ABSTRAK PENGARUH ADOPSI INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARD TERHADAP EARNINGS RESPONSE COEFFICIENT (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI 2009 – 2012)
Tiya Marsela (1011031083) 085664703507/
[email protected] Pembimbing I : Dr. Lindrianasari, S.E., M.Si., Akt. Pembimbing II : Lego Waspodo S.E., M.Si., Akt
Penelitian ini dilakukan untuk menguji secara empiris apakah adopsi International Financial Reporting Standard berpengaruh terhadap Earnings Response Coefficient, dengan menggunakan Earnings Response Coefficient sebagai variabel dependen dan adopsi International Financial Reporting Standard sebagai variabel independen, serta struktur modal, risiko sistematik, ukuran perusahaan dan Market to Book Value Ratio sebagai variabel kontrol. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling, dan diperoleh 43 perusahaan yang memenuhi kriteria dalam penelitian.Periode yang digunakan dalam penelitian yaitu tahun 2009– 2012, sehingga data observasi keseluruhan berjumlah 172 data.Pengujian dilakukan dengan analisis regresi linear berganda, dimana sebelumnya dilakukan uji asumsi klasik untuk menguji kelayakan dari data penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel adopsi International Financial Reporting Standard berpengaruh secara positif signifikan terhadap Earnings Response Coefficient. Variabel kontrol struktur modal berpengaruh negatif terhadap Earnings Response Coefficient, ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap Earnings Response Coefficient sedangkan risiko sistematik dan Market to Book Value Ratio tidak berpengaruh terhadap Earnings Response Coefficient. Kata kunci : Earnings Response Coefficient, adopsi International Financial Reporting Standard, struktur modal, risiko sistematik, ukuran perusahaan dan Market to Book Value Ratio.
PENDAHULUAN
Kebutuhan standar akuntansi yang berlaku secara internasional sangatlah diperlukan terutama pada saat ini dimana perusahaan – perusahaan multinasional mulai berkembang luas di berbagai negara, standar akuntansi yang berbeda pada setiap negara menjadi kendala bagi calon investor dan calon kreditor dalam memahami laporan keuangan yang disajikan dan hal tersebut mendorong timbulnya standar akuntansi yang berlaku secara internasional yaitu IFRS. International Financial Reporting Standard (IFRS) merupakan standar yang dibuat oleh International Accounting Standards Boards (IASB) dengan tujuan memberikan kumpulan standar penyusunan laporan keuangan perusahaan di seluruh dunia sehingga meningkatkan daya banding laporan keuangan dan memberikan informasi yang berkualitas di pasar modal internasional, menghilangkan hambatan arus modal internasional dengan mengurangi perbedaan dalam ketentuan pelaporan keuangan sehingga memudahkan investor dalam pengambilan keputusan.
Laporan keuangan yang berkualitas merupakan sumber informasi akuntansi yang sangat dibutuhkan terutama oleh pihak eksternal yaitu investor dan kreditor, terutama laporan laba rugi. Proksi yang sering digunakan untuk melihat hubungan antara informasi laba dengan bagaimana investor merespon informasi laba tersebut adalah Earnings Response Coefficient (ERC), koefisien ini menunjukkan besarnya pengaruh laba terhadap return saham. Beaver (1989) dalam Wardhani (2009) menyatakan bahwa perubahan harga saham dapat diasumsikan sebagai respons terhadap perubahan laba selama kurun waktu tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai koefisien respon laba maka berarti laba semakin mencerminkan nilai ekonomisnya dan kualitas laba tersebut semakin baik.
Shoorvarzy dan Tuzandehjani (2011) membuktikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara penetapan standar akuntansi dengan Earnings Respons Coefficient. Standar IFRS yang berbasis prinsip, lebih condong pada penggunaan
nilai wajar, dan pengungkapan yang lebih banyak dan rinci yang diharapkan dapat mengurangi manajemen laba pada laporan keuangan (Cahyati, 2011), sehingga kualitas laba dapat menjadi lebih baik. Kip (2009) menyatakan bahwa akuntansi nilai wajar mempengaruhi koefisien respon laba yaitu peningkatan koefisien respon laba terlihat di hampir semua industri. Barth (2008) dalam Darmawan (2012) menjelaskan bahwa Earnings quality (kualitas laba) merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi ERC, sedangkan kualitas laba itu sendiri ditentukan oleh relevansi dari laba serta rendahnya earnings management. Lin, Riccardi, dan Wang (2012) menyatakan bahwa penggunaan IFRS menurunkan tingkat relevansi nilai, dan berdasarkan penelitian Indahsari (2008) menyebutkan bahwa ERC pada saat penerapan IFRS lebih kecil dibanding pada saat menerapkan GAAP. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh wardhani (2009) dan Darmawan (2012) yang menyatakan bahwa relevansi informasi laba yang diukur menggunakan ERC lebih tinggi setelah adopsi IFRS.
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh adopsi IFRS terhadap Earnings Response Coefficient. Penelitian ini mereplikasi dari penelitian Darmawan (2012) dengan menggunakan sampel yang berbeda yaitu perusahaan manufaktur di Indonesia, hal ini dilakukan dengan alasan bahwa perusahaan manufaktur merupakan kelompok yang dominan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), serta perusahaan manufaktur cukup sensitif terhadap setiap kejadian terutama dengan adanya konvergensi standar PSAK dengan IFRS dimana pengguna laporan keuangan memiliki kepentingan untuk prngambilan keputusan.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penelitian ini mengambil judul sebagai berikut : “Pengaruh Adopsi International Financial Reporting Standard terhadap Earnings Response Coefficient (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2009 – 2012)”.
TINJAUAN PUSTAKA
Teori Signal Wolk et al. (2004) mengungkapkan bahwa sinyal yang diungkapkan perusahaan dalam laporan keuangan nantinya akan memengaruhi investor dalam mengambil keputusan. Informasi keuangan yang positif dan dapat dipercaya akan mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan di masa yang akan datang sehingga dapat meningkatkan kredibilitas dan kesuksesan perusahaan. Informasi laba yang dilaporkan manajemen merupakan sinyal mengenai laba di masa yang akan datang, jika informasi laba tersebut relevan bagi para pelaku pasar modal, maka informasi akan digunakan untuk menganalisis dan menginterpretasikan nilai saham perusahaan yang bersangkutan sehingga akan terjadi respon atau reaksi pasar berupa perubahan harga saham perusahaan yang bersangkutan ke harga ekuilibrium yang baru. Harga ekuilibrium ini akan bertahan sampai ada informasi baru lainnya yang akan merubah harga saham kembali ke harga ekuilibrium yang baru (Jogiyanto, 2000) dalam (wahyuningsih, 2007). Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan penggunaan standar akuntansi IFRS yang lebih memertimbangkan konsekuensi ekonomi dan nilai wajar
Konvergensi International Financial Reporting Standard Ball (2006) dalam Darmawan (2012) menyatakan bahwa adopsi IFRS akan memberikan kegunaan bagi investor yaitu: 1. IFRS akan memberikan informasi akuntansi yang lebih akurat, lebih komprehensif dan lebih tepat waktu. 2. IFRS akan mengurangi biaya yang digunakan untuk mengolah informasi akuntansi karena dapat diperbandingkan secara internasional. 3. Pasar akan menjadi lebih efiesien sebab biaya yang digunakan untuk menganalisis laporan keuangan menjadi lebih rendah. 4. IFRS menghilangkan perbedaan standar akuntansi, yang secara langsung membuka peluang untuk terjadinya transaksi ekuitas antar negara.
5. Dengan adopsi IFRS dapat menurunkan risiko yang disebabkan oleh asimetri informasi sebagai akibat dari meningkatnya kualitas informasi akuntansi.
Adapun berdasarkan IAI terdapat tiga tahapan konvergensi IFRS di Indonesia yaitu sebagai berikut (Wirahardja, 2010): 1. Tahap adopsi (2008‐2010), dalam tahap ini dilakukan adopsi seluruh IFRS ke PSAK, persiapan infrastruktur yang diperlukan, serta mengevaluasi dan mengelola dampak adopsi terhadap PSAK yang berlaku. 2. Tahap persiapan akhir (2011), yaitu menyelesaian persiapan Infrastruktur yang diperlukan dan penerapan secara bertahap beberapa PSAK berbasis IFRS secara bertahap. 3. Tahap Implementasi (2012), penerapan PSAK berbasis IFRS dan evaluasi dampak penerapan PSAK secara komprehensif
Selain itu, program konvergensi IFRS tersebut memiliki dampak yang signifikan terhadap dunia bisnis, antara lain sebagai berikut (Cintokowati, 2011): 1. Meningkatnya daya banding laporan keuangan memberikan kemudahan dalam mengakses pasar modal secara global. 2. Nilai wajar yang digunakan dalam penyajian laporan keuangan akan meningkatkan relevansi laporan keuangan. 3. Laporan laba rugi akan menjadi lebih fluktuatif mengikuti perubahan harga pasar. 4. Sulit dilakukan income smoothing karena menggunakan pendekatan neraca dan nilai pasar. 5. IFRS menekankan pada principle base yang sangat bergantung pada interpretasi dan professional judgment sehingga daya bandingnya akan sedikit turun apabila terdapat kepentingan untuk mengatur laba (earning management). 6. Membatasi penggunaan off- balance sheet
Adanya kebijakan ini pihak yang paling diuntungkan adalah investor terutama untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi, karena dengan
meningkatnya daya banding investor akan lebih mudah dalam membandingkan informasi akuntansi antar-perusahaan sehingga dengan adanya adopsi IFRS diharapkan akan lebih banyak investor yang tertarik untuk berinvestasi. Perubahan standar akan membuat laporan keuangan semakin baik sehingga laba yang hasilkan dari laporan keuangan tersebut semakin berkualitas dan diharapkan investor semakin memberikan respon terhadap perubahan tersebut dalam menetapkan harga saham.
Earnings Response Coefficient (ERC) Scott (2000) dalam Januar dan Suryono (2007) menyatakan bahwa ERC mengukur seberapa besar return saham dalam merespon komponen kejutan dari laba yang dilaporkan oleh perusahaan, dengan kata lain ERC menunjukkan keinformatifan laba suatu perusahaan atau menunjukkan seberapa besar laba mampu menerangkan variasi harga saham (return saham) sehingga ERC merupakan koefisien sensitivitas laba akuntansi atau sensitivitas perubahan harga saham tehadap perubahan laba akuntansi. Dengan demikian ERC juga merupakan koefisien yang menunjukkan seberapa besar respon investor yang tercermin dalam perubahan return saham terhadap informasi laba yang terdapat dalam laporan keuangan.
Berdasarkan aspek empiris, Cho dan Jung (1991) mengklasifikasikan penelitian ERC dalam dua kelompok, yaitu : 1.
Penelitian tentang determinan ERC, penelitian ini biasanya mengukur ERC sebagai suatu hubungan laba akuntasi dengan return saham menggunakan jendela perioda panjang dengan fokus utama untuk mengidentifikasi determinan atau faktor – faktor yang mempengaruhi ERC tanpa mengaitkannya dengan peristiwa tertentu.
2.
Penelitian tentang keinformatifan laba akuntansi atau kandungan informasi laba akuntansi, penelitian ini diarahkan untuk menguji pengaruh suatu peristiwa tertentu terhadap perubahan ERC dengan menggunakan jendela dengan periode yang pendek.
Terdapat determinan – determinan yang terbukti secara empiris memengaruhi Earnings Response Coefficient, dalam penelitian ini faktor – faktor tersebut digunakan sebagai variabel kontrol, berikut penjelasan masing – masing faktor:
Struktur Modal Struktur modal suatu perusahaan sangat beragam bergantung pada kebijakan manajemen dengan mempertimbangkan sumber pendanaan yang paling efektif. Perusahaan yang tingkat leverage-nya tinggi berarti memiliki hutang yang lebih besar dibandingkan modal, dengan demikian jika terjadi peningkatan laba maka yang diuntungkan adalah debtholders, sehingga semakin baik kondisi laba perusahaan maka semakin negatif respon pemegang saham, karena pemegang saham beranggapan bahwa laba tersebut hanya menguntungkan kreditur. Dhaliwal, Lee dan Farger (1991) dalam Murwaningsari (2008), Setiati dan Kusuma (2004), murwaningsari (2008) membuktikan bahwa struktur modal (leverage) berpengaruh negatif terhadap koefisien respon laba (ERC).
Risiko Sistematik Tinggi rendahnya risiko suatu perusahaan dapat diukur dengan menggunakan estimasi nilai beta. Beta adalah salah satu proksi dari risiko yang merupakan suatu pengukur volatilitas (volatility) return suatu sekuritas atau return portofolio terhadap return pasar. Dalam arti, beta merupakan pengukur risiko sistematik (systematic risk) dari suatu sekuritas atau portofolio relatif terhadap risiko pasar (Jogiyanto, 1998 dalam Yuarta, 2005). Collins dan Kothari, Easton dan Zmijewski (1989) dalam Setiati dan Kusuma (2004), Setiati dan Kusuma (2004), Delvira dan Nelvirita (2013) membuktikan bahwa risiko sistematik mempunyai hubungan negatif dengan koefisien respon laba, semakin berisiko perusahaan (expected rate of return) maka ERC akan rendah.
Ukuran perusahaan Sedikitnya informasi yang dapat diperoleh di pasar membuat pasar kurang mampu memprediksikan laba yang akan dilaporkan perusahaan kecil. Sehingga akibatnya, laba perusahaan kecil mengandung kejutan laba yang lebih besar dibanding
perusahaan besar. Perusahaan besar dianggap mempunyai informasi yang lebih banyak dibandingkan perusahaan kecil. Oleh karena itu, jika terdapat inovasi baru maka inovasi tersebut besar pengaruhnya terhadap laba perusahaan berskala kecil dibanding pada perusahaan besar. (Barth et al 1998, Collins dan Kothari, 1989) dalam Naimah dan Utama (2006), Murwaningsari (2008) membuktikan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap koefisien respon laba (ERC). Namun, hasil tersebut berlawanan dengan Chaney dan Jeter (1992) dalam Naimah dan Utama (2006), Setiati dan Kusuma (2004), Naimah dan Utama (2006) yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif signifikan antara Earnings Response Coefficient dan ukuran perusahaan.
Market to Book Value Ratio Market to Book Value Ratio merupakan rasio yang digunakan sebagai indikator untuk mengukur kinerja saham melalui harga pasarnya Jika nilai Market To Book
Value Ratio semakin besar berarti pasar menilai ekuitas perusahaan lebih besar dibanding nilai bukunya hal ini mengindikasikan bahwa pasar percaya akan prospek perusahaan tersebut pada masa mendatang dan perusahaan diharapkan memberikan manfaat yang tinggi terhadap investor di masa yang akan datang sehingga implikasinya adalah harga saham perusahaan akan naik, demikian juga sebaliknya. Collins dan Kothari (1989) dalam Murwaningsari (2008), Murwaningsari (2008), Mulyani, Asyik dan Andayani (2007), membuktikan bahwa Market to Book Ratio berpengaruh positif terhadap koefisien respon laba (ERC).
Studi Penelitian Terdahulu Penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan Adopsi IFRS dan Earnings Response Coefficient dapat disajikan dalam tabel di bawah ini : Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No
Peneliti 1. Steve Lin, William Riccardi, Changjiang Wang
Judul Does accounting quality change following a switch from U.S. GAAP to IFRS? Evidence from Germany
Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan IFRS manajemen laba meningkat, pengakuan kerugian lebih tepat waktu, dan menurunnya relevansi nilai yang diproksikan
(2012) 2. Arif Darmawan (2012)
Pengaruh Adopsi IFRS terhadap Earnings Response Coefficient.
3. Ilha Refyal dan Dwi Martani (2012) 4. Mohammad Reza Shoorvarzy and Masoomeh Tuzandehja ni (2011)
Pengaruh Adopsi PSAK 24 terhadap Earnings Response Coefficient
5. André Kip (2009)
The Effect Of Fair Value Accounting on the Earnings Response Coefficient
6. Wiranda Indahsari (2008)
IFRS, Earnings Volatility, And Earnings Response Coefficient: An Empirical Study Among European Banks
The Impact of Accounting Standard Setting on Earning Response Coefficient (ERC): Evidence from Iran
dengan ERC dibandingkan US GAAP. Adopsi IFRS dapat meningkatkan kualitas informasi akuntansi dan direspon secara positif oleh para investor. Selain itu terbukti pula bahwa informasi laba dinilai lebih tinggi setelah adopsi IFRS dibandingkan sebelum adopsi IFRS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan adanya adopsi revisi PSAK 24, menyebabkan respon investor terhadap pelaporan earnings meningkat. Studi ini mengkaji dampak dari penetapan standar selama sepuluh tahun terakhir pada ERC. ERC sebagai proksi untuk penilaian kualitas laba. Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang signifikan antara penetapan standar akuntansi dengan ERC . Penelitian ini menunjukkan bahwa akuntansi nilai wajar mempengaruhi koefisien respon laba. Peningkatan koefisien respon laba terlihat di hampir semua industri tetapi sangat besar bagi industri keuangan, asuransi dan real estate. ERC yang lebih tinggi akan menunjukkan informasi yang lebih banyak kepada investor dan akan dianggap bahwa laba lebih presisten. Penelitian ini membuktikan bahwa ERC atas laba berdasarkan IFRS signifikan lebih kecil dibanding dengan ERC atas laba berdasarkan GAAP.
Kerangka Penelitian Kerangka penelitian yang menunjukkan hubungan antara variabel penelitian dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Hipotesis (Regresi Berganda) Adopsi IFRS Variabel Kontrol 1. 2. 3. 4.
Struktur modal (LEV), Risiko Sistematik (RISK) Ukuran perusahaan (SIZE) Market to Book Value Ratio (MBV)
(+) Earnings Response Coefficient
Hipotesis Penelitian Pengaruh Adopsi IFRS terhadap Earnings Response Coefficient Shoorvarzy dan Tuzandehjani (2011) mengkaji dampak dari penetapan standar selama sepuluh tahun terakhir pada ERC sebagai kriteria proksi untuk penilaian kualitas laba. Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang signifikan antara penetapan standar akuntansi dengan ERC . Kip (2009) menjelaskan bahwa akuntansi nilai wajar mempengaruhi koefisien respon laba, peningkatan koefisien respon laba terlihat di hampir semua industri tetapi sangat besar bagi industri keuangan, asuransi dan real estate. ERC yang lebih tinggi akan menunjukkan lebih banyak informasi kepada investor dan akan dianggap bahwa laba perusahaan bersifat lebih presisten. Dan Armstrong et al. (2010) dalam Darmawan (2012) menjelaskan bahwa pasar merespon positif atas peristiwa adopsi IFRS di Uni Eropa, sebab pasar menilai dengan diadopsinya IFRS dapat meningkatkan kualitas informasi akuntansi, dan menurunkan asimetri informasi.
Selain itu, Wardhani (2009) membuktikan bahwa berdasarkan dimensi tingkat informasi dari laba, semakin konvergen GAAP lokal di suatu negara dengan IFRS maka semakin tinggi tingkat respons laba yang dihasilkan oleh pelaporan keuangan perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa laporan keuangan yang dihasilkan memberikan nilai relevansi yang semakin tinggi. Sedangkan berdasarkan penelitian Indahsari (2008) membuktikan bahwa ERC pada laba berdasarkan IFRS signifikan lebih kecil dibanding dengan ERC pada laba berdasarkan GAAP.
Berdasarkan penelitian Lin, Riccardi, dan Wang (2012) menjelaskan bahwa angka akuntansi berdasarkan IFRS menunjukkan manajemen laba yang meningkat, pengakuan kerugian lebih tepat waktu, dan menurunnya relevansi nilai yang diproksikan dengan ERC dibandingkan dengan standar US GAAP sehingga secara keseluruhan, penelitian menunjukkan bahwa standar US GAAP umumnya menghasilkan kualitas akuntansi yang lebih tinggi dari penerapan IFRS.
Adopsi IFRS dapat meningkatkan kualitas informasi akuntansi dan direspon secara positif oleh para investor. Selain itu terbukti pula bahwa informasi laba dinilai lebih tinggi setelah adopsi IFRS dibandingkan sebelum adopsi IFRS dan hasil ini terbukti untuk data gabungan (Uni Eropa dan Australia) dan data Uni Eropa saja, namun tidak untuk data Australia (Darmawan, 2012). Selain itu menurut Refyal dan Martani (2012) dengan adanya adopsi revisi standar akuntansi keuangan, menyebabkan respon investor terhadap pelaporan earnings meningkat.
Perubahan standar merupakan informasi baru, dan diharapkan dengan diadopsinya IFRS kualitas informasi akuntansi dapat meningkat sehingga akan direspon investor dengan menetapkan harga berdasarkan informasi tersebut dimana dengan adanya informasi baru dimungkinkan akan meningkatkan respon pasar. Berdasarkan hal tersebut dan penelitian terdahulu, maka hipotesis penelitian ini adalah : Ha: Adopsi International Financial Reporting Standard berpengaruh positif terhadap Earnings Response Coefficient
METODOLOGI PENELITIAN
Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar Bursa Efek Indonesia . Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive random sampling, adapun kriterianya sebagai berikut: 1) Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama tahun 2009 – 2012 dan mempublikasikan laporan keuangan secara lengkap. 2) Perusahaan yang sahamnya aktif diperdagangkan sesuai dengan Surat Edaran PT BEJ No. SE-03/BEJ II-1/I/1994 selama tahun 2009 – 2012 dan tidak delisting selama tahun penelitian tersebut. 3) Perusahaan yang memiliki laporan keuangan tahunan yang berakhir pada tanggal 31 Desember dan menggunakan mata uang rupiah selama tahun 2009 – 2012. 4) Perusahaan yang memiliki saldo laba positif selama tahun 2009 – 2010.
5) Perusahaan tidak mengalami peristiwa yang nilai ekonomisnya sulit ditentukan dan dapat memengaruhi reaksi pasar, seperti merger, akuisisi, dan pengambilalihan/ takeover. Dengan menggunakan sampel berdasarkan kriteria yang telah ditentukan maka diperoleh sebanyak 43 perusahaan manufaktur yang memenuhi kriteria selama tahun 2009 – 2012 dan memiliki data yang dibutuhkan penulis.
Data Penelitian Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder. Sumber data yang digunakan yaitu dari website http://finance.yahoo.com, Indonesian Capital Market Directory (ICMD), web site BEI yaitu www.idx.co.id. Adapun jenis data dalam penelitian ini adalah: 1. Return saham harian dan bulanan, dimana return saham harian untuk masingmasing sampel penelitian selama periode jendela yaitu 5 hari sebelum sampai 5 hari sesudah tanggal publikasi laporan keuangan tahunan. 2. Data tanggal publikasi laporan keuangan perusahaan. 3. Harga penutupan saham gabungan (IHSG) harian dan bulanan untuk menghitung return pasar selama periode jendela. 4. Data Earnings, total hutang, dan total aset. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik dokumentasi dan teknik studi pustaka.
Operasional Variabel Penelitian Variabel Dependen Penelitian ini menggunakan Earnings Response Coefficient (ERC) sebagai variabel dependen. ERC dapat diukur dengan beberapa kali tahapan perhitungan. Tahap pertama melakukan perhitungan cumulative abnormal return (CAR) dan tahap yang kedua menghitung unexpected earnings (UE).
CAR (Cumulative Abnormal Return) Cumulative Abnormal Return merupakan proksi dari harga saham atau reaksi pasar. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah data closing price untuk saham dengan periode selama pelaporan.
Keterangan: ARit
= Abnormal return perusahaan i pada hari t
CARit(-5,+5) = Cumulative abnormal return perusahaan i pada waktu jendela peristiwa (event window) pada hari t-5 sampai t+5
Return saham dan return pasar perusahaan dihitung dengan menggunakan waktu pengamatan selama 11 hari perdagangan saham yaitu dari t-5 sampai dengan t+5, tanggal untuk menentukan t0 adalah tanggal pada saat publikasi laporan keuangan karena harga saham cenderung berfluktuasi pada beberapa hari sebelum dan sesudah pengumuman laba.
Dalam penelitian ini abnormal return dihitung menggunakan model sesuaian pasar, Soewardjono (2005). Abnormal Return diperoleh dari : ARit = Rit - Rmt Keterangan: ARit
= Abnormal return perusahaan i pada periode ke- t
Rit
= Return perusahaan pada periode ke- t
Rmt
= Return pasar pada periode ke- t
Untuk memperoleh data abnormal return tersebut, terlebih dahulu harus mencari return saham harian dan return pasar harian.
1. Menghitung return saham harian dengan rumus: Rit = (Pit – Pit-1) Pit-1 Keterangan : Rit
= Return saham perusahaan i pada hari ke t
Pit
= Harga penutupan saham i pada hari ke t
Pit-1
= Harga penutupan saham i pada hari ke t-1
2. Menghitung return pasar harian: Rmt = (IHSGt – IHSGt-1) IHSGt-1 Keterangan: Rmt
= Return pasar harian
IHSGt
= Indeks harga saham gabungan pada hari t
IHSGt-1
= Indeks harga saham gabungan pada hari t-1
UE (Unexpected Earnings) Pengukuran Unexpected Earnings menggunakan model random walk (Suaryana, 2004 dalam Darmawan, 2012), yakni dengan rumus sebagai berikut: UEit = AEit – AEit-1 AEit-1 Keterangan: Ueit
= Unexpected earning perusahaan i pada periode t
AEit
= Laba setelah pajak perusahaan i pada periode t
AEit-1
= Laba setelah pajak perusahaan i pada periode t-1
Earnings response coefficient (ERC) Merupakan koefisien (β) yang diperoleh dari regresi antara cummulative abnormal return (CAR) dan unexpected earnings (UE) sebagaimana dinyatakan dalam model empiris Arfan dan Antasari (2008), yaitu: CAR = α + β (UE) + e Keterangan: CAR = Cumulative abnormal return UE
= Unexpected earnings
β
= Koefisien hasil regresi (ERC)
e
= Komponen error
Variabel Independen Variabel independen penelitian ini yaitu adopsi IFRS. Pengukuran variabel ini menggunakan variabel dummy yaitu 1 untuk periode adopsi IFRS tahun 2011 – 2012 karena pada tahun tersebut PSAK berbasis IFRS sudah mulai diterapkan secara bertahap dan nilai 0 pada periode sebelum adopsi IFRS yaitu tahun 2009 – 2010.
Variabel Kontrol Struktur Modal (LEV) Variabel ini sesuai dengan Dhaliwal et al. (1991) dalam Darmawan (2012) LEVit = Keterangan: Lev
: Struktur Modal
TUit
: Total utang perusahaan i pada tahun t
TAit
: Total aset perusahaan i pada tahun t
Risiko Sistematik (RISK) Risiko diukur menggunakan risiko sistematik (beta) dengan menggunakan market model (Hartono, 2003) dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Rit = α i + βit Rmt + eit Keterangan: Rit
: Return perusahaan i tahun t
Rmt
: Return pasar pada perusahaan i tahun t
βit
: Risiko sistematik (beta)
Ukuran Perusahaan (SIZE) Ukuran perusahaan adalah variabel yang diukur dari log natural total asset perusahaan (Collins dan Kothari, 1989) dalam (Darmawan, 2012). SIZEit = Ln TAit Keterangan: Sizeit
: Ukuran perusahaan
Ln TAit
: Nilai logaritma natural dari total aktiva perusahaan i pada tahun t.
Market to Book Value Ratio Market to Book Value Ratio dihitung degan rumus yang digunakan Collins dan Kothari (1989) dalam Yuarta (2005): Market to Book Ratio = Keterangan: Market to Book Ratio : Rasio nilai pasar ekuitas terhadap nilai bukunya MVE
: Closing price x jumlah saham beredar
BVE
: Total ekuitas
Metode Analisis Data Statistik deskriptif Statistik deskriptif adalah statistik yang memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata – rata, standar deviasi, maksimum, minimum (Ghozali, 2011). Statistik deskriptif mendeskripsikan data menjadi sebuah informasi yang lebih jelas dan mudah dipahami.
Uji Regresi Linear Data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan alat analisis statistik yaitu analisis regresi linear sederhana dan berganda menggunakan bantuan program SPSS 17.0 for windows. Hasil penelitian berupa analisis statistik deskriptif dan teknik pengujian hipotesis. Pengujian terhadap hipotesis pada penelitian ini menggunakan persamaan regresi yang meregresikan variabel ERC dengan variabel dummy (1 untuk tahun adopsi IFRS dan 0 untuk tahun tidak adopsi IFRS) yang dikontrol dengan variabel struktur modal, risiko sistematik, dan ukuran perusahaan. Adapun model pengujian pada penelitian ini adalah sebagai berikut: ERCit = α + β0IFRS + β1LEVit + β2RISK + β3SIZEit + β4MBVit e Keterangan: ERC
: Earnings Response Coefficient i pada periode t
α
: Konstanta
IFRS
: Dummy variabel dimana 1 adalah periode penerapan IFRS dan 0 periode sebelum penerapan IFRS
LEVit
: Struktur modal perusahaan i pada periode t
RISK
: Risiko sistematik (beta) perusahaan i pada periode t
SIZEit
: Ukuran Perusahaan i pada periode t
MBV
: Market to Book Value Ratio perusahaan i pada periode t
β0, β1, β2, β3
: Koefisien regresi
e
: Faktor lain yang mempengaruhi variabel Y
Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui apakah model estimasi telah memenuhi kriteria ekonometrika, dalam arti tidak terjadi penyimpangan yang cukup serius dari asumsi - asumsi yang harus dipenuhi dalam metode Ordinary Least Square (OLS). Jika terdapat penyimpangan asumsi klasik atas model linier yang diusulkan (negatif) maka hasil estimasi tidak dapat dipertanggungjawabkan atau tidak reliable. Menurut Ghozali (2011), untuk mendeteksi adanya penyimpangan asumsi klasik maka dilakukan uji normalitas, multikolonieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Uji Koefisien Determinasi (R2) Koefisien Determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui persentase pengaruh variabel independen (prediktor) terhadap perubahan variabel dependen. Dari sini akan diketahui seberapa besar variabel dependen akan mampu dijelaskan oleh variabel independennya, sedangkan sisanya dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model. Nilai yang mendekati satu berarti variabel – variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model, sehingga banyak peneliti yang menganjurkan untuk menggunakan nilai adjusted R2 pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik (Ghozali, 2011).
Uji Kelayakan Model (Uji Signifikansi F) Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah model regresi dapat menjelaskan pengaruh variabel independen secara keseluruhan terhadap variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji F (pengujian signifikansi secara simultan). Langkah – langkah yang ditempuh dalam pengujian adalah: Menyusun hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (Ha) H0 : variabel independen secara bersama – sama tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Ha : variabel independen secara bersama – sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Dengan kriteria pengujian yaitu, jika signifikansi lebih besar dari α = 5% maka H0 ditolak, dan jika signifikansi lebih kecil dari α = 5% maka H0 diterima
Uji Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan secara parsial bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan signifikansi dari masing – masing variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian hipotesis terhadap koefisien regresi dilakukan dengan menggunakan uji-t pada tingkat keyakinan 95% dengan tingkat kesalahan analisis (α) 5%. Dengan kriteria sebagai berikut, jika Sig. < 5% maka Ha diterima dan jika Sig. > 5% maka Ha ditolak.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Statistik Deskriptif Analisis statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai minimum, maksimum, rata – rata (mean), dan standar deviasi dari masing – masing variabel penelitian. Analisis ini bertujuan untuk menjelaskan nilai rata – rata (mean) dan standar deviasi antara variabel – variabel independen, yaitu: IFRS, struktur modal, risiko sistematik, dan ukuran perusahaan terhadap variabel dependen yaitu Earnings Response Coefficient (ERC).
Berdasarkan data deskripsi variabel penelitian yang disajikan dalam tabel jumlah pengamatan pada perusahaan manufaktur dalam penelitian ini berjumlah 172, yang terdiri dari 43 perusahaan dengan empat tahun pengamatan yaitu 2009 – 2012. Rata – rata (mean) variabel dependen (Earnings Response Coeficient) selama tahun pengamatan pada perusahaan manufaktur adalah 0,0042 dengan nilai minimum -2,46 dan nilai maksimum 2,65 serta standar deviasi 0,55374. IFRS merupakan variabel dummy, nilai 0 digunakan untuk periode sebelum adopsi IFRS dan nilai 1 digunakan untuk periode pengadopsian IFRS. 86 sampel memperoleh angka 0 pada tahun 2009 – 2010 ketika penerapan IFRS belum diberlakukan dan 86 sampel memperoleh angka 1 pada tahun 2011 – 2012 ketika penerapan IFRS sudah diberlakukan. Sehingga nilai minimum variabel IFRS adalah 0 dan nilai maksimum nya adalah 1 , adapun nilai rata – rata dari IFRS yaitu 0,50 dengan standar deviasi 0,501. Rata – rata (mean) variabel kontrol struktur modal (leverage) selama tahun pengamatan pada perusahaan manufaktur adalah 0,3898 dengan nilai minimum 0,07 dan nilai maksimum 0,87 serta standar deviasi 0,16098. Rata – rata (mean) variabel kontrol risiko sistematik selama tahun pengamatan pada perusahaan manufaktur adalah 1,0051 dengan nilai minimum -3,58 dan nilai maksimum 4,15 serta standar deviasi 0,92643. Rata – rata (mean) variabel kontrol ukuran perusahaan (SIZE) selama tahun pengamatan pada perusahaan manufaktur adalah 28,2605 dengan nilai minimum 24,97 dan nilai maksimum 32,84 serta standar deviasi 1,67553. Rata – rata (mean) variabel kontrol ukuran Market to Book Value Ratio (MBV) selama tahun pengamatan pada perusahaan manufaktur adalah 1,8212 dengan nilai minimum 0,03 dan nilai maksimum 7,02 serta standar deviasi 1,56727.
Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas Data Pengujian asumsi ini menggunakan uji Kolmogrov Smirnov dengan menggunakan α 0,05. Uji statistik dengan Kolmogrov Smirnov dilakukan dengan membuat hipotesis Ho : apabila Asymp. Sig. > 0,05 maka Ho diterima, data berdistribusi normal H1 : apanila Asymp. Sig. < 0,05 maka Ho ditolak, data tidak berdistribusi normal
Hasil pengujian normalitas dengan uji statistik non-parametrik KolmogorovSmirnov berdasarkan data analisis statistik menunjukkan bahwa besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 0,737 denga Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,648 (Sig. > 0,05). Hal ini berarti Ho diterima dan data residual berdistribusi normal.
Uji Multikolinearitas Dari hasil uji statistik dapat disimpulkan bahwa semua variabel independen masing – masing memiliki nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10 hal ini menunjukkan bahwa variabel independen pada model regresi tidak mempunyai masalah multikolinearitas.
Uji Autokorelasi Dari hasil uji autokorelasi diperoleh bahwa DW sebesar 1,943 dari jumlah sampel (n) sebanyak 172 dan jumlah variabel independen (k) sebanyak 5 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,05. Berdasarkan data tersebut maka batas dL = 1,6912 dan batas dU = 1,8107. Berdasarkan klasifikasi nilai interpretasi Durbin Watson, maka dapat dilihat hasil uji autokorelasi dengan nilai Durbin Watson sebesar 1,943. Nilai d berada pada daerah lebih dari 1,6912 dan kurang dari 2,1893. Hal ini berarti bahwa hasil pengujian tidak terjadi autokorelasi.
Uji Heteroskedastisitas Berdasarkan hasil output Uji Glejser tampak bahwa masing – masing variabel memiliki nilai sig. > 0.05, yang berarti masing – masing tingkat signifikansi tidak signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa masing – masing variabel independen yakni adopsi IFRS, struktur modal, risiko sistematik, ukuran perusahaan Market to Book Value Ratio di dalam model regresi tersebut tidak menunjukkan adanya gejala heteroskedasitas.
Koefisien Determinasi Nilai Adjusted R2 yang diperoleh dari pengujian regresi yang telah dilakukan sebesar 0,107 yang menunjukkan bahwa model regresi dalam penelitian ini mampu menjelaskan variabel dependen Earnings Response Coefficient (ERC)
sebesar 10,7% sedangkan sisanya sebesar 89,3% dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model regresi ini. Standar Error of Estimates (SEE) sebesar 0,64330.
Signifikansi Model Regresi Dari hasil uji ANOVA atau F test didapat nilai F hitung sebesar 5,114 dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi Earnings Response Coefficient atau dapat dikatakan bahwa IFRS, leverage, risiko sistematik, ukuran perusahaan dan Market to Book Value Ratio secara bersama – sama berpengaruh terhadap Earnings Response Coefficient.
Regresi Linear Berganda Tabel 4.9 Hasil Uji Reresi Linear Berganda Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Standardized Coefficients
Std. Error
-3.505
.848
IFRS
.210
.101
LEV
-.865
RISK SIZE
Beta
t
Sig.
-4.135
.000
.154
2.076
.039
.311
-.205
-2.781
.006
-.020
.054
-.028
-.380
.704
.099
.030
.243
3.318
.001
MBV .028 .126 .017 .223 a. Dependent Variable: ERC Pengolahan data pada tabel 4.9 tersebut menghasilkan suatu model regresi
.824
berganda yaitu sebagai berikut: ERCit = -3,505 + 0,210 IFRS – 0,865 LEVit - 0,020 RISK + 0,099 SIZEit + 0,028 MBVit + e Pengujian Hipotesis Dari hasil perhitungan dan berdasarkan tabel 4.9 Secara statistik menunjukkan bahwa variabel adopsi International Financial Reporting Standard memiliki koefisien 0,210 dengan tingkat signifikansi 0,039 (p<0,05). Dari hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa adopsi International Financial Reporting Standard berpengaruh signifikan terhadap Earnings Response Coefficient. Hal ini berarti hipotesis yang menyatakan bahwa adopsi International Financial Reporting Standard berpengaruh signifikan positif terhadap Earnings Response Coefficient terdukung. Hal tersebut berarti bahwa reaksi investor terhadap informasi laba suatu perusahaan akan naik dengan adanya pengadopsian International Financial Reporting Standard.
Pembahasan Pengaruh Adopsi International Financial Reporting Standard terhadap Earnings Response Coefficient. Pengujian terhadap hipotesis bertujuan untuk membuktikan pengaruh dari adopsi International Financial Reporting Standard terhadap Earnings Response Coefficient yang diperoleh dari regresi antara Cumulative Abnormal Return (CAR) dan Unexpected Earnings (UE) pada perusahaan – perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Dapat dilihat pada tabel 4.9 diperoleh nilai signifikansi 0,039 yaitu nilainya lebih kecil dari tingkat signifikansinya 0,05, maka secara statistik Ha didukung, yang artinya variabel adopsi International Financial Reporting Standard berpengaruh signifikan terhadap Earnings Response Coefficient. Selain itu dapat diketahui bahwa adopsi International Financial Reporting Standard mempunyai koefisien yang positif terhadap Earnings Response Coefficient yaitu 0,210. Hal tersebut berarti bahwa ketika perusahan telah menerapkan adopsi International Financial Reporting Standard maka respon investor terhadap informasi laba akan meningkat sebesar 0,210.
Adanya pengaruh positif antara adopsi International Financial Reporting Standard terhadap Earnings Response Coefficient disebabkan oleh perilaku investor yang menganggap bahwa informasi dalam laporan keuangan setelah pengadopsian International Financial Reporting Standard menjadi lebih baik terutama pada informasi laba yang menjadi lebih berkualitas sehingga para investor kemudian menggunakan informasi tersebut dalam pengambilan keputusan investasi. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Darmawan (2012)
bahwa adopsi International Financial Reporting Standard dapat meningkat kualitas informasi terutama informasi laba yang direspon secara positif oleh investor.
Pengujian terhadap variabel kontrol struktur modal (leverage) terhadap Earnings Response Coefficient pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI memperoleh nilai signifikansi 0,006 dan menunjukkan pengaruh negatif 0,865. Nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari tingkat signifikansinya 0,05, maka dapat disimpulkan secara statistik bahwa variabel struktur modal berpengaruh negatif signifikan terhadap Earnings Response Coefficient. Hasil analisis tersebut sesuai dengan hasil penelitian Murwaningsari (2008) yaitu hasil penelitian menunjukkan bahwa besar atau kecil struktur modal memengaruhi reaksi pasar atas suatu informasi laba yang tercermin dalam Earnings Response Coefficient, yaitu jika struktur modal mengalami kenaikan 1% maka hal tersebut akan menurunkan reaksi investor terhadap informasi laba perusahaan sebesar 0,865. Hal tersebut disebabkan karena perilaku investor yang cenderung berhati – hati dalam mengambil keputusan berinvestasi.
Hasil pengujian variabel kontrol risiko sistematik terhadap Earnings Response Coefficient memperoleh nilai signifikansi 0,704. Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05 maka dapat disimpulkan secara statistik bahwa variabel risiko sistematik tidak berpengaruh terhadap Earnings Response Coefficient. Hasil analisis tersebut tidak sesuai dengan hasil penelitian Delvira dan Nelvirita (2013). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa besar kecilnya risiko sistematik tidak memengaruhi reaksi investor atas informasi laba perusahaan yang tercermin dalam Earnings Response Coefficient, hal ini disebabkan karena investor indonesia lebih banyak mempertimbangkan isu yang sedang berkembang dibandingkan informasi yang terkandung dalam laporan.
Hasil pengujian variabel kontrol ukuran perusahaan terhadap Earnings Response Coefficient memperoleh nilai signifikansi 0,001 dan menunjukkan pengaruh positif 0,099. Nilai signifikansi tersebut lebih kecil dibandingkan dengan tingkat
signifikansi 0,05 maka dapat disimpulkan secara statistik bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap Earnings Response Coefficient yaitu jika ukuran perusahaan mengalami kenaikan 1% maka hal tersebut akan menaikkan reaksi investor terhadap informasi laba perusahaan sebesar 0,099. Hasil analisis tersebut sesuai dengan hasil penelitian Naimah dan Utama (2006) hasil penelitian ini menunjukkan bahwa besar kecilnya ukuran perusahaan mempengaruhi secara positif reaksi investor atas informasi laba perusahaan yang tercermin dalam Earnings Response Coefficient. Informasi yang tersedia sepanjang tahun pada perusahaan besar memungkinkan pelaku pasar untuk menginterpretasikan informasi yang terdapat pada laporan keuangan dengan lebih sempurna.
Hasil pengujian variabel kontrol Market to Book Value Ratio terhadap Earnings Response Coefficient memperoleh nilai signifikansi 0,824. Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05 maka dapat disimpulkan secara statistik bahwa variabel Market to Book Value Ratio tidak berpengaruh terhadap Earnings Response Coefficient. Hasil analisis tersebut tidak sesuai dengan hasil penelitian Murwaningsari (2008), hasil penelitian ini menunjukkan bahwa besar kecilnya Market to Book Value Ratio tidak memengaruhi reaksi investor atas informasi laba perusahaan yang tercermin dalam Earnings Response Coefficient, hal ini disebabkan karena investor hanya membeli saham dalam jangka waktu yang pendek, hanya untuk diperjualbelikan dimana saham tersebut tidak ditahan oleh investor dalam jangka waktu yang panjang.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel independen yang diuji yaitu International Financial Reporting Standard berupa variabel dummy berpengaruh positif dan signifikan terhadap Earnings Response Coefficient.
Hal ini berarti bahwa respon investor terhadap informasi laba meningkat dengan adanya pengadopsian International Financial Reporting Standard. 2. Hasil pengujian atas pengaruh variabel kontrol leverage, risiko sistematik, ukuran perusahaan dan Market to Book Value Ratio terhadap Earnings Response Coefficient menunjukkan bahwa struktur modal berpengaruh negatif signifikan terhadap Earnings Response Coefficient, sedangkan risiko sistematik dan Market to Book Value Ratio tidak berpengaruh terhadap Earnings Response Coefficient, dan ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap Earnings Response Coefficient
Keterbatasan Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasab yaitu sebagai berikut: 1. Sampel penelitian yang digunakan hanya perusahaan – perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan keuangannya secara berturut – turut selama empat tahun yaitu tahun 2009 – 2012, sehingga sampel yang didapat kurang menggambarkan populasi secara keseluruhan. 2. Masih banyak faktor – faktor lain yang dapat memengaruhi Earnings Response Coefficient yang tidak digunakan dalam penelitian ini. 3. Variabel independen adopsi International Financial Reporting Standard, leverage, risiko sistematik, dan ukuran perusahaan belum dapat menjelaskan variabel dependen Earnings Response Coefficient secara keseluruhan. Sehingga, masih banyak variabel – variabel di luar model yang mungkin dapat memengaruhi Earnings Response Coefficient.
Saran Berdasarkan pada keterbasan penelitian, maka peneliti menyampaikan beberapa saran yaitu: 1. Peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan sampel penelitian dari berbagai jenis perusahaan atau industri, karena dengan tidak terfokus pada satu jenis perusahaan atau industri diharapkan dapat memeroleh Earnings Response Coefficient yang mencerminkn reaksi pasar modal terhadap informasi laba secara keseluruhan.
2. Peneliti selanjutnya diharapkan memperpanjang periode amatan penelitiannya sehingga diharapkan dapat memperoleh estimasi Earnings Response Coefficient yang lebih baik selain itu adopsi IFRS ini masih baru berlaku di Indonesia, kemungkinan belum sepenuhnya dapat diterapkan secara keseluruhan dan efektif sehingga perlu memperpanjang periode amatan. 3. Peneliti selanjutnya dapat menambah atau mengganti variabel determinan Earnings Response Coefficient serta menambah atau mengganti proksi dari variabel – variabel yang digunakan dengan proksi yang lain. DAFTAR PUSTAKA Arfan, Muhammad dan Ira Antasari. 2008. Pengaruh Ukuran, Pertumbuhan, dan Profitabilitas Perusahaan terhadap Koefisien Respon Laba pada Emiten Manufaktur di BEJ. Jurnal Telaah dan Riset Akuntansi Vol. 1 No. 1 Hal. 50 -64 Cahyati, Ari Dewi. 2011. Peluang Manajemen Laba Pasca Konvergensi IFRS: Sebuah Tinjauan Teoritis dan Empiris. Jurnal Akuntansi Keuangan Vol.2 No.1 Hal. 1-7. Cintokowati. 2011. “Teori Akuntansi: International Accounting”, http://cintokowati.wordpress.com/2011/01/03/teori-akuntansi-internationalaccounting/, diakses tanggal 30 November 2013. Cho, J.Y and K. Jung. 1991. Earnings Response Coefficient: A Sythesis of Theory and Empirical Evidence. Journal of Accounting Literature. Vol.10 (1991) Hal. 85-116. Darmawan, Arif. 2012. Pengaruh Adopsi IFRS terhadap Earnings Response Coefficient. Rangkuman Tesis, Program Magister Sains dan Doktor Fakultas Ekonomika dan Bisnis Unversitas Gadjah Mada. Delvira, Maisil dan Nelvirita. 2013. Pengaruh Risiko Sistematik, Leverage dan Persistensi Laba terhadap Earnings Response Coefficient (ERC). Journal Warwick Research Archives, Vol. 1, No. 1 Hal 129 – 153. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IMB SPSS19. Edisi Kelima. Semarang: BP UNDIP. Hartono, Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, edisi 3, Yogyakarta: BPFE Indahsari, Wiranda. 2008. IFRS, Earnings Volatility, And Earnings Response Coefficient: An Empirical Study Among European Banks. Master Thesis
Accountancy & Control, Faculteit Economie en Bedrijfskunde, University of Amsterdam Business School Indayani dan Dewi Mutia. 2013. Pengaruh Informasi Asimetri dan Voluntary Disclosure terhadap Cost of Capital pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Reviu Akuntansi Keuangan Vol.3 No. 1,Hal. 373 – 392. Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo.2002, Metodelogi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta : BPFE Januar, Eko dan Bambang Suryono. 2007. Pengaruh Perataan Laba terhadap Respon Pasar dengan Kualitas Auditor sebagai Variabel Pemoderasi pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi, Manajemen Bisnis dan Sektor Publik Vol. 3 No. 2 Hal. 169 – 190. Jogiyanto. 2010. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman – Pengalaman, Edisi Pertama. Yogyakarta : BPFE Kip, André. 2009. The Effect of Fair Value Accounting on the Earnings Response Coefficient, Master Thesis. Master Accountancy Faculty Economics and Business University of Amsterdam. Lestari, Yona Octiani. 2011. Konvergensi International Financial Reporting Standards (IFRS) dan Manajemen Laba di Indonesia. Jurnal Akuntansi ElMuhasaba Vol.2 No.2 Hal 1-12. Lin, Steve., Willian Riccardi dan Changjian. 2012. Does Accounting Quality Change Following a Switch from U.S. GAAP to IFRS? Evidence from Germany. Journal Accounting Public Policy 31 (2012) 641 – 657. Mulyani, Sri dan Nur Fadjrih Asyik, Andayani. 2007, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Earnings Response Coefficient pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia Vol. 11 No. 1, 35–45. Murwaningsari, Etty. 2008. Pengujian Simultan Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Earning Response Coefficient (ERC). Jurnal Simposium Nasional Akuntansi XI Pontianak. Naimah, Zahroh dan Siddharta Utama. 2006. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan, dan Profitabilitas Perusahaan Terhadap Koefisien Respon Laba dan Koefisien Respon Nilai Buku Ekuitas, Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang. Refyal , Ilha dan Dwi Martani. 2012. Pengaruh Adopsi PSAK No.24 Terhadap Earnings Response Coefficient. Jurnal Akuntansi & Auditing Volume 8 No. 2: 97-189.
Santy, Prima., Tawakkal, dan Grace T. Pontoh. Pengaruh Adopsi IFRS terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi Keuangan Universitas Hasanuddin Vol._, No._, Hal.___. Scott, W.R. Financial Accounting Theory. 2009. Prentice_Hall Inc. Upper Saddle River. New Jersey Setiati, Fita dan Indra Wijaya Kusuma. 2004. Faktor – faktor yang mempengaruhi koefisien respon laba pada perusahaan bertumbuh dan tidak bertumbuh . Simposium Nasional Akuntansi VII. Shoorvarzy, Mohammad Reza dan Masoomeh Tuzandehjani. 2011. The Impact of Accounting Standard Setting on Earning Response Coefficient (ERC): Evidence from Iran. World Applied Sciences Journal 14 (9): 1369-1373. Suwardjono. 2005. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan, Edisi Ke Tiga, Yogyakarta : BPFE Wahyuningsih, Dwi Retno. 2007. Hubungan Praktik Manajemen Laba Dengan Reaksi Pasar Atas Pengumuman Informasi Laba Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta, Tesis, Universitas Diponegoro. Wardhani, Ratna. 2009. Pengaruh Proteksi Bagi Investor, Konvergensi Standar Akuntansi, Implementasi Corporate Governance, dan Kualitas Audit terhadap Kualitas Laba: Analisis Lintas Negara di Asia. Disertasi, Fakultas Ekonomi Program Pasca Sarjana Ilmu Akuntansi. UI. Wirahardja, Roy Iman. 2010. Adopsi IAS 41 dalam Rangkaian Konvergensi IFRS diIndonesia,http://www.iaiglobal.or.id/prinsip_akuntansi/seminar_ias41/1Adopsi IAS 41 dalam Rangkaian Konvergensi IFRS di Indonesia- Roy Iman W.pdf, diakses tanggal 15 Desember 2013. Wolk et. al. 2004. Accounting Theory: A Conceptual Institusional Approach. Fifth Edition. South-Western College Publishing. www.finance.yahoo.com www.idx.co.id Yuarta, Firent. 2005. Pengaruh Praktik Perataan Laba terhadap Earnings Response Coefficient : Studi Kasus Perusahaan Manufaktur yang Listed di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.