BAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Produktvitas
2.1.1
Pengertian Produktivitas
Produktivitas
memiliki
bermacam-macam
arti,
masing-masing
bidang
pengetahuan memiliki pengertian yang berlainan tentang produktivitas, adapun berbagai macam pengertian produktivitas adalah sebagai berikut : a.
Kamus besar bahasa Indonesia mendefinisikan produktivitas sebagai kemampuan untuk menghasilkan sesuatu, daya produksi
b.
Concise Oxford Dictionary (9th edition) mendefinisikan produktivitas sebagai
kemampuan
untuk
memproduksi,
keadaan
produktif,
keefektifan dalam mengusahakan produktivitas khususnya daerah industri. c.
Olomolaiye (1998) menyatakan bahwa produktivitas dapat diuraikan sebagai suatu perbandingan antara total output yang berupa barang maupun jasa pada waktu tertentu dibagi dengan total inputnya yang berupa manpower, material, money, methode, machine selama periode yang bersangkutan dalam satuan unit.
d.
Pilcher (1992) menyatakan bahwa produktivitas adalah rasio antara kegiatan (output) dan masukan ( input ). Produktivitas = output Input
II - 1
BAB II LANDASAN TEORI
e. Dalam buku yang berjudul Produktivitas apa dan bagaimana ( Drs. Muchdarsyah Sinungan, 2008) terdapat definisi produktivitas menurut L. Greenberg yaitu produktivitas adalah sebagai perbandingan antara totalitas pengeluaran pada waktu tertentu di bagi totalitas masukan dalam periode tersebut. Produktivitas juga diartikan sebagai : a.
Perbandingan ukuran harga bagi masukan dan hasil
b.
Perbedaan antara kumpulan jumlah pengeluaran dan masukan yang dinyatakan dalam satuan-satuan (unit) umum.
f. Boy (1986) dalam bidang konstruksi menyatakan bahwa produktivitas adalah hubungan antara barang yang dihasilkan ( output ) dan jumlah tenaga kerja, modal, tempat, dan sumber daya lain yang tersedia untuk menghasilkan barang ( input ) Produktivitas = hasil kerja Jam kerja
2.1.2
Konsep dasar sistem produktivitas
Ukuran keberhasilan produktivitas dipandang dari dua sisi yaitu sisi input dan sisi output. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa produktivitas berkaitan dengan efisiensi penggunaan input dalam mempoduksi output (barang dan/atau jasa). Menurut Mali (1978), produktivitas merupakan suatu kombinasi dari efektivitas dan efisiensi, sehingga produktivitas dapat diukur berdasarkan pengukuran berikut :
II - 2
BAB II LANDASAN TEORI
Produktivitas
=
Output yang dihasilkan = Pencapaian tujuan Input yang di pergunakan Penggunaan sumber-sumber daya
=
Efektivitas pelaksanaan tugas = Efisiensi penggunaan sumber-sumber daya
Efektiftas Efisiensi
Pada dasarnya konsep siklus produktivitas terdiri dari empat tahap utama, yaitu`pengukuran
produktivitas,
evaluasi
produktivitas,
perencanaan
produkivitas, dan peningkatan produktivitas. Konsep Siklus Produktivitas ini ditunjukkan dalam Gambar 2.1 TAHAP 1 : PENGUKURAN PRODUKTIVITAS
TAHAP 4 : PENINGKATAN PRODUKTIVITAS
TAHAP 2 : EVALUASI PRODUKTIVITAS
TAHAP 3 : PERENCANAAN PRODUKTIVITAS
Gambar 2.1. Siklus Produktivitas ( Sumanth, 1985 ) Dari gambar 2.1 tampak bahwa siklus produktivitas merupakan suatu proses yang continue, yang melibatkan aspek-aspek : pengukuran, evaluasi, perencanaan dan peningkatan produktivitas.
Berdasarkan konsep siklus
produktivitas, secara formal program peningkatan produktivitas harus dimulai melalui pengukuran dari sistem itu sendiri. Apabila produktivitas produktivitas dari sistem itu telah dapat diukur, langkah berikutnya adalah mengevaluasi tingkat produktivitas untuk dibandingkan dengan rencana yang telah ditetapkan.
II - 3
BAB II LANDASAN TEORI
Kesenjangan yang terjadi antara tingkat produktivitas aktual dan rencana (productivity gap) merupakan masalah produktivitas yang hatus dievaluasi dan dicari akar penyebab yang menimbulkan kesenjangan produktivitas itu. Berdasarkan evaluasi ini, selanjutnya dapat direncanakan kembali target produktivitas yang akan dicapai baik dalam jangka pendek maupun panjang. Untuk mencapai target produktivitas yang telah direncanakan itu, berbagai program formal dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas terus menerus.
Siklus produktivitas itu diulang kembali secara kontinu untuk
mencapai peningkatan produktivitas terus menerus dalam sistem konstruksi.
2.1.3
Pengukuran Produktivitas
Beberapa manfaat pengukuran produktivitas dalam suatu organisasi perusahaan antara lain : a.
Perencanaan sumber-sumber daya akan menjasi lebih efektif dan efisien melalui pengukuran produktivitas, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
b.
Tujuan
ekonomis
dan
nonekonomis
dari
perusahaan
dapat
diorganisasikan kembali dengan cara memberikan prioritas tertentu yang dipandang dari sudut produktivitas. c.
Pengukuran target tingkat produktivitas dimasa mendatang dapat dimodifikasi
kembali
berdasarkan
informasi
pengukuran
tingkat
produktivitas sekarang. d.
Strategi untuk meningkatkan produktivitas perusahaan dapat ditetapkan berdasarkan tingkat kesenjangan produktivitas (productivity gap) yang
II - 4
BAB II LANDASAN TEORI
ada diantara tingkat produktivitas yang direncanakan (produktivitas ekspektasi) dan tingkat produktivitas yang diukur (produktivitas parsial). Dalam hal ini pengukuran produktivitas akan memberikan informasi dalam mengidentifikasi masalah-masalah atau perubahan yang terjadi, sehingga tindakan korektif dapat diambil. e.
Pengukuran produktivitas perusahaan akan menjadi informasi yang bermanfaat dalam membandingkan tingkat produktivitas diantara organisasi perusahaan dalam usaha kontruksi sejenis serta bermanfaat pula untuk informasi produktivitas pada skala nasional maupun global.
f.
Nilai-nilai produktivitas yang dihasilkan dari suatu pengukuran dapat memberi
informasi
yang
berguna
untuk
merencanakan
tingkat
keuntungan dari perusahaan tersebut. g.
Pengukuran
produktivitas
akan
menciptakan
tindakan-tindakan
kompetitif berupa upaya-upaya peningkatan produktivitas terus-menerus ( continuous productivity improvement). h.
Pengukuran produktivitas terus-menerus akan memberikan informasi yang bermanfaat untuk menentukan dan mengevaluasi kecenderungan perkembangan produktivitas perusahaan perusahaan dari waktu ke waktu.
i.
Pengukuran produktivitas akan memberikan informasi yang bermanfaat dalam mengevaluasi perkembangan dan efektivitas dari perbaikan terus menerus yang dilakukan dalam perusahaan itu.
j.
Pengukuran produktivitas akan memberikan motivasi kepada orangorang untuk secara terus menerus melakukan perbaikan dan juga akan meningkatkan kepuasan kerja.
Orang-orang akan lebih memberikan
II - 5
BAB II LANDASAN TEORI
perhatian kepada pengukuran produktivitas apabila dampak dari perbaikan produktivitas itu terlihat jelas dan dirasakan langsung oleh mereka.
Dalam pengukuran produktivitas, model pengukuran produktivitas yang paling sederhana adalah pendekatan rasio output / input. Pengukuran produktivitas berdasarkan pendekatan rasio output / input akan mampu menghasilkan tiga jenis ukuran produktivitas, yaitu : a.
Produktivitas parsial Produktivitas parsial sering disebut juga sebagai produktivitas faktor tunggal (single-faktor productivity) merupakan rasio dari output terhadap salah satu jenis input.
Sebagai contoh, produktivitas tenaga kerja
merupakan ukuran produktivitas parsial dari input tenaga kerja yang diukur
berdasarkan
rasio
output
terhadap
input
tenaga
kerja.
Produktivitas material diukur berdasarkan rasio output terhadap input material. b.
Produktivitas faktor-total Produktivitas factor-total merupakan rasio output bersih terhadap banyaknya input modal dan tenaga kerja yang digunakan. Output bersih ( net output) adalah output total dikurangi dengan barang-barang dan jasa antara yang digunakan dalam proses produksi.
Berdasarkan definisi
diatas, jenis input yang dipergunakan dalam pengukuran produktivitas factor-total hanya factor tenaga dan modal. c.
Produktivitas total
II - 6
BAB II LANDASAN TEORI
Produktivitas total merupakan rasio dari output total terhadap input total (semua input yang digunakan dalam proses produksi).
Berdasarkan
definisi ini tampak bahwa ukuran produktivitas total merefleksikan dampak penggunaan semua input secara bersamaan dalam memproduksi output.
Ketiga pengukuran di atas dapat menggunakan suatu fisik dari output dan input ( ukuran berat, panjang, isi, dan lain-lain), atau satuan moneter dari output dan input (dollar, rupiah, dan lain-lain). Meskipun setiap orang dapat mengajukan definisi yang berbeda tentang produktivitas, namun definisi itu harus mengaitkan produktivitas secara langsung dengan aspek-aspek kualitas, efektivitas, dan efisiensi.
Dalam hal ini produktivitas harus didefinisikan
sebagai rasio antara efektifitas pencapaian tujuan pada tingkat kualitas tertentu (output) dan efisiensi penggunaan sumber-sumber daya (input).
Indikator-indikator
pengukuran
produktivitas
dalam
sistem
pekerjaan
konstruksi berada dalam tahap pengembangan, sehingga setiap jenis pekerjaan konstruksi biasanya menentukan indicator-indikator yang sesuai dengan proses kerja dan tujuan manajemen dalam perbaikan produktivitas dan industri itu. Untuk menjamin efektivitas keberhasilan program peningkatan produktivitas perusahaan, maka pemilihan indicator-indikator pengukuran produktivitas harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi dari sistem pekerjaan konstruksi yang ada dengan mengacu pada kebutuhan langsung dari perusahaan berkaitan dengan tujuan produktivitas dari perusahaan itu.
II - 7
BAB II LANDASAN TEORI
Dengan demikian, sebelum melakukan pengukuran produktivitas pada system apa saja, terlebih dahulu harus dirumuskan secara jelas output apa yang diharapkan dari system itu dan sumber-sumber daya (input) apa saja yang akan dipergunakan dalam proses system tersebut untuk menghasilkan output itu. Dengan denikian pengukuran produktivitas harus mampu mencerminkan performansi dari system itu berkaitan dengan tranformasi nilai tambah dari input menjadi output.
2.1.4
Evaluasi Produktivitas
Evaluasi produktivitas merupakan tahap kedua dari siklus produktivitas yang dilakukan berdasarkan pengukuran produktivitas yang telah dianalisis dan disajikan melalui suatu laporan produktivitas perusahaan. Setiap perusahaan dapat memodifikasi bentuk laporan produktivitasnya agar sesuai dengan kondisi serta kebutuhan actual perusahaan. Selanjutnya dapat diidentifikasi produktivitas yang ditetapkan, untuk dikaji lebih lanjut apa yang menjadi akar penyebab dari masalah penurunan produktivitas terus menerus dari perusahaan itu dapat dilakukan secara efektif dan efisien.
2.1.5
Peningkatan Produktivitas
Untuk dapat mengetahui adanya suatu peningkatan produktivitas maka perusahaan harus terlebih dahulu memiliki alat untuk mengevaluasi kinerja (Performance Appraisal). Dalam hal ini maka output (hasil) yang diharapkan untuk dimiliki oleh peserta training harus sudah tersusun secara rinci sehingga
II - 8
BAB II LANDASAN TEORI
akan lebih mudah untuk dilakukan evaluasi. Beberapa hal yang menjadi indikator adanya peningkatan produktivitas karyawan, misalnya:
Perbaikan metode atau prosedur kerja sehingga menjadi lebih efisien peningkatan ketrampilan sehingga membuat pekerjaan diselesaikan dengan cepat dan tepat Peningkatan motivasi kerja sehingga mau melakukan berbagai upaya untuk mencapai keberhasilan
2.2
Upah
2.2.1
Definisi Upah
Beberapa definisi tentang upah menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut : a.
Upah adalah harga untuk jasa-jasa yang diberikan seseorang kepada orang lain ( Edwin B. Flippo ,1996 ).
b.
Upah adalah jumlah keseluruhan yang ditetapkan sebagai pengganti jasa yang telah dikeluarkan oleh tenaga kerja meliputi masa atau syarat – syarat tertentu ( Hadi Poerwono )
Meskipun para ahli memberikan definisi yang berbeda-beda tetapi jelas memiliki maksud yang sama yaitu upah merupakan pengganti jasa yang diberikan kepada seseorang atau jasa yang telah dilakukannya.
2.2.2
Peranan Upah
Upah merupakan suatu hal yang penting bagi setiap karyawan yang bekerja dalam suatu perusahaan, karena dengan upah mereka dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
II - 9
BAB II LANDASAN TEORI
Karena pentingnya upah maka peranan upah dapat ditinjau dari dua pihak yaitu pihak pemberi jasa atau karyawan dan pihak penerima jasa atau perusahaan. Peranan upah ditinjau dari : a. Pihak Pengguna Jasa Upah merupakan imbalan atas jerih payah serta pengorbanan yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Karena itu apabila pemberian upah yang terlalu rendah akan menurunkan produktivitas kerja karyawan. b. Pihak Penyedia Jasa Upah merupakan salah satu unsur harga pokok produktivitas sehingga kesalahan didalam pengupahan akan membawa kerugian bagi perusahaan, karena biaya produksi yang sangat tinggi menyebabkan perusahaan tidk dapat bersaing di pasaran.
2.2.3
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Upah
Beberapa faktor penting yang mempengaruhi tinggi rendahnya upah antara lain : a.
Penawaran dan Permintaan Tenaga Kerja Untuk pekerjaan yang membutuhkan keterampilan tinggi dan jumlah tenaga kerjanya langka, maka upah cenderung tinggi, sedangkan untuk jabatan-jabatan yang mempunyai penawaran yang melimpah, maka upah akan cenderung turun.
II - 10
BAB II LANDASAN TEORI
b.
Organisasi Buruh Ada tidaknya organisasi buruh, serta lemah kuatnya organisasi akan ikut mempengaruhi terbentuknya tingkat upah. Adanya serikat buruh yang kuat, yang berarti posisi bergaining karyawan juga kuat, akan menaikkan tingkat upah. Demikian sebaliknya serikat buruh yang lemah, berarti posisi bergaining karyawan juga lemah akan cenderung menerima upah yang diterima perusahaan.
c.
Kemampuan untuk Membayar Meskipun mungkin serikat buruh menuntut upah yang tinggi, tetapi akhirnya realisasi pemberian upah akan tergantung dari perusahaan. Bagi perusahaan upah merupakan salah satu kompensasi biaya produksi.
Tingginya upah akan mengakibatkab naiknya biaya
produksi dan akhirnya akan mengurangi keuntungan. Kalau kenaikan biaya produksi sampai mengakibatkan kerugian perusahaan, maka perusahaan yidak mampu memenuhi fasilitas karyawan. d.
Produktivitas Upah sebenarnya merupakan imbalan atas prestasi karyawan. Semakin tinggi prestasi karyawan seharusnya semakin besar pula upah yang akan dia terima.
Prestasi ini biasanya sebagai
produktivitas. e.
Biaya Hidup Faktor lain yang perlu dipertimbangkan juga adalah biaya hidup. Di kota-kota besar, dimana biaya hidup tinggi, upah juga cenderung tinggi.
Oleh karena itu pemberian upah diusahakan mampu
II - 11
BAB II LANDASAN TEORI
mengimbangi biaya hidup karena bagaimanapun juga biaya hidup merupakan batas penerimaan upah dari karyawan. f.
Pemerintah Pemerintah dengan peraturan-peraturannya juga mempengaruhi tinggi rendahnya upah, penetapan upah minimum, upah kerja lembur, pembatasan umur untuk tenaga kerja anak-anak merupakan beberapa kebijakan kompensasi yang berasal dari pemerintah.
2.3
Pengertian Umum Bata Ringan
Bata ringan ( Aerated Ligth Concrete/ALC ) merupakan sebuah produk teknologi modern yang mempunyai berat yang ringan, daya tahan terhadap tanah lebih tinggi, kedap suara serta lambat menyerap panas.
Keunggulan dari bata ringan antara lain adalah : 1. Bata ringan merupakan persenyawaan dari pasir, semen dan kapur serta beberapa bahan lainnya yang menyatu dan mengembang sehingga ringan dan mempunyai daya tahan tekan yang tinggi. Bata ringan ini dapat mencapai daya 45 kg/cm2 dan berat 550 kg/m3 ( kondisi kering ). (sumber sertifikat pengujian Cold crusing strength, Primacon) 2. merupakan bahan anorganik yang tahan api sehingga merupakan pilihan tepat terhadap perlindungan dari kebakaran.
Bata ringan
memiliki TKA 120/30/120 yang artinya tidak runtuh atau kolapse selama 120 menit pembakaran, tidak retak tembus selama 30 menit pembakaran dan suhu udara dibalik dinding bata ringan selama 120
II - 12
BAB II LANDASAN TEORI
menit masih berada dibawah 260 oC/JIS ( panas api 1000 oC, suhu dibalik bata ringan 80 – 90 oC. ( sumber : Laboratorium PU Bandung ) 3. Dapat memberikan perlindungan isolasi suara dari luar yang baik sehingga mengurangi kebisingan suara dari luar. Insulasi suara bata ringan ukuran tebal 10 cm mencapai koefisien penyerapan suara 70% pada test denga frekuensi 125 Hz. ( sumber : Laboratorium PU Bandung ). 4. Sangat lambat dalam penyerapan air dan mudah kering. Molekulmolekul dalam bata ringan tidak saling berhubungan dan lambat menyerap air sehingga tidak tenggelam dalam air setelah direndam selama 24 jam. 5. Mempunyai dimensi 8 kali dan 40% lebih ringan dari batu bata biasa. Hal ini waktu pembangunan akan lebih cepat dan biaya tenaga kerja legih hemat. 6. Merupakan Insulasi terhadap panas membuat ruangan didalam gedung akan menjadi dingin sehingga menghemat energi atas penggunaan mesin pendingin ruangan ( AC ).
Kekurangan: 1. Harganya reatif lebih mahal dibanding jenis bata lainnya. 2. Tidak semua tukang dapat melakukan pemasangan bata ini dengan baik. 3. Keberadaannya hanya toko material besar karena penjualaannya dalam jumlah per m3.
II - 13
BAB II LANDASAN TEORI
Spesifikasi Produk : Tebal
Panjang
: 600 mm
Lebar
: 200 mm
Tebal
: 75 mm s/d 200 mm
Berat
: 650 kg / m3
Daya tekan
: 45 kg / cm2
Lebar
Panjang
Tabel 2.3.1 Tabel luasan produk bata ringan Ketebalan Produk
mm
75
100
125
150
175
200
Isi per m3
pcs
111
83
66
55
47
41
Luas dinding per m3
m2
13.3
9.9
7.9
6.6
5.7
4.9
2.4
Pengertian Pekerjaan Pasangan Dinding
Standar Operarional Pekerjaan (SOP) dari Pekerjaan Pasangan Dinding Bata Ringan ini adalah : 2.4.1
Sebelum Pelaksanaan a.
Gambar Kerja harus sudah tersedia di lapangan
b.
Bouwplank sudah ada dan berisi data dimensi dan elevasi dalam bentuk pasangan
c.
Bata ringan yang digunakan harus bersih dan terbebas dari kotorankotoran yang menempel.
2.4.2
Saat Pelaksanaan a.
Pada dasar pasangan harus di buat lantai kerja berupa mortar atau pasir dengan ketebalan sesuai dengan ketentuan spesifikasi
II - 14
BAB II LANDASAN TEORI
b.
Pemasangan bata ringan harus disusun sedemikian rupa sehingga tidak saling berhimpitan dan tidak terlalu renggang. Jarak ideal dari satu batu dengan batu yang lainnya adalah + 2 cm.
c.
Disela-sela batu harus diisi mortar sepenuhnya sehingga tidak ada rongga yang kosong
d.
Untuk pemasangan batu pada permukaan terakhir, harus dibantu dengan benang-benang yang ujungnya diikatkan pada bouwplank , untuk memastikan bahwa permukaannya rata dan elevasinya sudah benar.
e.
Setelah proses pemasangan batu sampai pada permukaan terakhir, harus dilakukan siaran, yaitu untuk merapikan mortar disela-sela batu.
2.4.3
Metode Pelaksanaan Pemasangan dinding 1.
Tarik benang horizontal untuk marking batako yang akan dipasang
20 cm
II - 15
BAB II LANDASAN TEORI
2.
Pasang batako sesuai shop drawing. Isi nat tidak lebih dari 2 cm.
3. Pasang stek besi 10 cm tiap ketinggian 1,2 m untuk perkuatan pasangan batako
2.5 Pengerian Pekerjaan Plesteran Untuk menutupi permukaan pasangan batako, bata merah, dan hebel, biasanya digunakan plesteran. Bahan baku yang diperlukan untuk pembuatan plesteran ini adalah semen PC dan pasir pasang. Selain bahan tersebut, dapat juga ditambahkan batu kapur (gamping) ke dalam campuran bahan plesteran.
II - 16
BAB II LANDASAN TEORI
Ada dua macam plesteran, yaitu : 2.5.1
Plesteran biasa Plester biasa menggunakan adukan semen dan pasir dengan perbandingan 1:5
2.5.2
Plesteran Trasram Plesteran Trasram menggunakan adukan semen dan pasir dengan perbandingan 1:3 Kebutuhan semen untuk plesteran trasram lebih banyak dibanding dengan plesteran biasa. Plesteran transram berfungsi sebagai penahan rembesan air agar ruangan tidak lembab. Biasanya plesteran trasram dibuat setinggi 1,5 cm dan sering digunakan untuk dinding kamar mandi dan tempat pencucian.
Kebutuhan Material Untuk menghitung kebutuhan material setiap meter persegi bidang dinding yang akan diplester adalah sebagai berikut: Tabel 2.5.1 Kebutuhan Material Plesteran Perbandingan Kebutuhan Material Tebal Tebal 2cm 2,5kg Semen
Pasir Semen
Pasir
Semen
Pasir
(kg)
(m3)
(kg)
(m3)
1
3
9,42
0,028
11,78
0,035
1
5
6,35
0,031
7,94
0,039
II - 17
BAB II LANDASAN TEORI
Volume plesteran untuk dinding dihitung untuk dua sisi dinding, yaitu sisi dalam dan sisi luar. Artinya volume plesteran adalah dua kali luas permukaan dinding yang akan diplester. Dengan demikian, jumlah kebutuhan materialnya pun dapat dihitung. Misalnya dinding batako dengan luas 12 m2 akan diplester dengan adukan 1:3 (semen;pasir). Ketebalan plesteran 2 cm sehingga jumlah kebutuhan bahan dapat dihitung sebagai berikut: Luas bidang plesteran = 12 m2 x 2 = 24 m2 Pasir pasang = 24 m2 x 0,028 m3/ m2 = 0,672 m3 Semen PC (50 kg/zak) = 24 m2 x 9,42 kg/m2 = 226,08 kg (setara 4,5 sak). ( sumber : Standar Nasional Indonesia )
Metode Kerja Plester Dinding 1.
Pasang Batako sesuai shop drawing
II - 18
BAB II LANDASAN TEORI
2.
Siram permukaan batako dengan air sampai basah secara merata (curing )
II - 19
BAB II LANDASAN TEORI
3.
Lakukan kamprotan pada bidang yang telah dicuring. Di kamprot dengan ketebalan 15 ~ 20 mm.
4.
Buat kepalaan dengan ketebalan 15 mm.
5.
Lanjutkan dengan penyiraman jika kepalaan telah mongering
6.
Pastikan bidang yang akan diplester telah dicuring
7.
Lakukan plesteran pada bidang-bidang yang telah ada kepalaannya sampai selesai seluruh permukaan.
8.
Gunakan jidar untuk meratakan permukaan plesteran sesuai dengan kepalaan plesteran.
9.
Saat plesteran setengah kering, gunakan roskam untuk menggosok permukaan sampai halus merata.
10.
Dilanjutkan dengan curing selama 3 hari, sampai permukaan plesteran benar-benar basah seluruhnya.
II - 20
BAB II LANDASAN TEORI
11.
Setelah cukup usia curing, keringkan bidang tersebut selama 1 hari.
12.
Kemudian haluskan permukaan dinding dengan amplas halus.
Metode tersebut diatas adalah merupakan acuan pelaksanaan dilapangan namun secara praktik bisa saja terdapat perbedaan cara pelaksanaan. Perbedaan pelaksanaan dilapangan dilakukan dalam rangka efesiensi dan masih dalam batasan sesuai spesifikasi teknis.
II - 21