BAB II LANDASAN TEORI
II.1.
Fraudulent Auditing (Kecurangan Akuntansi)
II.1.1 Definisi Kecurangan Akuntansi Beberapa ahli mendefinisikan kecurangan dengan pendapat berbeda-beda Albrecht, Albrecht, Albrecht, dan Zimbelman (2009) mengemukakan bahwa: fraud is a generic term, and embraces all the multifarious means which human ingenuity can devise, which are resorted to by one individual, to get an advantage over another by false representation. No definite and invariable rule can be laid down as general proportion in defining fraud, as it include surprise, trickery, cunning and unfair ways by which another is cheated. The only boundaries defining it are those which limit human knavery.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kecurangan adalah istilah umum, dan mencakup semua sarana dengan berbagai kecerdikan yang dapat dirancang oleh manusia, yang terpaksa dilakukan oleh satu individu, untuk mendapatkan keuntungan lebih dari pihak lain oleh pernyataan palsu. Tidak ada aturan yang pasti dan tidak berubah-ubah yang dapat diletakkan sebagai proporsi umum dalam mendefinisikan penipuan, karena termasuk kejutan, tipuan, licik dan cara-cara yang tidak adil dimana pihak lain ditipu. Batas-batas hanya mendefinisikannya adalah mereka yang membatasi kecurangan manusia.
11
Sedangkan Black’s Law Dictionary Fraud menguraikan pengertian fraud mencakup segala macam yang dapat dipikirkan manusia, dan yang diupayakan oleh seseorang, untuk mendapatkan keuntungan dari orang lain dengan saran yang salah atau pemaksaan kebenaran, dan mencakup semua cara yang tidak terduga, penuh siasat. Secara singkat dapat dikatakan bahwa fraud adalah perbuatan curang (cheating) yang berkaitan dengan sejumlah uang atau properti. Berdasarkan hukum kasus (common law) yang dikutip oleh Widjaja (2011) dalam bukunya, tindakan curang harus memenuhi lima syarat berikut : 1. Kesalahan penyajian Ada pernyataan palsu atau tidak diungkapkannya suatu hal. 2. Fakta yang material Fakta harus merupakan faktor yang substansial untuk mendorong seseorang agar bertindak. 3. Niat Ada niat untuk menipu atau mengetahui bahwa pernyataan pihak tertentu adalah salah. 4. Ketergantungan yang dapat dijustifikasi Kesalahan penyajian tersebut merupakan faktor yang substansial, yaitu pihak yang dirugikan bergantung padanya. 5. Kerusakan atau kerugian Penipuan tersebut menyebabkan kerusakan atau kerugian bagi korban kecurangan.
12
II.1.2. Faktor-faktor Kecurangan Akuntansi Berdasarkan penelitian Cressey (2006) penyebab atau pemicu fraud dibedakan atas tiga hal yang dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar II.1. Fraud Triangle Pressure
Opportunity
Rationalization
1. Tekanan (Unshareable pressure/ incentive) Merupakan motivasi seseorang untuk melakukan fraud. Motivasi melakukan fraud, antara lain motivasi ekonomi, alasan emosional (iri/cemburu, balas dendam, kekuasaan, gengsi), nilai (values) dan apa pula karena dorongan keserakahan. Menurut SAS no. 99, terdapat empat jenis kondisi yang umum terjadi pada pressure yang dapat mengakibatkan kecurangan. Kondisi tersebut adalah financial stability, external pressure, personal financial need, dan financial targets.
2. Adanya kesempatan / peluang (Perceived Opportunity) Yaitu kondisi atau situasi yang memungkinkan seseorang melakukan atau menutupi tindakan tidak jujur. Biasanya hal ini dapat terjadi karena adanya
13
internal control perusahaan yang lemah kurangnya pengawasan, dan/atau penyalahgunaan wewenang. Di antara 3 elemen fraud triangle, opportunity merupakan elemen yang paling memungkinkan untuk diminimalisir melalui penerapan proses, prosedur, dan control dan upaya deteksi dini terhadap fraud.
3. Rasionalisasi (Rationalization) Merupakan elemen penting dalam terjadinya fraud, dimana pelaku mencari pembenaran sebelum melakukan kejahatan, bukan sesudah melakukan tindakan tersebut. Rasionalisasi diperlukan agar si pelaku dapat mencerna perilakunya yang illegal untuk tetap mempertahankan jati dirinya sebagai orang yang dipercaya, tetapi setelah kejahatan dilakukan, rasionalisasi ini ditinggalkan karena sudah tidak dibutuhkan lagi. Rasionalisai atau sikap (attitude), yang paling banyak digunakan adalah hanya meminjam (borrowing) asset yang dicuri dan alasan bahwa tindakannya untuk membahagiakan orang-orang yang dicintainya.
14
II.1.3. Tipe-tipe Kecurangan Akuntansi Albrecht, et,al. (2009:11) menjelaskan beberapa tipe kecurangan sebagai berikut: Tabel II.1. Tipe-tipe Kecurangan Akuntansi Tipe Kecurangan Employee embezzlement
Pelaku Korban Kecurangan Karyawan Pimpinan
Vendor fraud
Produsen
Customer fraud
Pelanggan
Management fraud (Financial statement fraud)
Top manajemen
Investment scams and other consumer fraud
Perorangan
Other (Miscellaneous) types of fraud
Segala kalangan
Keterangan Karyawan mengambil alih asset milik perusahaan.
Perusahaan yang membeli barang/jasa
Vendor memberikan harga lebih tinggi, atau kualitas maupun kuantitas yang lebih rendah dari yang telah disepakati. Perusahaan yang Pelanggan menipu menjual penjual agar mereka barang/jasa mendapatkan lebih dari yang seharusnya. Stockholders dan Top manajemen para pengguna memanipulasi laporan laporan keuangan dan menyajikan keuangan informasi yang bias. Investor Jenis penipuan yang dilakukan agar pihak lain percaya dan menanamkan modalnya. Segala kalangan Setiap kali seseorang mengambil keuntungan dari kepercayaan orang lain untuk melakukan penipuan.
Sumber: Fraud Examination
15
II.1.4. Klasifikasi Kecurangan Akuntansi The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) atau Asosiasi Pemeriksa Kecurangan Bersertifikat, merupakan organisasi profesional bergerak di bidang pemeriksaan kecurangan yang berkedudukan di Amerika Serikat dan mempunyai tujuan untuk memberantas kecurangan, mengklasifikasikan fraud dalam tiga kelompok berdasarkan perbuatan, yaitu: 1. Penyimpangan atas Asset (Asset Misappropriation) Penyalahgunaan/pencurian aset atau harta perusahaan atau pihak lain. Ini merupakan bentuk fraud yang paling mudah dideteksi karena sifatnya yang tangible atau dapat diukur/dihitung (defined value). 2. Pernyataan Palsu atau Salah Pernyataan (Fraudulent Statement) Tindakan yang dilakukan oleh pejabat atau eksekutif suatu perusahaan atau instansi pemerintah untuk menutupi kondisi keuangan yang sebenarnya dengan melakukan rekayasa keuangan (financial engineering) dalam penyajian laporan keuangannya untuk memperoleh keuntungan atau mungkin dapat dianalogikan dengan istilah window dressing. 3. Korupsi (Corruption) Jenis fraud ini yang paling sulit dideteksi karena menyangkut kerja sama dengan pihak lain seperti suap dan korupsi. Fraud jenis ini yang terbanyak terjadi di negara-negara berkembang yang penegakan hukumnya lemah dan masih kurang kesadaran akan tata kelola yang baik sehingga faktor integritasnya masih dipertanyakan. Korupsi sering kali tidak dapat dideteksi karena para pihak yang bekerja sama menikmati keuntungan. Termasuk
didalamnya
adalah
penyalahgunaan
wewenang/konflik 16
kepentingan (conflict of interest), penyuapan (bribery), penerimaan yang tidak sah/illegal (illegal gratuities), dan pemerasan secara ekonomi (economic extortion).
II.2. Fraudulent Financial Reporting Amin Widjaja (2011) menjelaskan bahwa fraudulent financial reporting adalah salah saji atau pengabaian jumlah atau pengungkapan yang disengaja dengan maksud menipu para pemakai laporan keuangan tersebut. Definisi fraudulent financial statement menurut Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) adalah (dikutip oleh Widjaja, 2011) : the intentional, deliberate, misstatement, or omission of material facts, or accounting data which is misleading and, when considered with all the information made available, would case the reader to change or alter his or her judgment or decision. Penyebab fraudulent financial reporting umumnya 3 (tiga) hal sebagai berikut : 1. Manipulasi, falsifikasi, alterasi atas catatan akuntansi dan dokumen pendukung atas laporan keuangan yang disajikan. 2. Salah penyajian (misrepresentation) atau kesalahan informasi yang signifikan dalam laporan keuangan. 3. Salah penerapan (misapplication) dari prinsip akuntansi yang berhubungan dengan jumlah, klasifikasi, penyajian (presentation) dan pengungkapan (disclosure).
17
Gravitt (2006) mengatakan bahwa kecurangan pada laporan keuangan melibatkan skema berikut : 1.
Pemalsuan, perubahan, atau manipulasi catatan keuangan yang material, dokumen pendukung atau transaksi bisnis.
2.
Kelalaian yang disengaja atau misrepresentasi peristiwa, transaksi, rekening, atau informasi penting lainnya dari laporan keuangan yang disusun.
3.
Kesalahan yang disengaja pada penggunaan prinsip akuntansi, kebijakan, dan prosedur yang digunakan untuk mengukur, pengakuan, laporan, dan mengungkapkan peristiwa ekonomi dan transaksi bisnis.
4.
Kelalaian
yang
disengaja
pada
pengungkapan
atau
penyajian
pengungkapan yang tidak memadai berdasarkan prinsip akuntansi dan kebijakan dan nilai keuangan yang terkait. Elliott dan Willingham (1980) mengatakan bahwa fraud sengaja dilakukan oleh manajemen untuk memuaskan investor dan kreditor melalui laporan keuangan yang sesungguhnya menyesatkan.
18
II.3. Teknik Untuk Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan II.3.1. Fraud Exposure Rectangle Albrecht et al (2009:368) menjelaskan mengenai Fraud Exposure Rectangle sebagai berikut:
Gambar II.2. Fraud Exposure Rectangle
1.
Management and Directors
Relationship with Others
Organization and Industry
Financial Result and Operating Characteristics
Management and Directors Manajemen hampir selalu terlibat ketika kecurangan terhadap laporan
keuangan yang terjadi. Seperti penggelapan dan penyimpangan,
kecurangan
laporan keuangan biasanya dilakukan oleh individu tertinggi dalam organisasi, dan paling sering atas nama organisasi. Karena manajemen biasanya terlibat, manajemen dan direksi harus diselidiki untuk menentukan paparan dan motivasi mereka saat melakukan penipuan. Dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan, diperoleh pemahaman manajemen dan apa yang memotivasi mereka adalah setidaknya sama pentingnya dengan memahami laporan keuangan. Secara khusus, tiga aspek manajemen yang harus diselidiki adalah sebagai berikut:
19
1. Latar belakang Manajemen Sehubungan dengan latar belakang manajemen, peneliti kecurangan harus memahami apa jenis organisasi dan situasi bahwa manajemen dan direksi telah saling terkait di masa lalu. Saat ini dengan World Wide Web, sangat mudah untuk melakukan pencarian sederhana pada individu. Salah satu cara yang sangat mudah adalah dengan mengetikkan nama individu di Google mengenai daftar semua referensi ke nama orang tersebut, termasuk pernyataan proxy masa lalu merupakan laporan tahunan yang dibutuhkan perusahaan orang tersebut telah berafiliasi dengan, artikel surat kabar tentang seseorang, dan sebagainya. Namun jika hal tersebut tidak memadai, menyewa penyidik pribadi atau menggunakan jasa investigasi dari Web untuk melakukan pencarian juga dapat dilakukan dengan biaya yang minim.
2. Motivasi Manajemen Apa yang memotivasi direksi dan manajemen dalam melakukan fraud juga penting untuk mengetahui. Apakah nilai pribadi mereka terikat dalam organisasi? Apakah mereka di bawah tekanan untuk memberikan hasil yang sempurna? Apakah ada perjanjian utang atau keuangan langkahlangkah yang harus dipenuhi? Pertanyaan-pertanyaan ini adalah contoh dari apa yang harus ditanyakan dan dijawab untuk memahami motivasi manajemen. Banyak
financial statement fraud dilakukan karena
manajemen diharuskan untuk melaporkan pendapatan yang positif atau tinggi untuk mendukung harga saham, menunjukkan laba positif untuk 20
saham publik atau utang menawarkan, atau laporan laba untuk memenuhi batas peraturan atau pinjaman.
2.
Relationship with Others Financial statement fraud sering dilakukan dengan membantu organisasi
nyata atau fiktif lainnya. Hubungan yang harus dideteksi adalah sebagai berikut:
3.
1.
Hubungan dengan lembaga keuangan
2.
Hubungan dengan pihak organisasi dan individu
3.
Hubungan dengan auditor eksternal
4.
Hubungan dengan pengacara
5.
Hubungan dengan investor
6.
Hubungan dengan lembaga peraturan (regulator)
Organization and Industry Financial statement fraud seringkali tidak terdeteksi dengan menciptakan
struktur organisasi yang memudahkan untuk menyembunyikan fraud. Atribut organisasi yang menyarankan eksposur potensi penipuan mencakup hal-hal seperti terlalu kompleks struktur organisasi, organisasi tanpa sebuah departemen audit internal. Peneliti harus memahami siapa pemilik dari sebuah organisasi.
4.
Financial Result and Operating Characteristics Banyak yang dapat dipelajari tentang kecurangan laporan keuangan yang
dengan erat memeriksa pengelolaan dan dewan direksi, hubungan dengan orang lain, dan sifat organisasi. Melihat ketiga elemen biasanya melibatkan prosedur 21
yang sama untuk semua jenis penipuan laporan keuangan, apakah rekening tersebut dimanipulasi. Diantaranya adalah rekening pendapatan, rekening aset, kewajiban, pengeluaran, atau ekuitas. Jenis eksposur diidentifikasi oleh laporan keuangan dan karakteristik operasi dari organisasi. Dalam memeriksa keuangan pernyataan untuk menilai eksposur kecurangan, pendekatan terhadap laporan keuangan non-tradisional harus dilakukan. Gejala kecurangan yang paling sering terdeteksi adalah melalui perubahan dalam laporan keuangan.
II.3.2. Identifikasi Gejala Fraud- Inventory dan Cost of Good Sold Terdapat 6 kategori gejala fraud dalam membahas mengenai inventory dan cost of goods solds. Berikut beberapa kategori gejala fraud: 1. Analytical Symptoms a. Laporan persediaan yang terdapat dalam neraca tampak terlalu besar atau meningkat secara signifikan; b. Laporan beban pokok penjualan yang terdapat dalam laba rugi tampak terlalu kecil atau berkurang secara signifikan; c. Laporan retur pembelian tampak terlalu besar atau meningkat secara signifikan; d. Laporan diskon pembelian tampak terlalu besar atau meningkat secara signifikan; e. Laporan pembelian tampak terlalu kecil terhadap tingkat penjualan atau persediaan; f. Melakukan kapitalisasi terhadap persediaan yang seharusnya dibebankan. 22
2. Accounting or Documentary Symptoms a. Transaksi persediaan atau beban pokok penjualan yang tidak dicatat secara lengkap atau pada saat transaksi terjadi atau pencatatan yang tidak sesuai atas nilai, periode akuntansi, klasifikasi, atau entitas; b. Transaksi atas persediaan atau beban pokok penjualan yang tidak sesuai dengan prosedur yang berlaku; c. Adjusment pada akhir periode atas persediaan atau beban pokok penjualan yang secara signifikan merubah laporan keuangan entitas; d. Adanya dokumen yang hilang terkait akun persediaan dan atau beban pokok penjualan; e. Tidak tersedianya dokumen yang asli atas persediaan atau beban pokok penjualan, sementara copy dokumen tidak dapat mewakili nilai persediaan atau beban pokok penjualan; f. Beban pokok penjualan – terkait pencatatan akuntansi (pembelian, penjualan, pembayaran kas, dll) tidak sama nilainya; g. Perbedaan antara persediaan entitas atau beban pokok penjualan yang tercatat dan mendukung bukti (seperti perhitungan persediaan); h. Perbedaan antara perhitungan persediaan dan pencatatan persediaan, khususnya perbedaan yang sistematis; i. Perbedaaan antara laporan penerimaan dan persediaan yang benarbenar diterima; j. Perbedaan antara pesanan pembelian, tagihan pembelian, pencatatan penerimaan dan pencatatan persediaan; k. Pembelian dari suppliers yang tidak disetujui pada daftar vendor; 23
l. Terdapat persediaan yang hilang saat dilakukan perhitungan; m. Duplikasi pesanan pembelian atau nomor tagihan; n. Vendor tidak tercatat pada direktori buku telepon; o. Pencatatan jurnal yang non-standard dalam aturan who, what, when, where atau why.
3. Control Symptoms a. Penyalahgunaan wewenang di dalam manajemen perusahaan yang signifikan atas aktivitas pengendalian internal terhadap pembelian, persediaan, atau beban pokok penjualan; b. Adanya vendor baru yang muncul tanpa melalui proses persetujuan vendor secara regular; c. Terdapat kelemahan di dalam proses perhitungan persediaan.
4. Behavioral or Verbal Symptoms a. Tidak konsisten, tidak jelas, atau tidak masuk akal tanggapan dari manajemen atau karyawan yang timbul dari persediaan, pembelian, atau biaya pokok penjualan-terkait pertanyaan atau prosedur analitis; b. Penolakan akses atas fasilitas, karyawan, catatan, pelanggan, vendor, atau orang lain dari siapa persediaan atau biaya pokok penjualanterkait bukti yang dicari; c. Time pressures yang tidak seharusnya diberlakukan oleh manajemen untuk mengatasi persediaan yang bermasalah atau kompleks atau beban pokok penjualan-isu terkait; 24
d. Terjadinya keterlambatan yang tidak biasa oleh entitas dalam menyediakan persediaan yang diminta atau beban pokok penjualaninformasi terkait; e. Tidak benar, tidak konsisten, atau dipertanyakan tanggapan oleh manajemen atas persediaan, beban pokok penjualan atau permintaan lain yang dilakukan oleh auditor; f. Sikap atau respon yang mencurigakan dari anggota manajemen ketika ditanya perihal persediaan atau beban pokok penjualan-terkait transaksi, vendor, persediaan yang sudah digunakan atau akun.
5. Lifestyle Symptoms a. Gejala yang sama atas pendapatan-terkait fraud ( contoh: penjualan saham, bonus, dan kepemilikan saham). Namun, lifestyle symptoms sering tidak efektif untuk mendeteksi kecurangan pada laporan keuangan.
6. Tips and Complaints a. Tips atau keluhan yang muncul melalui sistem whistle-blowing atau melalui cara lain dapat menunjukkan bahwa persediaan-terkait skema kecurangan mungkin terjadi.
25
II.3.3. Revenue and Sales Albrecht et al (2009:406) mengemukakan terdapat enam kategori fraud yang termasuk dalam akun revenue and sales, yaitu sebagai berikut: Tabel II.2. Revenue and Sales Transaksi 1. Menjual barang dan jasa kepada pelanggan
Akun yang Terlibat Accounts Receivable and Revenues
Skema Kecurangan 1. Mencatat penjualan fiktif 2. Mengakui pencatatan terlalu cepat 3. Melebih-lebihkan penjualan sebenarnya 2. Perkiraan Bad Debt Expense and 4. Mengecilkan penyisihan piutang tak Allowance for Doubtful rekening, sehingga tertagih Accounts melebih-lebihkan piutang 3. Menerima Sales Returns and 5. Tidak mencatat barang kembali Accounts Receivable pengembalian barang dari pelanggan dari pelanggan 6. Mencatat pengembalian barang setelah berakhirnya periode 4. Penghapusan Allowance for 7. Tidak mencatat piutang tak piutang tak Doubtful Accounts tertagih tertagih and Accounts 8. Penghapusan piutang tak Receivable tertagih dalam periode selanjutnya 5. Collect cash Cash and Accounts 9. Mencatat transfer dari setelah periode Receivable bank dengan cash yang diskon diterima dari pelanggan 10. Memanipulasi cash yang diterima dari pihak terkait 11. Melakukan pencataan penerimaan kas fiktif 6. Collect cash Cash, Sales 12. Tidak mencatat diskon dalam periode Discounts and yang diberikan kepada diskon Account Receivable pelanggan Sumber: Fraud Examination
26
II.3.4. Overstatement Asset Albrecht mengkategorikan ke dalam 5 jenis Asset Overstatement yang umum yaitu: 1. Pencatatan yang terlalu tinggi atas kas, investasi jangka pendek dan marketable securities 2. Pencatatan yang terlalu tinggi atas piutang dan persediaan 3. Pencatatan yang terlalu tinggi atas asset tetap 4. Pencatatan yang terlalu tinggi atas asset melalui merger dan akuisisi atau melalui manipulasi akun atau transaksi antar perusahaan 5. Pencatatan yang terlalu tinggi atas asset tidak berwujud atau penangguhan asset
I.
Pencatatan yang terlalu tinggi atas kas, investasi jangka pendek dan marketable securities 1. Analytical Symptoms a. Beberapa rasio yang dapat membantu dalam menganalisis: i. Current ratio: Current assets/Current liabilities ii. Quick ratio: Current assets except inventory & prepaids/Current liabilities iii. Current assets/Total assets iv. Marketable securities/Current assets v. Cash/Current assets Pencatatan nilai dari masing-masing akun kas dan marketable securities dapat diperiksa dari waktu ke waktu untuk mendeteksi 27
perubahan yang tidak realistis. Contohnya apabila marketable securities bertambah, maka kas biasanya seharusnya berkurang karena kas mungkin digunakan untuk membeli securities. Pengecualian apablia perusahaan berhutang atau menukar asset untuk securities.
2. Accounting or Documentary Symptoms a. Adanya perbedaan antara nilai tercatat dan nilai yang di konfirmasi oleh bank, broker, dan pihak independen lainnya. b. Melakukan konfirmasi langsung dari institusi keuangan pada tanggal yang menjadi perhatian. c. Perusahaan tidak memiliki sertifikat marketable seucurities yang seharusnya dimiliki. d. Perusahaan tidak memiliki bank statement atau rekonsiliasi bank.
II.
Pencatatan yang terlalu tinggi atas piutang dan persediaan Sesekali, baik piutang atau persediaan disajikan lebih tinggi nilainya untuk menyembunyikan pencurian besar uang tunai atau asset lainnya. 1.
Analytical Symptoms a. Laporan persediaan yang terdapat dalam neraca tampak terlalu besar atau meningkat secara signifikan b. Laporan pembelian tampak terlalu kecil terhadap tingkat penjualan atau persediaan
28
c. Melakukan kapitalisasi terhadap persediaan yang seharusnya dibebankan
2. Accounting or Documentary Symptoms a. Transaksi persediaan yang tidak dicatat secara lengkap atau pada saat transaksi terjadi atau pencatatan yang tidak sesuai atas nilai , periode akuntansi, klasifikasi, atau entitas b. Transaksi atas persediaan yang tidak sesuai dengan prosedur yang berlaku c. Adjusment pada akhir periode atas persediaan yang secara signifikan merubah laporan keuangan entitas d. Adanya dokumen yang hilang terkait akun persediaan e. Tidak tersedianya dokumen yang asli atas persediaan, sementara copy dokumen tidak dapat mewakili nilai persediaan f. Perbedaan antara persediaan entitas yang tercatat dan mendukung bukti (seperti perhitungan persediaan) g. Perbedaan
antara
perhitungan
persediaan
dan
pencatatan
persediaan, khususnya perbedaan yang sistematis h. Perbedaaan antara laporan penerimaan dan persediaan yang benarbenar diterima i. Perbedaan
antara
pesanan
pembelian,
tagihan
pembelian,
pencatatan penerimaan dan pencatatan persediaan j. Pembelian dari suppliers yang tidak disetujui pada daftar vendor k. Terdapat persediaan yang hilang saat dilakukan perhitungan 29
l. Duplikasi pesanan pembelian atau nomor tagihan m. Vendor tidak tercatat pada direktori buku telepon n. Pencatatan jurnal yang non-standard dalam aturan who, what, when, where atau why.
III.
Pencatatan yang terlalu tinggi atas asset tetap 1. Analytical Symptoms a. Melakukan penghitungan rasio : i. Total fixed assets/Total assets ii. Individual fixed asset account balances/Total fixed assets iii. Total fixed assets/Long-term debt iv. Depreciation expense for various categories of assets/Assets being depreciated v. Accumulated depreciation/Depreciable assets (per asset category)
Rasio i dan ii memberikan bukti mengenai apakah saldo asset tetap relative wajar atas saldo asset lainnya. Rasio iii mengidentifikasi hubungan antara hutang dan asset tetap dimana memberikan pengukuran solvency (kesanggupan untuk membayar hutang). Rasio iv dan v menggambarkan apakah asset tetap telah terdepresiasi dengan sesuai.
30
Accounting or Documentary Symptoms b. Menentukan apakah pembelian asset tetap yang berasal dari entitas yang terkait penting c. Menentukan apakah jumlah yang tercatat sesuai
IV.
Pencatatan yang terlalu tinggi atas asset melalui merger dan akuisisi atau melalui manipulasi akun atau transaksi antar perusahaan 1. Analytical Symptoms a. Membandingkan rasio asset pada masing-masing perusahaan sebelum merger dan perusahaan setelah merger 2. Accounting or Documentary Symptoms a. Memastikan metode akuntansi telah sesuai dan konsisten dengan standar akuntansi b. Melakukan pemeriksaan atas perusahaan merger terkait transaksi
1. Pencatatan yang terlalu tinggi atas asset tidak berwujud atau penangguhan asset 1) Analytical Symptoms a. Membandingkan perubahan dan tren dalam saldo rekening laporan keuangan b. Membandingkan perubahan dan tren dalam hubungan laporan keuangan c. Membandingkan laporan keuangan saldo dengan non-financial information, seperti asset yang diwakili 31
d. Membandingkan laporan keuangan saldo dan kebijakan dengan perusahaan sejenis 2) Accounting or Documentary Symptoms a. Aset-terkait transaksi tidak dicatat secara lengkap atau sesuai dengan waktu transaksi atau pencatatan yang tidak sesuai atas nilai, periode akuntansi, kalsifikasi, atau kebijakan entitas b. Tidak didukung atau tidak diotorisasi asset-terkait saldo atau transaksi c. Penyesuaian asset pada bulan-bulan akhir yang secara signifikan meningkatkan hasil keuangan d. Hilangnya dokumen yang terkait dalam asset e. Tidak tersedianya dokumen yang asli atas transaksi aset, sementara copy dokumen tidak dapat mewakili nilai persediaan atau beban pokok penjualan f. Aset-terkait ledger tidak sama g. Perbedaan yang tidak biasa antara asset entitas terkait pencatatan dan bukti yang menguatkan atau penjelasan manajemen
32
II.3.5. Liabilities Albrecht et al (2009) mengemukakan terdapat enam jenis fraud yang termasuk dalam akun liabilities, yaitu sebagai berikut: Tabel II.3. Some Ratios Used in Detecting Fraud Jenis Kecurangan terhadap Liabilities Underrecording accounts payable
Underrecording accrued liabilities including salaries, payroll taxes, interest, and rent
Underrecording of unearned revenues (a liability)
Rasio yang Diuji 1. Acid-test ratio (quick assets/current liabilities) 2. Current ratio (current assets/current liabilities) 3. Accounts payable/Purchases 4. Accounts payable/Cost of goods sold 5. Accounts payable/Total liabilities 6. Accounts payable/Inventory Seluruh rasio ini harus diperiksa dari waktu ke waktu dan mengamati perubahan yang terjadi. Rasio difokuskan pada kewajaran relatif rekening saldo hutang terkait saldo rekening. Peningkatan dua rasio pertama dan penurunan dalam empat rasio terakhir paling mengindikasikan adanya fraud. 7. Various accruals / Number of days to accrue compared with same ratio in previous years 8. Various accruals/Related expenses Jumlah yang akan diperoleh tergantung pada jarak waktu antara akhir tahun akuntansi dan terakhir kali biaya tercatat. Dengan akrual tertentu, dapat diuji hubungan antara berbagai biaya (misalnya, gaji pajak penghasilan atau beban gaji) untuk melihat apakah pajak gaji yang cukup telah dicatat. 9. Unearned revenue/Revenue Sulit untuk menemukan rasio yang baik untuk mencari unrecorded, unearned revenues. Umumnya, untuk menentukan apakah pendapatan telah diakui sebagai pendapatan ketika belum merupakan pendapatan. Perlu diuji kontrak aktual dan perjanjian penjualan untuk menentukan layanan apa yang harus dilakukan atau apa produk yang 33
Underrecording of service (warranty) liabilities and other liabilities to perform something in the future
Underrecording various liabilities
Not recording contingent liabilities
dihasilkan. 10. Warranty expense/Sales Jumlah jaminan atau biaya pelayanan dan tanggung jawab harus berhubungan langsung dengan volume penjualan. Rasio yang mengungkapkan bahwa deposito, perjanjian pembelian kembali, atau lainnya. Kewajiban serupa lebih sulit untuk ditemukan. 11. Interest expense/Notes payable 12. Long-term debt/Stockholders’ equity 13. Various types of debt/Total assets 14. Total liabilities/Total assets 15. Pension expense/Salary expense 16. Lease expense/Total fixed assets Dalam menguji tiap jenis rasio, perlu difokuskan pada setiap kewajiban di neraca. Secara umum tidak ada rasio yang mengungkapkan contingent liabilities yang harus dicatat.
Sumber: Fraud Examination
II.3.6. Inadequate Fraud Disclosure Pengungkapan fraud yang tidak memadai mencakup penerbitan fraudulent (kecurangan) atau penyajian laporan yang keliru. Saat laporan tahunan di publikasi melaluli pers atau media lainnya, manajemen membuat pernyataan yang keliru atas laporan keuangan perusahaannya namun tidak mempengaruhi angka, jumlah, masing-masing akun di laporan keuangan. Pengungkapan fraud juga dapat mencakup pernyataan yang seharusnya, tapi tidak dibuat oleh manajemen. Pengungkapan fraud dapat dikategorikan ke dalam 3 grup yaitu: 1. Presentasi yang keliru mengenai bidang perusahaan atau produk yang dimiliki. Biasanya terjadi melalui laporan berita, interview, laporan tahunan, dan lainnya
34
2. Presentasi yang keliru atau lalai dalam MD&A( Management Discussion and Analysis) atau bagian laporan non keuangan dalam laporan tahunan 3. Presentasi yang keliru atau lalai dalam footnotes atas laporan keuangan, seperti kegagalan dalam pengungkapan transaksi pihak terkait.
I
Presentasi yang keliru mengenai bidang usaha perusahaan dan produk Cukup sering laporan bisnis perusahaan atau organisasi yang secara lengkap memberikan gambaran yang salah mengenai bidang usaha perusahaan atau membuat keliru mengenai produk yang dibuat oleh perusahaan. Perusahaan yang salah menyajikan produk atau bidang usaha tentu tidak berdiri sendiri. Banyak perusahaan yang mengaku bahwa mereka memiliki produk yang baik namun pada kenyataannya itu tida ada. Pengungkapan fraud jenis ini adalah yang terburuk karena perusahaan melakukan penipuan. Perusahaan dapat dikatakan sama seperti orang yang mengaku sebagai nasabah atau deposan di bank pelangga tertentu dan menarik uang pelanggan menggunakan kartu identifikasi fiktif atau hasil mencuri.
35
II
Presentasi yang keliru dalam MD&A (Management Discussion and Analysis) dan Informasi nonkeuangan lainnya dalam laporan keuangan Dalam beberapa tahun baru-baru ini, laporan keuangan perusahaan menjadi dokumen yang dikenal masyarakat sebagai laporan kondisi keuangan dan operasi. Hampir seluruh laporan keuangan menyajikan berbagai macam laporan oleh manajemen, termasuk MD&A, grafik historical kinerja, pemberitahuan atas produk baru dan langkah-langkah strategis, dan rencara dan tujuan untuk jangka panjang perusahaan. Terkadang,
laporan
manajemen
mengadung
salah
saji
dalam
pengungkapan dan kesalahan yang disengaja. Sekali waktu, manajemen gagal untuk mengungkapkan apa yang penting untuk membantu investor dan kreditur untuk memahami apa yang sebenarnya sedang terjadi.
III
Pengungkapan footnote yang keliru Tipe ketiga dari penyajian pengungkapan fraud meliputi penyajian footnote yang keliru. Footnote perusahaan harus mencakup pengungkapan yang relevan yang dibutuhkan untuk membantu investor dan kreditur dalam pengambilan keputusan. Terkadang, pengungkapan yang seharunya dibuat di footnote hilang atau tidak dibuat, dan sekali waktu pengungkapan yang termasuk (footnote) mengandung salah saji. Banyak pengungkapan yang salah mempengaruhi saldo laporan keuangan, namun ada beberapa yang tidak terpengaruh.
36
Mungkin tipe footnote yang paling sering mengandung kecurangan dalam penyajian adalah tidak mengungkapkan transaksi dengan pihak terkait. Berikut jenis penyajian yang mengandung kecurangan: a. Gagal dalam menyajikan kewajiban kontijensi yang mungkin terjadi dan yang menyebabkan kerugian untuk perusahaan b. Gagal dalam menyajikan obligasi kontraktual, termasuk pembatasan untuk asset atau liabilitas tertentu c. Penyajian yang salah terkait informasi pinjaman kepada kreditur d. Gagal dalam menyajikan keuntungan kontijensi yang mungkin tidak terjadi e. Penyajian yang tidak cukup terkait kebijakan akuntansi yang signifikan f. Penyajian yang tidak cukup terkait informasi mengenai penurunan nilai asset dalam market value, termasuk marketable securities g. Penyajian yang tidak cukup terkait informasi mengenai pension atau kewajiban jangka panjang h. Kurangnya penyajian atas kejadian yang signifikan
37
II.3.7. Analisis Rasio Keuangan Mengacu pada pendapat Munawir (2007) rasio menggambarkan suatu hubungan (mathemetical relationship) antara jumlah tertentu dengan jumlah yang lain sehingga memberikan gambaran kepada penganalisa tentang posisi keuangan perusahaan (Munawir, 2007:64) Jenis-jenis rasio adalah sebagai berikut: A. Rasio Likuiditas (Modal Kerja) Adalah rasio yang menunjukkan hubungan antara kas dan aset lancar lainnya dari sebuah perusahaan dengan kewajiban lancarnya (Houston 2006:95). Likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera dipenuhi atau pada saat ditagih. Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangan tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan likuid dan perusahaan dikatakan mampu memenuhi kewajiban keuangan tepat waktu apabila perusahaan memiliki alat pembayaran ataupun aset lancar yang lebih besar dari hutang lancar (jangka pendek). Perusahaan dalam kedaan illikuid berarti perusahaan tersebut tidak dapat segera memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih.
38
Rasio likuiditas terdiri dari: 1. Rasio Lancar (Current Ratio) Rasio lancar adalah perbandingan antara jumlah aset lancar dengan hutang lancar. Rasio lancar menunjukkan tingkat keamanan (margin of safety) kreditor jangka pendek atau kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutangnya.
Aset Lancar Rasio Lancar = Kewajiban Lancar
2. Rasio Kas (Cash Ratio)
Kas + Investasi Jangka Pendek Rasio Kas =
Kewajiban Lancar
3. Rasio Arus Kas Operasional (Operating Cash Flow Ratio)
Arus Kas dari Aktivitas Operasional
Rasio Arus Kas Operasional = Kewajiban Lancar
39
B. Rasio Aktivitas (Activity Ratio) Rasio aktivitas (rasio manajemen aset) adalah serangkaian rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan telah mengelola aset yang dimiliki (Houston, 2006: 97), yang terdiri dari: 1. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)
Harga Pokok Penjualan Perputaran Persediaan = Rata-rata Persediaan
2. Perputaran Piutang (Account Receivable Turnover) Perhitungan rasio perputaran piutang mengindikasikan likuiditas dari piutang (Gibson, 2009, 208). Dengan menghitung perputaran piutang, dapat diketahui posisi piutang dan taksiran waktu pengumpulannya. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang rendah. Sebaliknya jika semakin rendah maka terdapat over investment dalam piutang.
Pendapatan Perputaran Piutang = Rata-rata Piutang
40
3. Perputaran Total Aset (Total Assets Turnover) Rasio ini mengukur perputaran dari seluruh aset yang dimiliki perusahaan.
Pendapatan Perputaran Total Aset = Total Aset
4. Average Days Inventory in Stock
Days (365) Average Days Inventory in Stock = Inventory
5. Average Days Receivables Outstanding Ratio
Days (365) Average Days Receivables Outstanding = Inventory Turnover
6. Length of Operating Cycle Ratio
Length of Operating Cycle Ratio = 365*((1/Inventory Turnover)+(1/ Account Receivable Turnover))
41
C. Rasio Manajemen Hutang (Solvability Ratio) Rasio manajemen hutang dihitung untuk mengetahui seberapa jauh sebuah perusahaan menggunakan pendanaan melalui hutang. Semakin rendah rasio ini maka semakin baik pula posisi hutang perusahaan. Beberapa rasio yang dapat dihitung antara lain: 1. Rasio Hutang (Debt Ratio) Rasio hutang adalah rasio yang mengindikasi kemampuan perusahaan membayar hutang jangka panjangnya (Gibson, 2009:256). Rasio ini mengukur seberapa besar dana yang dipinjam telah digunakan untuk membiayai aset perusahaan. Rasio hutang yang tinggi berarti perusahaan menggunakan hutang dengan jumlah yang besar untuk mendanai perusahaan.
Total Kewajiban Rasio Hutang
= Total Aset
2. Rasio Hutang Jangka Panjang terhadap Ekuitas (Long-term Debt to Equity Ratio) Rasio ini mengukur sampai sejauh mana komponen hutang jangka panjang dalam struktur modal perusahaan.
Total Hutang Jangka Panjang Rasio Hutang Jangka Panjang terhadap Ekuitas = Total Ekuitas
42
3. Rasio Hutang terhadap Ekuitas Pasar (Debt to Market Equity Ratio)
Total Kewajiban Rasio Hutang terhadap Ekuitas Pasar = Total Equity at Market Value
D. Rasio Profitabilitas Rasio profitablitas adalah sekelompok rasio yang menunjukkan gabungan efek-efek dari likuiditas, manajemen aset dan hutang pada hasil-hasil operasi (Houston, 2006:107). Rasio-rasio yang digunakan adalah:
1. Operating Margin Ratio
Pendapatan + COGS Operating Margin Ratio = Pendapatan
2. Return on Sales Ratio Return on Sales Ratio adalah rasio yang mengukur jumlah laba bersih per nilai rupiah pendapatan usaha perusahaan.
Laba Bersih Return on Sales Ratio = Pendapatan
43
3. Tingkat Pengembalian Total Aset (Return on Total Assets / ROA) Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dengan menggunakan aset yang dimiliki perusahaan.
Laba Bersih ROA = Total Aset
4. Tingkat Pengembalian Ekuitas Saham Biasa (Return on Common Equity / ROE) Rasio ini mengukur tingkat pengembalian dari total investasi pemegang saham dalam perusahaan.
Laba Bersih ROE = Total Ekuitas
44
Kinerja perusahaan dapat diukur dari analisis rasio laporan keuangan perusahaan, yaitu sebagai berikut (Giroux, 2006): 1.
Rasio Likuiditas Apakah perusahaan memiliki kas dan aset lancar yang cukup untuk memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo?
2.
Rasio Aktivitas Seberapa efisienkah kinerja yang yang dilakukan oleh perusahaan?
3.
Rasio Solvabilitas Seberapa besar hutang jangka panjang yang dimiliki oleh perusahaan?
4.
Rasio Profitabilitas Seberapa besarkah laba yang dihasilkan oleh perusahaan?
45
II.3.8. Prediksi Kecurangan dalam Laporan Keuangan dengan Beneish MScore Beneish M-Score membantu mengungkap perusahaan yang kemungkinan melakukan fraud terhadap pendapatan yang dicatat dalam dalam laporan keuangan (Beneish, 2012). Perusahaan dengan M-Score lebih tinggi memiliki kemungkinan lebih untuk melakukan fraud. Beneish M-Score adalah model probabilistik, sehingga tidak akan mendeteksi fraud dengan ketepatan 100%. Beneish M-Score memiliki 8 variabel, yaitu sebagai berikut: 1.
Days Sales in Receivables Index (DSRI): DSRI adalah rasio penjualan harian dalam piutang pada tahun pertama di mana manipulasi laba ditemukan (tahun t) dengan ukuran yang sesuai pada tahun t-1. Variabel ini adalah pengukur apakah piutang dan pendapatan berada dalam atau keluar-dari-keseimbangan dalam dua tahun berturutturut. Sebuah peningkatan besar dalam penjualan hari dalam piutang bisa menjadi hasil dari perubahan dalam penjualan untuk memacu kebijakan kredit dalam menghadapi persaingan yang meningkat, tetapi peningkatan yang tidak proporsional dalam piutang relatif penjualan mungkin juga mengindikasi adanya inflasi pendapatan. Peningkatan besar dalam penjualan harian dalam piutang yang akan dikaitkan dengan kemungkinan lebih tinggi bahwa pendapatan dan laba yang berlebihan. Rumus Days Sales in Receivables Index (DSRI) adalah sebagai berkut: (Net Receivablest / Salest) DSRI = (Net Receivablest-1 / Salest-1)
46
2.
Gross Margin Index (GMI) GMI adalah rasio marjin laba kotor pada tahun t-1 ke marjin laba kotor pada tahun t. Ketika GMI lebih besar dari 1, menunjukkan bahwa marjin laba kotor telah memburuk. Lev dan Thiagarajan (1993) menunjukkan bahwa penurunan marjin laba kotor adalah sinyal negatif tentang prospek perusahaan. Jika perusahaan dengan prospek sedikit lebih mungkin untuk terlibat dalam manipulasi laba, terdapat hubungan positif antara GMI dan kemungkinan manipulasi laba.
Rumus Gross Margin Index (GMI) adalah sebagai berikut: [(Salest-1 - COGSt-1) / Salest-1] GMI
= [(Salest - COGSt) / Salest]
3.
Asset Quality Index (AQI) Kualitas aset pada tahun tertentu adalah rasio aset tidak lancar selain aset tetap property, plant and equipment (PPE) terhadap total aset dan mengukur proporsi total aset yang memiliki manfaat di masa mendatang berpotensi tidak menentu. AQI adalah rasio kualitas aset pada tahun t, terhadap aset kualitas relatif pada tahun t-1. AQI merupakan ukuran agregat dari perubahan dalam analisis realisasi risiko aset yang disarankan oleh Siegel (1991). Jika AQI lebih besar dari 1 ini menunjukkan bahwa perusahaan berpotensi meningkatkan keterlibatannya dalam penangguhan biaya.
47
Rumus Asset Quality Index (AQI) adalah sebagai berikut: (TAt - (CAt + PPEt ) / TAt) AQI
= (TAt-1 - (CAt-1 + PPEt-1 ) / TAt-1)
4.
Sales Growth Index (SGI) SGI adalah rasio penjualan pada tahun t untuk penjualan di tahun t-1. Pertumbuhan bukan berarti manipulasi, namun pertumbuhan perusahaan dipandang oleh para profesional sebagai lebih mungkin untuk melakukan kecurangan laporan keuangan karena posisi keuangan dan kebutuhan modal memberikan tekanan kepada manajer untuk mencapai target laba (National Commission on Fraudulent Financial Reporting (1987), National Association of Certified Fraud Examiners (1993)). Selain itu, kekhawatiran tentang kontrol dan pelaporan cenderung lebih lambat dari operasi dalam periode pertumbuhan tinggi (Komisi Nasional Pelaporan Keuangan Penipuan (1987), Loebeckke et al. (1989)). Rumus Sales Growth Index (SGI) adalah sebagai berikut: Salest SGI
= Salest-1
5.
Depreciation Index (DEPI): DEPI adalah rasio tingkat depresiasi pada tahun t-1 dibandingkan dengan tingkat yang sesuai pada tingkat penyusutan tahun t. Pada tahun tertentu sama dengan depreciation/(depreciation+netPPE). DEPI lebih besar dari 1 yang menunjukkan bahwa tingkat di mana aset disusutkan telah melambat - meningkatkan kemungkinan bahwa perusahaan telah direvisi ke atas 48
perkiraan masa manfaat aset atau mengadopsi metode baru yang peningkatan pendapatan Rumus Depreciation Index (DEPI) adalah sebagai berikut:
[(Depreciationt-1/ (PP&Et-1 + Depreciationt-1)] DEPI = [(Depreciationt / (PP&Et + Depreciationt)] 6.
Sales General and Administrative Expenses Index (SGAI) SGAI dihitung sebagai rasio SGA terhadap penjualan pada tahun t relatif terhadap ukuran yang sesuai pada tahun t-1. Variabel yang digunakan mengikuti saran Lev dan Thiagarajan s (1993) bahwa analis akan menginterpretasikan peningkatan proporsional dalam penjualan sebagai sinyal negatif tentang prospek perusahaan di masa depan. Rumus Sales General and Administrative Expenses Index (SGAI) adalah sebagai berikut: (SG&A Expenset / Salest) SGAI = (SG&A Expenset-1 / Salest-1)
7.
Leverage Index (LVGI) LVGI adalah rasio total utang terhadap total aset pada tahun t relatif terhadap rasio yang sesuai di tahun t-1. Sebuah LVGI lebih besar dari 1 menunjukkan
peningkatan
leverage.
Variabel
disertakan
untuk
mendapatkan perjanjian utang insentif untuk manipulasi laba. Dengan asumsi leverage yang mengikuti random walk, LVGI implisit mengukur kesalahan ramalan leverage. 49
Rumus Leverage Index (LVGI) adalah sebagai berikut: [(Current Liabilitiest + Total Long Term Debtt) / Total Assetst] LVGI = [(Current Liabilitiest-1 + Total Long Term Debtt-1) / Total Assetst-1]
8.
Total Accruals to Total Assets (TATA) Jumlah akrual dihitung sebagai perubahan dalam bekerja rekening modal selain uang tunai dikurangi penyusutan. Akrual total maupun sebagian daripadanya telah digunakan dalam pekerjaan sebelum untuk menilai sejauh mana manajer membuat pilihan akuntansi diskresioner untuk mengubah laba (lihat misalnya Healy (1985), Jones (1991). Rumus Total Accruals to Total Assets (TATA) adalah sebagai berikut: (Income from Continuing Operationst - Cash Flows from Operationst)
TATA = Total Assetst
Formula Beneish M-Score adalah sebagai berikut:
M-Score = -4.84 + 0.920 DSRI + 0.528 GMI + 0.404 AQI + 0.892 SGI + 0.115 DEPI - 0.172 SGAI - 0.327 LVGI + 4.697 TATA
50
II.4. Laporan Keuangan II.4.1. Pengertian Laporan Keuangan
Media yang dapat dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan perusahaan adalah lapoaran keuangan. Laporan keuangan berisikan data-data yang menggambarkan keadaan keuangan suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu sehingga pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan dapat mengetahui keadaan keuangan dari laporan keuangan yang disusun dan disajikan oleh perusahaan. Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap lapoaran keuangan anatara lain para pemilik perusahaan, manajer perusahaan yang bersangkutan, para kreditur, bankers, investor, karyawan, dan masyarakat. Menurut Harahap (2004:105): Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Adapun jenis laporan keuangan yang lazim dikenal adalah Neraca, Laporan rugi Laba, Laporan Arus Kas dan Laporan Perubahan posisi Keuangan. Sedangkan Riyanto (2001:15) menyatakan laporan keuangan memberikan ikhtisar mengenai adanya keuangan suatu perusahaan, dimana neraca mencerminkan nilai aset, nilai hutang, dan modal sendiri pada suatu saat tertentu dan laporan keuangan laba/rugi mencerminkan hasil-hasil yang dicapai selama periode tertentu biasanya dalam satu tahun. Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang berisi data-data keuangan. Data-data keuangan ini digunakan untuk berkomunikasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.
51
II.4.2. Tujuan Laporan Keuangan Tujuan laporan keuangan menurut Sawir (2005:2) adalah sebagai berikut: a) menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi, b) laporan keuangan disusun untuk memenuhi kebutuhan bersama oleh sebagian besar pemakainya, yang secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu, c) laporan keuangan juga menunjukkan apa yang dilakukan manajemen atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Laporan keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan perusahaan saat ini dan untuk memperkirakan hasil operasi serta arus kas di masa depan. Dari pengertian di atas tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai sumber-sumber ekonomi dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.
II.4.3. Pihak-pihak yang Berkepentingan Terhadap Laporan Keuangan Laporan keuangan mempunyai arti yang sangat penting bagi pihak yang membutuhkan atau berkepentingan, pihak-pihak yang membutuhkan antara lain: para
pemilik
perusahaan/pemegang
saham,
manajer
perusahaan
yang
bersangkutan, banker, kreditor, investor, pemerintah, mereka yang menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda, beberapa kebutuhan ini adalah meliputi: 52
1. Para pemilik perusahaan Para pemilik perusahaan akan berkepentingan terhadap laporan keuangan perusahaan untuk dapat menilai sukses atau tidaknya manajer yang diberi kepercayaan
orang
pemegang
saham
mengendalikan/memimpin
perusahaannya. 2. Manajer perusahaan yang bersangkutan Laporan keuangan bagi manajer berguna untuk: a. Mengukur biaya dan hasil (pendapatan) yang telah dicapai periode yang lalu. b. Menilai mengukur efisiensi dari tiap-tiap bagian yang ada dalam perusahaan. c. mengukur hasil kerja dari tiap-tiap individu yang telah diserahi wewenang dan tanggungjawab. d. Untuk menentukan perlu tidaknya diadakan perubahan kebijakan atau prosedur yang baru sehingga dapat dicapai hasil yang lebih baik dan meningkat. e. Untuk memberikan laporan pertanggungjawaban pada pemilik perusahaan atas kepemimpinan selama ini. 3. Bank, kreditor dan investor Bankir, kreditor maupun investor berkepentingan dengan laporan keuangan itu, sebab dengan membaca laporan keuangan itu mereka dapat menentukan prospek keuntungan perusahaan dimasa datang, mengetahui kondisi kerja pemimpin perusahaan dan kondisi keuangan jangka pendek perusahaan tersebut. Jadi dengan laporan keuangan ini para bankir, kreditor 53
ataupun investor dapat mengadakan analisa apakah mereka akan terus mengadakan investasi, memberikan kredit bank jangka pendek maupun jangka panjang ataukah menghentikannya sama sekali. 4. Pemerintah Bagi pemerintah dimana perusahaan itu berdomisili sangat
berkentingan
dengan laporan keuangan perusahaan terscbut termama untuk: a. Kepentingan sehubungan dengan pajak b. Kepentingan perencanaan pemerintah untuk masa yang akan datang terutama yang menyangkut masalah tenaga kena dan kebijakan lain yang dapat menunjang pertumbuhan ekonomi secara nasional.
II.4.4. Jenis-jenis Laporan Keuangan Pada waktu tertentu manajemen suatu perusahaan harus menyusun dan menyajikan laporan keuangan guna memenuhi kebutuhan para pihak yang berkepentingan atas suatu perusahaan ini. Mengenai laporan keuangan yang disajikan dan disusun oleh manajemen sesuai Ikatan Akuntan Indonesia, (2007:2) menyatakan “laporan keuangan yang lengkap terdiri atas komponen-komponen berikut ini: neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.”
54
a. Neraca (Balance Sheet) Pendapat Skousen (2001:41) yang dimaksud dengan neraca adalah ”laporan sumber-sumber dari suatu perusahaan (harta), kewajiban perusahaan (hutang), dan perbedaan antara yang dimiliki (harta) dan apa yang dipinjam (hutang) yang disebut ekuitas”. Dalam pengertian aset tidak terbatas pada kekayaan perusahaan yang berwujud saja, tetapi juga termasuk pengeluaranpengeluaran yang belum dialokasikan pada penghasilan yang akan datang, serta aset yang tidak berwujud lainnya (intangible assets) misalnya goodwill, hak patent, hak menerbitkan dan sebagainya. Pada dasarnya aset dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian utama yaitu aset lancar dan aset tidak lancar. Aset juga dapat digolongkan seperti di bawah ini. 1) Harta lancar yaitu harta yang berupa uang tunai yang dapat digunakan dalam jangka pendek 2) Investasi jangka panjang yaitu pernyertaan atau penanaman modal pada perusahaan lain dalam jangka panjang untuk memperoleh pendapatan 3) Harta tetap yaitu kekayaan perusahaan yang pemakainya dalam waktu lama serta mempunyai nilai material. 4) Harta tetap tidak berwujud yaitu hak istimewa yang dimiliki oleh perusahaan yang mempunyai nilai tetapi tidak mempunyai nilai fisik 5) Harta lain-lain yaitu harta yang tidak dapat dikelompokkan dalam empat jenis aset di atas.
55
Yang termasuk kelompok aset lancar adalah seperti di bawah ini: 1) Kas, atau uang tunai yang dapat digunakan untuk membiayai operasional perusahaan. Kas meliputi koin, uang kertas, cek yang diterima dari langganan dan simpanan perusahaan di bank yang dapat ditarik tanpa pembatasan dari bank bersangkutan. Dalam praktiknya, perusahaan biasanya bisa memiliki beberapa rekening. Misalnya, satu untuk pembayaran kas umum dan satu lagi untuk pembayaran gaji. 2) Investasi jangka pendek (marketable securities), adalah investasi yang sifatnya sementara dengan maksud untuk memanfaatkan uang kas yang sementara tidak dibutuhkan alat operasional perusahaan. Yang termasuk dalam investasi jangka pendek adalah: deposito di bank, surat-surat berharga yang berwujud saham, sertifikat bank dan lain-lain investasi yang mudah diperjualbelikan. 3) Piutang wesel adalah tagihan perusahaan kepada pihak lain yang dinyatakan dalam bentuk wesel yang diatur dalam undang-undang (suatu utang formal). Sepanjang piutang wesel diperkirakan akan tertagih dalam setahun, maka diklasifikasikan dalam neraca sebagai aset lancar. 4) Piutang dagang, adalah tagihan kepada pihak lain (kreditur) sebagai akibat dari penjualan barang secara kredit. Piutang dagang ini diperkirakan akan tertagih dalam periode waktu yang relatif pendek, seperti 30 atau 60 hari. Piutang dagang biasanya disajikan dalam neraca sebesar nilai realisasinya, yaitu nilai normal piutang dikurangi dengan cadangan kerugian piutang. 5) Persediaan, untuk perusahaan dagang yang dimaksud dengan persediaan adalah semua barang-barang yang diperdagangkan yang sampai tanggal 56
neraca masih berada di gudang/belum laku dijual. Untuk perusahaan manufacturing, persediaan yang dimiliki meliputi: persediaan bahan mentah, persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi. Persediaan merupakan salah satu unsur yang paling aktif dalam operasional perusahaan, yang secara terus menerus akan diperoleh atau diproduksi untuk dijual. 6) Pendapatan yang masih harus diterima, adalah pendapatan yang sudah menjadi
hak
perusahaan
karena
perusahaan
telah
memberikan
jasa/prestasinya, tetapi belum menerima pembayaran sehingga merupakan tagihan. 7) Biaya dibayar di muka, adalah pengeluaran untuk memperoleh jasa/prestasi, tetapi pengeluaran itu belum menjadi biaya atau jasa tersebut belum dinikmati oleh perusahaan pada periode ini. Menurut Skousen (2001:42): ”Hutang adalah kewajiban untuk membayar kas, pemindahan asset lain atau memberikan jasa-jasa ke orang lain.” Sedangkan menurut Munawir (2004:18) ”Hutang adalah kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, di mana hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasl dari kreditur”. Hutang atau kewajiban perusahaan dapat dibedakan ke dalam hutang lancar (hutang jangka pendek) dan hutang jangka panjang. Hutang lancar meliputi semua kewajiban yang akan dilunasi dalam periode jangka pendek (satu tahun atau kurang tanggal neraca atau dalam siklus kegiatan
57
normal perusahaan) dengan cara mengurang aset yang dikelompokkan dalam aset lancar atau dengan cara menimbulkan hutang lancar yang lain. Hutang lancar dapat dibagi atas: 1) hutang dagang yaitu hutang yang timbul karena adanya transaksi pembelian secara kredit dimana pelunasannya harus dilakukan dalam jangka pendek, 2) hutang pajak yaitu kewajiban perusahaan yang harus segera dilunasi kepada pemerintah atas pajak yang dikenakan, 3) hutang dividen yaitu bagian laba yang dibagikan kepada para pemegang saham, 4) pendapatan yang diterima dimuka. Hutang jangka panjang adalah kewajiban sekarang yang timbul dari kegiatan atau transaksi yang lalu, yang jatuh temponya lebih dari satu tahu ditinjau dari tanggal neraca. Modal menggambarkan bagian pemilik perusahaan atau kekayaan perusahaan yang diukur dengan menghitung selisih antara aset dikurangi hutang. Menurut Munawir (2004:19) ”Modal merupakan hak atau bagian yang dimiliki oleh perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba yang ditahan”. b. Laporan Laba Rugi (Income Statement) Laporan laba rugi yaitu sebagai alat untuk mengetahui kemajuan yang dicapai perusahaan dan juga mengetahui berapakah hasil bersih atau yang didapat dalam suatu periode. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007:10)
58
Laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos berikut yaitu pendapatan, laba rugi usaha, beban pinjaman, bagian dari laba atau rugi perusahaan afiliasi dan asosiasi yang diperlakukan menggunakan metode ekuitas, beban pajak, laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan, pos luar biasa, hak minoritas, dan laba atau rugi bersih untuk periode berjalan
c. Laporan Perubahan Ekuitas Laporan perubahan modal adalah ringkasan tentang perubahan modal yang terjadi dalam suatu periode tertentu. Maka dapat diketahui bahwa laporan perubahan
ekuitas
memberikan
informasi
mengenai
tambahan
atau
pengurangan ekuitas selama periode tertentu. Penambahan ekuitas berasal dari investasi dan laba sedangkan pengurangan ekuitas biasanya karena kerugian atau pengambilan pribadi. d. Laporan Arus Kas Dalam laporan ini yang dicantumkan semua transaksi dan keterjadian perusahaan
yang
mempunyai
konsekuensi
kas.
Laporan
arus
kas
menggambarkan keadaan masa yang akan datamg, karena informasinya dapat digunakan untuk melakukan prediksi di masa yang akan datang. e. Catatan atas Laporan Keuangan Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian jumlah yang tertera dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas serta informasi tambahan seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen.
59
II.4.5. Analisis Laporan Keuangan Pengertian analisis laporan keuangan menurut Harahap (2004:190): “menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan yang lebih dalam sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat”.
60
II.5.
Pendekatan Analisis Kecurangan Laporan Keuangan Berdasarkan atas teori yang telah didiskusikan sebelumnya, maka
pendekatan analisis kecurangan dalam laporan keuangan yang akan digunakan adalah seperti dalam tabel berikut ini: Gambar II.3. Bagan Pendekatan Analisis Kecurangan Laporan Keuangan
61