BAB II LANDASAN TEORI
2.1 GITAR DAN HARDCASE 2.1.1 Sejarah Gitar Diketahui bahwa instrument musik gitar berawal sebelum tahun 1650. Disebut yang diketahui karena banyak evolusi tentang instrument ini tidak diketahui tetapi hanya diambil dari gambar-gambar, pahatan-pahatan dan lain-lainnya.
Gb. Patung sedang memainkan Tanbur
Alat musik Lute dari Eropa akan menjadi awalnya. Alat musik ini dikembangkan dari alat musik Arab yang bernama Oud dan memiliki antara 12 sampai 24 senar dimana alat musik ini dimainkan dengan memetik sepasang senar untuk 1 nada (seperti memainkan gitar 12 senar). Sebenarnya dibuat dari Catgut (sheep intestine) dan fretnya dibuat dari catgut yang diikat di seputar fingerboard/neck dengan beberapa fret dari kayu atau gading yang dilekatkan pada ujung atas soundboardnya. Fret dan soundboard memiliki 6
ketinggian yang sama, berbeda dengan fret gitar jaman modern yang pada umumnya lebih tinggi dari soundboardnya dan banyak inlaynya yang merupakan ornamentornamen. Bentuk instrument ini menyerupai buah pir dan dibulatkan belakangnya seperti setengah bentuk buah melon. Bridge nya tidak memiliki sadlle dan tuning head nya mirip biola.
Gb. Gitar Tanbur
Theorbo merupakan variasi dari lute dengan beberapa extra senar. Perbedaannya dengan lute adalah bahwa Theorbo memiliki senar ekstra seperti tersebut diatas dan tuning head sejajar dengan necknya, dimana tuning head untuk lute mirip dengan biola. Nadanadanya mencakup nada bass-bariton.
Arch lute merupakan instrument yang mirip dengan lute tetapi arch lute lebih condong kearah melodi daripada lute.
7
Lute biasa distem dengan nada-nada tinggi. Jika gitar jaman sekarang distem di E, lute distem di A ynag merupakan dua setengah nada lebih tinggi daripada E.
Lute bisa distem dan dimainkan sama gitar (finger picking atau pick). Ini dinamakan new tuning. Bisa juga pasangan senar yang ketiga dari lute distem turun setengah nada dari new tuning. Steman untuk lute juga tidak distandardisasi sebelum pertengahan tahun 1700-an. Para pemain bisa menyetemnya sesuai dengan kemauan mereka. Jadi tidak harus distem di A.
Lute sendiri bukan merupakan nenek moyang langsung dari gitar,tetapi merupakan satu dari pendahulunya. Yang penting disini ialah bahwa lute memberikan kontribusi besar kepada perkembangan gitar sampai kepada bentuknya yang sekarang ini. Dan di Spanyol, dimana gitar benar-benar dikembangkan, lute sering disamakan dengan moor yang menyebabkan lute tidak begitu popular.
Instrumen lain yang tidak kalah kontribusinya dalam perkembangan gitar ialah instrument Cittern. Instrumen ini juga berbentuk menyerupai buah pir dengan bagian belakang yang rata, dengan empat atau lima pasang senar dari kawat dan dengan fretting yang permanent apakah itu diatonic seperti Appalachian Dulcimer ataupun chromatic seperti gitar modern. Tuning head sudah dipasang mirip seperti pada gitar atau mandolin. Stemannya sama dengan mandolin (in fifths) dengan fingering dan chord yang sama dan dimainkan dengan plectrum atau pick.
8
Guitarra Moresca merupakan instrument dangan 4 pasang senar dengan bentuk oval menyerupai telur dan fretboardnya dilapisi dengan kulit seperti banjo. Popularitas instrument ini adalah pada abad ke-13.
Guitarra Latina jaga merupakan instrument dengan 3 atanu 4 pasang senar dengan bentu body yang kecil menyerupai ukulele baritone dan gitar parlor. Instrumen ini cukup popular pada abad ke-13. Fretboardnya dibuat dari kayu tetapi sisanya menyerupai Guitarra Moresca.
Guittern merupakan instrument dengan 5 pasang senar dan diamainkan dengan fingerpicking atau pick. Bentuknya bervariasi tetapi yang paling umum adalah seperti bentu biola dan mempunyai bridge dan tailpiece yang bisa mengencangkan senar, walaupun kadangkala senar dikencangkan di bridge tanpa saddle. Setiap pasang senar distem menurut unison tapi kadang-kadang distem secara oktaf.
Chittarra Battente adalah instrument yang menggunakan senar kawat dan mempunyai soundboard yang sudutnya dibuat ke belakang body. Populer di tahun 1500an dan menggunakan fret permanent dari besi.
Bandora merupakan variasi dari cittern dengan bagian body belakang yang rata dan berbentuk mirip denagn A-Style mandolin.
9
Gb. Gitar Vihuela
Vihuela De Mano berasal dari Spanyol dan merupakan instrument denagn enam pasang senar. Bodynya cukup besar seperti gitar klasik jaman sekarang dan mempunyai beberapa lubang suara di atasnya. Instrumen ini menggunakan fixed bridge dan kemungkinan merupakan nenek moyang langsung dari gitar 12 senar USA yang masuk ke Amerika Utara melalui Mexico, Texas dan Louisiana.
Four Course Guitar memiliki 4 pasang senar, body berbentuk gitar dan soundboard yang rata, bridge dari lute dan bagian belakang daibuat setengah melengkung tetapi tidak terlalu membentuk bulatan. Instrumen ini berukuran seperti gitar anak-anak.
Five Course Guitar muncul sekitar tahun 1490 dan mirip dengan four course guitar dengan tambahan satu pasang senar bass. Instrumen ini dinamakan juga English Guitar.
Baroque Guitar muncul pada awal abad ke-17. Gitar ini menggunakan senar nilon, mempunyai body yang panjang dan slim dengan bagian atas dan bawah yang sama
10
besarnya. Tuning headnya dibuat dari kayu dan dipasang seperti pada gitar klasik. Fretnya apakah terbuat dari kayu, metal ataupun gading adalah permanent.
Semua Instrumen yang diatas kebanyakan mempunyai fingerboard yang sama tingginya dengan soundboardnya. Fingerboardnya yang dinaikkan seperti sekarang ini belum ada sampai dengan Parlor Guitars.
Six String Guitar gitar yang sebenarnya, belum berkembang sampai dengan tahun 1750.
Parlor Guitars sangat mirip dengan Baroque Guitar dengan perkecualian bahwa tuning untuk Parlor Guitars biasanya lebih mekanikal. Kira-kira setelah 1820, bagian bawah body dibuat lebih besar dari bagian atasnya. Gitar ini mirip dengan Washburn tahun 1887.
Gitar klasik modern yang kita lihat sekarang ini belum berkembang sampai tahun 1840 di Spanyol.
2.1.2 Hardcase Gitar 2.1.2.1 Sejarah Awal mulanya hardcase ini memang sulit sekali mencari literaturnya, tetapi pada jaman ditemukannya alat musik gitar mungkin diyakini hardcase mulai dibuat. Awalnya gitar dibuat tanpa adanya pembungkus untuk menyimpannya. Tetapi ketika gitar mulai berkembang maka kebutuhan akan suatu alat/aksesoris untuk menyimpannya ini timbul.
11
Selain untuk menyimpan alat ini awalnya digunakan guna untuk menghindari dari pencuri, selain itu juga dengan dibuatnya casing gitar tersebut untuk menambah kepraktisan dalam membawa gitar.
Gb. Hardcase gitar
Ada dua macam casing gitar yaitu softcase gitar dan hardcase gitar, perbedaan kedua pembungkus ini terletak pada bahan yang dipakai, apabila softcase gitar terbuat dari bahan kain yang tahan air, dan ringan untuk dijinjing. Untuk hardcase berbahan kayu yang mana dijadikan kerangkanya yang kemudian dilapisi kain. Hardcase ini lebih berat dibandingkan softcase juga keamanannya lebih terjamin, maksudnya benturan terhadap gitar dapat dihindari. Hardcase gitar digunakan untuk menyimpan dan melindungi gitar dari goncangan yang dapat mengakibatkan rusaknya gitar tersebut. Dengan memiliki bentuk yang kokoh sehingga dapat melindungi gitar, dan juga praktis dapat dijinjing dengan menggunakan tangan. Terdapat banyak sekali model hardcase, itu tergantung pada ukuran dan bentuk dari gitar yang dimiliki, apakah gitar akustik atau gitar elektrik maupun gitar semi akustik
12
yang memiliki ketebalan yang berbeda. Namun selain itu juga, hardcase gitar memiliki peranan yang penting selain melindungi gitar juga praktis dalam penggunannya.
2.1.3 Macam Bentuk dan Warna
Untuk Bentuk casing gitar ini disesuaikan dengan bentuk gitar yang ada, apakah bentuknya kotak, persegi panjang, tebal atau tipis, ada juga yang menyesuaikan dengan bentuk benda lainnya, sehingga kini lebih variatif. Tetapi awalnya bentuk casing ini berbentuk sederhana dan bahannya pun masih terbuat dari bahan kain yang tebal. Tetapi seiring dengan perubahan waktu, bahan dan bentuknya pun menjadi lebih variatif.
2.2 Batik Batik Kata Batik berasal dari bahasa jawa"amba" yang berarti menulis dan "titik". Kata batik merujuk pada kain dengan corak yang dihasilkan oleh bahan "malam" (wax) yang diaplikasikan ke atas kain, sehingga menahan masuknya bahan pewarna (dye), atau dalam Bahasa Inggrisnya "wax-resist dyeing". Batik : Ialah proses pembuatan gambar pada kain dengan mempergunakan alat yang bernama canting dengan bahan malam, yang selanjutnya dilakukan proses pewarnaan dengan proses pencelupan.
13
2.3 Sejarah Batik Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga di masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya "Batik Cap" yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak "Mega Mendung", dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki. Ragam corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga pada akhirnya, para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh orang Tionghoa, yang juga mempopulerkan corak phoenix. Bangsa penjajah Eropa juga mengambil minat kepada batik, dan hasilnya adalah corak bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal (seperti bunga tulip) dan juga benda-benda yang dibawa oleh penjajah (gedung atau kereta kuda), termasuk juga warna-warna kesukaan mereka seperti warna biru. Batik tradisonal tetap mempertahankan coraknya, dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing. Teknik membatik telah dikenal sejak ribuan tahun yang silam. Tidak ada keterangan sejarah yang cukup jelas tentang asal usul batik. Ada yang menduga teknik ini berasal
14
dari bangsa Sumeria, kemudian dikembangkan di Jawa setelah dibawa oleh para pedagang India. Saat ini batik bisa ditemukan di banyak negara seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, India, Sri Lanka, dan Iran. Selain di Asia, batik juga sangat populer di beberapa negara di benua Afrika. Walaupun demikian, batik yang sangat terkenal di dunia adalah batik yang berasal dari Indonesia, terutama dari Jawa.
Indonesia adalah negara kepulauan yang paling luas di seluruh dunia. Terletak di Asia Tenggara dan terdiri atas bermacam-macam pulau, serta jumlahnya lebih dari dua ratus ribu. Luas tanahnya kira-kira lima kali ganda daripada Jepang dan penduduknya lebih dari dua ratus juta orang. Mengenai teknik celup dan tenun tradisional, kata orang tekniknya juga mencapai sebanyak jumlah pulau atau suku. Motifnya atau warnanya berbeda berdasarkan masingmasing desa. Oleh karena itu, Indonesia adalah negara terkemuka dalam bidang celup dan tenun tradisional. Selain batik yang sangat disenangi oleh orang Jepang dengan namanya“Jawa Sarasa” , di Indonesia ada teknik celup dan tenun seperti ikat, simbut, tritik, pelangi, pentol, dan lain-lain. Diantaranya, batik, ikat, pelangi, dan tritik (semua itu memang bahasa Indonesia) sudah menjadi kata-kata internasional. Latar belakang yang penginternasionalan kata-kata bahasa Indonesia tersebut berdasarkan hasil usaha peneliti ilmu Antropologi orang Belanda seperti Rouffaer, Jasper, dan sebagainya. Sejak akhir abad ke-19 sampai permulaan abad ke-20, hal itu mulai diperkenalkan oleh Rouffer di Eropa. Daerah penghasil batik adalah sekitar Sumatera selatan (Palembang dan Jambi),
15
Pulau Jawa, Pulau Madura, dan sebagian Pulau Bali. Di dalam Pulau Jawa, daerah pedalaman (terletak Yogyakarta dan Surakarta), dan daerah pesisir yang diwakili Pekalongan dan Cirebon merupakan dua daerah penghasil batik terbesar. Tentang sejarah batik, asal usulnya belum terang karena tidak ada data, literatur, dan benda nyata kain-kain. Semua itu sudah menjadi busuk sebab iklim Indonesia adalah iklim tropis yang suhu tinggi dan kelembaban udara tinggi. Kemudian, pembatik terpilih kerajinan tangan yang halus bagi wanita dan perempuan keluarga raja dan bangsawan kraton. Pembatik makin lama makin menjalar di dalam kraton. Akan tetapi, orang awam tidak dapat membatik karena bahan bakunya jarang ada dan terlalu mahal. Pada akhir abad ke-16 di daerah pesisir, perdagangannya mendapat kemajuan pesat sekali, sebab itu usaha dagang daerah itu berkembang. Sehingga sejemlah besar bahan baku batik (kain putih dan lilin) diimpor dari India, Timor atau Sumatera, harganya turun secara besar-basaran. Jadi, orang awam juga bisa membuat batik yang lambang penguasa para raja dan bangsawan. Kemudian, pada permulaan abad ke-17, bahan celup bernama“soga” ditemukan, dan pada akhir abad ke17, mulai membatik dengan maksud untuk penjualan dan keuntungan. Setelah itu, di bawah kekuasaan Belanda dimajukan pembuatannya. Di dalam situasi itu, raja dan sultan Yogyakarta dan Surakarta menetapkan motif khusus untuk raja, keluarga raja, dan bangsawan, yaitu motif larangan. Mereka memakai batik bermotif larangan dan membedakan batik orang awam. Waktu tentara Jepang mengadakan pemerintahan militer, kraton itu menghadapi kesukaran dana secara abnormal, akibatnya terpaksa melepaskan dan menjual batik corak larangan dan batik berharga. Akhirnya batik larangan dihapuskan dan orang awam boleh memakainya.
16
Sekitar pertengahan abad ke-19, setelah“canting cap” (biasanya disebut hanya“cap” saja) direkacipta, jumlah produksinya bertambah. Sebagai akibat mulai diproduksi batik di pabrik, jumlah pabrik dan bengkel batik bertambah, sekaligus industri batik lahir. Setelah Perang Dunia, industri batik mundur karena kurang bahan bakunya, tetapi membangun kembali di bawah orde Sukarno yang melontarkan kebijaksanaan“Sandang Pangan Rakyat” yang memandang batik sebagai pakaian umum. Pada tahun 1955, GKBI (Gabungan Koperasi Batik Indonesia) yang dibentuk pada tahun 1948 di Yogyakarta mendapat perlindungan seperti tunjangan harga kain putih dan hak peredaran monopoli. Pemerintah menargetkan menyuplai batik cap yang murah kepada orang awam. Para pembatik di berbagai daerah menghasilkan banyak keuntungan di bawah kebijaksanaannya. Akan tetapi, dari tahun 1956 sampai tahun 1957 bermacam-macam pakaian yang harganya murah mulai diimpor seiring dengan pengenduran pembatasan impor, jadi zaman keemasan pengusaha batik sudah selesai. Kemudian, kesadaran rakyat terhadap pakaian menujukan perubahan yang pesat di kalangan penduduk kota, anakanak, dan pria. Oleh karena itu, orang yang mengenakan pakaian Barat bertambah lebih lanjut. Di bawah orde Soeharto, kebijaksanaan kemajuan ekonomis dijalankan maka kebijaksanaan perlindungan pengusaha batik dihapuskan. Ironisnya target kebijaksanaan Soekarno itu, direalisasikan oleh perusahaan pakaian dan tekstil yang berkembang di lingkungan ekonomi baru. Kemudian, sebagian besar pengusaha batik yang menjadi biasa pembuatan batik cap murah terdesak oleh perusahaan tersebut di atas, terpaksa beralih ke usaha yang lain atau menutup usaha. Pada awal tahun 1970-an, teknologi print batik muncul. Oleh sebab itu, batik tulis
17
dan batik cap semakin tergeser oleh print batik. Tanpa perlu dikatakan, pasaran batik tulis dan batik cap kalah bersaing dengan print batik yang dapat diproduksi massa. Di dalam keadaan itu, khawatir akan masa depan pembatik dan tradisi batik. Kalau berhadaphadapan kain-kain dijual dengan posisi konsumen, apa bedaannya antara print batik dan batik yang dibuat secara teknik tradisional? Dasarnya print batik tidak dibuat sebagai barang yang bermutu tinggi, tetapi dibuat barang yang bermutu rendah. Sebaliknya, Iwan Tirta, Josephine Komara, dan sebagainya membuat“batik generasi baru” yang mempunyai kemewahan dan rasa kelas tinggi yang misalnya dipakai benang emas dan perak serta digunakan sutera bukan katun. Batik yang mereka menjadi populer di kalangan wanita kota-kota Indonesia dan luar negeri. Pengusaha batik generasi baru biasanya dinamakan“pencipta tekstil” atau“kreator tekstil”. Makin lama makin terang pada awal tahun 1990-an, secara garis besar permintaan batik terbagi tiga pasaran, yaitu kelas tinggi, kelas menengah, dan kelas rendah. Di dalam pasaran tersebut, segi kwantitas pasaran kelas rendah menduduki perbandingan secara mutlak karena sebagian besar penduduknya tinggal di desa-desa, kemudian ada banyak wanita yang riwayat pendidikan dan pendapatan rendah. Oleh karena itu, pasaran batik kelas rendah menjadi terbasar. Permintaan batik kelas tinggi masih kukuh sebab ada adat yang memakai batik tulis bermotif dan berwarna tradisional waktu berdandan di Jawa. Hal tersebut di atas terjadi dengan lumrah di dalam ekonomi modern yang modal raksasa dan teknologi mesin mendesak industri tradisional kecil-kecilan yang bergantung pekerjaan tangan. Batik yang menarik dunia ini tidak hanya batik generasi baru, batik tulis, dan batik cap saja. Selain itu, jangan melupakan pakaian, barang kelongtong, dan produksi interior
18
yang mencetak motif batik seperti bunga, garuda,parang, dan lain-lain. Barang-barang tersebut sudah menjadi populer di kalangan baik orang Indonesia maupun orang asing karena dapat menegaskan kembali identitasnya bagi orang Indonesia. Untuk orang asing seperti turis, barang-barang tersebut di atas menjadi kenang-kenangan perjalanannya. Akhirnya, daya tarik batik bukan tiga pasaran dan barang-barang bermotif batik berpencar-pencar, melainkan saling merangsang, meningkatkan nilai keadaannya, dan memainkan harmoni, yaitu hidup berdampingan dan makmur bersama.
2.3.1 Batik Cirebon Dalam catatan sejarah, ragam hias batik Cirebon tidak terlepas dari sejarah pembauran kepercayaan, seni dan budaya yang dibawa etnis dan bangsa pada masa lampau. Sebelumabad ke-20, Cirebon yang memiliki pelabuhan laut menjadi sebuah kota perdagangan hasil bumi antar pulau yang ramai dikunjungi pedagang dari berbagai etnis, serta saudagar asal Cina maupun Timur Tengah. Pertemuan antar etnis dan budaya melalui jalur perdagangan ini, telah memberi akses pengaruh terhadap corak seni budaya daerah Cirebon. Pengaruh budaya itu bisa terlihat di antaranya pada kereta kebesaran dua keraton yang ada di Cirebon. Masing-masing singa barong dan peksi naga liman di Keraton Kanoman.Bentuk binatang khayal berupa singa barong dan peksi naga liman merupakan wujud perpaduan budaya Cina, Arab dan Hindu terlukis pula pada ragam hias batik Trusmi. Di Cirebon terdapat dua macam ragam hias batik, yakni pesisiran dan keraton. Batik pesisir, motifnya banyak ditandai dengan gambar flora dan fauna, seperti binatang laut dan darat, ikan, pepohonan, dedaunan. Sedang batik keraton motifnya cenderung berupa
19
ornamen berupa batu-batuan (wadas), kereta singa barong, naga seba, taman arum, dan ayam alas. Ragam hias batik keraton terbagi dalam dua jenis, pertama yang biasa dipergunakan para pungguwa atau abdi dalem. Batik untuk punggawa ragam hiasnya kuat dan besar. Kedua, yang biasa dipergunakan para ningrat ragam hiasnya halus dan kecil. Warna-warna batik asli Cirebon , umumnya berwarna sogan, hitam, biru tua dan kuning. Pengaruh budaya dan kepercayaan pada corak dan motif batik Cirebon, diantaranya disimbolkan pada batik piring dan piring selampad. Ragam hias batik tersebut diilhami oleh susunan piring porselen Cina yang dipakai hiasan dinding Astana Gunung Jati dan keraton. Ragam hias bergaya Cina ini merupakan pengaruh akumulasi selera juraganjuragan batik keturunan Cina waktu itu. Batik keluaran juragan Cina ini pada umunya berwarna merah, biru, hijau dan putih. Itu menjadi warna khas batik pesisir. Ragam hias juga diadopsi dari simbol-simbol yang berkaitan dengan mitos sejarah, seperti pada ragam hias pusar bumi, yang menggambarkan sebuah lubang di puncak Gunung Jati tempat pemuka agama Islam bermusyawarah, atau batik ayam alas gunung yang menjadi perlambang penyiaran dan penyebaran agama Islam dari Bukit Gunung Jati. Kemudian Batik taman arum sunyaragi yang melambangkan sebuah taman yang harum tempat para raja bersemedi untuk mendekatkan diri pada Yang Maha Pencipta. Besarnya pengaruh budaya dan kepercayaan pada ragam hias batik, diantaranya ada yang terasa begitu kental dengan kepercayaan berbau “mistik”. Sebut saja misalnya nama batik kapal keruk, menurut kepercayaan sangat baik dipakai mereka yang ingin menambah dan menggali ilmu. Lain halnya dengan batik kapal kandas, batik ini konon sebaiknya dipakai
20
oleh orang yang sudah matang dan dewasa dalam segalanya, tangguh menghadapi likuliku kehidupan dalam menggapai maksud tujuan.
2.2.1.1 Mega Mendung Batik Cirebon memiliki macam ragam hias/motif, salah stunya ialah Mega Mendung. Motif ini merupakan ciri khas dari batik Cirebon, karena motifnya beda dari pada yang lainnya yaitu menggambarkan gumpalan awan besar di langit. Namun bentuknya tidak spesifik, motif ini mengalami berbagai perubahan bentuk sampai bentuknya memiliki ciri khas. Awalnya batik ini dipengaruhi oleh berbagai negara, dan berbagai macam agama dan aliran. Terutama agama Islam sangat mempengaruhi motif ini karena dalam ajaran Islam melarang untuk membuat sesuatu yang bernyawa. Warna pada motif ini terdapat gradasi warna yang menjadikan motif ini cukup unik. Sehingga warna yang mendominasi pada motif ini dijadikan judul pada suatu karya saya.
Gb. Mega Mendung
21
2.3 Bordir Bordir atau sulam berasal dari kata embroidery dalam bahasa Inggris dan dalam bahasa Belanda dikenal dengan nama borduursel yang kemudian dikenal oleh masyarakat Indonesia menjadi kata border.
Menurut kamus Purwadarmita, sulaman berarti bordir suji, atau tekat
Menurut New International Dictionary bordir ialah : The art of working raised and ornamental design in threads in threads of silk, cotton, gold, silver, or other material upon a woven ground, usually a fabric; also, any design produced or executed according to this art in all case, by the use of needle.
Bordir telah menghiasi kain selama berabad-abad. Itu bermula ketika manusia gua menjahit kulit menjadi satu menggunakan jarum besar dan selanjutnya berkembang menjadi cara dekorasi mereka. Bordir, seni mendesain bentuk dekorasi dengan tangan atau mesin jahit, telah ada lamanya hampir sama dengan pakaian itu sendiri. Fakta menunjukan bahwa leluhur Mesir, Babilonia, dan Yahudi menggunakan bordir untuk menghiasi jubah mereka. Para pendeta pun menghiasi pakaian mereka dengan bordir. Mereka memiliki gayanya tersendiri yang menyebar ke Negara lain seperti Spanyol. Bordiran pendeta mempengaruhi banyak Negara Eropa.
Karya bordiran tertua masih ada tecatat pada abad pertengahan ketika bordir jarang digunakan di jubah kegerejaan seperti halnya pakaian. Itu mewakili tanda kekayaan, dan
22
pedagang kaya dan saudagar yang bersedia membayar sejumlah uang untuk pakaian bordiran mewah. Contoh yang hebat dari periode ini adalah Tapestry Bayeux, yang dibuat tahun 1080 dimana panjangnya 231 kaki dan menceritakan perang Hastings tahun 1066.
Salah satu contoh awal dari bordir adalah sarung pelana kuda yang ditemukan di St. Petersburg. Tertanggal abad ke-4 SM dan itu dihiasi dengan motif raja, koki, pertarungan hewan, dan monster mistis.
Berbagai macam gaya dan pemakaian dari bordir digunakan di berbagai Negara dan budaya. Dari abad ke-16 di Inggris, membordir digunakan untuk jubah anggota kerajaan, penutup dinding, bantal, dan karpet. Pakaian berpola daun Baroque yang dramatis. Sementara di Turki, emas dan warna sutra digunakan untuk menghasilkan gaya desain “buah Delima”. Di Persia pola geometris menjadi trend di abad ke-16 Jacob Schiess memulai pendirian pabrik bordir komersial pertama yang tahun 1848 di N.Y. Ia datang dari Swiss dan dengan setahun telah memiliki pabrik bordir. Semua jahitan dikerjakan dengan tangan oleh 15 wanita, dengan desain jahitan tangan yang indah.
Perkembangan mesin bordir tidak terjadi hingga tahun 1800. Joshua Heilmann dari Mulhouse, bekerja di desain mesin tangan bordiran. Melaluinya tidak menjual banyak, tapi merevolusionerkan industri bordir. Penemuan Heilmann dengan cepat diikuti dengan metode bordir pintal dan bordir tusuk rantai. Awal dari bordir pintal pada tahun 1860 ketika Sir Issac Groebli, dari St. Gallen, Swiss, terinspirasi dari karya yang dihasilkan oleh mesin jahit. Sekitar tahun 1870 disana
23
terdapat 14 pabrik perusahaan mesin bordir di Swiss menghasilkan mesin bordir-tenun tangan. Sekarang ini terdapat 4 perusahaan mesin bordir “schiflli”. Di tahun 1873, Alphonse Kursheedt mengimpor 12 bordir tenun tangan baru dari St. Gallen, membuatnya menjadi orang Amerika pertama yang memekanisasikan proses bordir. Pintalan menggunakan berbagai jarum dan improvisasi mengagumkan melebihi proses tua dari jahitan tangan. Mereka bagaimanapun digerakan manual.
Dengan segera setelahnya, Isaac Groebli dari Swiss menciptakan mesin bordir “schiffli” praktis pertama. Mesin ini berdasarkan pokok-pokok yang dikenal sebagai penemuan awal mesin jahit. Mesin Groebli memanfaatkan kombinasi terus-menerus dari jarum berbenag dan pintalan berisi gulungan benang. Pintalan itu sendiri menyerupai lambung kapal. “Schiffli” artinya kapal kecil dalam dialek Swiss dalam bahasa Jerman, jadi mesinnya dikenal sebagai mesin “schiffli”.
Tahun 1876, Kursheedt memulai ekspor sejumlah mesin”Schiffli” ke Amerika, dengan cara demikian membuatnya pendiri asli industri bordir schiffli di Amerika Serikat. Dr. Robert Reiner, pendiri Robert Reine, Inc., Weehawken, dating ke Amerika Serika tahun 1903 di awal umur 30an. Menyadari potensi dari industri bordir. Ia mengajak perusahaan mesinVoglandishe, bekerja untuk Plauen-Germany, untuk menunjukannya sebagai agen Amerika. Ini awal impor mesin bordir masal ke Hudson, utara New Jersey. Bank menetapkan kredit jangka panjang untuk pembeli. Dr. Reiner membuat hal itu memungkinkan untuk ratusan imigran Austria, Jerman, dan Swiss di New Jersey untuk menjadi pengusaha pabrik bordir.
24
Hiasan bordir berwarna mulai ramai pada pertengahan abad ke-20. Di Yordania, Turki dan Bokhara terdapat hiasan bordir pada sutera yang mengikuti motif bunga-bunga yang marak warnanya. Turki sendiri telah menciptakan hiasan bordir yang memadukan emas dengan sutera berwarna tepatnya dimulai pada sekitar abad ke-16. Sampai hiasan bunga Tulip khas negeri Belanda pun tidak terlewatkan dari desai bangsa Turki.
Hiasan ini pun berkembang pesat di benua Amerika. Ada dekorasi bordir yang dipengaruhi oleh budaya suku Indian. Misalnya ada tambahan bulu-bulu pada bordirnya. Lalu, di daratan Amerika Selatan, tentunya hiasan bordir dipengaruhi oleh nuansa-nuansa berbau Spanyol. Sampai akhirnya, hiasan bordir tersebut ikut meramaikan padang rumput di bagian Afrika Barat dan Zaire sebagai hiasan yang sedap dipandang oleh mata.
Terbukti, masing-masing daerah, bahkan negara memiliki sejarah dan perkembangan unik mengenai dunia hiasan bordir. Patut kita berterima kasih kepada budaya zaman dahulu kala yang memulai hiasan bordir ini, sebab dengan adanya benang dan jarum yang berhasil dipadukan dengan bahan kain, lapangan pekerjaan dan roda pergerakan ekonomi berhasil terbantu. Hal ini setidaknya berlaku di Indonesia, kala krisis ekonomi menghimpit bangsa ini.
Industri berkembang hingga 1938, ketika tiba-tiba 2 sumber untuk mesin manufaktur di Plauen, Germany, Arbon, dan Swiss berhenti beroperasi karena PD2. Tanpa mesin tambahan masih memproduksi hingga 1953, ketika Robert Reiner Inc. memperkenalkan
25
mesin Schiffli buatan Amerika pertama. Berangsur-angsur, improvisasi dibuat pada mesin buatan Amerika sebaik Swiss dan Jerman. Sekarang ini computer memainkan peranan penting dalam proses bordir.
2.4 Visual Warna Pada masa sekarang orang memilih warna tidak hanya sekedar mengikuti selera pribadi berdasarkan perasaannya saja, tetapi telah memilihnya dengan penuh kesadaran akan kegunaannya. Pada abad ke-15, lama sebelum para ilmuan memperkenalkan warna, Leonardo da Vinci menemukan warna utama yang fundamental, yang kadang-kadang disebut warna utama psikologis, yaitu merah, kuning, hijau, biru, hitam dan putih. Kini para ilmuawan memperkenalkan keterlibatan warna terhadap cara otak menerima serta menginterpretasikan warna. Kemudian perkembangan bidang psikologi juga membawa warna menjadi objek perhatian bagi para ahli psikologi.
Para ilmuan yakin bahwa persepsi visual terutama bergantung kepada interpretasi otak terhadap suatu rangsangan yang diterima oleh mata. Warna menyebabkan otak bekerja sama dengan mata dalam membatasi dunia eksternal. Menurut penelitian, manusia mempunyai rasa yang lebih baik dalam visi dan lebih kuat dalam persepsi terhadap warna dibandingkan dengan bintang.
Konflik antara warna dan bentuk terhadap persepsi manusia telah dipelajari oleh ahli-ahli psikologi. Pengenalan bentuk merupakan proses intuisi. Eksperimen menunjukan bahwa
26
anak-anak bila disuruh memilih objek yang sama antara warna dan bentuk, hampir selalu memilih objek yang berwarna.
Marian L. David dalam bukunya Visual Design in Dress (1987:199), menggolongkan warna menjadi dua, yaitu warna eksternal dan internal. Warna eksternal adalah warna yang bersifat fisika dan faali, sedangkan warna internal adalah warna sebagai persepsi manusia, cara manusia melihat warna kemudian mengolahnya di otak dangan cara mengekspresikannya.
Sudah umum dikenalkan bahwa warna dapat mempengaruhi jiwa manusia dengan kuat atau dapat mempengaruhi emosi manusia. Warna dapat pula menggambarkan suasana hati seseorang. Pada seni sastra baik sastra lama maupun sastra modern, puisi maupun prosa, sering terungkap perihal warna baik sabagai kiasan atau sebagai perumpamaan. Telah banyak dibuktikan melalui percobaan-percobaan bahwa warna mempengaruhi kegiatan fisik dan mental. Warnapun telah dipergunakan untuk alat penyembuhan penyakit mental.
Pada agama atau kepercayaan-kepercyaan hal tersebut sering diceritakan. Warna bangunan dengan interiornya dari zaman Byzantine, Majapahit, Mataram, zaman Louis XIV ataupun masa kini tentu memiliki perbedaan warna, sebagai hasil ungkapan zamannya masing-masing. Hal tersebut bukan terjadi secara kebetulan, sebab sejak rumah atau istana merupakan ungkapan kehidupan suasana jiwa penghuniannya, pemilihan warna merupakan faktor ekspresi yang penting.
27
Telah dibuktikan pula bahwa kebanyakan orang mempunyai reaksi yang hampir sama terhadap warna. Dalam kasus-kasus perorangan reaksi ini kadang-kadang berbeda, karena perbedaan kondisi asosiasi sebelumnya yang terlupakan atau tertunda sehingga mencurigakan. Sensitivitas perorangan terhadap warna juga berbeda-beda, mulai dari yang supersensitif sampai kepada yang buta warna total, yang mempergunakan indera lainnya seperti ciuman, rabaan dan rasa (lidah) dalam merasakan warna.
2.4.1 Pengaruh Warna terhadap Emosi Bila kita perhatikan selera orang terhadap warna itu berbeda-beda, hal tersebut menunjukan bahwa warna berpengaharuh terhadap emosi setiap orang. Apabila seseorang tidak menyukai warna tertentu mungkin ada sebabnya. Demikian juga respon kita terhadap warna tertentu, karena warna tersebut pernah dipakai oleh orang tertentu yang pernah dipakai oleh orang tertentu yang pernah disenanginya. Atau ia tidak menyukai warna tertentu karena ia pernah mengalami peristiwa pahit dengan warna tersebut, misalnya ia tidak menyukai warna kuning karena ia pernah dihukum di kamar yang dindingnya berwarna kuning.
Suatu hasil penelitian yang cukup dari A Study in Color Preferences of School Children oleh F.S. Breed dan S.E. Katz memberikan gambaran sebagai berikut : Sejumlah warna diberikan kepada 2.000 orang siswa yang telah melewati masa remaja.
Praremaja
Laki-laki
M
J
K
H
B
U
149
83
92
133
462
79
28
Perempuan Pascaremaja Laki-laki Perempuan
120
79
116
122
439
151
156
38
27
166
501
113
134
41
72
248
394
123
Peneliti percobaan tersebut menggambarakan bahwa hasil percobaan secara kasar telah menunjukan bahwa warna yang disukai oleh kebanyakan siswa, baik yang praremaja maupun yang pascaremaja adalah warna biru (B). Warna tersebut disukai oleh lebih dari sepertiga jumlah sampel dan mendekati setengahnya dari tiap-tiap kelompok. Merah (M) adalah warna kedua mereka sukai dan yang ketiga adalah warna hijau (H), variasi dalam menyukai kedua warna terakhir lebih besar dari pada untuk warna biru, warna ungu (U) menduduki posisi pertengahan. Warna jingga dan warna kuning menduduki posisi terakhir dan jingga rupanya warna yang kurang disukai. Kedua warna terakhir rupanya lebih disukai oleh anak pascaremaja dibandingkan dengan anak remaja. Warna merah lebih disukai oleh siswa pascaremaja.
Pentingnya percobaan ini terbatas, karena perubahan intensitas warna tidak ada, bagaimana latar belakang warna dan dari mana sudut melihatnya. Apabila kriteria jelas mungkin skala penilaian juga akan berubah. Mungkin saja suatu warna yang diletakan pada latar belakang putih tampaknya kurang disukai, tetapi menjadi disukai bila diletakan pada latar belakang hitam atau abu-abu. Table di atas menunjukkan bahwa warna merah bukan warna kesukaan, tetapi warna merah, memiliki efek emosional yang tajam dibandingkan dengan warna lainnya. Warna merah menyala sering diibaratkan bunyi terompet yang melengking pada instrumen
29
musik. Havelock Ellis pada artikelnya Psyhology of Red dalam ‘Popular Science’ mengatakan bahwa walaupun pada spektrum warna merah itu timbul paling bawah, tetapi munculnya pada mata kita adalah paling cepat dan kuat. Pada suku Negro New Gunea, warna yang diakui oleh suku mereka hanya ada tiga yaitu warna merah, hitam dan putih. Segala warna lain selain warna putih dan hitam disebutnya warna merah. Hal ini sekedar penggambaran bahwa warna merah lebih merangsang emosi manusia dibandingkan dengan warna-warna yang lainnya.
Kualitas warna secara primitif ini sangat menarik perhatian para peneliti. Maria Rickers Ovasiankina menuliskan hubungannya dengan metode Rorschach tentang kedalaman kepribadian seseorang, bahwa pengalaman tentang warna lebih cepat dan langsung dari pada pengalaman tentang bentuk.
Dalam menginterpretasikan hasil ekspresi seni anak-anak dari umur 3 sampai 5 tahun, para ahli menyimpulkan bahwa warna-warna cerah menunjukan tendensi emosional yang tinggi. Penggunaan warna biru dan hitam yang berulang-ulang mengindikasikan kontrol pribadi dan penahan emosi. Ada kemungkinan bahwa warna memiliki nilai efektif tertinggi dan memperhatikan ungkapan yang tidak tertahankan.
Respon manusia terhadap warna merupakan asosiasi yang bersifat naluriah sebagaimana kita mengasosiasikan musik, apakah menyedihkan atau menggembirakan. Warna dapat mempengaruhi mata sekuat atau sesensitif bunyi mempengaruhi telinga. Mungkin alas an
30
ini tidak benar, karena warna hanya diterima oleh sebagian sistem mata sedangkan bunyi diterima oleh seluruh telinga. Hal ini mungkin masih perlu dibuktikan lagi kebenarannya. Berikut ini adalah hasil percobaan para ahli ilmu jiwa serta peneliti-peneliti yang dikenakan kepada manusia. Sifat warna digolongkan menjadi dua golongan ekstrem yaitu warna panas dan warna dingin. Yang termasuk golongan warna panas adalah keluarga merah atau jingga yang memiliki sifat dan pengaruh hangat, segar, menyenangkan, merangsang dan bergairah. Yang termasuk golongan warna dingin adalah kelompok biru atau hijau yang memiliki sifat dan pengaruh sunyi, tenang, makin tua dan makin gelap serta arahnya makin menambah ilusi jarak, akan terasa tenggelam atau mundur. Sebaliknya warna hangat terutama keluarga merah akan terasa seolah-olah maju ke dekat mata, memberikan kesan jarak yang lebih pendek.
Beberapa hasil penelitian menurut Maitland Graves dari bukunya yang berjudul The Art of Color and Desing.
1. Warna panas atau hangat adalah : keluarga kuning, jingga, merah Sifatnya: positif, agresif, aktif, merangsang. Warna dingin / sejuk: keluarga hijau, biru, ungu. Sifatnya: negatif, mundur, tenang, tersisih, aman. 2. Warna yang disukai mempunyai urutan seperti berikut : a. merah b. biru c. ungu
31
d. hijau e. jingga f. kuning
Hasil penelitian yang dikenakan kepada anak praremaja dan pascaremaja oleh F.S. Breeds dan SE, Katz. 1. Warna merah lebih popular untuk wanita dan warna biru lebih popular untuk pria. 2. Sebagian peneliti berkesimpula bahwa wanita lebih sensitive terhadap warna dari pada pria. Hal tersebut kemungkinan karena lebih banyak pria yang buta warna dibandingkan dengan wanita. 3. Warna murni dan hangat disukai untuk ruangan sempit sementara warna gelap dan warna pastel untuk ruangan luas. 4. Kombinasi warna yang disukai adalah : a. Warna-warna kontras atau komplemen. b. Warna-warna analog atau nada. c. Warna monokromatik.
Observasi tentang pembagian spektrum menjadi warna-warna panas dan dingin sangat sederhana, jelas dan mudah dimengerti, bertalian dengan kepribadian seseorang. Menurut penelitian secara umum, warna panas merangsang anak – anak, orang primitif, sederhana dan bersifat ekstrover. Warna dingin bersifat tenang, introver, dewasa, matang.
32
2.4.2 Warna dan kepribadian seseorang Kesukaan seseorang terhadap warna menurut penelitian ilmu jiwa bias diasosiasikan dengan sifat pembawaan orangnya. Sebagai contoh seseorang menyukai warna merah akan menunjukan bahwa orang tersebut bersifat ekstrover, pribadi yang integrative dengan dunia luar, mudah menyesuaikan diri dengan dunia, orang yang penuh vitalitas, lebih dikuasai oleh dorongan hatinya.
Menurut Faber Birren bahwa, warna biru kehijauan, orang yang menyukai warna biru keunguan biasanya bersifat pemilih, sensitive dan diskriminatif. Warna biru diasosiasikan dengan schizophrenia (sejenis penyakit jiwa). Orang yang menyukai warna biru mempunyai kepribadian integritas kedalam. Warna biru akan menuju kepada pelarian tragis dari lingkaran.
Rupanya seluruh warna spektruk telah disiapkan untuk suatu rangsangan sifat dan emosi manusia. Berikut ini adalah warna-warna yang mempunyai asosiasi dengan pribadi seseorang diambil dari buku Design in Dress oleh Maria L. David (1987:135), sebagai berikut : Merah
: cinta, nafsu, kekuatan, berani, primitif, menarik, bahaya, dosa, pengorbanan, vitalitas.
Merah Jingga
: semangat, tenaga, kekuatan, pesat, hebat, gairah.
Jingga
: hangat, semangat muda, ekstrimis, menarik.
Kuning Jingga : kebahagiaan, penghormatan, kegembiraan, optimisme, terbuak. Kuning
: cerah, bijaksana, terang, bahagia, hangat, pengecut, pengkhianatan.
33
Kuning Hijau
: persahabatan, muda, kehangatan, baru, gelisah, berseri.
Hijau Muda
: kurang berpengalaman, tumbuh, cemburu, iri hati, kaya, segar, istirahat, tenang.
Hijau Biru
: tenang, santai, diam, lembut, setia, kepercayaan.
Biru
: damai, setia, konservatif, pasif terhormat, depresi, lembut, menahan diri, ikhlas.
Biru Ungu
: spiritual, kelelahan, hebat, kesuraman, kematangan, sederhana, rendah hati, keterasingan, tersisih, tenang, sentosa.
Ungu
: misteri, kuat, supermasi, formal, melankolis, pendiam, agung(mulia).
Merah Ungu
: tekanan, intrik, drama, terpencil, penggerak, teka-teki.
Coklat
: hangat, tenang, alami, bersahabat, kebersamaan, sentosa, rendah hati.
Hitam
: kuat, duka cita, resmi, kematian, keahlian, tidak menentu.
Abu-abu
: tenang.
Putih
: senang, harapan, murni, lugu, bersih, spiritual, pemaaf, cinta, terang.
Dalam aktivitas manusia, warna membangkitkan kekuatan perasaan untuk bangkit atau pasif, baik dalam penggunaan untuk interior maupun untuk berpakaian, mulai dari kegairahan sampai kepada yang santai. Berrin melaporkan hasil penelitiannya bahwa warna mempengaruhi detak jantung, aktivitas otak, pernafasan dan tekanan darah. Sifat kewanitaan maupun sifat kejantanan seseorang juga dapat diungkapkan melalui warna. Wanita lebih menyukai warna hangat, warna pastel dan warna lembut. Pria lebih menyukai warna-warna yang tegas, tua, sejuk dengan intensitas yang kuat. Kebudayaan
34
Barat menyatakan warna merah muda sebagai lambang wanita dan warma biru sebagai lambang pria, tetapi konotasi ini dapat berbeda pada kebudayaan lainnya.
35