BAB II LANDASAN TEORI
II.1 Latar Belakang International Financial Reporting Standard (IFRS) Mengacu pada pendapat Nelson Lam dan Peter Lau (2009), latar belakang terbentuknya standar akuntansi internasional IFRS dikarenakan setiap negara menggunakan prosedur, prinsip, dan standar akuntansi yang berbeda untuk mengatur penyusunan laporan keuangan entitas secara hukum. Agar dapat terjadi harmonisasi standar akuntansi di setiap negara, maka dibentuklah International Financial Reporting Standards (IFRSs) dan International Accounting Standards (IASs). International Accounting Standard Board (IASB) merupakan suatu lembaga independen pembentuk International Financial Reporting Standars (IFRS) yang berlokasi di London, Inggris. Sedangkan International Accounting Standard Committee (IASC) merupakan lembaga pembentuk International Accounting Standards (IAS) dan sebagai pendahulu IASB, didirikan pada tahun 1973 sebagai hasil kesepakatan oleh beberapa badan akuntansi di Australia, Kanada, Prancis, Jerman, Jepang, Meksiko, Belanda, Inggris, dan Amerika Serikat. Sejak tahun 1983 sampai 2001, anggota IASC termasuk semua badan akuntansi profesional menjadi anggota International Federation of Accountants (IFAC). Pendirian IASB bertujuan untuk mencapai harmonisasi prosedur dan standar akuntansi ke seluruh dunia, dan IAS dibentuk oleh IASC untuk mendukung harmonisasi tersebut.
9
II.2 Definisi International Financial Reporting Standard (IFRS) Berdasarkan publikasi pada website investopedia (investopedia, 2011), bahwa “A set of international accounting standards stating how particular types of transactions and other events should be reported in financial statements. IFRS are issued by the International Accounting Standards Board”.
Berdasarkan publikasi pada website oracle (oracle, 2011), bahwa “International Financial Reporting Standards (IFRS) are standards and interpretations issued by the International Accounting Standards Board (IASB)”.
Berdasarkan publikasi pada website Financial Time Lexicon (lexicon, 2011), bahwa International Financial Reporting Standard (IFRS) sebagai berikut: “International financial reporting standards (IFRS) represent a set of generally accepted accounting principles (GAAP) used by companies to prepare financial statements, a critical source of information published annually, at a minimum, and useful to various stakeholders (shareholders, debtors, clients, employees and governments) in understanding a company's financial performance and management's stewardship of the company's resources”.
II.3 Definisi International Accounting Standards (IASs) Berdasarkan publikasi pada website investopedia (Investopedia, 2011), bahwa “An older set of standards stating how particular types of transactions and other events should be reflected in financial statements. In the past, international accounting standards (IAS) were issued by the Board of the International Accounting Standards Committee (IASC)”.
10
Sementara publikasi pada website 12 manage the excecutive fast track (12 manage, 2011), menyatakan bahwa “The IAS (International Accounting Standards) is a set of standards which state how certain types of transactions and other events should be reflected in financial statements”.
II.4 International Accounting Standard Board (IASB) dan International Accounting Standard Committee (IASC) Mengacu pada pendapat Lam dan Lau (2009), International Accounting Standard Board (IASB) diangkat dan diawasi oleh berbagai kelompok dewan yang berbeda (seperti lembaga IASC) yang bertanggung jawab untuk kepentingan umum. IASB juga didukung oleh dewan penasihat eksternal (seperti Standars Advisory Council, atau SAC) dan komite interprestasi (The International Financial Reporting Interpretation Committee, atau IFRIC) yang memberikan pengarahan dimana masih banyak penyimpangan secara praktik. Sedangkan International Accounting Standard Committee (IASC) adalah sebuah organisasi independen yang terdiri dari dua badan utama yaitu para wali (trustees) dan IASB. Lembaga IASC bersandar pada 22 wali yang bertanggung jawab dalam mengangkat anggota IASB dan dewan terkait serta komite. Badan lain dalam struktur lembaga IASC adalah International Financial Reporting Interpretation Committee (IFRIC), merupakan badan interpretatif IASB yang diangkat oleh para wali. Peran IFRIC adalah mempersiapkan penafsiran IFRS dengan persetujuan IASB, dan dalam konteks kertas kerja (framework), untuk memberikan panduan berkelanjutan pada masalah pelaporan keuangan.
11
Gambar 2.1
Struktur Organisasi IASB
Sumber: International Accounting Standar Board website, www.iasb.org
II.5 IAS 16 Property, Plant and Equipment II.5.1 Definisi Property, Plant and Equipment Berdasarkan standar IAS 16 (2009 : 16.6) mengenai karakteristik dari aset termasuk dalam aset tetap yang menyatakan bahwa: Property, Plant and Equipment are tangible items that 1. Are held : a. For use in the production or supply of goods or services; b. For rental to others; or c. For administrative purposes; and 2. Are expected to be used during more than one period. Berdasarkan standar tersebut, yang kemudian dikonvergensikan ke dalam PSAK No. 16 (IAI, 2007:16.2),yaitu: Aset tetap adalah aset berwujud yang: 1. Dimiliki : a. Untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa; b. Untuk direntalkan kepada pihak lain; atau 12
2.
c. Untuk tujuan administratif. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
II.5.2 Standar dan Ruang Lingkup IAS 16 Lam dan Lau (2009) menyatakan bahwa berdasarkan IAS 16, suatu entitas harus mengimplementasikan IAS 16 dalam akuntansi aset tetap, kecuali ketika standar akuntansi lainnya mengharuskan dan mengizinkan perlakuan akuntansi yang berbeda dan tidak memasukkan aset tetap lainnya ke dalam lingkup standar akuntansi lain, termasuk sebagai berikut: 1. Aset yang dimiliki untuk dijual ( berdasarkan IFRS 5 Non-Current Assets Held for Sale and Discontinued Operations); 2. Aset biologis yang berhubungan dengan aktivitas agrikultur (berdasarkan IAS 41 Agriculture); dan 3. Eksplorasi dan evaluasi aset (berdasarkan IFRS 6 Exploration for and Evaluation of Mineral Resources). Lam dan Lau (2009) menyatakan bahwa dalam rangka pemahaman yang lebih baik dalam perlakuan akuntansi IAS 16, pengetahuan yang tepat juga diharuskan dalam perlakuan akuntansi yang berkaitan dengan Sewa / Leases (IAS 17) dan Properti Investasi / Investment Property (IAS 40). 1. IAS 17 menetapkan bagaimana pengklasifikasian Property, Plant and Equipment yang disewakan (Leases), dan juga mengacu pada perlakuan akuntansi untuk beberapa aset, termasuk penyusutannya, pada IAS 16; 2. Pembelian properti baru dalam konstruksi yang akan digunakan sebagai properti investasi (Investment Property) setelah konstruksi harus diawali
13
pengakuan sebagai Property, Plant and Equipment. Setelah konstruksi selesai, properti menjadi properti investasi dalam IAS 40; dan 3. Suatu entitas menggunakan model biaya untuk properti investasi dalam penyesuaian dengan IAS 40 harus menggunakan model biaya pada IAS 16. II.5.3 Pengakuan (Recognition) Berdasarkan standar IAS 16 (2009 : 16.7) menyatakan bahwa dalam rangka pengakuan Property, Plant and Equipment dalam neraca, kriteria pengakuan pada standar akuntansi harus dipenuhi. Suatu entitas harus mengakui sebuah item Property, Plant and Equipment sebagai aset jika, dan hanya jika: 1. It is probable that future economic benefits associated with the item will flow to the entity; and 2. The cost of the item can be measured reliably. Berdasarkan standar tersebut, PSAK No. 16 (IAI, 2007:16.2) mengkonvergensi standar tersebut dengan menyatakan bahwa: 1. Besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan aset tersebut akan mengalir ke entitas; dan 2. Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal. Biaya Perolehan Awal Di dalam standar PSAK No. 16 (IAI, 2007:16.2) mengenai biaya perolehan Aset Tetap mendefinisikan bahwa: “Biaya perolehan (cost) adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar dari imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau konstruksi atau, jika dapat diterapkan, jumlah yang diatribusikan ke aset pada saat pertama kali diakui sesuai dengan persyaratan tertentu dalam PSAK lain”. 14
“Pengakuan terhadap biaya-biaya dalam jumlah tercatat suatu aset tetap dihentikan ketika aset berada pada lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan keinginan dan maksud manajemen....” (IAI, 2007:16.5). Biaya Setelah Perolehan Awal Di dalam PSAK No. 16 (IAI, 2007:16.3) mengenai biaya-biaya setelah perolehan awal Aset Tetap menyatakan bahwa: “.....Entitas mengakui biaya penggantian komponen suatu aset dalam jumlah tercatat aset saat biaya itu terjadi jika pengeluaran tersebut memenuhi kriteria untuk diakui sebagai bagian dari aset. Jumlah tercatat komponen yang diganti tersebut tidak lagi diakui apabila telah memenuhi ketentuan penghentian pengakuan”. “.....Biaya inspeksi diakui dalam jumlah tercatat aset tetap sebagai suatu penggantian apabila memenuhi kriteria pengakuan. Sisa jumlah tercatat biaya inspeksi yang terdahulu, jika ada (yang dibedakan dari komponen fisiknya), dihentikan pengakuannya.....” (IAI, 2007:16.4). II.5.4 Pengukuran Saat Pengakuan (Measurement at Recognition) Suatu aset yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai aset tetap pada awal perolehannya harus diukur sebesar biaya perolehan. Pada saat pengakuannya, entitas harus mengukur seluruh biaya yang dapat diatribusikan langsung ke dalam biaya perolehan aset. Di dalam standar IAS 16 (2009 : 16.6) menyatakan bahwa definisi Biaya adalah sebagai berikut: 1. The amount of cash or cash equivalents paid or the fair value of other consideration given to acquire an asset at the time of its acquisition or construction; or 2. Where applicable, the amount attributed to that asset when initially recognized in accordance with the specific requirements of other accounting standards, e.g., IFRS 2 Share-based Payment. 15
Berdasarkan standar tersebut, maka definisi biaya aset tetap dalam IAS 16 (2009) adalah: 1. Jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar dari imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau konstruksi; atau 2. Jika dapat diterapkan, jumlah yang diatribusikan pada aset tersebut saat pertama kali diakui sesuai dengan persyaratan tertentu dalam standar akuntansi lainnya, seperti IFRS 2 Share Based Payment.
Berdasarkan standar IAS 16 (2009), mengenai biaya-biaya yang termasuk dalam biaya perolehan awal aset tetap meliputi: 1.
2.
3.
Its purchase price, including import duties and nonrefundable purchase taxes, after deducting trade discounts and rebates; The directly attributable cost, being any costs directly attributable to bringing the asset to the location and condition necessary for it to be capable of operating in the manner intended by management; The estimated dismantling cost, being the initial estimate of the costs of dismantling and removing the item and restoring the site on which it is located, the obligation for which an entity incurs either when the item is acquired or as a consequence of having used the item during a particular period for purposes other than to produce inventories during that period.
Berdasarkan standar tersebut, yang juga dikonvergensikan ke PSAK No. 16 (IAI, 2007:16.4) mengenai komponen biaya perolehan aset tetap meliputi: 1.
2.
Harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan-potongan lain; Biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan keinginan dan maksud manajemen; dan 16
3.
Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi aset. Kewajiban atas biaya tersebut timbul ketika aset tersebut diperoleh atau karena entitas menggunakan aset tersebut selama periode tertentu untuk tujuan selain untuk menghasilkan persediaan.
II.5.5 Pengukuran Setelah Pengakuan (Measurement after Recognition) Lam dan Lau (2009) menyatakan bahwa setelah pengakuan awal, suatu entitas harus memilih dua model sebagai kebijakan akuntansi dan menerapkan kebijakan tersebut terhadap seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama. Di dalam IAS 16 (2009 : 16.30) mengenai metode pengukuran setelah pengakuan aset tetap menyatakan bahwa: 1. Cost model If an entity chooses the cost model as its accounting policy in subsequently measuring its property, plant and equipment, an item of property, plant and equipment is carried at a. Its cost; b. Less any accumulated depreciation; and c. Less any accumulated impairment losses 2.
Revaluation Model If an entity can reliably measure the fair value of an item of property, plant and equipment, it can choose the revaluation model as its accounting policy in subsequently measuring the property, plant and equipment. An item of property, plant and equipment is then carried at a. A revalued amount, being its fair value at the date of the revaluation; b. Less any subsequent accumulated depreciation; and c. Less any subsequent accumulated impairment losses (IAS 16.31). Berdasarkan
standar
tersebut,
PSAK
(IAI,
2007:16.6)
melakukan konvergensi metode revaluasi dalam standar pengukuran setelah pengakuan aset tetap yang menyatakan bahwa:
17
1. Model Biaya Setelah diakui sebagai aset, suatu aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset. 2. Model Revaluasi Setelah diakui sebagai aset, suatu aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara andal harus dicatat pada jumlah revalusian, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi. Revaluasi harus dilakukan dengan keteraturan yang cukup reguler untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material dari jumlah yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada tanggal neraca. Definisi nilai wajar di dalam standar IAS 16 (2009 : 16.6) menyatakan bahwa: “Fair value is defined as the amount for which an asset could be exchanged between knowledgeable, willing parties in an arm’s length transaction”. Sedangkan berdasarkan PSAK (IAI, 2007:2) mengenai definisi nilai wajar bahwa “nilai wajar adalah jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu aset antara pihak-pihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai dalam suatu transaksi dengan wajar (arm’s length transaction)”.
18
Tabel 2.1 Penentuan Nilai Wajar Aset Tetap Item Aset Tetap
Penentuan Aset Tetap
Tanah dan Bangunan
Ditentukan melalui penilaian yang dilakukan oleh penilai
yang
memiliki
kualifikasi
profesional
berdasarkan bukti pasar Item lainnya
menggunakan nilai pasar yang ditentukan oleh penilai
Sumber: PSAK No. 16 (IAI, 2007:16.7) “Jika tidak ada pasar yang dapat dijadikan dasar penentuan nilai wajar karena sifat dari aset tetap yang khusus dan jarang diperjual-belikan, kecuali sebagai bagian dari bisnis yang berkelanjutan, entitas mungkin perlu mengestimasikan nilai wajar menggunakan pendekatan penghasilan atau biaya pengganti yang telah disusutkan (depreciated replacement cost approach)” (IAI, 2007:16.7). Surplus Revaluasi (Revaluation Surplus) Menurut PSAK No. 16 (IAI, 2007:16.8) pada model revaluasi, bila nilai wajar aset yang digunakan mengalami surplus revaluasi, maka perlakuan akuntansi terhadap aset tetap adalah: “Jika jumlah tercatat aset meningkat akibat revaluasi, kenaikan tersebut langsung dikredit ke ekuitas pada bagian surplus revaluasi. Namun, kenaikan tersebut harus diakui dalam laporan laba rugi hingga sebesar jumlah penurunan nilai aset akibat revaluasi yang pernah diakui sebelumnya dalam laporan laba rugi”. Defisit Revaluasi (Revaluation Deficit) Menurut PSAK No. 16 (IAI, 2007:16.7) pada model revaluasi, bila nilai wajar aset yang digunakan mengalami revaluasi defisit, maka perlakuan akuntansi terhadap aset tetap adalah:
19
“Jika jumlah tercatat aset turun akibat revaluasi, penurunan tersebut diakui dalam laporan laba rugi. Namun, penurunan nilai akibat revaluasi tersebut langsung didebit ke ekuitas pada bagian surplus revaluasi selama penurunan tersebut tidak melebihi saldo kredit surplus revaluasi untuk aset tersebut”. II.5.6 Penyusutan (Depreciation) Setelah menentukan model pengukuran pada aset tetap, entitas juga menentukan metode penyusutan pada aset tetap selama masa manfaat hingga saat penghentian pengakuan aset tetap. Berdasarkan pada IAS 16 (2009 : 16.6), definisi dari penyusutan adalah “depreciation is defined as the systematic allocation of the depreciable amount of an asset over its useful life”. Dapat disimpulkan bahwa definisi dari penyusutan pada IAS 16 yaitu penyusutan di definisikan sebagai alokasi sistematis dari jumlah aset yang dapat disusutkan selama masa manfaatnya. Sedangkan definisi dari jumlah penyusutan di dalam IAS 16 (2009 : 16.50) adalah “the depreciation amount of an asset is the cost of an asset or other amount substituted for cost, less its residual value, and it should be allocated on a systematic basis over the useful life of the asset”. Dapat disimpulkan bahwa definisi dari jumlah penyusutan pada IAS 16 yaitu jumlah penyusutan pada aset tetap merupakan biaya sebuah aset atau jumlah pengganti biaya lainnya, dikurangi nilai residu, dan harus dialokasikan dalam dasar sistematis selama masa manfaat aset tersebut. Berdasarkan standar IAS 16 (2009), definisi dari nilai residu dari aset tetap pada akhir masa manfaatnya yang menyatakan bahwa “residual value of 20
an asset is the estimated amount that an entity would currently obtain from disposal of the asset, after deducting the estimated costs of disposal, if the asset were already of the age end in the condition expected at the end of its useful life”. Berdasarkan konvergensi PSAK No. 16 (IAI, 2007:16.2) mengenai definisi nilai residu pada aset tetap dinyatakan bahwa: “Nilai residu suatu aset adalah jumlah yang diperkirakan akan diperoleh entitas saat ini dari pelepasan aset (Disposal), setelah dikurangi taksiran biaya pelepasan, jika aset tersebut telah mencapai umur dan kondisi yang diharapkan pada akhir umur manfaatnya”. Sedangkan definisi masa manfaat dari aset tetap pada standar IAS 16 (2009 : 16.6) menyatakan bahwa: Useful life is 1. The period over which an asset is expected to be available for use by an entity; or 2. The number of production or similar units expected to be obtained from the asset by an entity. Dalam standar PSAK (IAI, 2007:16.2) yang telah mengkonvergensi standar tersebut, menyatakan bahwa: Umur manfaat (useful life) adalah 1. Suatu periode dimana aset diharapkan akan digunakan oleh entitas; atau 2. Jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan akan diperoleh dari aset tersebut oleh entitas. Berdasarkan standar IAS 16 (2009 : 16.60) mengenai metode penyusutan yang digunakan dalam pengukuran aset tetap, menyatakan bahwa “the depreciation method is determined in order to have a systematic allocation of the depreciable amount of an asset. It should reflect the pattern
21
in which the asset’s future economic benefits are expected to be consumed by the entity”. Kesimpulan mengenai penentuan metode pengukuran penyusutan aset tetap di dalam IAS 16 bahwa metode penyusutan ditentukan dalam rangka untuk mengalokasikan jumlah aset yang dapat disusutkan secara sistematis. Metode penyusutan harus menggambarkan pola dari masa manfaat suatu aset yang diharapkan dapat dikonsumsi oleh entitas. Lam dan Lau (2009) menyatakan bahwa variasi metode penyusutan yang dapat digunakan untuk mengalokasikan jumlah penyusutan suatu aset dalam dasar sistematis selama masa manfaat sebagai berikut: 1. 2. 3.
The straight-line method (results in a constant charge over the useful life if the asset’s residual value does not change); The disminishing balance method (results in a decreasing charge over the useful life); and The units of production method (results in a charge based on the expected use or output).
Berdasarkan standar tersebut, PSAK (IAI, 2007:11) dapat dijabarkan bahwa metode-metode penyusutan yang dapat digunakan entitas selama umur manfaatnya meliputi: 1. Metode garis lurus / Straight line method (menghasilkan pembebanan yang tetap selama umur manfaat aset jika nilai residunya tidak berubah); 2. Metode saldo menurun / The diminishing balance method (menghasilkan pembebanan yang menurun selama umur manfaat aset); dan 3. Metode jumlah unit / Sum of the unit method (menghasilkan pembebanan berdasarkan pada penggunaan atau output yang diharapkan dari suatu aset). 22
Penyusutan aset dimulai pada saat aset tersebut siap untuk digunakan, yaitu pada saat aset tersebut berada pada lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset tetap siap digunakan sesuai dengan keinginan dan maksud manajemen. Penyusutan dari suatu aset dihentikan lebih awal ketika: 1. Aset tersebut diklasifikasikan sebagai aset dimiliki untuk dijual atau aset tersebut termasuk dalam kelompok aset yang tidak dipergunakan lagi dan diklasifikasikan sebagai aset dimiliki untuk dijual; dan 2. Aset tersebut dihentikan pengakuannya (IAI, 2007:16.9). “Metode Penyusutan yang digunakan harus mencerminkan ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomis masa depan dari aset oleh entitas” (IAI, 2007:16.10). “Metode penyusutan yang digunakan untuk aset harus di-review minimum setiap akhir tahun buku dan, apabila terjadi perubahan yang signifikan dalam ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomis masa depan dari aset tersebut, maka metode penyusutan harus diubah untuk mencerminkan perubahan pola tersebut. Perubahan metode penyusutan harus diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi sesuai dengan PSAK No. 25” (IAI, 2007:16.11).
Penyusutan Terpisah pada Bagian yang Signifikan “Suatu bagian yang signifikan dari aset tetap mungkin memiliki umur manfaat dan metode penyusutan yang sama dengan umur manfaat dan metode penyusutan bagian signifikan lainnya dari aset tersebut. Bagian-bagian tersebut dapat dikelompokkan menjadi satu dalam menentukan beban penyusutan” (IAI, 2007:16.8). “Sepanjang entitas menyusutkan secara terpisah beberapa bagian dari aset tetap maka entitas juga menyusutkan secara terpisah bagian yang tersisa. Bagian yang tersisa terdiri atas bagian yang tidak signifikan secara individual. Jika entitas memiliki ekspektasi yang bermacam-macam untuk bagian tersebut, teknik penaksiran tertentu diperlukan untuk menentukan penyusutan bagian yang tersisa sehingga mampu mencerminkan pola penggunaan dan/atau umur manfaat dari bagian tersebut” (IAI, 2007:16.9).
23
II.5.7 Penghentian Pengakuan (Derecognition) Perlakuan akhir dari akuntansi aset tetap adalah penghentian pengakuan, dimana berdasarkan IAS 16 (2009 : 16.67) dinyatakan bahwa: The carrying amount of an item of property, plant and equipment should be derecognised 1. On disposal; or 2. When no future economic benefits are expected from its use or disposal. Dapat disimpulkan bahwa penghentian pengakuan atas aset tetap yang telah di konvergensi pada PSAK No. 16 (IAI, 2007:16.11) meliputi: Jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya pada saat: 1. Dilepaskan; atau 2. Tidak ada manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau pelepasannya “Laba atau rugi yang timbul dari penghentian pengakuan aset tetap harus dimasukkan dalam laporan laba rugi pada saat aset tersebut dihentikan pengakuannya. Laba tidak boleh diklasifikasikan sebagai pendapatan” (IAI, 2007:16.12). “Laba atau rugi yang timbul dari penghentian pengakuan suatu aset tetap harus ditentukan sebesar perbedaan antara jumlah neto hasil pelepasan, jika ada, dan jumlah tercatat dari aset tersebut” (IAI, 2007:16.12). Pelepasan Lam dan lau (2009) menyatakan bahwa standar penghentian pengakuan atas pelepasan aset tetap adalah sebagai berikut: “The disposal of an item of property, plant and equipment may occur in a variety of ways (e.g., by sale, by entering into a finance lease or by donation). In determining the date of disposal of an item, an entity applies the criteria in IAS 18 Revenue for recognising revenue from the sale of goods. IAS 17 applies to disposal by a sale and leaseback”. Berdasarkan standar PSAK No. 16 (IAI, 2007:16.12) menyatakan perlakuan akuntansi terhadap pelepasan aset tetap bahwa: 24
“Pelepasan aset tetap dapat dilakukan dengan berbagai cara (misalnya: dijual, disewakan berdasarkan sewa pembiayaan, atau disumbangkan). Dalam menentukan tanggal pelepasan aset, entitas menerapkan kriteria dalam PSAK No. 23 tentang Pendapatan untuk mengakui pendapatan dari penjualan barang. PSAK No. 30 diterapkan untuk pelepasan melalui jual dan sewabalik”. Berdasarkan standar PSAK No. 16 (IAI, 2007:16.8) bahwa perlakuan aset tetap yang dijual oleh entitas adalah sebagai berikut: Jika dalam suatu entitas terdapat aset tetap yang tersedia untuk dijual, maka perlakuan akuntansi untuk aset tersebut adalah sebagai berikut: a. Diakui pada saat dilakukan penghentian operasi; b. Diukur sebesar nilai yang lebih rendah dari jumlah tercatatnya dibandingkan nilai wajar setelah dikurangi dengan biaya-biaya penjualan aset tersebut; c. Disajikan sebagai aset tersedia untuk dijual, jika jumlah tercatatnya akan dipulihkan melalui transaksi penjualan dari penggunaan lebih lanjut; dan d. Diungkapkan dalam laporan keuangan dalam rangka evaluasi dampak penghentian operasi dan pelepasan aset (aset tidak lancar). Penggantian Lam dan Lau (2009) menyatakan bahwa penghentian pengakuan untuk aset tetap yang digantikan adalah sebagai berikut: IAS 16 sets out the guidance in derecognising a replaced component, and it is consistent with the component accounting. If under the initial recognition criteria, an entity recognises the cost of a replacement for part of the item in the carrying amount of an item of property, plant and equipment, then the entity is required to do either of the following: 1. Derecognise the carrying amount of the replaced part regardless of whether the replaced part has been depreciated separately, or 2. Use the cost of the replacement, i.e., the new component, as an indication of what the cost of the replaced part was at the time it was acquired or contructed to estimate the amount to be recognised, if it is not practicable for an entity to determine the carrying amount of the replaced part. 25
Berdasarkan standar PSAK No. 16 (IAI, 2007:16.12) menyatakan perlakuan akuntansi terhadap penggantian komponen aset tetap bahwa: “.....Suatu entitas mengakui biaya perolehan dari penggantian sebagian aset tetap dalam jumlah tercatat aset tetap tersebut, maka selanjutnya entitas tersebut juga menghentikan pengakuan jumlah tercatat dari bagian yang digantikan tanpa memperhatikan apakah bagian yang digantikan telah disusutkan secara terpisah. Jika hal ini tidak praktis bagi entitas untuk menentukan jumlah tercatat dari bagian yang digantikan, entitas dapat menggunakan biaya perolehan dari penggantian tersebut sebagai indikasi biaya perolehan dari bagian yang digantikan pada saat diperoleh atau dikonstruksi”. II.5.8 Penurunan Nilai Aset (Impairment of Asset) Lam dan Lau (2009) menyatakan bahwa untuk menentukan apakah suatu item Property, Plant and Equipment dilakukan Impairment, entitas harus memasukkan IAS 36 Impairment of Assets. IAS 36 menjelaskan bahwa: 1.
Bagaimana entitas me-review jumlah tercatat suatu aset;
2.
Bagaimana
entitas
menentukan
nilai
yang
diperoleh
kembali
(Recoverable Amount) suatu aset; dan 3.
Kapan pengakuan (recognition),
atau
membalikkan
pengakuan
(Reverses the recogniton of), rugi penurunan nilai (Impairment Loss). Menurut PSAK No. 16 (IAI, 2007:16.2), beberapa istilah mengenai penurunan nilai aset antara lain: “Rugi penurunan nilai (Impairment Loss) adalah jumlah yang diturunkan dari nilai tercatat hingga menjadi sebesar nilai yang dapat diperoleh kembali dari aset”. “Jumlah yang dapat diperoleh kembali (Recoverable Amount) adalah nilai tertinggi antara harga jual neto dengan nilai pakai (Value in Use) suatu aset”. 26
“Nilai pakai (Value in Use) adalah nilai sekarang dari taksiran arus kas yang diharapkan akan diterima atas penggunaan aset dan penghentian penggunaan aset pada akhir masa manfaatnya” (IAI, 2007:48.2). Ruang Lingkup Menurut Standar IAS 36 yang telah dikonvergensi ke dalam PSAK No. 48 (2009 : 48.1) mengenai penurunan nilai aset menyatakan bahwa penurunan nilai harus diterapkan untuk akuntansi penurunan nilai semua aset, kecuali: a. b.
c. d. e. f. g.
h.
i.
Persediaan (lihat PSAK No. 14 tentang Persediaan atau IAS 2 Inventories); Aset yang timbul dari kontrak konstruksi (lihat PSAK No. 34 tentang Akuntansi Pajak Kontrak Konstruksi atau IAS 11 Construction Contracts); Aset pajak tangguhan (lihat PSAK No. 46 tentang Akuntansi Pajak Penghasilan atau IAS 12 Income Taxes); Aset yang timbul dari manfaat pensiun (lihat PSAK No. 24 tentang Imbalan Kerja atau IAS 19 Employee Benefits); Aset keuangan dalam IAS 39 mengenai Financial Instruments : Recognition and Measurement; Properti investasi yang diukur pada nilai wajar (lihat IAS 40 Investment Property); Aset biologis berhubungan dengan aktivitas agrikultur yang diukur pada nilai wajar dikurangi estimasi biaya point-of-sale (lihat IAS 41 Agriculture); Biaya akuisisi yang ditangguhkan dan aset tak berwujud, yang timbul dari hak kontrak asuransi di dalam IFRS 4 Insurance Contracts; dan Aset tidak lancar (atau kelompok pelepasan) yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual dalam IFRS 5 Non-current Asset held for Sale and Dsicontinued Operations.
IAS 36 tetap menerapkan klasifikasi aset keuangan sebagai: a. Anak entitas, IAS 27 Consolidated and Separate Financial Statements (PSAK No. 04 tentang laporan Keuangan Konsolidasi); b. Asosiasi, IAS 28 Investment in Associates (PSAK No. 15 tentang Akuntansi untuk Investasi dalam Perusahaan Asosiasi) ; dan c. Usaha bersama, IAS 31 Interest in Joint Ventures (PSAK No. 12 tentang Pelaporan Keuangan mengenai Bagian Partisipasi dalam Pengendalian Bersama Operasi dan Aset). 27
Berdasarkan ED PSAK No. 45 (revisi 2010) mengenai Pelaporan Keuangan Entitas Nirlaba (IAI, 2010:45.VI) dinyatakan bahwa “DSAK IAI di masa depan berniat untuk membuat standar akuntansi keuangan terpisah khusus untuk entitas nirlaba. Sementara SAK hanya untuk pengaturan yang berbasis IFRS”. Oleh karena itu, Bina Nusantara merupakan suatu yayasan pendidikan dimana laporan keuangannya berdasarkan pada PSAK No. 45, maka perubahan pada standar SAK yang melakukan konvergensi berbasis standar IFRS juga harus diterapkan pada yayasan.
II.6 SAP “System Analysis and Program Development" Berdasarkan publikasi pada website resmi SAP (sap, 2011) menyatakan bahwa SAP yang berpusat di Walldorf, Jerman, merupakan entitas aplikasi software terbesar. Didirikan pada tahun 1972, SAP (System, Application, and Products in Data Processing) memiliki sejarah yang panjang mengenai inovasi dan pertumbuhan sebagai pemimpin industri. Aplikasi dan layanan SAP memungkinkan lebih dari 109.000 pelanggan di seluruh dunia untuk beroperasi secara
menguntungkan,
beradaptasi
secara
terus-menerus
dan
tumbuh
berkesinambungan. Dengan pendapatan (IFRS) dari € 12.4 miliar untuk tahun 2010, SAP memiliki lebih dari 53.000 karyawan dan penjualan dan lokasi pembangunan di lebih dari 75 negara di seluruh dunia. SAP terdaftar di beberapa bursa efek frankfurt dan NYSE, dengan simbol “SAP”.
28
II.6.1 Definisi SAP Menurut P siva pada website Ezine@rtikel (ezinearticles, 2011) menyatakan bahwa: “SAP, expanded to Systems, Applications and Products (primarily named asSysteme, Anwendungen, Produkte in Latin linguistic) is a product which entrails several applications that deals with the management and administration of enterprise and its resources. Hence, it is classified as one of the core ERP (Enterprise Resource Planning) applications that are available today in the market”.
Berdasarkan publikasi pada website SAP definition (sapdefinition, 2011), bahwa “SAP or system application and program development is a resource planning system that helps you manage all the departments in an organization through one centralized system”. Berdasarkan publikasi pada website docstoc (docstoc, 2011), bahwa “SAP (Systems Applications and Products in Data Processing: SAP System) is a pioneer in enterprise management solutions, it can be for a variety of industries, businesses of all sizes to provide a comprehensive solution”. II.6.2 Pengembangan SAP SAP ditemukan pada tahun 1972 di Mannheim, Jerman. Lima insinyur asli yang mengembangkan konsep asli SAP dinamakan The Company Systemanalyse
und
Programmentwicklung.
Tujuan
mereka
untuk
mengembangkan sebuah paket yang dapat mengintegrasikan solusi bisnis untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dalam informasi. Entitas kecil mereka tumbuh menjadi “System Analysis and Program Development" (SAP). Dari satu hari, SAP didesain menjadi produk software global dalam sebuah
29
multibahasa dan multinasional platform. Revolusi dan inovasi desain SAP dibuat oleh vendor top jerman. 1972-1981 : 10 tahun pertama Sepuluh tahun pertama awal entitas dan perkembangan selanjutnya – dari yayasan SAP, modul pertama perangkat lunak, dan sistem SAP R/2 untuk pendapatan entitas tahun pertama, pelanggan pertama diluar jerman, dan penampilan pertama. 1982-1991 : Era SAP R/3 Menggunakan
empat
server
dengan
memori
64
megabyte.
Mempekerjakan 100 karyawan dan penandatanganan dengan 1000 pelanggan. DM 100 juta mencapai pendapatan, dan memperluas luar negeri. Pengembangan generasi produk SAP R/3. 1992-2001 : Masa E-Business Mencapai € 6 miliyar, dan memperkerjakan lebih dari 24.000 karyawan. Pameran dagang dan konferensi. Go public. Dan mengembangkan teknologi baru dan platform. 2002- sekarang : SAP hari ini Sejarah SAP berlanjut dengan SAP NetWeaver platform, dimana teknologi intertwine system landscapes dan arus informasi, mengintegrasikan entitas dan tim karyawan mereka, dan membangun hubungan antar pasar. SAP hari ini menggambarkan tonggak teknologi dan kewirausahaan yang paling baru dalam pengembangan SAP terus-menerus.
30
II.7
Jurnal Penelitian Berdasarkan hasil seminar mengenai FKSPI “IFRS for Auditor” (Rosita Uli Sinaga, 2011) yang diadakan oleh DSAK – IAI, mengenai karakteristik dari IFRS yaitu: 1. Menggunakan pendekatan “principle based”; 2. Standar yang memerlukan penelaahan terhadap substansi dari transaksi dan evaluasi apakah perlakuan dan penyajian akuntansi telah mencerminkan realitas ekonomi transaksi tersebut; 3. Memerlukan professional judgement untuk mencapai kesimpulan akuntansi; 4. Penggunaan fair value lebih signifkan sebagai dasar pengukuran; dan 5. Persyaratan pengungkapan dalan Catatan Atas Laporan Keuangan yang lebih extensive.
31