BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Asuransi Asuransi ialah suatu kemauan untuk menetapkan kerugian-kerugian kecil (sedikit) yang sudah pasti sebagai pengganti (substansi) kerugian-kerugian besar yang belum pasti. Jadi, segala keruian yang mungkin terjadi pada masa yang akan datang, kita pindahkan (shift) kepada perusahaan asuransi. Bentuk-bentuk asuransi dapat digolongkan sebagai berikut : 1. Asuransi kerugian (asuransi umum), yaitu mengenai hak milik, kebakaran dan lainlain. 2. Asuransi varia (marine insurance,
asuransi kecelakaan,a suransi mobil dan
pencurian). 3. Asuransi jiwa (life insurance), yaitu yang menyangkutr kematian,s akit, cacat, dan lain-lain. John H. Magee,(1964) mengklasifikasikan asuransi berikut : 1. Jaminan Sosial (Social Insurance) Jaminan sosial merupakan “asuransi wajib”, karena itu setiap orang atau penduduk harus memilikinya. 2. Asuransi Sukarela (Voluntary Insurance) Bentuk asuransi ini dijalankan secara sukarela (voluntary), jadi tidak dengan paksaan seperti jaminan sosial. Jadi, setiap orang bisa mempunyai atau tidak mempunyai asuransi sukarela ini.
Comercial insurance dapat digolongkan pula kepada: a. Asuransi Jiwa (Personal Life Insurance) Asuransi jiwa bertujuan untuk memberikan jaminan kepada seseorang atau keluarga yang disebabkan oleh kematian, kecelakaan, sera sakit. b. Asuransi Kerugian (Property Insurance) Bentuk ini, sama dengan asuransi umum di Indonesia, bertujuan memberikan jaminan kerugian yang disebabkan oleh kebakaran, pencurian, asuransi laut, dan lain-lain. Tadi sebelumnya telah dikemukakan bahwa, kerugian yang mungkin timbul pada masa yang akan datang kita alihkan kepada perusahaan asuransi. Jadi risiko atau kerugian yang muncrkin timbul, dipindahkan dan menjadi beban perusahaan asuransi. Pengertian resiko, kemungkinan (probability) rugi dalam asuransi. Risiko adalah ketidaktentuan atau uncertainy yang mungkin melahirkan kerugian (loss). Unsur ketidaktentuan ini bisa mendatangkan kerugian dalam asuransi. Ketidaktentuan dapat kita bagi atas : 1. Ketidaktentuan ekonomi (economic uncertainty), yaitu kejadian yang timbul sebagai akibat dari perubahan sikap konsumen, umpama perubahan selera atau minat konsumen atau terjadinya perubahan pada harga, teknologi, atau didapatnya penemuan baru, dan lain sebagainya: 2. Ketidaktentuan yang disebabkan oleh alam (uncertainty of nature) misalnya kebakaran, badai, topan, banjir, dan lain-lain; 3. Ketidaktentuan yang disebabkan oleh perilaku manusia (human uncertnint.v), umpama peperanuan, pencurian. perampokan, dan pembunuhan. Risiko dapat diklasifikasi sebagai berikut.
I . Speculative risks, yaitu risiko yang bersifat spekulatif yang bisa mendatangkan rugi atau laba. Misalnya seorang pedagang bisa untung atau rugi dalam usahanya. 2. Pure risks, yaitu risiko yang selalu menyebabkan kerugian. Perusahaan asuransi beroperasi dalam bidang pure risks (kematian, kapal tengaelam, kebakaran, dan sebagainya). Selain risiko kita mepaenal pula apa yang dinamakan peril. Segala sesuatu yang bisa menimbulkan kerugian)
2.2. Perbedaan Asuransi dan Penjudian (Insurance vs Gambling) Menurut Drs.H..Abbas,Salim.MA,2005 Asuransi bertujuan untuk memindahkan risiko individu kepada perusahaan asuransi. Tujuan pertanggunaan terutama untuk menurangi risiko-risiko yang kita temui dalam masyarakat. Sedangkan gambling (penjudian) tidak mengurangi risiko melainkan menciptakan risiko. Akan tetapi, sungguhpun demikian, antara asuransi dan penjudian terdapat persamaan dalam hal-hal tertentu. Pada asuransi dan penjudian, besarnya jumlah uang yang akan kita terima tidak sania besarnya dengan uang yang kita keluarkan pada saat sekarang ini. Di samping itu terdapat banyak perbedaan, yakni sebagai berikut. Asuransi 1. Asuransi terutama bertujuan untuk mengurangi risiko yang sudah ada dalam masyarakat, dengan jalan mempertanggungkan pada perusahaan asuransi (reducing of risks). 2. Asuransi mempunyai sifat sosial terhadap masyarakat, berarti dari risiko-risiko yang ada akan ditanggung oleh perusahaan asuransi. Dengan adanya asuransi akan
memberikan keuntungan-keuntungan tertentu pada masyarakat umumnya (jaminamhari tua, pendidikan anak-anak dan sebaaainya). 3. Besarnya risiko (kerugian) yang timbul bisa kita ketahui mengenai kerugian yang diderita, dalam arti diukur (degree of risks) atau bisa kita tentukan risiko tersebut. 4. Kontrak asuransi dibuat secara tertulis dan mengikat pihakpihak yang mengadakan perjanjian. Penjudian 1. Pada penjudian mula-mula risiko belum ada, terjadi timbulhan risiko (kalah). 2. Penjudian bersifat “tidak sosial” Degree of risks pada gambling sulit untuk diketahui (ukur). 3. Kontrak pada gambling tidal mengikat, dan tidak tertulis Pencegahan Terjadinya Kerugian (Prevention-of Loss) Dalam pertanagunaan kita mengenal pula apa yang disebut prevention of loss (pencegahan kerugian). Dengan diadakannya pencegahan akan memberikan keuntungankeuntunaan tertentu vakni: a. Mengurangi atau memperkecil kerugian (reducing of loss); b. Mengurangi biaya-biaya (cost) yang menyangkut dengan pertanggungan tersebut (reduction cost of insurance). Bilamana terjadi kebakaran (fire) akan menyebabkan kerugian. Oleh karena itu, lebih baik diadakan pencegahan agar bisa mengurangi bahaya-bahaya dari api itu. Misalnya, membuat sebuah gedung pabrik yang tahan terhadap api serta tidak mudah terbakar, dan sebagainya.
2.3 Macam-macam Asuransi 2.3.1 Asuransi Kebakaran (Fire Insurance) Asuransi kebakaran bertujuan untuk mengganti kerugian yang disebabkan oieh kebakararr. Bentuk pertanggungan ini menjamin risiko yang terjadi karena kebakaran, oleh karena i'Lu. perlu diadakan suatu "kontrak" (perjanjian) antara si pembeli asuransi (insured) dengan perusahaan asuransi (insurer). Dalam pembuatan kontrak harus memenuhi beberapa syarat yaitu: 1. Insuring clause Yang diartikan dengan insuring clause ialah perusahaan asuransi akan menjamin semua kerugian yang terjadi atas hak milik (property) seseorang; Umpama gedung si A diasuransikan PT Asuransi Kerugian. Setelah itu ditetapkan kerugian-kerugian yang disebabkan oleh kebakaran. 2. Stioulations conditions Terhadap hak milik seseorang harus ditentukan di mana tempatnya (lokasi) serta alat-alat/barang-bararg yang ada di dalamnya. Kemudian, ditetapkan pula apa yang hendak dijamin bun terjadi kerugian karena kebakaran, apakah gedung, saja yang akan diganti, atau termasuk segala benda yang berada di dalam gedung tersebut.
3. Form of contracts (bentuk kontrak) Di dalam perjanjian asuransi harus dinyatakan pula jenis atau bentuk kontrak yang digunakan. Umpamanya, di dalam pertanggung selain kebakaran yang dijamin,
disebutkan pula kerugian karena peledakan, perampokan dan sebagainya. Form of contracts mengambarkan tentang jenis keruRian yang hendak diasuransikan. Kita mengerti berbagai bentuk kontrak yaitu: a. Specific/special contract (kontrak khusus), yaitu suatu kon trak untuk penutupan satu macam milik pada satu tempat tertentu. Misalnya si A mengasuransikan rumahnya pada perusahaan asuransi di Jakarta; b. Blanket contract, yaitu suatu kontrak dengan penutupan bermacarn milik pada satu tempat tertentu, atau sebaliknya, mempertanggunakan satu macam milik di berbagai tempat; c.
Floating contract, yaitu satu kontrak den-an penggantian kerugian tidak dapat kitainasukkan ke dalam special contract maupun blanket contract. Contoh: Mengasuransikan terhadap barang-barang yang bergerak.
4. Insurable interest Oaminan terhadap yang berkepentingan) Perjanjian (kontrak) asuransi harus ditulis atas nama seseorang atau suatu badan hukum, yang bertujuan memberikan jaminan kepada yang berkepentingan. Jadi, insurable interest ialah suatu jaminan kepada yang berkepentingan. Umpamanya rumah si All diasuransikan, bila terbakar mengakibatkan kerugian (si Aii sama dengan insurable interest). Untuk mengganti kerugian dalam asuransi kebakaran disebutkan jumlah maksimum yang akar diganti. Misalnya rumah si B diasuransikan sehesar Rp 2.000.000 bila terjadi kebakaran (umpama: Rp l.250.000,00) yang diganti bukanlah Rp 2.000.000,00 tetapi Rp l.250.000,00 (sebagian). Sedangkan pada aturansi jika ganti
kerugian bisa dibayarkan sebanyak jumlah yang dipertanggungkan. Umpama si A mengasuransikan jiwanya pada PT Asuransi Jiwas Raya sebesar Rp2.500.000,00. lika ia meninggal dunia, ahli warisnya akan menerima sebesar jumlah yang dipertanggungkan itu, meskipun kontrak belum sampai waktunya. Dari kedua contoh tersebut di atas dapat kita tarik konklusi bahwa pada asuransi kebakaran kerugian yang dibayarkan tidak sama besar dengan jumlah yang dipertanggungkan.
2.3.2. Asuransi Jiwa (Life Insurence) Apa yang Dimaksud dengan Asuransi Jiwa? Asuransi jiwa adalah asuransi yang bertujuan menanagung orang terhadap kerugian finansial tak terduga yang disebabkan karena meninggalnya terlalu cepat atau hidupnya terlalu lama. Di sini terlukis bahwa dalam asuransi jiwa risiko yang dihadapi ialah: a. risiko kematian; b. hidup seseorang terlalu lama. Hal ini sudah barang tentu akan memhawa banyak aspek, apabila risiko yang terdapat pada diri seseorang tidak diasuransikan kepada perusanaan asuransi jiwa. Umpamanya jaminan untuk keturunan (dependents), seorai;g bapak kalau dia meningal dunia sebelum waktunya atau dengan tiba-tiba anak tidak akan terlantar dalam hidupnya. Bisa juga terjadi terhadap seseorang yang telah mencapai umur ketuaannya (old age) dan tidak mampu untuk mencari nafkah atau membiayai anak-anaknya, maka
membeli asuransi iiwa. risiko yang mungkin diderita dalam arti kehilangan kesempatan untuk mendapat penghasilan akan ditanggung oleh perusahaan asuransi. Ternyata di sini bahwa lembaga asuransi jiwa ada faedahnya dengan tujuan utama ialah untuk menanggung atau menjamin seseorang terhadap kerugian-kerugian finansial. Di bawah ini dapat kita lihat betapa pentingnya peranan serta tujuan asuransi jiwa tersebut. 1 . Dari segi masyarakat umumnya (sosial) Asuransi jiwa bisa memberikan keuntungan-keuntungan tertentu terhadap individu atau masyarakat, yaitu sebagai berikut. a. Menenteramkan kepala keluarga (suami/bapak), dalam arti memberi jaminan penghasiian, pendidikan, apabila kepala keluarga tersebut meninggal dunia. b. Dengan membeli polls asuransi jiwa dapat digunakan sebagai alat untuk menabung (saving). Pada umumnya pendapatan per kapita dari masyarakat masih sangat rendah, oleh karena itu, dalam praktik terlihat bahwa keinginan masyarakat untuk membeli asuransi jiwa sedikit sekali. c. Sebagai sumber penghasilan (earning power) Ini dapat kita lihat pada negara-negara yang sudah maju, seseorang yang merupakan "kunci" dalam perusahaan akan diasuransikan oleh perusahaan di mana ia bekerja. Hal ini perlu dilaksanakan mengingat pentingnya posisi yuag dipegangnya. Banyak sedikitnya akan memenaaruhi terhadap kehidupan perusahaan yang going concern (sedancy berjalan). Misalnya, seorang ahli atom/ nuclear akan dipertanggungkan jiwanya, bilamana ia meninggal dunia atau sakit. perusahaan wajib membayar ganti kerugian. Contoh ini
tidak kita di Indonesia, karena negara kita belum begitu maju dalam bidang industri bila dibandingkan dengan negara barat. d. Tujuan lain asuransi jiwa ialah, untuk menjamin pengpbatan dan menjamin kepada keturunarn andaikata yang mengasuransikan tidak mampu untuk mendidik anak-anak (bea siswa/pendidikan). Yang banyak kita temui dalam praktik ialah, pertanggunaan untuk risiko kematian, sedangkan pertanggungan selebihnya belum begitu maju pesat. 2. Dari segi pemerintah/publik Perusahaan asuransi jiwa di negara kita yang besar operasinya, umumnya kepunyaan pernerintah. Di sini kita hubungkan dengan peraturan pemerintah, yaitu UU No. 19/1960 mennenai pembagian kegiatan antara perusahaan-perusahaan negara. Pembagian kegiatan seperti tercanturn di dalarn sekior-sektor sebagai berikut. a. Sektor produksi (perusahaan industri negara, perusahaan perkebunan negara, dan perusahaan pertambangan negara). Sektor marketing (perusahaan niaga). c. Sektor pemberian fasilitas (perusahaan-perusahaan asuransi negara, bank pemerintah, dan perusahaan pelayanan milik negara lainnya). Dapat kita simpulkan di sini bahwa perusahaan asuransi merupakan satu lembaga keuangan yang memberikan fasilitas untuk pembiayaan yang dapat dipergunakan dalam tahap pembangunan ekonomi Indonesia. Berdasarkan pada UU No. ternyata bahwa sumbangan lembaga asuransi terhadap ngunan ekonomi ialah: 1) sebagai alat pembentukan modal (capital formation) 2) lembaga penabungan (saving).
2.3.3. Asuransi Laut Pembagian Asuransi Pengangkutan Asuransi pengangkutan pada umumnya lebih dikenal dalam dunia asuransi sebagai asuransi laut yang fungsinya mengangkut barang-barang dagangan serta komoditi lainnya dengan alat angkut yaitu kapal, perahu motor, dan perahu layar. Dalam hal ini asuransi pengangkutan dapat dibagi atas dua bagian. a. Asuransi Laut (Marine Insurance) Asuransi laut dari zaman dulu hanya menutup kerugian - kerugian yang terjadi di laut saja (perils of the sea). b. Asuransi Pengangkutan Darat (Inland Marine Insurance) Asuransi angkutan darat menutupi risiko atau kerugiankerugian yang terjadi pada transportasi darat seperti angkutan melalui sungai, danau-danau, kereta api, truk dan pesawat udara. Pada asuransi laut jenis kerugian yang dapat dipertanggungkan adalah : a. kapal serta perlengkapannya (vessel interest); b. barang-barang muatan (cargo); c. penghasilan/pendapatan dari hasil uang tambang (freight) komisi dan keuntungan yang diharapkan; d. beban wajib (liability interest) yang menimpa si pemilik kapal. Polis asuransi dapat diklasifikasikan atas empat kelompok yakni: a. Polls mengenai kapal (hull policies)
Polls yang menyangkut kapal terdiri atas beberapa jenis bergantung pada macammacam risiko: kapal uap, kapal motor, kapal penumpang, kapal barang, risiko pelabuhan, dan sebagainya. b. Polls muatan (cargo policies) Polis muatan (cargo) umumnya dibuat hanya satu risiko (single risk). Misalnya untuk satu kali pelayaran dari pelabuhan Medan ke Jakarta. c. Polis beban wajib (liability policies) Dalam polls asuransi dinyatakan bahwa di samping polls pertanggungan di atas disebutkan pula beban wajib (contoh: liability interest yang telah diuraikan sebelumnya). d. Polls uang tambang (freight policies) Dalam polis asuransi ini yang dijamin ialah hilangnya uang yang akan diterima (profit) serta uang tambang itu sendiri. Pada asuransi laut ada dua macam sifat kerugian yakni: a. General average, yaitu semua kerugian yang akan didukung oleh semua pihak dan untuk kepentingan umum. Lazim pula disebut dengan nama avery gross. Pada general average kita lihat adanya tiga jenis unsur untuk menetapkan kerugian tersebut, yaitu: 1) secara sukarela (voluntary); 2) merupakan keharusan (necessary); 3) ada hasilnya (successful). b. Particutaraverage (avery partikelir,)
Ialah kerugian sebagian yang diderita oleh satu pihak dan tidak untuk kepentingan umum. Misalnya, kerugian yang diderita oleh pemilik barang saja.
2.3.4. Asuransi Angkutan Udara (Aviation Insurance) 1. Asuransi atas Muatan Pertanggungan dalam asuransi pengangkutan udara adalah pesawat udara dan muatannya (barang dan penumpang) terhadap bahaya yang menimpa, yang terjadi di bandar udara (ground risks) atau dalam penerbangan (flight risks). Jaminan Keselamatan Penumpang (Passengers) Untuk angkutan udara, pengangkut diwajibkan oleh undangundang untuk menutup asuransi yang jadi tanggung jawabnya terhadap penumpang (legal liability to passengers), yaitu: (1) Tanggung jawab keselamatan penumpang a. ketika menaiki pesawat; b. selama berada di dalam pesawat udara; c. ketika turun dari pesawat udara; dengan ketentuan bahwa jaminan keselamatan hanya diberikan kepada penumpang yang memiliki karcis penumpang yang sah. Di Indonesia keselamatan penumpang dijamin oleh PT Jasa Raharja. (2) Tanggung jawab atas kerugian bagasi penumpang (hilang, rasa terbakar), kecuali bagasi yang dibawa sendiri oleh penumpang. Jaminan atas kerugian atas bagasi penumpang diasuransikan kepada perusahaan asuransi kerugian oleh pengangku.
2. Asuransi terhadap Pesawat Udara (Aircraft) Pertanggungan untuk asuransi pesawat udara (aircraft insurance) adalah pesawat udara, meliputi kerangka (tubuh) dan mesin pesawat, baling-baling, motor, dan semua peralatan yang merupakarr bagian dari pesawat udara, termasuk perlengkapan yang dapat dilepaskan dari pesawat ndara itu sepcrti kompas. radio, perlengkapan kabin, dan lainlain.
3. Polis Asuransi (Policy) Polis merupakan polis gabungan comprehensive aircraft policy dan biasanya dibunakan polis Lloyd's Aircraft vano dikeluarkan oleh Lloyd's. Di beberapa negara digunakan polis sendiri yang pada dasarnya disalin dart polis Lloyd's Aircraft dengan meradakan perubahan seperlunya mengenai syarat-syarat jaminan untuk disesuaikan dengan kebutuhan negara yang bersar.gkutan Demikian di Indonesia. Dewan Asuransi Indonesia telah menyusun polis standar aviasi (Indonesian standard aviation policy) dengan berpedoman kepada polls Lloyd's Aircraft.
4. Risiko Kerugian yang Dijamin Risiko yang dijamin oleh polis gabungan pesawat udara (comprehensive aircraft policy) meliputi:
(1) Tanggung jawab terhadap pihak ketiga (legal liability to third parties), tidak termasuk tanggung jawab terhadap penumpang. Tertanggung dibebani tanggung jawab untuk membayar kerugian atas harta benda atau kecelakaan badan seseorana yang diakibatkan langsung oleh pesawat udara, atau yang ditimpa oleh pesawat udara, atau ditimpa oleh benda yang jatuh dari pesawat udara. Misalnya, pesawat jatuh atau bagian-bagian pesawat udara jatuh atau benda jatuh dari pesawat udara dan menimpa manusia di darat atau perumahan penduduk atau menimpa benda-benda lain yang bemilai di darat, menimbulkan kecelakaan badan atau kerusakan harta benda. Menurut hukum, tertanggung bertanggung jawab atas kecelakaan/kerusakan itu, maka asuransi akan menaganti kerugiannya. (2) Tanggung jawab terhadap penumpang (legal liabiiity to passengers) atau keselamatan penumpang: a. menaiki pesawat udara; b. selama berada dalam nesawat udara: c. ketika iurun dari pesawat uuara; dengan ketentuan bahwa penumpang yang bersangkutan memiliki karcis penumpang yang sah. (3) Tanggungjawab atas kerugian/kerusakan bagasi penumpang (4) Kehilangan kerusakan pesuwat udara ketika berada di udara (flight), bergerak dilandasan (taxying), di darat ( on the ground), di permukaan air (moored). Kehilangan kerusakan pesawat udara disebabkan bahaya seperti topan badai, pesawat udara jatuh atau tersunakur, melakukan pendaratan darurat, tabrakan di udara dengan
pesawat udara lain, menabrak benda permanen di bandar udara, kebakaran dan sebagainya. (5) Kehiiangan penghasilan (consequental loss) disebabkan ganguan terhadap penerbangan karena kerusakan mesin, kebakaran partial, dan sebagainya (bukan total loss atau constructive total loss).
5.Premi Asuransi (Insurance Premium) Untuk menghitung premi asuransi pesawat udara, faktor yang harus dipertimbangkan antara lain adalah sebagai berikut. 1. Frekuensi Kecelakaan Frekuensi kecelakaan pesawat udara dapat diketahui dari data siatisrik mengenai klaim pesawat udara yang bersangkutan. Bila tertanggung sering mengaiukan klaim untuk ganti rugi atas kerugian atau kerusakan pesawat udara, berarti pesawat udara sering !ncn
3. Manajemen Manajemen yang baik dapat mengurangi kerusakan pesawat udara, berarti manajemen dapat memperkecil premi asuransi. Penggunaan pesawat u Penggunaan pesawat udara, untuk mengangkut penumpang atau mengangkut barang, apakah digunakan untuk melayani rute penerbangan yang tetap dan teratur (regular airways service), atau digunakan dengan cara mengikuti arus penumpang dan/atau arus barang. Pesawat udara yang digunakan untuk mengangkut penumpang dengan melayani rute tetap dan teratur lebih aman dari bahaya sehingga premi lebih rendah. 4. Besarnya Risiko Semakin besar risiko yang dijamin semakin besar pula bahaya yang ditanggung, maka premirya pun besar. Lamanya pertanggungan berpengaruh terhadap besar kecilnya premi asuransi. Dalam perbandingan, premi untuk jangka panjang lebih kecil daripada premi untuk jangka pendek.
2.3.5. Asuransi Angkutan Darat (Land Transportation) 1. Kendaraan Kendaraan angkutan darat adalah kendaraan pengangkut yang digerakkan oleh motor mekanik seperti mobil sedan, bis. umum, pick-up, truck, trailer, container, kendaraan beroda tiga darn beroda dua, kereta api, trem, dan sebagainya.
2. Kendaraan Bermotar
Kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh motor atau mekanik, tidak termasuk kendaraan yang berjalan di atas rel. Jadi kendaraan bermotor.adalah kendaraan yang berjalan di atas aspal dan tanah seperti mobil sedan, bis, truck, trailer, pick-up, kendaraan beroda tiga dan beroda dua, dan sebagainya.
3. Klasifikasi Kendaraan Kendaraan bermotor digolongkan ke dalam empat golongan. Penggolongan didasarkan kepada banyaknya roda, kegunaan atau tujuan penggunaan kendaraan bermotor, daya angkut, dan kemungkinan besar kecilnya risiko. Golongan I terdiri dari mobil untuk penumpang. Golongan II terdiri dari bis dan kendaraan pariwisata. Golongan III terdiri dari kendaraan bermotor pengangkut barang seperti truck, trailer, container. Golongan IV terdiri dari berbaaai jenis dan tipe kendaraan bermotor beroda tiga dan beroda dua. Asuransi angkutan darat meliputi tiga macam asuransi, yaitu: (1) asuransi keselamatan penumpang; (2) asuransi barang yang diangkut; (3) asuransi kendaraan pengangkut.
4. Bahaya atau Risiko dalam Angkutan Darat Risiko/bahaya angkutan darat terdiri dari: (1) angin topan, angin ribut, gempa bumi, letusan gunung berapi, banjir;
(2) tabrakan atau bersenggolan antara sesama kendaraan pengangkut, menabrak benda keras, tergelincir keluar dari jalan/ rel, jatuh ke sungai atau jurang; (3) penahanan atau penyitaan oleh yang berwajib atau penahanan oleh penduduk; (4) peperangan, sabotase, pembajakan, perampasan; (5) kerusuhan, kekacauan, pemogokan, demonstrasi, kebakaran, pencurian, kehilangan, dan sebagainya. Bila terjadi musibah sehinga penumpang menderita luka-luka atau meninggal atau menjadi cacat permanen seumur hidup, maka penanggung memberikan santunan sebagai berikut. (1) Biaya perawatan dan pengobatan bagi yang luka-luka sampai sembuh. (2) Santunan sejumlah uang diberikan kepada ahli waris dari penumpang yang meninggal (3) Biaya perawatan dan pengobatan serta sejumlah uang yang diberikan sebagai santunan bagi penumpang, yang mencacat selamanya.
5. Asuransi terhadap Kendaraan Kendaraan angkutan darat ditutup asuransinya oleh perusahaan asuransi kerugian. Polis yang digunakan dapat berupa polis perjalanan darat atau polis waktu. Terserah kepada pemilik kendaraan memilih polis mana yang akan digunakan. Dalam polis perjalanan jaminan dari penanggungan berlaku untuk satu kali perjalanan dimulai dari tempat pemberangkatan hingga sampai tujuan. Umumnya digunakan adalah polis waktu, yaitu jaminan dari penanggung berlaku selama jangka waktu tertentu (1 tahun, 1/2 tahun, 3 bulan atau 1 bulan).
6. Asuransi Kendaraan Risiko kecelakaan yang mungkin menimpa kendaraan bermotor berasal dari luar maupun dari dalam dari dalam berasal dari luar ditabrak oleh kendaraan lilin, dirusak atau dibaka: oleh orang karena banjir, topan badai, dan sebagainya. Bersumber dari da1am karena kesalahan, kelalaian, atau kesenjangan pengemudi misalnya menabrak kendaraan lain, menabrak orang. menabrak rumah penduduk, jatuh ke jurang, terbakar, dan sebagainya. Risiko-risiko tersebut akan menimbulkan kerugian financial bagi pemiliknya. Bukan saja kerugian financial tetapi juga tanggung jawab terhadap pihak lain, bila kendaraan itu menabrak kendaraan lain, menabrak orang menabrak rumah penduduk, dan sebagainya.
7. Risiko-risiko yang Diasuransikan Risiko yang ditanggung oleh polis asuransi terdiri dari : (1) kebakaran disebabkan petir, api atau iktikad jahat orang lain; (2) kerusakan yang diakibatkan oleh kecelakaan seperti benturan, peledakan, tergelincir, tabrakan, terbalik, dan sebagainya atau diakibatkan oleh orang lain; (3) pencurian atau kehilangan atas peralatan kendaraan bermotor atau pencurian secara keseluruhan, termasuk pencurian yang didahului, disertai, diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan dengan tujuan memudahkan pencurian. Untuk kendaraan bermotor beroda dua atau tiga, yang dimaksud dengan pencurian adalah pencurian kendaraan secara keseluruhan;
(4) kerusakan yang diakibatkan disebutkan dalam ayat (2) yang terjadi selama di atas kapal Fery atau alat penyeberangan; (5) biaya-biaya menjaga clan rnenarik atau mengangkut kendaraan bermotor yang rusak ke bengkel terdekat atau bengkel yang ditunjuk oleh penanggung, dengan anti rugi maksimal 05% dari harga tanggungan.
8. Tanggung Jawab Yuridis Tanggung jawab hukum (TJH) terhadap pihak ketiga. yaitu bila ada pihak ketiga yang menderita kerugian yang disebabkan oleh kendaraan bermotor yang diasuransikan dalam suatu kecelakaan. Kerugian pihak ketiga itu ditanggung oleh polis dengan anti rugi maksimal sebesar harga penanggung TJH yang tercantum pada polis. Harga pertanggungan TJH dapat ditetapkan sesuai dengan yang dikehendaki oleh tertanggung, tetapi dibatasi oleh pertanggungan maksimal TJH. M. Risiko Suplemen Risiko suplemen ditanagung oleh polis terdiri dari: (1) risiko huru-hara dengan tambahan premi 2,5% dari harga pertanggungan; (2) tanggung jawab hukum (TJH) terhadap penumpang. Harga pertanggungan maksimal TJH terhadap penumpang ditentukan sendiri oleh masing-masing penanggung. Demikian besarnya (%) premi tambahan atas TJH terhadap penumpang ditentukan sendiri oleh masing-masing penanggung. Di Indonesia TJH terhadap penumpang ditanggung oleh Perusahaan Umum Jasa Raharja. N. Pengecualian terhadap Risiko Perusahaan asuransi tidak membayar ganti rugi atas:
(1) kerugian perusahaan angkutan, kehilangan upah (sewa) berkurangnya nilai dan kerugian keuangan lainnya yang diderita oleh tertanggung sebagai akibat dari tidak dapat digunakannya kendaraan bermotor yang diasuransikan akibatnya oleh suatu risiko yang ditanggung oleh polis; (2) pencurian atau kehilangarn peralatan tambahan kendaraan (nonstandard), kecuali dicantuman pada polis bahwa peralatan tambahan itu ikut diasuransikan. Pengecualian Prinsip (Utama) Tidak dijamin kerugian atau kerusakan atas kendaraan bermotor atau tanggung jawab berikut ini. (1) Karena kendaraan bermotor itu digunakan untuk menarik kendaraan lain atau untuk beiaiar. (2) Karena kelebihan muatan atau dijalankan secara paksa. (3) Disebabkan karena kendaraarn bermotor di jalan dalam keadaan rusak atau tidak layak dijalankan dengan sepengetahuan tertanggung. (4) Karena kendaraan bermotor dikemudikan oleh seorang yang tidak memiliki SIM yang sah atau dikemudikan oleh seorang yang sedang mabuk. (5) Karena kendaraan bermotor dijalankan dengan tidak menaati peraturan lalu lintas yang berlaku, misalnya memasuki jalan tertutup atau terlarang atau memasuki jalan yang tidak diperuntukkan bagi kelas kendaraan bermotor tersebut. (6) Disebabkan karena langsung atau tidak langsung mempunyai hubungan dengan gempa bumi, letusan gunung berapi, angin ribut, angin puyuh, angin topan, genangan air, gelombang pasang clan peristiwa-peristiwa atau meteorologi lainnya, kecuali sambaran petir.
(7) Disebabkan karena atau langsung atau tidak langsung mempunyai hubungan dengan: a. perang, bencana perang, atau sesuatu kendaraan perang lainnya; b.perang saudara, kekerchan dalam negeri, pemberontakan; c. hura-hara, kerusuhan penduduk, kegaduhan, perbuatan pembalasan, pemogokan dan pergucilan kaum buruh, pemberontakan anak buah kapal; d. sabotase, teror, kekacauan yang bersifat politik ntau bersifat lain; e. nasionalisasi penyitaan untuk tujuan-tujuan militer: f. penggunaan kenciaraan bermotordalain tugas operasional kepolisian atau kemiliteran, termasuk pegawai sipil kepolisian atau kemiliteran. Pengecualian Tugas Perusahaan Asuransi tidak menanggung kehilangan atau kerusakan kendaraan bermotor : (1) disebabkan oleh reaksi atom; (2) kesalahan pada konstruksi atap karat (structure defect), keausan (tear & wear), sifat kekurangan sendiri atau sesuatu sebab intern (inherent vice) pada bagian atau pada mesin kendaraan bermotor, atau disebabkan salah menggunakan kendaraan itu. Risiko atas Beban Sendiri Risiko sendiri (own risk) dikecualikan terhadap pembayaran -anti rugi. Besarnya risiko sendiri umumnya ditentukan oleh pihak penanggung, namun dapat dirundingkan oleh kedua belah pihak. Misalnya ditetapkan risiko sendiri Rp5.000.000,00 maka setiap terjadi tuntutan ganti rugi (claim), tertanggung harus menanggung risiko sendiri sebesar Rp5 juta. Bila misalnya klaim Rp3.000.000,00 maka penanggung membayar ganti ruai sebe
sar Rp2.000.000,00 atau lebih kecil, kerugian itu dipikul sendiri oleh tertanggung. Jadi, risiko sendiri merupakan batas klaim yang memperoleh ganti rugi dari penanggung.
9. Premi Asuransi Tarif Premi Dasar Tiarif premi ditentukan oleh ceding coffipany atau gabungan penangung berdasarkan kondisi, usia dan jenis kendaraan serta tujuan pemakaiannya. Kendaraan yang dizunakan untuk keperluan kantor lebih rendah tarifnya dari kendaraan umum Tarif prerni terdiri dari tarif premi dasar, tarif premi TJH dan tarif premi tambahan. Tarif premi dasar adalah tarif untuk risiko gabungan, yang ditentukan untuk dua tingkatan harga pertanggungan. Misalkan harga pertanggungan Rp10.000.000.00. Untuk harga pertanggungan Rp 4.000.000,00 ditentukan preminya X% dan harga pertanggungan Rp 6.000.000,00 ditentukan preminya Y % untuk jaminan selama satu tahun (X % lebih besar dari 1' %).
10. Perhitungan Premi Nilai asuransi satu kendaraan bermotor Rp 8.000.000,00 sesuai dengan harga sebenarnya. Untuk harga pertanpgunRan Rp 3.000.000,00 preminya 5% dan untuk harga pertanggun-an
Rp5.000.000,00
preminya
3%.
Harga
1.000.000,00 dengan premi 1%. Perhitungan premi untuk jaminan selama satu tahun: (1) Premi dasar: 5% x Rp3.000.000,00 =
Rp150.000,00
Premi dasar: 3% x Rp5.000.000,00 =
Rp150.000.00
Premi TJH : 1% x Rp1.000.000,00 =
Rp 10.000,00
pertanggungan
TJH
Rp
Rp310.000.00 (2) Ke dalam jumlah premi ini ditambah bea materai dan polis.
11. Prosedur Menutup Asuransi Surat Permohonan Penutupan asuransi kendaraan bermotor dimulai dengan pengisian Surat Permohonan Pertanggungan (SPP) oleh ca1on tertanggung. Blanko SPP disediakan dengan cumacuma oleh penanggung. Surat permohonan tersebut adalah penjelasan secara tertulis dari pemohon atau kuasanya mengenai kendaraan bermotor yang akan diasuransikan, yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari poiis kendaraan bermotor yang akan dikeluarkan oleh penanggung. Data yang Dibutuhkan untuk Asuransi Data yang dibutuhkan dari calon tertanggung SPP adalah sebagai berikut. (1) Nama, alamat lengkap, dan pekerjaan pemohon. (2) Merek, jenis, warna dan tahun perbuatan kendaraan. (3) Nomor angka dan nomor mesin kendaraan, nomor polisi (4) Daya angkat kendaraan dan tuluan penggunaan kendaraan (5) Risiko-risiko yang ditanggung dan harga pertanggungan (6) Tanggung iawab hukum yang diminta oleh tertanggung. (7) Jangka waktu pertanggungan. (8) Dan lain-lain keterangan yang dian-aap.periu.
12. Claim Ganti Rugi
Bila terjadi kerugian atau kerusakan kendaraan bermotor Yang diasuransikan, tertanggung diwajibkan memberitahukan kepada penanggung dalam jangka waktu selambat-lambatnya 72 jam setelah terjadi kecelakaan. Tuntutan ganti rugi dari pihak ketiga kepada tertanggung, dalam waktu selambatlambatnya 72 jam setelah diketahui adanya tuntutan dari pihak ketiga itu, memberitahukan kepada penanggung disertai dengan penjelasan mengenai sebab-sebab clan macam kerugian atau kerusakan yang diderita oleh pihak ketiga, clan se-era mengirimkan kepada penanggung segala dokumen pendukung tuntutan dari pihak ketiga tersebut. Dalam hal terjadi kerugian atau kerusakan atau pencurian atas kendaraan bermotor yang diasuransikan, yang dapat dijadikan dasar penuntutan ganti rugi kepada penanggung, maka pertanggung wajib segera memberitahukan kejadian tersebut kepada yang berwajib.
13. Dokumen Ganti Rugi Dokumen yang wajib disampaikan oteh tertanggung kepada penanggung dalam rangka mengajukan tuntutan ganti rugi adalah sebagai berikut. (1) Surat isian laporan kerugian di mana btankonya disediakan oleh penanggung. (2) Surat keterangan kecelakaan atau kehilangan dari pihak yang berwajib. (3) Surat tuntutan ganti rugi dari pihak ketiga bila pihak ketiga dirugikan dalam keceilakaan itu. (4) Surat tuntutan dari tertanggung kepada pihak ketiga bila kerugian disebabkan oleh pihak ketiga. (5) Surat-surat pemilikan kendaraan bermotor.
(6) Polis asli bila yang diderita adalah kerugian total (total loss). (7) Lain-lain dokumern yang diperlukan.
18. Pembatalan Claim Hak-hak tertanggung atas penggantian kerugian hilang adalah sebagai berikut. 1) Tertanggung tidak memenuhi kewajibannya berdasarkan syarat-syarat polis. 2) Tuntutan anti rugi tidak diajukan kepada penanggung dalam jangka waktu 12 bulan setelah peristiwa yang menimbulkan kerugian terjadi. 3) Ganti rugi yang disetujui oleh penangung tidak ditagih dalam jangka waktu 3 bulan sejak ganti rugi disetujui oleh penangguna. 4) Tuntutan anti rugi ditolak oleh penanggung, maka dalam jangka waktu 3 bulan sejak penolakan itu, tertangauna harus mengajukan suatu acara penyelesaian arbitra.