BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
II.1 Profesi Akuntan Publik II.1.1 Pengertian Akuntan Publik Pengertian akuntan publik, menurut Arens, Elder dan Beasley (2005:19) adalah sebagai berikut: a person who has met state regulatory requirements, including passing the uniform CPA Examinitation and has thus been certified. A CPA may have as his or her primary responsibility the performance of the audit function on published historical financial statements of commercial and noncommercial financial entities.
Dalam Standar Profesional Akuntansi (2001;2000.1), memberikan definisi akuntan publik sebagai berikut: “Akuntan publik adalah akuntan yang memiliki izin dari Menteri Keuangan atau pejabat yang berwenang lainnya untuk menjalankan praktik akuntan publik”. Arens, Elder dan Beasley yang diterjemahkan oleh Tim Dejacarta (2003:26) mendefinisikan akuntan publik, sebagai berikut: “Akuntan publik adalah seseorang yang telah memenuhi persyaratan yang diajukan oleh negara bagian, termasuk kewajiban menempuh ujian akuntan publik, dan kemudian berhak atas sertifikat akuntan publik; seorang akuntan publik memiliki tanggung jawab utama untuk melaksanakan fungsi audit atas laporan keuangan historis yang dipublikasikan, dari entitas yang secara keuangan bersifat komersial maupun non komersial”.
9
Kantor Akuntan Publik melaksanakan empat jenis jasa utama, yaitu: jasa akuntansi dan pembukuan, jasa perpajakan, jasa konsultasi manajemenserta jasa auditing. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa akuntan publik adalah seseorang yang berhak menyandang gelar atau sebutan akuntanyang telah mendapatkan izin dari Menteri Keuangan atau pejabat berwenang lainnya untuk memberikan jasa profesionalnya yaitu jasa akuntansi dan pembukuan, auditingdan perpajakan dan jasa konsultasi manajemen dimana jasa-jasanya tersebut berhubungan langsung dengan tingkat kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat. Menurut Farhan (2009:35), persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi akuntan publik dalam SK Menteri Keuangan No 423/KMK.66/2002 tentang jasa akuntan publik adalah sebagai berikut: 1. Memiliki Ijasah Akuntan dan Ijasah Sarjana Akuntansi sesuai UU No.34/54 2. Surat tanda memiliki Register Negara Akuntan yang dikeluarkan Departemen Keuangan. 3. Surat keterangan yang menyatakan bahwa yang bersangkutan telah menyelesaikan Wajib Kerja Sarjana. 4. Memiliki Kantor serta peralatan-peralatannya sebagai sarana untuk melakukan praktek Akuntan Publik. 5. Memiliki Nomor Wajib Pajak. 6. Memiliki Kartu Tanda Pengenal Penduduk. 7. Memiliki staf akuntansi, atau akuntan dan pegawai lainnya. 8. Memiliki surat izin dari atasannya kalau yang bersangkutan bekerja di lembaga negara di luar Departemen Keuangan (Pegawai Departemen Keuangan tidak dibenarkan membuka kantor Akuntan). 9. Memiliki pengalaman kerja di kantor akuntan publik lainnya minimal 2 tahun. 10. Mendapat surat keterangan dan rekomendasi dari Pengurus Pusat IAI. 11. Kalau kantornya berbentuk kerjasama, surat perjanjian antara partner harus dilampirkan. 12. Tidak boleh merangkap sebagai eksekutif pada perusahaan lain.
10
II.2 Kantor Akuntan Publik Menurut SK. Menkeu No. 43/KMK.017/1997 tertanggal 27 Januari 1997 sebagaimana diubah dengan SK. Menkeu No. 470/KMK.017/1999 tertanggal 4 Oktober 1999, Kantor Akuntan Publik adalah lembaga yang memiliki izin dari Menteri Keuangan sebagai wadah bagi akuntan publik dalam menjalankan pekerjaannya. Menurut Jusup (2001;20), bentuk usaha KAP yang dikenal menurut hukum di Indonesia ada dua macam yaitu: 1. KAP dalam bentuk Usaha Sendiri. KAP bentuk ini menggunakan nama akuntan publik yang bersangkutan. 2. KAP dalam bentuk Usaha Kerjasama. KAP bentuk ini menggunakan sebanyaknya tiga nama akuntan publik yang menjadi rekan/partner dalam KAP yang bersangkutan. Penanggung jawab KAP Usaha Sendiri adalah akuntan publik yang bersangkutan, sedangkan penanggung jawab KAP Usaha Kerjasama adalah dua orang atau akuntan publik yang masing-masing merupakan rekan/partner dan salah seorang bertindak sebagai rekan pimpinan (Pasal 3 ayat 2 dan 3 SK. Menkeu No. 43/1997).
II.2.1 Aktivitas Kantor Akuntan Publik Menurut Arens, Elder dan Beasley (2003:38), kantor akuntan publik menyediakan jasa profesionalnya seperti jasa assurancedanjasa-jasa atestasi.
11
1. Jasa Assurance Pelayanan assurance (pelayanan verifikasi) adalah pelayanan atau jasa profesional independen yang dapat meningkatkan kualitas informasi bagi para pembuat keputusan. Individu yang bertanggung jawab atas pembuat keputusan bisnis akan mencari pelayanan assurance untuk membantu meningkatkan keterpercayaan dan kesesuaian informasi yang digunakan sebagai dasar keputusan mereka. Kantor akuntan publik menyediakan jasa assurance, khususnya jasa assurance tentang informasi laporan keuangan historis. Saat ini, akuntan publik telah mengembangkan jenis-jenis jasa yang mereka berikan termasuk perjanjian untuk memberikan keandalan tentang berbagai informasi, seperti keandalan tentang proyeksi keuangan perusahaan dan keandalan atas pengendalian situssitus internet. 2. Jasa-jasa atestasi. Atestasi adalah salah satu jenis jasa assuranceyang disediakan oleh kantor akuntan publik, dimana akuntan publik akan menerbitkan laporan tertulis yang isinya antara lain berupa suatu kesimpulan tentang kepercayaan atas asersi (pernyataan yang menyebutkan sesuatu itu benar) yang dibuat oleh pihak lain. Terdapat tiga kategori jasa atestasi : audit atas laporan keuangan historis, tinjauan (review) atas laporan keuangan historis dan jasa atestasi lainnya.
12
Didalam jasa-jasa tambahan yang umumnya disediakan oleh kantor akuntan publik tersebut, terdapat pula jasa non assurance yaitu jasa akuntansi dan pembukuan, jasa perpajakan dan jasa konsultasi manajemen. 1. Jasa akuntansi dan pembukuan. Klien kecil dengan staf akuntan yang terbatas menyandarkan diri pada kantor akuntan publik untuk mempersiapkan laporan keuangan mereka.
Mereka
kekurangan
personil
atau
keahlian
untuk
mempersiapkan jurnal dan buku besar mereka sendiri. Selanjutnya, kantor akuntan publik melaksanakan serangkaian jasa akuntansi dan pembukuan untuk memenuhi kebutuhan dari para klien ini. 2. Jasa Perpajakan Kantor akuntan publik juga mempersiapkan perhitungan pajak penghasilan bagi perusahaan dan perseorangan baik bagi klien jasa audit maupun klien non jasa audit. Sebagai tambahan, pajak bumi dan bangunan, pajak hadiah, perencanaan perpajakan serta aspek lainnya dari jasa perpajakan disediakan pula oleh sebagian besar kantor akuntan publik. 3. Jasa Konsultasi Manajemen Mayoritas Kantor Akuntan Publik menyediakan beberapa jasa tertentu yang membuat kliennya mampu mengelola bisnis secara lebih efektif. Jasa ini dikenal dengan sebutan jasa konsultasi manajemen atau jasa penasihat manajemen. Jasa-jasa ini beragam 13
mulai dari saran-saran sederhana untuk meningkatkan sistem akuntansi kien hingga saran dalam strategi pemasaran.
II.2.2 Hirarki Khas Kantor Akuntan Publik Level dan tanggung jawab staff sebagaimana yang dikemukakan oleh Arens, Elder dan Beasley diuraikan pada tabel di bawah ini: Tabel 2.1 Level dan Tanggung Staff pada Kantor Akuntan Publik Level Staff
Rata-rata
Tanggung Jawab
pengalaman
yang Khas
Auditor pemula
0 – 2 tahun
Senior atau auditor yang memimpin audit
2- 5 tahun
Melaksanakan sebagian besar detil-detil audit Mengkoordinasikan dan bertanggung jawab atas audit di lapangan, termasuk mengawasi dan mereview pekerjaan auditor semula. Membantu auditor yang memimpin audit dalam merencanakan dan mengelola audit, mereview pekerjaan auditor penanggung jawab, serta menjaga hubungan dengan klien. Manajer dapat bertanggung jawab atas lebih dari satu pekerjaan pada saat yang bersamaan
Manajer
5 – 10 tahun
14
Rekan
Lebih dari 10 tahun
Mereview keseluruhan pekerjaan audit dan terlibat dalam pembuatan keputusan audit yng penting. Rekan adalah pemilik perusahaan, dan ia memiliki tanggung jawab mutlak untuk melaksanakan audit dan melayani kliennya.
Tabel ini mengikhtisarkan pengalaman dan tanggung jawab pada masing-masing tingkatan klasifikasi di dalam kantor akuntan publik. Anggota staf audit pada umumya memperoleh beragam pengalaman dari berbagai macam penugasan dengan klien. Karakteristik hirarki dalam kantor akuntan publik, membantu meningkatkan kompetensi. Para individu pada setiap tingkatan audit mengawasi dan mereview pekerjaan rekannya yang berada pada tingkatan struktur organisasi di bawah mereka.
II.3 Auditing Definisi audit menurut Boynton, Kell dan Ziegler (2001:4) adalah sebagai berikut: “Auditing is a systematic process of objectively obtaining and evaluating evidence regarding assertions about economic actions and events to ascertain the degree of correspondence between those assertions and established criteria and communicating the result to interested users”.
15
II.3.1
Jenis-jenis Auditor
Dalam prakteknya sekarang terdapat beberapa tipe auditor. Menurut Arens, Elder dan Beasleyyang diterjemahkan oleh Tim Dejacarta (2003:21) menyebutkan jenis-jenis auditor adalah sebagai berikut: 1. Auditor Independen atau Akuntan Publik Tugasnya melakukan fungsi pengauditan atas laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan. Pengauditan ini dilakukan pada perusahaan terbuka, yaitu perusahaan yang go public atau yang akan go public, perusahaan-perusahaan besar dan juga perusahaan kecil serta organisasiorganisasi yang tidak bertujuan mencari laba. Praktik akuntan publik harus dilakukan melalui suatu Kantor Akuntan Publik (KAP). 2. Auditor Pemerintah Auditor pemerintah adalah auditor yang bertugas melakukan audit atas keuangan pada instansi-instansi pemerintah. Salah satu contoh adalah evaluasi pelaksanaan komputerisasi suatu badan pemerintah. Dalam hal ini, para auditor dapat meninjau dan menganalisis penilaian terhadap kekayaan peralatan, efisiensi operasi, kecukupan dan kegunaan keluaran. 3. Auditor Pajak. Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang berada dibawah Departemen Keuangan Republik Indonesia, bertanggungjawab atas penerimaan negara dari sektor perpajakan dan penegakan hukum dalam pelaksanaan ketentuan perpajakan. Aparat pelaksanaan DJP dilapangan adalah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dan Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak (Karikpa). Karikpa mempunyai 16
auditor-auditor khusus. Tanggungjawab Karikpa adalah melakukan audit terhadap para wajib pajak tertentu untuk menilai apakah telah memenuhi ketentuan perundangan perpajakan. 4. Auditor Internal Auditor internal merupakan auditor yang bekerja pada suatu perusahaan dan oleh karenanya berstatus sebagai pegawai pada perusahaan tersebut. Tugas utamanya ditujukan untuk membantu manajemen perusahaan tempat dimana ia bekerja.
II.3.2 Jenis-jenis Audit Menurut Boynton, Johnson dan Kell yang diterjemahkan oleh Budi S.I (2003:6), terdapat tiga jenis audit, yaitu audit laporan keuangan, audit kepatuhan dan audit operasional. 1. Audit Laporan Keuangan Audit laporan keuangan mencakup perolehan dan pengevaluasian bukti-bukti atas laporan keuangan entitas yang menjadi dasar untuk menyatakan pendapat mengenai apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. 2. Audit Kepatuhan Audit kepatuhan mencakup perolehan dan pengevaluasian bukti-bukti untuk menentukan apakah aktivitas keuangan atau aktivitas operasi suatu entitas tertentu telah sesuai dengan persyaratan, peraturan dan perundang-undangan spesifik. 17
3. Audit Operasional Audit operasional mencakup perolehan dan pengevaluasian bukti-bukti mengenai efisiensi dan efektifitas dari aktivitas operasi suatu entitas dalam kaitannya dengan tujuan spesifik. Namun, Soekrisno (2004:9)menjelaskan jasa-jasa audit ditinjau dari luasnya pemeriksaan dan jenis pemeriksaan. Jasa-jasa audit yang ditinjau dari luasnya adalah sebagai berikut: 1. General Audit(Pemeriksaan Umum) Suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan, dengan tujuan untuk mendapatkan pernyataan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan telah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Pemeriksaan tersebut dilakukan dengan Standar Profesional Akuntan Publik, dan aturan etika yang telah disahkan oleh IAI. 2. SpecialAudit (Audit Khusus) Suatu pemeriksaan terbatas (audit khusus) sesuai dengan kebutuhan perusahaan (klien) dan pada akhir pemeriksaan auditor tidak perlu memberikan pendapat atas laporan keuangan perusahaan. Jenis jasa ini dapat berupa audit atas pos-pos tertentu dari laporan keuangan, audit atas laporan keuangan yang disusun berdasarkan suatu basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Biasanya jasa audit ini
18
untuk melihat adanya kecurangan atau tidak, jika ada berapa besar jumlahnya dan bagaimana modus operandinya. Sedangkan jasa audit yang ditinjau dari jenis pemeriksaan adalah sebagai berikut: 1. Management Audit (Audit Operasional) Pemeriksaan yang dilakukan terhaap kegiatan operasi perusahaan. Pemeriksaan tersebut termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen. Managemen audit bertujuan untuk mengetahui apakah kegiatan operasi perusahaan telah dilakukan secara efektif, efesien dan ekonomis. 2. Compliance Audit (Pemeriksaan Ketaatan) Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan telah mentaati peraturan-peraturan yang berlaku atau kebijakan-kebijakan yang telah ditetepkan oleh pihak perusahaan maupun oleh pemerintah. Pemeriksaan ketaatan dapat dilakukan oleh internal auditor perusahaan atau oleh auditor independen dari KAP. 3. Jasa Review Laporan Keuangan Pemeriksaan ini dilakukan untuk memperoleh keyakinan bahwa tidak terdapat modifikasi material yang harus dilakukan atas laporan keuangan. Memastikan bahwa laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang mberlaku umum di Indonesia atau sesuai dengan basis akuntansi Komprehensif yang lain.
19
4. Jasa Kompilasi (Penyusunan) Laporan Keuangan Kompilasi laporan keuangan perusahaan adalah jasa penyusunan laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas serta catatan atas laporan keuangan, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, berdasarkan dokumen, catatan dan informasi keuangan lainnya yang diberikan perusahaan. 5. Jasa Atestasi Jasa ini bertujuan untuk menguji keandalan suatu pernyataan (asersi) yang dimuat dalam suatu laporan yang dikeluarkan dan menjadi tanggung-jawab manajemen perusahaan atau pihak lain. Pengujian ini dilakukan melalui pemeriksaan, review dan pengujian berdasarkan prosedur yang disepakati bersama. 6. Jasa Konsultasi Jasa konsultansi yang biasadiberikan adalah berbagai bentuk dan bidang sesuai dengan kompetensi/keahlian Akuntan Publik. Jasa ini bervariasi, misalnya : konsultasi
umum
implementasi
kepada
sistem
manajemen
akuntansi,
perusahaan,
penyusunan
perancangan
proposal
keuangan
dan dan
sebagainya. 7. Computer Audit Pemeriksaan yang dilakukan terhadap perusahaan yang memproses data akuntansinya dengan menggunakan EDP (Elektronik Data Processing) system. Ada dua metode yang dapat digunakan yaitu audit around the computer dan audit through the computer. 20
II. 4 Standar Profesional Akuntan Publik Untuk menjalankan tugas auditing atau jasa-jasa audit di atas, maka seorang auditor memerlukan panduan dalam melaksanakan tugas. Standar Auditing terdiri atas 10 standar, dan terbagi dalam 3 kelompok. Isi dari Standar Profesional Akuntan Publik tersebut adalah: A.
Standar Umum 1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang memadai sebagai seorang auditor. 2. Dalam semua hal yang berkaitan dengan penugasan, auditor harus senantiasa menjaga sikap mental independen. 3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
B.
Standar Pekerjaan Lapangan 1. Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan apabila digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. 2. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus diperoleh agar dapat merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan. 3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, observasi, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit. 21
C.
Standar Pelaporan 1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. 2. Laporan auditor harus menunjukkan keadaan di mana prinsip akuntansi tidak diterapkan secara konsisten dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan prinsip akuntansi yang diterapkan pada periode sebelumnya. 3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor. 4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara menyeluruh, atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat yang menyeluruh tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditor yang dilaksanakan, dan jika ada, tingkat tanggung jawab yang dipikulnya.
II.5 Opini Akuntan Publik Laporan audit merupakan bagian penting dari proses audit karena di dalam laporan itu dijelaskan apa yang telah dilakukan oleh auditor dan kesimpulan apa yang diperoleh. Menurut Arens, Elder dan Beasley (2003:17) laporan audit merupakan komunikasi atas temuan auditor kepada para pengguna informasi. Sedangkan Jusup (2001:57) mengemukakan definisi laporan audit sebagai berikut: 22
“Laporan audit adalah alat formal yang digunakan oleh auditor dalam mengkomunikasikan kesimpulan tentang laporan keuangan yang diaudit kepada pihak-pihak yang berkepentingan”. Terdapat tujuh unsur di dalam laporan audit, yaitu judul laporan, alamat laporan audit, paragraf pendahuluan (pernyataan fakta), paragrafscope, paragraf pendapat (kesimpulan), nama KAP dan tanggal laporan audit. Pada paragraf terakhir dalam laporan audit menyajikan kesimpulan auditor berdasarkan hasil dari proses audit yang dilakukan. Sehingga, seringkali seluruh laporan audit dinyatakan secara sederhana sebagai pendapat auditor. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan opini sebagai pendapat, pikiran pendirian. Pendapat auditor mengenai kelangsungan hidup akan dapat mempengaruhi klien menurut Mayangsari (2003:8). Opini auditor berarti pendapat auditor atas kelayakan laporan keuangan dibandingkan dengan peraturan akuntansi yang berlaku umum dan pendapat auditor juga mengenai kelangsungan hidup perusahaan klien.
2.5.1 Jenis-jenis Opini Audit Auditor yang telah melaksanakan tugas auditing akan memberikan laporannya dalam bentuk opini. Jenis-jenis opini yang diberikan oleh auditor menurut Arens, Elder dan Beasley (2001:70) antara lain: 1.
Wajar tanpa syarat (unqualified) Laporan wajar tanpa syarat dikeluarkan oleh auditor apabila kondisi-kondisi berikut terpenuhi: 1. seluruh laporan keuangan telah lengkap diberikan, 23
2. semua aspek dari SPAP telah dipatuhi dalam penugasan audit, 3. bukti audit yang memadai telah terkumpul dan standar pelaksanaan telah dipatuhi, 4. laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan standar yang berlaku umum, 5. tidak ada situasi yang membuat auditor merasa perlu menambahkan sebuah paragraf penjelas atau memodifikasi kalimat. 2.
Wajar
Tanpa
Syarat
dengan
Paragraf
Penjelas
atau
Modifikasi
Kalimat(unqualified audit report with explanatory paragraph or modified wording). Suatu proses audit telah dilaksanakan dengan hasil yang memuaskan serta laporan keuangan telah disajikan dengan wajar, tetapi auditor merasa perlu memberikan informasi
tambahan.
Berikut
ini
adalah
penyebab-penyebab
utama
ditambahkannya suatu paragraf penjelasan atau modifikasi kalimat pada laporan audit: 1. Tidak adanya konsistensi dalam penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum, 2. Ketidakpastian atas kelangsungan hidup perusahaan (going concern), 3. Auditor menyetujui terjadinya penyimpangan dari prinsipakuntansi yang berlaku umum, 4. Penekanan pada suatu masalah, 5. Laporan yang melibatkan auditor lainnya. 24
3.
Wajar dengan Pengecualian (qualified) Auditor menyimpulkan bahwa keseluruhan laporan keuangan memang telah disajikan dengan wajar, tetapi lingkup audit telah dibatasi secara material atau terjadi penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum pada saat penyiapan laporan keuangan.
4.
Tidak Wajar (Adverse) atau Menolak Memberikan Pendapat (Disclaimer) Pendapat tidak wajar (adverse) digunakan saat auditor percaya bahwa secara material keseluruhan laporan keuangan telah disajikan secara tidak wajar, sehingga laporan keuangan tersebut tidak menyajikan posisi keuangan atau arus kas yang wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Laporan audit yang tidak memberikan pendapat diterbitkan pada saat auditor tidak dapat meyakinkan dirinya sendiri bahwa laporan keuangan yang diauditnya telah disajikan secara wajar. Penolakan pemberian pendapat ini berbeda dengan pemberian pendapat tidak wajar, sebab penolakan pemberian pendapat terjadi saat auditor kurang memiliki pengetahuan atas penyajian laporan keuangan, sementara untuk menyatakan pendapat tidak wajar, seorang auditor harus memiliki pengetahuan bahwa laporan keuangan tidak disajikan secara wajar.
II. 6 Pengertian Skeptisme Dalam SPAP (2001:230.2) disebutkan bahwa yang dimaksud skeptisme yaitu: “suatu sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit”.
25
Dan menurut Noviyanti(2008:107), skeptisme didefinisikan sebagai berikut: “Sikap profesional auditor merupakan sikap (attitude) auditor dalam melakukan penugasan audit dimana sikap ini mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti”.
Dalam penelitian tentang skeptisme profesional, Shaub dan Lawrence menyatakan sebagai berikut: “to seek a balance in client relationship between trust and suspicion.” Jadi sebuah sikap yang menyeimbangkan antara sikap curiga dan sikap percaya. Keseimbangan sikap antara percaya dan curiga ini tergambarkan dalam perencanaan audit dengan prosedur audit yang dipilih dan dilakukannya. Dapat disimpulkan bahwa sikap skeptisme merupakan sikap yang wajib dimiliki oleh para auditor akan bukti-bukti yang diberikan oleh klien. Auditor tidak boleh begitu saja mempercayai bukti-bukti yang ada dikarenakan auditor telah lama mengaudit perusahaan tersebut.Dengan adanya sikap skeptisme berarti adanya suatu sikap kritis terhadap bukti audit dalam bentuk keraguan, pertanyaan atau ketidak setujuan dengan pernyataan klien.Seorang auditor yang skeptis, tidak akan menerima begitu saja penjelasan dari klien, tetapi akan mengajukan pertanyaan untuk memperoleh alasan, bukti dan konfirmasi mengenai objek yang dipermasalahkan. Jika seorang auditor memiliki sikap ini, maka dapat mencapai efektivitas prosedur audit dan memperoleh bukti audit yang kompeten yang memadai sebagai dasar untuk memberikan opini audit. Skeptisme tidak berarti bersikap sinis, terlalu banyak mengkritik atau melakukan penghinaan. Auditor yang memiliki skeptisme professional akan memiliki pertanyaan 26
pertanyaan sebagai berikut: (1) apa yang perlu saya tahu? (2) bagaimana saya bisa mendapat informasi itu dengan baik?, (3) apakah informasi yang saya peroleh masuk akal. Auditor tidak menganggap bahwa manajemen adalah tidak jujur, namun juga tidak menganggap
bahwa
kejujuran
manajemen
tidak
dipertanyakan
lagi.Dalam
menggunakan skeptisme professional, auditor tidak harus puas dengan bukti yang kurang persuasif karena keyakinannya bahwa manajemen adalah jujur.
II.7 Pengertian Struktur Audit Pengertian struktur menurut Wursanto (2003:20) memberikan definisi bahwa: “Struktur adalah susunan atau hubungan daripada setiap bagian secara keseluruhan. Bagian disini merupakan kumpulan beberapa kegiatan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan tertentu”. Kumpulan dari beberapa kegiatan tersebut kemudian disusun sedemikian rupa, sehingga membentuk sebuah prosedur standar yang menjelaskan bagian pekerjaan mana yang harus didahulukan, serta oleh siapa bagian tersebut dikerjakannya. Adanya struktur menunjukkan adanya keteraturan atau adanya perencanaan. Hal ini dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Selanjutnya, mengenai pengertian audit menurut Arens, Elder dan Beasley yang diterjamahkan oleh Tim Dejacarta (2001:15) memberikan definisi bahwa: “Audit adalah pengumpulan serta pengevaluasian bukti-bukti atas informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian informasi tersebut dengan
27
kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilaksanakan oleh seseorang yang kompeten dan independen”. Menurut Bowrin (1998:40), struktur audit adalah sebuah pendekatan sistematis terhadap auditing yang dikarakteristikkan oleh langkah-langkah penentuan audit, prosedur rangkaian logis, keputusan, dokumentasi, dan menggunakan sekumpulan alatalat dan kebijakan audit yang komprehensif dan terintregasi untuk membantu auditor dalam melakukan audit. Berdasarkan definisi-definisi diatas, maka struktur audit dapat diartikan sebagai proses atau susunan prosedur yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan audit. Artinya bagaimana suatu kegiatan audit disusun sedemikian rupa untuk kemudian dilaksanakan sehingga tercapai tujuannya. Perbedaan konsep antara struktur audit dengan struktur organisasi adalah pada ruang lingkupnya. Struktur audit lebih kepada proses yang digunakan untuk melaksanakan tugas audit di dalam kantor akuntan publik untuk mencapai tujuan audit.Sedangkan, konsep struktur organisasi lebih kepada hubungan antar tiap komponen dalam suatu perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan perusahaan. Penggunaan pendekatan struktur audit memiliki keuntungan, yaitu mendorong efektivitas dan efisiensi, mengurangi litigasi yang dihadapi KAP, mempunyai dampak positif terhadap konsekuensi sumber daya manusia dan dapat memfasilitasi diferensiasi pelayanan atau kualitas.
II.8 Pengertian Pengalaman Pengalaman yang dimaksudkan disini adalah pengalaman auditor dalam 28
melakukan pemeriksaan laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu, maupun banyaknya penugasan yang pernah dilakukan.Dian Indri Purnamasari (2005:35) berpendapat bahwa seorangkaryawan yang memiliki pengalaman kerja yang tinggi akan memiliki
keunggulandalam
beberapa
hal
diantaranya
mendeteksi
kesalahan,
memahamikesalahan dan mencari penyebab munculnya kesalahan. Keunggulan tersebutbermanfaat bagi pengembangan keahlian. Berbagai macam pengalaman yangdimiliki individu akan mempengaruhi pelaksanakan suatu tugas.Seseorang yang berpengalaman memiliki cara berpikir yang lebih terperinci dan lengkap dibandingkan seseorang yang belum berpengalaman. Pengalaman
kerja
dapat
memperdalam
dan
memperluas
kemampuan
kerja.Khususnya bagi auditor pada saat tugas audit, maka tidak mengherankan bila terkadang cara yang dilakukan seorang auditor yang rendah pengalaman (junior) jika dibandingkan dengan auditor luas pengalaman (senior) akan berbeda, dalam menggunakan atau menanggapi informasi yang dipakai dalam melakukan pertimbangan atau judgement-nya. Menurut Meidawati (2001:70), pengalaman merupakan atribut yang penting yang dimiliki auditor, terbukti dengan tingkat kesalahan yang dibuat auditor, auditor yang sudah berpengalaman biasanya lebih dapat mengingat kesalahan atau kekeliruan yang tidak lazim dan lebih selektif terhadap informasi-informasi yang relevan dibandingkan dengan auditor yang kurang berpengalaman.Auditor yang berpengalaman juga memperlihatkan tingkat perhatian selektif yang lebih tinggi terhadap informasi yang relevan. Dapat disimpulkan bahwa, semakin sering seseorang melakukan pekerjaan yang sama, 29
semakin terampil dan cepat dia menyelesaikan pekerjaan tersebut. Semakin banyak macam pekerjaan yang dilakukan seseorang, pengalaman kerjanya semakin kaya dan luas dan meningkatkan kinerja.
II.9Pengertian Independensi Arens, Elder dan Beasley (2001:124) mendefinisikan independensi sebagai berikut: “Independensi dalam audit yaitu cara pandang yang tidak memihak di dalam pelaksanaan pengujian, evaluasi hasil pemeriksaan dan penyusunan laporan audit”.
Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (2001:220.10) disebutkan bahwa: “seorang auditor harus bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum (dibedakan dalam hal ia berpraktik sebagai auditor intern). Dengan demikian, ia tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapa pun, sebab bagaimana sempurnanya keahlian teknis yang ia miliki, ia akan kehilangan sikap tidak memihak, yang justru sangat penting untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya.” Auditor harus bersikap independensi dalam fakta (in fact)dan independensi dalam penampilan (in appearance). Independensi dalam fakta adalah kemampuan auditor untuk mengambil sudut pandang tidak biasa dalam penampilan dan jasa profesional. Independensi dalam fakta (in fact) akan ada apabila pada kenyataannya seorang auditor mampu mempertahankan sikap yang tidak memihak sepanjang pelaksanan auditnya. 30
Sikap independen ini adalah sikap mental yang ada dalam diri pribadi akuntan publik.Sedangkan, independensi dalam penampilan (in appearance)merupakan hasil interprestasi dari pihak lain mengenai independensi ini. Kepercayaan masyarakat umum atas independensi sikap auditor independen sangat penting bagi perkembangan profesi akuntan publik.Independensi diperlukan oleh akuntan publik untuk memperoleh kepercayaan dari klien dan masyarakat, khususnya pemakai laporan keuangan.Kepercayaan masyarakat akan menurun jika terdapat bukti bahwa independensi sikap auditor ternyata berkurang. Karena adanya berbagai kepentingan, maka independensi auditor sangat diperlukan, untuk meningkatkan profesionalnya. Berkaitan dengan independensi, AICPA memberikan prinsip-prinsip berikut sebagai panduan: 1. Auditor dan perusahaan tidak boleh bergantung dalam hal keuangan terhadap klien 2.
Auditor dan perusahaan seharusnya tidak terlibat dalam konflik kepentingan yang akan mengganggu objektivitas mereka berkenaan dengan cara-cara yang mempengaruhi laporan keuangan
3.
Auditor dan perusahaan seharusnya tidak memiliki hubungan dengan klien yang akan mengganggu objektivitas auditor.
II.10 Penelitian Terdahulu Sebagai acuan terhadap penelitian ini terdapat beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Maghfirah Gusti (2008) menyimpulkan bahwaterdapat hubungan yang positif antara skeptisme profesional 31
auditor dengan ketepatan pemberian opini auditor oleh akuntan publik.Sedangkan etika, pengalaman dan keahlian tidak berpengaruh terhadap ketepatan opini auditor. Penelitian yang dilakukan oleh Suzy Noviyanti (2008) yang melakukan penelitian mengenai skeptisme dan menyimpulkan bahwa sikap skeptisme auditor dipengaruhi oleh tipe kepribadian dari seorang auditor dan auditor yang diberikan penaksiran resiko kecurangan memiliki sikap skeptisme yang tinggi dibanding auditor yang tidak diberikan penaksiran resiko kecurangan. Penelitian mengenai struktur audit oleh Zaenal Fanani (2008), dapat disimpulkan bahwa struktur audit dapat membantu auditor dalam melaksanakan tugasnya menjadi lebih baik sehingga dapat meningkatkan kinerja auditor.Sedangkan, penelitian yang dilakukan oleh Dedi Abdul (2004) menyimpulkan struktur audit mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan auditor.Penelitian yang dilakukan oleh Enggar Diah Puspa Arum (2008:46) menyimpulkan bahwa pengalaman audit menunjukkan pengaruh positif terhadap pertimbangan auditor dalam mengevaluasi bukti audit. Penelitian yang berkaitan dengan independensi dilakukan oleh Sekar Mayangsari (2003) dan ia menyimpulkan bahwa auditor yang memiliki keahlian dan independensi akan memberikan pendapat tentang kelangsungan hidup perusahaan yang cenderung besar dibandingkan yang hanya memiliki salah satu karakteristik atau sama sekali tidak memiliki keduanya, dan auditor yang independen memberikan pendapat yang tepat dibandingkan yang tidak.Menurut Adi Purnomo (2007), faktor-faktor keahlian yaitu pengalaman dan pengetahuan berpengaruh terhadap pendapat audit. Sedangkan faktorfaktor independensi menurut persepsi auditor hanya tekanan klien yang berpengaruh terhadap opini audit. Hery (2006) menggunakan variabel bebas yaitu etika profesi 32
akuntan publik dan variabel terikatnya adalah keputusan atau pendapat auditor. Hery menyimpulkan
para auditor yang bekerja secara profesional telah memahami
pelaksanaan etika profesi yang berlaku, etika profesi khususnya independensi, integritas dan obyektivitas tidak berpengaruh terhadap pengambilan keputusan, standar umum dan prinsip akuntansi mempengaruhi pengambilan keputusan auditor yang dapat dipertanggung jawabkan. Putri (2010) melakukan penelitian dengan tiga variable independen yang mempengaruhi ketepatan opini auditor, yaitu kode etik, ketrampilan auditor dan skeptisme. Ia menarik kesimpulan bahwa kode etik dan skeptisme tidak mempengaruhi ketepatan opini auditor, sedangkan ketrampilan auditor memiliki pengaruh terhadap ketepatan opini auditor. Medalia (2010) melakukan penelitian dengan dua variable independen yang mempengaruhi ketepatan opini auditor yaitu etika dan kompetensi, sedangkan skeptisme profesional sebagai variable intervening. Berdasarkan penelitiannya, etika berpengaruh terhadap skeptisme profesional namun etika tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ketepatan pemberian opini auditor. Kompetensi auditor berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pemberian opini auditor tanpa melalui skeptisme profesional auditor.Dalam hal ini, yang mendasari kompetensi seorang auditor adalah pelatihan teknis, pendidikan formal dan pengalaman. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Ida (2005), mempunyai empat variable independen yang mempengaruhi skeptisme profesional dan ketepatan pemberian opini audit, yaitu etika, kompetensi, pengalaman dan risiko audit. Ia menerangkan bahwa.etika, kompetensi, pengalaman audit dan risiko audit berpengaruh positif terhadap ketepatan pemberian opini akuntan publik baik secara parsial maupun secara 33
simultan.
II.11 Pengembangan Hipotesis Seorang auditor yang skeptis, tidak akan menerima begitu saja penjelasan dari klien, tetapi akan mengajukan pertanyaan untuk memperoleh alasan, bukti dan konfirmasi mengenai objek yang dipermasalahkan. Jika seorang auditor memiliki sikap ini, maka dapat mencapai efektivitas prosedur audit dan memperoleh bukti audit yang kompeten yang memadai sebagai dasar untuk memberikan opini audit. Berdasarkan uraian di atas, maka dibuatlah hipotesis sebagai berikut: Ha1
: Sikap Skeptisme Profesional auditor
memiliki pengaruh terhadap
ketepatan opini auditor.
Seorang auditor yang memiliki banyak pengalaman dan pelatihan maka, seorang auditor akan semakin terampil. Sebagai hasilnya akan semakin banyak informasi yang diperoleh. Informasi tersebut digunakan sebagai dasar pemberian opini audit. Berdasarkan uraian di atas, maka dibuatlah hipotesis sebagai berikut: Ha2
: Pengalaman audit memiliki pengaruh terhadap ketepatan opini auditor.
Seorang
auditor harus menjalankan tugasnya secara profesional agar dapat
memberikan opini yang tepat. Penggunaan struktur audit dapat membantu auditor dalam melaksanakan tugasnya menjadi lebih baik, sehingga dapat meningkatkan kinerja auditor. Auditor yang tidak memiliki pengetahuan tentang struktur audit yang jelas 34
cenderung mengalami kesulitan dalam menjalankan tugasnya, termasuk dalam pengambilan keputusan opini audit.Berdasarkan uraian di atas maka, disusunlah hipotesis sebagai berikut: Ha3
: Struktur audit memiliki pengaruh terhadap ketepatan opini auditor.
Independensi harus dipandang sebagai salah satu ciri auditor yang paling penting.Alasannya adalah begitu banyak pihak yang menggantungkan kepercayaannya kepada kelayakan laporan keuangan berdasarkan laporan auditor yang tidak memihak.Jika seorang auditor memihak kepada kepentingan siapa pun, ia akan kehilangan sikap tidak memihak, yang justru sangat penting untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya dalam memberikan opini audit.Berdasarkan uraian di atas maka, disusunlah hipotesis sebagai berikut: Ha4
: Independensi memiliki pengaruh terhadap ketepatan opini auditor.
Keputusan atau opini auditor yang dihasilkan berdasarkan informasi dan bukti yang telah diterima. Informasi dan bukti yang diterima oleh auditor dari klien tidak boleh begitu saja dipercayai (sikap skeptisme profesional). Pengalaman seorang auditor dalam menerima informasi berbeda dengan yang tidak berpengalaman oleh karena itu, pemberian opini akan lebih objektif bila dilakukan oleh auditor yang mempunyai pengalaman yang cukup.Jika seorang auditor memihak kepada kepentingan siapa pun, ia akan kehilangan sikap tidak memihak (independensi), yang justru sangat penting untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya dalam memberikan opini audit.Dalam pelaksanaan tugas sebagai auditor perlu adanya struktur audit yang jelas, sehingga dapat 35
membantu auditor dalam melakukan tugasnya dengan benar, sampai akhirnya auditor memberikan opininya. Berdasarkan uraian di atas maka dibuatlah hipotesis sebagai berikut: Ha5
: Skeptisme, pengalaman auditor, struktur auditdan independensi secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap ketepatan opini
auditor.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, maka kerangka penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Teoritis Gambar Model Penelitian Skeptisme
Pengalaman auditor Opini Audit Struktur audit
Independensi auditor
Sumber: Data diolah 36