BAB II LANDASAN TEORI
A.
Tinjauan Pustaka 1.
Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan sarana informasi keuangan utama kepada pihak pihak di dalam maupun luar perusahaan yang menampilkan sejarah perusahaan yang dikuantifikasi dalam nilai moneter (Menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield, 2008: 2). Pada umumnya laporan keuangan terdiri dari Neraca dan Perhitungan Rugi Laba serta Laporan Perubahan Modal, dimana Neraca menunjukkan atau menggambarkan jumlah aktiva, hutang dan modal dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu, sedangkan perhitungan (laporan) Rugi Laba memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta biaya yang terjadi selama periode tertentu, dan Laporan Perubahan Modal menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan modal perusahaan (Munawir, 2004: 5). Laporan Keuangan adalah dua daftar perusahaan yang disusun oleh Akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar itu adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar rugi laba, menurut Myer (1961 dalam munawir, 2004).
9
Dari definisi diatas dapat dipahami bahwa manajemen perusahaan
menyajikan
laporan
keuangan
untuk
memberikan
informasi pada pihak dalam maupun luar perusahaan dalam membuat keputusan. Sebuah laporan keuangan pada umumnya terdiri dari. a.
Laporan Laba Rugi Laporan Laba Rugi merupakan laporan yang menyajikan informasi mengenai kemampuan (potensi) perusahaan dalam menghsilkan laba (kinerja) selama periode tertentu yang terdiri dari akun akun nominal yang berupa pendapatan dan beban. (Prastowo dan Juliaty , 2002:16; Fahmi,2011:24)
b.
Laporan Laba Ditahan Laporan Laba Ditahan merupakan laporan pembukuan posisi keuangan yang berasal dari kegiatan perusahaan pada periode tertentu yang menyajikan laba bersih dan deviden dengan koreksi atas laba bersih ditahun sebelumnya ( Baridwan, 1997:810).
c.
Laporan Posisi Keuangan (Neraca) Laporan Posisi Keuangan merupakan laporan yang menunjukkan informasi posisi keuangan perusahaan pada periode tertentu yang terdiri dari akun-akun riil yaitu aset, modal, dan kewajiban(hutang). (Prastowo dan Juliaty , 2002:16; Fahmi,2011:24)
d.
Laporan Arus Kas
10
Laporan Arus Kas merupakan laporan yang menyajikan informasi historis mengenai perubahan kas dan setara kas dari suatu perusahaan, dengan mengklasifikan arus kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi dan pendanaan selama periode akuntansi tertentu.( Prastowo dan Juliaty , 2002:29) e.
Catatan Atas Laporan Keuangan Catatan Atas Laporan Keuangan merupakan komponen laporan keuangan yang baru yang kedudukannya menggantikan Nota Perhitungan Anggaran. Laporan ini menyajikan informasi umum, kebijakan akuntansi, penjelasan pos-pos laporan keuangan, pengungkapan lainnya, dan informasi tambahan yang diperlukan.(jurnal akuntansi keuangan.com,2013) Berdasarkan uraian di atas dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan data-data yang terdapat di laporan keuangann (neraca), Laporan Laba Rugi dan Catatan Atas Laporan Keuangan.
2.
Analisis Laporan Keuangan Analisis laporan keuangan merupakan kumpulan proses analisis yang merupakan bagian dari analisis bisnis. Proses terpisah ini memiliki kesamaan dalam hal penggunaan informasi laporan keuangan, dalam berbagai tingkatan, untuk kepentingan analis (Subramanyam dan Wild, 2010: 17).
11
Analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan pada dasarnya untuk mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan tingkat resiko atau tingkat kesehatan suatu perusahaan (Hanafi dan Halim, 2003: 5) Analisis laporan keuangan adalah melakukan penelaahan atau mempelajari hubungan-hubungan dan tendensi atau kecenderungan (trend) untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan yang bersangkutan (Palikhatun dan Nugrahaningsih, 2007: 6). Analisis laporan keuangan merupakan suatu proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mngevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu (Prastowo dan Juliaty, 2002: 52)
3.
Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan Metode dan teknik analisis (alat-alat) analisis digunakan untuk menentukan dan mengukur hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan sehingga dapat diketahui perubahan dari masing-masing pos tersebut apabila diperbandingkan dengan laporan dari beberapa periode untuk satu perusahaan tertentu, atau diperbandingkan dengan alat-alat pembanding lainnya.Tujuan dari setiap metode dan teknis analisis adalah untk menyederhanakan data sehingga data lebih mudah dimengerti (Palikhatun dan Nugrahaningsih, 2007: 9). Metode analisis yang sering digunakan adalah sebagai berikut ini.
12
a.
Analisis Vertikal Analisis vertikal adalah metode analisis yang hanya membandingkan
laporan
keuangan
satu
perusahaan.
Perbandingan laporan keuangan ini dibandingkan dengan laporan keuangan tahun-tahun sebelumnya (Prastowo dan Juliaty, 2005: 171). b.
Analisis Horisontal Analisa
horisontal
merupakan
analisa
yang
membandingkan laporan keuangan sebuah perusahaan dengan perusahaan lain atau dengan rata-rata industri sejenis. Analisis ini dilakukan bertujuan untuk melihat kemampuan suatu perusahaan jika dibandingkan dengan perusahaan lain yang sejenis (Prastowo dan Juliaty, 2005: 165). c.
Common-Size Analysis Analisis common size disusun dengan jalan menghitung tiap-tiap rekening dalam Laporan Laba/Rugi dan Neraca menjadi
proporsi
dari
total
penjualan
(untuk
Laporan
Laba/Rugi) atau dari total aktiva (untuk Neraca). Analisis common size dihitung dengan menghitung persentase setiap item dalam Neraca terhadap total aktiva (dalam common size Neraca), atau menghitung pesentase setiap item Laporan Laba/Rugi terhadap total penjualan. Cara semacam ini memudahkan pembacaan data-data keuagan untuk beberapa
13
periode/ untuk mencari trend-trend terntentu (Palikhatun dan Nugrahaningsih, 2007: 9). d.
Comparative Analysis Comparative Analysis adalah cara menganalisis laporan keuangan dengan menggunakan dua cara. Kedua cara tersebut adalah analisis time-series dan analisis cross-section. Analisis time-series
adalah
analisis
yang
dilakukan
dengan
membandingkan data keuangan suatu perusahaan pada periode sekarang dengan data-data keuangan pada periode masa lalu. Analisis cross-section adalah cara analisis keuangan dengan jalan membandingakan data keuangan perusahaan dengan data perusahaan lain atau rata-rata industri. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan perusahaan dari tahun ke tahun (Palikhatun dan Nugrahaningsih, 2007: 10). e.
Rasio analisis Rasio analisis merupakan cara menganalisis laporan keuangan dengan cara menggabungkan atau mengkombinasikan antara akun-akun yang tertera dalam laporan keuangan. Tujuan dari penggabungan ini adalah untuk mengkombinasikan antar akun yang dapat mempengaruhi kinerja suatu perusahaan. Analisis rasio dapat menyingkap hubungan dan sekaligus menjadi dasar pembandingan yang menunjukkan kondisi kinerja keuangan perusahaan sehingga perusahaan dapat mengetahui
14
risiko yang akan dihadapi mereka. Pada dasarnya analisis rasio bisa dikelompokkan ke dalam lima macam kategori, meliputi rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas, rasio solvabilitas dan rasio pasar. Kelima rasio tersebut ingin melihat prospek perusahaan pada masa yang akan datang (Palikhatun dan Nugrahaningsih, 2007: 10). Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode horizontal, vertikal dan rasio. Metode horizontal digunakan karena penulis menggunakan data dari laporan keuangan perusahaan per periode yaitu dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014, sedangkan metode vertikal digunakan penulis untuk memilih perusahaan industri yang sama yaitu di bidang telekomunikasi dan rasio digunakan karena penulis ingin mengukur dan membandingkan kinerja kedua perusahaan dengan rasio keuangan yang terdiri dari rasio likuiditas, rasio profitabilitas dan rasio solvabilitas.
4.
Analisis Rasio Analisis rasio yang merupakan analisis kombinasi antar akun dalam laporan keuangan dibedakan menjadi beberapa jenis rasio. Rasio tersebut antara lain. a.
Rasio Likuiditas Rasio likuiditas mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahaan
15
relatif terhadap hutang lancarnya. Walaupun sekilas hanya mengukur kemampuan pembayaran hutang jangka pendek, namun apabila rasio ini selalu jelek maka dalam lama-kelamaan akan mempengaruhi rasio solvabilitas perusahaan (Hanafi dan Halim, 2003: 77). Rasio ini dibedakan menjadi: 1)
Rasio Lancar Dengan rasio lancar, sebuah perusahaan dapat melihat bagaimana aktiva lancar yang dimiliki dapat menutup hutang lancar yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Rasio lancar sangat berguna untuk mengukur likuiditas perusahaan, akan tetapi dapat menjebak. Hal ini dikarenakan rasio lancar yang tinggi dapat disebabkan adanya piutang yang tidak tertagih atau persediaan yang tidak terjual, yang tentu saja tidak dapat dipakai untuk membayar hutang. (Prastowo dan Juliaty, 2005: 85). Rasio lancar dapat dihitung dengan rumus berikut : Aktiva Lancar
Rasio Lancar = Hutang Lancar 2)
Rasio Cepat Rasio cepat atau yang disebut dengan quick ratio merupakan cara analis untuk mendapatkan kepastian yang lebih jelas tentang kemampuan suatu perusahaan dalam membayar hutang lancarnya dengan menggunakan aktiva lancar
tanpa
memperhitungkan
16
persediaan.
Karena
persediaan barang dianggap memerlukan waktu yang relatif
lama
untuk
dapat
direalisasi
menjadi
kas
(Palikhatun dan Nugrahaningsih, 2007: 22-23). Rumus perhitungan Rasio cepat (quick ratio) Rasio Cepat = 3)
Aktiva Lancar − Persediaan Hutang Lancar
Rasio Kas Rasio kas adalah membandingkan total kas dengan setara kas dan investasi jangka pendek dengan total hutang lancar. Dalam menghitung rasio ini, baik persediaan maupun piutang dikeluarkan dari aktiva lancar. Dalam rasio ini kas dan setara kas serta investasi jangka pendek digunakan karena kedua jenis aktiva lancar tersebut merupakan jenis aktiva lancar yang paling likuid atau mudah diuangkan (Palikhatun dan Nugrahaningsih, 2007: 23). Rumus perhitungan rasio kas: Rasio Kas =
Kas dan Setara Kas + Investasi Jangka Pendek Hutang Lancar
Dalam tiga rasio diatas, penulis akan mengambil satu rasio yaitu rasio lancar yang memungkinkan perusahaan bisa dikatakan likuid atau dapat memenuhi janka pendeknya. Dengan menggunakan rasio lancar dapat diketahui perbandingan hutang lancar dengan aktiva lancarnya, semakin besar hutang lancar maka semakin besar pula perusahaan menutupi kewajiban jangka
17
pendeknya. Dalam artian aktiva lancar harus lebih besar dibandingkan dengan hutang lancar agar perusahan itu bisa dikatakan likuid. b.
Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan pada tingkat penjualan, asset, dan modal saham yang tertentu (Hanafi dan Halim, 2003: 83). Rasio Profitabilitas terdiri dari: 1)
Rasio Profit Margin Rasio profit margin akan memperlihatkan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba melalui penjualan yang dihaslikan. Rasio ini juga akan memperlihatkan sejauh
mana
pihak
manajemen
perusahaan
dapat
meminimalisir biaya pokok penjualan yang merupakan beban utama penjualan maksimal dan mendongkrak perolehan laba perusahaan. Profit margin yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Profit margin yang rendah menandakan penjualan yang terlalu rendah pada tingkat biaya tertentu, atau biaya yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan yang tertentu atau kombinasi kedua hal tersebut (Hanafi dan Halim 2009: 168-171). Rasio profit margin bisa dihitung sebagai berikut:
18
Profit Margin = 2)
Laba Bersih Penjualan
Return On Asset (ROA) Rasio
ini
dapat
memperlihatkan
kemampuan
perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan total aset yang dimiliki oleh perusahaan. Nilai rasio yang tinggi menunjukkan efesiensi manajemen aset yang baik, sedangkan
nilai
rasio
yang
rendah
menunjukkan
manajemen asset yang kurang baik. ROA juga sering disebut ROI / Return On Invesment (Hanafi dan Halim, 2009: 159-171). Rasio Return On Asset dapat dihitung Laba Bersih
dengan rumus:
3)
Return on asset = Total Aktiva
Return On Equity Rasio
ini
mengukur
kemampuan
perusahaan
menghasilkan laba berdasarkan modal saham yang dimiliki. Meskipun rasio ini mengukur laba dari sudut pandang
pemegang
saham,
rasio
ini
tidak
memperhitungkan dividen maupun capital gain untuk pemegang saham, karena dividen merupakan laba atas saham yang ditanamkan (Hanafi dan Halim, 2009: 179196). Rasio return on equity bisa dihitung sebagai berikut: Laba Bersih
Return on equity = Modal Saham
19
Dalam tiga rasio diatas, penulis akan mengambil satu rasio yaitu rasio Return On Asset (ROA) yang memungkinkan
perusahaan
dapat
menghasilkan
keuntungan atau laba. Dengan menggunakan rasio ROA dapat diketahui total aset dan laba bersih perusahaan, dalam hal ini dapat diketahui kinerja manajemen perusahaan tersebut untuk menghasilkan laba perusahaan. “Rasio yang tinggi menunjukan efisiensi manajemen aset, yang berarti efesiensi manajemen” (Palikhatun dan Nugrahaningsih, 2007: 31). c.
Rasio Solvabilitas Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Rasio solvabilitas menunjukkan besarnya aktiva perusahaan yang didanai dengan kewajiban panjang perusahaan. Perusahaan yang tidak solvable adalah
perusahaan
yang
total
hutangnya
lebih
besar
dibandingkan total asetnya (Hanafi dan Halim, 2003: 81). Rasio solvabilitas dapat dihitung dengan berbagai cara, yaitu: 1)
Total Aset to Total Debt Ratio Rasio ini merupakan perbandingan anatara total hutang dengan total aktiva. Sehingga rasio ini menunjukan bahwa sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva (Sawir: 2008; 13).
20
Rasio total hutang terhadap total aset akan memperlihatkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh hutang yang dimiliki menggunakan total asset yang dimilikinya. Dalam rasio ini akan dapat dilihat tingkat resiko tak tertagihnya suatu hutang yang dimiliki oleh perusahaan (Hanafi dan Halim, 2003: 82). Rasio ini dapat dihitung dengan rumus berikut: Total Aset to Total Debt Rasio = 2)
Total Hutang Total Aset
Rasio TIE (Time Interest Earned Ratio) Rasio
TIE
atau
Time
Interst
Earned
Ratio
merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar hutang dengan laba sebelum bunga pajak atau menghitung seberapa besar laba sebelum bunga pajak yang tersedia untuk menutup beban tetap bunga. Hasil rasio yang tinggi menunjukkan kondisi perusahaan yang masih aman karena laba yang mereka hasilkan sebelum dikurangi pajak mampu menutup beban. Sebaliknya, rasio yang rendah memerlukan perhatian dari manajemen karena semakin kecil kemampuan perusahaan untuk membayar beban bunga (Hanafi dan Halim, 2003: 82). Rasio ini dapat dihitung dengan rumus berikut: Rasio TIE =
Laba Sebelum Bunga dan Pajak (EBIT)
21
Bunga
3)
Rasio Fixed Charged Coverage Rasio
Fixed
Coverage
Cost
memperlihatkan
kemampuan perusahaan dalam menutup seluruh beban tetap yang menjadi tanggungan selama periode tertentu. Yang termmasuk beban tetap disini yaitu beban bunga yang dihasilkan karena pinjaman dan biaya sewa. Biaya sewa harus masuk beban tetap karena dapat mengurangi kemampuan perusahaan dalam mencari pinjaman dari pihak ketiga ( Subramanyam dan Wild, 2010: 280-281; Hanafi dan Halim, 2003: 83). Rasio ini dapat dihitung: EBIT+Biaya Sewa
Rasio Fixed dengan rumus : Coverage Cost = Bunga+Biaya Sewa Pada rasio diatas, penulis hanya mengambil satu rasio yaitu rasio Total Aset to Total Debt Ratio. Rasio ini yang memungkinkan perusahaan dapat menunjukan sejauh mana hutang perusahaann dapat ditutupi oleh aktiva perusahaan. Apabila debt ratio
tidak berubah maka
hutang yang dimiliki perusahaan semakin besar. Total hutang semakin besar berarti financial atau rasio kegagalan perusahaan untuk mengembalikan pinjaman semakin tinggi. Dan sebaliknuya apabila debt ratio semakin kecil berarti risiko perusahaan mengembalikan pinjaman juga semakin kecil.
22
B.
Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Sumber: diolah sendiri
Analisis kinerja keuangan dilakukan selama 5 tahun yaitu tahun 2010 sampai tahun 2014 dengan menggunakan perhitungan rasio keuangan. Rasio keuangan dihitung dengan menggunakan data-data yang ada di laporan keuangan kedua perusahaan PT Telkomsel Tbk dan PT Indosat Tbk. Setelah data-data tersebut didapatkan maka akan dihitung dengan rasio keuangan yang terdiri dari tiga rasio, yaitu : rasio likuiditas, rasio profitabilitas dan rasio solvabilitas. Setelah perhitungan rasio keuangan selesai akan dilakukan analisis perbandingan. Analisis perbandingan ini dilakukan dengan cara melihat perhitungan rasio-rasio keuangan PT Telkomsel Tbk dan PT Indosat Tbk. pada tahun 2010 sampai 2014 apakah mengalami kenaikan atau penurunan atau stabil ,setelah itu ditelusuri penyebabnya dengan begitu akan terlihat perbandingan kinerja keuangan dari kedua perusahaan tersebut.
23