7
BAB II KAJIAN TEORI
2.1
Kajian Penelitian yang Relevan Penelitian tentang Tengge-Tengge sebagai stimulus kreativitas tari belum
pernah diteliti sebelumnya. Namun peneliti menemukan beberapa kajian yang relevan dengan penelitian ini. Berikut ini akan diuraikan beberapa kajian relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Irnawati RH Dunggio 2012 melakukan penelitian yang berjudul “Karya Wisata sebagai Rangsang Awal Kreativitas Tari (penelitian pada siswa kelas VII2SMP Negeri 1 Kota Gorontalo). adapun permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah “Bagaimana proses pembelajaran seni tari menggunakan metode karya wisata sebagai rangsang awal kreativitas tari di kelas VII2 SMP Negeri 1 Gorontalo?. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan metode karya wisata dapat merangsang kreativitas tari siswa yang dilihat dari kemampuan siswa dalam menciptakan gerak setelah setelah dilakukan penerapan metode karya wisata di tiga tempat yaitu lahan persawahan, kolam renang lahilote dan taman kota. Bila dicermati penelitian ini lebih ditekankan pada penggunaan metode karya wisata. Nurnaningsih Hasan 2011 melakukan penelitian yang berjudul “ Olah Tubuh Sebagai Media Untuk Merangsang Kemampuan Merangkai Gerak Tari pada Siswa Kelas VII1 SMP Negeri 2 Limboto Kabupaten Gorontalo. Permasalahan yang diteliti adalah “ Bagaimana merangsang kemampuan siswa
7
8
kelas VII3 untuk merangkai gerak tari dengan menggunakan media olah tubuh? “. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan media olah tubuh diperlihatkan bahwa kemampuan siswa merangkai gerak tari lebih baik setelah diterapkan olah tubuh. Kaitannya dengan penelitian yang akan diteliti oleh peneliti adalah peneliti menggunakan unsur komposisi tari yang sama untuk menilai kemampuan siswa yaitu gerak, dinamika, pola lantai dan musik pengiring. Dengan demikian kedua penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah semua bertujuan merangsang kemampuan siswa dalam berkreasi tari. Sedangkan perbedaanya terletak pada media yang digunakan dan sampel yang diteliti. Pada penelitian Irnawati Dunggio lebih ditekankan pada penggunaan karya wisata dengan mengambil sampel kelas VII2 SMP Negeri 1 Kota Gorontalo sementara pada penelitian Nurnaningsih Hasan lebih menekankan pada penggunaan media Olah Tubuh dan mengambil sampel Kelas VII1 SMP Negeri 2 Limboto Kabupaten Gorontalo. Dalam penelitian ini peneliti lebih menekankan pada penggunaan Tengge-Tengge sebagai stimulus dan mengambil sampel kelas VIII3 SMP Negeri 8 Kota Gorontalo.
2.2
Kajian Teori
2.2.1 Tengge-Tengge sebagai Rangsang Smith (1985:20) mengemukakan bahwa ‘Rangsang merupakan sesuatu yang membangkitkan fikir, atau semangat, atau mendorong untuk melakukan kegiatan’. Dengan adanya rangsang siswa akan mendapatkan ide untuk
9
menciptakan suatu gerakan sesuai dengan rangsang yang diperoleh. Dalam penelitian ini peneliti lebih menekankan pada rangsang kinestetik, yaitu dengan menggunakan Tengge-Tengge untuk merangsang siswa dalam menciptakan gerak tari. Tengge-Tengge merupakan salah satu permainan tradisional anak Gorontalo yang dilakukan dengan cara berjingkat-jingkat. Dalam permainan ini lebih menekankan pada kemampuan kaki karena berjingkat dilakukan dengan satu kaki. Permainan ini memiliki 24 gerak, dimana gerak-gerak tersebut merupakan gerak sederhana sehingga permainan ini mudah diingat dan dilakukan. Gerak dalam permaianan Tengge-Tengge dapat dijadikan sebagai perbendaharaa gerak oleh siswa dalam membuat satu kreativitas tari yang baru. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Smith (1985:22) ‘Bukan tidak mungkin bahwa tari disusun berdasarkan gerak itu sendiri’. Gerak-gerak dari rangsang yang diperoleh akan disusun menjadi sebuah tari yang akan menjadi sebuah tari kreasi baru. 2.2.2
Kreativitas ‘Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru
berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada’ (Munandar, 1992:47). Kegiatan kreativitas memerlukan unsur-unsur lain yang mendukung kegiatan tersebut. Sama halnya dengan kreativitas tari memerlukan hal-hal lain yang dapat mendukung hal tersebut, salah satunya adalah dengan memberikan rangsang untuk menciptakan sebuah tari. Dalam hal ini adalah menerapkan Tengge-Tengge untuk merangsang kreativitas tari siswa.
10
Munandar (1992:67) mengemukakan bahwa ‘Kreativitas akan berkembang dalam suasana yang memberikan kebebasan untuk menyelidiki’. Dengan memberikan kebebasan kepada siswa, siswa akan akan lebih leluasa untuk mengembangkan kemampuannya. 2.2.3
Seni Tari ‘Tari adalah gerak-gerak dari seluruh anggota tubuh yang selaras dengan
musik diatur oleh irama yang sesuai dengan maksud dan tujuan tertentu dalam tari’ (Setiawati, 2008:22). Jadi elemen utama dalam tari adalah gerak. Gerakgerak ini akan lebih mudah tercipta bila siswa diberikan sebuah rangsangan untuk menciptakan gerakan tersebut. dalam hal ini peneliti mencoba untuk menerapkan Tengge-Tengge untuk merangsang siswa dalam menciptakan gerak tari. Gerakgerak tersebut kemudian disusun dan atur sedemikian rupa sehingga menghasilkan sebuah tarian yang indah dan dapat dinikmati oleh semua orang. 2.2.4
Komposisi Tari
2.2.4.1 Gerak Gerak adalah elemen utama dalam tari namun tidak semua gerakan dapat dikatakan sebagai gerak tari. Setiawati (2008:23) mengemukakan bahwa ‘Gerakan tubuh manusia dalam wujud gerak sehari-hari, gerak olah raga, gerak bermain, gerak bekerja, gerakan pencak-silat,serta gerak untuk berkesenian. Jenis gerakan seperti tersebut diatas, apabila harus diwujudkan ke dalam bentuk gerak tari pada puncaknya harus distilisasi atau didistorsi’. Jadi gerak tari merupakan gerak yang
11
diambil dari gerak manusia sehari-hari hanya saja gerkan tersebut kemudian dirubah dan diperindah sehingga memiliki makna dan dapat dinikmati. 2.2.4.2 Dinamika Setelah gerakkan dibuat, maka gerakkan tersebut tidak langsung dapat dinikmati akan tetapi diperlukan unsur komposisi tari lainnya untuk melengkapi gerakkan tersebut diantaranya adalah dinamika. Setiawati ( 2008 : 236 ) mengemukakan bahwa ‘Dinamika dapat diwujudkan bermacam-macam teknik. Pergantian level dari tinggi ke rendah atau sebaliknya, pergantian tempo dari cepat ke lambat atau sebaliknya, serta pergantian tekanan gerak lambat ke cepat atau sebaliknya’. Dengan adanya dinamika gerakkan yang telah dibuat akan lebih bervariasi dan tidak kelihatan monoton. 2.2.4.3 Pola lantai Pola lantai atau desain lantai merupakan hal yang berkaitan dengan desain ruang yang digunakan dalam menari. Setiawati (2008 : 229 ) mengemukakan ‘Secara umum desain ini terbagi ke dalam dua bagian yakni desain garis lurus dan disain garis lengkung’. Dalam penelitian ini peneliti lebih menekankan pada pola desain garis lurus. Setiawati ( 2008 : 229 ) ‘Pola garis lurus dapat dibuat ke depan, ke belakang, dan ke samping atau serong. Formasi garis lurus juga dapat dalam bentuk segitiga, segi empat, huruf T, huruf V, dan bentuk lain seperti desain zigzag atau kebalikannya.Penggunaan pola lantai tidak dibatasi pada satu arah hadap namun harus tetap mempertimbangkan ruang atau panggung tempat menari dan jumlah penari.
12
2.2.5 Musik pengiring Tari dan musik pengiringnya merupakan dua hal yang saling beriringan. Dalam penyajian sebuah tarian tidak terlepas dari musik untuk mengiringi tarian tersebut. Pemilihan iringan tari biasanya disesuaikan dengan tempo tarian. Setiawati ( 2008 : 226) mengemukakan bahwa Masalah tempo atau ritme, dinamik dan sinkop yang terdapat dalam bunyi suatu musik dapat membentuk irama dan dinamik yang mampu menggugah rasa kita untuk mengekspresikan gerak. Musik dapat juga berfungsi untuk membangun suasana yang dapat penari maupun penikmat tari lebih menghayati dan menikmati tarian tersebut.