BAB II LANDASAN TEORI
2.1.
Perhatian Orang Tua Berikut ini akan diuraikan beberapa landasan teori tentang perhatian orang
tua, yang menjadi dasar/landasan dalam penelitian ini. 2.1.1. Pengertian perhatian orang tua Suryabrata (2007) menjelaskan bahwa perhatian adalah banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas yang dilakukan. Hal tersebut berarti bahwa dalam melakukan suatu aktivitas harus disertai dengan kesadaran guna mencapai sesuatu yang diharapkan. Sedangkan A. Gazali dalam Baharuddin (2009) mendefinisikan perhatian sebagai salah satu aktivitas psikis, dapat dimengerti sebagai keaktifan jiwa yang dipertinggi. Jiwa itu pun semata-mata tertuju pada suatu obyek (benda atau hal) ataupun sekumpulan obyek-obyek. Sejalan dengan pendapat tersebut, Soemanto (2003) menjelaskan bahwa perhatian adalah pemusatan tenaga/kekuatan jiwa tertuju pada suatu obyek. Slameto (2010) mengemukakan bahwa perhatian adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dalam hubungannya dengan pemilihan rangsangan yang datang dari lingkungannya. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa perhatian adalah pemusatan kesadaran jiwa terhadap suatu objek. Menurut Walgito (2002) perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan obyek. Ketika individu sedang memperhatikan suatu benda misalnya, ini berarti seluruh
1
aktifitas individu dicurahkan atau dikonsentrasikan pada suatu benda tersebut. Dalam suatu waktu seorang individu bisa memperhatikan objek yang banyak sekaligus. Namun demikian, perhatian terhadap masing-masing objek berbedabeda. Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa perhatian adalah proses kegiatan psikis baik tenaga atau energi ketika stimulasi yang menonjol dan stimulasi yang lain melemah pada suatu obyek. Perhatian pada dasarnya bisa dari kesadaran dan juga bagaimana cara timbulnya. Whitherington (1985) menyatakan bahwa perhatian merupakan suatu aktivitas yang vital dalam pendidikan. Perhatian dapat diperoleh dari siapa saja, bisa dari guru ataupun orang tua. Orang tua berperan sebagai pembentuk karakter dan pola fikir dan kepribadian anak. Oleh karena itu, keluarga merupakan tempat dimana anak-anaknya pertama kali berkenalan dengan nilai dan norma. Walaupun di dalam keluarga tidak terdapat rumusan kurikulum dan program resmi dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, akan tetapi sifat pembelajaran di dalam keluarga sangat potensial dan mendasar. Menurut Hasbullah (2011) orang tua adalah orang yang pertama dan utama yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dan pendidikan. Sedangkan menurut Alya (2011) orang tua berasal dari dua kata yaitu, orang yang artinya manusia (dalam arti khusus) dan tua yang artinya sudah lama hidup, lanjut usia, sudah masak atau sampai waktunya untuk dipetik. Kartono (1982) menjelaskan bahwa orang tua adalah pria dan wanita yang terikat dalam perkawinan dan siap sedia untuk memikul tanggung jawab sebagai
2
ayah dan ibu dari anak-anak yang dilahirkannya. Sedangkan menurut Nasution (Susanti, 2004) menyatakan bahwa orang tua adalah setiap orang tua yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga, yang dalam penghidupan sehari-hari disebut ibu dan bapak. Tanggung jawab orang tua terhadap keluarga terutama terhadap anak adalah suatu hal yang sudah menjadi kewajiban, yakni sebagai pemelihara, pelindung dan sebagai pendidik. Dalam penelitian ini perhatian yang menjadi fokus adalah perhatian orang tua. Perhatian orang tua pada anak-anaknya terhadap pendidikan merupakan hal yang sangat penting karena keluarga merupakan salah satu tempat untuk mendapatkan pendidikan yaitu pendidikan informal yang bertanggung jawab terhadap pendidikan anak. Orang tua yang tidak mempunyai perhatian kepada anaknya menjadi pada orang tua yang mengalami keretakan dalam keluarga, sehingga rasa tanggung jawab dan kasih sayangnya terhadap anak akan menjadi terlantar. Dalam hal ini perhatian orang tua dapat diartikan kesadaran jiwa orang tua untuk mempedulikan anaknya, terutama dalam memberikan dan memenuhi kebutuhan anaknya baik dalam segi emosi dan materi maupun segi pendidikan anaknya mencapai hasil belajar yang optimal. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa perhatian orang tua adalah proses pemberian bantuan orang tua terhadap anaknya, memberikan bimbingan belajar di rumah, mendorong untuk belajar, memberikan pengarahan pentingnya belajar, memperhatikan kebutuhan-kebutuhan alat yang menunjang pelajaran untuk pencapaian prestasi belajar yang optimal.
3
2.1.2. Bentuk - bentuk perhatian orang tua Sebagai orang tua yang bertanggung jawab terhadap anaknya maka orang tua memegang fungsi dan peranan penting dalam meningkatkan pendidikan anaknya. Perhatian orang tua terlihat dari usaha orang tua untuk menyediakan fasilitas belajar yang secukupnya. Namun kelengkapan fasilitas belajar anak tidak mutlak menjamin keberhasilan belajar anak apabila tidak diikuti adanya perhatian dari orang tua yang ditunjukkan setiap hari. Sulastri (Arum, 2009), memberikan gambaran tentang bentuk perhatian orang tua yaitu: 1.
Memberikan peringatan Peran orang tua dalam hal ini adalah memberikan peringatan terhadap perilaku anaknya. Orang tua memberikan nasihat kepada anak agar tidak melakukan perilaku yang menyimpang.
2.
Memberikan teguran Orang tua menegur tindakan anak yang salah dan memberikan penjelasan kepada anak mengapa hal tersebut salah serta menunjukkan hal yang benar. Orang tua memiliki kewajiban untuk mengontrol perilaku anak dan membimbing anak apabila anak melakukan kesalahan.
3.
Memperhatikan penyediaan sarana studi Sarana prasarana studi merupakan komponen yang penting dalam proses belajar anak. Apabila sarana prasarana tidak memadahi maka proses belajar anak akan terhambat. Orang tua memiliki kewajiban untuk menyediakan
4
sarana dan prasarana yang dibutuhkan anak untuk belajar. Sehingga proses belajar anak berjalan dengan lancar. Mulyadi (2007) menjelaskan perhatian orang tua dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk yaitu: 1.
Penyediaan dan pengaturan waktu belajar anak Waktu adalah sesuatu yang dibutuhkan oleh anak yang sedang belajar. Orang tua harus menyediakan waktu untuk mendampingi belajar anak dan memberikan waktu sebaik-baiknya jangan sampai waktu yang digunakan untuk belajar digunakan untuk yang lain, atau terganggu aktivitas lain, maka apabila ini terjadi akan mengganggu proses belajar anak dan pada akhirnya akan berdampak pada prestasi belajar anak. peran dalam membantu mengatur waktu belajar anak dengan cara memperhitungkan waktu setiap hari, menentukan waktu yang tersedia setiap hari, merencanakan materi pelajaran yang akan dipelajari, dan menentukan waktu yang dapat dipergunakan untuk belajar dengan hasil terbaik.
2.
Bantuan mengatasi masalah Yang dimaksud dengan bantuan mengatasi masalah adalah orang tua membantu anak ketika mengalami kesulitan-kesulitan dalam membaca, menulis, mengerjakan pekerjaan rumah, menyatakan pendapat baik tulis maupun lisan.
3.
Pengawasan belajar anak. Anak memerlukan pengawasan dari orang tua agar sikap dewasa dan tanggung jawab belajar tumbuh pada diri anak. Orang tua hendaknya
5
mengawasi dan mendampingi anak dalam belajar apabila mengalami kesulitan belajar. 4.
Penyediaan fasilitas belajar Fasilitas dalam dunia pendidikan berarti segala sesuatu yang bersifat fisik maupun material, tersedianya tempat perlengkapan belajar di kelas, alat-alat peraga pengajaran, buku pelajaran, perpustakaan, berbagai perlengkapan praktikum laboraturium dan segala sesuatu yang menunjang terlaksananya proses belajar mengajar. Adapun yang dimaksud dengan fasilitas belajar adalah semua kebutuhan yang diperlukan oleh peserta didik dalam rangka untuk memudahkan, melancarkan dan menunjang dalam kegiatan belajar disekolah. Supaya lebih efektif dan efisien yang nantinya peserta didik dapat belajar dengan maksimal dan hasil belajar yang memusakan. Fasilitas atau alat belajar akan sangat penting dan dominan bagi anak yang sedang menekuni belajarnya. Keadaan peralatan seperti pensil, tinta, penggaris, buku tulis, buku pelajaran, jangka dan lain-lain akan membantu kelancaran dalam belajar. Kurangnya alat-alat tersebut akan menghambat proses belajar anak. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa perhatian orang
tua dapat diberikan dalam bentuk penyediaan dan mengatur waktu belajar anak, memberikan peringatan, memberikan teguran, membantu anak menyelesaikan masalah belajar, pengawasan belajar anak serta penyediaan fasilitas belajar.
6
Suryabrata (2007) menggolong-golongkan perhatian orang tua sebagai berikut : 1.
Atas dasar intensitasnya dibedakan menjadi : a) Perhatian intensif b) Perhatian tidak intensif
2.
Atas dasar cara timbulnya perhatian dibedakan menjadi : a) Perhatian spontan (perhatian tak-kesendak, perhatian yang tidak disengaja) b) Perhatian sekendak (perhatian disengaja, perhatian reflektif)
3.
Atas dasar luasnya objek yang dikenai perhatian menjadi : a) Perhatian terpancar (distributif) b) Perhatian terpusat (konsentratif) Menurut Walgito (2002) macam atau jenis perhatian orang tua adalah
sebagai berikut : 1.
Ditinjau dari segi timbulnya perhatian dibedakan menjadi : a) Perhatian spontan, yaitu perhatian yang timbul dengan dirinya timbul secara spontan dan erat hubungannya dengan minat individu. b) Perhatian tidak spontan, yaitu perhatian yang ditimbulkan dengan sengaja karena harus ada kemampuan untuk menimbulkannya.
2.
Ditinjau dari segi banyaknya objek yang dapat dicakup oleh perhatian pada suatu waktu dibedakan menjadi : a) Perhatian yang sempit, yaitu perhatian dimana individu pada suatu waktu hanya dapat memperhatikan sedikit objek.
7
b) Perhatian yang luas, yaitu perhatian dimana individu pada suatu waktu dapat memperhatikan banyak hal atau obyek sekaligus. 3.
Ditinjau dari segi fluktuasinya, perhatian dapat dibedakan menjadi : a) Perhatian yang statis, yaitu perhatian dimana individu dalam waktu tertentu dapat dengan statis atau tetap perhatiannya tertuju pada obyek tertentu b) Perhatian yang dinamis, yaitu perhatian dimana individu dapat memindahkan perhatian secara lincah dari satu obyek ke obyek lain. Dengan melihat pendapat yang telah dikemukakan di atas, maka bentuk
perhatian orang tua dalam belajar dapat dijabarkan sebagai berikut : 1.
Berdasarkan intensitasnya dibedakan menjadi : a) Perhatian intensif, yaitu perhatian orang tua dalam anak secara terus menerus yang diperkuat oleh banyaknya rangsangan atau keadaan yang menyertai aktivitas atau pengalaman batin. b) Perhatian tidak intensif, yaitu perhatian orang tua dalam belajar anak yang tidak terus menerus (sementara) dan kurang diperkuat oleh rangsangan atau beberapa keadaan yang menyertai aktivitas atau pengalaman kerja.
2.
Berdasarkan timbulnya perhatian dibedakan menjadi : a) Perhatian spontan (perhatian tidak sekehendak, perhatian tidak sengaja), yaitu perhatian orang tua dalam belajar anak yang tidak diusahakan secara sadar untuk memperhatikan tetapi tidak disengaja untuk memberikan perhatian terhadap anak.
8
b) Perhatian tidak spontan (perhatian sekendak, (perhatian disengaja), yaitu perhatian orang tua dalam belajar anak yang diusahakan secara sadar dan disengaja untuk dipusatkan pada belajar anak di rumah. 3.
Berdasarkan luas objek yang dikenai perhatian dibedakan menjadi: a) Perhatian terpencar (perhatian distributif, perhatian yang terbagi-bagi, perhatian yang luas), yaitu perhatian orang tua dalam belajar anak yang terpencar-pencar. b) Perhatian terpusat (perhatian konsentratif, perhatian yang sempit), yaitu perhatian orang tua dalam belajar anak yang betul-betul berkonsentrasi atau terpusat pada setiap saat.
4.
Berdasarkan flaktuasinya, perhatian dibedakan menjadi : a) Perhatian statis, yaitu perhatian orang tua dalam belajar anak yang tetap. Artinya perhatian tersebut terus bertalian setiap saat, anak perlu diperhatikan dalam belajarnya. b) Perhatian yang dinamis, yaitu perhatian orang tua dalam belajar anak yang tidak menentu, dalam arti kadang-kadang sama sekali tidak ada perhatian.
2.1.3. Faktor yang mempengaruhi perhatian orang tua Perhatian tidak selamanya dapat diarahkan dengan baik. Hal ini dikarenakan bahwa perhatian dipengaruhi oleh beberapa faktor. Diantara faktor penyebab yang mempengaruhi perhatian orang tua terhadap anaknya adalah orang tua khawatir kalau anaknya nakal, kurang pandai, minder serta agar anak-anaknya tidak terjerumus dalam perilaku menyimpang, seperti pendapat Jokie (2009)
9
menunjuk pada perilaku yang secara statistik berbeda dari kebanyakan orang. Perhatian juga diberikan orang tua agar anaknya mendapatkan prestasi disekolahnya dan kelak dapat tercapai cita-cita anaknya selain itu anaknya agar mampu menjadi pribadi yang mandiri. Bimbingan dan perhatian dari orang tua sangat diperlukan oleh anaknya dalam proses pencapaian prestasi belajarnya, Jadi dengan kata lain, perhatian orang tua merupakan faktor utama dalam membimbing, mengarahkan, dan mendidik anaknya dikalangan keluarga sehingga anaknya menjadi generasi penerus yang lebih baik. Perhatian dan teladan orang tua akan dicontoh anakanaknya dalam pembentukan karakter anaknya. Orang tua sebagai pengasuh dan bertanggung jawab penuh kepada anaknya baik di lingkungan keluarga maupun di lingkungan sekolah. Semua orang tua sudah tentu agar anak-anaknya mendapatkan prestasi dan pandai baik di sekolah maupun di luar sekolah, semua itu tidak lepas dari perhatian dan tanggung jawab orang tua dalam membimbing, mengarahkan dan memotivasi anaknya. Pendidikan dikalangan keluarga merupakan pendidikan yang dialami anak sejak ia dilahirkan dan biasanya dilakukan oleh orang tua. Jadi perhatian orang tua merupakan penentu sukses tidaknya anaknya dalam pencapaian prestasi di sekolah atau pun di luar sekolah. Sudah saatnya orang tua untuk menyadari akan kewajibannya dalam mendidik anak-anaknya agar kelak bisa menjadi generasi penerus.
10
Perhatian orang tua dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Dirgagunarso (1996) faktor-faktor itu dibagi dalam 2 golongan yaitu : 1.
Faktor dari luar yaitu timbulnya perhatian orang tua terhadap anak karena adanya faktor dari luar.
2.
Faktor dari dalam yaitu perhatian orang tua terhadap anak karena adanya motif, adanya kesediaan dan harapan orang tua terhadap anak. Menurut Ahmadi (2003) faktor yang mempengaruhi perhatian orang tua
adalah sebagai berikut : 1.
Pembawaan Hal ini berhubungan dengan tipe-tipe pribadi yang dimiliki oleh setiap orang tua. Tipe-tipe ini kepribadian yang berbeda pada orang tua akan berbeda pula sikapnya dalam memberikan perhatian kepada anak.
2.
Latihan dan kebiasaan Walaupun orang tua mengalami hambatan dalam memberikan perhatian, namun dengan adanya latihan sebagai usaha mencurahkan perhatian, maka lambat laun akan menjadi suatu kebiasaan.
3.
Kebutuhan Kemungkinan timbulnya perhatian karena adanya suatu kebutuhankebutuhan tertentu. Kebutuhan merupakan dorongan, sedangkan dorongan itu mempunyai suatu tujuan yang harus dicurahkan. Orang tua memberikan perhatian kepada anak disebabkan karena tujuan yang hendak dicapai misalnya mengharapkan anaknya mengetahui suatu nilai yang berlaku
11
4.
Kewajiban Perhatian dipandang sebagai kewajiban orang tua sedangkan kewajiban memandang unsur tanggung jawab yang harus dipenuhi oleh orang tua.
5.
Keadaan jasmani Tidak hanya kondisi psikologis tetapi kondisi fisiologis yang ikut mempegaruhi perhatian orang tua terhadap anak. Kondisi fisiologis yang tidak sehat akan berpengaruh pada usaha orang tua dalam mencurahkan perhatiannya.
6.
Suasana jiwa Keadaan batin, perasaan atau pikiran yang sedang berlangsung dapat mempengaruhi orang tua. Pengaruh tersebut bisa bersifat membantu atau malah menghambat usaha orang tua dalam memberikan perhatian.
7.
Suasana sekitar Suasana dalam keluarga misalnya adanya ketegangan diantara anggota keluarga akan mempengaruhi perhatian orang tua.
8.
Kuat tidaknya perangsang Dari obyek dalam hal ini yang dimaksud adalah anak. Anak yang kurang mendapat perhatian orang tua akan berusaha menarik perhatian orang tua, sehingga orang tua terdorong untuk lebih perhatian pada anak. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor perhatian orang tua
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar, yaitu meliputi pembawaan, latihan, dan kebiasaan, kebutuhan, kewajiban, keadaan
12
jasmani, suasana jiwa, suasana sekitar, kuat tidaknya perangsang sehingga dengan faktor-faktor tersebut siswa dapat mencapai prestasi belajar yang baik. Dakir (1993) mengemukakan faktor yang mempengaruhi perhatian orang tua : 1.
Ditinjau dari hal-hal yang bersifat objektif, yaitu rangsangan yang kuat mendapatkan perhatian, kualitas rangsangan mempengaruhi perhatian, objek yang besar menarik perhatian, begitu pula rangsangan dapat menarik perhatian
2.
Ditinjau dari hal-hal yang secara subjektif, yaitu hal-hal yang bersangkut paut dengan pribadi subjek, misalnya : beberapa rangsangan yang sesuai dengan bakatnya lebih menarik perhatian daripada hal yang lain. Baharuddin (2009), membagi faktor-faktor yang mempengaruhi perhatian
menjadi dua yaitu faktor obyektif dan subyektif. Faktor obyektif yang dapat menarik perhatian seseorang adalah : 1.
Adanya rangsangan yang kuat
2.
Kualitas rangsangan
3.
Adanya objek yang besar/luas
4.
Adanya stimulus yang baru Sedangkan faktor subyektif yang dapat menarik perhatian adalah :
1.
Adanya stimulus yang membawanya mengandung daya tarik
2.
Adanya arti atau maksud pada sesuatu dapat menimbulkan daya tarik
3.
Ketidakpastian menimbulkan daya tarik
4.
Emosi yang tetap (terbiasa) dapat menentukan daya tarik.
13
Berdasarkan penjelasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perhatian orang tua, maka dapat disimpulkan bahwa perhatian orang tua dapat dipengaruhi dua faktor yaitu faktor objektif dan subjektif. Faktor objektif cenderung timbul karena dorongan dari dalam diri individu, sedangkan faktor subjektif cenderung timbul dari luar diri individu. Kedua faktor tersebut bagi orang tua dapat muncul dengan sendiri ataupun bersama-sama tergantung pada objek yang sedang dihadapi. Perhatian orang tua yang diberikan kepada anaknya sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak khususnya pada minat belajar dan kegiatan-kegiatan lain yang dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap anak.
2.2.
Prestasi Belajar Siswa Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, yakni
prestasi dan belajar. Untuk memahami lebih jauh tentang pengertian prestasi belajar, peneliti menjabarkan makna dari kedua kata tersebut. 2.2.1. Pengertian prestasi Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, pengertian prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah diakukan, dikerjakan, dan sebagainya). Sedangkan menurut Djamarah (1994) dalam bukunya bahwa prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja. Dalam buku yang sama Nasrun Harahap, berpendapat bahwa prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan
14
dan kemajuan siswa berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada siswa. Menurut Suryabrata (2007) mengemukakan bahwa prestasi adalah nilai yang merupakan perumusan terakhir yang dapat diberikan oleh guru mengenai kemajuan atau prestasi belajar siswa selama masa tertentu. Syah (2005) berpendapat bahwa prestasi adalah tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Dan menurut Tohirin (2006) Prestasi adalah apa yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan kegiatan. Gagne (1985) menyatakan bahwa prestasi belajar dibedakan menjadi lima aspek, yaitu : kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, sikap dan keterampilan. Menurut Bloom dalam Arikunto (1990) bahwa hasil belajar dibedakan menjadi tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Dari beberapa penjelasan diatas, dapat disimpulan bahwa prestasi adalah hasil akhir yang dicapai oleh siswa setelah melakukan serangkaian kegiatan proses pembelajaran di sekolah. Prestasi yang diperoleh dapat dikatakan baik apabila telah memenuhi standar nilai yang ditetapkan, sebaliknya dikatakan belum optimal apabila belum bisa memenuhi standar nilai yang telah ditentukan. 2.2.2. Pengertian belajar Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
15
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2010) Fontana seperti yang dikutip oleh Winataputra (1995) dikemukakan bahwa learning (belajar) mengandung pengertian proses perubahan yang relative tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman. Selaras dengan pendapat Hakim (2000) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dll. Hal ini berarti bahwa peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya kualitas dan kuantitas kemampuan seseorang dalam berbagai bidang. Dalam proses belajar, apabila seseorang tidak mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, maka orang tersebut sebenarnya belum mengalami proses belajar atau dengan kata lain ia mengalami kegagalan di dalam proses belajar. Cronbach dan Geoch dalam Sardiman (2005) menyatakan belajar sebagai berikut : 1.
2.
3.
Cronbach memberikan definisi : “Learning is shown by a change in behavior as a result of experience”. “Belajar adalah memperlihatkan perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari pengalaman”. Harold Spears memberikan batasan: “Learning is to observe, to read, to initiate, to try something themselves, to listen, to follow direction”. Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti petunjuk/arahan. Geoch, mengatakan : “Learning is a change in performance as a result of practice”. Belajar adalah perubahan dalam penampilan sebagai hasil praktek. 16
Syah (2000) bahwa belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relative menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Begitu juga menurut Whitaker yang dikutip oleh Soemanto (1990), belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan dan pengalaman. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik kalau si subyek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik. Belajar sebagai kegiatan individu sebenarnya merupakan rangsangan-rangsangan individu yang dikirim kepadanya oleh lingkungan. Dengan demikian terjadinya kegiatan belajar yang dilakukan oleh seorang idnividu dapat dijelaskan dengan rumus antara individu dan lingkungan. 2.2.3. Pengertian prestasi belajar Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung. Ahmadi dan Supriyono (1990) menyatakan prestasi belajar merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar (faktor eksternal) individu.
17
Menurut Djamarah (2008), “Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dari dalam individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar”. Sedangkan menurut Sukmadinata (2007), prestasi belajar adalah realisasi atau pemekaran dari kecapakan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Menurut Hetika (2008), prestasi belajar adalah pencapaian atau kecakapan yang dinampakkan dalam keahlian atau kumpulan pengetahuan. Selanjutnya menurut Asmara (2009) prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seseorang dalam pengusasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan dalam pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan tes angka nilai yang diberikan oleh guru. Harjati (2008), menyatakan bahwa prestasi merupakan hasil usaha yang dilakukan dan menghasilkan perubahan yang dinyatakan dalam bentuk simbol untuk menunjukkan kemampuan pencapaian dalam hasil kerja dalam waktu tertentu. Menurut Winkel melalui Sunarto (1996) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya”. Sedangkan menurut Gunarso (1993) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tes prestasi belajar. Selanjutnya Asmara (2009) prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seseorang dalam penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan dalam pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan tes angka nilai yang diberikan oleh
18
guru. Begitu pula Harjati (2008), menyatakan bahwa prestasi merupakan hasil usaha yang dilakukan dan menghasilkan perubahan yang dinyatakan dalam bentuk simbol untuk menunjukkan kemampuan pencapaian dalam hasil kerja dalam waktu tertentu. Menurut Anwar (2005) mengemukakan tentang tes prestasi belajar bila dilihat dari tujuannya yaitu mengungkap keberhasilan seseorang dalam belajar. Testing pada hakikatnya menggali informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Tes prestasi belajar berupa tes yang disusun secara terrencana untuk mengungkap performasi maksimal subyek dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan. Dalam kegiatan pendidikan formal tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan harian, tes formatif, tes sumatif, bahkan ebtanas dan ujian-ujian masuk perguruan tinggi. Pengertian prestasi belajar adalah sesuatu yang dapat dicapai atau tidak dapat dicapai. Untuk mencapai suatu prestasi belajar siswa harus mengalami proses pembelajaran. Dalam melaksanakan proses pembelajaran siswa akan mendapatkan pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Dengan prestasi yang diraih oleh seseorang dapat dilihat seberapa besar kuantitas pengetahuan yang dimilikinya. Prestasi belajar dapat dijadikan sebagai indikator keberhasilan siswa dalam belajarnya.
19
2.2.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar secara umum menurut Slameto (2003) pada garis besarnya meliputi faktor intern dan faktor ekstern yaitu: 1.
Faktor intern Dalam faktor ini dibahas 2 faktor yaitu: a.
Faktor jasmaniah mencakup: 1) Faktor kesehatan 2) Cacat tubuh
b.
Faktor psikologis mencakup: 1) Intelegensi 2) Perhatian 3) Minat 4) Bakat 5) Motivasi 6) Kematangan 7) Kesiapan
c. 2.
Faktor kelelahan
Faktor ekstern Faktor ini dibagi menjadi 3 faktor, yaitu: a.
Faktor keluarga mencakup: 1) cara orang tua mendidik 2) relasi antar anggota keluarga
20
3)
suasana rumah
4) keadaan ekonomi keluarga 5) pengertian orang tua 6) latar belakang kebudayaan b.
Faktor sekolah meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi 1) guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin 2) sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran 3) atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah
c.
Faktor masyarakat meliputi kegiatan dalam masyarakat, mass media, teman bermain, bentuk kehidupan bermasyarakat.
Selanjutnya Suryabrata (2002) mengklasifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar sebagai berikut: 1.
Faktor-faktor yang berasal dari luar diri a.
Faktor non-sosial dalam belajar Meliputi keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu, tempat dan alatalat yang dipakai untuk belajar (alat tulis, alat peraga)
b. 2.
Faktor sosial dalam belajar
Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri a.
Faktor fisiologi dalam belajar Faktor ini terdiri dari keadaan jasmani pada umumnya dan keadaan fungsi jasmani tertentu.
21
b.
Faktor psikologi dalam belajar Faktor ini dapat mendorong aktivitas belajar seseorang karena aktivitas dipacu dari dalam diri, seperti adanya perhatian, minat, rasa ingin tahu, fantasi, perasaan, dan ingatan.
Pendapat lain mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar menurut Ahmadi dan Supriyono (2002) yaitu: 1.
Faktor internal a.
Faktor jasmaniah baik bawaan maupun yang diperoleh, yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya.
b.
Faktor psikologi, baik bawaan maupun yang diperoleh yang terdiri atas : 1) Faktor intelektif yang meliputi: a)
Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat
b)
Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki
2) Faktor non intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri. c. 2.
Faktor kematangan fisik maupun psikis.
Faktor Eksternal a.
Faktor sosial, yang terdiri atas : 1) Lingkungan kerja 2) Lingkungan sosial
22
3) Lingkungan masyarakat 4) Lingkungan kelompok b.
Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian
c.
Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim
d.
Faktor lingkungan spiritual atau keamanan
Jadi, berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor - faktor yang mempengaruhi prestasi belajar digolongkan menjadi dua yaitu: 1.
Faktor intern Faktor ini berkaitan dengan segala yang berhubungan dengan diri siswa itu sendiri berupa motivasi, minat, bakat, kepandaian, kesehatan, sikap, perasaan dan faktor pribadi lainnya.
2.
Faktor ekstern Faktor ini berhubungan dengan pengaruh yang datang dari luar diri individu berupa sarana dan prasarana, lingkungan, masyarakat, guru, metode pembelajaran, kondisi sosial, ekonomi, dan lain sebagaianya.
2.3.
Perhatian Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Siswa Hasbullah
(1994)
menyatakan,
keluarga
merupakan
lingkungan
pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan pendidikan dan bimbingan, sedangkan tugas utama dalam keluarga bagi pendidikan anak ialah sebagai peletak pendidikan dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan.
23
Oleh karena itu, hendaknya orang tua hendaknya selalu berusaha menciptakan keluarga yang rukun karena pendidikan anak dimulai dalam keluarga. Sedangkan sekolah dalam hal ini merupakan pendidikan lanjutan. Peralihan pendidikan non formal ke lembaga-lembaga formal memerlukan kerjasama yang baik antara keluarga dan guru sebagai pendidik dalam usaha meningkatkan hasil belajar anak. Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuningsih (2007) yang berjudul pengaruh perhatian orang tua dan kontinuitas belajar terhadap prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI MAN 1 Wates tahun ajaran 2007/2008, menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara perhatian orang tua dan prestasi belajar. Dalam penelitian Ningrum (2015) melakukan penelitian tentang pengaruh perhatian orang tua dan disiplin belajar siswa terhadap prestasi belajar standar kompetensi melakukan prosedur administrasi siswa kelas XI kompetensi keahlian administrasi perkantoran SMK Kristen 2 Klaten. Menyimpulkan adanya pengaruh yang positif perhatian orang tua terhadap prestasi belajar siswa. Berbeda dengan penelitian dari Azizah (2009) tentang studi tidak adanya perhatian orang tua terhadap prestasi belajar pendidikan agama Islam siswa kelas VIII SMPN 2 Temon Kulon Progo Tahun Pelajaran 2008/ 2009. Penelitian ini menyimpulkan bahwa tidak adanya perhatian yang diberikan orang tua dalam bentuk memberikan dorongan belajar di rumah, kurangnya memberi sarana dan fasilitas belajar, tidak membantu memecahkan masalah, tidak membantu memberikan petunjuk dan arahan kepada anak, serta tidak mengontrol kegiatan
24
anak di lingkungan bermain, yang mengakibatkan prestasi belajar anak menjadi rendah. Berdasarkan apa yang telah diungkapkan di atas penulis menyimpulkan bahwa adanya komparasi atau perbandingan atau perbedaan antara perhatian orang tua dan tidak perhatian orang tua yang diberikan kepada anak terhadap prestasi belajarnya. Jadi tinggi rendahnya prestasi belajar anak dipengaruhi oleh ada dan tidaknya perhatian yang diberikan oleh orang tua.
2.4.
Hipotesa Hipotesa penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah
penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris (Suryabrata 2003). Hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah : ada perbedaan yang signifikan prestasi belajar siswa berdasarkan perhatian orang tua dalam kegiatan belajar siswa kelas X SMK PGRI 2 Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016.
25