BAB II LANDASAN TEORI A. Laporan Arus Kas 1. Pengertian Arus Kas “Laporan arus kas adalah laporan penerimaan kas, pembayaran kas, dan perubahan berih pada kas yang dihasilkan dari aktivitas operasi, investigasi, dan pendanaan selama satu periode”. Menurut Kieso et.al (2005 : 321). Arus kas masuk (cash inflows) merupakan penerimaan kas yang berasal dari kegiatan rutin perusahaan misalnya penjualan tunai, penerimaan piutang maupun penerimaan kas yang bersifat tidak rutin misalnya penyertaan modal, penjualan saham,penjualan aktiva perusahaan. Arus kas keluar (cash out flows) adalah pengeluaran yang bersifat kontinyu, seperti pembayaran bunga, dividen dan pembayaran pajak. Arus kas berlangsung terus menerus selama perusahaan menjalankan kegiatannya. Agar kas ini mudah dibaca dan dipahami, maka informasi arus kas tersebut dibuat dalam bentuk laporan yang disebut Laporan Arus Kas (statement of cash flows), sehingga dapat memenuhi kebutuhan informasi para investor dan kreditur dalam menganalisa arus kas. Aktivitas yang membagi laporan arus kas adalah kegiatan operasi kegiatan investasi, dan kegiatan pendanaan. Ketiga aktivitas ini memberikan informasi yang
5
6
memungkinkan para pengguna laporan untuk menilai pengaruh aktivitas tersebut terhadap keuangan perusahaan serta terhadap jumlah kas. Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2 (2008 : 2.1), yaitu : Setiap perusahaan harus menyusun laporan arus kas sesuai dengan persyaratan dalam pernyataan tersebut dan harus menyajikan laporan tersebut sebagai bagian yang tak terpisahkan (integral) dari laporan keuangan untuk setiap periode penyajian laporan keuangan.
Sebuah laporan arus kas akan disajikan setiap periode akuntansi dimana hasil-hasil operasi disajikan. Dengan membandingkan laporan arus kas dari beberapa perusahaan dalam beberapa periode, maka dapat digunakan untuk menilai kemungkinan arus kas di masa yang akan datang dan juga memprediksi kemungkinan perusahaan dalam menghasilkan laba. Pengertian kas dan setara kas juga memiliki pengertian yang berbeda. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 2 (2008 : 2.2) yaitu : Setara kas dimilki untuk memenuhi komitmen kas jangka pendek, bukan untuk investasi atau tujuan lain. Untuk memenuhi pernyataan setara kas, investasi harus segera dapat dirubah menjadi kas dalam jumlah yang telah diketahui tanpa menghadapi resiko perubahan nilai yang signifikan. Invenstasi dalam bentuk saham tersebut setara kas.
Kas terdiri dari saldo (cash on hand) dan rekening giro. Setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat likuit, jangka pendek dan
7
yang dengan cepat dapat disajikan kas dalam jumlah tertentu tanpa mengahadapi resiko perubahan yang signifikan. 2. Komponen Laporan Arus Kas Laporan arus kas mengklasifikasikan penerimaan kas dan pembayaran kas sebagai berikut : a. Aktivitas operasi (operating activities) Menurut Kieso et.al (2008 : 324) yang terjemahkan oleh Desi dan Vera (2005), “aktivitas operasi mencangkup pengaruh kas dari transaksi yang menghasilkan pendapat dan beban”. Pendapatan dan beban yang kemudian dimasukkan dalam penentuan laba bersih. Termasuk diantaranya adalah : 1)
Menjual barang (jasa).
2)
Pembelian barang (jasa) dari pemasok (supplier) dan,
3)
Membayar beban operasi ( gaji, sewa, asuransi, dll).
b. Aktivitas invenstasi (investing activities) Menurut PSAK No. 2 (2008 :2.2), definisi “aktivitas investasi adalah Perolehan dan pelepasan aktiva jangka panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas”. Yang termasuk dalam aktivitas investasi adalah : 1)
Memperoleh dan menjual investasi dan asset tetap.
2)
Meminjam uang dan menagih pinjaman.
3)
Membeli atau menjual anak perusahaan.
8
c.
Aktivitas pendanaan (financing actrivities) Menurut PSAk No. 2 (2008 : 2.2) definisi “akitivitas pendanaan
adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi modal dan pinjaman perusahaan”. Arus kas dari aktivitas pendanaaan
berhubungan
dengan
pengelolaan
sumber
dana
perusahaan. Aktivitas pendanaan merupakan aktivitas yang sifatnya tidak rutin sehingga terkadang dapat melonjak jumlahnya secara drastis. Yang termasuk dalam aktivitas pendanaan yaitu : 1)
Memperoleh kas dari penerbitan utang dan membayar jumlah dipinjam dan,
2)
Memperoleh kas dari pemegang saham dan memberikan pengembalian atas investasi pemegang saham.
3. Kegunaan dan Tujuan Laporan Arus Kas Apabila digunakan bersama dengan laporan keuangan lainnya, seperti neraca, laporan laba rugi, laporan saldo laba, laporan arus kas menurut PSAK No. 2 (2008 : 2.1) memiliki kegunaan yaitu : Informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan para pengguna mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan (future cash flow) dari berbagai perusahaan.
Perhatian utama investor dari laporan arus kas ini adalah kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan
arus kas
bersih untuk
menjamin
kelangsungan hidup perusahaan dan kemampuan perusahaan menghasilkan deviden. Namun pada kenyataannya, para investor pada umumnya lebih
9
tertarik pada prestasi perusahaan yang diukur atas dasar akuntansi akrual dan belum menganalisa laporan arus kas. Laporan arus kas juga memiliki tujuan yaitu menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2 (2008 : 2.1) adalah :
Memberi informasi historis mengenai perubahan arus kas dan setara kas dari suatu perusahaan melalui laporan arus kas yang mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi maupun pendanaan (financing) selama suatu periode akuntansi.
Berdasarkan tujuan laporan arus kas diatas dapat disimpulkan bahwa arus kas merupakan jiwa (lifeblood) bagi setiap perusahaan dan fundamental bagi esksitensi sebuah perusahaan serta menunjukkan dapat tidaknya sebuah perusahaan membayar semua kewajibanmnya. Laporan arus kas disusun dengan tujuan utama untuk memberikan informasi tentang aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan dengan basis kas (cash basis). 4. Metode Penyajian Pelaporan Arus Kas Ada metode penyajian laporan arus kas untuk kegiatan operasi, yaitu metode langsung (direct method) dan metode tidak langsung (indirect method). Kedua metode ini menghasilkan sub total yang sama untuk kegiatan operasi, investasi, dan pendanaan. Menurut Kieso et al. (2008 : 341) oleh Desi dan Vera (2005) sebagai berikut :
10
a. Metode langsung (direct method) Metode langsung adalah metode yang sederhana, yang hanya terdiri atas arus kas operasi yang dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu penerimaan kas dan pengeluaran kas. Pada metode langsung, rekening penghasilan dan biaya dengan basis akrual dikonversikan menjadi penghasilan dan biaya dengan basis kas. Arus kas dari aktivitas operasi dihitung dari jumlah pendapatan (penghasilan) dan beban (biaya), disesuaikan dengan perubahan rekening aktiva atau utang lancar yang berkaitan. Cara yang paling efisien untuk menerapkan metode langsung adalah dengan menganalisis pos-pos yang dilaporkan pada laporan laba rugi. Metode langsung menunjukkan yang lebih konsisten dengan tujuan laporan arus kas. b. metode tidak langsung (indirect method) Dengan metode ini, laba atau rugi bersih disesuaikan dengan mengoreksi pengaruh dari transaksi bukan kas, penangguhan atau akrual dari penerimaan atau pembayaran kas untuk operasi di masa lalu dan di masa depan, dan unsur-unsur penghasilan atau beban yang berkaitan dengan arus kas investasi dan pendanaan. Metode tidak langsung sangat banyak diterapkan dengan alasan, lebih mudah dan lebih sedikit mengeluarkan biaya dalam menyusunnya serta metode ini berfokus pada pembedaan antara laba bersih dan arus kas bersih dari aktivitas operasi. Bila menggunakan metode tidak langsung, dalam melaporkan aktivitas laba, laba bersih disesuaikan dengan
11
perkiraan yang termasuk dalam laporan laba rugi yang tidak menghasilkan arus kas masuk atau arus kas keluar. Tabel 2.1 Laporan Arus Kas dengan Metode Langsung PT. ABC LAPORAN ARUS KAS UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2008 (dalam Rupiah) Arus kas yang berasal dari kegiatan operasi : Kas yang diterima dari pelanggan Dikurangi : Kas untuk membeli persediaan 555.200 Kas untuk membayar biaya operasi 259.800 Kas untuk membayar biaya bunga 14.000 Kas untuk membayar pajak 29.000
951.000
(858.000) Aliran kas bersih dari kegiatan operasi Aliran kas yang berasal dari kegiatan investasi : Kas masuk yang berasal dari penjualan investasi Kas keluar untuk membeli peralatan
93.000
75.000 (157.000)
Aliran kas bersih untuk kegiatan investasi Aliran kas dari kegiatan keuangan : Kas yang diterima dari penjualan saham Dikurangi : Kas untuk membayar dividen 23.000 Kas untuk membayar hutang obligasi 125.000
(82.000)
160.000
(148.000) Aliran kas masuk neto dari kegiatan keuangan Kenaikan kas Saldo kas pada awal tahun Saldo kas pada akhir tahun Sumber : Hombar Pakpahan, 7 July, 2009
12.000 23.000 26.000 49.000
12
B. Pengertian dan Karakteristik Laba 1. Pengertian Laba Kegiatan perusahaan sudah dapat dipastikan berorientasi pada keuntungan atau laba, menurut Soemarso (2004:245) “Laba adalah selisih lebih pendapatan atas beban sehubungan dengan usaha untuk memperoleh pendapatan tersebut selama periode tertentu”. Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan laba sejauh mana suatu perusahaan memperoleh pendapatan dari kegiatan penjualan sebagai selisih dari keseluruhan usaha yang didalam usaha itu terdapat biaya yang dikeluarkan untuk proses penjualan selama periode tertentu. Umumnya perusahaan didirikan untuk mencapai tujuan tertentu yaitu memperoleh laba yang optimal dengan pengorbanan yang minimal untuk mencapai hal tertentu perlu adanya perencanaan dan pengendalian dalam setiap aktivitas usahanya agar perusahaan dapat membiayai seluruh kegiatan yang berlangsung secara terus menerus. Sedangkan pengertian laba menurut Belkoui (2007 : 231) yang diterjemahkan oleh Ali dan Krista (2004) adalah sebagai berikut : a. Bahwa laba akuntansi dapat bertahan menghadapi ujian waktu. b. Laba akuntansi didasarkan pada transaksi-transaksi aktual dan faktual, maka akan diukur dan dilaporkan secara objektif dan oleh sebab itu pada dasarnya dapat diverifikasi. c. Dengan mengandalkan prinsip realisasi untuk pengakuan pendapatan, laba akuntansi memenuhi kriteria dari konservatisme. d. Laba akuntansi dianggap berguna untuk tujuan pengendalian, terutama dalam melaporkan kepengurusan (penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada manajemen).
13
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa laba berasal dari semua transaksi atau kejadian yang terjadi pada badan usaha dan akan mempengaruhi kegiatan perusahaan pada periode tertentu dan laba di dapat dari selisih antara pendapatan dengan beban, apabila pendapatan lebih besar dari pada beban maka perusahaan akan mendapatkan laba apabila terjadi sebaliknya maka perusahaan mendapatkan rugi. Kelemahan laba akuntansi menurut Belkaoui (2007 : 234) yang diterjemahkan oleh Ali dan Krista (2004) diantaranya sebagai berikut : a. Laba akuntansi gagal mengakui kenaikan yang belum direalisasikan dalam nilai aktiva yang ditahan pada suatu periode tertentu Karena penerapan prinsip biaya historis dan realisasi. b. Laba akuntansi mengandalkan laba berdasarkan prinsip biaya historis menyulitkan perbandingan dengan adanya berbagai metode perhitungan biaya yang tidak dapat diterima. c. Laba akuntansi mengandalkan laba pada prinsip realisasi menyebabkan penyajian informasi yang tidak relevan dan tidak dimengerti oleh pemakai laporan keuangan. 2. Jenis – Jenis Laba Menurut Theodorus M. Tuanakotta (2001 : 219) ”mengemukakan jenisjenis laba dalam hubungannya dengan perhitungan laba, yaitu : Laba kotor, Laba dari operasi, Laba bersih”. Adapun penjelasan jenis – jenis laba diatas sebagai berikut
Menurut
Theodorus M. Tuanakotta (2001 : 220) : a. Laba kotor Laba kotor yaitu perbedaan antara pendapatan bersih dan penjualan dengan harga pokok penjualan.
14
b. Laba dari operasi Laba dari operasi yaitu selisih antara laba kotor dengan total beban biaya. c. Laba Bersih Laba bersih yaitu angka terakhir dalam perhitungan laba rugi dimana untuk mencarinya laba operasi bertambah pendapatan lain-lain dikurangi oleh beban lain-lain. Setiap perusahaan ataupun jenis usaha lainnya mempunyai tujuan yang sama, yaitu memperoleh laba yang besar untuk dapat memperoleh keuntungan. Laba yang diperoleh oleh perusahaan dapat dibagi menjadi dua (2) bagian yaitu laba kotor dan laba bersih. Dalam menyajikan laporan rugi laba akan terlihat pengklasifikasian dalam pengukuran laba adalah sebagai berikut : a. Laba kotor atas penjualan merupakan selisih dari penjualan bersih dan harga pokok penjualan, laba ini dinamakan laba kotor. Hasil laba bersih belum dikurangi dengan beban operasi lainnya untuk periode tertentu. b. Laba bersih operasi perusahaan yaitu laba kotor dikurangi dengan sejumlah biaya penjualan, biaya administrasi dan umum. c. Laba bersih sebelum potongan pajak
merupakan pendapatan
perusahaan secara keseluruhan sebelum pajak perseroan yaitu perolehan dari laba operasi dikurangi atau ditambah. d. Laba bersih setelah potongan pajak yaitu laba bersih setelah ditambah atau dikurangi dengan pendapatan dan biaya non operasi dan dikurangi laba perseroan.
15
3. Kegiatan Laba Urutan yang sering dipakai untuk menilai berhasil atau tidaknya manajemen suatu perusahaan untuk laba yang diperoleh nantinya, laba ini akan dipergunakan oleh perusahaan. Di dalam standar akuntansi keuangan PSAK no. 25 (menurut IAI) disebutkan sebagai berikut : Laporan laba rugi merupakan laporan utama untuk melaporkan kinerja suatu perusahaan,
terutama tentang profitabilitas dibutuhkan untuk
mengambil keputusan tentang sumber ekonomi yang dikelola oleh sebuah perusahaan dimasa yang akan datang. Informasi tersebut juga sering digunakan untuk memperkirakan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan kas dan aktiva yang akan disamakan dengan kas dimasa yang akan datang. Informasi tentang kemungkinan perubahan kinerja juga penting dalam hal ini. Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa laporan laba rugi merupakan suatu laporan sistematis mengenai penghasilan biaya laba rugi yang diperoleh suatu perusahaan dalam satu periode. Informasi yang disajikan dalam laporan laba rugi meliputi : a. Bagian pertama. Menunjukan penghasilan yang diperoleh dari usaha pokok perusahaan (penjualan barang dagangan / memberikan service) diikuti dengan harga pokok dari barang atau service yang dijual, sehingga diperoleh laba kotor.
16
b. Bagian kedua. Menunjukan biaya-biaya operasi yang terdiri dari biaya penjualan dan biaya umum atau administrasi (operating expense). c. Bagian ketiga. Menunjukan harga hasil yang diperoleh diluar operasi pokok perusahaan yang diikuti dengan biaya diluar usaha pokok perusahaan. d. Bagian keempat. Menunjukan laba rugi yang insidentil (extra ordinary gain or loss) sehingga akhirnya diperoleh laba bersih sebelum pajak pendapatan. 4. Tujuan Laba Menurut Anis dan Imam (2003 : 216) mengutarakan bahwa tujuan pelaporan laba adalah sebagai berikut : a. b. c. d. e. f. g. h.
Sebagai indikator efesiensi penggunaan dana yang tertahan dalam perusahaan yang diwujudkan dalam tingkat kembaliannya. Sebagai dasar pengukuran prestasi manajemen. Sebagai dasar penentuan besarnya perencanaan pajak. Sebagai alat pengendalian sumber daya ekonomi suatu negara. Sebagai kompensasi dan pembagian bonus. Sebagai alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan. Sebagai dasar bentuk kenaikan kemakmuran. Sebagai dasar pembagian deviden.
Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dilaporkannya laba atau lebih dikenal dengan laba atau rugi adalah sebagai indikator efesiensi penggunaan dana yang digunakan sebagai dasar untuk pengukuran, penentuan, pengendalian, motivasi prestasi manajemen dan sebagai dasar
17
kenaikan kemakmuran serta dasar pembagian deviden untuk para investor yang menanamkan modalnya pada perusahaan. 5. Analisis Laba Dua Tahap Menurut (John J. Wild 2005:110) dalam bukunya Analisis Laporan Keuangan menjelaskan bahwa analisis laba berikut komponen-komponennya dilakukan melalui dua tahap sebagai berikut : a. Analisis Akuntansi dan Pengukurannya Analisis ini memerlukan pemahaman atas akuntansi pendapatan dan beban. Analisis ini juga memerlukan pemahaman akuntansi aktiva dan kewajiban
karena
banyak
aktiva
ditangguhkan dan kewajiban
yang
yang
merupakan
beban
yang
merupakan penghasilan
yang
ditangguhkan. Implikasi tiap jenis akuntansi dibandingkan jenis lainnya harus dipahami, serta nilai dampaknya pada pengukuran laba dan analisa komperatif. b. Menerapkan Alat Analisis Pada Laba dan Komponen-komponennya serta mengiterprestasikan Hasil Analisis Tersebut Penerapan alat analisis ini bertujuan untuk mencapai tujuan terkait dengan pengguna laba. Tujuan ini meliputi peramalan laba, penilaian daya tahan dan pengguna laba, serta estimasi kekuatan laba. 6. Pengukuran Ramalan Laba “Ukuran laba secara efektif menghubungkan laba masa lalu, laba saat ini dan laba masa depan dengan total investasi modal”. (John J. Wild 2005:36).
18
Digunakannya ramalan ini pada analisis dan laba menambah tingkat pemahaman dan realisme. Harapan atau taksiran yang diharapkan dari ramalan laba ini ditentukan oleh : a. Sejarah pertumbuhan tingkat pengembalian b. Perubahan perusahaan c. Kondisi usaha yang diperkirakan d. Taksiran pengembalian proyek baru Berdasarkan penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa laba dapat diramalkan dari jumlah masa lalu, laba saat ini dan laba dimasa yang akan datang sebagai bahan dalam melakukan analisa, selain pengembalian atas investasi modal termasuk juga kedalam unsur atau sarana utama dan pelengkap dalam peramalan laba.
C. Pengertian Laba Kotor Laba kotor merupakan hasil dari penjualan bersih dikurangi dengan harga pokok penjualan, hal ini sejalan dengan kutipan dari Soemarso (2004.234) “Laba kotor (gross profit) adalah penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan”. Ketika menganalisis sebuah perusahaan, laba kotor sangat penting karena menunjukkan seberapa efisien manajemen menggunakan tenaga kerja dan bahan dalam proses produksi. Lebih khusus, dapat digunakan untuk menghitung marjin laba kotor. Perlu diketahui bahwa laba kotor bervariasi secara signifikan dari industri ke industri.
19
1.
Pencapaian Laba Kotor Laba merupakan selisih antara pendapatan dengan beban, sehingga laba
dapat mengukur masukan (dalam bentuk beban yang diukur dengan biaya) dan keluaran (dalam bentuk pendapatan yang diperoleh). Hal ini seperti pernyataan bahwa “Laba yang dicapai merupakan pengukur penting efisien dan efektivitas organisasi”. (R.A Supriyono, 2000:330) Pencapaian laba kotor yang maksimal dapat tercapai bila penjualan bersih tinggi dari pada harga pokok penjualan.”Pencapaian laba kotor adalah tercapainya target laba kotor yang maksimal dengan menunjukkan adanya penjualan yang lebih tinggi daripada harga pokok penjualan”. (Iyan Rohaeni 2004:15) Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa biaya atau masukan atau input akan menunjukkan ukuran pencapaian laba kotor apabila setelah jumlah penjualan diketahui sebagai salah satu faktor yang menentukan nilai laba kotor suatu perusahaan. 2. Mengukur Laba (Margin) Kotor (John J.Wild 2005:222) Laba kotor (gross profit) atau margin kotor (gross margin) adalah pendapatan yang dikurangi dengan harga pokok penjualan, misalnya : Penjualan
xxxxxxxx
Harga Pokok Penjualan
__xxxxxx -
20
Laba Kotor
xxxxxxxx
Rumus : Laba kotor = penjualan bersih - Beban pokok penjualan. D. Size Perusahaan
Pengertian laporan keuangan dilihat dari sisi manajemen perusahaan menurut Mardiasmo (2002: 160):
Laporan keuangan adalah merupakan alat pengendalian dan evaluasi kinerja manajerial dan organisasi, dan dilihat dari pemakai eksternal laporan keuangan merupakan salah satu bentuk mekanisme pertanggungjawaban dan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan.
Menurut Zaki Baridwan dalam bukunya Intermedit accounting (2000 : 18):
Laporan keuangan yang disusun oleh manajemen meliputi neraca, laporan rugi laba, laporan perubahan modal dan laporan arus kas ditambah dengan laporan yang menunjukkan bagian-bagian dari laporan keuangan yang lebih rinci. Besar kecilnya perusahaan dapat diukur dari beberapa variabel. Brigham dan Houston (2001: 119) mendefinisikan :
Size atau ukuran perusahaan sebagai rata-rata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun, ukuran perusahaan merupakan karakteristik suatau perusahaan dalam hubungannya dengan struktrur perusahaan. Menurut Undang-undang No.20 Tahun 2008 pasal 6 size perusahaan diukur melalui kekayaan (asset) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
21
usaha dan hasil penjualan yang terbagi menjadi 4 yaitu, perusahaan mikro, kecil, menengah, dan besar.
Perusahaan dalam Sulastini (2007) merupakan variabel yang banyak digunakan untuk menjelaskan pengungkapan sosial yang dilakukan perusahaan dalam laporan tahunan yang dibuat. Secara umum perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan kecil. Hal ini karena perusahaan besar akan menghadapi resiko politis yang lebih besar di banding perusahaan kecil. Secara teoritis perusahaan besar tidak akan lepas dari tekanan politis, yaitu tekanan untuk melakukan pertanggung jawaban sosial. Pengungkapan sosial yang lebih besar merupakan pengurangan biaya politis bagi perusahaan (Hasibuan, 2001). Dengan mengungkapkan kepedulian pada lingkungan melalui pelaporan keuangan, maka perusahaan dalam jangka waktu panjang bisa terhindar dari biaya yang sangat besar akibat dari tuntutan masyarakat. Ada dugaan bahwa perusahaan yang kecil akan mengungkapkan lebih rendah kualitasnya dibanding perusahaan besar. Hal ini karena ketiadaan sumber daya dan dana yang cukup besar dalam laporan tahunan. Manajemen khawatir mengungkapkan lebih banyak akan membahayakan posisi perusahaan terhadap kompetitor lain. Ketersediaan sumber daya dan dana membuat perusahaan merasa perlu membiayai penyediaan informasi untuk pertanggung jawaban sosialnya. Size perusahaan bisa didasarkan pada jumlah
22
aktiva (aktiva tetap, tidak berwujud, dan lain-lain), jumlah tenaga kerja, volume penjualan dan kapitalisasi pasar. Dari keterangan diatas maka dapat disimpulkan bahwa size perusahaan di ukur dari jumlah asset yang dimiliki perusahaan, pendapatan perusahaan dan jumlah tenaga kerja yang ada pada perusahaan.
E. Return Saham 1. Pengertian Return Saham Return merupakan pendapatan per lembar saham yang dinikmati oleh investor atas suatu investasi yang dilakukan. Ekpetasi dari para investor terhadap investasinya adalah memperoleh return (tingkat pengembalian) sebesar-besarnya denngan resiko tertentu (Mamduh, 2005). Tingkat pengembalian tersebut dapat berupa capital gain ataupun deviden untuk investasi pada saham dan pendapatan bunga untuk investasi pada surat hutang. Return tersebut yang menjadi indikator untuk meningkatkan wealth para investor, termasuk di dalamnya para pemegang saham. Deviden merupakan salah satu peningkatan wealth pemegang saham. Investor akan sangat senang apabila mendapatkan return investasi yang semakin tinggi dari waktu ke waktu. Oleh Karena itu, investor potensial memiliki kepentingan untuk mampu memprediksi berapa besar investasi mereka.
23
2. Jenis-jenis Return Saham Menurut Jogiyanto (2003 :109), return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi dan return dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu : a. Return realisasi (realized return), merupakan return yang telah terjadi. return realisasi dihitung berdasarkan data historis. b. Return ekspetasi (expected return) adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang. Dalam kaitannya antara keputusan investasi dengan return, bahwa dalam berinvetasi investor harus dapat membedakan antara realizes return dengan expected return. Investor akan melakukan investasi untuk masa depannya dengan harapan memperoleh return maksimal, tetapi tidak jarang pula apa yang mereka harapkan tidak sesuai dengan kenyataan. Jadi, return yang didapat oleh investor bisa melebihi atau mungkin kurang dari harapan mereka. Oleh karena itu investor harus selalu mempertimbangkan resiko dari investasi. 3. Cara Mengukur Return Realisasi Saham return atau tingkat keuntungan saham adalah suatu timbal balik yang akan diperoleh oleh investor dalam investasinya. Menurut Jogiyanto (2003) return dari suatu sekuritas saham dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :
Ri = Pt - Pt-1 Pt-1 Keterangan :
24
Ri = Rate of return dari saham Pt = Harga saham pada suatu periode Pt-1 = Harga saham periode sebelumnya Dari rumus diatas dapat disimpulkan bahwa keuntungan suatu saham merupakan selisih antara harga pada suatu periode diselisihkan dengan harga saham periode sebelumnya kemudian dibagi dengan harga saham periode sebelumnya. 4. Cara Mengukur Return Ekspetasi Return ekspektasi adalah suatu return yang diharapkan di masa mendatang dan masih bersifat tidak pasti. Berdasarkan model pasar, expected return dirumuskan sebagai berikut: E (Ri) = αi + ßi.E(RM) Dimana: E (Ri) = Return ekspektasi sekuritas ke- i αi
= Nilai ekspektasi dari return sekuritas yang independen terhadap return pasar
ßi
= Beta yang merupakan koefisien yang mengukur perubahan Ri akibat dari perubahan RM (sensitifitas perubahan return harian saham terhadap return pasar)
E(RM) = Tingkat return dari indeks pasar (return yang merupakan prosentase perubahan IHSG)
25
Koefisien α dan β diperoleh dari perhitungan persamaan regresi runtut waktu antara return saham (Rit) dengan return pasar (Rmt) koefisien α dan β dapat dihitung expected return tiap-tiap saham atau E(Ri). Koefisien α dan β dihitung dengan menggunakan rumus seperti yang di bawah ini:
N = Jumlah saham yang diteliti
F. Hipotesis Berdasarkan kerangka teori tersebut, maka hipotesis di bawah ini pada dasarnya merupakan jawaban sementara terhadap suatu masalah yang harus dibuktikan kebenarannya. Adapun hipotesis yang dirumuskan dalam penulisan skripsi ini adalah :
Ha1 :
arus kas dari aktivitas operasi mempunyai pengaruh terhadap expected return saham pada perusahaan manufaktur di BEI.
Ha2 :
arus kas dari
aktivitas investasi
mempunyai
pengaruh
terhadap expected return saham pada perusahaan manufaktur di BEI.
26
Ha3 :
arus kas dari
aktivitas pendanaan
mempunyai pengaruh
terhadap expected return saham pada perusahaan manufaktur di BEI. Ha4 :
laba kotor berpengaruh terhadap expected return saham pada perusahaan manufaktur di BEI.
Ha5 :
size perusahaan berpengaruh terhadap expected return saham pada perusahaan manufaktur di BEI.
Ha6 :
Arus kas, Laba kotor, Size perusahaan secara simultan mempunyai pengaruh terhadap perubahan laba pada perusahaan manufaktur di BEI
G. Kerangka Penelitian Kerangka
penelitian dari
digambarkan sebagai berikut :
pola
hubungan antar
variabel
dapat
27
Gambar 2.1 Paradigma dan Model Penelitian Hubungan Antar Variabel
Arus Kas dari Aktivitas Operasi
Arus Kas dari Aktivitas Pendanaaan EXPECTED RETURN Arus Kas dari Aktivitas Investasi
Laba Kotor
Size Perusahaan
Variabel Independen
Variabel Dependen
H. Penelitian Terdahulu . 1. Pengaruh Arus Kas Operasi dengan Expected Return Saham Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan (principal revenue activities) dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan pendanaan, umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi bersih, dan merupakan indikator yang menentukan apakah dari operasi perusahaan dapat menghasilkan kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara
28
kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar. Livnat dan Zarowin (1990) dalam Ninna Daniati (2006) yang menguji komponen arus kas menemukan bukti bahwa komponen arus kas mempunyai hubungan yang lebih kuat dengan expected return saham dibanding hubungan total arus kas dengan return. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ninna Daniati (2006) yang memperoleh hasil tidak adanya pengaruh yang signifikan antara arus kas operasi terhadap expected return saham. Secara teori, semakin tinggi arus kas operasional perusahaan maka semakin tinggi kepercayaan investor pada perusahaan tersebut, sehingga semakin besar pula nilai expected return saham. Dan sebaliknya, semakin rendah arus kas operasional perusahaan maka semakin kecil kepercayaan investor pada perusahaan tersebut, sehingga semakin kecil pula nilai expected return saham. 2. Pengaruh Arus Kas Investasi dengan Expected Return Saham Aktivitas investasi adalah aktivitas yang menyangkut perolehan atau pelepasan aktiva jangka panjang (aktiva tidak lancar) serta investasi lainyang tidak termasuk dalam setara kas, mencakup aktivitas meminjamkan uang dan mengumpulkan piutang tersebut serta memperoleh dan menjual investasi dan aktiva
jangka
panjang
produktif.
Aktivitas
investasi
mencerminkan
pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan.
29
Miller dan Rock (1985) dalam Ninna Daniati (2006) melakukan pengujian mengenai pengaruh investasi pada expected return saham. Hasil studi ini menemukan bahwa peningkatan investasi berhubungan dengan peningkatan arus kas masa yang akan datang dan mempunyai pengaruh positif dengan expected return saham pada saat pengumuman investasi baru. Penelitian yang dilakukan oleh Ninna Daniati (2006) memperoleh hasil adanya pengaruh yang signifikan dan negatif antara arus kas investasi terhadap expected return saham. Secara teori, semakin tinggi arus kas investasi perusahaan maka semakin tinggi kepercayaan investor pada perusahaan tersebut, sehingga semakin besar pula nilai expected return saham. Dan sebaliknya, semakin rendah arus kas investasi perusahaan maka semakin kecil kepercayaan investor pada perusahaan tersebut, sehingga semakin kecil pula nilai expected return saham. 3. Pengaruh Arus Kas Pendanaan dengan Expected Return Saham Aktivitas pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi ekuitas dan pinjaman perusahaan. Arus kas pendanaan berguna untuk memprediksi klaim terhadap arus kas masa depan oleh para pemasok modal perusahaan. Miller dan Rock (1985) dalam Ninna Daniati (2006) dengan signaling theory menjelaskan bahwa pasar akan bereaksi negatif terhadap pengumuman pendanaan dari kas karena akan berpengaruh terhadap arus kas dari operasi yang lebih rendah untuk masa yang akan datang, selain itu ia juga mengidentifikasi adanya sinyal lain yang berpengaruh terhadap arus kas dari
30
pendanaan yaitu perubahan dividen yang sangat erat hubungannya dengan expected return saham. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ninna Daniati (2006) belum berhasil membuktikan adanya pengaruh yang signifikan dan positif antara arus kas pendanaan terhadap expected return saham. Secara teori, semakin tinggi arus kas pendanaan perusahaan maka semakin tinggi kepercayaan investor pada perusahaan tersebut, sehingga semakin besar pula nilai expected return saham. Dan sebaliknya, semakin rendah arus kas pendanaan perusahaan maka semakin kecil kepercayaan investor pada perusahaan tersebut, sehingga semakin kecil pula nilai expected return saham. 4. Pengaruh Laba Kotor dengan Expected Return Saham Laba kotor adalah selisih dari pendapatan perusahaan dikurangi dengan cost barang terjual. Cost barang terjual adalah semua biaya yang dikorbankan yang untuk perusahaan pemanufakturan, mulai dari tahap ketika bahan baku masuk ke pabrik, diolah, dan hingga dijual. Semua biaya-biaya langsung yang berhubungan dengan penciptaan produk tersebut dikelompokkan sebagai cost barang terjual. Febrianto (2005) dalam penelitiannya yang menguji angka laba mana antara laba kotor, laba operasi, dan laba bersih yang direaksi lebihkuat oleh investor dan seberapa signifikan perbedaan reaksi pasar terhadapketiga angka laba tersebut. Penelitian Febrianto (2005) ini menyimpulkan bahwa angka laba kotor lebih mampu memberikan gambaran yang lebihbaik tentang hubungan laba dan harga saham yang sangat erat pula hubungannya dengan expected return saham. Laba kotor lebih terkendali oleh manajemen karena rekening
31
cost barang terjual menentukan daya saing produk dipasar. Manajemen pasti berusaha untuk mengendalikan biaya tersebut pada tingkat yang rendah agar produk bisa dijual dengan harga yang kompetitif. Rekening yang membentuk cost barang terjual pun relatif bebas dari pilihan metode akuntansi, jikapun ada itu hanya pilihan antara FIFO dan LIFO yang didalam penelitian dibuktikan tidak mempengaruhi keputusan investor dan masalah pembebanan biaya overhead pabrik yang sebenarnya tidak terlalu mengubah nilai akhir cost barang terjual. Metode ABC dan Just in Time misalnya adalah bukti bahwa manajemen berusaha keras untuk mengendalikan cost barang terjual. Dalam penyusunan laporan laba rugi, laba kotor dilaporkan lebih awal dari dua angka laba lainnya, artinya perhitungan angka laba kotor akan menyertakan lebih sedikit komponen pendapatan dan biaya dibanding angka laba lainnya. Karena semakin detail perhitungan suatu angka laba akan semakin banyak pilihan metode akuntansi sehingga semakin rendah kualitas laba. Hasil penelitian yang dilakukan Ninna Daniati (2006) diperoleh hasil adanya pengaruh yang signifikan dan positif antara laba kotor terhadap expected return saham. Secara teori, semakin besar laba yang diperoleh perusahaan maka semakin tinggi minat investor untuk berinvestasi di perusahaan, sehingga semakin besar pula nilai expected return saham. Dan sebaliknya, semakin kecil laba yang diperoleh perusahaan maka semakin kecil minat investor untuk berinvestasi di perusahaan tersebut, sehingga semakin kecil pula nilai expected return saham.
32
5. Pengaruh Size Perusahaan dengan Expected Return Saham Ukuran (size) perusahaan bisa diukur dengan menggunakan total aktiva, penjualan, atau modal dari perusahaan tersebut. Salah satu tolak ukur yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan adalah ukuran aktiva dari perusahaan tersebut. Perusahaan yang memiliki total aktiva besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lama, selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total asset yang kecil (Indriani:2005). Cooke (1992) meneliti pengaruh size perusahaan, status pendaftaran dan jenis industri terhadap luas pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan Jepang yang terdaftar dibursa. Size perusahaan merupakan variabel penting yang menjelaskan luas pengungkapan dalam laporan tahunan, sedangkan untuk jenis industri ditemukan bahwa perusahaan manufaktur berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan dibandingkan dengan jenis industri lain. Miswanto (1999) dalam penelitiannya mengenai pengaruh ukuran perusahaan pada risiko bisnis menemukan bahwa besar kecilnya perusahaan mempengaruhi risiko bisnis. Dari penelitiannya diperoleh bukti empiris bahwa perusahaan kecil memiliki risiko dan return yang lebih tinggi dibanding perusahaan besar. Hasil penelitian yang dilakukan Ninna Daniati (2006) diperoleh hasil adanya pengaruh yang signifikan dan positif antara size perusahaan terhadap expected return saham.
33
Secara teori, semakin besar size perusahaan yang dimiliki oleh perusahaan maka semakin tinggi minat investor untuk berinvestasi di perusahaan, sehingga semakin besar pula nilai expected return saham. Dan sebaliknya, semakin kecil size perusahaan yang dimiliki oleh perusahaan maka semakin kecil minat investor untuk berinvestasi di perusahaan tersebut, sehingga semakin kecil pula nilai expected return saham.
,