BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Analisa dan Perancangan Sistem Informasi 2.1.1 Pengertian Analisa dan Perancangan Sistem Informasi Menurut Mcleod (2001, p88), analisa sistem adalah penelitian suatu sistem yang telah ada dengan tujuan untuk merancang sistem baru atau diperbaharui. Sedangkan menurut Jeffrey L. Whitten, et al (2004, p165-166), analisa sistem adalah teknik pemecahan masalah dengan cara memecahkan sistem ke dalam komponen-komponen dengan tujuan mempelajari komponen tersebut bekerja dan berinteraksi untuk menyelesaikan tujuan mereka. Perancangan sistem merupakan pelengkap dari analisa sistem ke dalam suatu sistem yang utuh dengan tujuan mendapatkan sistem yang lebih baik. Ada enam tahap analisis sistem: 1.
Mengumumkan penelitian sistem. Ketika perusahaan menerapkan sistem baru, manajemen bekerja sama dengan pekerja perihal sistem baru tersebut.
2.
Mengorganisasikan tim proyek.
3.
Mendefinisikan kebutuhan informasi. Melalui wawancara perorangan, pengamatan, pencarian catatan dan survey.
4.
Mendefinisikan kriteria kinerja sistem Setelah kebutuhan informasi manajer didefinisikan, langkah selanjutnya adalah menspesifikasi secara tepat apa yang harus dicapai oleh sistem.
5.
Menyiapkan usulan rancangan
8
9
Analisa sistem memberikan kesempatan bagi para manajer untuk membuat keputusan terusan atau hentikan untuk kedua kalinya. 6.
Menyetujui atau menolak rancangan proyek Manajer dan komite pengarah sistem informasi manajemen mengevaluasi usulan rancangan dan menentukan apakah memberi persetujuan atau tidak. Sedangkan menurut McLeod (2001, p238), perancangan sistem adalah
penentuan proses dan data yang diperlukan oleh sistem baru, jika sistem itu berbasis komputer, perancangan dapat menyertakan spesifikasi peralatan yang akan digunakan. Tahap perancangan sistem: 1.
Menyiapkan rancangan sistem yang terinci. Analis bekerjasama dengan pemakai dan mendokumentasikan rancangan sistem baru dengan alat-alat yang dijelaskan dalam modul teknis.
2.
Mengidentifikasikan berbagai alternatif sistem. Analis harus mengidentifikasikan konfigurasi peralatan komputer yang akan memberikan hasil terbaik bagi sistem untuk menyelesaikan pemrosesan.
3.
Mengevaluasi berbagai alternatif konfigurasi sistem. Analis bekerjasama dengan manajer mengevaluasi berbagai alternatif. Alternatif yang dipilih adalah yang paling memungkinkan subsistem memenuhi kriteria kinerja, dengan kendala-kendala yang ada.
10
4.
Memilih konfigurasi terbaik. Analis mengevaluasi konfigurasi subsistem dan menyesuaikan dengan kombinasi peralatan sehingga semua subsistem menjadi satu konfigurasi tunggal. Setelah selesai analis membuat rekomendasi kepada manajer untuk disetujui.
5.
Menyiapkan usulan penerapan. Analis menyiapkan ikhtisar tugas-tugas penerapan yang harus dilakukan.
6.
Menyetujui atau menolak penerapan sistem. Jika keuntungan yang diharapkan dari sistem melebihi biayanya, penerapan akan disetujui. Dari kutipan-kutipan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa perancangan
sistem merupakan proses penerjemahan kebutuhan pemakai informasi ke dalam suatu rancangan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dan memberi gambaran yang lebih jelas untuk dijadikan pertimbangan. Fact-finding technique adalah teknik yang digunakan untuk menguraikan semua perkembangan siklus tetapi sangat kritis dalam keperluan fase analisis. Setelah fact finding diselesaikan tools seperti use cases data models, process models dan objects models akan digunakan dalam fakta dokumen dan akhirnya digambarkan melalui fakta-fakta tersebut (Bentley, 2004, p239) 2.1.2 Software Development Life Cycle (SDLC) Software development life cycle (SDLC) adalah sumber daya yang bisa mengumpulkan, mengatur , mengontrol dan menyebarkan dari suatu informasi menuju suatu organisasi. Database adalah suatu komponen pokok dari suatu
11
sistem informasi dan dikembangkan dan digunakan untuk menunjukkan dari perspektif luas dari suatu syarat organisasi. Oleh karenanya siklus dari suatu sistem informasi organisasi merupakan turunan yang dihubungkan ke siklus sistem database yang mendukung. Tahap dari SDLC termasuk diantaranya : perencanaan, mengumpulkan persyaratan dan analisis, desain , prototyping , implementasi, uji coba , konversi dan pemeliharaan operasional .(Conolly , 2006, p282-283) Waterfall model terkadang disebut classic life cycle, menganjurkan secara sistematis pendekatan sekuensial pada perkembangan software yang diawali keperluan spesifikasi pelanggan dan perkembangan melalui planning, modeling, construction, dan deployment yang diakhiri dengan dukungan langsung dari software secara menyeluruh
(Pressman, 2008, p79).Berikut ini ada dua gambaran dari
waterfall model. Fase-fase dalam model waterfall menurut referensi Pressman:
Gambar 2.1 Waterfall Pressman 1. Communication Langkah ini merupakan analisis terhadap kebutuhan software, dan tahap untuk mengadakan
pengumpulan
data
dengan
melakukan
pertemuan
dengan
12
customer,maupun mengumpulkan data-data tambahan baik yang ada di jurnal, artikel,maupun dari internet. 2. Planning Proses planning merupakan lanjutan dari proses communication (analysis requirement). Tahapan ini akan menghasilkan dokumen user requirement atau bisa dikatakan sebagai data yang berhubungan dengan keinginan user dalam pembuatan software, termasuk rencana yang akan dilakukan. 3. Modeling Proses modeling ini akan menerjemahkan syarat kebutuhan ke sebuah perancangan software yang dapat diperkirakan sebelum dibuat coding. Proses ini berfokus pada rancangan struktur data, arsitektur software, representasi interface, dan detail (algoritma) prosedural. Tahapan ini akan menghasilkan dokumen yang disebut software requirement. 4. Construction Construction merupakan proses membuat kode. Coding atau pengkodean merupakan penerjemahan desain komputer.Programmer
akan
dalam
bahasa
menerjemahkan
yang bisa
transaksi
yang
dikenali
oleh
diminta
oleh
user.Tahapan inilah yang merupakan tahapan secara nyata dalam mengerjakan suatu software, artinya penggunaan komputer akan dimaksimalkan dalam tahapan ini.Setelah pengkodean selesai maka akan dilakukan testing terhadap sistem yang telah dibuat tadi. Tujuan testing adalah menemukan kesalahan-kesalahan terhadap sistem tersebut untuk kemudian bisa diperbaiki.
13
5. Deployment Tahapan ini bisa dikatakan final dalam pembuatan sebuah software atau sistem.Setelah melakukan analisis, desain dan pengkodean maka sistem yang sudah jadi akan digunakan oleh user. Kemudian software yang telah dibuat harus dilakukan pemeliharaan secara berkala.Kelebihan dari model ini adalah selain karena pengaplikasian menggunakan model ini mudah, kelebihan dari model ini adalah ketika semua kebutuhan sistem dapat didefinisikan secara utuh, eksplisit, dan benar di awal proyek, maka Software Engineering (SE) dapat berjalan dengan baik dan tanpa masalah.Meskipun seringkali kebutuhan sistem tidak dapat didefinisikan seeksplisit yang diinginkan, tetapi paling tidak, problem pada kebutuhan sistem di awal proyek lebih ekonomis dalam hal uang (lebih murah), usaha, dan waktu yang terbuang lebih sedikit jika dibandingkan problem yang muncul pada tahap-tahap selanjutnya. Kekurangan yang utama dari model ini adalah kesulitan dalam mengakomodasi perubahan setelah proses dijalani. Fase sebelumnya harus lengkap dan selesai sebelum mengerjakan fase berikutnya. Masalah dengan waterfall : 1. Perubahan sulit dilakukan karena sifatnya yang kaku. 2. Karena sifat kakunya, model ini cocok ketika kebutuhan dikumpulkan secara lengkap sehingga perubahan bisa ditekan sekecil mungkin. Tapi pada kenyataannya jarang sekali konsumen/pengguna yang bisa memberikan kebutuhan secara lengkap, perubahan kebutuhan adalah sesuatu yang wajar terjadi.
14
3. Waterfall pada umumnya digunakan untuk rekayasa sistem yang besar yaitu dengan proyek yang dikerjakan di beberapa tempat berbeda, dan dibagi menjadi beberapa bagian sub-proyek. 2.1.3 Database life cycle (DBLC) Database life cycle (DBLC) merupakan komponen pokok dari suatu sistem informasi organisasi yang luas dan merupakan turunan yang berhubungan dengan software development life cycle (SDLC). Tahapan dari DBLC yaitu : 1. Perencanaan database yaitu merencanakan bagaimana tahapan dari siklus yang bisa dicapai seefisien dan seefektif mungkim 2. Definisi sistem yaitu menspesifikasikan ruang lingkup dan batasan dari sistem database termasuk pandangan pengguna, penggunanya sendiri, dan area aplikasi 3. Pengumpulan persyaratan dan analisis yaitu mengumpulkan dan menganalisis syarat yang diperlukan untuk system database yang baru 4. Desain database yaitu desain konseptual, logikal dan fisikal dari suatu database 5. Seleksi DBMS (opsional) yaitu memilih DBMS yang cocok dengan system database 6. Desain aplikasi yaitu mendisain user interface dan program –program aplikasi yang digunakan dan memproses database 7. Prototyping(opsional) yaitu membangun sebuah model kerja dari suatu system database, yang menerima pendesain atau pengguna untuk
15
memvisualisasi dan mengevaluasi bagaimana system final bekerja dan berfungsi 8. Implementasi yaitu membuat definisi database fisikal dan programprogram aplikasi 9. Konversi datan dan loading yaitu data diambil dari system lama ke system yang baru memungkinkan konversi aplikasi yang sudah ada untuk bekerja di system yang baru 10. Uji coba yaitu system database harus telah di uji coba terhadap error dan telah di validasi sesuai dengan syarat yang dispesifikasikan oleh user 11. Pemeliharaan
operasional
yaitu
sistam
database
harus
telah
dilaksanakan seluruhnya. System akan terus di monitor dan di pelihara. Bila perlu persyaratan baru yang tergabung ke dalam system databse melalui tahap awal dari siklus (life cycle). (Conolly , 2006, p283-285) 2.2 Sistem Informasi Geografis 2.2.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis (SIG) Menurut ESRI tahun 1990 dalam Hardi et al, (2010), SIG adalah kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi dan personil yang dirancang secara efisien untuk memperoleh, menyimpan, mengubah, memanipulasi dan menampilkan semua bentuk informasi yang berkaitan dengan geografi. Menurut Bernhardsen (1992) dalam Hardi et al, (2010), SIG adalah sistem komputer yang digunakan untuk memanipulasi data geografi. Sistem ini diimplementasikan dengan perangkat keras dan perangkat lunak komputer yang
16
berfungsi untuk akuisisi dan verifikasi data, kompilasi data, penyimpanan data, perubahan dan pembaharuan data, manajemen dan pertukaran data, manipulasi data, pemanggilan dan persentasi data dan analisa data. Sedangkan menurut Prahasta (2005, P49) dalam Hardi et al, (2010), SIG merupakan suatu kesatuan formal yang terdiri dari berbagai sumber daya fisik dan logika yang berkenaan dengan objek-objek yang terdapat di permukaan bumi. Jadi SIG merupakan kumpulan data geografi (spasial) dan data dokumen (nonspasial) yang terorganisir dan dapat dimanipulasi.
2.2.2 Subsistem Sistem Informasi Geografis (SIG) Sistem Informasi Geografis dapat diuraikan menjadi beberapa subsistem (Prahasta, 2005, P56) dalam Hardi et al, (2010), yaitu : 1. Data Input Subsistem ini bertugas untuk mengumpulkan dan mempersiapkan data spasial dan atribut dari berbagai sumber. Subsistem ini pula yang bertanggung jawab dalam mengkonversi atau mentranformasikan format-format yang dapat digunakan oleh sistem informasi geografi. 2. Data Output Subsistem ini menampilkan atau menghasilkan keluaran seluruh atau sebagian basis data baik dalam bentuk softcopy maupun dalam bentuk hardcopy seperti tabel, grafik, peta, dan lain-lain. 3. Data Management Subsistem ini mengorganisasikan baik data spasial maupun atribut ke dalam sebuah basis data sedemikian rupa sehingga mudah dipanggil, diperbaharui, dan diperbaiki.
17
4. Data Manipulation and Analysis Subsistem ini menentukan informasi-informasi yang dapat dihasilkan oleh sistem informasi geografis. Selain itu, subsistem ini juga melakukan manipulasi dan pemodelan data untuk menghasilkan informasi yang diharapkan. Uraian dari subsistem-subsistem tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.2 Uraian Subsistem-subsistem SIG 2.2.3 Komponen Sistem Informasi Geografis (SIG) Komponen-komponen SIG terdiri dari : 1.
Perangkat Keras (hardware)
SIG membutuhkan komputer untuk menyimpan dan memproses data. SIG dengan skala yang kecil membutuhkan PC (Personal Computer) yang kecil untuk menjalankannya, namun ketika sistem menjadi besar dibutuhkan komputer yang lebih besar serta host untuk client machine yang mendukung penggunaan multiple user. Perangkat keras yang digunakan dalam SIG memiliki spesifikasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan sistem informasi lainnya. Ini dikarenakan penyimpanan
18
data yang digunakan dalam SIG baik data raster maupun data vector membutuhkan ruang yang besar dan dalam proses analisisnya membutuhkan memori yang besar dan processor yang cepat. Selain itu diperlukan juga digitizer untuk mengubah peta ke dalam bentuk digital. 2.
Perangkat Lunak (software)
Perangkat lunak dalam SIG haruslah mampu menyediakan fungsi dan tool untuk melakukan penyimpanan data, analisis dan menampilkan informasi geografi. Dengan demikian, elemen yang harus terdapat dalam komponen perangkat lunak SIG adalah : a.
Tool untuk melakukan input dan transformasi data geografi.
b.
Sistem manajemen basis data.
c.
Tool yang mendukung manipulasi geografi, analisa dan visualisasi.
Graphical User Interface (GUI) untuk memudahkan akses pada tool geografi. Ada banyak perangkat lunak SIG yang dapat kita gunakan, diantaranya adalah Map Info, Arc Info, Arc View, Arc GIS dan masih banyak lainnya. 3.
Data
Menurut McLeod (2004, P12) dalam Hardi et al, (2010), data merupakan fakta-fakta dan angka-angka yang relatif tidak berarti bagi pemakai. Sedangkan Laudon (2003, P8) dalam Hardi et al, (2010), mendeskripsikan data sebagai berkas-berkas fakta yang masih mentah yang menggambarkan kejadian-kejadian yang terjadi di dalam perusahaan/organisasi atau di lingkungan fisik sebelum di susun dalam bentuk yang dapat dimengerti dan digunakan oleh pemakai. Jenis data yang digunakan dalam sistem informasi geografi adalah data spasial (peta) dan data non-spasial (keterangan/atribut).
19
Perbedaan antara 2 jenis data tersebut adalah sebagai berikut : a. Data Spasial Data spasial adalah data sistem informasi yang terpaut pada dimensi ruang dan dapat digambarkan dengan berbagai komponen data spasial, yaitu : 1.
Titik
Titik merupakan representasi grafis yang paling sederhana untuk suatu objek. Representasi ini tidak memiliki dimensi tetapi dapat diidentifikasi di atas peta dan dapat ditampilkan pada layar monitor dengan menggunakan simbol-simbol. Titik dapat mewakili objek-objek tertentu berdasarkan skala yang ditentukan, misalnya letak bangunan, kota, dan lain-lain. 2.
Garis.
Garis adalah bentuk linier yang akan menghubungkan paling sedikit dua titik dan digunakan untuk merepresentasikan objek-objek satu dimensi. Batas-batas poligon merupakan garis-garis, demikian pula dengan jaringan listrik, saluran buangan, jalan, sungai, dan lain sebagainya. 3.
Poligon
Poligon digunakan untuk merepresentasikan objek-objek dua dimensi. Suatu danau, batas propinsi, batas kota, batas-batas persil tanah milik adalah tipetipe entitas yang pada umumnya direpresentasikan sebagai poligon. Suatu poligon paling sedikit dibatasi oleh tiga garis yang saling terhubung diantara ketiga titik tersebut.
Gambar 2.3 Komponen-komponen Data Spasial
20
b. Data Non-spasial (atribut) Data atribut adalah data yang mendeskripsikan karakteristik atau fenomena yang dikandung pada suatu objek data dalam peta dan tidak mempunyai hubungan dengan posisi geografi. Contoh : data atribut suatu sekolah berupa jumlah murid, jurusan, jenis kelamin, agama, beserta atribut-atribut lainnya yang masih mungkin dimiliki dan diperlukan. Atribut dapat dideskripsikan secara kualitatif dan kuantitatif. Pada pendeskripsian secara kualitatif, kita mendeskripsikan tipe, klasifikasi, label suatu objek agar dapat dikenal dan dibedakan dengan objek lain, misalnya : sekolah, rumah sakit, hotel, dan sebagainya. Bila dilakukan secara kuantitatif, data objek dapat diukur atau dinilai berdasarkan skala ordinat atau tingkatan, interval atau selang, dan rasio atau perbandingan dari suatu titik tertentu. Contohnya, populasi/jumlah siswa di suatu sekolah 500-600 siswa, berprestasi, jurusan, dan sebagainya. 4. Metode Untuk menghasilkan SIG sesuai dengan yang diinginkan, maka SIG harus direncanakan dengan matang dengan menggunakan metologi yang benar. SIG yang baik memiliki keserasian antara rencana desain yang baik dan aturan dunia nyata, yaitu metode, model dan implementasi akan berbeda-beda untuk setiap permasalahan. 5. Manusia Teknologi SIG tidak akan bermanfaat tanpa manusia yang mengelola sistem dan membangun perencanaan untuk diaplikasikan sesuai dunia nyata. Sumber daya manusia sangat diperlukan untuk mendefinisikan, menganalisa, mengoperasikan serta menyimpulkan masalah yang sedang dihadapi dalam pembuatan SIG.
Pemakai pada SIG terdiri dari beberapa tingkatan, dari
21
tingkatan spesialis teknis yang mendesain dan memelihara sistem sampai pada pengguna yang menggunakan SIG untuk membantu pekerjaan sehari-hari.
2.2.4 Analisa Data Pada Sistem Informasi Geografis (SIG) Ada berbagai macam jangkauan fungsi untuk analisa data yang tersedia dalam kebanyakan
paket
SIG,
termasuk
didalamnya
adalah
teknik
pengukuran
(measurement technique), query atribut (attribute query), analisa kedekatan (proximity analysis), operasi overlay (overlay operation), dan analisa model permukaan (surfaces) serta jaringan (networking). Langkah awal untuk memahami analisa data spasial dalam SIG adalah mengetahui tentang terminologi yang digunakan. Mencari istilah standard menjadi hal yang sulit sejak berbagai paket perangkat lunak SIG sering kali menggunakan kata yang berbeda-beda untuk menjelaskan suatu fungsi yang sama, dan individu dengan latar belakang suatu bidang tertentu cenderung lebih senang menggunakan istilah-istilah sendiri. Adapun terminolgi yang digunakan adalah sebagai berikut : Tabel 2.1 Terminologi SIG Istilah Entitas
Atribute
Fitur
Layer Data
Definisi Titik, garis, area indifidual dalam suatu database SIG. Data tentang entitas. Dalam SIG vector dapat disimpan dalam database, sedangkan dalam SIG raster nilai suatu sel dalam grid raster merupakan kode numeric yang digunakan untuk mewakili ada tidaknya suatu attribute. Suatu objek dalam dunia nyata yang akan diterjemahkan dalam database Sistem Informasi Geografi. Suatu set data untuk kepentingan SIG. Layer data dalam SIG biasanya mengandung data dari satu tipe entitas
22
Gambar
Sel Fungsi atau Operasi Algoritma
saja. Layer data dalam SIG raster harus diingat bahwa setiap sel dalam gambar raster akan membawa suatu nilai tunggal yang berfungsi sebagai kunci attribute yang ada didalamnya. Suatu titik atau pixel tunggal dalam gambar raster. Prosedur analisis data yang dilakukan oleh SIG. Implementasi komputer sebagai urutan aksi yang dirancang untuk memecahkan suatu masalah.
2.2.5 Format Penyajian Data Peta Bentuk penyajian data peta geografi dalam Sistem Informasi Geografi (SIG), antara lain : 1.
Format Vector Menurut Eddy Prahasta(2001, p158) dalam Hardi et al, (2010), format vector
adalah format yang menampilkan, menempatkan dan menyimpan data spasial dengan menggunakan titik, garis, poligon beserta atributenya. Bentuk-bentuk dasar representasi data spasial dalam format vector didefinisikan oleh sistem kordinat dua dimensi. Istilah-istilah dalam format vector adalah : a. Titik (Point) Digunakan untuk mereprensentasikan fitur yang terlalau kecil untuk dapat direpresentasikan sebagai area yang terdiri dari lokasi geografi dan rincian dari fitur tersebut. Contoh : Lokasi gunung berapi, hotel, rumah sakit, restoran dan sebagainya.
23
b. Garis (line) Garis merupakan kumpulan dari titik-titik. Digunakan untuk merepresentasikan batas wilayah sungai dan jalan. c. Bidang (area) Merupakan bidang tertutup oleh garis, biasanya disajikan dalam bentuk poligon digunakan untuk menggambarkan suatu wilayah.
Gambar 2.4 Format Data Vektor 2.
Format Raster Menampilkan,
menempatkan
dan
menyimpan
data
spasial
dengan
menggunakan struktur matrix atau pixel (Picture Element) yang membentuk grid. Setiap pixel memiliki attributenya masing-masing termasuk kordinatnya yang unik. Format ini sangat tergantung pada resolusi atau ukuran pixelnya dipermukaan bumi. Menurut Eddy Prahasta(2001, p146) dalam Hardi et al, (2010), entitas spasial raster disimpan dalam layer secara fungsionalitas direalisasikan dengan unsur-unsur petanya. Contoh sumber entitas spasial raster adalah citra satelit, citra radar dan model ketinggian. Kelebihan format raster yaitu dalam memperoleh data raster lebih mudah dan cepat serta memiliki struktur data yang lebih sederhana. Kekurangannya adalah memerlukan memori yang besar, transfer kordinat dan proyeksi serta representasi hubungan topologi lebih sulit dilakukan.
24
2.2.6 Fungsi Analisis SIG Hampir semua software SIG menyediakan fasilitas untuk membangun model yang rumit (komplek) dengan mengkombinasikan fungsi-fungsi analitis. Sistem menyediakan berbagai fungsi pemodelan spasial yang rumit sampai fungsi yang spesifik. Meskipun demikian, hampir semua sistem software SIG penyediakan seperangkat fungsi analisis standar yang memungkinkan pengguna meng-akses data secara logical. Aronoff membagi 4 kategori fungsi analisis SIG, yaitu: 1. Retrieval, Reclassification and Generalization a. Operasi retrieve data Operasi retrieval dapat dilakukan pada data spasial dan data atribut. Seringkali data di-retrieve secara selektif berdasarkan sebagian dari data atribut dan ditampilkan secara spasial. Meliputi pencarian data, manipulasi data, dan keluaran data tanpa merubah lokasi feature geografi atau membuat entiti baru b. Reklasifikasi (Reclasification) Reklasifikasi adalah mengklasifikasi kembali data spasial (atribut) menjadi data spasial yang baru dengan menggunakan kriteria tertentu. Misalnya dengan data spasial ketinggian permukaan bumi (topografi), dapat diturunkan data spasial kemiringan. Reklasifikasi melibatkan pemilihan dan penyajian dari layer layer data yang dipilih berdasarkan kelas-kelas atau nilai-nilai dari atribut tertentu, misalnya reklasifikasi layer Tutupan Lahan, dimana area hutan dan area semak dikelaskan menjadi area non budidaya (satu layer data dikelaskan berdasarkan kisaran nilai-nilai atribut tertentu). Dengan demikian maka reklasifikasi adalah suatu teknik mengeneralisir atribut. Tipe dari fungsi ini adalah dengan menggunakan teknik pemolaan polygon seperti pengarsiran dan atau pewarnaan auntuk penyajian
25
spasialnya. Pada SIG yang berbasis vektor, batas-batas antar polygon umumnya nilainilai reklasifikasi dengan operasi penggabungan (dissolved) untuk membentuk suatu peta yang kontinyu dan seragam. Pada reklasifikasi raster pada dasarnya melibatkan penggabungan batas-batasnya. Penggabungan batas-batas peta yang didasarkan atas suatu nilai atribut tertentu seringkali dilakukan untuk membuat satu layer data baru. Hal ini sering dilakukan untuk kejelasan visual didalam pembuatan peta turunannya. Hampir semua software SIG menyediakan kemampuan untuk secara mudah penggabungan batas-batas berdasarkan hasil suatu reklasifikasi. Beberapa sistem memungkinkan pengguna membuat satu layer data baru untuk reklasifikasi saat yang lainnya melakukan penggabungan batas-batas selama output data. Satu yang dapat dilihat bagaimana kemampuan query DBMS adalah suatu kebutuhan didalam proses reklasifikasi. Kemampuan didalam memproses dan menyajikan hasil reklasifikasi berupa sebuah peta atau laporan sangat tergantung pada SIG. Pada beberapa software, proses query tidak tergantung dari fungsi penyajian, sedangkan software lainnya terintegrasikan / terpadu dilakukan bersama dalam mode grafis. Proses yang pasti untuk melakukan suatu reklasifikasi sangat bermacam-macam dari satu SIG ke SIG lainnya. Beberapa akan menyimpan hasil querynya didalam sekumpulan query yang terbebas dari DBMS sedangkan yang lainnya menyimpan hasilnya pada suatu kolom atribut yang baru didalam DBMS. Adanya berbagai macam perbedaan pendekatan sangat tergantung pada arsitektur software SIGnya
26
2. Topological Overlay Kemampuan untuk melakukan tumpang tindih (overlay) dari beberapa layer data secara vertical merupakan kebutuhan dan teknik yang umum dipakai dalam pemrosesan data geografi. Pada kenyataannya, penggunaan struktur data topologi dapat ditelusuri kembali terhadap keinginan untuk menumpang-tindihkan layer layer data vektor. Dengan menggunakan konsep matematis overlay polygon topology menjadi sangat popular dalam geoprocessing dan menjadi dasar dari setiap paket software SIG. Overlay topology didominasi oleh overlay data polygon dengan data polygon, seperti tutupan hutan dan tanah. Walaupun demikian, kebutuhan overlay titik, garis dan polygon diatas polygon sangat umum dijumpai. Untuk data vektor dan data raster, pertimbangannya berbeda didalam overlay topology. Dalam sistem yang berbasis raster, operasi tumpang-tindih (overlay) dilakukan secara aritmatik, seperti penambahan (addition), penguranga (subtraction), pembagian (division), perkalian (multiplication) dari layer-layer data. Pendekatan satu peta atribut, khususnya pada model data raster, seringkali menjadikan kemampuan overlay lebih fleksibel dan efisien. Model data raster memberikan kemampuan pemodelan numerik (analisis kuantitatif) yang sangat baik. Pemodelan spasial yang sangat baik adalah apabila dilakukan dengan menggunakan data raster. Dalam sistem yang berbasis vektor, operasi tumpang-tindih topologi dilakukan dengan membuat kerangka jaringan topologi (topological network) dari dua atau lebih kerangka jaringan yang sudah ada. Hal ini diperlukan untuk membangun kembali tabel-tabel topologi, seperti garis (arc), node, polygon, dan proses ini membutuhkan waktu yang cukup lama serta kerja CPU yang cukup berat. Hasil dari overlay topologi pada data vektor merupakan suatu kerangka jaringan topologi baru
27
yang berisi atribut-atribut yang berasal dari layer-layer data input aslinya. Dalam hal ini pemilihan query dapat dilakukan pada layer asli, seperti tutupan hutan dan tanah, untuk menentukan situasi tertentu yang terjadi, misalnya bagaimana tutupan hutan apabila drainase buruk. 3. Buffering and Neighbourhood Functions Ada berbagai fungsi dalam SIG yang memungkinkan entitas spasial mempengaruhi
sekitarnya,
ataupun
sebaliknya
dimana
lingkungan
sekitar
mempengaruhi karakteristik entitas.Fungsi neighbourhood lainnya termasuk penyaringan data (data filtering) yang melibatkan rekalkulasi sel dalam gambar raster didasarkan pada karakteristik sekitarnya. Jika suatu titik dijadikan buffer (bufffering) maka akan terbentuk area lingkaran, buffering pada garis atau area akan menghasilkan suatu area yang baru (gambar). Buffering merupakan suatu konsep yang sederhana namun dengan operasi perhitungan yang rumit dan juga beragam. Metode daerah buffer sering dipergunakan dalam SIG vector. Sedangkan untuk SIG raster digunakan metode lainnya yaitu dengan memperhitungkan pendekatan dan akana menghasilkan suatu layer data raster baru dimana atribut dari setiap sel merupakan suatu pengukuran jarak. Operasi lainnya dalam SIG raster dimana nilai dari sel tunggal dirubah sebagai dasar pendekatan disebut fungsi tetangga (Neighbourhood Function). Penyaringan (filtering) merupakan contoh yang digunakan untuk memproses perbandingan terpisah (remotely sensed imagery). Filterisasi akan mengubah suatu sel didasarkan pada attribute sel sekitarnya. Ukuran dan bentuk penyaringan ditentukan operator. Umumnya untuk filter berapa kotak, lingkaran dan bentuk tiga dimensi penyaringan menentukan banyaknya sel sekitar yang digunakan dalam proses penyaringan.
28
Filter akan disebarkan ke seluruh bagian data raster dan digunakan untuk kalkulasi ulang nilai dari sel target yang ada dipusatnya. Nilai baru yang diberikan pada sel target diperhitungkan dengan menggunakan berbagai algoritma, misalnya nilai terbesar sel dan nlai yang sering muncul.
Gambar 2.5 Operasi Filter Raster GIS
2.3 Pemetaan 2.3.1 Pengertian Peta Peta adalah sekumpulan titik, garis dan wilayah yang digunakan untuk mendefinisikan lokasi dan tempat yang mengacu pada sistem koordinat. Peta biasanya direpresentasikan ke dalam dua dimensi, tetapi juga tidk menutup kemungkinan untuk dapat direpresentasikan dalam bentuk tiga dimensi (Burrough, 1986, p13) dalam Hardi et al, (2010). Peta Topografi adalah peta dengan tujuan utama adalah mengiindikasikan data rekaan dari sebuah permukaan tanah. Peta ini biasanya menampilkan tanah lapang, keadaan tanah, jaringan transportasi, batas administrasi dan bentuk-bentuk buatan yang lain (Heywood, 2002, p290) dalam Hardi et al, (2010). Kemajuan dalam ruang teknologi yang berbasiskan komputer memperluas
29
wahana dan wawasan mengenai peta. Peta tidak hanya dikenali sebagai gambar pada lembar kertas, tetapi juga sebagai penyimpanan, pengelolaan, pengolahan, analisis dan penyajiannya dalam bentuk digital terpadu antara gambar, citra dan teks. Data yang terkelola dalam model digital memiliki keuntungan penyajian dan penggunaan secara konvensional serta garis cetakan (Hardcopy) dan keluwesan, kemudahan, penyimpanan, pengelolaan, pengolahan, analisis dan penyajian secara interaktif bahkan realtime pada media computer (Softcopy).
2.3.2 Jenis peta Peta dapat dijeniskan berdasarkan isi, skala, objek serta kegunaannya. A. Peta Berdasarkan Isi: Peta umum melukiskan semua kenampakan suatu wilayah secara umum. Kenampakan adalah keadaan alam atau daerah dalam berbagai bentuk permukaan bumi, yaitu gunung, daratan, lembah, sungai dan sebagainya yang merupakan satu kesatuan. Contoh : Peta Indonesia, Peta Eropa, Peta Dunia. Peta Umum terbagi dalam dua jenis (http://e-dukasi.net), yaitu :
1. Peta Topografi : Peta topografi adalah peta yang menampilkan, semua unsur yang berada di atas permukaan bumi, baik unsur alam maupun buatan manusia, sehingga disebut juga peta umum. Unsur alam antara lain meliputi: relief muka bumi, unsur hidrografi (sungai, danau, bentuk garis pantai), tanaman, permukaan es, salju, dan pasir (Prihandito 1989: 23; Hascaryo dan Sonjaya 2000: 10).
30
2. Peta Chorografi : Peta yang menggambarkan keseluruh atau sebagian permukaan bumi dengan skala yang lebih kecil antara 1:250.000 – 1:1.000.000 atau lebih. Peta ini menggambarkan daerah yang luas, menampilkan semua kenampakan yang ada pada suatu wilayah. Atlas merupakan kumpulan dari peta Chorografi.
3. Peta Tematik (Peta khusus) : Melukiskan kenampakan tertentu atau menonjolkan satu macam data pada wilayah yang dipetakan. Contoh : Peta Iklim dan Peta Perhubungan.
4. Peta Kadaster : Peta Kadaster merupakan peta berskala ekstra besar, sebagai sumber data dan informasi dasar yang berguna dalam berbagai kepentingan. B. Peta Berdasarkan Skala : 1.
Peta Kadaster(Peta Teknik) : Skala peta antara 1:100 – 1:5.000.
2.
Peta skala besar : Skala peta antara 1:5.000 – 1:250.000.
3.
Peta skala sedang : Skala peta antara 1:250.000 – 1:500.000.
4.
Peta skala kecil(Peta Geografi) : Skala peta antara 1:500.000 – 1:1.000.000 atau lebih besar.
C. Peta Berdasarkan Objek: 1.
Peta Stationer : Menggambarkan keadaan atau objek yang dipetakan dalam keadaan tetap atau stabil. Contoh : Peta persebaran gunung berapi.
2.
Peta Dinamik : Menggambarkan bahwa keadaan atau objek yang dipetakan mudah berubah. Contoh : Peta Urbanisasi dan peta arah angin.
31
D. Peta berdasarkan kegunaannya(The World Book Encyclopedia, 2006, p177): 1.
General Reference Map(Peta referensi umum) Merupakan
peta
yang
digunakan
untuk
mengidentifikasi
dan
memverifikasi berbagai macam bentuk geografi, termasuk fitur tanah, badan air, perkotaan, jalan dan lain sebagainya. 2.
Mobility Map(Peta Mobilitas) Merupakan peta yang bermanfaat untuk membantu masyarakat dalam menentukan jalur dari satu tempat ke tempat lainnya. Peta ini biasa digunakan untuk perjalanan di darat, laut dan udara.
3.
Thematic Map(Peta Tematik) Merupakan peta yang menunjukkan penyebaran dari objek tertentu, seperti populasi, curah hujan dan sumber daya alam.
4.
Inventory Map(Peta Inventaris) Merupakan peta yang menunjukkan lokasi dari fitur khusus, misalnya : posisi semua gedung di wilayah Jakarta Timur.
2.3.3 Skala Peta Skala Peta merupakan perbandingan jarak di peta dengan jarak sebenarnya yang dinyatakan dengan angka atau garis atau gabungan keduanya(Badan Standarisasi Nasional). Skala dapat digambarkan dalam salah satu dari tiga cara, yaitu sebagai skala angka, skala verbal(Nominal), atau skala grafis (Heywood, 2002, p23).
32
Tabel 2.2 Penggambaran Skala. Angka
1 : 5000
1 : 1 000 000
Verbal
1 cm merepresentasikan 50 m
1 cm merepresentasikan 10 km
0
0
Grafis 100
Km
200
10
20
30
40
Km
Peta Topografi yang standar mengandung contoh dari skala verbal, rasio dan grafis. Harus diingat bahwa peta skala kecil (Contohnya 1:250.000 atau 1:1.000.000) adalah peta yang mencakup area luas. Sedangkan peta skala besar (Contohnya 1: 10.000 atau 1:25.000) mencakup area kecil dan banyak rincian. Skala juga penting saat entitas spasial digunakan (Titik, garis dan area) untuk mempresentasikan versi umum dua dimensi dari fitur dunia nyata (Heywood, 2002, p24). 2.3.4 Komponen Peta Komponen peta terdiri dari : 1.
Isi Peta Isi peta menunjukkan makna ide penyusun peta yang akan disampaikan kepada pengguna peta. Kalau ide yang disampaikan mengenai perbedaan curah hujan, isi peta tentunya berupa isohyet.
2.
Judul Peta Judul peta harus mencerminkan isi peta berupa isohyet, tentu judul petanya menjadi “Peta Distribusi Curah Hujan”.
33
3.
Skala Peta dan Simbol Arah Skala peta sangat penting dicantumkan untuk melihat tingakat ketelitian dan kedetailan objek yang dipetakan. Sebuah belokan sungai akan tergambar jelas pada peta dengan skala 1 : 10.000 dibandingkan dengan peta berskala 1 : 50.000. Kemudian bentuk-bentuk pemukiman akan terlihat lebih rinci dan detail pada peta berskala 1: 10.000 dibandingkan dengan peta berskala 1 : 50.000. Simbol arah dicantumkan dengan tujuan untuk orientasi peta. Arah utara lazim nya mengarah pada bagian atas peta. Kemudian berbagai tata letak tulisan mengikuti arah tadi, sehingga peta menjadi nyaman untuk dibaca. Lebih jauh, arah juga penting sehingga pemakai peta dapat dengan mudah menyamakan objek dipeta dengan objek sebenarnya di lapangan.
4.
Legenda atau Keterangan Peta Agar pembaca peta dapat dengan mudah memahami isi peta, seluruh bagian dalam isi peta harus dijelaskan dalam legenda atau keterangan.
5.
Inzet dan Index Peta Peta yang dibaca harus diketahui dari bagian bumi sebelah mana area yang dipetakan tersebut. Inzet peta merupakan peta yang diperbesar dari bagian belahan bumi. Sebagai contoh pada saat pembuat peta ingin memetakan Pulau Jawa, Pulau Jawa merupakan bagian dari Kepulauan Indonesia yang di Inzet. Sedangkan index peta merupakan sistem tata letak peta, dimana menunjukkan letak peta yang bersangkutan terhadap peta yang lain di sekitarnya.
34
6.
Grid Dalam selembar peta sering terlihat dibubuhi semacam jaringan kotakkotak atau grid sistem. Tujuan pembuatan grid adalah untuk memudahkan penunjukan lembar peta dari sekian banyak lembar peta dan untuk memudahkan penunjukkan letak sebuah titik diatas lembar peta. Cara pembuatan grid yaitu adalah untuk membagi-bagi wilayah dunia yang luas ke dalam beberapa kotak. Tiap kotak diberi kode. Tiap kotak dengan kode tersebut kemudian diperinci dengan kode yang lebih terperinci lagi dan begitu juga dengan kode seterusnya. Salah satu jenis grid pada peta-peta dasar (peta topografi) di Indonesia antara lain : Kilometering (kilometer fiktif) yaitu lembar peta dibubuhi jaringan kotak-kotak dengan satuan kilometer. Disamping itu ada juga grid yang dibuat oleh Tentara Ingggris dan grid yang dibuat oleh Amerika (American Mapping Sistem). Untuk menyeragamkan sistem grid, Amerika Serikat sedang berusaha membuat sistem grid yang seragam dengan sistem UTM Grid Sistem dan UPS Grid Sistem.
7.
Nomor Peta Penomoran peta penting untuk lembar peta dengan jumlah besar dan seluruh lembar peta terangkai dalam satu bagian muka bumi.
8.
Sumber / Keterangan Riwayat Peta Sumber ditekankan pada pemberian identitas peta, meliputi penyusun peta, percetakan, sistem proyeksi peta, penyimpangan deklinasi magnetis, tanggal / tahun pengambilan data dan tanggal pembuatan / pencetakan
35
peta dan lain sebagainya yang memeperkuat identitas penyusunan peta yang dapat dipertanggungjawabkan.
2.4 Basis Data (Database) 2.4.1 Pengertian Basis Data Basis data adalah penggabungan dari sekumpulan unsur data yang berhubungan secara logika. Basis data menggabungkan catatan lama yang disimpan dalam arsip terpisah ke dalam unsur data yang biasa menyediakan data untuk banyak aplikasi (O’Brien, 2003 p145). Basis data dapat diartikan sebagai kumpulan data yang saling berhubungan secara logika dan saling berbgi serta menghasilkan informasi yang dibutuhkan. Basis data merupakan sebuah penyimpanan data yang besar yang dapat digunakan oleh pemakai dan departemen secara simultan (Connolly, 2002, p14-p15). 2.4.2 Pengertian Table Table adalah suatu relasi data yang digambarkan dalam kolom dan baris (Connolly, 2002, p72). 2.4.3 Pengertian Field Field dalam konteks database biasanya sering disebut dengan atribut. Field merupakan nama kolom dari sebuah tabel atau relasi (Connolly, 2002, p72). 2.4.4 Pengertian Record Record adalah suatu baris data atau informasi dalam sebuah tabel. Record sering juga disebut dengan tuple (Connolly, 2002, p73). 2.4.5 Pengertian Primary Key Primary key adalah sebuah atribut atau himpunan atribut yang dipilih untuk mengindentifikasikan tuple-tuple atau record dalam tabel yang bersifat unik. Unik
36
memiliki arti tidak boleh ada duplikat atau key yang untuk dua atau lebih tuple atau record dalam sebuah table (Connolly, 2002, p79). 2.4.6 Pengertian Foreign Key Foreign Key adalah sebuah atribut atau himpunan atribut dalam suatu tabel yang menunjuk pada key yang terdapat pada tabel lain. Foreign Key berfungsi untuk menunjukan hubungan antar satu tabel dengan tabel yang lainnya (Connolly, 2002, p79). 2.4.7 Queries Melakukan query dalam database SIG untuk menampilkan data adalah bagian dasar dan penting dalam proyek SIG. Query menawarkan metode untuk mendapatkan data, dapat dilakukan pada data yang menjadi bagian database SIG ataupun pada data prosedur baru hasil dari hasil analisis data. Query berguna pada setiap tahapan analisis SIG untuk memeriksa kualitas dan pengukuran SIG raster. Secara umum ada dua tipe query yang dapat dilakukan SIG, yaitu spasial dan non-spasial. Query non-spasial merupakan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan attribute suatu fiture. Merupakan suatu query non-spasial karena baik pertanyaan ataupun jawabannya tidak melibatkan komponen analisa dari komponen spasial data. Query ini dapat dilakukan oleh komponen perangkat lunak database sendiri. Metode menspesifikasi query pada SIG dapat menjadi suatu hal yang sangat interaktif. Pengguna dapat memberikan pertanyaan pada peta lewat layar komputer atau menjelajah database lewat serangkaian pertanyaan didalam query. Query dapat menjadi kompleks dengan kombinasi pertanyaan mengenai area, keliling ataupun jarak terutama dalam SIG vector dimana data disimpan sebagai atribut dalam database.
37
Query tunggal dapat dikombinasikan untuk mengindetifikasi entitas dalam database yang bisa memenuhi kebutuhan dua atau lebih criteria spasial ataupun nonspasial. Operator Boolean seperti and, or, not, xor, juga bisa digunakan. 2.4.8 Entitas Relationship Diagram (ERD) Entitas Relationship Diagram (ERD) adalah pendekatan top-down untuk mendesain basis data yang dimulai dengan mengidentifikasikan data yang penting, yang disebut sebagai entitas dan hubungan antara data harus digambarkan (Connolly, 2002, p330). Batasan utama dalam relasi disebut multiplicity. Multiplicity adalah jumlah kejadian yang mungkin muncul dari entitas satu ke entitas lainnya yang mempunyai hubungan khusus. Hubungan yang paling umum adalah berpasangan (Connolly, 2002, p344p348) seperti : 1.
one-to-one(1:1)
Sebuah entitas di A hanya dapat diasosiasikan dengan paling banyak satu entitas di B. 2.
one-to-many (1:*)
Sebuah entitas di A dapat diasosiasikan dengan satu atau lebih entitas di B, namun entitas di B hanya dapat diasosiasikan dengan paling banyak satu entitas di A. 3.
many-to-many (*:*)
Sebuah entitas di A dapat diasosiasikan dengan nol atau lebih entitas di B dan sebuah entitas di B dapat diasosiasikan dengan nol atau lebih entitas di A.
38
2.4.9 Data Flow Diagram (DFD) Data Flow Diagram (DFD) adalah suatu gambaran garis dari suatu sistem yang menggunakan sejumlah bentuk simbol untuk menggambarkan aliran data melalui suatu proses yang saling berkaitan. Simbol menggambarkan hubungan antar elemen prose’s, aliran data dan penyimpanan data (McLeod, 2004, p171). Proses adalah sesuatu yang mengubah masukan menjadi keluaran. Aliran data mengandung sekelompok elemen data yang saling berhubungan secara logika. Penyimpanan data bertugas mengambil data atau meng-update (O’Brien, 2007, p115). Dengan pemakain DFD, pengguna dapat memahami aliran data dalam sebuah sistem. Ada tiga keuntungan pemakaian DFD: 1.
Terhindar dari satu usaha untuk mengimplementasikan sistem yang
terlalu dini.Pengguna perlu memikirkan secara cermat aliran-aliran data sebelum memakai keputusan untuk merealisasikannya secara teknis. 2.
Dapat mengerti lebih dalam hubungan sistem dengan subsistemnya.
Pengguna dapat membedakan sistem dari lingkungan beserta batasanbatasannya. 3.
Dapat menginformasikan sistem yang berlaku kepada dunia. DFD dapat
digunakan sebagai alat untuk berinteraksi dengan pengguna dalam bentuk representasi simbol-simbol yang digunakan. Simbol-simbol yang digunakan dalam DFD adalah sebagai berikut : 1.
Entitas Eksternal
Entitas eksternal adalah entitas yang berada di luar sistem yang memberi data ke sistem atau menerima keluaran dari sistem dan tidak termasuk dalam bagian sistem. Entitas ini digambarkan dengan symbol
39
2.
Proses
Menggambarkan apa yang dilakukan sistem. Berfungsi mentransformasikan satu atau beberapa data input menjadi satu atau beberapa output sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Dalam penamaan suatu proses digunakan kata kerja dan kata benda. Digambarkan dengan simbol
3.
Aliran Data
Menggambarkan aliran data dari suatu entitas ke entitas lain. Simbol anak panah menggambarkan arah aliran data. Digambarkan dengan simbol
Penyimpanan Data(Storage) Merupakan data untuk menyimpan data. Proses dapat mengambil data dari atau memberikan data ke data store. Digambarkan dengan
Tingkatan dalam DFD ada tiga, yaitu : 1.
Diagram Konteks a.
Merupakan level tertinggi yang menggambarkan masukan dan keluaran
sistem b. 2.
Terdiri dari suatu prose’s yang tidak memiliki data store.
Diagram Nol a.
Memiliki data store.
b.
Diagram tidak rinci, diberikan tanda bintang pada akhir nomor.
40
3.
Diagram Rinci
a.
Merupakan rincian dari diagram nol atau diagram level di atasnya.
b.
Proses yang ada sebaiknya tidak lebih dari tujuh titik.
2.5 ArcGIS ArcGIS adalah salah satu software yang dikembangkan oleh ESRI (Environment Science & Research Institute) yang merupakan kompilasi fungsifungsi dari berbagai macam software GIS yang berbeda seperti GIS desktop, server, engine dan mobile. Software ini mulai dirilis oleh ESRI pada tahun 2000. Produk utama dari ArcGIS adalah ArcGIS desktop, dimana arcGIS desktop merupakan software GIS professional yang komprehensif dan dikelompokkan atas tiga komponen yaitu : ArcView (komponen yang focus ke penggunaan data yang komprehensif, pemetaan dan analisis), ArcEditor (lebih fokus ke arah editing data spasial) dan ArcInfo (lebih lengkap dalam menyajikan fungsi-fungsi GIS termasuk untuk keperluan analisis geoprosesing).
1) ArcGIS Desktop ArcGIS desktop sendiri terdiri atas 5 aplikasi dasar yakni: a. ArcMap ArcMap merupakan aplikasi utama yang digunakan dalam ArcGIS yang digunakan untuk mengolah (membuat (create), menampilkan (viewing), memilih (query), editing, composing dan publishing) peta. b. ArcCatalog ArcCatalog adalah aplikasi yang berfungsi untuk mengatur/ mengorganisasi berbagai macam data spasial yang digunakan dalam pekerjaan SIG. Fungsi ini
41
meliputi tool untuk menjelajah (browsing) , mengatur (organizing), membagi (distribution) dan menyimpan (documentation) data – data SIG. c. ArcToolbox Terdiri dari kumpulan aplikasi yang berfungsi sebagai tools/perangkat dalam melakukan berbagai macam analisis keruangan. d. ArcGlobe Aplikasi ini berfungsi untuk menampilkanpeta-peta secara 3D ke dalam bola dunia dan dapat dihubungkan langsung dengan internet. e. ArcScene ArcScene
merupakan
aplikasi
yang
digunakan
untuk
mengolah
dan
menampilkan peta-peta kedalam bentuk 3D.
2.6 Teori Khusus 2.6.1 Pengertian Pemadam Pengertian dari pemadam yaitu alat untuk memadamkan api dan sebagainya. 2.6.2 Pengertian Kebakaran Kebakaran adalah suatu nyala api,baik kecil atau besar pada tempat yang tidak kita kehendaki,merugikan pada umumnya sukar dikendalikan (Perda DKI,1992) Kebakaran merupakan bencana yang paling sering dihadapi dan bisa digolongkan sebagai bencana alam atau bencana yang disebabkan oleh manusia. Bahaya kebakaran dapat terjadi setiap saat ,karena banyak peluang yang dapat memicu terjadinya kebakaran.
42
Definisi kebakaran menurut Depnaker : “ Suatu reaksi oksidasi eksotermis yang berlangsung dengan cepat dari suatu bahan bakar yang disertai dengan timbulnya api atau penyalaan.” Definisi kebakaran menurut pengertian Asuransi secara umum :” Sesuatu yang benar-benar terbakar yang seharusnya tidak terbakar dan dibuktikan dengan adanya nyala api secara nyata,terjadi secara tidak sengaja, tiba-tiba serta menimbulkan kecelakaan atau kerugian.”
2.6.3 Pengertian Pemadam Kebakaran Pemadam kebakaran atau branwir adalah petugas atau dinas yang dilatih dan bertugas untuk menanggulangi kebakaran. Dinas pemadam kebakaran adalah unsur pelaksana pemerintah yang diberi tanggung jawab dalam melaksanakan tugastugas penanganan masalah kebakaran, yang termasuk dalam dinas gawat darurat. Biasanya para pemadam kebakaran memakai baju anti api agar tidak mudah tebakar dan juga mereka memakai bagian baju yang mengkilat agar mudah terlihat.
2.6.4 Klasifikasi Kebakaran Yang dimaksud dengan klasifikasi kebakaran adalah penggolongan atau pembagian atas kebakaran berdasarkan pada jenis benda / bahan yang terbakar. Dengan adanya klasifikasi kebakaran tersebut diharapkan akan lebih mudah atau lebih cepat dan lebih tepat mengadakan pemillihan media pemadaman yang akan dipergunakan untuk melaksanakan pemadaman (Perda DKI,1992). Menurut Perda DKI (1992) klasifikasi kebakaran sesuai dengan bahan bakar yang terbakar dan bahan pemadaman untuk masing-masing kelas yaitu:
43
a.
Kelas A Termasuk dalam kelas ini adalah kebakaran pada bahan yang mudah terbakar biasa, misalnya: kertas,kayu,maupun plastic. Cara mengatasinya yaitu bisa dengan menggunakan air untuk menurunkan suhunya sampai dibawah titik penyulutan, serbuk kering untuk mematikan proses pembakaran atau menggunakan halogen untuk memutuskan reaksi berantai kebakaran.
b.
Kelas B Kebakaran pada kelas ini adalah yang melibatkan bahan seperti cairan combustible dengan cairan flammable, seperti bensin, minyak tanah, dan bahan serupa lainnya. Cara mengatasinya dengan bahan foam.
c.
Kelas C Kebakaran yang disebabkan oleh listrik yang bertegangan untuk mengatasinya yaitu dengan menggunakan bahan pemadaman kebakaran non kondusif agar terhindar dari sengatan listrik.
d.
Kelas D Kebakaran pada bahan logam yang mudah terbakar seperti titanium, alumunium, magnesium, dan kalium. Cara mengatasinya yaitu powder khusus kelas ini.
2.6.5 Kerugian Akibat Kebakaran Kerugian akibat kebakaran menurut Depnaker ILO,(1980) meliputi: a)
Asap
b)
Gas beracun
c)
Kekurangan oksigen
d)
Panas
e)
Terbakar
44
Menurut Depnaker UNDP ILO,(1987) menyebutkan kerugian akibat kebakaran dan segala akibat yang ditimbulkan disebabkan adanya ketimpangan sebagai berikut: a)
Tidak adanya sarana deteksi / alarm
b)
Sistim deteksi / alarm tidak berfungsi
c)
Alat pemadam Api tidak sesuai / tidak memadai
d)
Alat pemadam Api tidak berfungsi
e)
Sarana evakuasi tidak bersedia
f)
Dan banyak faktor lain seperti manajemen K3, program inpeksi, dan pemeliharaan
2.6.6 Penyebab Kebakaran Berikut ini penyebab terjadinya kebakaran yaitu : a.
Bahan
yang
mudah
terbakar.
Barang
padat,
cair
atau
gas
(kayu,kertas,textile,bensin,minyak,acetelin dll) b.
Panas (suhu) – pada lingkungannya memiliki suhu yang demikian tingginya,(sumber panas dari Sinar Matahari,Listrik (kortslutinng,panas energimekanik (gesekan),Reaksi Kimia,Kompresi Udara)
c.
Oksigen (O2) adanya zat asam (O2) yang cukup. Kandungan (kadar) O2 ditentukan dengan presentasi (%),makin besar kadar oksigen maka api akan menyala makin hebat, sedangkan pada kadar oksigen kurang dari 12 % tidak akan terjadi pembakaran api. Dalam keadaan normal kadar oksigen diudara bebas berkisar 21%, maka udara memiliki keaktifan pembakaran yang cukup
45
Dari ketiga faktor tersebut saling mengikat dengan kondisi yang cukup tersedia. Ketiga faktor tersebut digambarkan dalam bentuk hubungan segitiga kebakaran sebagai berikut : Perlu diperhatikan apabila salah satu dari sisi dari sisi segitiga teersebut diatas tidak ada, maka tidak mungkin terjadi kebakaran. Jadi,setiap kebakaran yang terjadi dapat dipadamkan dengan tiga cara yaitu : 1.
Dengan menurunkan suhunnya dibawah suhu kebakaran
2.
Menghilangkan zat asam
3.
Menjauhkan barang-barang yang mudah terbakar
2.6.7 Penanggulangan dan Pencegahan Bahaya Kebakaran Dalam upaya prosedur tanggap darurat secara garis besar meliputi rencana / rencana dalam menghadapi
keadaan darurat, pendidikan dan latihan
penanggulangan keadaan darurat serta proses evakuasi atau pemindahan dan penutupan (Jusuf,1999). Pencegahan kebakaran dan penangulangan korban kebakaran tergantung lima (5) prinsip pokok(Suma’mur,1996) sebagai berikut: 1) Pencegahan kecelakaan sebagai akibat kecelakaan atas keadaan panic 2) Pembuatan bangunan tahan api 3) Pengawasan yang teratur dan berkala 4) Penemuan kebakaran pada tingkat awal dan pemadamannya 5) Pengendalian kerusakan untuk membatasi kerusakan sebagai akibat kebakaran
46
Sedangkan menurut suprapto,(1995) ketentuan dan persyaratan teknis dalam proteksi kebakaran pada bangunan meliputi: 1) Melakukan pemeriksaan dan pengecekan kondisi dan keandalan sarana dan peralatan sistem proteksi kebakaran 2) Melengkapi sarana dan peralatan proteksi didasari atas analisis risiko bahaya dan standar serta ketentuan yang berlaku 3) Standar dan ketentuan teknis proteksi kebakaran harus diterapkan dan disebarluaskan 4) Setiap gedung harus dilengkapi dengan sarana pengamanan terhadap kebakaran secara lengkap dan memenuhi standard dan ketentuan teknis yang berlaku 5) Perlu dilakukan pemeriksaan dan pemeliharaan secara berkala untuk menjamin agar sarana dan peralatan proteksi kebakaran dalam kondisi siap pakai
2.6.8 Fasilitas Penanganan Kebakaran Sistim perlindungan terhadap kebakaran yang dilaksanakan dengan mempergunakan
peralatan
yang
dapat
bekerja
secara
otomatis
maupun
manual,digunakan oleh penghuni atau petugas pemadam kebakaran dalam melaksanakan operasi pemadaman, selain itu sistim itu digunakan dalam melaksanakan penanggulangan awal kebakaran (Perda DKI Jakarta, 2008). Sarana yang terdapat pada bangunan gedung yang digunakan untuk menyelamatkan jiwa dari kebakaran dan bencana lain(Perda DKI Jakarta,2008). Sesuai 10/KPTS/2000),
dengan setiap
peraturan
bangunan
yang
gedung
berlaku harus
(Kep
Men
melaksanakan
PU
No.
pengaturan
47
pengamanan terhadap bahaya kebakaran mulai dari perencanaan, pelaksanaan pembangunan sampai tahap pemanfaatan sehingga bangunan gedung senantiasa aman dan berkualitas sesuai dengan fungsinya. Salah satu dari pelaksanaan pengamanan ini adalah melengkapi gedung dengan sarana proteksi aktif kebakaran, yang terdiri dari: 1)
Sarana pendeteksi dan peringatan kebakaran 1.1 Detektor dan alarm Kebakaran Berdasarkan SNI 03-3985-2000 Alarm kebakaran adalah
komponen dari sistem yang memberikan isyarat/tanda setelah kebakaran terdeteksi. Komponen dari sistem deteksi dan alarm kebakaran yang berfungsi untuk mengontrol bekerjanya sistem, menerima dan menunjukkan adanya isyarat kebakaran, mengaktifkan alarm kebakaran, melanjutkan ke fasilitas lain terkait, dan lain-lain. Panel kontrol dapat terdiri dari satu panel saja, dapat pula terdiri dari beberapa panel kontrol. Titik panggil manual adalah alat yang dioperasikan secara manual guna memberi isyarat adanya kebakaran. Untuk kepentingan standar ini, detektor kebakaran otomatik diklasifikasikan sesuai dengan jenisnya seperti tersebut di bawah ini: a.
Detektor panas yaitu alat yang mendeteksi temperatur tinggi atau laju kenaikan temperatur yang tidak normal
b.
Detektor asap yaitu alat yang mendeteksi partikel yang terlihat atau yang tidak terlihat dari suatu pembakaran
c.
Detektor nyala api yaitu alat yang mendeteksi sinar infra merah, ultra violet,atau radiasi yang terlihat yang ditimbulkan oleh suatu kebakaran
48
d.
Detektor gas kebakaran yaitu alat untuk mendeteksi gas-gas yang terbentuk oleh suatu kebakaran
e.
Detektor kebakaran lainnya yaitu alat yang mendeteksi suatu gejala selain panas,asap, nyala api,atau gas yang ditimbulkan oleh kebakaran
2)
Sarana pemadam kebakaran 2.1 Hidran Kebakaran Instalasi Hidran kebakaran adalah suatu sistim pemadam kebakaran tetap
yang menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa – pipa dan selang kebakaran. Sistim ini terdiri dari persediaan air,pompa perpipaan, kopling outlet dan inlet serta selang dan nozzle (SNI 225-1987). Sedangkan berdasarkan jenis dan penempatannya hidran menurut SNI 225-1987 terdiri dari:
1) Hidran gedung Hidran gedung terdiri dari dua persyaratan yaitu: a) Persyaratan teknis 1. Diameter selang maksimal 1,5 inci 2. Minimal debit air 380 liter/menit 3. Tekanan air maksimal 4,5 kg/cm 2 4. Diameter pipa (kopling) 2,5 inci b) Persyaratan umum 1. Letak kotak hidran dalam gedung mudah dilihat 2. Letak kotak hidran dalam gedung mudah dicapai, tidak terhalang 3. Kotak hidran mudah dibuka
49
4. Panjang selang maksimal 30 m 5. Selang dalam kondisi baik (tidak membelit bila di tarik) 6. Pipa pemancar (nozzel) terpasang pada selang 7. Pipa hidran bercat merah 8. Kotak hidran bercat merah 9. Kotak hidran diberi tulisan “hydrant”berwarna putih 2) Hidran halaman a) Persyaratan teknis 1. Debit air hidran 950 liter/menit 2. Tekanan maksimal 7kg/cm2 dan tekanan minimum 4,5 kg/cm2 3. Diameter selang 2,5 inci b) Persyaratan umum 1. Pilar hidran di pasang pada ketinggian 50 cm dari pemukaan tangga 2. Jarak pilar hidran dari pagar 1 m 3. Hidran halaman mudah terlihat, mudah dicapai, tidak terhalang oleh benda-benda lain 4. Pilar hidran harus dicat merah 5. Selang hidran dalam keadaan baik 3) APAR Berdasarkan
Peraturan
Mentri
Tenaga
Kerja
dan
Transmigrasi
No:PER.04/MEN/1980, Alat pemadam api ringan ialah alat yang ringan serta mudah dilayani oleh satu orang untuk memadamkan api pada mula terjadi kebakaran.
50
Kebakaran dapat digolongkan: 1. Kebakaran bahan padat kecuali logam (Golongan A); 2. Kebakaran bahan cair atau gas yang mudah terbakar (Golongan B); 3. Kebakaran instalasi listrik bertegangan (Golongan C); 4. Kebakaran logam (Golongan D). Jenis alat pemadam api ringan terdiri: a. Jenis cairan(air); b. Jenis busa; c. Jenis tepung kering; d. Jenis gas (hydrocarbon berhalogen dan sebagainya)
4) Alat pemercik air otomatis (Springkler) Sprinkler adalah alat pemancar air untuk pemadam kebakaran yang mempunyai tudung berbentuk deflektor pada ujung mulut pancarnya, sehingga air dapat memancar kesemua arah secara merata(Kep Men PU No.10/KPTS/2000).
2.6.9 Sarana Penyelamatan Jiwa Pada saat kebakaran, sarana penyelamatan jiwa merupakan hal yang penting dilakukan, mengingat jiwa manusia tidak bisa dinilai dengan harta ataupun yang lainnya. Upaya penyelamatam jiwa merupakan upaya untuk membimbing orang menuju jalan keluar, mengarah jauh dari daerah bahaya dan mencegah agar
51
tidak terjadi panik. Rute penyelamatan terdiri dari tiga tipe yang dapat digunakan untuk melarikan diri dari bahaya kebakaran,yaitu: 1.
Langsung menuju tempat terbuka
2.
Melalui koridor atau gang
3.
Melalui terowongan atau tangga kedap asap/api
A. Rumah Sakit Rumah
Sakit
adalah
salah
satu
sarana
kesehatan
tempat
menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memberdayakan berbagai kesatuan personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medik untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan perorangan, merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan. Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna(komprehensif), penyembuhan penyakit(kuratif) dan pencegahan penyakit(preventif) kepada masyarakat. B. Kantor Polisi Kantor polisi adalah kantor tempat mengerjakan urusan kepolisian.