BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Manajemen Di dalam suatu lembaga organisasi sangat dibutuhkan manajemen. Demikian pula dengan lembaga pendidikan yang dalam setiap pelaksanaannya sangat membutuhkan suatu manajemen, baik manajemen organisasi sekolah, manajemen kurikulum, bahkan manajemen kualitas sekolah atau sering disebut dengan Total Quality Manajemen (TQM). Manajemen ini dilaksanakan guna mencapai tujuan dari suatu organisasi yang dilaksanakan oleh beberapa orang. Manajemen dipimpin oleh seorang manajer, di dalam lembaga pendidikan kepala sekolahlah yang bertindak sebagai manajer. Sehingga tugas seorang kepala sekolah dalam suatu lembaga pendidikan tersebut adalah mengatur kinerja orang lain, untuk melaksanakan berbagai tugas yang berkaitan dengan pendidikan tersebut. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, manajemen dibutuhkan oleh semua organisasi karena tanpa manajemen, semua usaha akan sia - sia dan pencapaian tujuan akan lebih sulit. Ada 3 alasan utama diperlukannya manajemen: “1. Untuk mencapai tujuan. Manajemen dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi. 2. Untuk menjaga keseimbangan di antara tujuan-tujuan yang saling bertentangan. Manajemen dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan antara tujuan-tujuan, sasaran-sasaran dan kegiatan-kegiatan yang saling bertentangan dari pihakpihak yang berkepentingan dalam organisasi, seperti pemilik dan karyawan, maupun kreditur, pelanggan, konsumen, supplier, serikat kerja, assosiasi perdagangan, masyarakat dan pemerintah. 9
3.
Untuk mencapai efesiensi dan efektivitas. Suatu kerja organisasi dapat diukur dengan banyak cara yang berbeda. Salah satu cara yang umum adalah efisiensi dan efektifitas.”1
2.1.1. Pengertian Manajemen Manajemen
adalah
kegiatan
dimana
seseorang
(Manajer)
menggerakkan orang lain untuk menyelesaikan seluruh tugasnya, sesuai dengan yang diinginkan. Sehingga manajer tidak mengerjakan tugas – tugas tersebut sendiri. Manajemen harus tersusun dengan baik, supaya dalam pelaksanaan setiap tugas yang diberikan dapat sesuai dengan yang diinginkan. “Manajemen berasal dari bahasa latin, yaitu dari asal kata manus yang berarti tangan dan agere yang berarti melakukan. Kata-kata tersebut digabung menjadi kata kerja managere yang artinya menangani. Managere diterjemahkan dalam bahasa inggris dalam bentuk kata kerja to manage, dengan kata benda management, dan manager untuk orang yang melakukan kegiatan manajemen. Akhirnya, management diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi manajemen atau pengelolaan.”2
2.1.2. Manajemen Sebagai Ilmu Manajemen dikatakan
sebagai
ilmu
karena
dalam
pengertian
manajemen, manajemen merupakan bagaimana mengelola orang lain. Seorang manajer harus mempunyai pengetahuan dalam mengelola orang tersebut. Pengetahuan yang dimiliki bukan hanya yang diperoleh dari proses pendidikan, melainkan juga keahlian sesorang untuk mengontrol orang lain. Sehingga
1
T. Hani, Handoko, 2003, Manajemen, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta, hal. 6 Husaini Usman, 2006, Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta, hal 3 2
10
manajemen yang terbentuk akan berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. “ Manajemen memenuhi syarat sebagai ilmu pengetahuan karena mamiliki serangkaian teori, meskipun teori-teori itu masih terlalu umum dan subjektif. Selajutnya dikatakan bahwa perjalanan suatu ilmu, teori-teori manajemen yang ada diuji dengan pengalaman.”3
2.1.3. Manajemen Pendidikan Manajemen pendidikan merupakan salah satu cara menciptakan sumber daya manusia, supaya dapat melaksanakan suatu pekerjaan dalam proses belajar mengajar. Pada dunia pendidikan sumber daya manusia yang diciptakan untuk mencapai suatu tujuan adalah siswa yang berkompeten. Pekerjaan yang dikerjakan tersebut merupakan kegiatan pendidikan yang nantinya akan mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. “Manajemen pendidikan dapat didefinisikan sebagai seni atau ilmu mengelola sumber daya pendidikan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.”4
2.2. Pengertian Pemahaman Mutu Suatu lembaga dikatakan memiliki kualitas yang baik apabila lembaga tersebut memiliki mutu yang baik. Begitu pula dalam suatu lembaga pendidikan, sekolah dikatakan bermutu apabila memiliki sarana prasarana, guru, serta lulusan yang berkualitas dan berkompeten. 3
T. Hani, Handoko, 2003, Manajemen, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta, hal. 11 Husaini Usman, 2006, Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta, hal. 7 4
11
“Mutu ialah suatu kondidim dinamik yang berhubungan dengan produk, tenaga kerja, proses, dan tugas serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. Dengan perubahan mutu tersebut, diperlukan peningkatan atau perubahan keterampilan tenaga kerja, proses produksi, dan tugas, serta perubahan lingkungan agar produk dapat memenuhi dan melebihi harapan konsumen.”5
2.3. Manajemen Mutu Manajemen mutu adalah suatu manajemen yang melihat kualitas suatu produk barang maupun jasa. Untuk memaksimalkan produk supaya dapat bersaing dengan produk-produk lain baik di tingkat nasional maupun internasional. “Manajemen mutu ialah budaya organisasi yang ditentukan dan didukung oleh pencapaian kepuasan pelanggan secara terus-menerus melalui sistem terintegrasi yang terdiri dari bermacam alat, teknik, dan pelatihan-pelatihan. Tindakan perbaikan terus-menerus dalam proses organisasi diharapkan akan menghasilkan produk dan pelayanan yang bermutu tinggi.”6
Fokus utama dari manajemen mutu adalah fokus terhadap pelanggan. Supaya fokus terhadap pelanggan tersebut dapat maksimal, ada beberapa hal yang harus dimiliki oleh sebuah manajemen yang bermutu adalah sebagai berikut: 1. Podasi Merupakan hal terpenting yang dimiliki oleh pelaksana dari manjemen mutu tersebut.
5
Hadis Abdul & Nurhayati, 2010, Manajemen Mutu Pendidikan, Alfabeta, Bandung,
hal. 86 6
Husaini Usman, 2006, Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta, hal. 458
12
2. Lantai Merupakan beberapa acuan dari manjemen mutu tersebut seperti strandar - standar yang berlaku. 3. Tiang Komponen pokok yang terdapat dalam suatu organisasi yang melaksanakan manajemen mutu tersebut. 4. Dinding Pelindung dari sebuah organisasi yang melaksanakan manajemen mutu tersebut, supaya bisa tetap bersaing oleh organisasi lain. 5. Atap Merupakan fokus dari manajemen mutu tersebut yaitu pelanggan Adapun gambarnya sebagai berikut: Gambar 2.3.1. Sistem Manajemen Mutu7 Kepuasan pelanggan
Sistem Manajemen Mutu pro Persaingan du k
ISO 9000: 2000 kepedulian
7
pro ses
org anis asi
ISO 9001: 2000 nilai
Perbaikan Berlanjut
kep emi mpi nan
ISO 9001: 2008
integritas
pelatihan
ko mit me n standar lain kontrol
Rudi Suardi, 2004, Sistem Manajemen Mutu ISO 9000 : 2000, PPM, Jakarta Pusat,
hal. 11
13
2.4.
Sistem Manajemen Mutu Pendidikan Pada saat ini penerapan manajemen mutu pendidikan ini lebih populer
dengan sebutan istilah Total Quality Education (TQE). Dasar dari Total Quality Education (TQE) tersebut merupakan bagian dari Total Quality Manajemen (TQM) yang kemudian dikembangkan dengan basic pendidikan. Konsep Total Quality Manajemen (TQM) pada mulanya diterapkan pada dunia bisnis atau dunia industri, kemudian diterapkan pada dunia pendidikan. “Strategi yang dikembangkan dalam penggunaan manajemen mutu dalam dunia pendidikan adalah institusi pendidikan memposisikan dirinya sebagai institusi jasa atau dengan kata lain menjadi industri jasa. Yakni institusi yang memberikan pelayanan ( service ) sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pelanggan (costumer). Maka pada saat itulah, dibutuhkan susatu sistem manajemen yang mampu memberdayakan institusi pendidikan agar lebih bermutu.”8
2.5. Sistem Manajemen Mutu ISO Standar internasional yang kini sedang dibicarakan dalam dunia pendidikan guna menunjang kualitas mutu sekolah tersebut, khususnya pendidikan yang berhubungan langsung dengan dunia usaha/ dunia industri. Setelah RSBI (Rintisan
Sekolah
Bertaraf
Internasional)
atau
SBI
(Sekolah
Bertaraf
Internasional), lembaga pendidikan menerapkan standar internasional yang sebelumnya digunakan dalam dunia industri dan kini digunakan pula pada dunia pendidikan. Salah satu standar Internasional yang berdasarkan pada Total Quality Manajemen (TQM) tersebut merupakan Sistem Manajemen Mutu ISO (The International Organization for Standarization)
8
Scheerens Jaap, 2003, Peningkatan Mutu Sekolah, Logos, Jakarta, hal. 23
14
“The International Organization for Standarization ( ISO ) merupakan suatu federasi badan standar internasional yang bertujuan meningkatkan pengembangan standarisasi dan aktivitas yang terkait di dunia dengan pandangan mempermudah pertukaran internasional dari barang dan jasa, dan untuk mengembangkan kerjasama dalam bidang aktivitas intelektual, sains, tekhnik dan ekonomi.”9
2.5.1. Seri Standar ISO ISO memiliki beberapa seri standar yang terus berkembang. Masingmasing seri standar memiliki bidang dimana seri standar tersebut sesuai untuk diterapkan. Demikian seri standar dari ISO: "
1.
2.
3. 4.
5.
6.
ISO 9000: 2000, dasar dan kosakata manajemen mutu. Dibuat sebagai langkah awal untuk memahami standar dan definisi istilah-istilah dasar yang digunakan dalam keluarga ISO 9000: 2000 yang dibutuhkan untuk membantu memahaminya ketika digunakan ISO 9001: 2000, persyaratan manajemen mutu. Berisi persyaratan standar yang digunakan untuk mengakses kemampuan organisasi dalam memenuhi persyaratan pelanggan dan peraturan yang sesuai ISO 9001: 2008, berisi persyaratan yang harus dipenuhi, merupakan versi baru dari standar sebelumnya ISO 9004: 2000, pedoman untuk kinerja peningkatan sistem manajemen mutu. Pedoman standar yang menyediakan acuan dalam peningkatan berkelanjutan sistem manajemen mutu untuk memberikan keuntungan pada semua pihak, termasuk kepuasan pelanggan ISO 19011: 2000, pedoman audit sistem manajemen mutu dan lingkungan, memberikan pedoman untuk memverifikasi kemampuan sitem dalam mencapai sasaran mutu. Standar ini dapat digunakan untuk audit internal ataupun eksternal (audit pihak kedua dan audit pihak ketiga) ISO 10005: 1995, manajemen mutu-pedoman untuk rencana mutu. Menyediakan pedoman untuk mambantu dalam persiapan, tinjauan, penerimaan dan revisi rencana mutu
9
Iskandar Indranata, 2007, Panduan Penerapan Kemasan (AMDK), Graha Ilmu, Yogyakarta, hal. 60
15
7.
ISO 1006: 1997, manajemen mutu-pedoman mutu dan manajemen proyek. Pedoman untuk membantu dalam memastikan mutu dari proses dan produk proyek 8. ISO 10007: 1995, manajemen mutu-pedoman untuk susunan manajemen 9. ISO/ DIS 10012, persyaratan jaminan mutu untuk pengukuran peralatan 10. ISO 10013: 1995, pedoman untuk mengembangkan manual mutu. Memberikan pedoman dalam mengembangkan dan memelihara manual mutu 11. ISO 10014: 1998, pedoman untuk pengelolaan Ekonomi mutu. Memberikan pedoman bagaimana mencapai keuntungan ekonomi dari penerapan manajemen mutu. 12. ISO 10015: 1999, manajemen mutu-pedoman pelatihan. Memberikan pedoman dalam pengembangan, penerapan, pemeliharaan, dan peningkatan strategi dan sistem pelatihan yang mempengaruhi mutu produk.”10
2.5.2. Manfaat Sertifikat ISO 9001 Sertifikat Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 sangat bermanfaat untuk lembaga-lembaga yang bekerja sama dengan pihak luar negeri. Berikut manfaat yang diperoleh sebuah organisasi setelah mendapatkan sertifikat Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 adalah sebagai berikut: " 1. Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan.
2. Meningkatkan image kualitas perusahaan serta daya saing dalam memasuki pagar global. 3. Meningkatkan kualitas dan produktifitas melalui kerjasama, solusi masalah dan komunikasi yang baik, serta sistem pengendalian kualitas yang konsisten. 4. Meningkatkan kesadaran kualitias dalam perusahaan. 5. Memberikan pelatihan secara sistematik kapada selutruh staf perusahaan melalui prosedur-prosedur dan instruksi-instruksi kerja yang terdefinisi dengan baik.”11
10
Iskandar Indranata, 2007, Panduan Penerapan Kemasan (AMDK), Graha Ilmu, Yogyakarta, hal. 62 11 Vincent Gaspersz , 2009, Total Quality Manajemen (TQM) untuk Praktisi Industri dan Bisnis, Gramedia Graha Utama, Jakarta, hal. 69
16