuktikan bahwa penggunaan povidone iodine dapat menimbulkan efek samping karena diabsorbsi oleh kulit dan berkaitan dengan terjadinya transien hipotiroidisme. Alkohol juga tidak lagi dianjurkan untuk merawat tali pusat karena dapat mengiritasi kulit dan menghambat pelepasan tali pusat. Saat ini belum ada petunjuk mengenai antiseptik yang baik dan aman digunakan untuk perawatan tali pusat. Oleh karena itu, sebaiknya menjaga tali pusat tetap kering dan bersih (Prawirohardjo, 2010). Selama bertahun-tahun tenaga kesehatan menggunakan berbagai cara untuk membersihkan dan mendesinfeksi tali pusat termasuk menggunakan isopropyl alkohol, pewarna tiga kali lipat (triple dye), dan salep antibiotik. Studi yang membandingkan antara penggunaan alkohol dan cara pengeringan alami menemukan tidak ada peningkatan insiden infeksi dan pelepasan tali pusat lebih cepat dengan pengeringan udara saja (Varney, 2008). a. Teknik Perawatan Tali Pusat Kering Teknik perawatan tali pusat kering (kasa bersih atau steril) menurut Prawirohardjo (2010), sebagai berikut. 1) Sebelum dan sesudah melakukan perawatan tali pusat, orangtua bayi dianjurkan untuk mencuci tangan dengan sabun dan air bersih. 2) Bersihkan dengan lembut kulit di sekitar tali pusat dengan kapas basah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
10 digilib.uns.ac.id
3) Bungkus dengan longgar jangan terlalu rapat dengan menggunakan kasa bersih atau steril. 4) Popok atau celana bayi diikat di bawah tali pusat. Popok atau celana tidak menutupi tali pusat agar tidak terkena feses dan urin. 5) Hindari penggunaan kancing, koin (uang logam) untuk menekan, atau membalut tali pusat. 6) Bila area di sekitar pusar berwarna merah dan bernanah, hubungi dokter. Antiseptik dan antimikroba topikal dapat digunakan untuk mencegah kolonisasi kuman dari kamar bersalin, tetapi penggunaannya tidak dianjurkan untuk rutin dilakukan (Prawirohardjo, 2010). Jangan sekali-kali membungkus tali pusat dengan balutan yang basah atau balutan yang kedap udara. Pemberian obat antiseptik topikal pada tali pusat dapat mengurangi kolonisasi kuman, jika terjadi suatu peningkatan pada infeksi Staphylococcus diruang perawatan bayi, antiseptik biasanya tidak diperlukan (Rudolph, 2015). b. Teknik Perawatan Tali Pusat Terbuka Banyak pendapat tentang cara terbaik dalam merawat tali pusat. Telah dilaksanakan beberapa uji klinis untuk membandingkan cara perawatan tali pusat agar tidak terjadi peningkatan infeksi adalah dengan membiarkan luka tali pusat terbuka dan membersihkan luka hanya dengan air bersih. Negara yang beriklim tropis perlu mewaspadai penggunaan alkohol yang dahulu populer dan terbukti commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
efektif untuk membersihkan tali pusat karena sesungguhnya alkohol akan mudah menguap didaerah panas dan dengan demikian efektifitasnya akan menurun (Dewi, 2010). Bedak antiseptik yang juga dapat kehilangan efektifitasnya terutama dalam kelembapan tinggi (bila tidak dijaga), sehingga penggunaan bahan tersebut dapat mengakibatkan peningkatan infeksi, kecuali bila obat tersebut dapat dijaga tetap kering dan dingin. Oleh karena tidak ada bukti kuat akan efektifitas penggunaan alkohol tersebut, disamping itu juga karena biayanya mahal serta sulit untuk mendapat bahan yang berkualitas, maka untuk sementara ibu nifas dianjurkan untuk membiarkan saja luka tali pusat bayinya mengering sendiri (Dewi, 2010). Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa dengan membiarkan tali pusat mengering, tidak ditutup, dan hanya dengan dibersihkan setiap hari dengan air bersih, merupakan cara paling efektif dengan biaya yang efisien pula (cost effective) untuk perawatan tali pusat (Dewi, 2010). Perawatan tali pusat terbuka ialah perawatan tali pusat yang tidak diberikan treatment apapun. Tali pusat dibiarkan terbuka, tidak diberikan kasa kering maupun antiseptik lainnya. Pelepasan tali pusat dengan bantuan udara. Teknik perawatan tali pusat terbuka sebagai berikut.
commit to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Orangtua dan tenaga kesehatan yang akan melakukan perawatan tali pusat terlebih dahulu mencuci tangannya dengan sabun dan air bersih. 2) Ketika memandikan bayi tidak merendam seluruh badan bayi kedalam air. Jangan merendam seluruh badan bayi sampai ujung tali pusat lepas dan kering dan jangan membasahi tali pusat ketika membasuh bayi dengan lap basah (Varney, 2008). 3) Jangan mengoleskan salep atau zat lain ke ujung tali pusat. Mengusap alkohol atau povidone iodine masih diperkenankan asal tidak menyebabkan tali pusat basah atau lembap. 4) Hindari pembungkusan tali pusat (ujung tali pusat yang tidak tertutup akan mengering dan pelepasan lebih cepat) (Mirzanie, 2010). 5) Ketika memasang popok, lipatlah bagian depannya dibawah pusar agar urin tidak mengenai bagian tersebut dan udara dapat masuk. Lipat baju kearah atas. 6) Tidak perlu penggunaan gurita pada bayi. 7) Jika sisa tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air Desinfektan Tingkat Tinggi (DTT) dan sabun. Selanjutnya, segera keringkan secara seksama dengan menggunakan kain bersih (JNPK-KR, 2008).
commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
8) Tali pusat akan terlepas dengan sendirinya sehingga sangat tidak dianjurkan untuk memegang atau menarik-narik tali pusat (Riksani, 2012). 9) Tali pusat dengan bau yang kuat dapat dibersihkan dengan hydrogen peroksida. Orangtua harus menghubungi bidan jika tali pusat mengeluarkan nanah atau jika muncul garis kemerahan pada abdomen dekat umbilikus (Varney, 2008). Perawatan
tali
pusat
merupakan
area
penting
yang
perlu
dipertimbangkan dan orangtua dapat merasa cemas terutama tentang perawatan tali pusat. Orang tua harus dianjurkan untuk menjaga tali pusat tetap bersih dan kering. Orangtua harus diberi informasi bahwa penggunaan antiseptik tidak direkomendasikan. Area disekeliling tali pusat dapat dibersihkan dengan air hangat. Jika menggunakan popok sekali pakai, orang tua mungkin perlu melipat popok sedikit kebawah sehingga tali pusat terbuka agar cepat kering. Jika kulit disekitar tali pusat mengalami inflamasi, orang tua harus mencari saran medis karena bayi mungkin mengidap infeksi dan memerlukan rangkaian antibiotik (Williamson, 2014). Bidan hendaknya menasihati ibu agar tidak membubuhkan apapun pada daerah sekitar tali pusat karena dapat menyebabkan infeksi. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya kelembapan (akibat penyerapan oleh bahan tersebut) badan bayi sehingga menciptakan kondisi yang ideal bagi tumbuhnya bakteri. Penting untuk diberitahukan kepada ibu, agar tidak commit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
membubuhkan apapun ke tali pusat dan tali pusat terbuka agar tetap kering (Dewi, 2010). Tali pusat yang mengalami degradasi dapat sedikit berbau dan lengket. Orangtua dapat diyakinkan bahwa hal ini normal dan mereka harus tetap menjaga area tali pusat tetap bersih dan kering (Williamson, 2014). Upaya untuk mencegah infeksi tali pusat sesungguhnya merupakan tindakan sederhana yang terpenting adalah tali pusat selalu dalam keadaan bersih dan kering, serta selalu mencuci tangan menggunakan sabun sebelum dan sesudah merawat tali pusat (Riksani, 2012). Tanda dan gejala terjadinya infeksi pada tali pusat sebagai berikut. a. Bayi terlihat gelisah dan rewel. Setelah anda memastikan bahwa kegelisahan bayi tidak disebabkan hal lain, yaitu karena buang air kecil, buang air besar, lapar, kepanasan, atau penyebab lainnya. b. Terlihat adanya tanda kemerahan disekitar pangkal tali pusat dan perut bayi. c. Daerah sekitar tali pusat tercium aroma bau dan mengeluarkan nanah. d. Suhu bayi meningkat, tubuh terasa hangat atau panas. Untuk lebih akurat, anda bisa menggunakan termometer untuk mengukur suhu tubuh bayi. Jika suhu tubuh melebihi 380 C maka bayi sudah terkena demam. e. Bisa membubuhkan obat antiseptik di area tali pusat, cukup dibubuhkan sedikit dengan menggunakan kapas.
commit to user
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
f. Jika tidak teratasi dengan baik, sebaiknya segera bawa bayi ke tenaga kesehatan terdekat (Riksani, 2012). 2. Fisiologi Pelepasan Tali Pusat Selama
hamil,
plasenta
menyediakan
semua
nutrisi
untuk
pertumbuhan dan menghilangkan produk sisa secara terus menerus melalui tali pusat. Setelah lahir, tali pusat mengering dengan cepat, mengeras, dan berubah warnanya menjadi hitam (suatu proses yang disebut gangren kering). Proses ini dibantu oleh paparan udara. Pembuluh umbilikus tetap berfungsi selama beberapa hari, sehingga risiko infeksi masih tetap tinggi sampai tali pusat terpisah (Lumsden, 2012). Kolonisasi area tersebut dimulai dalam beberapa jam setelah lahir akibat dari organisme non patogenik yang berasal dari ibu dan masuk ke bayi melalui kontak dari kulit ke kulit. Bakteri yang berbahaya dapat disebarkan melalui higiene yang buruk, teknik cuci tangan yang tidak baik dan khususnya infeksi silang dari pekerja kesehatan (Lumsden, 2012). Pemisahan tali pusat berlanjut dipertemuan tali pusat dengan kulit abdomen, dengan infiltrasi leukosit dan kemudian digesti tali pusat. Selama proses normal ini, sejumlah kecil material mukosa keruh terkumpul ditempat pertemuan antara tali pusat dan kulit abdomen tersebut. Hal ini tanpa disadari diinterpretasikan sebagai nanah. Tali pusat menjadi basah atau lengket, tetapi hal ini juga merupakan proses fisiologi yang normal. Pemisahan harusnya selesai dalam 5-15 hari, meskipun bisa
commit to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berlangsung lebih lama. Alasan utama terjadinya pelepasan tali pusat yang lebih lama adalah penggunaan antiseptik dan infeksi (Lumsden, 2012). Antiseptik tampaknya dapat menurunkan jumlah flora non patogenik normal
disekitar
umbilikus.
Keadaan
ini
memperlambat
proses
penyembuhan dan menghambat terlepasnya tali pusat. Setelah tali pusat terpisah,
sejumlah
kecil
material
mukosa
masih
ada
sampai
berlangsungnya penyembuhan selesai dalam beberapa hari. Hal ini berarti bahwa masih ada risiko infeksi, meskipun tidak sebesar risiko pada beberapa hari pertama (Lumsden, 2012). Barr dalam Lumsden (2012) menyatakan bahwa jeli warthon memiliki faktor yang tidak diketahui yaitu faktor yang penting dalam proses penyembuhan alamiah. Penggunaan pengobatan pada tali pusat akan mengganggu dan memperlambat proses alamiah terlepasnya tali pusat (Lumsden, 2012). a. Mekanisme Pelepasan Tali Pusat pada Perawatan Kasa Kering Tali pusat akan terlepas dengan sendirinya sesuai dengan proses nekrosis jaringan. Tali pusat tidak mendapatkan suplai darah berarti tidak mendapatkan nutrisi untuk pergantian sel akibatnya jaringan akan mati dan mengering. Setelah mengering tali pusat akan terlepas pangkalnya dari pusat bayi. Mekanisme pelepasan tali pusat terjadi melalui proses nekrosis. Tali pusat tumbuh dari plasenta sehingga suplai makanan untuk perkembangan plasenta terputus saat tali pusat dipotong sehingga commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
17 digilib.uns.ac.id
terjadi nekrosis. Tali pusat mengandung pembuluh darah yang berasal dari bayi sehingga proses pelepasannya tidak dapat terjadi seketika. Nekrosis merupakan kematian sel akibat dari adanya kerusakan sel akut atau trauma, kematian sel tersebut terjadi secara tidak terkontrol yang menyebabkan kerusakan sel dan adanya respon peradangan. Stimulus yang terlalu berat dan berlangsung lama serta melebihi kapasitas adaptif sel akan menyebabkan kematian sel dimana sel tidak mampu lagi mengompensasi tuntutan perubahan. Sekelompok sel yang mengalami kematian dapat dikenali dengan adanya enzim-enzim lisis yang melarutkan berbagai unsur sel serta timbulnya peradangan. Leukosit akan membantu mencerna sel-sel yang mati dan selanjutnya mulai terjadi perubahan-perubahan secara morfologis, yaitu layu dan mengering kemudian lepas (Nasihah, 2014). Pelepasan tali pusat dengan teknik tertutup tidak secepat teknik perawatan tali pusat terbuka. Tali pusat yang tertutup rapat dengan apapun akan memperlambat pelepasan tali pusat dan membuatnya menjadi lembap (Paisal, 2007). b. Mekanisme Pelepasan Tali Pusat pada Perawatan Terbuka Setelah bayi lahir tali pusat dipotong, denyutan (pulsasi) akan berhenti karena suhu luar menyebabkan kontraksi kemudian pembuluh darah kehilangan air secara mendadak oleh karena tali pusat tidak mendapat aliran darah sehingga menjadi kering dan layu. Pengeringan dan pelepasan tali pusat dipermudah karena terpapar udara. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
18 digilib.uns.ac.id
Hilangnya air dari jeli warthon menyebabkan mumifikasi tali pusat segera setelah bayi lahir. Jeli warthon yaitu zat yang berbentuk seperti agar-agar dan mengandung banyak air sehingga pada bayi baru lahir tali pusat mudah mengering dan cepat terlepas dari umbilikus bayi (Cunningham et al, 2006). Dalam 24 jam warna putih tali pusat menghilang, kemudian berubah menjadi kuning kecoklatan, mengering (kehitaman kering), dan kaku. Beberapa hari kemudian sisa tali pusat akan nekrosis hingga meningkatnya luka granulasi kecil yang setelah sembuh akan membentuk umbilikus (Winasis, 2012). Bila pangkal tali pusat bersih maka risiko infeksi berkurang dan dapat menyebabkan tali pusat lebih cepat kering. 3. Waktu Pelepasan Tali Pusat Novack dalam Cunningham et al (2006) menyatakan bahwa kehilangan air pada jeli warthon menyebabkan mumifikasi tali pusat beberapa waktu setelah lahir. Dalam 24 jam jaringan ini kehilangan warna putih kebiruannya yang khas, penampilan yang basah, segera menjadi kering, dan hitam. Perlahan-lahan garis pemisah timbul tepat diatas kulit abdomen, kemudian dalam beberapa hari tali pusat terlepas, meninggalkan luka granulasi yang setelah sembuh membentuk umbilikus (pusar). Pelepasan biasanya terjadi dalam 2 minggu pertama, dengan rentang 3-45 hari. Tali pusat mengering lebih cepat dan lepas lebih mudah jika terbuka, sehingga pembalutan tidak dianjurkan (Cunningham et al, 2006). Sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa sisa tali pusat akan mati, terpisah commit to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
secara alami, dan kering dalam waktu 5-7 hari (Tiran, 2006). Lama penyembuhan tali pusat dikatakan cepat jika kurang dari 5 hari, normal jika antara 5-7 hari, dan lama jika lebih dari 7 hari (Paisal, 2007) Penelitian yang dilakukan Dore membuktikan adanya perbedaan perawatan antara perawatan tali pusat yang menggunakan alkohol pembersih dan dibalut dengan kain steril. Ia menyimpulkan bahwa tali pusat yang dirawat dengan cara alami lebih cepat dalam waktu pengeringan dibandingkan perawatan tali pusat dengan menggunakan alkohol. Penelitian lainnya yang dilakukan Kurniawati menyimpulkan bahwa perawatan tali pusat dengan menggunakan prinsip udara terbuka (tidak menutup tali pusat menggunakan kassa atau pembalut), waktu yang dibutuhkan untuk mengering lebih cepat dibandingkan perawatan tali pusat dengan menggunakan kasa kering (Riksani, 2012). Dore dan WHO tidak merekomendasikan pembersihan tali pusat menggunakan alkohol karena bisa memperlambat proses penyembuhan dan pengeringan luka. Berbagai penelitian memperlihatkan bahwa dengan membiarkan tali pusat mengering, tidak ditutup, dan hanya dibersihkan setiap hari menggunakan air bersih merupakan cara paling efektif dan tidak memerlukan biaya besar untuk perawatan tali pusat karena dapat mengakibatkan infeksi pada tali pusat (Riksani, 2012).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
20 digilib.uns.ac.id
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Lama Pelepasan Tali Pusat Lama pelepasan tali pusat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya: a. Timbulnya infeksi pada tali pusat karena tindakan atau perawatan yang tidak memenuhi syarat kebersihan, misalnya pemotongan tali pusat dengan bambu atau gunting yang tidak steril, atau setelah dipotong tali pusat dibubuhi abu, tanah, minyak dedaunan, kopi, dan sebagainya; b. Cara perawatan tali pusat. Penelitian menunjukkan bahwa tali pusat yang dibersihkan dengan air dan sabun cenderung lebih cepat lepas daripada tali pusat yang dibersihkan dengan alkohol; c. Kelembapan tali pusat. Tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan apapun karena akan membuatnya menjadi lembap. Selain memperlambat pelepasannya tali pusat, juga menimbulkan risiko infeksi; d. Kondisi sanitasi lingkungan sekitar neonatus. Spora Clostridium tetani yang masuk melalui luka tali pusat karena tindakan atau perawatan yang tidak memenuhi syarat kebersihan (Ramadhan, 2008). B. Kerangka Konsep Kerangka konsep pada penelitian ini adalah Penelitian ini menggunakan teknik perawatan tali pusat kasa kering dan terbuka. Mekanisme pelepasan tali pusat dengan perawatan terbuka dimulai dari pengikatan dan pemotongan tali pusat yang mengakibatkan tali pusat
to user tidak mendapat suplai darahcommit (asupan makanan). Denyutan (pulsasi) akan
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berhenti karena suhu luar menyebabkan kontraksi, kemudian pembuluh darah kehilangan air secara mendadak. Tali pusat tidak mendapat aliran darah sehingga menjadi kering dan layu. Pengeringan dan pelepasan tali pusat dipermudah karena terpapar udara. Hilangnya air dari jeli warthon menyebabkan mumifikasi tali pusat segera setelah bayi lahir. Tali pusat akan mengering dan mengalami perubahan morfologi sehingga cepat terlepas dari umbilikus bayi (Cunningham et al, 2006). Mekanisme pelepasan tali pusat dengan perawatan kasa kering yakni mekanisme pelepasan tali pusat terjadi melalui proses nekrosis. Tali pusat tumbuh dari plasenta sehingga suplai makanan untuk perkembangan plasenta terputus saat tali pusat dipotong sehingga terjadi nekrosis. Kematian sel terjadi secara tidak terkontrol yang menyebabkan kerusakan sel. Sel tidak mampu lagi mengompensasi tuntutan perubahan, sehingga sekelompok sel mengalami kematian. Hal tersebut ditandai dengan timbulnya peradangan dan adanya enzim-enzim lisis yang melarutkan berbagai unsur sel. Leukosit akan membantu mencerna sel-sel yang mati dan selanjutnya mulai terjadi perubahan-perubahan secara morfologis, yaitu layu dan mengering kemudian lepas (Nasihah, 2014). Pelepasan tali pusat dengan teknik tertutup tidak secepat teknik perawatan tali pusat terbuka. Tali pusat yang tertutup rapat dengan apapun akan memperlambat pelepasan tali pusat dan membuatnya menjadi lembap (Paisal, 2007). Kelembapan tali pusat merupakan faktor yang memperlambat pelepasannya tali pusat.
commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bayi Baru Lahir Penanganan atau Manajemen Bayi Baru Lahir Perawatan tali pusat Terbuka
Kasa Kering
Mekanisme Pelepasan Tali Pusat Tali pusat dibalut kasa kering
Tali pusat tidak mendapat suplai darah Suplai nutrisi terhenti
Tali pusat tidak mendapat suplai darah Suplai nutrisi terhenti
Suhu Luar (Udara)
Kontraksi
Tidak terjadi pergantian sel
Evaporasi
Sel rusak akut
Jeli Wharton kehilangan air Menyebabkan
Enzim-enzim lisis
Mumifikasi tali pusat Perubahan morfologi Perubahan morfologi tali pusat
Infiltrasi leukosit
Nekrosis
Nekrosis Pelepasan tali pusat
Pelepasan tali pusat Sanitasi Lingkungan
Faktor-faktor yang mempengaruhi lama pelepasan tali pusat Bagan 2.1 Kerangka Konsep
Keterangan: : Variabel Dependen (Terikat) : Variabel Independen (Bebas)
commit to user
Kelembaban tali pusat Infeksi tali pusat
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Hipotesis Berdasarkan landasan teori diatas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah Ha yaitu terdapat perbedaan yang signifikan antara perawatan tali pusat terbuka dan kasa kering dengan lama pelepasan tali pusat pada bayi baru lahir.
commit to user