BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL
2.1. KOPERASI DAN UMKM A. DEFINISI 1. Definisi Koperasi Menurut pasal 1 Undang Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian, koperasi didefinisikan sebagai berikut. Koperasi merupakan suatu badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Dari definisi koperasi di atas, dapat dilihat bahwa koperasi merupakan suatu badan usaha otonom yang anggotanya terdiri dari kumpulan orang atau badan hukum koperasi yang dalam menjalankan usahanya harus berlandaskan pada prinsip-prinsip koperasi.
2. Definisi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Pengertian tentang usaha kecil dan menengah tidak selalu sama, tergantung konsep yang digunakan. Berdasarkan pasal 1 Undang9
Undang No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), definisi dari Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah adalah sebagai berikut. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
Jika dilihat dari besarnya kekayaan bersih dan omzetnya, maka kriteria Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 dapat dilihat pada tabel 2.1. Tabel 2.1 Kriteria Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Usaha Menengah No. 1. 2. 3.
Uraian Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah
Kriteria Aset Maks. 50 Juta 50 Juta - 500 Juta 500 Juta - 10 Miliar
Omzet Maks. 300 Juta 300 Juta - 2,5 Miliar 2,5 Miliar - 50 Miliar
sumber: www.depkop.go.id
Berdasarkan tabel 2.1, dapat dilihat bahwa suatu unit usaha dikatagorikan sebagai Usaha Mikro, jika unit usaha tersebut memiliki 10
aset maksimun sebanyak Rp 50 juta dan omzetnya maksimum sebanyak Rp 300 juta, sedangkan unit usaha dikatagorikan sebagai usaha kecil apabila aset dan omzetnya masing-masing sebesar 50 Juta -
500 Juta dan 300 Juta - 2,5 Miliar, sedangkan suatu unit usaha
dikatagorikan sebagai usaha menengah jika memiliki aset sebesar Rp 500 Juta - 10 Miliar dan omzet sebesar Rp 2,5 Miliar - 50 Miliar.
B. KINERJA KOPERASI DAN UMKM 1. Kinerja Koperasi Pembangunan Koperasi di Indonesia menunjukkan kemajuan yang pesat pada periode tahun 2004 - 2008, jika diukur dengan jumlah koperasi, jumlah anggota, aktiva dan volume usahanya. Berdasarkan data dari Kementerian Negara Koperasi dan UKM, selama periode tersebut, pertumbuhan jumlah koperasi meningkat dari 130.730 unit pada tahun 2004 menjadi 154.964 unit pada tahun 2008 atau meningkat 24.234 unit atau 18.54 %. Selama periode tersebut, jumlah koperasi yang telah melaksanakan rapat anggota tahunan (RAT) mengalami peningkatan dari 46.310 unit pada tahun 2004 menjadi 47.150 unit pada tahun 2008, seiring dengan pertumbuhan jumlah koperasi. Dilihat dari jumlah anggotanya, jumlah anggota koperasi aktif pada tahun 2004 adalah sebanyak 27,523 juta orang. Jumlah ini
11
mengalami penurunan menjadi 27,318 juta orang pada tahun 2008 atau sekitar -0,74%. Dari jumlah tersebut, Koperasi mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 357.005 orang terdiri dari 30.562 manajer dan 326.443 karyawan pada tahun 2008. Jumlah ini mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2004 (tabel 2.2). Jika dilihat dari penyerapan tenaga kerja menurut kelompok usaha mikro, kecil, menengah dan besar, maka kontribusi penyerapan tenaga kerja nasional masih tergolong kecil, yaitu 0,35 % pada tahun 2004, 0,36 % pada tahun 2005, 0,39 % pada tahun 2006, 0,41 % pada tahun 2007, dan 0,38 % pada tahun 2008. Tabel 2.2 Perkembangan Data Koperasi Tahun 2004 dan 2008 Variabel
Tahun 2004
Tahun 2008
Jumlah Koperasi (unit) 130.730 154.964 Jumlah Koperasi Yang 46.310 47.150 Telah RAT Jumlah Anggota (orang) 27.523.053 27.318.619 Jumlah Manajer (orang) 28.841 30.562 Jumlah Karyawan (orang) 259.748 326.443 Modal Sendiri (Rp juta) 11.989.451,5 22.560.380,03 Modal Luar (Rp juta) 16.897.052,35 27.271.935,23 Volume usaha (Rp juta) 37.649.091,04 68.446.249,39 Sisa Hasil Usaha (Rp juta) 2.164.234,54 5.037.583,01 Sumber: Kementerian Negara Koperasi dan UKM, 2009 (diolah)
Pertumbuhan + 18,54% 1,81% -0,74 % 5,97% 25,68% + 88,17% + 61,4% + 81,8% + 132,77%
Modal sendiri koperasi mengalami peningkatan cukup signifikan selama periode tahun 2004 - 2008. Pada tahun 2004 modal sendiri koperasi
12
adalah sebesar Rp 11,9 milyar. Jumlah ini meningkat pada tahun 2008 menjadi Rp 22,56 milyar atau 88,17%. Modal luar juga mengalami peningkatan yang pesat dari Rp 16,89 milyar pada tahun 2004 menjadi Rp 27,27 milyar pada tahun 2008 atau nail sebesar 5,72 %. Volume usaha koperasi pada tahun 2004 adalah sebesar Rp 37,64 milyar. Jumlah ini meningkat menjadi Rp 68,44 milyar pada tahun 2008 atau mengalami peningkatan sebesar 81,8 %. Hasil usaha koperasi mengalami kenaikan sebesar 132,77 % selama periode 2004 – 2008. Dalam
perkembangan
usahanya,
telah
terjadi
pergeseran
paradigma pemasaran dari koperasi produsen ke arah koperasi konsumen dan koperasi jasa terutama simpan-pinjam. Kondisi ini didukung oleh kenyataan yang menunjukkan bahwa koperasi konsumen ternyata lebih efisien daripada koperasi produsen. Hal ini ditunjukkan oleh kontribusi KUD yang semakin menurun, dan meningkatnya pangsa koperasi konsumen dan koperasi simpan-pinjam dari total volume usaha koperasi.
2. Kinerja Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Peran usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dalam perekonomian Indonesia paling tidak dapat dilihat dari: 1) kedudukannya sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi di berbagai sektor, 2) penyedia lapangan kerja yang terbesar, 3) pemain penting dalam 13
pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan pemberdayaan masyarakat, 4) pencipta pasar baru dan sumber inovasi, serta 5) sumbangannya dalam menjaga neraca pembayaran melalui kegiatan ekspor. Posisi penting ini sejak dilanda krisis belum semuanya berhasil dipertahankan sehingga pemulihan ekonomi belum optimal. Perkembangan peran usaha mikro, kecil dan menengah yang besar ditunjukkan oleh sejumlah unit usaha dan pengusaha, serta kontribusinya terhadap pendapatan nasional, dan penyediaan lapangan kerja. Dilihat dari unit usahanya, jumlah unit usaha UMKM dapat dilihat pada tabel 2.3. Tabel 2.3. Perbandingan Unit Usaha UMKM Pada Tahun 2007 dan 2008
1 2 3 4
Skala Usaha
2007
2008
Pertumbuhan
Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah
49.828.586 498.565 38.282
50.597.659 520.221 39.657
2,86 % 4,34 % 3,59 %
49.824.123
51.257.537
2,88%
4.463
4.372
(2,04)%
Usaha Mikro, Kecil, Menengah 5 Usaha Besar Jumlah PDB
Sumber: BPS dan Kementerian Koperasi dan UKM, 2009 (diolah)
Dilihat dari penyerapan tenaga kerja, jumlah pekerja yang terserap pada sektor UMKM pada tahun 2008 tercatat sebanyak 90.896.270 pekerja atau meningkat 2,15 juta pekerja dibandingkan dengan tahun 2007
14
yang berjumlah 88.739.744 pekerja, atau terjadi peningkatan sebesar 2,3%. Tabel 2.4. Perbandingan Jumlah Pekerja Pada Tahun 2007 dan 2008 Skala Usaha
2007
2008
Pertumbuhan
1 2
Usaha Mikro Usaha Kecil
81.732.430 3.864.995
83.647.711 3.992.371
2,34 % 3,30 %
3
Usaha Menengah
3.142.319
3.256.188
3,62 %
88.739.744
90.896.270
2,43%
2.788.518
2.776.214
(0,44)%
4
Usaha Mikro, Kecil, Menengah 5 Usaha Besar Jumlah PDB
Sumber: BPS dan Kementerian Negara Koperasi dan UKM, 2009 (diolah)
Tabel 2.5. Perbandingan Komposisi PDB Menurut Kelompok Usaha Pada Tahun 2007 dan 2008 Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Milyar Rupiah) No
Skala Usaha
2007
2008
Pertumbuhan
1 2 3
Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah
620.251,1 203.847,3 275.202,7
654.762,7 217.219,9 293.274,9
5,56 % 6,56 % 6,57 %
1.099.301,1
1.165.257,5
6,00%
783.012,4
832.468,3
6,32%
4
Usaha Mikro, Kecil, Menengah 5 Usaha Besar Jumlah PDB
Sumber: BPS dan Kementerian Negara Koperasi dan UKM, 2009 (diolah)
Ditinjau dari kontribusi UKM terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), tercatat pada tahun 2008 besaran PDB yang diciptakan UKM
15
mencapai nilai sebesar Rp. 1.165.257,5 milyar atau 58,3 % dari total PDB nasional, sedangkan pada tahun 2007 kontribusi UKM baru mencapai 58,4% dari total PDB nasional. Gambar 2.1 Model Karakteristik Organisasi Bisnis UMKM
Lingkungan
Lingkungan Ekonomi
Suplier Peralatan
Lingkungan Teknologi
Peralatan
Teknologi
Bahan Baku
Pasar: Saingan / Konsumen / Corak Permintaan
Organisasi Perusahaan
Produk Jadi/ Jasa
Transformasi
Pemasaran
Kegiatan Dasar Perusahaan
Energi
Suplier Bahan Baku
Suplier Energi
Tenaga Kerja
Pasar Tenaga Kerja
Dana / Modal
Lingkungan Keuangan
Pemerintah
Masyarakat
2.2. KONSEP ANALISIS KINERJA KOPERASI DAN UKM A. Data Dasar Koperasi dan UMKM Data dasar Koperasi dan UMKM adalah data yang berkaitan dengan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
kemampukembangan
16
koperasi dan UKM. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan untuk menggali data dasar Koperasi dan UKM dapat digunakan model karakteristik bisnis seperti gambar 2.1. Dari gambar 2.1 tersebut dapat dijelaskan bahwa terdapat suatu proses dasar yang terjadi secara berulang-ulang pada suatu unit usaha atau koperasi, dimulai dari masuknya bahan baku ke dalam unit usaha, transformasi bahan baku tersebut menjadi produk jadi, dan akhirnya pemasaran produk jadi kepada konsumen. Bahan baku yang digunakan diperoleh dari pemasok bahan baku yang merupakan salah satu elemen lingkungan. Proses transformasi memerlukan teknologi dan peralatan, energi, dan tenaga kerja. Peralatan dan energi masing-masing diperoleh dari pemasoknya. Teknologi yang digunakan akan sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan teknologi. Tenaga kerja didapat dari pasar tenaga kerja yang juga merupakan bagian dari masyarakat. Transformasi yang dilakukan dan pemasaran produk jadi akan sangat dipengaruhi oleh kondisi pasar dimana terdapat pesaing maupun konsumen
yang
keseluruhannya
menjadi
lingkungan
ekonomi.
Keseluruhan proses ini memerlukan modal yang cara mendapatkannya ter-gantung pada kondisi lingkungan keuangan. Selain itu, perusahaan juga beroperasi dalam kawasan suatu negara, sehingga pemerintah juga merupakan salah satu dari elemen-elemen lingkungan. 17
Berdasarkan mempengaruhi
gambar
2.1
paling
kemampukembangan
tidak
faktor-faktor
Koperasi
dan
UKM
yang dapat
diidentifikasi sebagai berikut: Faktor Bahan Baku Faktor bahan baku terdiri dari beberapa sub-faktor, yaitu : 1. Ketersediaan bahan baku, yaitu kemampuan perusahaan untuk mendapatkan bahan baku yang diperlukan sesuai dengan jumlah, harga, dan kualitas. 2. Biaya pengadaan bahan baku, yaitu biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam aktivitas pengadaan bahan baku (biaya pemesanan, transportasi, penanganan, dan lain-lain). 3. Waktu pengadaan bahan baku, yaitu waktu yang dibutuhkan perusahaan dalam aktivitas pengadaan bahan baku (waktu pemesanan, waktu transportasi, dan lain-lain). 4. Jaringan pemasok, yaitu kemudahan untuk mengakses dan menggunakan jaringan pemasok bahan baku secara efisien. 5. Dukungan eksternal di bidang pengadaan bahan baku, yaitu dukungan pemerintah dan institusi lainnya di bidang pengadaan bahan baku yang meliputi : kebijakan, informasi, dan infrastruktur yang diperlukan. 6. Manajemen
pengadaan
bahan
baku,
yaitu
kemampuan
perusahaan dalam mengelola aktivitas pengadaan bahan baku. 18
Faktor Proses Produksi Faktor proses produksi terdiri dari beberapa sub-faktor, yaitu: 1. Fleksibilitas volume, yaitu kemampuan untuk menyesuaikan kapasitas dengan cepat seperti mempercepat atau mengurangi perubahan respon dari permintaan. 2. Fleksibilitas proses, yaitu kemampuan untuk memproduksi produk dengan biaya yang rendah, juga perubahan produk yang bervariasi dapat dilakukan dengan mudah. 3. Tingkat teknologi,
yaitu
derajat kemajuan teknologi
yang
digunakan dalam pembuatan produk. 4. Dukungan eksternal di bidang teknologi produksi, yaitu dukungan dari
pemerintah
dan
institusi
lainnya
sebagai
upaya
meningkatkan kemampuan teknologi dan produksi industri, meliputi kebijakan dan infrastruktur teknologi dan operasi. 5. Manajemen
teknologi
dan
produksi,
yaitu
kemampuan
perusahaan dalam mengelola aktivitas teknologi dan produksi. Faktor Produk Faktor produk terdiri dari beberapa sub-faktor, yaitu : 1. Tingkat inovasi produk, yaitu intensitas pengembangan produk yang dihasilkan perusahaan meliputi mutu, ciri, keragaman, kandungan bahan, kemudahan proses produksi, dan lain-lain..
19
2. Fleksibilitas kesulitan,
produk,
yaitu
kemampuan
untuk
permintaan yang tidak standar dan
menangani memproduksi
produk dengan beragam bentuk, pilihan, ukuran/warna. 3. Kualitas produk, yaitu kemampuan menghasilkan produk yang sesuai spesifikasi permintaan. 4. Harga jual produk, yaitu kebijakan dalam penetapan harga jual produk serta cara pembayaran yang dilakukan konsumen kepada pengrajin. Faktor Pemasaran Faktor pemasaran terdiri dari beberapa sub-faktor, yaitu : 1. Kondisi permintaan, yaitu besarnya volume penjualan, pola permintaan, dan posisi tawar konsumen dengan pengrajin. 2. Jaringan informasi ke pasar, yaitu sumber informasi dan akses yang memungkinkan untuk melihat dan meraih peluang pasar yang ada dan melakukan transaksi perdagangan. 3. Saluran
distribusi,
yaitu
kemampuan
mengakses
dan
menggunakan saluran distribusi yang efisien (prasarana yang diperlukan untuk mendukung proses transfer) serta hubungan (kekuatan tawar) dengan saluran distribusi yang ada. 4. Aktivitas promosi, meliputi usaha-usaha untuk mengenalkan dan mempromosikan produk ke pasar.
20
5. Dukungan eksternal di bidang pemasaran, yaitu dukungan pemerintah dan institusi lainnya di bidang pemasaran yang meliputi : kebijakan, informasi, dan infrastruktur yang diperlukan. 6. Manajemen pemasaran, yaitu kemampuan perusahaan dalam mengelola aktivitas pemasaran. Faktor Sumber Daya Manusia Faktor sumber daya manusia terdiri dari beberapa sub-faktor, yaitu : 1. Ketersediaan tenaga kerja dengan jumlah dan kualifikasi tertentu pada waktu yang dibutuhkan. 2. Sumber tenaga kerja, yaitu lokasi tempat tenaga kerja berasal. 3. Kompetensi tenaga kerja, yaitu pendidikan, keahlian, pengalaman dan sikap kerja dari tenaga kerja yang dimiliki. 4. Aktivitas pengembangan SDM, yaitu kemampuan perusahaan dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan SDM yang dimilikinya melalui proses pembelajaran dan latihan di lingkungan perusahaan. 5. Dukungan eksternal di bidang SDM, yaitu dukungan dari pemerintah dan institusi lainnya di luar perusahaan untuk meningkatkan kualitas (pengetahuan dan keterampilan) SDM yang dimiliki perusahaan berupa kebijakan dan infrastruktur (fisik dan kelembagaan) yang diperlukan. 21
6. Manajemen
SDM,
yaitu
kemampuan
perusahaan
dalam
mengelola sumber daya manusia yang dimiliki. Faktor Finansial Faktor finansial terdiri dari beberapa sub-faktor, yaitu : 1. Ketersediaan
modal
untuk
menjalankan
usaha
secara
berkesinambungan. 2. Dukungan
eksternal
di
bidang
finansial,
yaitu
dukungan
pemerintah dan institusi lainnya di bidang finansial seperti fasilitas kredit, menghimpun dana bantuan, regulasi di bidang finansial. 3. Tingkat kemudahan dalam memperoleh modal, yaitu seberapa besar usaha yang harus dikeluarkan pengrajin untuk memperoleh pinjaman modal dari pihak lain. 4. Manajemen finansial, yaitu kemampuan perusahaan dalam pengelolaan finansial. Faktor Karakteristik Pengusaha Faktor karakteristik pengusaha terdiri dari beberapa sub faktor, yaitu: 1. Background
pengrajin,
yaitu
pendidikan,
keahlian
dan
pengalaman mendirikan usaha. 2. Pekerjaan lain yang dimiliki selain menjalankan usahanya. 3. Aktivitas peningkatan kemampuan, yaitu upaya yang dilakukan pengrajin untuk meningkatkan kemampuannya. 22
4. Sikap dan perilaku kewiraswastaan pengrajin, meliputi : tanggung jawab pribadi terhadap tujuan, pengambilan resiko yang moderat, kemampuan melihat kesempatan, sifat energik, persepsi tentang kondisi
lingkungan
usaha,
berorientasi
ke
masa
depan,
inovatif/inisiatif, dan pengetahuan tentang keputusan.
Dari uraian faktor-faktor di atas, selanjutnya disusun data dasar Koperasi dan UKM yang berkaitan dengan: 1. Profil Pelaku Koperasi dan UKM. 2. Jumlah Unit dan Tenaga Kerja KUKM. 3. Produktivitas dan Nilai Tambah yang dihasilkan KUKM. 4. Kinerja Koperasi dan UKM. 5. Struktur Permodalan Koperasi dan UKM. 6. Struktur Penggunaan Energi. 7. Kesulitan dan Hambatan Usaha. 8. Pengaruh Perekonomian, Regulasi terhadap usahan KUKM. Secara rinci data dasar tersebut kemudian diuraikan ke dalam variabel-variabel output yang terkait, diantaranya adalah: 1) Profil Pengusaha/Ketua. a. Persentase pengusaha/ketua Koperasi dan UKM menurut jenis kelamin.
23
b. Persentase pengusaha/ketua Koperasi
dan UKM menurut
pendidikan. c. Persentase pengusaha/ketua Koperasi
dan UKM menurut
kelompok umur. 2) Kontribusi usaha dalam rumah tangga.
a. Dependency ratio menurut jenis kelamin pengusaha. b. Sumbangan profit usaha terhadap income rumahtangga menurut jenis kelamin pengusaha. c. Profit usaha per ART per hari menurut jenis kelamin pengusaha. 3) Produktivitas usaha.
a. Komposisi tenaga kerja menurut menurut jenis kelamin b. Rata-rata balas jasa tenaga kerja. c. Komposisi tenaga kerja menurut jenis kelamin d. Komposisi tenaga kerja menurut pendidikan. e. Rata-rata omset usaha per hari dan rata-rata persentase keuntungan kotor per hari. f. Rata-rata omset per hari per tenaga kerja. g. Alokasi pemanfaatan keuntungan kotor usaha per bulan menurut alokasi pemanfaatannya. h. Distribusi pemasaran utama hasil produksi usaha menurut distribusi hasil produksi.
24
4) Debt Capacity.
a. Struktur permodalan. b. Tingkat suku bunga pinjaman yang diberikan oleh Koperasi. c. Tingkat suku bunga pinjaman yang dibayarkan oleh UKM. d. Persentase Koperasi dan UKM menurut akses perbankan. e. Persentase Koperasi dan UKM yang tidak meminjam modal dari perbankan menurut alasannya tidak meminjam dari Bank. 5) Pendapatan/Produksi dan Pengeluaran/Biaya Produksi Usaha.
a. Struktur pendapatan/produksi usaha. b. Struktur pengeluaran/biaya usaha (termasuk bahan baku). c. Struktur nilai tambah bruto (NTB) usaha. 6) Struktur Penggunaan Energi.
a. Struktur pengeluaran usaha untuk energi (minyak tanah, premium, solar, LPG, gas kota, dan listrik). b. Persentase komponen energi (minyak tanah, premium, solar, LPG, gas kota, briket batubara dan listrik) usaha terhadap total pengeluaran. c. Rata-rata
pengeluaran
komponen
energi
(minyak
tanah,
premium, solar, LPG, gas kota, briket batubara dan listrik) usaha per bulan (nilai-rupiah).
25
Rata-rata
penggunaan
komponen
energi
(minyak
tanah,
premium, solar, LPG, gas kota, briket batubara dan listrik) usaha per bulan (kuantum-liter,kg dan kwh). 7) Kesulitan dan Hambatan Usaha Yang Dihadapi.
a. Persentase usaha yang mengalami kesulitan usaha menurut jenis kesulitan usaha yang utama dihadapi. b. Persentase usaha yang mengalami kesulitan utama pemasaran menurut alasan utamanya. c. Persentase usaha yang mengalami kesulitan utama bahan baku menurut alasan utamanya. Persentase usaha yang mengalami kesulitan utama memperoleh energi menurut alasan utamanya. 8) Pengaruh inflasi/nilai tukar terhadap biaya produksi usaha
a. Pengaruh inflasi umum terhadap biaya bahan baku/biaya produksi dan pendapatan usaha b. Pengaruh inflasi bahan bakar minyak terhadap biaya produksi dan pendapatan usaha c. Pengaruh inflasi listrik terhadap biaya produksi usaha d. Pengaruh perubahan nilai tukar terhadap biaya produksi dan pendapatan usaha Pengaruh perubahan tingkat suku bunga terhadap biaya produksi dan pendapatan usaha. 26
9) Pengaruh kenaikan permintaan faktor musiman (hari raya, tahun
baru dan liburan sekolah) terhadap produksi/pendapatan usaha. 10) Pengaruh kebijakan fiskal (perubahan pajak ekspor/impor dan pajak
badan) terhadap produksi/pendapatan usaha.
2.3. METODE STATISTIK UNTUK PENGOLAHAN DATA DASAR KOPERASI A. ANALISIS DESKRIPTIF Analisis deskriptif berhubungan dengan statistik deskriptif, pada dasarnya merupakan proses transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi, sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan. Tabulasi menyajikan ringkasan, pengaturan atau penyusunan data dalam bentuk tabel numerik dan grafik. Statistik deskriptif umumnya digunakan untuk memberikan informasi mengenai karakteristik variabel penelitian yang utama dan data demografi responden (jika ada). Ukuran yang digunakan dalam deskripsi antara lain perhitungan rata-rata dan dispersi distribusi frekuensi, angka indeks, dan analisis time series merupakan pokok bahasan dalam statistik deskriptif.
27
B. ANALISIS REGRESI Analisis regresi merupakan suatu alat yang dapat dipergunakan untuk melihat keeratan hubungan antara dua variabel dan besarnya pengaruh suatu variabel terhadap variabel yang lain. Analisis regresi berbeda dengan analisis korelasi. Pada analisis korelasi yang dilihat hanya besar-kecilnya hubungan dan arahnya, tanpa melihat hubungan sebab akibat. Sedangkan dalam analisis regresi selain melihat keeratan hubungan antara dua variabel, juga melihat bagaimana suatu (sejumlah) variabel mempengaruhi variabel yang lain. Oleh karena itu, dalam analisis regresi ada variabel yang menjadi sebab dan ada variabel yang menjadi akibat. Selain itu, analisis regresi juga dapat dipergunakan untuk menduga nilai suatu variabel kalau variabel yang lain diketahui. Model regresi dinyatakan dengan persamaan matematika yang bersifat baku ditambah dengan suatu unsur kekeliruan (galat/error), sehingga menjadi model statistik. Model umum persamaan regresi adalah Yi = β0 + β1 Xi1 + … + βk Xik + εi dimana Yi : variabel respon pengamatan ke-i βj : koefisien regresi variabel bebas ke-j Xji : variabel bebas ke-j pengamatan ke-i
28
εi : galat/ error pengamatan ke-i Persaman di atas dapat disusun dalam bentuk matriks berikut.
Y1 Y2
=
Yn
1 X 11
X 12
X 1k
1 X 21
X 22
X 2k
β0 β1
1 X n1
X n2
X nk
βk
Y = X β +ε
+
ε1 ε2 εn
ε =Y − Xβ
Pendugaan parameter regresi dengan menggunakan metode kuadrat terkecil dilakukan dengan meminimumkan jumlah kuadrat sisaan.
Sisaan sendiri
adalah
selisih
antara
nilai
pengamatan
(observasi) dengan nilai dugaan. Berikut adalah contoh penurunan pendugaan parameter regresi dengan menggunakan metode kuadrat terkecil. Misalkan ada n obyek yang diamati, dan dicatat variabelvariabel yang diminati, yaitu variabel Y (variabel tak bebas) dan variabel X1, X2, ..., Xk (variabel bebas). Dari hasil pengamatan ini dapat kita susun persamaan-persamaan sebagai berikut Y1 = β0 + β1 X11 + … + βk X1k + ε1 Y2 = β0 + β1 X21 + … + βk X2k + ε2 ... Yn = β0 + β1 Xn1 + … + βk Xnk + εn
Jumlah kuadrat sisaan (JKS) didapat dari
ε ' ε = (Y − X β ) ' (Y − X β )
29
JKS akan minimum jika :
d (ε ' ε ) = 2 X ' X β − 2 X 'Y = 0 dβ Sehingga didapat
X ' X β = X 'Y Dengan mengalikan kedua ruas dengan
(X 'X )
−1
maka didapatkan
penduga bagi koefisien regresi β , yaitu:
β = b = ( X ' X ) X 'Y −1
Penduga di atas merupakan penduga yang terbaik dan tak bias selama asumsi-asumsi metode ini terpenuhi. Asumsi-asumsi pendugaan parameter regresi dengan metode kuadrat terkecil adalah : •
Sisaan menyebar normal dengan nilai tengah nol dan ragam homogen, dapat dinyatakan dengan
ε i ~ N (0, σ 2 ) •
var (ε i ) = σ 2 ∀i
Tidak ada autokorrelasi antara sisaan atau
cov (ε i ε j ) = 0 ∀i ≠ j •
Tidak ada masalah multikolinier antara variabel bebas
1. Pengujian Asumsi MKT Pengujian terhadap asumsi kenormalan sisaan dapat dilakukan dengan beberapa uji, diantaranya adalah uji kesesuaian Chi-kuadrat, uji 30
Kolmogorov-Smirnov, uji Lilyforce, dan uji Saphiro-Wilks. Uji SaphiroWilks merupakan uji yang paling sederhana dan cukup memadai untuk data-data dengan jumlah pengamatan besar. Uji ini didasarkan atas besarnya korelasi antara skor normal data dengan data yang bersangkutan. Pengujian terhadap asumsi kehomogenan ragam biasanya dilakukan dengan melihat pola sisaan dengan nilai dugaan (Y topi). Jika terdapat pola-pola seperti pola corong ke kanan, corong ke kiri, atau menggelembung, yang merupakan indikasi adanya keheterogenan ragam, maka uji kehomogenan ragam perlu dilakukan. Akan tetapi jika sisaan berpola acak dengan penyebaran yang sama, maka pengujian ini tidak perlu dilakukan, karena pola tersebut menunjukkan bahwa ragam sudah homogen. Autokorelasi sisaan merupakan korelasi antara sisaan ke-t dengan sisaan ke-(t-j). Pengujian terhadap asumsi autokorelasi sisaan biasanya dilakukan apabila data pengamatan berkaitan dengan waktu (deret waktu). Hal ini disebabkan karena susunan data deret waktu harus berurutan sesuai dengan waktu. Sementara untuk data bukan deret waktu susunan data bisa diubah urutannya, sehingga akan sangat banyak sekali variasi nilai autokorelasi. Asumsi tidak ada masalah multikolinier berlaku kalau regresi dilakukan dengan variabel bebas lebih dari satu. Multikolinier ini 31
berkaitan dengan adanya hubungan linier antara satu variabel bebas dengan satu atau lebih variabel bebas yang lain. Pengecekan ada tidaknya multikolinier dapat dilakukan dengan meregresikan variabel bebas dengan variabel bebas yang lain. Kemudian dibandingkan nilai koefisien
determinasi
(R2m)
dari
model
dengan
nilai
koefisien
determinasi (R2v) dari variabel bebas. Jika R2m < R2v maka terdapat multikolinier antara variabel bebas.
2. Pengujian Koefisien Regresi Pengujian keberartian koefisien regresi dapat dilakukan bersamasama atau sendiri-sendiri. Pengujian keberartian koefisien secara bersama-sama dilakukan atas dasar hipotesis : Ho : β1 = β2 = ... = βk = 0 Ho : Semua variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel tak bebas Dan H1: Minimal ada satu βi tidak sama dengan nol, atau H1: Minimal ada satu variabel bebas yang berpengaruh terhadap variabel tak bebas Statistik uji untuk hipotesis di atas adalah
Fhitung =
(Jumlah Kuadrat Regresi)/(n - k - 1) (Jumlah Kuadrat Sisaan)/(n - 1) 32
Atau
Fhitung = •
SSR/(n - k - 1) SSE/(n - 1)
Jika hipotesis nol benar maka Fhitung ~ F(n-k-1, akan ditolak pada taraf uji α jika Fhitung ≥ F
n-1).
Hipotesis nol
(α, n-k-1, n-1),
yang berarti
minimal ada satu variabel bebas yang mempengaruhi variabel tak bebas. •
Sebaliknya jika Fhitung < F(α, n-k-1, n-1), maka hipotesis nol kita terima, yang berarti semua variabel bebas dalam model tersebut tidak mempengaruhi variabel tak bebas
•
Jika hipotesis nol ditolak, maka minimal ada satu variabel bebas yang berpengaruh, akan tetapi kita tidak tahu variabel-variabel mana saja yang signifikan pengaruhnya. Untuk itu perlu dilakukan uji untuk masing-masing koefiesien variabel bebas.
Uji ini didasarkan pada hipotesis: Ho: βi= 0, atau Ho: Variabel bebas ke-i tidak berpengaruh terhadap variabel tak bebas dan H1: βi # 0, atau
33
H1: Variabel bebas ke-i tersebut berpengaruh terhadap variabel tak bebas Statistik uji untuk hipotesis di atas adalah:
thitung =
bi Sbi
Jika hipotesis nol benar maka thitung ~ t(n-l). Hipotesis nol akan ditolak pada taraf uji α jika thitung ≥ t[α/2
(n-l)].
Yang berarti variabel bebas
tersebut mempengaruhi variabel tak bebas. Sebaliknya jika thitung < t[α/2
(n-l)],
maka hipotesis nol kita terima, yang berarti variabel bebas
tersebut tidak mempengaruhi variabel tak bebas.
3. Determinasi Koefisien determinasi disimbolkan dengan R2 merupakan suatu ukuran untuk melihat baik tidaknya model. Koefisien ini menunjukkan prosentase keragaman variabel bebas yang dapat diterangkan oleh model. Nilai koefisien ini berkisar antara nol sampai seratus persen. Semakin besar nilai R2 menunjukkan bahwa model semakin baik. Koefisien determinssi ini dapat dicari dari rumus:
R2 =
(Jumlah Kuadrat Regresi) (Jumlah Kuadrat Total)
Nilai R2 ini dapat dipergunakan untuk membandingkan mana yang lebih baik dari beberpa model regresi dengan jumlah variabel 34
bebas sama, dengan melihat model mana yang memiliki R2 yang paling besar. Jika kita ingin membandingkan beberapa model regresi dengan jumlah variabel bebas yang tidak sama, maka R2 ini tidak dapat dipergunakan sebab untuk setiap penambahan variabel bebas ke dalam suatu model, maka nilai R2 model yang kedua secara otomatis lebih besar dari nilai R2 model yang pertama. Oleh karena itu diperlukan suatu ukuran yang lain yang dapat dipergunakan untuk membandingkan model regresi dengan jumlah variabel bebas yang berbeda. Ukuran yang dapat dipergunakan untuk maksud tersebut adalah koefisien determinasi terkoreksi (R2adj). R2adj ini merupakan nilai R2 yang telah dikoreksi
dengan
jumlah
variabel
bebas.
Koefisien
determinasi
terkoreksi dapat dicari dari rumus:
R 2 adj = 1 −
SSE/(n - k - 1) SST/(n - 1)
4. Besar Pengaruh Variabel Bebas Setelah pengujian hipotesis, seringkali ada beberapa variabel bebas yang pengaruhnya tidak signifikan. Oleh karena itu perlu adanya pengeluaran variabel bebas dari model. Pengeluaran variabel bebas ini tidak bisa langsung mengeluarkan variabel yang tidak signifikan.
35
Pengeluaran ini dilakukan dengan melihat seberapa besar kontribusi (pengaruh) variabel bebas terhadap model dengan melihat jumlah kuadrat sekuensialnya. Jumlah kuadrat total dapat diuraikan menjadi Jumlah kuadrat regresi ditambah Jumlah kuadrat sisaan. Sedangkan Jumlah kuadrat regresi dapat diuraikan menjadi Jumlah kuadrat sekuensial (JK Sekuensial)
masing-masing
variabel
bebas.
Sernakin
besar
JK
Sekuensial suatu variabel menunjukkan semakin besar pula pengaruh variabel tersebut terhadap model. Oleh karena itu, pengeluaran suatu variabel dari model dilakukan dengan memilih variabel yang JK Sekuensialnya paling kecil. Dari JK Sekuensial bisa juga dilihat seberapa besar suatu variabel berpengaruh terhadap variabel tak bebas (model). Prosentase pengaruh suatu variabel terhadap variabel tak bebas dalam model dapat dicari menggunakan rumus:
Pengaruh peubah ke - i =
JK Sekuensial peubah ke - i x100% JK Regresi
Karena total JK Sekuensial sama dengan JK Regresi, maka total pengaruh dalam model sama dengan 100%. Oleh karena itu dari sini kita bisa membandingkan besar pengaruh antar variabel bebas terhadap variabel tak bebas. Jika ingin dilihat besar pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap keseluruhan keragaman, maka perhitungan 36
pengaruh ini dapat dilakukan dengan membagi JK Sekuensial suatu variabel dengan JK Total.
Pengaruh peubah ke - i =
JK Sekuensial peubah ke - i x100% JK Total
C. KOEFISIEN DETERMINASI Untuk mengukur kesesuaian garis regresi terhadap data sampel digunakan koefisien determinasi. Nilai koefisien determinasi ditentukan dengan persamaan berikut Koefisien Determinasi = r2 atau R2 , dengan nilai R adalah
R y(1,2,3) =
a1
x 1y + a 2
x 2 y + a3 y
x3 y
2
Sehingga R2 adalah proporsi total variasi y yang dapat diterangkan oleh persamaan regresi (variasi x).
D. ANALISIS INPUT-OUTPUT Analisis Input-Output dikembangkan pertama kali oleh Wassily W. Leontief pada tahun 1930an, analisis ini membagi sistem perekonomian ke dalam beberapa sektor. Dalam tabel input-output dapat diketahui indikasi hubungan antar sektor serta adanya aliran barang maupun jasa
37
antar sektor. Selain itu analisis input-output disebut juga sebagai alat analisa keseimbangan umum. Penekanan utama dalam analisa inputoutput adalah pada sisi produksi. Tabel input-output menyediakan sebuah kerangka yang baik untuk mengukur dan menelusuri aliran interindustri dari input dan output diantara beberapa sektor dalam perekonomian. Baris pada tabel inputoutput menunjukkan pemberian dari sektor tertentu terhadap sektor lainnya sedangkan kolom menunjukkan pembelian yang dilakukan oleh sektor terhadap sektor lain. Kerangka umum Tabel Input-Output ditampilkan pada tabel 2.6. Tabel 2.6 Kerangka Umum Tabel Input-Output
Dalam konteks input antara, terjadi arus atau perpindahan barang antar sektor, katakanlah dari sektor i ke sektor j. Tentu saja bisa terjadi pula perpindahan di dalam sektor itu sendiri, dari sektor i ke sektor i itu sendiri atau juga disebut perpindahan intrasektor. Dengan kata lain, kita katakan bahwa terjadi perpindahan dari sektor ke i ke sektor j dimana i =
38
j. Katakan bahwa nilai uang arus barang dari sektor i ke sektor j diberi notasi Zij. Total output sektor i diberi notasi X, dan total permintaan akhir sektor dengan demilkin adapat dituliskan bahwa:
dimana: Xi : total output Zij : nilai uang arus barang dari sektor i ke j Yi : permintaan akhir sektor i
Output dari sektor i tersebut didistribusikan ke sektor-sektor produksi yang lain, dan juga dialokasikan ke pemakai akhir. Pemakai akhir tersebut
tidak
lain
adalah
pelaku-pelaku
ekonomi
di
dalam
perekonomian yang secara agregat dapat diklasifikasikan ke dalam rumah tangga, perusahaan, pemerintah dan pihak negeri. Berdasarkan asumsi Leontief bahwa input yang digunakan dalam suatu sektor merupakan fungsi tingkat output dalam sektor yang bersangkutan, sehingga dapat ditentukan koefisien teknis (aij) seperti berikut:
39
Dengan mensubstitusikan persamaan (3) ke persamaan (1), maka diperoleh:
Persamaan (4) dapat dinyatakan dengan persamaan ganda seperti berikut:
Dengan memindahkan seluruh X ke sebelah kiri, maka diperoleh persamaan-persamaan simultan berikut:
Sistem persamaan di atas dapat dituliskan dalam bentuk matriks:
40
Sistem matriks ini dapat dituliskan dalam bentuk singkat, yaitu:
dimana I adalah matriks identitas (identity matrix) dan A adalah matriks koefisien input, yang mengandung aij sebagai elemen-elemennya. Dengan menyelesaikan X dalam hubungannya dengan Y, maka menurut kaidah matriks akan diperoleh:
dimana (I −A)−1 adalah matriks kebalikan dari (I −A) atau sering dikenal dengan sebutan matriks Leontief Invers.
2.4. APLIKASI
SISTEM
INFORMASI
DATA
DASAR
KOPERASI DAN UKM A. PENGERTIAN SISTEM INFORMASI Sistem Informasi merupakan sebuah sistem terintegrasi, sistem manusia-mesin,
untuk
menyediakan
informasi
untuk
mendukung
operasi, manajemen dan fungsi pengambilan keputusan dalam suatu organisasi. Sistem ini memanfaatkan perangkat keras dan perangkat 41
lunak komputer, prosedur manual, model manajemen dan pengambilan keputusan dan basis data. Dari definisi di atas terdapat beberapa kata kunci: 1. Berbasis Komputer dan Sistem Manusia-Mesin •
Berbasis komputer: perancang harus memahami pengetahuan komputer dan pemrosesan informasi.
•
Sistem manusia-mesin: adanya interaksi antara manusia sebagai pengelola dan mesin sebagai alat untuk memroses informasi. Ada proses manual yang harus dilakukan manusia dan ada proses yang terotomasi oleh mesin. Untuk itu diperlukan suatu prosedur atau manual system untuk dapat menjalankannya.
2. Sistem basis data terintegrasi •
Adanya penggunaan basis data secara bersama-sama (sharing) dalam sebuah sistem manajemen basis data.
3. Mendukung Operasi •
Informasi
yang
diolah
dan
dihasilkan
digunakan
untuk
mendukung operasi organisasi. 4. Pemanfaatan model manajemen dan pengambilan keputusan •
Untuk dapat mengolah data menjadi informasi yang bermanfaat digunakan
model-model
manajemen
dan
pengambilan
keputusan.
42
KOMPONEN FISIK SISTEM INFORMASI 1. Perangkat keras computer, seperti: CPU, Data storage, perangkat Input/Output, terminal untuk interaksi, dan media komunikasi data. 2. Perangkat lunak computer terdiri dari perangkat lunak sistem (sistem operasi dan utilitasnya), perangkat lunak umum aplikasi (seperti bahasa pemrograman), perangkat lunak aplikasi (seperti aplikasi akuntansi, dan lain-lain). 3. Basis data merupakan penyimpanan data pada media penyimpan komputer. 4. Prosedur merupakan langkah-langkah penggunaan sistem. 5. Personil untuk pengelolaan operasi (SDM), meliputi: •
Clerical personnel (untuk menangani transaksi dan pemrosesan data dan melakukan inquiry = operator);
•
First level manager: untuk mengelola pemrosesan data didukung dengan perencanaan, penjadwalan, identifikasi situasi out-ofcontrol dan pengambilan keputusan level menengah ke bawah.
•
Staff specialist: digunakan untuk analisis untuk perencanaan dan pelaporan.
•
Management: untuk pembuatan laporan berkala, permintaan khsus, analisis khusus, laporan khsusus, pendukung identifikasi masalah
dan
peluang,
pendukung
analisis
pengambilan
keputusan level atas. 43
KONSEP-KONSEP SISTEM INFORMASI Untuk memahami sistem informasi diperlukan pemahaman tentang konsep-konsep informasi, manusia sebagai pemroses informasi, konsep sistem, organisasi dan manajemen, konsep pengambilan keputusan, konsep nilai suatu informasi, yang secara singkat dijelaskan sebagai berikut. •
Konsep Informasi: Informasi adalah data yang telah diproses menjadi bentuk yang memiliki arti bagi penerima dan dapat berupa fakta, suatu nilai yang bermanfaat atau prospek keputusan. Jadi ada suatu proses transformasi data menjadi suatu informasi yaitu: input-proses- output.
•
Data Data merupakan raw material untuk suatu informasi. Perbedaan informasi dan data sangat relatif tergantung pada nilai gunanya bagi pengguna (manajemen) yang memerlukannya. Suatu informasi bagi level manajemen tertentu bisa menjadi data bagi manajemen level di atasnya, atau sebaliknya.
•
Representasi informasi merupakan pelambangan informasi, seperti misalnya representasi biner.
•
Kuantitas informasi merupakan satuan ukuran informasi. Kuantitas informasi tergantung representasinya. Untuk representasi biner satuannya: bit, byte, word, dan sebagainya. 44
•
Kualitas informasi merupakan derajat manfaat infromasi yang dapat digunakan. Kualitas informasi dapat bias terhadap error, karena kesalahan cara pengukuran dan pengumpulan, kegagalan mengikuti prosedur pemrosesan, kehilangan atau data tidak terproses, kesalahan
perekaman
atau
koreksi
data,
kesalahan
file
histori/master, kesalahan prosedur pemrosesan ketidak berfungsian sistem. •
Umur informasi merupakan waktu kapan atau sampai kapan sebuah informasi memiliki nilai/arti bagi penggunanya. Adanya kondisi informasi (mengacu pada titik waktu tertentu) dan informasi operasi (menyatakan suatu perubahan pada suatu range waktu).
B. PERANCANGAN APLIKASI SISTEM INFORMASI Perancangan Sistem Informasi didefinisikan sebagai berbagai macam penugasan yang memfokuskan diri pada spesifikasi dari solusi berbasis komputer yang rinci. Oleh karena itu, ketika Analisis Sistem menekankan pada problem bisnis, perancangan sistem memfokuskan pada aspek teknikal atau implementasi dari sistem. Dalam perancangan dan pembangunan sistem informasi terdapat dua jenis metodologi dalam menggambarkan dan mendeskripsikan seluruh sistem yang ada. Kedua metodologi tersebut adalah Metodologi Pengembangan
dan
Metodologi
Pemodelan
Sistem.
Metodologi 45
Pengembangan merupakan seperangkat proses-proses dan metodemetode standar yang digunakan dalam pengembangan sebuah sistem. Metode-metode ini umumnya dilakukan dalam urutan tertentu untuk dapat menghasilkan sebuah sistem yang baik. Metodologi Pemodelan merupakan notasi-notasi dan semantik yang digunakan untuk dapat menggambarkan sebuah sistem. Terdapat berbagai macam metodologi yang dapat digunakan dalam pengembangan sebuah sistem, salah satunya adalah metode paradigma waterfall (Classic Life Cycle). Penggunaan metode waterfall dalam pemecahan masalah ini adalah karena fleksibilitasnya dalam setiap langkah proses. Jika dalam perkembangannya diperlukan tambahan atau berkaitan di dalam aplikasi, perancang dapat kembali ke langkah sebelumnya dan meneruskan perancang, tanpa perlu kembali lagi ke langkah awal. Gambar 2.2 Metode Waterfall
46
Berikut ini adalah penjelasan singkat dari tahapan-tahapan paradigma pemodelan waterfall. 1. Tahap Perencanaan Tahap pertama dari motode waterfall adalah perencanaan. Langkah ini merupakan suatu rangkaian kegiatan dari sejak awal kegiatan proyek dilaksanakan, pendefinisian awal terhadap kebutuhan rinci atau target yang harus dicapai dari kegiatan, penyusunan proposal, penentuan
metodologi
dan
sistem
manajemen
proyek
yang
digunakan, sampai dengan penunjukan tim dan instruksi untuk mengeksekusi (atau memulai) proyek sistem informasi yang bersangkutan. 2. Tahap Analisis Tahap kedua disebut sebagai tahap analisis. Secara prinsip ada dua aspek yang menjadi fokus analisis, yaitu aspek bisnis/manajemen, dan aspek teknologi. Analisis aspek bisnis dimulai dengan mempelajari karakteristik proses bisnis dari instansi/organisasi yang bersangkutan, mulai dari aspek-aspek historis, struktur kepemilikan, visi, misi, critical success factors (kunci keberhasilan usaha), performance measurements (ukuran kinerja), strategi, programprogram, dan hal terkait lainnya.
47
3. Tahap Desain/Perancangan Pada tahap desain, tim teknologi informasi bekerja sama dengan tim bisnis
atau
manajemen
melakukan
perancangan
komponen-
komponen sistem terkait. Tim teknologi informasi akan melakukan perancangan teknis dari teknologi informasi yang akan dibangun, seperti sistem basis data, jaringan komputer, metoda antar muka, teknik konversi data, metode migrasi sistem, dan sebagainya. Perancangan ini diawali dengan mengaplikasikan hasil analisis ke dalam suatu model perancangan. Model perancangan ini kemudian dapat digambarkan dalam bentuk diagram alir data (Data Flow Diagram) dan diagram relasi entitas (Entity-Relationship Diagram). 4. Tahap Konstruksi (Coding) Berdasarkan
desain
yang
telah
dibuat,
konstruksi
atau
pengembangan sistem yang sesungguhnya (secara fisik) dibangun. Tim teknis merupakan tulang punggung pelaksana dalam tahapan ini mengingat bahwa semua hal yang bersifat konseptual harus diwujudkan dalam suatu konstruksi teknologi informasi dalam skala rinci. Akhir dari tahap konstruksi biasanya berupa uji coba sistem. Perbaikan-perbaikan bersifat minor biasanya harus dilakukan setelah adanya masukan-masukan dari kegiatan evaluasi diadakan.
48
5. Tahap Implementasi Tahap implementasi merupakan tahap yang paling kritis dari pengembangan sistem informasi yang akan dipergunakan di dalam organisasi. Biasanya ada dua pendekatan yang dipergunakan oleh organisasi: pendekatan cut-off atau paralell. Pendekatan cut-off adalah suatu strategi implementasi sistem dimana dipilih sebuah hari sebagai patokan, dan terhitung mulai hari tersebut, sistem baru mulai dipergunakan dan sistem lama sama sekali ditinggalkan. Sementara pendekatan paralel dilakukan dengan cara melakukan pengenalan sistem baru sementara sistem lama belum ditinggalkan, sehingga yang terjadi adalah berjalannya dua buah sistem secara paralel (kedua sistem biasa disebut sebagai testing environment dan production environment).
C. ARSITEKTUR SISTEM INFORMASI APLIKASI DATA DASAR KOPERASI DAN UKM Dalam pengembangan sistem informasi aplikasi data dasar Koperasi dan UKM ini, arsitektur aplikasi dirancang berdasarkan lapisan 3-tier (N-Tier), seperti dapat dilihat pada gambar 2.3. Secara umum, lapisan ini dibagi menjadi lapisan presentasi (client), lapisan server aplikasi, dan lapisan basis data.
49
Gambar 2.3 Arsitektur Sistem
Lapisan Presentasi/Client •
Client Application: Aplikasi yang menampilkan antar muka secara visual.
•
Graphics Display: Aplikasi yang menampilkan diagram dan grafis secara visual.
•
Lapisan
Presentasi/Client
menggunakan
Browser
(Internet
Explorer atau lainnya) yang bersifat aktif dalam mengelola informasi berupa HTML, XML, VB Script, Java Script dan lainlain.
50
.Lapisan Server Aplikasi Terdapat aplikasi web yang mengelola sumberdaya server, menangani setiap sesi yang terbentuk. Lapisan Server Aplikasi memiliki: •
Database
Connector
sebagai
penghubung
dengan
server
database •
User Authentication untuk melakukan otentikasi pengguna sistem
•
System
administrator
untuk
mengatur
agar
sistem
dapat
beroperasi dan berjalan. •
Data converter yang memungkinkan pertukaran data dengan aplikasi yang sudah umum digunakan.
•
Alert dan messaging yang memungkinkan komunikasi antar pengguna.
•
Proses
merupakan
modul
yang
melakukan
perhitungan-
perhitungan sesuai dengan aturan yang ada. •
Theme engine mengatur tampilan visual secara keseluruhan.
•
Graphics Display untuk mengatur penampilan diagram dan grafik.
•
Printing untuk mengatur penyusunan laporan yang dapat dicetak pada printer.
•
Electronik
Help
memberikan
petunjuk/bantuan
penggunaan
aplikasi pada pengguna.
51
Lapisan Server Basis data •
Menyimpan dan membaca seluruh data secara terpusat.
•
Merupakan tempat database server yang mengatur lalu lintas data pada database, menyediakan metoda untuk permintaan data, sorting, pengindeksan, dan sebagainya. Lapisan server aplikasi dan lapisan server database secara fisik
terletak pada komputer server, sedangkan lapisan antar muka terletak pada setiap pengguna (client).
Teknologi Yang Digunakan •
Teknologi yang diterapkan pada sistem ini adalah Linux yang berbasis web dengan arsitektur 3-tier dimana pembagian tugas masing-masing tier menjadi pertimbangan yang paling utama.
•
Data disimpan dengan Relational Database Management System (RDBMS) yang mempunyai skabilitas tinggi. RDBMS server yang digunakan adalah MySQL server.
•
Komunikasi menggunakan
komputer
server
standar
TCP/IP
dengan dan
pengguna
spesifikasi
(client)
HTTP
1.1.
Implementasi server HTTP dilakukan dengan server web Apache dengan PHP sebagai perangkat pemrosesannya.
52
•
Lapisan antarmuka diimplementasikan dengan standar W3C yaitu HTML 4.0, CSS 1 dan 2 serta Javascript sebagai implementasi dari standar ECMA 262.
•
Interoperabilitas dengan aplikasi lain dapat dilakukan dengan menggunakan komunikasi standar dalam format XML.
2. Struktur Data dan Pengkodean Dalam sistem informasi data dasar yang akan diolah dan ditampilkan meliputi: a. Data keragaan Koperasi. b. Data keragaan Usaha Kecil dan Menengah. c. Data tabel, yang berisi tabel referensi untuk data sektor, Koperasi,
Usaha
Kecil
Menengah,
kode
provinsi,
kode
kabupaten, dan lain-lain, yang merujuk pada kode dari BPS. d. Data transaksi, berupa data yang akan diolah untuk keperluan aplikasi lain, seperti SPSS e. Desain hubungan antar tabel diharapkan seminimal mungkin. f. Ada pengkodean khusus bagi Koperasi dan UKM, sehingga memudahkan bagi KUKM mengisi ulang datanya.
53
3. Disain Program Menu Desain menu program terdiri dari program utama yang nantinya akan
dikaitkan
ke
sub-sub
program
lainnya.
Sub
program
input/edit/output dari koperasi dan UKM harus dipisahkan. Demikian juga sub menu untuk proses mencetak, mengkonversi ke aplikasi lain seperti excell dan pdf. Aplikasi ini juga harus dilengkapi dengan menu bantuan, program utility, backup data, dan lain-lain.
4. Input /edit /hapus data Dalam
mendesain
input
data
disesuaikan
dengan
dokumen/kuesioner V-Koperasi dan kuesioner V-UMKM yang telah dibuat pada tahun 2009. Disamping proses penginputan, data harus dapat diedit, dihapus oleh banyak operator di banyak tempat (multi user), data dapat diedit dan dihapus untuk setiap KUKM, sektor, komoditi, provinsi, kabupaten yang diambil dari tabel.
5. Output Sistem Aplikasi Output data aplikasi yang dihasilkan, selain dapat dicetak melalui printer, output data juga dapat dilihat dilayar. Variabel output yang dihasilkan disesuaikan dengan dokumen data variabel output. Output yang ditampilkan berupa : a. Data Koperasi dan/atau UKM 54
b. Output dapat diperoleh/dihasilkan untuk melihat hubungan keterkaitan antar sektor. c. Data keragaan koperasi, berupa daftar rekap dan rinci koperasi per propinsi, per jenis koperasi, per sektor, dan lain-lain. Data ditampilkan dalam bentuk tabel. d. Data keragaan UKM (Daftar rekap berupa daftar rekap dan rinci koperasi per propinsi, per jenis koperasi, per sektor, dan lain-lain. Data ditampilkan dalam bentuk tabel. e. Format output untuk di cetak dalam bentuk fromat PDF.
6. Utility Program Beberapa utiltiy progam aplikasi yang dirancang mampu untuk mentransfer data dari format database ke format spredsheet, mampu memilih field/variabel yang diinginkan untuk diproses/dikeluarkan outputnya. Ada fasilitas untuk pembuatan/perubahan/penghapusan level pemakai, dan fasilitas pemeliharaan database, seperti index, reindex, post, dan lain-lain)
7. Pemrosesan Data kuesioner yang diperoleh dapat diproses dalam aplikasi menggunakan beberapa analisis, seperti analisis deskriptif, analisis, regresi, dan analisis Input-Output. 55
8. Proses backup/restore/clear data Proses backup data dapat dilakukan per triwulan, per smester atau per tahun. Selain itu, aplikasi ini harus dilengkapi dengan proses menyimpan ulang (restore) data per periode dan menghapus data (sistem backup data). Sistem backup data ini diperlukan jika sewaktuwaktu data dibutuhkan kembali untuk pengolahan lebih lanjut. Untuk sistem keamanan data, proses backup/restore data harus dilakukan oleh administrator dengan menggunakan password.
9. Desain Komunikasi Data Rancangan komunikasi data aplikasi sistem informasi data dasar Koperasi dan UKM terpilih dapat dilihat pada gambar 2.4. Aplikasi Sistem Informasi Data Dasar Koperasi dan UKM dan database yang dibangun dapat disimpan di server Kementerian Negara Koperasi dan UKM yang ada di Jl. MT Haryono atau menyewa hosting dan domain. Untuk kebutuhan pengiputan data, Koperasi dan UKM yang ada di daerah dapat langsung mengakses aplikasi melalui jaringan internet dengan menggunakan otorisasi yang diberikan sebelumnya. Data dapat diinputkan baik secara langsung melalui formulir-formulir yang ada di aplikasi melalui jaringan internet, atau data bisa dikirim secara off line. Data yang telah diinputkan dapat langsung masuk ke dalam database.
56
Data ini nantinya akan diolah dan dianalisis lebih lanjut menggunakan tools analisis yang ada dala aplikasi. Gambar 2.4 Desain Komunikasi Data Sistem Informasi Data Dasar KUKM
"
"
#
"$ %$
&
'
!
!" ! !
57
2.5
STATE
OF
THE
ART
SISTEM
INFORMASI
DI
KEMENTERIAN NEGARA KOPERASI DAN UKM Sampai saat ini Teknologi Informasi telah cukup lama digunakan oleh Kementerian Negara Koperasi dan UKM, baik digunakan sebagai alat penyampaian informasi maupun digunakan sebagai alat untuk pemrosesan informasi. Sebagai contoh, Kementerian Negara Koperasi dan UKM telah membangun situs www.depkop.go.id dan sitius www.smecda.com. Di kedua situs tersebut akan didapatkan berbagai data
dan
informasi
mengenai
koperasi
Indonesia
dan
perkembangannya, berbagai informasi lainnya yang bermanfaat, seperti referensi, pengetahuan praktis, materi pembelajaran dan lain-lain bisa didapatkan di kedua situs tersebut. Disamping membangun situs, Kementerian Negara Koperasi dan UKM juga mengembangkan sistem-sistem informasi, dua diantaranya adalah penyusunan decision suport system (DSS) studi kelayakan ekonomi dan finansial bagi UKM, dan Penyusunan Instrumen dan Pembangunan Sistem Informasi Data Dasar Koperasi dan UKM Terpilih. Tujuan
dari
pengembangan
DSS
ini
adalah
dalam
rangka
mengembangkan instrumen yang dapat digunakan untuk melihat kelayakan ekonomi dan finansial UKM dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas serta ketepatan perhitungan nilai kelayakan,
58
sehingga proses pengambilan keputusan dapat berjalan lebih cepat, lebih mudah, dan lebih tepat dengan bantuan penggunaan teknologi informasi. Penyusunan Instrumen dan Pembangunan Sistem Informasi Data Dasar Koperasi dan UKM Terpilih yang sedang dibangun pada kegiatan ini, sedangkan penyusunan decision suport system (DSS) studi kelayakan ekonomi dan finansial bagi UKM telah selesai dikerjakan.
59