BAB II DASAR TEORI 2.1
Trafo Arus ( Current Transformer )
Current Transformer atau yang biasa disebut Trafo arus adalah tipe instrument trafo yang didesain untuk mendukung arus yang mengalir pada kumparan sekunder sebanding dengan arus bolak-balik yang mengalir pada sisi primer. Secara umum Trafo ini digunakan untuk mengukur dan melindungi rele pada industri yang memakai tegangan tinggi di mana trafo ini mempunyai fasilitas pengukuran yang aman dalam mengukur jumlah arus yang besar begitu juga dengan tegangan yang tinggi.
Disamping penggunannya untuk mengukur arus, trafo ini juga dibutuhkan untuk pengukuran daya dan energi, trafo arus juga dibutuhkan untuk pengukuran daya dan energi, pengukuran jarak jauh dan rele proteksi.Kumparan primer trafo arus dihubungkan secara serie dengan jaringan atau peralatan yang akan diukur arusnya, sedangkan kumparan sekunder dihubungkan dengan peralatan meter dan rele proteksi. Trafo ini bekerja sebagai trafo yang terhubung singkat. Trafo arus untuk tujuan proteksi biasanya harus mampu bekerja lebih dari 10 kali arus pengenalnya.
Cara kerja dari trafo arus ini: Jika pada kumparan primer mengalir arus I1, maka pada kumparan primer akan timbul gaya gerak magnet sebesar N1 I1. gaya gerak magnet ini memproduksi fluks pada inti. Fluks ini membangkitkan gaya gerak listrik pada kumparan sekunder. Jika kumparan sekunder tertutup, maka pada kumparan sekunder mengalir arus I2. arus ini menimbulkan gaya gerak magnet N2I2 pada kumparan sekunder.
Sebagai contoh suatu CT dengan pengenal nominal arus 300/5A, dimana I1 adalah arus primer 300 A dan I2 arus sekunder 5 A
Gambar 2.1 Kinerja CT Berdasarkan rumus: I1 N1 = I2 N2 ………………………...……………………………………………...(2.1)
…………………………………………………………………. (2.2 ) dimana:
>
, sehingga
<
= Jumlah lilitan primer = Jumlah lilitan sekunder Daya yang diserap oleh transformator ini untuk melakukan kerjanya tidak seberapa besar, karena beban yang dihubungkan hanya terdiri dari relai-relai dan alatalat ukur (meteran) yang mungkin hanya digunakan pada waktu tertentu. Beban pada transformator ukur (CT) dikenal sebagai muatan (Burden) dari transformator tersebut. Istilah muatan biasanya melukiskan impedansi yang dihubungkan pada kumparan sekunder transformator itu, tetapi dapat juga menetapkan voltampere yang diberikan kepada beban
2.2
Mikrokontroler Mikrokontroler adalah suatu keping IC dimana terdapat mikroprosesor dan
memori program (ROM) serta memori serbaguna (RAM), bahkan ada beberapa jenis mikrokontroler yang memiliki fasilitas ADC, PLL, EEPROM dalam satu kemasan. Penggunaan mikrokontroler dalam bidang kontrol sangat luas dan populer. Ada beberapa vendor yang membuat mikrokontroler diantaranya Intel, Microchip, Winbond, Atmel, Philips, Xemics dan lain - lain. Dari beberapa vendor tersebut, yang paling populer digunakan adalah mikrokontroler buatan Atmel. Mikrokontroler AVR (Alf and Vegard’s Risc prosesor) memiliki arsitektur RISC 8 bit, di mana semua instruksi dikemas dalam kode 16-bit (16-bits word) dan sebagian besar instruksi dieksekusi dalam 1 (satu) siklus clock, berbeda dengan instruksi MCS 51 yang membutuhkan 12 siklus clock. Tentu saja itu terjadi karena kedua jenis mikrokontroler tersebut memiliki arsitektur yang berbeda. AVR berteknologi RISC (Reduced Instruction Set Computing), sedangkan seri MCS 51 berteknologi CISC (Complex Instruction Set Computing). Secara umum, AVR dapat dikelompokkan menjadi 4 kelas, yaitu keluarga ATtiny, keluarga AT90Sxx, keluarga ATMega dan AT86RFxx. Pada dasarnya yang membedakan masing – masing kelas adalah memori, peripheral, dan fungsinya. Dari segi arsitektur dan instruksi yang digunakan, mereka bisa dikatakan hampir sama. Oleh karena itu, dipergunakan salah satu AVR produk Atmel, yaitu ATMega8535. Selain mudah didapatkan dan lebih murah ATMega8535 juga memiliki fasilitas yang lengkap. Untuk tipe AVR ada 3 jenis yaitu AT Tiny, AVR klasik, AT Mega. Perbedaannya hanya pada fasilitas dan I/O yang tersedia serta fasilitas lain seperti ADC,EEPROM dan lain sebagainya. Salah satu contohnya adalah AT Mega 8535. Memiliki teknologi RISC dengan kecepatan maksimal 16 MHz membuat ATMega8535 lebih cepat bila dibandingkan dengan varian MCS 51. Dengan fasilitas
yang lengkap tersebut menjadikan ATMega8535 sebagai mikrokontroler yang powerfull dan hemat daya listrik.
Gambar 2.2 IC Atmega 8535
2.2.1. Fitur ATMega8535
•
Sistem processor 8 bit berbasis RISC dengan kecepatan maksimal 16 MHz.
•
Ukuran memory flash 8KB, SRAM sebesar 512 byte, EEPROM sebesar 512 byte.
•
ADC internal dengan resolusi 10 bit sebanyak 8 channel
•
Port komunikasi serial USART dengan kecepatan maksimal 2.5 Mbps
•
Mode Sleep untuk penghematan penggunaan daya listrik
2.2.2. Peta Mikrokontroler Atmega 8535 Mikrokontroler Atmega 8535 mempunyai susunan dan tata letak seperti yang digambarkan dibawah ini :
Gambar 2.3 Tata Letak Mikrokontroler AT mega 8535
•
Saluran IO sebanyak 32 buah, yaitu Port A, Port B, Port C dan Port D
•
ADC 10 bit sebanyak 8 Channel
•
Tiga buah timer / counter
•
32 register
•
Watchdog Timer dengan oscilator internal
•
SRAM sebanyak 512 byte
•
Memori Flash sebesar 8 kb
•
Sumber Interrupt internal dan eksternal
•
Port SPI (Serial Pheriperal Interface)
•
EEPROM on board sebanyak 512 byte
•
Komparator analog
•
Port USART (Universal Shynchronous Ashynchronous Receiver Transmitter)
2.2.3. Konfigurasi Pin Atmega 8535 Mikrokontroler Atmega 8535 mempunyai konfigurasi seperti yang digambarkan dibawah ini :
Gambar 2.4 Konfigurasi Pin Atmega 8535 •
VCC (power supply) merupakan Pin yang berfungsi sebagai pin masukan catudaya
•
GND (ground) merupakan Pin Ground
•
Port A (PA7..PA0) merupakan pin I/O dan pin masukan ADC, Port A berfungsi sebagai input analog pada A/D Konverter. Port A juga berfungsi sebagai suatu Port I/O 8-bit dua arah, jika A/D Konverter tidak digunakan. Pin - pin Port dapat menyediakan resistor internal pull-up (yang dipilih untuk masing-masing bit).Port A output buffer mempunyai karakteristik gerakan simetris dengan keduanya sink tinggi dan kemampuan sumber. Ketika pinPA0 ke PA7 digunakan sebagai input dan secara eksternal ditarikrendah, pin – pin akan memungkinkan arus sumber jika resistor internal pull-up diaktifkan. Pin Port A adalah tri-stated manakalasuatu kondisi reset menjadi aktif, sekalipun waktu habis.
•
Port B (PB7..PB0) Port B adalah suatu Port I/O 8-bit dua arah dengan resistor internalpull-up (yang dipilih untuk beberapa bit). Port B output buffermempunyai karakteristik gerakan simetris dengan keduanya sinktinggi dan kemampuan sumber. Sebagai input, pin port B yangsecara eksternal ditarik rendah akan arus sumber jika resistor pullupdiaktifkan. Pin Port B adalah tri-stated manakala suatu kondisi reset menjadi aktif, sekalipun waktu habis.
•
Port C (PC7..PC0) Port C adalah suatu Port I/O 8-bit dua arah dengan resistor internalpull-up (yang dipilih untuk beberapa bit). Port C output buffermempunyai karakteristik gerakan simetris dengan keduanya sinktinggi dan kemampuan sumber. Sebagai input, pin port C yangsecara eksternal ditarik rendah akan arus sumber jika resistor
pullupdiaktifkan. Pin Port C adalah tri-stated manakala suatu kondisi reset menjadi aktif, sekalipun waktu habis. •
Port D (PD7..PD0) Port D adalah suatu Port I/O 8-bit dua arah dengan resistor internalpull-up (yang dipilih untuk beberapa bit). Port D output buffermempunyai karakteristik gerakan simetris dengan keduanya sinktinggi dan kemampuan sumber. Sebagai input, pin port D yangsecara eksternal ditarik rendah akan arus sumber jika resistor pullupdiaktifkan. Pin Port D adalah tri-stated manakala suatu kondisi reset menjadi aktif, sekalipun waktu habis.
•
RESET (Reset input) merupakan pin yang digunakan untuk mereset mikrokontroler
•
XTAL1 dan XTAL2 merupakan pin masukan clock eksternal
•
AVCC merupakan pin masukan untuk tegangan ADC
•
AREF adalah pin masukan tegangan referensi untuk ADC.
2.2.4. Sistem Clock Mikrokontroler, mempunyai sistem pewaktuan CPU, 12 siklus clock. Artinya setiap 12 siklus yang dihasilkan oleh ceramic resonator maka akan menghasilkan satu siklus mesin. Nilai ini yang akan menjadi acuan waktu operasi CPU. Untuk mendesain sistem mikrokontroler kita memerlukan sistem clock, sistem ini bisa di bangun dari clock eksternal maupun clock internal. Untuk clock internal, kita tinggal memasang komponen seperti di bawah ini:
Gambar 2.5 Sistem Clock
2.2.5. Peta Memory Atmega 8535 ATMega8535 memiliki ruang pengalamatan memori data dan memori program yang terpisah. Memori data terbagi menjadi 3 bagian yaitu : 32 buah register umum, 64 buah register I/O, dan 512 byte SRAM internal. Register untuk keperluan umum menempati space data pada alamat terbawah yaitu $00 sampai $1F. Sementara itu register khusus untuk menangani I/O dan kontrol terhadap mikrokontroler menempati 64 alamat berikutnya, yaitu mulai dari $20 sampai $5F. Register tersebut merupakan register yang khusus digunakan untuk mengatur fungsi terhadap berbagai peripheral mikrokontroler, seperti kontrol register, timer/counter, fungsi fungsi I/O, dan sebagainya. Register khusus alamat memori secara lengkap dapat dilihat pada tabel dibawah . Alamat memori berikutnya digunakan untuk SRAM 512 byte, yaitu pada lokasi $60 sampai dengan $25F. Konfigurasi memori data ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
Gambar 2.6 Konfigurasi Data AVR AT Mega 8535
2.2.6. Memory Program ATmega8535 berisi 8K bytes On-Chip di dalam sistem Memoriflash Reprogrammable untuk penyimpanan program. Karena semuaAVR instruksi adalah 16 atau 32 bits lebar, Flash adalah berbentuk 4K x16. Untuk keamanan perangkat lunak, Flash Ruang program memori adalah dibagi menjadi dua bagian, bagian boot program dan bagian aplikasi program dengan alamat mulai dari $000 sampai $FFF.Flash Memori mempunyai suatu daya tahan sedikitnya 10,000write/erase
Cycles. ATmega8535 Program Counter (PC) adalah 12 bitlebar, alamat ini 4K lokasi program memori.
Gambar 2.7 Memori Program AT Mega 8535
2.2.7. Interupsi Interrupt adalah suatu kejadian atau peristiwa yang menyebabkan mikrokontroler berhenti sejenak untuk melayani interrupt tersebut. Mikrokontroler yang sedang menjalankan programnya, saat terjadi interrupt, program akan berhenti sesaat, melayani interrupt tersebut dengan menjalankan program yang berada pada alamat yang ditunjuk oleh vektor dari interrupt yang terjadi hingga selesai dan kembali meneruskan program yang terhenti oleh interrupt tadi. Seperti yang terlihat Gambar di bawah, sebuah program yang seharusnya berjalan terus lurus, tiba-tiba terjadi interrupt dan harus melayani interrupt
tersebut terlebih dahulu hingga selesai sebelum ia kembali meneruskan pekerjaannya.
Gambar 2.8 Diagram Pelayanan Interupsi Yang harus diperhatikan untuk menguanakan interupsi adalah, kita harus tau sumber-sumber interupsi, vektor layanan interupsi dan yang terpenting rutin layanan interupsi, yaitu subrutin yang akan dikerjakan bila terjadi interupsi. Pada AVR terdapat 3 pin interupsi eksternal, yaitu INT0,INT1,dan INT2. Interupsi eksternal dapat dibangkitkan apabila ada perubahan logika atau logika 0 pada pin interupsi Pengaturan kondisi keadaan yang menyebabkan terjadinya interupsi eksternal diatur oleh register MCUCR ( MCU Control Register), yang terlihat seperti gambar ini:
Gambar 2.9 MCU Control Regiser Bit penyusunnya: •
Bit ISC11 dan ISC10 bersama-sama menentukan kodisi yang dapat menyebakan interupsi eksternal pada pin INT1.
•
Bit ISC01 dan ISC00 bersama-sama menentukan kodisi yang dapat menyebakan interupsi eksternal pada pin INT0.
Pemilihan pengaktifan interupsi eksternal diatur oleh register GICR (General Interrupt Control Register) yang terlihat pada gambar berikut:
Gambar 2.10 General Interrupt Control Register Bit penyusunnya dapat dijelaskan sebagai berikut: •
Bit INT1 adalah bit untuk mengaktifkan interupsi eksternal 1. Apabila bit tersebut diberi logika 1 dan bit I pada SREG (status register) juga satu , maka interupsi eksternal 1 akan aktif.
•
Bit INT0 adalah bit untuk mengaktifkan interupsi eksternal 0. Apabila bit tersebut diberi logika 1 dan bit I pada SREG (status register) juga satu , maka interupsi eksternal 0 akan aktif.
•
Bit INT2 adalah bit untuk mengaktifkan interupsi eksternal 2. Apabila bit tersebut diberi logika 1 dan bit I pada SREG (status register) juga satu , maka interupsi eksternal 2 akan aktif.
2.2.8. Timer / Counter Timer/Counter pada AT Mega 8535 terdiri dari 3 buah. Yaitu Timer/Counter0 ( 8bit ), Timer/Counter1 ( 16 bit ), dan Timer/Counter2 ( 8 Bit ).
2.2.8.1
Timer/Counter0 Pengaturan Timer/Counter0 diatur oleh register TCCR0 yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 2.11 TCCR0
Bit 7 – FOC0: Force Output Compare Bit 6,3-WGM01:WGM00 : Waveform generation Unit Bit mengontrol kenaikan dari konter, sumber nilai maksimum counter, dan tipe dari jenis timer/counter yang dihasilkan, yaitu mode normal,clear timer,mode compare match, dan dua tipe dari PWM. Tabel 2.1 Waveform Generation Unit WGM01dan WGM00
Bit 5,4 – COM1:COM00 : Compare Match Output Mode Bit tersebut mengontrol pin OC0 (Output Compare pin). Apabila kedua bit itu 0 atau clear, maka pin OC0 berfungsi sebagi pin biasa. Namun, bil;a salah satu bit set, maka fungsi pin tergantung pada setting bit pada WGM00 dan WGM01. Berikut daftar table seting bit pada WGM00 dan WGM01.
Tabel 2.2 Compare Output Mode, non-PWM Mode
COM
01 dan COM 00
Tabel 2.3 Compare Output Mode, Fast PWM Mode COM 01 dan COM 00
Tabel 2.4 Compare Output Mode, Phase Correct PWM Mode COM 01 dan COM 00
Bit 2,1,0 – CS02,CS01,CS00 : Clock seleck Ketiga bit tersebut memilih sumber clok yang akan digunakan oleh Timer/Counter . Berikut Tabelnya:
Tabel 2.5 Clock Select Bit Description CS02,CS01,CS00
2.2.8.2
Timer/Counter1 Timer/Counter1 adalah 16
Bit Timer/Counter yang
memungkinkan program pewaktuan lebih akurat . Pengaturan pada Timer/Counter1 diatur melalui Resgister TCCR1A
Register COM1A1: 0 dan COM1B:0 mengontrol kondisi Pin Output Compare (OC1A dan OC1B ). Jika salah satu atauy kedua bit pada register COM1A:0 ditulis menjadi 1 , maka kaki pin OC1A tidak berfungsi normal sebagai I/O. begitu juga pada rekaki OC1B. Fungsi pada pin OC1A dan OC1B tergantung dari seting bit pada register WGM13:0 diset sebagai mode PWM atau mode non PWM.
Tabel 2.6 Compare Output Mode, non-PWM
Tabel 2.7 Compare Output Mode, Fast PWM
Tabel 2.8 Compare Output Mode, Phase Correct and Frequensi Correct PWM
Bit 3 FOC1A : Force Output Compare untuk chanel A Bit 2 FOC1B : Force Output Compare untuk chanel B Bit 1 WGM11:0 : Waveform generation Mode Dikombinasikan denagn bit WGM13:2 yang terdapat pada register TCCR1B, bit tersebut mengontrol urutan pencacah dari counter, sumber maksimum (TOP) nilai counter, dan
tipe gelombang yang dibangkitkan. Mode yang dapat dilakukan antara lain mode normal, mode clear timer on compare Match (CTC) dan tiga tipe mode PWM. Setingan mode dapat dilihat pada table berikut: Tabel 2.9 Waveform Generation Mode Bit Description WGM 12 WGM 11 dan WGM 10
TCCR1B
Register
TCCR1B
digunakan
juga
untuk
mengkonfigurasi/seting Timer/Counter1. Khusunya bit WGM13,WGM12. Untuk penentuan clock bit CS12,CS11,CS10 Tabel 2.10 Clock Select Bit Description bit CS12, CS11, dan CS10
2.2.8.3
Timer/ Counter 2 Pengaturan Timer/Counter2 diatur oleh register TCCR2 yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Bit 7 – FOC2: Force Output Compare Bit 6,3-WGM021:WGM20 : Waveform generation Unit. Bit mengontrol kenaikan dari konter, sumber nilai maksimum counter, dan tipe dari jenis timer/counter yang dihasilkan, yaitu mode normal,clear timer,mode compare match, dan dua tipe dari PWM. Berikut table setingnya: Tabel 2.11 Waveform Generation Mode Bit Description WGM 21 dan WGM 20
Bit 5,4 – COM1:COM00 : Compare Match Output Mode
Bit tersebut mengontrol pin OC0 (Output Compare pin). Apabila kedua bit itu 0 atau clear, maka pin OC0 berfungsi sebagi pin biasa. Namun, bila salah satu bit set, maka fungsi pin tergantung pada setting bit pada WGM00 dan WGM01. Berikut daftar table seting bit pada WGM00 dan WGM01. Tabel 2.12
Compare Output Mode, non-PWM Mode WGM 21 dan WGM 20
Tabel 2.13 Compare Output Mode, Fast PWM
Mode
WGM 21 dan WGM 20
Tabel 2.14 Compare Output Mode, Phase Correct PWM Mode WGM 21 dan WGM 20
Bit 2,1,0 – CS22,CS21,CS20 : Clock seleck Ketiga bit tersebut memilih sumber clok yang akan digunakan oleh Timer/Counter . Berikut Tabelnya:
Tabel 2.15 Clock Select Bit Description – CS22, CS21 dan CS20
Register TIMSK dan TIFR
Bit0 – Timer/Counter0 Overflow Interrupt Enable, jika bit tersebut diberi logika satu dan I SREG juga set, maka bisa dilakukan enable interupsi overflow Timer/Counter0 Bit1- Timer/Counter0 Output Compere Match Interrupt Enable, jika bit tersebut diberi logika satu dan I SREG juga set, maka bisa dilakukan enable Interupsi Output Compere Match Bit2- Timer/Counter1 Overflow Interrupt Enable, jika bit tersebut diberi logika satu dan I SREG juga set, maka bisa dilakukan enable interupsi overflow Timer/Counter1 Bit3-
Bit0 – Timer/Counter0 Overflow Flag, bit akan bernilai satu jika Timer/Counter0 Overflow. Bit dapat dinolkan lagi dengan memberikan logika satu ke bit Flag ini. Bit1- Output Comapre Flag 0, bit akan berniali satu jika nilai pada Timer/Counter0 sama dengan nilai pada OCR0 – Output Comapre
2.3
Pengkondisi Sinyal. Sinyal arus yang keluar pada saat pembebanan akan diukur sampai taraf yang lebih rendah dengan perbandingan tertentu dengan meggunakan trafo arus ( CT ), hal ini dimaksudkan agar sesuai dengan taraf arus perubahan dari sistem analog ke digital. Arus keluaran dari trafo arus dirubah menjadi tegangan analog agar bisa dibaca oleh ADC yang ada dalam internal mikrokontroler Atmega 8535.
2.4
Analog to Digital Converter ( ADC ) ADC atau Analog to Digital Converter adalah sebuah alat yang dapat digunakan untuk mengkonversi sinyal atau isyarat analog menjadi digital yang siap disimpan atau diproses lebih lanjut oleh peralatan digital, termasuk mikrokontroler AVR.