perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Hakikat Kemampuan Menulis Teks Hasil Observasi a. Pengertian Menulis Kegiatan belajar mengajar di sekolah peserta didik pasti tidak asing dengan kegiatan menulis. Apalagi dalam pembelajaran bahasa, ada empat aspek yang harus dikuasai oleh peserta didik. Keempat aspek itu adalah menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pembelajaran di sekolah, kegiatan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasai siswa. Suparno (2009: 1.3) mengungkapkan bahwa menulis merupakan suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Pendapat lain diungkapkan oleh Semi (1995: 16) bahwa menulis merupakan suatu proses kreatif memindahkan gagasan ke dalam lambang-lambang tulisan. Menulis merupakan kegiatan aktif-produktif-kreatif dalam berbahasa. Kusmana (2014: 16) berpendapat bahwa menulis adalah suatu prosses psikolinguistik, bermula dari formulasi gagasan melalui aturan semantik, kemudian ditata dengan aturan sintaksis, selanjutnya disajikan dalam tatanan sistem tulisan. Formulasi gagasan ke dalam tulisan itu tidak sembarang melainkan disusun berdasarkan tata makna kata dan tata susunan kalimat. Penataan berdasarkan keselarasan makna kata dan susunan kalimat akhirnya mencipta sebuah sistem tulisan. Menurut Nurgiyantoro (2010: 425) dilihat dari kompetensi berbahasa, menulis adalah aktifitas aktif produktif, aktifitas menghasilkan bahasa. Lebih lanjut Nurgiyantoro mengemukakan dilihat dari pengertian secara umum, menulis adalah aktifitas mengemukakan gagasan melalui media bahasa. Menurut Ferneaux (1999: 57) “Writing is essentially a social act: you usually write to communicate with an audience. Which has expatitions about the text type (orgence) you produce”. Menulis secara esensial merupakan kegiatan sosial, dalam proses menulis ini terdapat berkomunikasi dengan seorang audiens commit to user
7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
atau pembaca yang mempunyai harapan-harapan jenis teks yang dihasilkan oleh seorang penulis. Berdasarkan uraian di atas, dapat disintesiskan bahwa menulis adalah kegiatan menuangkan gagasan, ide atau pendapat yang akan disampaikan kepada orang lain (pembaca) melalui media bahasa tulis untuk dipahami tepat seperti yang dimaksud oleh penulis. b. Tujuan Menulis Setiap jenis tulisan mengandung beberapa tujuan, tetapi karena tujuan itu sangat beraneka ragam, bagi penulis yang belum berpengalaman ada baiknya memperhatikan kategori di bawah berikut: tujuan memberitahukan atau mengajar, tujuan meyakinkan atau mendesak,
tujuan
menghibur
atau
menyenangkan,
dan
tujuan
mengutarakan/
mengekspresikan perasaan dan emosi yang berapi-api (Tarigan, 2008: 24). Sehubungan dengan tujuan penulisan sesuatu tulisan, Tarigan (2008: 26) merangkumnya sebagai berikut, (1) Assigment purpose (tujuan penugasan), tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali. Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemamuan sendiri (misalnya para siswa yang diberi tugas merangkumkan buku, sekretaris yang ditugaskan laporan atau notulen rapat). (2) Altruistik purpose (tujuan altruistik), penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan, dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu. Menulis tidak tepat guna dapat kalau dipercaya baik secara sadar maupun tidak sadar bahwa pembaca atau penikmat karyanya itu adalah lawan atau musuh. Tujuan altruistik adalah kunci keterbacaan sesuatu tulisan. (3) Persuasive purpose (tujuan persuasif), tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan. (4) Informational purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan), tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan/ penerangan kepada para pembaca. (5) Self-expressive purpose (tujuan pernyataan diri), tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca. (6) Creative commit topurpose user (tujuan kreatif), tulisan ini erat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
berhubungan dengan tujuan pernyataan diri. Keinginan kreatif di sini melebihi pernyataan diri dan melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai norma artistik atau seni yang ideal, seni idaman. Tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik, nilai-nilai kesenian. (7) Problem solving purpose (tujuan pemecahan masalah), tulisan seperti ini bertujuan ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Untuk menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh para pembaca. Pendapat lain diungkapkan oleh Semi (1995: 16) mengenai tujuan umum menulis sebagai berikut: pertama, menceritakan sesuatu. Menceritakan sesuatu kepada orang lain mempunyai maksud agar orang lain atau pembaca tahu tentang apa yang dialami yang bersangkutan. Pembaca tahu yang diimpikan, dikhayalkan, dan dipikirkan penulis. Dengan begitu, terjadi kegiatan berbagi pengalaman, perasaan, dan pengetahuan. Pengalaman atau pengetahuan yang dirasakan penulis dapat menjadi inspirasi bagi pembacanya. Pembacapun menjadi tahu dan lebih mengenal perasaan yang dirasakan oleh penulisnya. Kedua, memberikan petunjuk atau pengarahan. Bila seseorang mengajari orang lain bagaimana mengerjakan sesuatu dengan tahapan yang benar, berarti dia sedang memberi petunjuk atau pengarahan. Di dalam kehidupan sehari-hari banyak dijumpai tulisan yang tujuannya memberi petunjuk atau pengarahan tentang sesuatu, misalnya cara belajar yang baik, petunjuk cara membuat kue, cara membuat alat rumah tangga, dan lain-lain. Tulisan dengan tujuan memberikan petunjuk sangat berguna bagi pembaca yang kurang atau tidak mengetahui mengenai bagaimana cara penggunaan atau pembuatan sesuatu. Pembaca tidak akan mengalami kesulitan dalam menggunakan atau membuat sesuatu, karena langkah atau petunjuk sudah dituliskan oleh penulis. Ketiga, menjelaskan sesuatu. Apabila pembaca menghadapi atau membaca berbagai buku pelajaran sehari-hari, entah itu buku pelajaran bahasa Indonesia, matematika, PMP, biologi, atau buku pelajaran agama, tentu pembaca merasakan bahwa buku itu berisi berbagai penjelasan. Apabila suatu kali menulis tentang manfaat berlatih bela diri, maka tulisan itu dapat digolongkan ke dalam tulisan yang bertujuan menjelaskan sesuatu kepada pembaca sehingga pengetahuan pembaca menjadi bertambah, dan pemahaman pembaca user Tujuan penulis untuk memberikan tentang topik yang disampaikan menjadicommit lebih tobaik.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id10
pengetahuan bagi pembaca yang ingin mengetahui tentang penjelasan suatu ilmu. Tulisan penjelasan tentang sesuatu tidak hanya pada buku pelajaran, tetapi terdapat juga dalam majalah, koran, artikel dan lain-lainnya. Keempat, meyakinkan. Ada kalanya orang menulis untuk meyakinkan orang lain tentang pendapat atau pandangannya mengenai sesuatu. Mengapa seseorang perlu meyakinkan orang lain tentang pandangan atau buah pikirannya? Hal ini dikarenakan setiap orang sering berbeda pendapat tentang banyak hal. Melalui sebuah tulisan, penulis bisa berbagi pendapat untuk meyakinkan pembaca. Kelima, merangkum. Tujuan menulis semacam ini, umumnya dijumpai pada kalangan murid sekolah, baik yang berada di sekolah dasar, sekolah menengah, maupun para mahasiswa yang berada di perguruan tinggi. Dengan menuliskan rangkuman, berarti mereka akan sangat tertolong dan sangat mudah dalam mempelajari isi buku yang panjang dan tebal. Akan lebih mudah menguasai bahan pelajaran dengan membaca rangkuman dibandingkan kalau tidak dirangkumkan. Pembaca akan lebih mudah dengan membaca sebuah rangkuman, karena akan lebih menyingkat waktu dalam membaca isinya. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disintesiskan tujuan menulis yaitu untuk menceritakan sesuatu, untuk memberikan petunjuk atau pengarahan, untuk menjelaskan sesuatu, untuk meyakinkan, untuk merangkum, assigment purpose (tujuan penugasan), altruistik purpose (tujuan altrusitik), persuasive purpose (tujuan persuasif), informational purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan), self-expressive purpose (tujuan pernyataan diri), creative purpose (tujuan kreatif), problem solving purpose (tujuan pemecahan masalah). c. Manfaat Menulis Tulisan seseorang yang berkualitas dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat, bahkan dapat mengubah budaya masyarakat, di samping itu juga dapat mengangkat nama baik seseorang di lingkungan masyarakat. Kegiatan menulis banyak manfaat yang diperoleh antara lain: (1) peningkatan kecerdasan, (2) pengembangan daya inisiatif dan kreativitas, (3) penumbuhan keberanian, dan (4) pendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi (Suparno, 2009: 1.4). Menurut Komaidi (2011: 9) mengatakan commit yaitu to userpertama, menulis akan menimbulkan bahwa terdapat banyak manfaat dalam menulis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id11
rasa ingin tahu (curiocity) dan melatih kepekaan dalam meliat realitas di sekitar. Kedua, dengan menulis mendorong untuk mencari referensi seperti buku, majalah, koran, jurnal, dan sejenisnya. Membaca referensi-referensi tersebut tentu akan semakin bertambah wawasannya. Ketiga, aktifitas menulis melatih untuk menyusun pemikiran dan argumen secara runtut, sistematis, dan logis. Keempat, dengan menulis secara psikologis akan mengurangi tingkat ketegangan dan stres. Melalui tulisan seseorang dapat menumpahkan segala uneg-uneg, rasa senangatau sedih secara bebas. Kelima, jika hasil tulisan dimuat oleh media massa atau diterbitkan oleh penerbit, maka akan mendapat kepuasan batin karena tulisannya dapat bermanfaat bagi orang lain. Selain manfaat yang sudah disebutkan di atas, Akhadiah (1999:1-2) menyatakan bahwa ada delapan manfaat menulis yaitu: pertama dapat mengenali kemampuan dan potensi dirinya, kedua terlatih mengembangkan berbagai gagasan, ketiga dapat lebih banyak menyerap, mencari, dan menguasai informasi sehubungan dengan topik yang ditulis,
keempat
terlatih
mengorganisasikan
gagasan
secara
sistematis
dan
mengungkapkannya secara tersurat, kelima dapat meninjau dan menilai gagasan sendiri secara lebih objektif, keenam lebih mudah memecahkan permasalahan dengan menganalisis secara tersurat dalam konteks yang lebih konkret, ketujuh dengan menulis terbiasa belajar secara aktif, dan kedelapan terbiasa berpikir dan berbahasa secara tertib dan teratur. Mengacu dari pendapat ahli di atas, dapat disintesiskan manfaat menulis adalah: (1) meningkatkan kecerdasan, (2) pengembangan daya inisiatif dan kreatif, (3) penumbuhan keberanian, (4) pendorong kemamuan dan kemamouan mengumpulkan informasi, dan (5) untuk mengatasi trauma emosional. d. Jenis-jenis Tulisan Suatu tulisan atau karangan secara umum mengandung dua hal yaitu: isi tulisan dan cara pengungkapan atau penyajian, keduanya saling mempengaruhi. Tulisan dan tujuan akan menentukan cara pengungkapan, lebih bersifat formal atau informal, bentuk tulisan yang akan digunakan bersifat naratif, deskriptif, ekspositoris, argumentatif, atau persuasif. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id12
Begitu pula bentuk tulisan yang dipilih akan mempengaruhi isi, jenis informasi dan pengorganisasian, pengungkapan, dan tata saji tulisan. Karangan dapat disajikan dalam lima bentuk atau ragam wacana yaitu: deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi (Suparno, 2008: 1.11-1.13). Deskripsi adalah ragam wacana yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan kesan-kesan dari pengamatan, pengalaman, dan perasaan penulisnya. Sasarannya adalah menciptakan atau memungkinkan terciptanya imajinasi atau daya khayal pembaca sehingga seolah-olah melihat, mengalami, dan merasakan sendiri apa yang dialami sendiri oleh penulisnya. Narasi adalah raga wacana yang menceritakan proses sejelas-jelasnya kepada pembaca mengenai fase, langkah, urutan, dan rangkaian terjadinya sesuatu hal. Eksposisi adalah ragam wacana yang dimaksudkan untuk menerangkan, menyampaikan, dan menguraikan sesuatu hal yang dapat diperluas atau menambah pengetahuan dan pandangan pembaca. Argumentasi adalah ragam wacana yang dimaksudkan untuk meyakinkan pembaca mengenai kebenaran yang disampaikan oleh penulisnya. Karena tujuannya meyakinkan pendapat atau pemikiran pembaca, maka penulis akan menyajikan secara logis, kritis, dan sistematis bukti-bukti yang dapat memperkuat keobjektifan dan keraguan pembaca terhadap pendapat penulis. Persuasi adalah ragam yang ditujuakn untuk mempengaruhi sikap dan pendapat pembaca mengenai sesuatu hal yang disampaikan penulisnya. Sejalan dengan pendapat di atas, Slamet (2009: 103) juga mengklasifikasikan tulisan dalam lima bentuk atau ragam wacana yaitu: deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi dan persuasi. Kenyataan masing-masing bentuk itu tidak selalu dapat berdiri sendiri. Sebuah karangan narasi mungkin saja terdapat bentuk deskripsi atau eksposisi. Karangan eksposisi bisa saja terkandung bentuk deskripsi dan narasi, dan begitulah seterusnya. Penanaman ragam suatu karangan lebih didasarkan atas corak yang paling dominan pada karangan tersebut. Tiap kebutuhan dasar menulis akan melandasi corak dasar dari sebuah karangan yang secara khusus mewarnai sebuah karangan. Berdasarkan tujuan inilah dapat dibedakan bentuk karangan atau tulisan. Keraf, (2002: 6) menjelaskan berdasarkan tujuan bentuk karangan dapat dibedakan menjadi lima yaitu: eksposisi, commit to user argumentasi, persuasi, deskripsi, dan narasi.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id13
Berdasarkan beberapa pendapat ahli yang telah disebutkan di atas, dapat disintesiskan bahwa bentuk-bentuk tulisan ada lima macam yaitu: deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi. Sesuai dengan penelitian ini, memfokuskan kajiannya pada teks hasil observasi. Berdasarkan bentuk-bentuk tulisan di atas, teks hasil observasi mengarah pada bentuk tulisan deskripsi. Tulisan deskripsi merupakan ragam wacana yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan kesan-kesan dari pengamatan, pengalaman, dan perasaan penulisnya. Sasarannya adalah menciptakan atau memungkinkan terciptanya imajinasi atau daya khayal pembaca sehingga seolah-oleh melihat, mengalami, dan merasakan sendiri apa yang dialami sendiri penulisnya.
e.
Langkah-langkah Menulis
Suparno (2009:1.14) berpendapat sebagai proses, menulis merupakan serangkaian aktivitas yang terjadi dan melibatkan beberapa fase atau tahapan yaitu pertama tahap prapenulisan, tahap ini merupakan tahap persiapan menulis seperti menentukan topik, mempertimbangkan maksud atau tujuan penulisan, memperhatikan sasaran pengarang (pembaca), mengumpulkan informasi pendukung, dan mengorganisasikan ide dan informasi. Kedua tahap penulisan, tahap mengembangkan butir demi butir ide yang terdapat dalam kerangka karangan, dengan memanfaatkan bahan atau informasi yang telah dipilih atau dikumpulkan. Ketiga tahap pascapenulisan, tahap ini merupakan tahap penghalusan dan penyempurnaan buram yang dihasilkan. Kegiatan ini terdiri atas penyuntingan dan perbaikan (revisi), kegiatan ini bisa terjadi beberapa kali. Menulis merupakan proses kreatif yang harus dilalui secara bertahap sampai pada terwujudnya sebuah karya tulis (Semi, 1995: 52-59). Lebih lanjut, Semi mengungkapkan tahapan atau proses penulisan itu bila dilihat secara garis besar dapat dibagi atas tiga tahap, yaitu tahap pramenulis, tahap penulisan, dan tahap penyuntingan. (1) Tahap pratulis, dalam menulis yang sangat menentukan kelanjutan proses menulis ialah tahap pratulis. Artinya, sebelum menulis ada kegiatan persiapan yang harus dilakukan. Kegiatan tersebut terdiri dari empat jenis yaitu, pertama menetapkan
topik, artinya memilih secara tepat dari
berbagai kemungkinan topik yang ada. Penulis pada tahap ini, mempertimbangkan menarik commit to user adalah nilai topik tersebut ditinjau atau tidaknya sebuah topik. Kaitan ini yang diperhatikan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id14
dari kepentingan pembaca. Selain itu, dipertimbangkan pula topik tersebut dapat dikembangkan pula oleh penulis, dan penulis mampu memperoleh bacaan penunjang yang dapat memperkaya topik tersebut di saat menulis. Kedua, menetapkan tujuan, artinya menentukan yang akan dicapai atau diharapkan dengan tulisan yang hendak disusunnya. Mengetahui tujuan memang sangat penting, karena dengan begitu penulis dapat mengarahkan tulisan itu sesuai dengan yang diharapkan, dan memilih cara penyajian yang lebih tepat. Tanpa memahami tujuan, tentu saja tidak mungkin sebuah tulisan dapat diarahkan dengan baik. Ketiga, mengumpulkan informasi pendukung. Artinya, sebuah topik yang dipilih akan layak ditulis setelah dikumpulkan informasi yang memadai tentang topik itu seperti pendapat beberapa ahli atau penulis tentang topik tersebut. Setelah semua dianggap memadai, barulah sebuah topik layak untuk dituliskan. Apabila dalam pencarian informasi tambahan, penulis gagal mendapatkannya, tentu saja topik tersebut dapat dikatakan belum siap untuk ditulis. Penulis diharapkan mempertimbangkannya kembali, atau menukarnya dengan topik yang lain. Keempat, merancang tulisan, artinya topik tulisan yang telah ditetapkan dipilah-pilah menjadi subtopik atau sub-sub-topik. Hasil pemilahan ini disusun dalam suatu susunan yang disebut dengan kerangka tulisan atau outline. Kerangka tulisan itu akan sangat memudahkan penulis dalam menyelesaikan tulisan. Selain itu, dengan perancangan tulisan dapat dihindari kemungkinan adanya hal-hal yang tumpang tindih. (2) Tahap penulisan, merupakan tahap yang paling penting karena pada tahap ini semua persiapan yang telah dilakukan pada tahap pratulis dituangkan ke dalam kertas. Pada tahap itu, diperlukan adanya konsentrasi penulis terhadap yang akan ditulisnya. Tanpa konsentrasi penuh tulisan yang berbobot sulit dihasilnya. Pada saat mencurahkan gagasan ke dalam konsep tulisan, penulis kepada tiga hal, yaitu pertama konsentrasi terhadap gagasan pokok tulisan. Kedua, konsentrasi terhadap tujuan tulisan. Ketiga, konsentrasi terhadap kriteria calon pembca. Keempat, konsentrasi terhadap kriteria penerbitan, khususnya untuk tulisan yang akan diterbitkan. (3) Tahap penyuntingan ini terdapat dua kegiatan utama, yaitu penyuntingan dan penulisan naskah jadi. Kegiatan penyuntingan, yaitu kegiatan membaca kembali dengan commitdengan to usergagasan utama, tujuan tulisan, calon teliti draf tulisan dengan melihat ketepatannya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id15
pembaca, dan kriteria penerbitan. Selain melihat ketepatan dan gaya penulisan, juga penambahan yang kurang serta penghilangan yang berlebihan. Kegiatan penyuntingan, harus diperhatikan dengan teliti kesalahan yang kentara. Untuk itu, harus dicek ketepatan angka-angka dan nama sesuatu, penulisan kutipan yang betul, penerapan ejaan yang sesuai dengan EYD, dan pengembangan paragraf yang baik. Selain itu, apakah tulisan tidak terlalu panjang atau terlalu pendek, apakah penanda bagian bab sudah konsisten, dan lainlain. Cara penyuntingan yang paling baik ialah dengan membiarkan draf tulisan itu terhadap beberapa waktu, misalnya satu atau dua malam, kemudian baru dilakukan penyuntingan dengan membaca secara teliti. Pada saat membaca, berbuatlah seolah-olah berhadapan dengan tulisan orang lain. Dengan begitu, akan dapat menemukan berbagai kelemahan. Akhirnya, hasil penyuntingan akan lebih baik. Penulisan naskah jadi, yaitu kegiatan paling akhir yang dilakukan. Setelah penyuntingan dilakukan, barulah naskah jadi ditulis ulang dengan rapi dan dengan memperhatikan secara serius masalah perwajahan. Pengetikan naskah terakhir perlu kembali diwaspadai agar jangan terulang kembali kesalahan pemakaian ejaan dan tanda baca. Kesalahan sedikit saja yang terjadi akan membuat sebuah tulisan menjadi tidak sempurna, apalagi menyangkut penulisan nama orang atau angka. Berdasarkan uraian di atas, dapat disintesiskan bahwa terdapat langkah dalam menulis yang melibatkan beberapa fase atau tahapan yaitu pertama tahap prapenulisan (persiapan), kedua tahap penulisan (menuangkan semua persiapan ke dalam kertas), dan ketiga tahap pascapenulisan (penyuntingan dan penulisan naskah jadi). f. Pengertian Teks Hasil Observasi Observasi merupakan segala upaya merekam segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama tindakan perbaikan itu berlangsung dengan atau tanpa alat bantu. Yang penting dicatat pada kesempatan ini adalah kadar interpretasi yang terlibat dalam rekaman hasil observasi. Sesuai dengan hakikat data yang dikehendaki observasi harus dilakukan secara bersamaan dengan interpretasi (Suwandi, 2012: 41). Menurut Madya (2009: 62) observasi berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan terkait bersama commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id16
prosesnya. Observasi itu berorientasi ke masa yang akan datang, memberikan dasar bagi refleksi sekarang, lebih-lebih lagi ketika putaran atau siklus terkait masih berlangsung. Teks laporan merupakan teks yang berisi penjabaran umum/ melaporkan sesuatu berupa hasil dari pengamatan (observasi). Teks laporan (report) ini juga disebut teks klasifikasi karena memuat klasifikasi mengenai jenis-jenis sesuatu berdasarkan kriteria tertentu. Pada umumnya teks laporan hasil observasi memiliki bentuk yang hampir sama dengan teks deskripsi, tetapi sebenarnya sifat kedua teks tersebut berbeda. Teks laporan menggambarkan sesuatu secara umum dan sesuai fakta apa adanya tanpa ada opini/ pendapat penulis. Membuat teks hasil observasi terlebih dahulu harus memperhatikan halhal berikut: mengamati objek yang akan diobservasi. Objek yang diamati haruslah objek tunggal, mencatat data yang diperlukan, data yang dicatat haruslah data yang akurat sesuai pengamatan, data yang disajikan hasil penelitian terkini, dan jika diperlukan dapat melakukan wawancara dengan narasumber sebagai bukti penguat dan referensi. Teks laporan hasil observasi terdiri atas definisi umum (pembukaan), deskripsi bagian, dan deskripsi manfaat. Bagian definisi umum (pembukaan) berisi pengertian akan sesuatu yang dibahas. Deskripsi bagian berisi gambaran tentang sesuatu secara terinci. Sementara itu, deskripsi manfaat merupakan bagian yang berisi manfaat atau kegunaan. Seseorang yang ditugaskan untuk meneliti suatu daerah atau suatu pokok persoalan tertentu, harus menyampaikan suatu laporan mengenai hal-hal yang ditugaskan itu. Penulis laporan harus menyadari dan berusaha agar apa yang disampaikan itu merupakan hal-hal penting, bukan mengenai pengalaman-pengalaman pribadi atau hal-hal yang kurang penting bila dibandingkan dengan maslaah yang dihadapi. Sebelum seseorang dibiasakan menulis laporan dalam hubungan dengan tugas pekerjaannya, sudah harus mengenal dan menulis laporan-laporan itu di sekolah. Laporan untuk kepentingan kelas tidak selalu dibayangi dengan pertanyaan “bagaimana supaya laporan itu cocok dengan kebutuhan mereka yang menerima laporan itu?”. Pengajar yang akan menerima dan memeriksa laporan itu sama sekali tidak membutuhkan laporan tersebut (Keraf, 2002: 325). Menurut Kosasih (2012: 61) laporan adalah cara penyampaian informasi kepada seseorang atau suatu instansi yang disusun atas dasar tanggung jawab yang diembannya. commitdokumen to user yang menyampaikan informasi Laporan juga dapat didefinisikan sebagai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id17
mengenai suatu masalah atau fakta. Laporan merupakan suatu jenis dokumen yang sangat bervariasi bentuknya, dan sebab itu sukar diberi batasan pengertian yang jelas (Keraf, 2002: 323). Variasinya mulai dari suatu bentuk laporan yang sederhana berbentuk angka-angka sebagai suatu gambaran mengenai perkembangan suatu persoalan, sampai kepada laporan yang terdiri dari beberapa jilid buku yang masing-masing terdiri dari ratusan halaman. Lebih lanjut, Keraf (2002: 324) mengungkapkan bahwa laporan adalah suatu cara komunikasi di mana penulis menyampaikan informasi kepada seseorang atau suatu badan karena tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Laporan yang dimaksud sering mengambil bentuk tertulis, maka dapat pula dikatakan bahwa laporan merupakan suatu macam dokumen mengenai sebuah masalah yang telah atau tengah diselidiki, dalam bentuk fakta-fakta yang diarahkan kepada pemikiran dan tindakan yang akan diambil. Menurut Keraf (2002: 240) bahasa yang dipergunakan dalam sebuah laporan formal haruslah bahasa yang baik, jelas, dan benar. Bahasa yang baik tidak perlu berarti bahwa laporan itu harus mempergunakan gaya bahasa yang penuh hiasan. Sekurang-kurangnya dari segi sintaksis bahasanya teratur, jelas memperlihatkan hubungan yang baik antara satu kata dengan kata yang lain, antara satu kalimat dengan kalimat yang lain. Bidang yang dilaporkan dan orang yang menerima laporan itu seringkali mempengaruhi pula gaya bahasa yang digunakan. Pemakaian kata yang tepat untuk gagasan yang akan disampaikan merupakan unsur yang penting dalam gaya. Laporan harus dapat dipahami dengan mudah. Penggunaan kata ganti orang pertama dan kedua harus dihindari, kecuali penggunaan kata “kami” bila yang menyampaikan adalah suatu badan atau satuan tugas. Alasan untuk menghindari penggunaan kata-kata tersebut, pertama karena akan jarang digunakan dalam laporan itu, konsentrasi diletakan pada topik dilaporkan. Alasan kedua, nilai kedua kata itu juga tergantung dari siapa yang menulis dan siapa yang harus menerima laporan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disintesiskan bahwa teks laporan hasil observasi adalah cara penyampaian informasi kepada seseorang atau suatu instansi yang disusun atas dasar tanggung jawab yang diembannya. Laporan juga dapat didefinisikan sebagai dokumen yang menyampaikan informasi mengenai suatu masalah atau fakta, suatu jenis dokumen yang sangat bervariasi bentuknya, dan sebab itu sukar diberi batasan pengertian yang jelas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id18
g. Dasar-dasar Penyusunan Laporan Penyusunan sebuah laporan didasarkan oleh beberapa hal, seperti orang yang memberi laporan, pihak yang menerima laporan, serta sifat dan tujuan umum laporan (Kosasih, 2012: 61). Pemberi laporan, pemberi laporan dapat perorangan, kepanitiaan, ataupun lembaga. Jenis pertama, pemberi laporan itu misalnya mahasiswa ditugaskan dosennya melakukan tugas akhir yang berupa penelitian. Jenis kedua, kepanitiaan 17 Agustusan yang melaporkan kegiatan-kegiatan yang telah dilakukannya kepada kepala desa. Jenis ketiga, dijumpai bila suatu instansi pemeintahan daerah atau suatu badan sosial untuk memperoleh bantuan guna mengatasi bencana atau musibah tersebut. Penerima laporan, suatu laporan dapat ditujuan pula kepada perseorangan ataupun kelembagaan. Hubungan yang berbeda antara laporan dan penerima laporan akan memberi warna yang berbeda pula pada gaya penyusunannya. Tujuan laporan, tujuan laporan pada umumnya berkisar pada hal-hal berikut: mengatasi suatu masalah, mengambil suatu keputusan yang lebih efektif, mengetahui kemajuan dan perkembangan suatu masalah, mengadakan pengawasan dan perbaikan, menemukan teknik-teknik baru, dan sebagainya. Pembuat laporan harus memperhatikan sungguh-sungguh tujuan-tujuan penyusunannya. Hal ini dimaksudkan agar sistematika, pengembangan, dan ilustrasi-ilustrasi yang dirunakannya sesuai dengan diharapkan, baik oleh penyusun itu sendiri maupun oleh pihak penerima laporan. h. Macam-macam Laporan Menurut Kosasih (2012: 74) laporan dapat dibedakan menjadi beberapa macam, sebagai berikut: (1) Laporan Laboratorium, salah satu tujuan dari laporan laboratoris adalah menyampaikan hasil dari percobaan atau kegiatan yang dilakukan dalam laboratoria. Oleh karena itu, laporan ini sering kali hanya memuat percobaan-percobaan yang telah dilakukan. Hasil-hasil percobaan dilaporkan tanpa referensi tentang alasan apa lapoan itu dibuat. Laporan ini bukan hanya menyajikan hasil kegiatan di laboratorium, melainkan harus juga menerapkan masalah-masalah khusus, bahkan kegiatan-kegiatan yang diinginkan. (2) Laporan pengamatan, laporan penelitian merupakan karangan yang memaparkan suatu fenomena atau kejadian berdasarkan commit to user hasil pengamatan. Uraian-uraian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id19
yang dikemukakannya didasarkan pada data atau fakta objektif, sebagai hasil dari proses pengamatan dan analisis yang telah dilakukan. (3) Laporan perjalanan, laporan perjalanan merupakan salah satu jenis tulisan yang mengungkapkan hal-hal penting dari suatu perjalanan. Laporan perjalanan disusun dengan didasari oleh anggapan bahwa, yang dialami selama perjalanan itu penting dan bermanfaat. (4) Laporan peristiwa, berita adalah laporan yang benar-benar terjadi atau penemuan baru yang dipilih oleh wartawan untuk dimuat dalam surat kabar, karena laporan itu menarik dan mempunyai makna bagi pembaca. (5) Laporan diskusi, penulisan laporan diskusi (baik diskusi kelas maupun diskusidiskusi yang lain) bertujuan untuk menyampaikan hasil diskusi, baik kepada para peserta diskusi maupun pihak-pihak yang berkepentingan terhadap hasil diskusi. (6) Laporan wawancara, langkah selanjutnya setelah melakukan wawancara adalah menyusun laporannya. Laporan wawancara dapat disusun dengan sistematika berikut: pendahuluan, isi, dan penutup. (7) Laporan buku,
adalah karya ilmiah yang mendemontrasikan
pemahaman, kemampuan analisis, dan evaluasi penulis terhadap isi suatu buku. Laporan itu, penulis dapat mengutip beberapa bagian dan buku/ bab yang dibahasnya. Kutipan tersebut sifatnya hanyalah untuk memperkuat atau mendukung pendapat penulis tentang isi bagian tertentu dari buku yang dilaporkannya. Namun demikian, kutipan tersebut tidak boleh menjadi suatu yang dominan dalam laporan itu. Berdasarkan uraian di atas, dapat disintesiskan mengenai beberapa macam laporan yang dapat disusun yaitu laporan laboratoris, laporan penelitian, laporan perjalanan, laporan peristiwa, laporan diskusi, laporan wawancara, dan laporan buku i. Struktur Laporan Keraf (2002: 333) berpendapat seperti halnya tulisan-tulisan atau karangan pada umumnya, laporan harus disampaikan dalam bentuk dan struktur yang baik. Bentuk lebih banyak dipertalikan dengan cara pengetikan dan penyusunan, sedangkan struktur lebih dipertalikan dengan organisasinya. Struktur laporan, seperti juga karangan lainnya yang berbentuk buku harus meliputi unsur-unsur berikut, (1) Halaman judul, biasanya pertamatama memuat pokok atau topik laporan,commit keduatoorang user atau badan yang akan menerima
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id20
laporan, ketiga orang atau badan yang membuat laporan, dan yang keempat pertanggalan laporan. Halaman judul hanya merupakan suatu label, sebuah etiket pengenal. Sebab itu, jangan mempergunakan judul yang terlalu panjang, yang hanya akan mengaburkan pokok persoalan yang akan dilaporkan. (2) Surat penyerahan, berfungsi sebagai kata pengantar pada sebuah buku, sifatnya dan panjangnya berbeda-beda sesuai dengan tujuan dan sifat topiknya. Surat penyerahan biasanya mengandung fakta yang minimal diperlukan untuk membangkitkan perhatian pembaca terhadap laporan itu. Surat penyerahan ini merupakan suatu bentuk komunikasi yang sangat bersifat pribadi dari penulis kepada penerima laporan, maka penulis dapat mempergunakan juga untuk menyampaikan ucapan terima kasihnya kepada pembaca. (3) Daftar isi, pada prinsipnya daftar isi sama dengan daftar isi buku. Daftar isi memuat rekapitulasi dari semua judul yang ada dalam laporan itu. Dengan demikian, para pembaca atau penerima laporan dapat segera mengetahui apa isi laporan itu. Pokok-pokok yang penting kedudukannya ditempatkan semakin ke kiri, sebaliknya semakin berkurrang kepentingannya ditempatkan ke kanan. Penggunaan angka-angka atau huruf-huruf sebagai penanda tingkatan judul sesuai dengan teksnya, akan lebih memudahkan pembaca mengenal struktur laporan itu. (4) Ikhtisar dan abstrak, abstrak adalah suatu bagian uraian yang sangat singkat, jarang lebih panjang dari enam atau delapan baris, bertujuan untuk menerangkan kepada pembaca aspek-aspek yang tercakup dalam sebuah uraian tanpa berusaha mengatakan yang dibicarakan mengenai aspek-aspek itu. Ikhtisar sekurangkurangnya berhubungan dengan laporan, merupakan suatu bagian dari tulisan yang menyampaikan suatu informasi yang penting dari sebuah laporan dalam bentuk yang sangat singkat. (5) Pendahuluan, sebagai bahan untuk menyusun pendahuluan sebuah laporan atau unsur yang dianggap sebagai latar belakang dari masalah yang akan dilaporkan dapat dikemukakan tujuan laporan. Judul pendahuluan itu dibagi-bagi atas beberapa judul bawahan yang masing-masing dijelaskan lebih lanjut dalam satu atau dua alinea. (6) Isi laporan, menyangkut inti persoalan, dan segala sesuatu yang bertalian langsung dengan persoalan tersebut. Sebab itu, isi laporan dapat meliputii: hasil pengamatan mengenai fakta-fakta yang dilaporkan, pencocokan fakta dengan data yang commit to user telah ada sebelum satuan tugas melaksanakan kewajibannya, semua masalah yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id21
diperkirakan akan membantu atau menghambat pemecahan masalahnya, pembahasan dan hasil pembahasan mengenai pokok persoalan yang akan dilaporkan. (7) Kesimpulan dan saran, seringkali pemberi laporan atau penerima laporan tidak dapat membaca seluruh laporan karena harus mengambil tindakan segera, atau karena kesibukan-kesibukan yang dihadapinya. Oleh sebab itu, yang penting baginya adalah kesimpulan dan saran-saran yang diajukan oleh pembuat laporan, beserta abstrak atau ikhtisar yang disampaikan oleh pembuat laporan tersebut. Berdasarkan abstrak atau ikhtisar beserta kesimpulan dan saran itu penerima laporan harus segera mengambil tindakan-tindakan yang tepat. (8) Bagian pelengkap, pada umumnya sesudah menyampaikan kesimpulan dan saran, laporan itu secara definit juga selesai. Sering ada beberapa bagian tambahan yang dianggap perlu ada untuk melengkapi laporan itu. Bagian yang perlu dimasukan untuk melengkapi laporan itu adalah lampiran-lampiran (apendiks), termasuk di sini surat perintah bagi orang yang membuat laporan itu, foto-foto dan bilbiografi bila laporan itu dikaitkan dengan analisis ilmiah yang mempergunakan bahan-bahan pustaka. Berdasarkan uraian di atas, dapat disintesiskan bahwa struktur teks hasil observasi sekurang-kurangnya terdapat judul teks, pendahuluan, isi, dan kesimpulan secara jelas dan urut sehingga isi yang akan dilaporkan sampai dengan baik kepada pembaca. Menulis teks hasil observasi merupakan kegiatan menuangkan gagasan, ide atau pendapat dalam bentuk dokumen yang berisi informasi mengenai suatu masalah atau fakta yang akan disampaikan kepada orang lain (pembaca) melalui media bahasa tulis untuk dipahami tepat seperti yang dimaksud oleh penulis. j. Penilaian Menulis Teks Hasil Observasi Salah satu tugas pokok guru ialah mengevaluasi taraf keberhasilan rencana dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Menurut Bloom, dkk. (dalam Nurgiyantoro, 2010: 5659) hasil belajar dapat dikelompokkan ke dalam tiga domain, yaitu; Pertama, kognitif yang berkaitan dengan kemampuan intelektual dan kompetensi berpikir seseorang. Kedua, afektif yang berkaitan dengan perasaan, nada, emosi, motivasi, kecenderungan bertingkah laku, tingkatan penerimaan dan penolakan terhadap sesuatu. Ketiga adalah psikomotor yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id22
berkaitan dengan kompetensi berunjuk kerja yang melibatkan gerakan-gerakan otot psikomotorik. Kemampuan menulis dapat dikatakan sebagai kemampuan yang lebih sulit dari kemampuan yang lain. Kemampuan menulis membutuhkan penguasaan unsur bahasa dan luar bahasa yang saling menjalin (Nurgiyantoro, 2010: 422). Unsur bahasa dapat dilihat pada kata, kalimat, ejaan, tanda baca, serta tata tulis lainnya. Unsur di luar bahasa dapat ditunjukkan dengan kesesuaian isi dengan media yang digunakan. Menurut Nurgiyantoro, (2010: 435) dalam kaitannya dengan pembelajaran bahasa, menulis laporan pun dapat dimanfaatkan untuk melatih dan mengungkap kemampuan peserta didik. Penyusunan laporan yang paling sering ditugaskan kepada peserta didik adalah laporan peninjauan darmawisata atau ke objek-objek tertentu. Melakukan tugas ini, peserta didik diharapkan mampu bekerja sama, pembagian tugas, dan pemecahan masalah yang semuanya merupakan usaha kolaboratif. Kinerja tugas proyek menunjukan penguasaan pengetahuan, pemahaman, analisis, sintesis data, sampai dengan pemaknaan dan penyimpulan. Maka penilaian yang dilakukan harus juga mencakup hal-hal tersebut. Materi menulis teks hasil observasi dapat diukur tingkat keberhasilannya dengan menentukan kriteria penilaiaan terlebih dahulu. Kriteria penilaian menulis teks hasil observasi antara lain dengan memperhatikan: (1) penentuan/pemilihan judul, (2) ketepatan analisis data dan penyimpulan, (3) kelengkapan struktur penulisan teks, (4) kebermaknaan keseluruhan tulisan, (5) ketepatan diksi, (6) ketepatan struktur kalimat, dan (7) ejaan dan tata tulis (Nurgiyantoro, 2010:430). Masing-masing kriteria tersebut diberi rentang skor untuk mempermudah penilaian lembar kerja siswa. Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, maka dapat disintesiskan bahwa penilaian menulis teks hasil observasi pada penelitian ini mencakup ketepatan pemilihan judul, ketepatan menganalisis data dan penyimpulan, kelengkapan struktur teks, kebermaknaan keseliruhan teks, ketepatan diksi, ketepatan struktur kalimat, ejaan dan tata tulis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id23
2. Hakikat Kualitas Proses Pembelajaran a. Pengertian Kualitas Terdapat banyak pengertian atau definisi yang diberikan pakar tentang pengertian kualitas. Beberapa pengertian yang diberikan, bila dicermati ada beberapa perbedaan. Hal ini wajar, karena berbicara tentang kualitas memiliki banyak kriteria, dan sangat bergantung pada konteks atau sudaut pandangnya. Namun, secara umum orang menyatakan bahwa kualitas adalah sesuatu yang mencirikan tingkat di mana suatu produk memenuhi keinginan atau harapan. Ariani (2004: 3) berpendapat bahwa kualitas adalah kesesuaian antara hasil yang diraih dengan tujuan atau manfaatnya. Apabila hasil yang dicapai telah memenuhi kriteria sesuai dengan tujuan yang ditetapkan, maka hasil tersebut memiliki kualitas yang baik. Sementara itu, Elliot (dalam Ariani, 2004: 3) mengemukakan bahwa kualitas adalah sesuatu yang berbeda untuk orang yang berbeda dan tergantung pada waktu dan tempat atau dikatakan sesuai dengan tujuan. Lebih lanjut, Feigenbum (dalam Ariani, 2004: 3) mengatakan bahwa kualitas merupakan keseluruhan karakteriktik produk dan jasa yang meliputi marketing, engenering, manufacture, dan maintenance dalam usaha oroduk dan jasa tersebut dalam pemakaiannya akan sesuai dengan kebutuhan dan harapan pelanggan. Mendengar istilah kualitas, pemikiran tertuju pada suatu benda atau keadaan yang baik. Kualitas lebih mengarah pada suatu yang baik (Glaser (dalam Uno, 2012: 153). Mengacu uraian di atas, dapat disintesiskan penggunaan istilah kualitas dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai hasil atau produk yang diperoleh sesuai dengan patokan atau kriteria yang drumuskan atau standar mutu yang ditentukan. b. Pengertian Proses Pembelajaran Majid (2013: 4) menjelaskan pembelajaran (instruction) bermakna sebagai upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya (effort) dan berbagai strategi, metode dan pendekatan ke arah pencapaian tujuan yang telah direncanakan. Pembelajaran dapat pula dipandang sebagai kegiatan guru secara terprogram commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id24
dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Sutikno (2014: 12) mengungkapkan pengertian pembelajaran merupakan segala upaya yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses belajar pada diri peserta didik. Secara implisit di dalam pembelajaran, ada kegiatan memilih, menetapkan dan mengembangkan metode atau model untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Pembelajaran lebih menekankan pada cara-cara untuk mencapai tujuan dan berkaitan dengan cara mengorganisasikan isi pembelajaran, menyampaikan isi pembelajaran, dan mengelola pembelajaran. Gagne (dalam Huda, 2014: 3) mengatakan bahwa pembelajaran dapat diartikan sebagai proses modifikasi dalam kapasitas manusia yang bisa dipertahankan dan ditingkatkan levelnya. Selama proses ini, sseorang bisa memilih untuk melakukan perubahas atau tidak sama sekali terhadap apa yang dilakukan. Ketika pembelajaran diartikan sebuah perubahan dalam perilaku, tindakan, cara, dan performa, maka konsekuensinya jelas, bisa mengobservasi, bahkan memverifikasi pembelajaran itu sendiri sebagai objek. Lebih lanjut, Rusman (2012: 1) menjelaskan bahwa pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berhubungan satu sama lain. Komponen tersebut meliputi: tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Keempat komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru dalam memilih dan menentukan model-model pembelajaran apa yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Andayani (2014: 1) mengungkapkan pengertian pembelajaran juga dapat diartikan sebagai suatu sistematika yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan. Dalam hal ini, individu yang terlinat dalam sistem tersebut meliputi: guru, murid, dan tenaga lainnya, misalnya laboratorium, atau yang lain. Material meliputi berbagai bahan ajar, dapat berupa buku, artikel, rekaman, dan yang lain. Fasilitas dan perlengkapan dapat berupa ruangan kelas dan media-media pendukung. Prosedur meliputi jadwal pelajaran kegiatan belajar mengajar, penyampaian informasi, praktik, dan hal-hal lain sejenisnya. Keseluruhan commit user komponen itulah secara terkait satu sama laintosehingga disebut sebagai pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id25
Pendapat di atas diperjelas oleh Hamalik (2006: 162) mengatakan bahwa pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara pelajar dan pengajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang berlangsung dalam suatu lokasi tertentu dalam jangka satuan waktu tertentu pula. Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disintesiskan bahwa proses pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dan lingkungannya yang difasilitasi oleh guru yang menyebabkan terjadinya perubahan perilaku ke arah yang lebih baik sehingga dapat mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Adapun perubahan yang terjadi karena proses pembelajaran memiliki sifat antara lain: perubahan itu terjadi secara sadar, perubahan itu bersifat kontinu, perubahan itu bersifat positif, dan perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah. c. Kualitas Proses Pembelajaran Paradigma pendidikan yang telah berlangsung sejak lama lebih menitikberatkan peran guru dalam mentransfer pengetahuan kepada peserta didik. Paradigma tersebut bergeser ke paradigma pembelajaran yang memberikan peran lebih banyak kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dan kreativitas dirinya dalam rangka membentuk manusia yang memiliki kekuatan spriritual keagamaan, berakhlak mulia, berkepribadian, memiliki kecerdasan, memiliki estetika, sehat jasmani dan rohani, serta keterampilan yang dibutuhkan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Sutikno, 2014: 18). Kualitas sering dikaitkan dengan kata mutu. Mutu pembelajaran dapat dikatakan sebagai gambaran mengenai baik buruknya hasil yang dicapai oleh peserta didik dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan. Depdiknas (2006: 4) mengemukakan paradigma mutu dalam konteks pendidikan, mencakup input, proses, dan output pendidikan. Lebih jauh dijelaskan, bahwa input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses yang dimaksud sesuatu adalah berupa sumber daya dan perangkat lunak serta harapan-harapan sebagai pemandu bagi keberlangsungan proses. Input sumber daya meliputi sumberdaya manusia (seperti ketua, dosen, konselor, dan peserta didik) dan sumberdaya selebihnya (peralatan, perlengkapan, uang bahan-bahan, dan sebagainya). Input perangkat meliputi: commitstruktur to user organisasi, peraturan perundang-
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id26
undangan, deskripsi tugas, rencana, program, dan lain sebagainya. Input harapan-harapan berupa visi, misi, tujuan, dan sasaran yang ingin dicapai. Kesiapan input sangat diperlukan agar proses dapat belangsung dengan baik. Dapat disimpulkan bahwa tinggi rendahnya mutu input dapat diukur dari tingkat kesiapan input, makin tinggi kesiapan input, makin tinggi pula mutu input tersebut. Proses pendidikan merupakan proses berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses disebut input, sedangkan dari sesuatu dari hasil proses disebut output. Proses dikatakan bermutu tinggi apabila pengkoordinasian dan penyerasian dan pemanduan input dilakuakan secara harmonis, sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan, mampu mendorong motivasi dan minat belajar, dan benar-benar mampu memberdayakan peserta didik. Berkaitan
dengan
pembelajaran
yang
bermutu,
Mulyono
(2006:
20-30)
menyebutkan konsep mutu pembelajaran mengandung lima rujukan, yaitu sebagai berikut. Pertama, kesesuaian. Kesesuaian meliputi indikator sebgai berikut: seepadan dengan karakteristik peserta didik, serasi dengan aspirasi masyarakat maupun perorangan, cocok dengan kebutuhan masyarakat, sesuai dengan kondisi lingkungan, selaras dengan tuntutan zaman, dan sesuai dengan teori, prinsip, dan atau nilai baru dalam pendidikan. Kedua, daya tarik. Pembelajaran yang bermutu juga harus mempunyai daya tarik yang kuat, indikatornya meliputi: kesempatan belajar yang tersebar dan karena itu mudah dicapai dan diikuti, isi pendidikan yang mudah dicerna karena telah diolah sedemikian rupa, kesempatan yang tersedia yang dapat diperoleh pada setiap saat diperlukan, pesan yang diberikan pada saat dan peristiwa yang tepat, keterandalan yang tinggi, terutama karena kinerja lembaga dan lulusanya yang menonjol, keanekarangaman sumber baik yang dengan sengaja dikembangkan maupun yang sudah tersedia dan dapat dipilih serta dimanfaatkan untuk kepentingan belajar, dan suasana yang akrab hangat dan merangsang pembentukan kepribadian peserta didik. Ketiga, efektivitas. Efektivitas pembelajaran seringkali diukur dengan tercapainya tujuan, atau dapat pula diartikan sebagai ketepatan dalam mengelola sesuatu situasi, atau to user ciri: bersistem (sistematik) yaitu “doing the right things”. Pengertian inicommit mengandung
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id27
dilakukan secara teratur, konsisten atau berurutan mellaui tahap perancanaan, pengembangan, pelaksanaan, penilaian, dan penyempurnaan, sensitif terhadap kebutuhan akan tugas belajar dan kebutuhan pembelajar, kejelasan akan tujuan dan karena itu dapat dihimpun usaha untuk mencapainya, bertolak dari kemampuan atau kekuatan mereka yang bersangkutan (peserta didik, pendidik, masyarakat, dan pemerintah). Keempat, efisien. Efisien pembelajaran dapat diartikan sebagai kesepadanan antara waktu, biaya dan tenaga yang digunakan dengan hasil yang diperoleh atau dapat dikatakan sebagai mengerjakan sesuatu dengan benar. Ciri yang terkadnung meliputi: merancang kegiatan pembelajaran berdasarkan model mengacu pada kepentingan, kebutuhan kondisi peserta didik pengorganisasian kegiatan belajar dan pembelajaran yang rapi, misalnya lingkungan atau latar belakang diperhatikan, pemanfaatan berbagai sumber daya dengan pembagian tugas yang seimbang, serta pengembangan dan pemanfaatan aneka sumber belajar sesuai keperluan, pemanfaatan sumber belajar bersama, usaha inovatif yang merupakan penghematan seperti misalnya pembelajaran jarak jauh dan pembelajaran terbuka yang tidak mengharuskan pembangunan gedung dan mengangkat tenaga pendidik yang digaji secara tetap. Inti dari efisien adalah mengembangkan berbagai faktor internal maupun eksternal (sistemik) untuk menyusun alternatif tindakan dan kemudian memilih tindakan yang paling menguntungkan. Kelima, produktivitas pembelajaran. Produktivitas pada dasranya adalah keadaan atau proses yang memungkinkan diperolehnya hasil yang lebih baik dan lebih banyak. Produktivitas pembelajaran dapat diartikan: perubahan proses pembelajaran (dari menghafal dan mengingat ke menganalisis dan mencipta), penambahan masukan dalam proses pembelajaran (dengan menggunakan berbagai macam sumber belajar), peningkatan intensitas interaksi peserta didik dengan sumber belajar atau gabungan dalam kegiatan belajar pembelajaran sehingga menghasilkan mutu yang lebih baik, keikutsertaan dalam pendidikan yang lebih luas, lulusan lebih banyak, lulusan yang lebih dihargai oleh masyarakat, dan berkurangnya angka putus sekolah. Menurut Sutikno (2014: 19) secara garis besar dalam pembelajaran terdapat dua faktor yang mempengaruhi, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah commit user mengelola kelas. Guru harus dapat faktor-faktor yang berkaitan dengan pribadi gurutodalam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id28
melaksanakan proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus memiliki persiapan mental, kesesuaian antara tugas dan tanggung jawab, penguasaan bahan, kondisi fisik, dan semangat dalam bekerja. Faktor eksternal adalah kondisi yang timbul atau datang dari luar diri pribadi guru, antara lain keluarga dan lingkungan pergaulan di masyarakat. Faktor lingkungan yang dimaksud adalah faktor lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan sekolah. Keterlaksanaan pembelajaran oleh siswa, dinilai sejauh mana siswa melakukan kegiatan belajar sesuai dengan program yang telah ditentukan guru tanpa mengalami hambatan dan kesulitan yang berarti. Keterlaksanaan oleh siswa dapat dilihat dalam hal: (1) memahami dan mengikuti petunjuk yang diberikan guru, (2) semua siswa turut serta melakukan kegiatan belajar, (3) tugas-tugas belajar dapat diselesaikan sebagaimana mestinya, (4) memanfaatkan semua sumber belajar yang disediakan guru, dan (5) menguasai tujuan-tujuan pengajaran yang telah ditetapkan guru (Sudjana, 2013: 60-61). Sebagai orang “nomor satu” di dalam kelas, guru bertanggung jawab atas terselenggaranya proses belajar megajar yang berkualitas. Perannya yang sedemikian penting, maka guru dituntut untuk senantiasa meningkatkan kemampuan profesionalnya. Dalam
rangka
mewujudkan
proses
pembelajaran
yang
berkualitas,
pemerintah
mengeluarukan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) sebagi penjabaran lebih lanjut dari Undang-Undang sistem Pendidikan Nasional, yang di dalamnya memuat tentang standar proses. Bab I ketentuan umun SNP, yang dimaksud dengan standar proses adalah standar nasional pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Bab IV Pasal 19 Ayat 1 SNP lebih jelas menerangkan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan dilaksanakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemampuan sesuai bakat, minat dan perkembangan fisik dan psikologi peserta didik. Peningkatan kualitas pendidikan di sekolah dapat ditempuh melalui berbagai cara, antara lain peningkatan bekal awal siswa baru, peningkatan kompetensi guru, peningkatan isi kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran dan penilaian nilai belajar siswa, to usersarana belajar (Taniredja, dkk, 2012: penyediaan bahan ajar yang memadai, dancommit penyediaan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id29
1). Selain itu, menurut Hidayatullah (2009: 160-166) pembelajaran yang berkualitas setidaknya memiliki beberapa indikator, yaitu sebagai berikut: Pertama, pembelajaran yang menantang. Pembelajaran yang menantang atau pembelajaran yangmemberikan tantangan kepada peserta didik untuk melakukan dan menyelesaikan, akan membuat peserta didik: muncul rasa ingin tahu, ingin mencoba, ingin melakukan, ingin menyelesaikan tugas guru, ataupun ingin memecahkan masalah. Kedua, pembelajaran yang menyenangkan. Pembelajaran sebaiknya diselenggarakan dalam suasana yang menyenangkan. Pembelajaran yang menyenangkan akan mendorong peserta didik tertarik terhadap pembelajaran tersebut. Agar pembelajaran dapat menyenangkan bagi peserta didik, guru harus pandai-pandai mengemas sehingga peserta didik tertarik pada pembelajaran tersebut. Salah satu upayanya adalah guru memiliki metode pembelajaran yang bervariasi. Ketiga, pembelajaran yang mendorong eksplorasi. Pembelajaran yang disajikan dengan menyenangkan dan menantang akan menyebabkan peserta didik terdorong untuk mengeksplorasi dan mengembangkan sendiri pembelajaran yang telah disajikan guru sebagai tindak lanjutnya. Keempat, pembelajaran yang memberi pengalaman sukses. Pembelajaran yang berkualitas harus mampu memberikan pengalaman sukses kepada peserta didiknya. Pengalaman sukses yang dimaksud adalah adanya perasaan menyenangkan dan membanggakan bagi peserta didik sebagai akibat telah berhasil menyelesaikan atau memecahkan sesuatu. Pengalaman sukses akan menumbuhkan rasa percaya diri. Pengalaman sukses juga akan menumbuhkan motivasi peserta didik untuk belajara lebih lanjut. Kelima, pembelajaran yang mengembangkan kecakapan berpikir. Pembelajaran yang berkualitas akan berdampak pada pengembangan kecakapan berpikir. Kemampuan berpikir dapat dilihat dari kreativitas peserta didik. Oleh karena itu, pembelajaran ynag disajikan kepada peserta didik harus dikemas dengan sedemikian rupa sehingga mampu merangsang peserta didik untuk berpikir. Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, dapat disintesiskan bahwa proses pembelajaran yang berkualitas ditandai dengan terciptanya suasana belajar yang baik, yang meliputi: (1) menyenangkan dan membahagiakan, (2) lingkungan kondusif (fisik dan commit Selain to user itu, pembelajaran yang berkualitas nonfisik), (3) layanan dan penampilan prima.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id30
setidaknya memiliki beberapa indikator, yaitu: (1) pembelajaran yang menantang, (2) pembelajaran yang menyenangkan, (3) pembelajaran yang mendorong eksplorasi, (4) pembelajaran yang memberi pengalaman sukses, (5) pembelajaran yang mengembangkan kecakapan berpikir, (6) pembelajraan yang interaktif, (7) pembelajaran yang inspiratif, (8) memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, dan (9) serta memberika ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemampuan sesuai bakat, minat dan pengembangan fisik dan psikologi peserta didik. d. Indikator Kualitas Pembelajaran 1) Kinerja Guru Salah satu kompetensi yang harus dikuasai guru adalah mengevaluasi pembelajaran. Kompetensi ini sejalan dengan dan tanggung jawab guru dalam pembelajaran, yaitu mengevaluasi pembelajaran termasuk di dalamnya melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar. Kualitas kinerja guru dapat memberikan pengaruh terhadap hasil belajar peserta didik. Semakin bermutu/ berkualitas kinerja guru maka semakin tinggi hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik. Persiapan mengajar pada dasarnya merupakan perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan atau memproyeksikan yang akan dilakukan. Perencanaan pembelajaran perlu dilakukan
untuk
mengkoordinasikan komponen
pembelajaran, yakni: kompetensi dasar, materi, indikator, dan penilaian. Keterampilan atau kemampuan guru mengajar merupakan puncak keahlian guru yang profesional sebab merupakan penerapan semua kemampuan yang telah dimilikinya dalam hal bahan pengajaran, komunikasi dengan siswa, metode mengajar, dan lain-lain. Beberapa indikator dalam menilai kemampuan ini antara lain adalah: (1) menguasai bahan pelajaran yang disampaikan kepada siswa, (2) terampil berkomunikasi dengan siswa, (3) menguasai kelas sehingga dapat mengendalikan kegiatan siswa, (4) terampil menggunakan berbagai alat dan sumber belajar, dan (5) terampil mengajukan pertanyaan baik lisan maupun tulisan (Sudjana, 2013: 62). Aunurrahman (2010:13) mengatakan bahwa melalui proses pembelajaran, guru dituntut untuk, (1) mampu membimbing dan memfasilitasi peserta didik agar dapat memahami kekuatan serta kemampuan yang dimiliki; commit to user dan (2) memberikan motivasi agar
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id31
peserta didik terdorong untuk bekerja atau belajar sebaik mungkin untuk mewujudkan keberhasilan berdasarkan kemampuan yang mereka miliki. Lebih lanjut, Sutikno (2014: 1920) mengungkapkan berkenaan dengan sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, khususnya dalam proses pembelajaran, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas bagi peserta didik untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab melhat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses pengembangan peserta didik. Penyampaian materi hanyalah merupakan satu dari berbagai kegiatan dalam belajar sebagai suatu proses yang dinamis dalam segala fase dan proses pengembangan peserta didik. Guru pun membutuhkan sejumlah pengetahuan, metode, dan kemampuan dasar lainnya yang diperlukan untuk dapat melaksanakan tugasnya. Rusman (2012; 59) berpendapat bahwa perencanaan pembelajaran sangatlah penting, hal ini didasarkan pada asumsi bahwa jika tidak mempunyai persiapan pembelajaran yang baik, maka peluang untuk tidak terarah terbuka lebar, bahkan mungkin cenderung untuk melakukan improvisasi sendri tanpa acuan yang jelas. Mengacu pada hal itu, guru diharapkan dapat melakukan persiapan pembelajaran baik menyangkut materi pembelajaran maupun kondisi psikis dan psikologi yang kondusif bagi berlangsungnya proses pembelajaran. Lebih lanjut, Moon (dalam Uno, 2012:22) terdapat beberapa peran guru dalam pembelajaran tatap muka yang dikemukakan, yaitu sebagai berikut: (1) guru sebagai perancang pembelajaran (Designer of Instruction), (2) guru sebagai pengelola pembelajaran (Manager of Instruction), (3) guru sebagai pengarah pembelajaran, (4) guru sebagai evaluator (Evaluator of Student Learning), (5) guru sebagai konselor, (6) guru sebagai pelaksana kurikulum, dan (7) guru dalam pembelajaran yang menerapkan kurikulum berbasis lingkungan. Rusman (2012: 57) berpendapat bahwa dalam pelaksanaan proses pembelajaran guru harus memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran sebagai ilmu keguruan. Misalnya, bagaimana menerapkan prinsip apersepsi, perhatian, kerja kelompok, korelasi dan prinsip lainnya. Menurut Uno (2012: 16-17) adapun kompetensi yang dimiliki oleh seorang guru, yaitu (1) kompetensi pribadi, (2) kompetensi professional, dan (3) kompetensi sosial kemasyarakatan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id32
Sanjaya (2009b: 18) berpendapat bahwa terdapat beberapa kemampuan yang berhubungan dengan kompetensi profesional di antaranya: (1) kemampuan untuk menguasai landasan pendidikan, (2) pemahaman dalam bidang psikologi pendidikan, (3) kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran sesuai dengan bidang studi yang diajarkannya, (4) kemampuan dalam mengaplikasikan berbagai metodologi dan strategi pembelajaran, (5) kemampuan merancang dan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar, (6) kemampuan dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran, (7) kemampuan dalam menyusun program pembelajaran, (8) kemampuan dalam melaksanakan unsur-unsur penunjang (paham akan administrasi sekolah, bimbingan, dan penyuluhan), dan (9) kemampuan dalam melaksanakan penelitian dan berpikir ilmiah untuk meningkatkan kinerja. Lebih lanjut, Rusman (2012: 57) berpendapat bahwa kompetensi professional guru yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan dengan aspek: (1) penyampaian pembelajaran guru mempunyai peranan dan tugas sebagai sumber materi yang tidak pernah kering dalam mengelola proses pembelajaran, (2) melaksanakan proses pembelajaran keaktifan siswa harus selalu dicipakan dan berjalan terus dengan menggunakan metode dan strategi mengajar yang tepat, (3) pelaksanaan proses pembelajaran guru harus memperhatikan prinsip didaktik metodik sebagai ilmu keguruan, dan (4) evaluasi secara teori dan praktik guru harus melaksanakan sesuai dengan tujuan yang diukurnya. Senada dengan hal tersebut R. D. Corffiers dalam Moedjiono dan Hasibuan (2012: 39) mengidentifikasikan bahwa tugas mengajar guru menjadi tiga tahap yang bersifat suksetif yakni, tahap sebelum pengajaran, tahap pengajaran, dan tahap sesudah pengajaran. Masing-masing tahap mengajar dapat diuraikan sebagai berikut. Pertama, tahap sebelum pengajaran. Merencanakan program pembelajaran perlu dipertimbangkan aspek-aspek yang berkaitan dengan: (a) bekal bawaan yang ada pada peserta didik; (b) perumusan tujuan pelajaran; (c) pemilihan metode; (d) pemilihan pengalaman-pengalaman belajar; (e) pemilihan bahan pengajaran, peralatan, dan fasilitas belajar; (f) mempertimbangkan karakteristik
peserta
didik;
(g)
mempertimbangkan
cara
membuka
pelajaran,
pengembangan, dan menutup pelajaran; (h) mempertimbangkan peranan peserta didik dan commit to user pola pengelompokan; dan (i) mernpertimbangkan prinsip-prinsip belajar. Kedua, tahap
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id33
pengajaran. Tahap ini berlangsung interaksi antara guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik. Aspek-aspek yang perlu dipertimbangkan dalam tahap pengajaran adalah: (a) pengelolaan dan pengendalian kelas; (b) penyampaian informasi; (c) penggunaan tingkah laku verbal; (d) penggunaan tingkah laku non-verbal; (e) cara mendapatkan balikan; (f) mempertimbangkan prinsip-prinsip psikologi; (g) mendiagnosa kesulitan belajar; (h) menyajikan kegiatan sehubungan dengan perbedaan individual; dan (i) mengevaluasi kegiatan interaksi. Ketiga, tahap sesudah pengajaran. Beberapa perbuatan guru yang tampak pada tahap sesudah mengajar, antara lain: (a) menilai pekerjaan peserta didik; (b) membuat perencanaan untuk pertemuan berikutnya; dan (c) menilai kembali proses belajar-mengajar yang telah berlangsung. Rusman (2012: 51) mengatakan bahwa ada sepuluh kompetensi guru menurut P3G, yakni: (a) menguasai bahan/ materi pelajaran; (b) mengelola program pembelajaran; (c) mengelola kelas; (d) menggunakan media/sumber belajar; (e) menguasai landasan kependidikan; (f) mengelola interaksi pembelajaran; (g) menilai prestasi belajar siswa; (h) mengenal fungsi dan layanan bimbingan penyuluhan; (i) mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah; dan (j) memahami dan menafsirkan hasil penelitian guna keperluan pengajaran. Kompetensi tersebut harus dimiliki oleh setiap guru dalam mengajar. Kompetensi tersebut diperlukan sebagai dasar guru dalam mengajar siswa di kelas. Kemampuan guru dalam mengajar akan mempengaruhi hasil belajar siswa di kelas. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik, serta psikologis siswa. Sanjaya (2009a: 176177) mengatakan bahwa komponen RPP meliputi: (1) mata pelajaran; (2) materi pokok; (3) alokasi waktu; (4) kelas/ semester; (5) standar kompetensi dan kompetensi dasar; (6) indikator hasil belajar; (7) materi pelajaran; (8) kegiatan pembelajaran; (9) alat, media dan sumber belajar; dan (10) evaluasi. Komponen RPP adalah sebagaimana dijabarkan berikut: (1) identitas mata to user dasar; (4) indikator pencapaian pelajaran, (2) standar kompetensi; (3)commit kompetensi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id34
kompetensi; (5) tujuan pembelajaran; (6) materi ajar; (7) alokasi waktu; (8) metode pembelajaran; (9) kegiatan pembelajaran yang meliputi pendahuluan, inti, penutup; (10) penilaian hasil belajar; dan (11) sumber belajar (Majid, 2012: 39). Setiap menyusun RPP, guru harus mempertimbangkan komponen-komponen yang harus ada dalam susunan RPP yang benar. RPP dijadikan pedoman oleh guru dalam mengajar di kelas. Menyusun RPP dilakukan untuk setiap kompetensi dasar. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disintesiskan bahwa kualitas kinerja guru dalam pembelajaran ditekankan pada penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yakni, (1) Pengisian kolom identitas berupa: mata pelajaran, kelas/semester, pertemuan ke-, alokasi waktu, standar kompetensi; (2) Menentukan kompetensi dasar; (3) Menentukan indikator sesuai dengan pembelajaran yang akan disampaikan; (4) Merumuskan tujuan pembelajaran; (5) Menentukan dan menyusun materi ajar; (6) Menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan dalam mengajar; (7) Menyusun langkah-langkah pembelajaran seperti langkah-langkah kegiatan (pendahuluan, inti, penutup); (8) Menentukan alat dan sumber belajar sesuai dengan pembelajaran; dan (9) Menyusun kisikisi penilaian pembelajaran baik teknik, bentuk tes, instrumen. Selanjutnya, kemampuan guru sebagai pengajar yakni: (1) menguasai kelengkapan konsep yang mendukung pembelajaran misal: mempersiapkan ruang kelas, mempersiapkan media pembelajaran, mengecek kesiapan peserta didik, mempertimbangkan cara membuka pelajaran, pengembangan, dan menutup pelajaran, memberi penguatan, motivasi; (2) menguasai materi pembelajaran; (3) menjalin interaksi dengan peserta didik; (4) mampu mengelola dan mengendalikan kelas; (5) menguasai media maupun peralatan belajar terkini; (6) mengembangkan profesi yakni menerapkan atau menggunakan model pembelajaran; dan (7) menilai pekerjaan peserta didik, membuat perencaan untuk pertemuan yang akan datang, serta menilai kembali proses belajar mengajar yang telah berlangsung. Berkaitan dengan uraian di atas, penilaian kinerja guru pada penelitian ini mencakup 16 kriteria yang ditentukan oleh peneliti dalam mengobservasi aktivitas guru dalam pembelajaran menulis hasil observasi. Keenambelas kriteria tersebut ialah (1) commit to user Kejelasan perumusan tujuan pembelajaran/kompetensi dasar (tidak menimbulkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id35
penafsiran ganda dan mencerminkan perilaku hasil belajar); (2) Pemilihan materi ajar (sesuai dengan tujuan dan karakteristik peserta didik); (3) Pengorganisasian materi ajar (keruntutan, sistematika materi dan kesesuaian dengan alokasi waktu); (4) Pemilihan sumber pembelajaran (sesuai dengan tujuan, materi, dan karakteristik peserta didik); (5) Kejelasan skenario pembelajaran (langkah-langkah kegiatan pembelajaran: awal, inti dan penutup); (6) Kerincian skenario pembelajaran (setiap langkah tercermin strategi/metode dan alokasi waktu pada setiap tahap); (7) Kesesuaian teknik assesmen dengan tujuan pembelajaran; (8) Kelengkapan instrumen assesmen (soal, pedoman pensekoran); (9) Mengondisikan siswa; (10) Menyampaikan tujuan pembelajaran; (11) Menjelaskan materi menulis teks hasil observasi dengan model pembelajaran yang digunakan; (12) Membimbing siswa mencari informasi dan materi menulis teks hasil observasi sesuai dengan model pembelajaran yang digunakan; (13) Membimbing siswa menulis teks hasil observasi; (14) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan; (15) Merefleksikan pembelajaran menulis teks hasil observasi; dan (16) Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu.
2) Kinerja Peserta Didik Menurut Sudjana (2013: 62) salah satu keberhasilan proses belajar mengajar dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Dalam hal ini, aspek yang dilihat antara lain: (1) perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya, (2) kualitas dan kuantitas penguasaan tujuan instruksional oleh para siswa, (3) jumlah siswa yang dapat mencapai tujuan instruksional minimal 75 dari jumlah instruksional yang harus dicapai, dan (4) hasil belajar tahan lama diingat dan dapat digunakan sebagai dasar dalam mempelajari bahan berikutnya. Aunurrahman (2010: 14) mengatakan bahwa ada beberapa dimensi kemampuan peserta didik yang perlu didorong dalam upaya pemberdayaan diri melalui proses belajar adalah: (1) mengetahui kekuatan dan keterbatasan diri; (2) meningkatkan rasa percaya diri; (3) dapat meningkatkan kemampuan menghargai diri dan orang lain; (4) meningkatkan kemandirian dan inisiatif untuk memulai perubahan; (5) meningkatkan komitmen dan commit to user dan (7) meningkatkan kemampuan tanggung jawab; (6) meningkatkan motivasi internal;
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id36
untuk melaksanakan tugas secara profesioanal. Kemampuan peserta didik dapat diupayakan dengan melakukan kegiatan belajar mengajar. Melalui proses belajar mengajar yang baik, diharapkan peserta didik dapat memiliki kemampuan yang baik. Sudjana (1991: 60-62) mengatakan bahwa ada beberapa kriteria dalam menilai proses belajar mengajar antara lain: (1) konsistensi kegiatan belajar mengajar dengan kurikulum; (2) keterlaksanaannya oleh guru; (3) keterlaksanaannya oleh peserta didik; (4) motivasi belajar peserta didik; (5) keaktifan para peserta didik dalam kegiatan belajar; (6) interaksi guru-peserta didik; (7) kemampuan atau keterampilan guru mengajar; dan (8) kualitas hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik. Senada dengan hal tersebut Suwandi (2011: 92) mengatakan bahwa secara umum objek atau sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran meliputi beberapa hal, yakni (1) sikap terhadap materi pelajaran (motivasi mengikuti pelajaran, keseriusan, semangat); (2) sikap terhadap guru/pengajar (interaksi, respon); (3) sikap terhadap proses pembelajaran (perhatian, kerjasama, konsentrasi); dan (4) sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan suatu materi pelajaran. Sudjana (2013: 61) mengatakan bahwa keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari motivasi belajar yang ditunjukan oleh siswa pada saat melaksanakan kegiatan belajar mengajat, yakni: (1) minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran; (2) semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas belajarnya; (3) tanggung jawab siswa dalam melakukan tugas-tugas belajarnya; (4) reaksi yang ditunjukan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru dan (5) rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan. Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, dapat disintesiskan bahwa penilaian kinerja peserta didik pada proses pembelajaran mencakup: (1) aspek keaktifan (peserta didik bersungguh-sungguh, bersemangat mengikuti pembelajaran, melaksanakan diskusi, ikut serta dalam pemecahan masalah); (2) aspek perhatian (peserta didik sepenuhnya memperhatikan pada saat guru menyampaikan materi); (3) keterlaksanaan peserta didik (peserta didik menunjukkan minatnya dan kesungguhannya terhadap pelajaran, adanya reaksi senang, semangat dan antusias yang ditunjukkan peserta didik terhadap stimulus yang diberikan guru). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id37
Terkait dengan uraian di atas, penilaian kinerja siswa pada penelitian ini mencakup Penilaian kinerja siswa ini meliputi empat aspek yakni: (1) keberanian siswa selama proses pembelajaran, (2) keaktifan siswa bertanya/ menjawab selama proses pembelajaran, (3) perhatian peserta didik terhadap proses pembelajaran, dan (4) antusias mengerjakan tugas penulisan teks hasil observasi. 3. Hakikat Model Pembelajaran Group Investigation a. Pengertian Model Pembelajaran Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku individu sebagai hasil dari pengalamannya dalam berinteraksi dedngan lingkungan. Belajar bukan sekedar menghapal melainkan suatu proses mental yang terjadi dalam diri seseorang (Rusman, 2012: 134). Pembelajaran merupakan suatu komponen yang amat penting. Pengertian pembelajaran adalah sutau proses atau suatu cara menjadikan orang atau makhluk melakukan kegiatan belajar. Suatu sistematika yang meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan (Andayani, 2014: 1). Mulyasa (2003: 225) mengatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Interaksi tersebut banyak faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari dalam diri individu maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan. Pembelajaran dapat dikatakan sebagai hasil dari memori, kognisi, dan metakognisi yang berpengaruh terhadap pemahaman. Hal inilah yang terjadi ketika seseorang sedang belajar, dan kondisi ini juga sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, karena belajar merupakan proses alamiah setiap orang. Pembelajaran merupakan fenomena kompleks yang dipengaruhi oleh banyak faktor (Huda, 2014 : 2). Hamalik (2006: 162) mengatakan bahwa pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara pelajar dan pengajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran, yang berlangsung dalam suatu lokasi tertentu dalam jangka satuan waktu tertentu pula. Menurut Majid (2013: 5) pembelajaran merupakan kegiatan terencana yang mengkondisikan atau merangsang seseorang agar bisa belajar dengan baik agar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Kegiatan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id38
pembelajaran bermuara pada dua kegiatan pokok, pertama bagaimana orang melakukan tindakan perubahan tingkah laku melalui kegiatan belajar dan kedua bagaimana orang melakukan tindakan penyampaian ilmu pengetahuan melalui kegiatan belajar mengajar. Menurut Corey (dalam Majid, 2012: 4) pembelajaran adalah suau proses di mana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan turut serta dalam tingkah laku tertentu. Pembelajaran merupakan subjek khusus dari pendidikan. Pendapat di atas diperjelas oleh Hamalik (2001: 57) bahwa pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran. Manusia yang terlibat dalam sistem pengajaran terdiri atas siswa, guru, dan tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Material meliputi buku-buku, papan tulis, dan kapur, fotografi, slide dan film, audio dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan, terdiri atas ruang kelas, perlengakapan audio visual, juga komputer. Prosedur meliputi jadwal mengajar, praktik, belajar, ujian, dan sebagainya. Aunurrahman (2010: 146) menyatakan bahwa model pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Lebih lanjut, Aunnurahman menyatakan bahwa model pembelajaran juga dapat dimaknai sebagai perangkat rencana atau pola yang dapat dipergunakan untuk merancang bahan-bahan pembelajaran serta membimbing aktivitas pembalajaran di kelas atau di tempat-tempat lain yang melaksanakan aktivitas-aktivitas pembelajaran. Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, dapat disintesiskan bahwa pembelajaran adalah suatu upaya yang disengaja dan direncanakan yang dilakukan seseorang dan melakukan interaksi untuk mencapai tujuan yang diharapkan sehingga terjadi perubahan perilaku yang lebih baik yang dipengaruhi faktor internal (manusiawi) dan faktor eksternal (material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur). Kegiatan yang dilakukan guru dalam merancang pengalaman belajar siswa untuk mencapai tujuan yang telah to user ditetapkan. Ada tiga ranah pembelajaran commit yang saling berkaitan, yaitu kognitif, afektif, dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id39
psikomotor. Model pembelajaran dapat disintesiskan sebagai perangkat rencana atau pola yang dapat dipergunakan untuk merancang bahan-bahan pembelajaran serta membimbing aktivitas pembalajaran di kelas atau di tempat-tempat lain yang melaksanakan aktivitasaktivitas pembelajaran. b. Pengertian Model Pembelajaran Group Investigation Belajar harus dimaknai sebagai kegiatan pribadi siswa dalam menggunakan potensi pikiran dan nuraninya baik terstruktur maupun tidak terstruktur untuk memperoleh pengetahuan, membangun sikap dan memiliki keterampilan tertentu. Model-model pembelajaran dikembang kan utamanya beranjak dari adanya perbedaan berkaitan dengan berbagai karakteristik siswa. Siswa memiliki banyak karakteristik kepribadian, kebiasaankebiasaan, modalitas belajar yang bervariasi antara individu satu dengan yang lain, maka model pembelajaran guru juga harus selayaknya tidak terpaku hanya pada model tertentu. Di samping pertimbangan keragaman siswa, pengembangan berbagai model pembelajaran juga dimaksudkan untuk menumbuhkan dan meningkatkan motivasi belajar siswa, agar mereka tidak jenuh dengan proses belajar yang sedang berlangsung. Itulah sebabnya, di dalam menentukan model-model pembelajaran yang akan dikembangkan, guru harus memiliki pemahaman yang baik tentang siswa-siswanya, keragaman kemampuan, motivasi, minat, dan karakteristik pribadi lainnya. Istilah model pembelajaran menurut Joyce & Weil (dalam Sutikno, 2014: 57) digunakan untuk menunjukan sosok utuh konseptual dari aktivitas belajar mengajar yang secara keilmuan dapat diterima dan secara operasional dapat dilakukan. Dahlan (dalam Sutikno, 2014: 57) menjelaskan, model pembelajaran merupaka suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk, kepada pengajar di kelas dalam setting pengajaran ataupun setting lainnya. Model pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran (Aunurrahman, 2010: 146).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id40
Pandangan Aunurrahman (2010: 151), mengenai model pembelajaran Group Investigation secara filosofis beranjak dari paradigma konstruktivis, di mana terdapat suatu situasi yang di dalamnya siswa-siswa berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dengan berbagai informasi dan melakukan pekerjaan secara kolaboratif untuk menginvestigasi suatu masalah, merencanakan, mempresentasikan, serta mengevaluasi kegiatan mereka. Model pembelajaran Group Investigation
ini sangat sesuai untuk
merespon kebutuhan-kebutuhan siswa akan pentingnya pengembangan kemampuan colaborative learning melalui kerja kelompok beranjak dari pengalaman-pengalaman masing-masing siswa guna mewujudkan interaksi, kemampuan menginterpretasi serta mampu menumbuhkan motivasi instrinsik (instrinsic motivation). Majid (2013: 189) menjelaskan model pembelajaran Group Investigation merupakan model pembelajaan kooperatif yang paling kompleks dan paling sulit untuk diterapkan. Model pembelajaran Group Investigation dikembangkan pertama kali oleh Thelan. Model pembelajaran Group Investigation ini siswa terlibat dalam perencanaan baik topik yang dipelajari maupun bagaimana jalannya penyelidikan. Model pembelajaran Group Investigation ini memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit daripada model pembelajaran yang lebih terpusat pada guru. Model pembelajaran Group Investigation merupakan salah satu metode kompleks dalam pembelajaran kelompok yang mengharuskan siswa untuk menggunkaan skill berpikir level tinggi (Huda, 2014: 292). Kajian dan pembahasan berkenaan dengan model investigasi kelompok ini juga dikemukakan oleh Aunurrahman (2010: 152), yang berpandangan bahwa model investigasi kelompok merupakan cara yang langsung dan efisien untuk mengajarkan pengetahuan akademik sebagai suatu proses sosial. Model pembelajaran ini juga akan mampu menumbuhkan kehangatan antar pribadi, kepercayaan, rasa hormat terhadap aturan dan kebijaksanaan, kemandirian dalam belajar, serta hormat terhadap harkat dan martabat orang lain. Lebih penting lagi, adalah investigasi kelompok dapat dipergunakan pada seluruh areal subyek yang mencakup semua anak pada segala tingkatan usia dan peristiwa sebagai model sosial inti untuk semua sekolah. Oleh sebab itu, penerapan model ini untuk proses pembelajaran bagi siswa diyakini penting untuk dilakukan serta akan memberikan manfaat commit tobelajar user mereka. langsung bagi siswa dalam menggali pengalaman
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id41
Menurut Hamdani (2011: 90) mengungkapkan bahwa model Group Investigation melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Model ini menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok (group process skill). Aunurrahman (2010: 152) memaparkan beberapa ciri esensial model pembelajaran Group Investigation sebagai pendekatan pembelajaran adalah: (1) para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil dan memiliki independensi terhadap guru, (2) kegiatan-kegiatan siswa terfokus pada upaya menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah dirumuskan, (3) kegiatan belajar siswa akan selalu mempersyaratkan mereka untuk mengumpulkan sejumlah data, menganalisisnya dan mencapai beberapa kesimpulan, (4) siswa akan menggunkanan pendekatan yang beragam di dalam belajar, (5) hasil-hasil dari penelitian siswa dipertukarkan di antara seluruh siswa. Sutikno (2014: 78) berpendapat bahwa dalam menciptakan situasi belajar yang akan memperbaiki kehidupan masyarakat, diperlukan berbagai strategi pembelajaran yang mendorong
terjadinya
kegiatan-kegiatan,
yaitu
penelitian
(inquiry),
pengetahuan
(knowledge), dan dinamika belajar kelompok (the dynamics of the learning group). Penelitian (inquiry) ialah proses ini peserta didik dimotivasi dengan cara menghadapkannya pada masalah. Proses ini, peserta didik dimasuki situasi. Mereka memberikan respon terhadap masalah yang mereka rasakan perlu untuk dpecahkan. Maslaah tersebut dapat timbul dari peserta didik atau diberikan oleh guru. Pengetahuan (knowledge) adalah pengalaman yang tidak dibawa dari sejak lahir, namun didapatkan oleh seseorang dari pengalamannya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dinamika kelompok menuju pada suasana yang menggambarkan sekelompok individu yang saling berinteraksi mengenai sesuatu yang sengaja dilihat dan dikaji secara bersama. Interaksi itu melibatkan proses berbagai ide dan pendapat serta saling tukar pengalaman melalui proses saling berargumentasi. Menurut Aunurrahman (2010: 152) seorang guru dapat menggunakan model pembelajaran Group Investigation di dalam proses pembelajaran dengan beberapa keadaan to user agar siswa-siswa mencapai studi antara lain sebagai berikut: (1) bilamana commit guru bermaksud
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id42
yang mendalam tentang isi atau materi, yang tidak dapat dipahami secara memadai dari sajian-sajian informasi yang terpusat pada guru, (2) bilamana guru bermaksud mendorong siswa untuk lebih skeptis tentang ide-ide yang disajikan dari fakta-fakta yang mereka dapatkan, (3) bilamana guru bermaksud meningkatkan minat siswa terhadap suatu topik dan memotivasi mereka membicarakan berbagai persoalan di luar kelas, (4) bilamana guru bermaksud membantu siswa memahami tindakan-tindakan pencegahan yang diperlukan atas intepretasi informasi yang berasal dari penelitian-penelitian orang lain yang mungkin dapat mengarah pada pemahaman yang kurang positif, (5) bilamana guru bermaksud mengembangkan keterampilan-keterampilan penelitian, yang selanjutnya dapat mereka pergunakan di dalam situasi belajar yang lain, seperti halnya co-operative learning, (6) bilamana guru bermaksud menginginkan peningkatan dan perluasan kemampuan siswa. c. Langkah Model Pembelajaran Group Investigation Implementasi model pembelajaan Group Investigation secara umum dibagi menjadi enam langkah menurut Rusman (2012: 221), yaitu: (1) mengidentifikasi topik dan mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok (para siswa menelaah sumber-sumber informasi, memilih topik, dan mengkategorisasi saran-saran, para siswa bergabung ke dalam kelompok belajar dengan pilihan topik yang sama: komposisi kelompom didasarkan atas ketertarikan topik yang sama dan heterogen: guru membantu atau memfasilitasi dalam memperoleh informasi), (2) merencanakan tugas-tugas belajar (direncanakan secara bersama-sama oleh para siswa dalam kelompoknya masing-masing yang meliputi: apa yang diselidiki, bagaimana melakukanya, siapa sebagai apa pembagian kerja: tujuan topik ini diinvestigasikan, (3) melaksanakan investigasi (siswa mencari informasi, menganalisis data, dan membuat kesimpulan; setiap anggota kelompok harus berkontribusi kepada usaha kelompok; para siswa bertukar pikiran, mendiskusikan, mengklarifikasi, dan mensintesis ide-ide). (4) menyiapkan laporan akhir (anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial proyeknya; merencanakan yang akan dilaporkan dan cara membuat presentasinya; membentuk
panitia
acara
untuk
mengkoordinasikan
rencana
presentasi),
(5)
mempresentasikan laporan akhir (presentasi dibuat commit to untuk user keseluruhan kelas dalam berbagai
perpustakaan.uns.ac.id
macam
bentuk;
bagian-bagian
digilib.uns.ac.id43
presentasi
harus
secara
aktif
dapat
melibatkan
pendengar/kelompok lainnya; pendengar mengevaluasi kejelasan presentasi menurut kriteria yang ditentukan keseluruhan kelas), dan (6) evaluasi (para berbagi mengenai balikan terhadap topik yang dikerjakan, kerja yang telah dilakukan, dan pengalamanpengalaman afektifnya; guru dan siswa berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran; assesmen diarahkan untuk mengevaluasi pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis). Hamdani (2011: 91) menyebutkan langkah-langkah model pembelajaran Group Investigastion adalah sebagai berikut: pertama, seleksi topik, tahap ini siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang telah digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented group). Anggota kelompok terdiri atas dua hingga enam orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik, maupun kemampuan akademik. Perbedaan dalam sebuah kelompok tidak membuat kerja sebuah kelompok akan tidak berjalan dengan baik. Siswa berlatih untuk mengatasi perbedaan dalam setiap kelompoknya. Kedua, merencanakan kerja sama, tahap ini siswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus tugas, dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari seleksi topik langkah pertama. Guru mengajak siswa untuk membuat rencana kegiatan belajar, ini dilakukan untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa. Guru akan mengetahui minat siswa dalam belajar, sehingga proses belajar lebih menyenangkan. Ketiga, implementasi pada tahap ini siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah dua. Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber, baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus menerus mengikuti kemajuan setiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan. Rencana belajar yang telah dibuat oleh guru dan siswa kemudian dilaksanakan atau diterapkan dalam pembelajaran. Keempat, analisis dan sintesis, pada tahap ini siswa menganalisis dan menyintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah tiga dan to user merencanakan untuk meringkaskan dalamcommit penyajian yang menarik di depan kelas. Setelah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id44
melakukan kegiatan belajar, siswa kemudian melakukan kegiatan untuk mengukur seberapa paham siswa dalam belajar. Kegiatan menganalisis informasi hasil belajar dapat dilakukan dengan berkelompok. Kelompok diskusi diharapkan dapat membantu siswa dalam kesulitan dalam belajar agar siswa saling bertukar pendapat dan informasi. Kelima, penyajian hasil akhir, pada tahap ini semua kelompok menyajikan presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinasi oleh guru. Penyajian akhir dapat dilakukan dengan mempresentasikan hasil belajar di depan kelas. Kemudian kelompok pendengar dapat memberikan masukan kepada kelompok penyaji untuk menambah suasana belajar yang aktif. Keenam, evaluasi pada tahap ini guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi setiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup setiap siswa secara individu atau kelompok atau keduanya. Pembelajaran yang dilakukan dengan mengelompokan siswa, evaluasi belajar harus dengan pengamatan yang baik. Kerja kelompok bukan hanya hasil akhir yang dilihat, tetapi proses kerja kelompok juga penting untuk diketahui. d. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Group Investigation Sebenarnya semua model pembelajaran itu baik, dan semuanya itu tergantung bagaimana guru mampu mengelola proses pelaksanaanya. Masing-masing itu juga memilih kelebihan dan kekurangannya, akan tetapi semua itu sangat tergantung kepada pemahaman dan keterampilan guru dalam melaksankannya. Berbicara tentang pengajaran dan pembelajaran dengan model pembelajaran Group Investigation terdapat kelebihan dan kekurangannya. Kelebihan model pembelajaran Group Investigation bila dibandingkan dengan pembelajaran yang masih bersifat konvensional pembelajaran kooperatif ini memiliki banyak kelebihan. Majid (2013: 175) menyatakan bahwa dalam pembelajaran kooperatif, siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota untuk belajar. Ibrahim, dkk (dalam Hosnan, 2014, 239-240) menyatakan bahwa pada pelaksanaan model pembelajaran Group Investigation,commit siswa to memungkinkan dapat meraih keberhasilan user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id45
dalam belajar, di samping ini juga bisa melatih siswa untuk memiliki beberapa keterampilan: keterampilan-keterampilan sosial, keterampilan berbagi, keterampilan berperan serta, keterampilan berkomunikasi, dan keterampilan berkelompok. Model pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan secara penuh dalam suasana belajar yang terbuka dan demokratis. Siswa bukan lagi sebagai objek pembelajaran namun bisa juga berperan sebagai tutor bagi teman sebayanya. Menurut Lie (1999) model pembelajaran Group Investigation dengan istilah pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-tugas terstruktur. Sebagai model pembelajaran berkelompok, Group Investigation menekankan pada strudent centre, humanistic, dan demokratic yang disesuaikan dengan kemampuan siswa dalam lingkungan belajarnya. Menurut Nurhadi (dalam Hosnan, 2014: 240) kelebihan model pembelajaran Group Investigation, antara lain: (1) memudahkan siswa melakukan penyeseaian sosial, (2) mengembangkan kegembiraan belajar yang sejati, (3) memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan, (4) memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen, (5) meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial, (6) menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois dan egosentris, (7) dapat menjadi acuan bagi perkembangan kepribasian yang sehat dan terintegrasi, (8) membangun persahabatan yang dapat berlanjut hinga dewasa, (9) mencegah terjadainya gangguan sosial, (10) mencegah terjadinya kenakalan di masa remaja, (11) meningkatkan motivasi belajar. Kekurangan model pembelajaran Group Investigation bersumber pada dua faktor yaitu faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern). Faktor dari dalam yaitu sebagai berikut (1) guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, di samping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu, (2) agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat, dan biaya yang cukup memadai, (3) selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan commit to user waktu yang telah ditentukan, (4) saat diskusi kelas terkadang dominasi oleh seseorang hal
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id46
ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif. Faktor dari luar erat kaitannya dengan kebijakan pemerintah, yaitu adanya kurikulum pembelajaran sejarah, selain itu pelaksanaan tes yang terpusat sehingga belajar mengajar di kelas cenderung dipersiapkan untuk keberhasilan ujian nasional. 4. Penerapan Model Pembelajaran Group Investigation dalam Pembelajaran Menulis Teks Hasil Observasi Keteribatan siswa secar aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai akhir pembelajaran akan memberi peluang kepada siswa untuk lebih mempertajam gagasan dan guru akan mengetahui gagasan siswa yang salah sehingga guru dapat memperbaiki kesalahannya. Siswa sebagai objek pembelajat ikut terlibat dalam penentuan pembelajaran. Model pembelajaran Group Investigation, siswa dibagi ke dalam kelompok yang beranggotakan 4-5 siswa. Kelompok yang dibentuk berdasarkan pada perkawanan atau keterkaitan akan sebuah materi tanpa melanggar ciri-ciri pembelajaran kooperatif. Setiap kelompok diberi satu buah benda yang harus dianalisis ciri-ciri dan kegunaannya yang terdapat pada benda tersebut. Setelah mengobservasi benda tersebut, siswa diminta untuk mengidentifikasi bagian-bagian dari objek yang diobservasinya. Setiap siswa dalam kelompok saling berkontribusi memberikan ide pemikirannya dalam mengobservasi atau mengidentifikasi objek yang disediakan. Investigasi dilakukan saat siswa mulai menyusun teks hasil observasi berdasarkan topik yang sudah dipilih. Siswa dengan bebas mencari informasi untuk mendukung topik yang sudah dipilih. Setelah investigasi selesai kemudan menganalisis,
mengidentifikasi,
menyimpulkan,
dan
membuat
kesimpulan
untuk
mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas. Setelah melakukan prsesntasi atau penyampaian hasil investigasi maka antara siswa dan guru melakukan evaluasi. Siswa memberikan tanggapan atau masukan kepada siswa lain atau kelompok lain. Guru dan siswa saling bekerja sama untuk dapat mencapai hasil belajar yang lebih baik. Penilaian diberikan pada siswa yang menghasilkan pemikiran paling tinggi yang sesuai dengan fakta dan memiliki hubungan sebab akibat. Langkah pembelajaran menulis teks hasil observasi pada penelitian ini yaitu mencakup 2 siklus dan masing-masing siklus terdapat dua pertemuan. Kegiatan diawali commityang to user dengan guru masuk dan mengucapkan salam kemudian disambut oleh siswa. Guru
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id47
mengabsen siswa untuk mengetahui apakah ada siswa yang tidak hadir. Pertemuan hari itu tidak ada satu pun siswa yang tidak hadir. Setelah mengabsen siswa, guru memulai pembelajaran dengan menyampaikan SK, KD, indikator dan tujuan pembelajaran, dengan tujuan agar siswa mengetahui apa yang menjadi pembelajaran mereka saat itu. Guru memulai memberikan materi pembelajaran tentang menulis teks hasil observasi. Semua siswa memperhatikan penjelasan guru. Saat guru menjelaskan materi, guru tidak hanya terpaku sendiri menerangkan materi, tetapi guru melibatkan siswa untuk berperan aktif saat menjelaskan materi dengan bertanya kepada siswa satu persatu. Guru menjelaskan struktur hasil observasi yang terkandung dalam sebuah teks hasil observasi dan guru juga menjelaskan bahwa dalam penulisan teks hasil observasi, siswa menentukan judul haruslah tepat agar pembaca merasa tertarik untuk membaca teks hasil observasi yang disajikan, karena ketika sebuah hasil observasi memuat judul yang tidak tepat maka pembaca akan mengabaikannya dan beralih ke teks lain yang dirasanya lebih menarik untuk dibaca. Setelah itu guru juga menjalaskan bahwa dalam penulisan teks hasil observasi siswa bebas mengekspresikan tulisannya, agar tulisan itu tidak kaku dan tidak seragam dengan tulisan lain. Guru juga menjelaskan bahwa sebuah teks hasil observasi haruslah runtut (berkesinambungan) pemaparannya dan juga dalam penulisan sebuah berita haruslah memperhatikan penggunaan diksi. Ketika guru menjelaskan materi pembelajaran menulis teks hasil observasi guru menginstruksikan siswa untuk membuka buku paket mereka (siswa). Masuk kegiatan inti, setelah selesai memberikan penjelasan materi tentang menulis teks hasil observasi, guru mengajak siswa untuk mengobservasi dan menginvestigasi langsung ke tempat yang menjadi tema pembelajaran, sebelumnya guru menginstruksikan siswa untuk membentuk kelompok terlebih dahulu. Pembentukan kelompok dilakukan guru dengan cara memberikan nomor undian kepada siswa. Nomor urut 1 bergabung dengan teman-temannya yang bernomor urut 1, nomor urut dua bergabung dengan temannya yang bernomor urut 2 dan seterusnya sampai nomor urut 6. Tujuannya adalah agar pembentukan kelompok siswa tidak pilih-pilih teman dan siswa dapat membaur satu sama lain. Pembentukan kelompok ini disesuaikan dengan jumlah siswa yaitu satu kelompok lagi user maka satu kelompok terdiri dari 6 terdiri dari 6 orang, karena jumlah siswacommit ada 36tosiswa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id48
siswa. Setelah kelompok terbentuk guru menjelaskan kepada siswa untuk setiap siswa mencatat hasil pengamatan atau hasil investigasinya dan membuat catatan-catatan kecil untuk mencacat data-data atau informasi selengkapnya. Tema pembelajaran pada pada penelitian yaitu “Koperasi sekolah dan Perpustakaan Sekolah”. Guru menginstruksikan semua siswa untuk menuju tempat yang akan diobservasi. Setelah siswa mengamati dan menginvestigasi, siswa diharapakan saling bertukar informasi (berdiskusi) apa saja yang mereka dapatkan dalam catatannya. Proses pembelajaran diskusi kelompok berlangsung, guru membimbing dan memperhatikan setiap kelompok dalam penulisan teks hasil observasi. Tujuan agar siswa tidak mengalami kesulitan dan mengarahkan siswa agar lebih terfokus dalam penulisan teks hasil observasi. Setelah itu siswa menuliskan sebuah teks hasil observasi berdasarkan struktur teks observasi yang mereka dapat dengan bahasa mereka. Kegiatan menulis ini guru memberikan waktu kepada kurang lebih 30 menit. Tugas yang diberikan pada pertemuan ini dikerjakan secara berkelompok. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat kerja secara berkelompok. Selama proses pembelajaran menulis teks hasil observasi, guru memantau siswa mengerjakan tugas dan mengarahkannya. Siswa pun terfokus pada saat proses pembelajaran, tidak ada satupun siswa yang tidak serius saat mengerjakan tugas. Siswa saling mengemukakan pendapat pada saat kelompok untuk menuliskan sebuah teks hasil observasi. Kegiatan akhir, dengan arahan dan bimbingan guru, siswa bersama dengan guru melakukan refleksi kegiatan yang telah dilaksanakan. Setelah semua tugas terkumpul, kini saatnya guru memberi kesimpulan dari hasil pembelajaran hari ini. Guru memberi pujian kepada semua kelompok karena meraka dapat mengikuti pembelajaran dengan aktif dan kooperatif. Bersamaan dengan itu bel tanda berakhirnya pembelajaran pun berdering dan guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id49
5. Penelitian yang Relevan Penelitian ini merupakan sebuah penelitian lanjutan dari penelitian yang sudah ada sebelumnya. Penelitian-penelitian yang sudah ada sebelumnya menjadi dorongan bagi peneliti untuk melakukan penelitian lanjutan. Penelitian relevan pertama dilakukan oleh Nilüfer Okur Akçay yang berjudul “The Effects of Group Investigation and Cooperative Learning Techniques Applied in Teaching Force and Motion Subjects on Students’ Academic Achievements” (2012). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh investigasi kelompok dan teknik pembelajaran kooperatif pada prestasi akademik mahasiswa tahun pertama di universitas menghadiri kelas di mana unit gaya dan gerak diajarkan dalam mata kuliah fisika umum. Sampel penelitian ini terdiri dari pra-layanan 96 tahun pertama guru sains selama tahun akademik 2010-2011. Sebagai instrumen pengumpulan data, Prestasi Akademik Test (AAT), Tes Grafis (GT), Modul Tes (Modul A, B, C, D dan E) yang digunakan. Penelitian ini dilakukan dalam tiga kelompok yang berbeda. Salah satu kelompok ini adalah Group Investigation Group (GIG), kelompok kedua adalah Belajar Bersama Group (LTG) dan yang lainnya adalah Grup Control (CG), di mana instruksi berpusat pada guru diterapkan. Data yang diperoleh pada instrumen dievaluasi menggunakan ANOVA dan statistik deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara GIG dan LTG, tetapi perbedaan yang signifikan antara LTG dan CG. Hal ini ditentukan bahwa banyak siswa mengalami kesulitan tertentu dalam menafsirkan grafik selama penelitian. Penelitian kedua dilakukan oleh Ufuk Şimşek yang berjudul “The Effects of Reading-Writing-Presentation and Group Investigation Methods on Students’ Academic Achievements in Citizenship Lessons” (2012). Hasil ini menunjukkan bahwa RWP metode dan GI metode yang digunakan dalam model pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang lebih positif pada peningkatan pengetahuan akademik dan prestasi siswa dalam pelajaran kewarganegaraan daripada metode TCT. Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap keberhasilan metode pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa saling membantu selama kerja kelompok dan siswa secara aktif berpartisipasi dalam mencapai commit to user sebelumnya dengan menunjukkan tujuan kursus. Hasil ini mengkonfirmasi penelitian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id50
bahwa metode RWP dan metode GI membantu siswa memahami topik dan mempertahankan pengetahuan secara aktif melibatkan siswa. Siswa sangat termotivasi yang mengarah kepada siswa menggambarkan topik keras lebih mudah untuk memahami, memungkinkan mereka untuk meningkatkan pengetahuan dan percobaan mereka dengan keterampilan. Penelitian relevan yang ketiga terdapat jurnal Journal of Education and Practice yang dilakukan oleh Andri Pitoyo dengan judul The Effect of Group Investigation Learning Model, Accelerated Learning Team and Role Playing on Elementary School Students’ Writing Skills Viewed from Cognitive Style. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pada keterampilan menulis siswa yang mengikuti model pembelajaran group Group Investigation, Accelerated Learning Team, dan Role Playing, mengetahui perbedaan kelompok pada keterampilan menulis siswa yang memiliki bidang ketergantungan gaya kognitif dan kemandirian mengajukan gaya kognitif, dan mengetahui penggunaan tiga jenis model interaksi pembelajaran kooperatif dan gaya kognitif dalam mempengaruhi keterampilan menulis. Dari penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan menulis siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif kelompok dalam jenis kelompok investigasi lebih baik daripada kelompok siswa yang belajar di Accelerated Learning Team dan Role Playing, sedangkan kemampuan menulis siswa yang ikuti kelompok kooperatif tipe model pembelajaran dan Accelerated Learning Team dan bermain peran yang sama. Kemampuan menulis siswa yang memiliki gaya kognitif lapangan kemerdekaan yang lebih baik daripada kelompok siswa yang memiliki gaya kognitif lapangan ketergantungan. Ada interaksi antara jenis pembelajaran kooperatif dan gaya kognitif dalam mempengaruhi keterampilan menulis. Interaksi ditunjukkan kepada sekelompok siswa yang memiliki gaya kognitif lapangan kemerdekaan, penggunaan jenis pembelajaran kooperatif model investigasi kelompok lebih baik daripada jenis Accelerated Learning Team atau jenis Role Playing, sedangkan Accelerated Learning Team memberikan sama hasil sebagai jenis Role Playing. Pada kelompok siswa yang memiliki gaya kognitif ketergantungan, tiga jenis pembelajaran kooperatif adalah hanya semua baik. Penelitian keempat dilakukan oleh Ashok Sapkota dengan judul “Developing commit toCorrection: user Students’ Writing Skill through Peer and Teacher An Action Research” (2012).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id51
Pada awalnya banyak siswa yang menganggap bahwa kegiatan menulis merupakan kegiatan yang termasuk sulit. Kegiatan menulis di kelas dikerjakan sebagai pekerjaan rumah, karena dengan waktu yang tidak mencukupi bagi siswa dalam belajar menulis di kelas. Siswa lebih menyukai kegiatan berbicara dari pada kegiatan menulis. Setelah dilakukan tindakan, siswa dapat melakukan kegiatan menulis dengan baik di kelas tanpa kesulitan. Penelitian kelima dilakukan oleh dilakukan oleh Mitzi G. Mitchell (2008) yang berjudul Group Investigation as a Cooperative Learning Strategy: An Integrated Analysis of the Literature. Metode pembelajaran ini memiliki banyak keunggulan. Investigasi kelompok memungkinkan siswa untuk terlibat langsung dalam bagaimana mereka memperoleh pengetahuan; mereka tidak hanya penerima. Ini adalah pendekatan demokratis di ruang kelas. Siswa harus bekerja sama untuk menciptakan pengetahuan dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis yang akan berguna bagi mereka sebagai orang dewasa dalam masyarakat demokratis. Dari penelitian tersebut strategi pembelajaran kooperatif investigasi kelompok telah digunakan secara luas dikelas sekolah dasar dan menengah. Strategi pembelajaran ini tampaknya menguntungkan siswa sekolah dasar dan menengah, pencapaian kinerja siswa tinggi dan terdapat sedikit perubahan. Temuan yang dianalisis dari berbagai penelitian terdahulu inilah yang menjadi salah satu dasar mengadakan penelitian dengan menitikberatkan penerapan metode Group Investigation untuk meningkatkan kemampuan menulis teks hasil observasi siswa kelas VII-C SMP Negeri 1 Rembang Purbalingga.
B. Kerangka Berpikir Pembelajaran menulis teks hasil observasi di kelas VII-C awalnya merupakan pembelajaran yang membosankan. Keberhasilan dalam pembelajaran merupakan tujuan semua guru. Keberhasilan pembelajaran tersebut diusahakan dengan penggunaan waktu yang cukup dan model pembelajaran yang tepat, sehingga akan tercapai tujuan yang diharapkan. Strategi pembelajaran yang tepat akan membantu siswa dalam memahami pelajaran. Seperti pelajaran yang lain, pembelajaran menulis memerlukan model yang tepat agar kemampuan siswa dapat maksimal. commit Selamatoiniuser model pembelajaran di sekolah masih
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id52
bersifat konvensional oleh karena itu diperlukan suatu model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis teks hasil observasi. Pembelajaran menulis teks hasil observasi memerlukan suatu cara agar materi yang disampaikan guru dapat dipahami siswa sehingga siswa dapat menghasilkan proses kreatif dan materi yang disampaikan guru, salah satu teknik yang dapat digunakan untuk menulis teks hasil observasi adalah dengan model pembelajaran Group Investigation. Diharapkan setelah dilakukan tindakan menggunakan model pembelajaran Group Investigation, keterampilan siswa dalam menulis teks hasil observasi meningkat. Sejalan dengan pandangan Keraf (2002: 324) mengungkapkan bahwa laporan adalah suatu cara komunikasi di mana penulis menyampaikan informasi kepada seseorang atau suatu badan karena tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Laporan yang dimaksud sering mengambil bentuk tertulis, maka dapat pula dikatakan bahwa laporan merupakan suatu macam dokumen mengenai sebuah masalah yang telah atau tengah diselidiki, dalam bentuk fakta-fakta yang diarahkan kepada pemikiran dan tindakan yang akan diambil. Lebih lanjut, Aunurrahman (2010: 151) bahwa model pembelajaran Group Investigation secara filosofis beranjak dari paradigma konstruktivis, di mana terdapat suatu situasi yang di dalamnya siswa-sisZwa berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dengan berbagai informasi dan melakukan pekerjaan secara kolaboratif untuk menginvestigasi suatu masalah, merencanakan, mempresentasikan, serta mengevaluasi kegiatan mereka. Model pembelajaran Group Investigation
ini sangat sesuai untuk
merespon kebutuhan-kebutuhan siswa akan pentingnya pengembangan kemampuan colaborative learning melalui kerja kelompok beranjak dari pengalaman-pengalaman masing-masing siswa guna mewujudkan interaksi, kemampuan menginterpretasi serta mampu menumbuhkan motivasi instrinsik (instrinsic motivation). Bagan kerangka pikir pembelajaran menulis teks hasil observasi dengan menggunakan model Group Investigation:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id53
Kondisi awal pembelajaran menulis teks hasil observasi siswa di kelas VII-C SMP Negeri 1 Rembang Purbalingga sebelum menerapkan model Group Investigation
Kualitas proses pembelajaran menulis teks hasil observasi rendah dilihat dari kinerja guru dan kinerja siswa. -
Kinerja guru ketika menyusun RPP masih rendah dan guru pada saat proses pembelajaran juga masih rendah.
-
Kinerja siswa dilihat dari 4 indikator (keaktifan, keberanian, perhatian dan antusias) dalam proses pembelajaran masih rendah.
Kemampuan menulis teks hasil observasi siswa rendah dilihat dari nilai kemampuan menulis teks hasil observasi siswa memperoleh nilai 65,95
Siklus I Penerapan metode pembalajaran Group Investigation dalam pembelajaran menulis teks hasil observasi
Siklus II Penerapan metode pembalajaran Group Investigation dalam pembelajaran menulis teks hasil observasi
Setelah dilakukan perbaikan terjadi peningkatan kualitas proses pembelajaran dalam menulis teks hasil observasi pada kondisi akhir
Setelah dilakukan tindakan/ perbaikan terjadi peningkatan kemampuan menulis teks hasil observasi pada kondisi akhir
Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id54
C. Hipotesis Tindakan Berlandaskan kajian teori dan kerangka pikir yang telah diuraikan di atas, hipotesis penelitian ini adalah 1. Penerapan model pembelajaran Group Investigation dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis teks hasil observasi pada siswa kelas VII-C di SMP N 1 Rembang Purbalingga tahun pembelajaran 2014/2015. 2. Penerapan model pembelajaran Group Investigation dapat meningkatkan kemampuan menulis teks hasil observasi pada siswa kelas VII-C di SMP N 1 Rembang Purbalingga tahun pembelajaran 2014/2015.
commit to user