7
BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Pengertian Manajemen Keuangan Manajemen Keuangan adalah aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk memperoleh sumber modal yang sebanyak-banyaknya atau semaksimal mungkin, dan menggunakannya se-efektif, se-efisien, seproduktif mungkin untuk menghasilkan laba. Aktivitas itu meliputi : a.
Aktifitas Pembiayaan (Financingactivity) Aktivitas pembiayaan ialah kegiatan pemilik dan manajemen perusahaan untuk mencari sumber modal ( sumber eksternal dan internal ) untuk membiayai kegiatan bisnis. 1) Sumber Eksternal a) Modal Pemilik atau modal sendiri (Owner Capital atau Owner Equity). Atau modal saham (Capital Stock ) yang terdiri dari : Saham Istimewa (Preferred Stock) dan Saham Biasa (Common Stock). b) Utang (Debt), Utang Jangka Pendek (Short-term Debt) dan Utang Jangka Panjang (Long-term Debt). c) Lain-lain, misalnya hibah.
7
8
2) Sumber Internal : a) Laba Ditahan (Retained Earning) b) Penyusutan,
amortisasi,
dan
Deplesi
(
Depreciation,
Amortization, dan Deplention) c) Lain-lain, misalnya penjualan harta tetap yang tidak produktif. b. Aktifitas Investasi (Investment activity) aktifitas investasi adalah kegiatan penggunaan dana berdasarkan pemikiran hasil yang sebesar-besarnya dan resiko yang sekecilkecilnya. Aktivitas itu meliputi : 1) Modal Kerja (working Capital) atau harta lancar (Current Assets) 2) Harta Keuangan (Finaceal assets) yang terdiri : investasi pada saham (stock) dan Obligasi (Bond) 3) Harta Tetap (real Assets) yang terdiri dari : Tanah,gedung, Peralatan. 4) Harta Tidak Berwujud (intangible assets) terdiri dari : Hak Paten, Hak Pengelolaan Hutan, Hak Pengelolaan Tambang, Goodwill.
9
2.2
Capital Charges
2.2.1
Pengertian Capital Charges Goei Siauw Hong, John R.Alwi, K. Rajendran menerangkan bahwa “ Capital charges adalah tuntutan investor hutang dan saham atas investasi yang dilakukan oleh mereka di perusahaan.” (2005:57). Mereka menyebutkan pula bahwa “Capital charges merupakan besarnya return minimal yang dituntut oleh investor perusahaan dikalikan dengan besarnya investasi yang diberikan oleh investor perusahaan.” (2005:57). Rumus yang digunakan dalam menghitung Capital charges adalah : Capital charges = Invested capital X Cost of Capital Lebih lanjut David Young menerangkan tentang “Capital charges dimana Capital charges berdasarkan pengembalian yang diharapkan, bukan pada pengembalian historis.” (2002:148). Capital
charges
merupakan
besarnya
minimal
tingkat
pengembalian yang harus perusahaan hasilkan agar tutntutan dari para pemegang saham terhadap modal yang ditanam mereka dapat dipenuhi oleh pihak manajemen. Dimana biasanya para pemegang saham menghitungnya pada saat awal tahun sebagai dasar untuk pihak manajemen agar dapat memenuhi tuntutan yang mereka minta. Capital charges sendiri dapat dijadikan dasar bagi perusahaan untuk menghasilkan laba yang besar. Dikarenakan laba yang dihasilkan belum tentu dapat memenuhi Capital charges yang diminta oleh para
10
pemegang saham. Untuk itu hal ini perlu diingat oleh pihak manajemen sebagai pihak yang menjalankan operasional perusahaan. Agar nantinya kedepan perusahaan tidak mengalami kesulitan dalam hal pencarian dana untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan.
2.2.2
Cost of Capital (Biaya Modal) Biaya modal merupakan faktor pembeda dari perhitungan kinerja keuangan konvensional. Pada perhitungan konvensional, biaya modal dianggap gratis dan hanya memperhitungkan biaya bunga yang merupakan cost of debt. Sedangkan untuk cost of equity — biaya yang timbul akibat modal yang sudah tertanam menyebabkan investor kehilangan peluang mendapatkan return terbaik di tempat lain dengan tingkat risiko setara — tidak tecermin di laba bersih. Dalam perhitungan EVA biaya modal diperhitungkan sehingga nilainya lebih kecil dari laba bersih. Biaya modal (Bambang Riyanto, 2003:245) merupakan ”konsep yang sangat penting dalam pembelanjaan perusahaan. Konsep ini dimaksudkan untuk dapat menentukan besarnya biaya yang secara riil harus ditanggung oleh perusahaan untuk memperoleh dana dari suatu sumber”.
11
Menurut David Young (2002:148) biaya modal merupakan ”tingkat pengembalian yang diharapkan oleh penyedia dana, jika modal itu diinvestasikan di tempat lain, dalam suatu proyek, aktiva, atau perusahaan dengan resiko yang sebanding.” Dari pengertian diatas dapat dipelajari dua pelajaran mengenai pelajaran tentang biaya modal yaitu : a. Biaya modal berdasarkan pengembalian yang diharapkan, bukan pada pengembalian historis. b. Biaya
modal
adalah
biaya
kesempatan
yang
mencerminkan
pengembalian yang diharapkan investor dari investasi lain dengan resiko yang serupa. Biaya modal sendiri mengandung elemen resiko, dimana elemen resiko adalah elemen yang penting untuk memahami biaya modal dan bagaimana menghitungnya. Setiap investor inginnya menghindar resiko, mereka lebih menyukai resiko kecil dalam hal menanam investasi atas modal yang mereka punya..
2.2.3
Invested capital (Modal Investasi) Menurut David Young dan Stephen O’Byrne, “Invested capital atau modal yang diinvestasikan adalah jumlah seluruh keuangan perusahaan, terlepas dari kewajiban jangka pendek, passiva
yang
tidak
menanggung
bunga
(non-interest-bearing
12
liabilities), seperti hutang, upah yang akan jatuh tempo (accrued wages), dan pajak yang akan jatuh tempo (accrued taxes).” (2002:39). Atau dapat dikatakan juga bahwa modal yang diinvestasikan sama dengan jumlah ekuitas pemegang saham, seluruh utang jangka pendek dan jangka panjang yang menanggung bunga, hutang, dan kewajiban jangka panjang lainnya. Invested capital atau modal yang diinvestasikan dihitung dengan cara : Utang Jangka Pendek + Utang jangka panjang (termasuk obligasi) + Utang jangka panjang lainnya (pajak ditangguhkan dan provisi) + Ekuitas pemegang saham (termasuk bunga minoritas) = Modal yang diinvestasikan (David Young dan Stephen O’Byrne 2002:49)
2.3
Net Operating Profit After Tax (NOPAT)
2.3.1
Pengertian NOPAT NOPAT didefinisikan oleh G.Bennet Steward sebagai, “The profit derived from company’s after tax but before financing cost and non-cashbookkeeping entries. As such, NOPAT also is the total pool of profits available to providers of capital to the firms.”(2006: 86). NOPAT dapat juga dikatakan sebagai jumlah laba yang didapat dari operasi perusahaan setelah pajak tetapi sebelum membiayai biayabiaya dan memasukkan pembukuan yang bukan tunai atau jumlah laba
13
yang tersedia untuk memberikan pengembalian tunai kepada semua penyedia dana untuk modal perusahaan. Perhitungan NOPAT ini dilakukan melalui income statement perusahaan, yaitu laporan operasi perusahaan tentang penghasilan yang didapat, biaya-biaya yang dikeluarkan dan laba atau rugi yang diperoleh perusahaan selama periode tertentu.
2.4
Economic Value Added (EVA)/ Nilai Tambah Ekonomis
2.4.1 Pengertian Economic Value Added Economic Value Added (EVA) merupakan indikator internal yang mana digunakan untuk mengukur kekayaan pemegang saham yang diciptakan oleh perusahaan dimana tempat para pemegang saham menginvestasikan modal mereka. Menurut majalah Fortune, EVA telah banyak digunakan oleh berbagai perusahaan besar di Amerika Serikat. Dalam situsnya juga G. Bennet sebagai pemilik dari trademark EVA ini menyebutkan bahwa banyak perusahaan besar telah menggunakan EVA sebagai alat perhitungan terhadap penciptaan kekayaan para pemegang saham. Perusahaan –perusahaan tersebut seperti Coca-cola, AT&T, Quaker Oats dan lainnya. EVA mengukur seberapa efisien opersional perusahaan yang dijalankan dengan menggunakan modal untuk menciptakan nilai tambah. Nilai tambah ekonomis tercipta jika perusahaan dapat menghasilkan pengembalian yang melebihi biaya modal.
14
Menurut Amin widjaja, “Economic Value Added (EVA) adalah suatu sistem manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan, yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi dan biaya modal.” (2005:11). EVA memberikan tolok ukur yang baik tentang apakah perusahaan telah memberikan nilai tambah kepada pemegang saham. Oleh karena itu, jika manajer memfokuskan pada EVA, maka hal ini akan membantu memastikan bahwa mereka beroperasi dengan cara yang konsisten untuk memaksimalkan nilai pemegang saham.
2.4.2
Manfaat EVA Beberapa alasan mengapa EVA lebih tepat digunakan yaitu : a) Konsep ini dapat berdiri sendiri tanpa perlu dibandingkan dengan perusahaan sejenis ataupun membuat suatu analisa kecenderungan dengan tahun-tahun sebelumnya. b) Konsep ini menyajikan ukuran yang secara adil mempertimbangkan harapan-harapan kreditur dan pemegang saham. c) Konsep ini sangat membantu dalam memberikan pertimbangan keputusan
manajemen
secara tepat
seperti
penetapan
tujuan,
penganggaran modal, insentif, penilaian kinerja dan komunikasi dengan pimpinan tingkat atas. Lebih tepatnya EVA dapat digunakan
15
sebagai dasar untuk menerapkan sistem manajemen keuangan yang terintegrasi secara lengkap. (G. Bennet .S : 2004) EVA sangat bermanfaat bagi penilai kinerja perusahaan di mana fokus penilaian kinerja adalah pada penciptaan nilai (value creation). Penilaian kinerja dengan menggunakan pendekatan EVA menyebabkan perhatian manajemen sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Dengan EVA, para manajer akan berpikir dan juga bertindak seperti halnya pemegang saham, yaitu memilih investasi yang memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimumkan. Hasil penelitian di Amerika Serikat ternyata menunjang digunakannya EVA sebagai pengukur kinerja perusahaan. Lehn dan Makhija (2002:88) meneliti kaitan antara berbagai pengukur kinerja seperti EVA (Economic Value Added), ROA (Return on Assets), dan ROE (Return on Equity) dengan tingkat pengembalian saham (stock return), yang secara umum dianggap sebagai pengukur terbaik dari kinerja perusahaan.
2.4.3 Penilaian EVA Menurut Gatot Wijayanto (2004) penilaian EVA dapat dinyatakan sebagai berikut: a.
Apabila EVA > 0, berarti nilai EVA positif yang menunjukkan telah terjadi proses nilai tambah pada perusahaan.
16
b.
Apabila EVA = 0 menunjukkan posisi impas atau Break Event Point.
c.
Apabila EVA <0, yang berarti EVA negatif menunjukkan tidak terjadi proses nilai tambah. Tabel 2.1 Hasil Penilaian EVA
Nilai EVA
Pengertian
Laba Perusahaan
EVA > 0
hal ini berarti bahwa tingkat pengembalian yang
Positif
dihasilkan perusahaan lebih tinggi daripada tingkat pengembalian yang dituntut investor. Keadaan ini menunjukkan
bahwa
perusahaan
mampu
menciptakan nilai bagi para pemegang saham. Semakin besar angka EVA positif yang dihasilkan berarti semakin bagus pula kinerja perusahaan itu dan menandakan bahwa menajemen telah menjalankan perusahaan dengan baik. EVA = 0
hal ini berarti bahwa tingkat pengembalian yang dihasilkan
perusahaan
sama
dengan
Positif
tingkat
pengembalian yang dituntut investor. Keadaan ini menunjukkan bahwa perusahaan dalam posisi impas. EVA < 0
hal ini berarti bahwa tingkat pengembalian yang
Tidak dapat
dihasilkan perusahaan lebih rendah daripada tingkat
ditentukan, namun
pengembalian yang dituntut investor. Keadaan ini
jika pun ada laba,
menunjukkan bahwa perusahaan belum mampu
tidak sesuai dengan
menciptakan nilai bagi para pemegang saham.
yang diharapkan.
Semakin besar angka EVA negatif yang dihasilkan berarti semakin besar pula nilai pemegang saham yang dihancurkan oleh manajemen perusahaan. Dan hal ini dapat dikatakan kinerja keuangan perusahaan kurang bagus.
17
2.4.4 Perhitungan Economic Value Added Besarnya EVA menurut S. David Young (2002:39) dapat dirumuskan sebagai berikut : EVA = NOPAT – Capital charge
2.4.5
Hal – hal yang diperlukan dalam manghitung EVA a. Neraca: 1). Hutang jangka panjang 2). Jumlah modal b. Laporan Laba Rugi: 1). Beban bunga 2). Laba setelah pajak 3). Pajak perusahaan c. Lain – lain: 1). Closing price
2.4.6
Langkah-Langkah Penghitungan EVA Adalah Sebagai Berikut (Tunggal, 2002:86) a. Menghitung NOPAT (Net Operating Profit After Tax) NOPAT dapat diperoleh dari laporan laba perusahaan yaitu data mengenai pendapatan bersih setelah pajak dan besarnya biaya bunga yang ditanggung perusahaan.
18
b. Menghitung WACC ( Weighted Avarage Cost of Capital ) WACC adalah jumlah biaya masing-masing komponen modal, misalnya jumlah dari masing-masing komponen modal misalnya pinjaman jangka pendek dan pinjaman jangka panjang serta setoran modal saham yang diberikan bobot sesuai dengan proporsinya dalam struktur modal perusahaan. Untuk menghitung WACC, menurut S. David Young (2001:39) dapat dirumuskan sebagai berikut : WACC =
utang/pembiyaan modal (biaya utang) (1-T) + ekuitas/pembiyaan total (biaya ekuitas)
Dimana pembiayaan total adalah jumlah dari nilai pasar dari utang dan pembiyaan ekuitas, dan T adalah tingkat pajak perusahaan. c. Menghitung Capital Charges Capital Charges adalah aliran kas yang dibutuhkan untuk mengganti para investor atas resiko usaha dari modal yang ditanamkan. Biaya modal adalah tingkat pengembalian yang harus dihasilkan
oleh
perusahaan
atas
investasi
proyek
untuk
mempertahankan nilai pasar sahamnya. d. Menghitung Economic Value Added (EVA) EVA dapat didefinisikan sebagai suatu sistem manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan, yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi dan biaya modal.
19
EVA dapat dihitung dari laba sebelum beban bunga dan pajak dikurangi beban pajak dikurangi biaya modal. Berdasarkan pendapat yang ada dapat disimpulkan bahwa EVA adalah sebuah alat ukur untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan. Dimana untuk menjadi alat pengukur kinerja, EVA dihitung sebagai berikut : Penjualan bersih - Biaya operasi = Laba operasi (pendapatan sebelum bunga dan pajak, EBIT)- Pajak = Laba operasi bersih sesudah pajak (NOPAT) - Biaya modal (modal yang diinvestasikan x biaya modal) = EVA (David Young dan Stephen O’Byrne 2002:32)
2.5
Analisis EVA Perusahaan menghasilkan serangkaian data keuangan yang sangat banyak, dimana hal ini harus digunakan untuk membentuk pengukuran yang akan memberikan manfaat terhadap penciptaan EVA. EVA sebagai pengukur kinerja perusahaan. Lehn dan Makhija (2002:88) meneliti kaitan antara berbagai pengukur kinerja seperti EVA (Economic Value Added), ROA (Return on Assets), dan ROE (Return on Equity) dengan tingkat pengembalian saham (stock return), yang secara umum dianggap sebagai pengukur terbaik dari kinerja perusahaan.