BAB II LANDASAN TEORI A. Akuntansi Biaya 1. Pengertian Akuntansi Biaya Sebelum mengurai lebih jauh tentang biaya overhead pabrik dan harga pokok penjualan, penulis ingin menjelaskan pengertian akuntansi biaya dengan akuntansi secara umum sebagai berikut : Menurut Jerry J. Weygandt, Donald E.Kieso, paul D. Kimmel (2007:4) “Akuntansi adalah suatu sistem informasi yang mengidentifikasikan, mencatat, dan mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa ekonomi dari suatu organisasi kepada para pengguna yang berkepentingan”. Menurut Mursyidi (2008:10) “Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan pelaporan biaya pabrikasi dan penjualan produk dan jasa, dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadap hasil-hasilnya. Akuntansi
Biaya
Menurut
Bastian
dan
Nurlela
(2006:2)
mendefinisikan akuntansi biaya sebagai berikut : Akuntansi biaya adalah suatu bidang akuntansi yang mempelajari bagaimana cara mencatat, mengukur dan melaporkan tentang informasi biaya yang digunakan. Disamping itu akuntansi biaya juga membahas tentang penentuan harga pokok dari “suatu produk” yang diproduksi dan dijual dipasar baik guna memenuhi keinginan pemesan maupun menjadi persediaan barang dagangan yang akan dijual.
6
7
Dari definisi di atas, akuntansi biaya tergantung pada proses pencatatan, pengukuran, dan pelaporan informasi biaya. Proses akuntansi dapat ditujukan untuk memenuhi pihak eksternal perusahaan dan dapat pula memenuhi kebutuhan pihak internal perusahaan. Untuk memenuhi kebutuhan pihak ekternal perusahaan, akuntansi biaya perlu memperhatikan karakteristik akuntansi keuangan dan untuk menentukan kebutuhan pihak internal perusahaan, akuntansi biaya perlu memperhatikan karakteristik akuntansi manajemen. Dengan demikian akuntansi biaya mempunyai hubungan dengan akuntansi manajemen dan akuntansi keuangan. Dalam penentuan harga pokok penjualan digunakan untuk perhitungan laba atau rugi perusahaan yang dilaporkan pada pihak eksternal perusahaan. Perbedaan laporan perhitungan antara akuntansi biaya dengan akuntansi keuangan terutama pada ruang lingkup informasi biaya yang disajikan. Akuntansi biaya menyajikan informasi mengenai harga pokok penjualan dan biaya-biaya lain secara terperinci untuk setiap produk dan bagian organisasi perusahaan, sedangkan akuntansi keuangan menyajikan informasi biaya perusahaan secara keseluruhan.
8
2. Pengertian Biaya Menurut
Mursyidi
(2008:14)
“biaya
diartikan
sebagai
suatu
pengorbanan yang dapat mengurangi kas atau harta lainnya untuk mencapai tujuan, baik yang dapat dibebankan pada saat ini maupun pada saat yang akan datang”. Menurut Firdaus dan Wasilah (2009:22) “biaya adalah pengeluaranpengeluaran atau nilai pengorbanan untuk memperoleh barang atau jasa yang berguna untuk masa yang akan datang, atau mempunyai manfaat melebihi satu periode akuntansi tahunan”. Dari kedua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa biaya merupakan suatu nilai pengorbanan yang diukur dalam satuan uang untuk mendapatkan suatu tujuan yang diharapkan. 3. Penggolongan Biaya Dalam penerapannya biaya digolongkan kedalam beberapa kelompok. Mulyadi (2005:13) dalam buku akuntansi biaya, biaya digolongkan menjadi lima golongan yaitu : a. Penggolongan biaya menurut objek pengeluaran Penggolongan biaya menurut objek pengeluaran, nama objek pengeluaran ini merupakan dasar penggolongan biaya. Biaya yang terjadi dalam golongan ini biasanya yang berhubungan dengan proses produksi. Jika digolongkan berdasarkan objek pengeluaran dapat dibagi menjadi tiga golongan besar yaitu : 1. Biaya bahan baku 2. Biaya tenaga kerja
9
b.
c.
d.
e.
3. Biaya overhead pabrik Dari tiga unsur utama seringkali digabungkan dalam terminologi biaya sebagai berikut : a. Biaya utama (prime cost) terdiri dari biaya bahan baku langsung ditambah biaya tenaga kerja langsung. b. Biaya konversi (conversion cost) terdiri dari biaya tenaga kerja langsung ditambah biaya overhead pabrik. Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan Sedangkan penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Biaya produksi adalah biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. 2. Biaya pemasaran adalah biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk. 3. Biaya administrasi dan umum adalah biaya-biaya untuk mengkoordinasikan kegiatan produksi dan pemasaran produk. Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai Dalam hubungannya dengan suatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan menjadi dua golongan sebagai berikut : 1. Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang menyebabkan satusatunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai . Jika sesuatu yang dbiayai tersebut tidak ada, maka biaya langsung ini tidak akan terjadi. 2. Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Penggolongan biaya menurut perilaku biaya dalam hubungan dengan perubahan volume kegiatan Penggolongan biaya menurut perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan dapat digolongkan menjadi : 1. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. 2. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam batas-batas volume kegiatan tertentu. Penggolongan biaya menurut jangka waktu manfaat Penggolongan biaya menurut jangka waktu manfaatnya yaitu : 1. Pengeluaran modal adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi. 2. Pengeluaran pendapatan adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut.
10
B. Biaya Overhead Pabrik 1. Pengertian Biaya Overhead Pabrik Menurut Carter dan Usry (2006:411) ”Biaya Overhead Pabrik dapat didefinisikan sebagai bahan baku tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung, dan semua biaya pabrik lainnya yang tidak dapat secara nyaman diidentifikasikan dengan atau dibebankan langsung ke pesanan, produk, atau objek biaya lain yang spesifik”. Isitilah lain yang digunakan untuk overhead pabrik adalah tanggungan pabrik, beban produksi, overhead produksi, beban pabrik, dan biaya produksi tidak langsung. Menurut Firdaus dan Wasilah (2009:246) Biaya Overhead Pabrik dapat didefinisikan sebagai berikut : Biaya-biaya yang harus terjadi meskipun biaya tersebut secara langsung tidak mempunyai hubungan yang dapat diukur dan diamati terhadap satuan-satuan aktivitas tertentu, produksi atau tujuan-tujuan biaya (cost objectives). Berdasarkan definisi-definisi diatas, maka makna dari biaya overhead pabrik adalah semua biaya produksi yang tidak dapat diidentifikasikan secara langsung terhadap produk atau pekerjaan tertentu. Dengan kata lain, biaya overhead adalah biaya bahan tidak langsung, biaya tenaga kerja tidak langsung, dan biaya tidak langsung lainnya.
11
2. Penggolongan Biaya Overhead Pabrik Menurut Mulyadi (2005:193) Biaya Overhead Pabrik (biaya produksi tak langsung) dapat digolongkan menjadi tiga bagian yaitu : a. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut sifatnya Biaya-biaya produksi yang termasuk dalam biaya overhead pabrik dikelompokkan menjadi beberapa golongan berikut ini : 1. Biaya bahan penolong Merupakan bahan yang tidak menjadi bagian produk jadi atau bahan yang meskipun menjadi bagian produk jadi tetapi nilainya relatif kecil bila dibandingkan dengan harga pokok produksi tersebut. Misalnya dalam perusahaan percetakan, yang termasuk dalam bahan penolong antara lain adalah : bahan perekat, tinta koreksi, dan pita mesin ketik. 2. Biaya reparasi dan pemeliharaan Biaya reparasi dan pemeliharaan yaitu berupa biaya suku cadang (spareparts), biaya bahan habis pakai (factory suplies) dan harga perolehan jasa dari pihak luar perusahaan untuk keperluan perbaikan dan pemeliharaan perumahan, bangunan pabrik, mesin-mesin dan ekuipmen, kendaraan, perkakas laboratorium, dan aktiva tetap lain yang digunakan untuk keperluan pabrik. 3. Biaya tenaga kerja tidak langsung Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja pabrik yang upahnya tidak dapat diperhitungkan secara langsung kepada produk atau pesanan tertentu. Biaya tenaga kerja tidak langsung terdiri dari upah, tunjangan dan biaya kesejahteraan yang dikeluarkan untuk tenaga kerja tidak langsung tersebut. 4. Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah biaya-biaya depresiasi bangunan pabrik, mesin dan ekuipmen, alat kerja, dan aktiva tetap lain yang digunakan di pabrik. 5. Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah biaya-biaya asuransi gedung dan emplasemen, asuransi mesin dan ekuipmen, asuransi kendaraan, asuransi kecelakaan karyawan, dan biaya amortisasi kerugian trial-run. 6. Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran uang tunai. Biaya overhead pabrik yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah biaya reparasi yang diserahkan kepada pihak luar perusahaan, biaya listrik PLN dan sebagainya.
12
b. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut perilakunya dalam hubungan dengan perubahan volume produksi Ditinjau dari perilaku unsur-unsur biaya overhead pabrik dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, biaya overhead pabrik dapat di bagi menjadi tiga golongan : 1. Biaya overhead pabrik tetap Biaya overhead pabrik tetap adalah biaya overhead pabrik yang tidak berubah dalam kisar perubahan volume kegiatan tertentu. 2. Biaya overhead pabrik variabel Biaya overhead pabrik variabel adalah biaya overhead pabrik yang berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. 3. Biaya overhead pabrik semivariabel Biaya overhead pabrik semivariabel adalah biaya overhead pabrik yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. c. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut hubungan dengan departemen Disamping memiliki departemen produksi, perusahaan juga mempunyai departemen-departemen pembantu (sepertinya misalnya departemen pembangkit tenaga listrik, departemen bengkel dan departemen air) maka biaya overhead pabrik meliputi semua jenis biaya yang terjadi di departemen-departemen pembantu ini, yang meliputi biaya tenaga kerja, depresiasi, reparasi dan pemeliharaan aktiva tetap, asuransi yang terjadi di departemen pembantu tersebut.
3. Akuntansi Biaya Overhead Pabrik Menurut Bastian dan Nurlela (2006:78) Bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung dapat diidentifikasikan langsung ke setiap pesanan dan dapat diukur dengan tepat. Sedangkan untuk biaya overhead pabrik agak sulit, karena memerlukan perhitungan yang agak rumit, mengingat jenis biaya ini sangat beragam yaitu semua biaya yang berhubungan dengan proses pabrikasi, selain bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung. Untuk itu maka perhitungan dan pembebanan ke pesanan tertentu memerlukan dasar tersendiri seperti jam kerja langsung, jam kerja mesin,
13
biaya tenaga kerja, biaya bahan baku langsung dan unit produksi. Pencatatan untuk biaya overhead pabrik dapat dilakukan dua langkah yaitu pertama : saat terjadi overhead pabrik aktual dengan mendebit pengendali overhead pabrik, dan mengkredit ke akun setiap jenis biaya, kedua : pada saat pembebanan overhead pabrik ke pesanan, dengan mendebit produk dalam proses dan mengkredit overhead pabrik dibebankan. Jurnal : Biaya Overhead Pabrik Aktual Pengendali Overhead Pabrik
xx
Akumulasi Penyusutan Mesin Pengendali Overhead Pabrik
xx xx
Asuransi Biaya Dimuka
xx
Biaya Overhead Pabrik dibebankan Produk Dalam Proses
xx
Overhead Pabrik dibebankan Overhead Pabrik dibebankan Pengendali Overhead Pabrik
xx xx xx
4. Faktor-faktor yang Dipertimbangkan dalam Penentuan Tarif Overhead Pabrik Menurut Bastian dan Nurlela (2006:258) adalah Tarif yang digunakan dalam overhead pabrik berbeda satu dengan yang lain. Misalnya terhadap satu
14
perusahaan dengan perusahaan lain, masing-masing departemen, pusat biaya, dan kelompok biaya dalam perusahaan. Faktor yang dapat mempengaruhi dalam penentuan tarif overhead pabrik adalah : 1. Dasar yang Digunakan a. Output fisik Overhead Pabrik per unit = Anggaran Biaya Overhead Pabrik Anggaran Unit Fisik Contoh soal : PT. Alrido menyusun anggaran biaya overhead pabrik sebesar Rp. 1.000.000 untuk memproduksi sebesar 4.000 unit produk. Pesanan yang sudah selesai sebesar 1.500 unit. Diminta : 1. Hitunglah tarif biaya overhead pabrik yang ditentukan dimuka. 2. Berapakah besarnya biaya overhead pabrik yang dibebankan pada pesanan atau pekerjaan. Penyelesaian : 1. Tarif overhead pabrik per unit =
Rp. 1.000.000 = Rp.250 4.000 unit
2. Biaya Overhead Pabrik Biaya Overhead Pabrik = Rp. 250 x 1.500 unit = Rp. 375.000.
15
b. Biaya Bahan Baku Langsung Prosentase Overhead Pabrik = Anggaran Overhead Pabrik x 100 % Per biaya bahan langsung
Anggaran Biaya Bahan Langsung
Contoh soal : PT. Indah Kencana menyusun anggaran biaya overhead pabrik sebesar Rp. 1.400.000 dengan anggaran biaya bahan langsung sebesar Rp. 1.000.000. Biaya bahan yang dikeluarkan untuk suatu pekerjaan sebesar Rp. 2.000.000. Diminta : 1. Hitunglah tarif biaya overhead pabrik 2. Berapakah biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada pekerjaan Penyelesaian : 1. Tarif biaya overhead pabrik Prosentase Overhead Pabrik = Rp. 1.200.000 x 100% = 120% Per biaya Bahan Langsung
Rp. 1.000.000
2. Biaya overhead pabrik yang dibebankan ke pekerjaan Biaya overhead pabrik = 120% x Rp. 2.000.000 = Rp. 2.400.000
c. Biaya Tenaga Kerja Langsung Prosentase Overhead Pabrik = Anggaran Overhead Pabrik Per biaya pekerja langsung
x 100%
Anggaran Biaya Pekerja Langsung
16
Contoh soal : PT. Mawar Jingga membuat anggaran untuk biaya overhead pabrik sebesar Rp. 1.800.000 dan anggaran biaya pekerja langsung sebesar Rp. 750.000. Biaya bahan untuk suatu pekerjaan sebesar Rp. 2.400.000. Diminta : 1. Hitunglah prosentase tarif biaya overhead pabrik 2. Berapakah biaya overhead pabrik yang dibebankan ke pekerjaan Penyelesaian : 1. Prosentase Tarif biaya overhead pabrik per pekerja langsung Prosentase Overhead Pabrik = Rp. 1.800.000 x 100% = 240% per biaya pekerja langsung Rp. 750.000 2. Biaya overhead pabrik yang dibebankan ke pekerjaan Biaya overhead pabrik = 240% x Rp 2.400.000 = Rp. 5.760.000 d. Jam Kerja Langsung Biaya Overhead Pabrik = Anggaran Biaya Overhead Pabrik Per jam Kerja Langsung
Anggaran Jam kerja Langsung
Contoh Soal : PT. Kamboja menyusun anggaran untuk biaya overhead pabrik sebesar Rp. 12.000.000. Perusahaan membebankan biaya overhead pabrik ke pekerjaan di dasarkan pada jam kerja langsung sebesar
17
40.000 jam kerja langsung. Dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut dibutuhkan waktu sebesar 150 jam. Diminta : 1. Hitunglah tarif biaya overhead pabrik 2. Berapakah biaya overhead pabrik yang dibebankan ke pekerjaan Penyelesaian : 1. Tarif biaya overhead pabrik Biaya Overhead Pabrik = Rp. 12.000.000 = Rp. 300 per JKL per jam Kerja Langsung Rp. 40.000 JKL 2. Biaya overhead pabrik yang dibebankan ke pekerjaan Biaya overhead pabrik = Rp. 300 per JKL x 150 jam = Rp. 45.000
e. Jam Mesin Overhead Pabrik per jam Mesin
= Anggaran Biaya Overhead Pabrik Anggaran Jam Mesin
Contoh soal : PT. Matahari menyusun anggaran biaya overhead pabrik sebesar Rp. 24.000.000. Perusahaan membebankan biaya overhead pabrik berdasarkan jam mesin sebesar 20.000. Waktu yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut sebesar 120 jam mesin.
18
Diminta : 1. Hitunglah Tarif biaya overhead pabrik 2. Berapakah biaya overhead pabrik yang dibebankan ke pekerjaan. Penyelesaian : 1. Tarif biaya overhead pabrik Overhead pabrik = Rp. 24.000.000 = Rp. 1.200 per JM per jam mesin Rp. 20.000 JM 2. Biaya overhead pabrik Biaya overhead pabrik = Rp 1.200 x 120 Jam Mesin = Rp 144.000
5. Departementalisasi Biaya Overhead Pabrik Menurut Carter dan Usry (2006:445) Departementalisasi dari overhead pabrik berarti membagi pabrik ke dalam segmen-segmen yang disebut departemen, ke mana biaya overhead dibebankan. Untuk tujuan akuntansi, pembagian
suatu
pabrik
ke
departemen-departemen
yang
terpisah
menyediakan perhitungan biaya produksi yang lebih baik dan meningkatkan pengendalian yang bertanggung jawab atas biaya overhead. Departemen diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Pemilihan Departemen Produksi
19
Suatu perusahaan biasanya dibagi menjadi departemen-departemen yang melakukan berbagai pekerjaan yang berbeda. Proses produksi menentukan jenis organisasi yang diperlukan untuk menangani operasi yang berbeda secara efisien, guna memperoleh aliran produksi terbaik, dan untuk menetapkan tanggung jawab atas kendali fisik produksi. Sistem
informasi
biaya
didesain
untuk
merefleksikan
departementalisasi. Sistem tersebut mengakumulasi biaya produksi per departemen, tanpa memperhatikan apakah operasinya adalah jenis pesanan maupun
jenis
proses
yang
kontinu.
Faktor-faktor
yang
harus
dipertimbangkan dalam menentukan jenis departemen yang diperlukan untuk menetapkan tarif overhead departemental yang akurat adalah sebagai berikut : 1. Kesamaan operasi dan mesin di setiap departemen 2. Lokasi dari operasi dan mesin 3. Tanggung jawab atas produksi dan biaya 4. Hubungan operasi terhadap aliran produk 5. Jumlah departemen
2. Pemilihan Departemen Jasa Jasa yang dapat menguntungkan baik departemen produksi dan departemen jasa lain, dapat diatur dengan cara (1) menetapkan departemen
20
jasa yang terpisah untuk setiap fungsi, (2) menggabungkan berbagai fungsi ke dalam suatu departemen, atau (3) menempatkan beberapa biaya jasa dalam suatu departemen yang disebut tempat penampungan biaya umum
pabrik.
Jasa
tertentu
yang
dipertanggungjawabkan
tidak
diidentifikasi jika biaya jasa diakumulasi dalam tempat penampungan biaya umum pabrik. Jenis dan jumlah departemen jasa bergantung pada jumlah karyawan yang diperlukan untuk setiap fungsi jasa, biaya untuk menyediakan jasa tersebut, tingkat kepentingan dari jasa itu, dan penugasan tanggung jawab supervisor. Penetapan departemen yang terpisah untuk setiap fungsi jasa sangatlah jarang, bahkan di perusahaan-perusahaan besar. Ketika hanya relatif sedikit karyawan yang terlibat dan aktivitasnya berhubungan erat, fungsi jasa sering kali digabungkan, bergantung pada kondisi di masingmasing perusahaan. Karena tarif overhead untuk perhitungan biaya produk pada umumnya dihitung hanya untuk departemen produksi, biaya departemen jasa pada akhirnya ditransfer ke departemen produksi guna menetapkan tarif overhead.
21
DeWitt Products Distribusi dari Biaya Departemen Jasa yang Diestimasikan Dan Perhitungan dari Tarif Overhead Departemental Tahun 20xx Departemen Produksi Pemasangan Akun Biaya Total Tot. BOP departemental sblm distribusi Dep.Jasa $300.000 Distribusi by Dep.Jasa Penanganan Bahan Baku (dasar: estimasi by.BB yg diminta) Inspeksi (dasar: dibagi rata ke dep.perakitan & dep.pemasangan kain) Keperluan (dasar: 20% brdasarkan kwh) 50% brdasarkan hph 30% brdasarkan luas lantai Biaya pabrik umum (dasar: jumlah karyawan) Tot. by.Dep Jasa yg didistribusikan Tot. overhead pabrik departemental setelah distribusi Dep.Jasa Dasar : jam tenaga krja langsung Jam mesin Biaya tenaga kerja langsung Tarif
$300.000
Pemotongan Penyerutan Perakitan kain $40.000
$36.700
$35.000
$38.600
$12.735
$2.830
$ 2.830
$ 9.905
9.300
9.300
2.616 13.080 4.905
1.308 7.848 3.924
3.924 5.232 5.886
5.232 6.540 4.905
7.380
6.273
11.070
12.177
$40.716
$22.183
$38.242
$48.059
$81.216
$58.883
$73.242
$86.659
20.304
24.070 9.200
$ 4,00 Per jam TKL
Penanganan Bahan Baku $28.300
$ 6,40 Per Jam mesin
$122.000 60% dr biaya TKL
Departeman Jasa Inspeksi Keperluan $18.600
$65.400
$3,60 dr biaya TKL
Pabrik umum $36.900
($28.300) ($18.600) (13.080) (32.700) (19.620) (36.900)
22
C. Harga Pokok Penjualan 1. Pengertian Harga Pokok Penjualan Harga pokok penjualan menurut Bastian dan Nurlela (2006:60) adalah Harga pokok produk yang sudah terjual dalam periode waktu berjalan yang diperoleh dengan menambahkan harga pokok produksi dengan persediaan produk selesai awal dan persediaan produk selesai akhir. Menurut Haryono Jusuf (2001:333) “Harga Pokok Penjualan adalah sesuai dengan prinsip penanding, laba bersih suatu perusahaan dagang dihitung dengan cara mengurangkan biaya untuk memperoleh pendapatan dari hasil penjualan pada periode yang bersangkutan. Biaya-biaya tersebut meliputi harga pokok ( cost ) barang yang terjual dan biaya-biaya operasi yang terjadi selama periode yang bersangkutan. Harga pokok barang yang telah laku dijual biasa disebut harga pokok penjualan”. Harga Pokok Penjualan merupakan harga pokok dari barang yang akan dijual. Diperoleh dengan cara menambah persediaan awal barang dagang dengan harga pokok barang yang dibeli kemudian dikurangi dengan persediaan akhir barang dagang.
2. Unsur-unsur Harga Pokok Penjualan Menurut Bastian dan Nurlela (2006:67) Unsur-unsur harga pokok penjualan dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
23
1. Bahan baku langsung terdiri atas persediaan bahan baku awal, pembelian, dan persediaan bahan baku akhir, dengan penyesuaian terhadap bahan baku tidak langsung yang ditambahkan ke overhead pabrik. 2. Bagian tenaga kerja langsung mengidentifikasikan langsung dengan produk yang diproduksi. 3. Biaya overhead pabrik memasukkan semua biaya yang secara tidak langsung terlibat dalam produksi produk. 4. Total biaya produksi yang terjadi selama periode tersebut disesuaikan dengan persediaan barang dalam proses diawal dan diakhir periode. 5. Harga pokok produksi selama periode tersebut disesuaikan dengan persediaan barang jadi diawal dan akhir periode.
3. Perhitungan Harga Pokok Penjualan Berikut ini format perhitungan harga pokok penjualan untuk perusahaan trading dan perusahaan manufaktur
24
Tabel 2.2 perhitungan laporan harga pokok penjualan untuk trading PT. X Laporan Harga Pokok Penjualan Tahun Berakhir 2008 Bahan Baku : Persediaan bahan baku, 1 Januari 2008 Pembelian bahan baku Bahan baku tersedia untuk digunakan (-) bahan baku tidak langsung yang digunakan Persediaan bahan baku, 31 Januari 2008 Bahan baku yang digunakan Tenaga Kerja Langsung Biaya overhead pabrik Bahan baku tidak langsung Tenaga kerja tidak langsung Penyusutan Asuransi Overhead pabrik umum Total biaya manufaktur (+) Persediaan barang dalam proses, 1 Januari
xxx xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx
(-) Persediaan barang dalam proses, 31 Januari
xxx xxx xxx
Harga pokok produksi
xxx
(+) Persediaan barang jadi, 1 Januari
xxx
Barang tersedia untuk dijual (-) Persediaan barang jadi, 31 Januari
xxx xxx
Harga pokok penjualan
xxx
Sumber : Carter, Usry “Akuntansi Biaya” (2006)
25
Perhitungan harga pokok penjualan untuk perusahaan manufaktur PT. X Ikhtisar Rugi Laba Per 31 Des 20xx Penjualan bersih Harga Pokok Penjualan Laba Kotor Biaya Operasi Biaya Penjualan xxx Biaya Umum & Adm xxx (+) Total Biaya Operasi Laba Operasi Non Operasi Pendapatan xxx Biaya xxx (-) Total Biaya Non Operasi Laba Sebelum Bunga dan Pajak Bunga Laba Sebelum Pajak Pajak Perseroan Laba Bersih
xxx xxx (-) xxx
xxx (-) xxx
xxx (+/-) xxx xxx (-) xxx xxx (-) xxx
PT. X Ikhtisar Rugi Laba Periode 1 Jan s/d 31 Des 20xx Penjualan Kotor Retur Penjualan Potongan Penjualan Jumlah Total Penjualan Bersih Harga Pokok Penjualan Persediaan Awal Barang Jadi Harga Pokok Produksi Jumlah Persediaan Akhir Total Harga Pokok Penjualan Laba Kotor
xxx xxx xxx (+) xxx (-) xxx xxx xxx (+) xxx xxx (-) xxx (-) xxx
26
PT. X Ikhtisar Rugi Laba Periode 1 Jan s/d 31 Des 20xx Laba Kotor Biaya Operasi Biaya Penjualan Biaya Umum & Adm Total Biaya Operasi
xxx
xxx xxx (+) xxx (-)
Laba Operasi Pendapatan/Biaya di Luar Operasi Pendapatan di Luar Operasi Biaya di Luar Operasi Total Pend/Biaya di Luar Operasi Total Laba Sebelum Bunga & Pajak Bunga Kredit Investasi Laba Sebelum Pajak Pajak Laba Bersih
xxx
xxx xxx (-) xxx (+) xxx xxx (-) xxx xxx (-) xxx
27
D. Penelitian Terdahulu Penulis melakukan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh biaya overhead pabrik terhadap perhitungan harga pokok penjualan pada perusahaan manufaktur. Untuk mendukung di dalam penelitian ini penulis menyajikan beberapa hasil penelitian sebelumnya yang membahas variabel tersebut secara terpisah. 1. Rachma Kumala Sari (2009) Penelitian Rachma Kumala Sari berjudul Pengaruh Biaya Overhead Pabrik Terhadap Perhitungan Harga Pokok Penjualan pada Perusahaan Industri di Bursa Efek Indonesia. Variable independen yang digunakan pada penelitian ini adalah biaya overhead pabrik dan variable dependen adalah biaya harga pokok penjualan. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan yang terdapat di Bursa Efek Indonesia sebanyak 20 perusahaan industri di Indonesia, untuk periode 2004-2006, metode penelitian yang digunakan adalah metode kausal. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling method. Pengujian dilakukan dengan menggunakan persamaan regresi sederhana dan analisa koefisien korelasi. Dari hasil analisa menunjukkan persamaan regresi Y = 8.256 + 0.751X.