BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori 1. Manajemen Pendidikan a. Pengertian Administrasi dan Manajemen Kata administrasi menurut asal katanya (etimologis) berasal dari Bahasa Latin, ad + ministrare. Ad berarti intensif, sedangkan ministrare, berarti melayani, membantu, dan memenuhi. Jadi, tugas utama seorang administrator atau manajer adalah memberikan pelayanan prima dalam arti sebenarnya, maupun dalam arti singkatannya. Administrator
adalah
kata
kerja, sedangkan kata bendanya adalah administration dan kata sifatnya adalah administrativus. Administratio diterjemahkan dalam bahasa Inggris menjadi Administration, dalam Bahasa Belanda menjadi administratie, dan dalam bahasa Indonesia menjadi administrasi. Jadi, administrasi berarti melayani secara intensif (Husaini Usman, 2010:1).
12
Administrasi dalam Bahasa Belanda mengandung pengertian sempit, yaitu pekerjaan yang berhubungan dengan ketatausahaan (surat-menyurat). Sedangkan dalam arti luas ialah seni (art) dan ilmu (science) mengelola (memanaj) sumber daya 7M + 1I (man, money, material, machines, methods, marketing, and minutes + information) untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Mengelola di sini meliputi perencanaan (planning), pengorganisasian (Organizing), pengarahan, (Leading), dan pengendalian (Controlling) (Husaini Usman, 2010:2). Jadi administrasi dalam arti luas ialah proses yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian sumber daya organisasi.
Pengarahan meliputi motivasi, kepemimpinan, pengambilan
keputusan, dan pemecahan masalah, komunikasi, koordinasi, negosiasi, dan perubahan organisasi. Pengendalian meliputi pemantauan, penilaian, dan pelaporan (Husaini Usman, 2010: 1-4). Rue & Byars (2000: 4) mendefinisikan manajemen sebagai sebuah bentuk kerja yang melibatkan proses koordinasi terhadap sumber-sumber daya yang ada dalam organisasi, seperti tanah, bangunan, pekerja, dan modal untuk mencapai tujuan organisasi. Stoner, Freeman, & Gilbert (1995: 10) mendefinisikan manajemen sebagai “a process of planning, organizing, leading, and controlling the efforts of organization members and of using all other organizational resources to achieve stated organizational goals”. Manajemen ialah usaha perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan terhadap semua usaha yang dilakukan oleh anggota organisasi dan penggunaan 13
semua sumber daya yang ada di organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Dari pengertian administrasi dan manajemen dari beberapa pakar di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen dan administrasi adalah sama, hanya berbeda pengungkapan saja. Administrasi dan manajemen sama-sama merupakan usaha pengkoordinasiaan berbagai sumber daya yang ada dalam sebuah organisasi melalui berbagai rangkaian kegiatan yang terstruktur.
b. Pengertian Manajemen Pendidikan Manajamen Pendidikan merupakan istilah yang dipakai dalam lingkungan pendidikan. Bush dan Coleman (2000: 4) menyatakan manajemen pendidikan ialah suatu praktik yang berfokus pada kegiatan organisasi pendidikan. Menurut Suryobroto (2004: 26) manajemen pendidikan pada pokoknya ialah semua bentuk usaha bersama untuk mencapai tujuan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumber daya. Yati Siti Mulyati dan Aan Komariah (Tim Dosen UPI, 2009: 87) menyatakan manajemen pendidikan sebagai proses manajemen dalam pelaksanaan tugas pendidikan dengan mendayagunakan segala sumber daya secara efisien untuk mencapai tujuan secara efektif. Husaini Usman (2010: 12) mendefinisikan manajemen pendidikan sebagai seni dan ilmu mengelola sumber daya pendidikan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
14
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang deperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa menajemen pendididikan merupakan suatu proses pengelolaan yang diterapkan dalam bidang pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan. Selanjutnya untuk mendapat gambaran yang lebih jelas tentang pengertian administrasi pendidikan, di bawah ini akan dikemukakan beberapa definisi dari para ahli sebagai berikut. Ngalim Purwanto (2007: 3) mendefinisikan administrasi pendidikan sebagai segenap proses pengerahan dan pengintegrasian segala sesuatu, baik personel, spiritual, maupun material, yang bersangkut paut dengan pencapaian tujuan pendidikan. Jadi, di dalam proses administrasi pendidikan segenap usaha orang-orang yang terlibat di dalam proses pencapaian tujuan pendidikan itu diintegrasikan, diorganisasikan, dan dikoordinasikan secara efektif, dan semua materi yang diperlukan dan yang telah ada dimanfaatkan secara efisien. Dari buku ”Kurikulum, Usaha-usaha Perbaikan dalam Bidang Pendidikan dan Administrasi Pendidikan” dari Departemen P dan K, dalam Ngalim Purwanto (2007: 4) menyebutkan bahwa administrasi pendidikan adalah suatu proses keseluruhan, kegiatan bersama dalam bidang pendidikan yang
meliputi
perencanaan,
pengorganisasian,
pengarahan,
pengkoordinasian, pengawasan, pembiayaan, dan pelaporan dengan menggunakan atau memanfaatkan fasilitas yang tersedia, baik personel, material, maupun spiritual untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
15
Daryanto (2010: 8-9), mengemukakan pengertian administrasi pendidikan sebagai berikut: Administrasi pendidikan ialah suatu cara bekerja dengan orangorang, dalam rangka usaha mencapai tujuan pendidikan yang efektif, yang berarti mendatangkan hasil yang baik dan tepat, sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Administrasi pendidikan dapat pula diartikan sebagai pelaksanaan pimpinan yang mewujudkan aktivitas kerjasama yang efektif bagi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Administrasi pendidikan adalah semua kegiatan sekolah dari yang meliputi usaha-usaha besar seperti perumusan kebijakan, pengarahan usaha, koordinasi, korespondensi, kontrol dan seterusnya, sampai kepada usahausaha kecil dan sederhana seperti menjaga sekolah, menyapu halaman dan sebagainya. Setelah melihat beberapa definisi administrasi pendidikan seperti di atas, jelaslah bahwa administrasi pendidikan merupakan segenap usaha yang melibatkan berbagai aspek untuk melakukan pengelolaan segala sumber daya pendidikan yang ditujukan untuk meningkatkan mutu pendidikan supaya tercapai tujuan pendidikan. Peningkatan mutu pembelajaran di sekolah merupakan bagian yang sangat penting dalam administrasi pendidikan dalam melaksanakan pemberdayaan segala sumber belajar di sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. Peningkatan mutu pembelajaran di sekolah merupakan bagian yang sangat penting dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Definisi administrasi pendidikan yang dikemukakan oleh Daryanto, lebih jelas lagi memilah administrasi pendidikan pada birokrasi pendidikan dan administrasi pendidikan di sekolah. Dari pengertian administrasi pendidikan di atas, dapat diambil intinya, bahwa administrasi pendidikan itu merupakan keseluruhan proses 16
dari kegiatan yang harus dilakukan dan menjadi tanggungjawab bersama untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dari masa ke masa bisa berubah sesuai dengan perkembangan kehidupan dan tuntutan kebutuhan manusia. Proses peningkatan mutu pembelajaran merupakan upaya untuk lebih mendekatkan antara hasil penyelenggaraan pendidikan terhadap tujuan pendidikan. Dalam melaksanakan kegiatan administrasi pendidikan mencakup kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan baik pada tingkat biroksasi pendidikan maupun di tingkat sekolah.
c. Tujuan Manajemen Pendidikan Tujuan suatu organisasi pada umumnya akan tercapai secara efektif dan efisien apabila menggunakan manajemen yang baik, karena manajemen merupakan instrumentasi untuk mencapai tujuan. Manajemen atau pengelolaan merupakan komponen integral dan tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan. Tanpa manajemen tidak mungkin tujuan pendidikan dapat diwujudkan secara optimal, efektif, dan efisien (Mulyasa, 2002: 20). Menurut Burhanudin (1994: 1) manajemen pendidikan adalah Usaha kerja sama secara rasional dalam pengelolaan sistem pendidikan beserta segenap substansinya melalui proses administrasi (perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan, dan penilaian) dengan mendayagunakan sumber material dan personal secara efektif dan efisien guna menunjang tercapainya tujuan pendidikan/pengajaran.
17
Secara lebih terperinci lagi bidang garapan administrasi pendidikan meliputi administrasi murid, administrasi kurikulum, administrasi personil, administrasi sarana, administrasi keuangan, tata laksana pendidikan, organisasi lembaga pendidikan, dan humas. Lebih lengkap lagi ruang lingkup manajemen pendidikan meliputi manajemen waktu, manajemen kurikulum, manajemen personalia, manajemen kesisiwaan, manajemen keuangan, manajemen sarana dan prasarana, manajemen laboratorium, manajemen perpustakaan, dan manajemen bimbingan dan konseling. Ngalim Purwanto (2007: 6) menyatakan menajemen pendidikan pada prinsipnya mengandung arti yang sama dengan administrasi pendidikan, Sedang administrasi pendidikan ialah segenap proses pengerahan dan pengintenrasian segala sesuatu, baik personil, spiritual maupun materail, yang bersangkut paut dengan pencapaian tujuan pendidikan. Administrasi pendidikan di sekolah adalah mencakup pengaturan, proses belajar-mengajar, kesiswaan, personalia, peralatan pengajaran, gedung dan perlengkapan, keuangan serta humas atau hubungan dengan masyarakat (Daryanto, 2010: 26). Sebagaimana upaya yang terus dilakukan oleh pemerintah dalam kebijakan peningkatan mutu pendidikan, selain dilakukan
melalui
pengembangan
sarana
fisik,
dilakukan
pula
pengembangan mutu pembelajaran melalui peningkatan kualitas guru dan peningkatan mutu administrasi pendidikan, termasuk peningkatan kualitas SDM pengelola administrasi pendidikan. Administrasi pendidikan adalah usaha yang sistematis dan terstruktur dalam melaksanakan proses penyelenggaraan pendidikan. Hal ini seperti yang dijelaskan dalam
18
pengertian administrasi pendidikan, bahwa ”Pengertian administrasi pendidikan dalam arti yang lebih luas adalah suatu ilmu yang mempelajari penataan sumber daya untuk mencapai tujuan pendidikan secara produktif”, (Engkoswara, 1987: 1). Penataan dalam arti mengatur, menajemeni, memimpin, mengelola atau mengadministrasikan segala sumber daya yang ada. Pengelolaan sumber daya di dalamnya meliputi; merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, dan mengawasi atau membina sumber daya manusia dan sumber daya belajar (kurikulum dan fasilitas). Komponen yang esensial dalam administrasi pendidikan adalah sumber daya manusia, sarana, prasarana, kurikulum, fasilitas pendidikan, alat dan bahan belajar. Dari uraian singkat di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen pendidikan mencakup bidang-bidang garapan yang sangat luas tercakup didalamnya administrasi prosonal, administrasi kurikulum, kepemempinan, kepengawasan atau supervisi pendidikan, administrasi bisnis pendidikan, dan organisasi lembaga pendidikan. Tujuan
pelaksanaan
administrasi
pendidikan
adalah
untuk
melaksanakan proses peningkatan mutu pembelajaran sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan secara optimal. ”Tujuan manajemen pendidikan adalah untuk memfasilitasi pembelajaran siswa sebagai sebuah bentuk proses pembelajaran” (Bush & Coleman, 2006: 20). Tujuan administrasi pendidikan adalah untuk memfasilitasi atau memberikan kemudahan kepada manajer pendidikan baik pada tingkat birokrasi pendidikan maupun pada tingkat satuan pendidikan/sekolah agar dapat melakukan pengelolaan pendidikan secara sistematis, terencana, terorganisir dan terkontrol dalam
19
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Di dalam administrasi pendidikan terdapat fungsi pengorganisasian yang menyangkut pembagian wewenang dan tanggungjawab untuk masing-masing anggota organisasi dalam mewujudkan tujuan. Dalam definisi administrasi pendidikan sudah nampak jelas bahwa tujuan administrasi pendidikan adalah upaya untuk meningkatkan mutu pembelajaran dengan memberdayakan segala potensi pembelajaran
yang
tersedia
untuk
mendukung
tercapainya
tujuan
pendidikan. Menurut Husaini Usman (2010: 13), tujuan dan manfaat manajemen pendidikan antara lain: (1) terwujudnya suasana belajar dan proses Pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM); (2) terciptanya peserta spiritual, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara; (3) terpenuhinya salah satu dari 4 kompetensi tenaga pendidikan dan kependidikan (tertunjangnya kompetensi profesional sebagai pendidikan dan tenaga kependidikan sebagai manajer); (4) tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efisien; (5) terbekalinya tenaga kependidikan dengan teori tentang proses dan tugas administrasi pendidikan (tertunjangnya profesi sebagai manajer atau konsultan manajemen pendidikan); (6) teratasinya masalah mutu pendidikan
2. Konsep Pendidikan Taman Kanak-Kanak Sejarah pendidikan Taman Kanak-Kanak tidak bisa lepas dari kondisi Eropa pada abad ke-19 yang melahirkan pendekatan modern untuk pendidikan anak usia dini. Wright (2010: 4) menceritakan sejarah perkembangan TK sebagai berikut. Sebelum masa itu, pendidik selalu beranggapan bahwa usia sebelum 7 tahun, anak-anak terlalu muda untuk fokus pada belajar akademik
20
dimana pendidikan untuk anak-anak berumur usia 3 tahun tidak pernah terdengar sebelumnya. Perkembangan di abad ke-19 mengakibatkan program anak usia dini menjadi familiar bagi guru saat ini. Pendidikan anak usia dini pertama kali diusulkan oleh seorang pendidik Swiss, Johann Heinrich Pestalozzi, dan kemudian oleh muridnya Friedrich Frobel dari Thuringia, Jerman. Frobel, seorang arsitek yang beralih menjadi kepala sekolah, menyadari bahwa anak-anak membutuhkan pengalaman sekolah sebelum usia 6 tahun, taman untuk anak atau TK diperkenalkan oleh Froebel sebagai langkah penting dalam jenjang pendidikan sebelum kelas satu. Di TK, anak-anak menemukan keseimbangan antara belajar keterampilan baru dan perilaku yang diharapkan oleh masyarakat. TK merupakan
tempat yang aman di mana anak-anak
memiliki kebebasan untuk tumbuh sesuai pola-pola alaminya. Froebel (Wright, 2010: 4) mengemukakan bahwa bermain harus menjadi sentral dalam keseharian TK. a. Prinsip Dasar Pendidikan Anak Usia Dini Ahli pendidikan anak usia dini meyakini bahwa usia dari sejak lahir hingga usia 8 tahun adalah masa yang kritis bagi pembelajaran anakanak. Hal ini dikarenakan pada masa ini, anak-anak harus menuntaskan perkembangan kognitif, emosional, fisik, dan sosial (Grossman, 2008). Selain itu, anak-anak usia dini juga identik dengan kegiatan bermain yang menjadi fase yang sangat menentukan perjalanan hidupnya sebagai manusia (Jamal Ma’mur Asmani, 2009: 15)
21
Menurut
Maimunah
Hasan
(2010:
15-16)
penyelenggaran
pendidikan anak usia dini harus menitikberatkan pada beberapa hal berikut: 1) Pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar) 2) Kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spritual) 3) Sosioemosional (sikap dan perilaku serta agama), bahasa dan komunikasi yang disesuaikan dengan keunikan dan tahap–tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini Selama masa program pendidikan anak usia dini harus terjadi pemenuhan berbagai kebutuhan anak, mulai dari kesehatan, nutrisi, dan stimulasi pendidikan, juga memberdayakan lingkungan masyarakat di mana anak itu tinggal. Prinsip pelaksanaan program pendidikan anak usia dini harus mengacu pada prinsip umum yang terkandung dalam konvensi hak anak (Mansur, 2007: 100), yaitu: 1) Nondiskriminasi, dimana semua anak dapat mengecap pendidikan usia dini tanpa membedakan suku bangsa, jenis kelamin, bahasa, agama, tingkat sosial, serta kebutuhan khusus setiap anak. 2) Dilakukan demi debaikan terbaik untuk anak (the best interest of the child), bentuk pengajaran, kurikulum yang diberikan harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif, emosional, konteks sosial budaya dimana anak-anak hidup. 3) Mengakui adanya hak hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan yang sudah melekat pada anak. 4) Penghargaan terhadap pendapat anak (respect for views of the child), pendapat anak terutama yang menyangkut kehidupannya perlu mendapatkan perhatian dan tanggapan. Menurut Damanhuri Rosadi (Mansur, 2007: 101), pelaksanaan program pendidikan anak usia dini harus sejalan dengan prinsip pelaksanaan secara keseluruhan proses pendidikan, yaitu: 1) Pengembangan diri, pribadi, karakter serta demampuan belajar anak diselenggarakan secara tepat, terarah, cepat dan berkesinambungan.
22
2) Pendidikan dalam arti pembinaan dan pengembangan anak mencakup upaya meningkatkan sifat mampu mengembangkan diri dalam diri anak. 3) Pemantapan tata nilai yang dihayati oleh anak sesuai dengan sistim tata nilai hidup dalam masyarakat, dan dilaksanakan dari bawah dengan melibatkan Lembaga Swadaya Masyarakat. 4) Pendidikan anak adalah usaha sadar, usaha yang menyeluruh, terarah dan terpadu, dan dilaksanakan secara bersama dan saling menguatkan oleh semua pihak yang terpanggil. 5) Pendidikan anak adalah suatu upaya yang berdasarkan kesepakatan sosial seluruh lapisan masyarakat dan golongan masyarakat. 6) Anak mempunyai kedukukan sentral dalam pembangunan, dimana pendidikan anak usia dini memiliki makna strategis dalam investasi pembangunan sumber daya manusia. 7) Orang tua dengan keteladanan adalah pelaku utama dan pertama komunikasi dalam pendidikan anak usia dini. 8) Program pendidikan anak usia dini harus melingkupi inisiatif berbasis orang tua, berbasis masyarakat dan institusi formal pra sekolah. Sedangkan
pengembangan
aspek-aspek
perkembangan
anak
menurut Panduan pembelajaran pra-sekolah (Dinas Pendidikan, 2003: 16) adalah: 1) Aspek moral, pengembangan moral, nilai, etika dan norma hendaknya menjadi fokus utama pendidikan anak usia dini yang memperkenalkan kepada siswa akan berbagai sistem nilai yang ada di masyarakat dan membimbing agar anak mengkonstuksi sistem nilai dalam dirinya sendiri. 2) Aspek intelektual, pengembangan kecerdasan dilakukan untuk menstimulasi otak untuk berfikir. 3) Aspek sosial, perkembangan sosial pada anak sering disebut juga perkembangan prasosial. Kekuatan egosentrisme, dimana anak hanya mengenal keinginannya dan belum bisa memahami adanya pemikiran yang berbeda dan orang lain merupakan hambatan utama. 4) Aspek emosional, sejak kecil anak sudah menunjukkan perangai emosional yang berbeda-beda, pada perkembangan selanjutnya perkembangan emosional sangat dipengaruhi oleh lingkungannya. 5) Aspek fisik dan motorik, perkembangan fisik sangat dipengaruhi oleh faktor gizi, kesehatan dan latihan, sedangkan perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan motorik halus.
23
Dari berbagai prinsip
yang dikemukakan di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa pendidikan anak usia dini haruslah memiliki penekanan-penekanan yang berbasis pada perkembangan dan kebutuhan anak sehingga anak bisa tumbuh dan berkembang dengan baik
b. Pengertian Pendidikan Taman Kanak-Kanak Pendidikan nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia berdasarkan
Pancasila
dan
Undang-Undang
Dasar
1945
yang
mengamanatkan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, serta pemerintah menyelenggarakan satu sistem pengajaran yang diatur dengan undang-undang. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk waktu serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tugan Yang Maha Esa, berakhlak mulai, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab
Telah menjadi suatu kenyataan bahwa di samping pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi, dapat pula diselenggarakan pendidikan anak usia dini. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 14 menyatakan bahwa: Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun
24
yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Sedangkan pada Pasal 28 UU No. 20 tersebut dijelaskan di Ayat 2 bahwa pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal,nonformal, dan/atau informal. Jalur pendidikan formal dapat berbentuk taman kanak-kanak (TK), raudatul athfal (RA), jalur nonformal dapat berbentuk kelompok bermain (KB), tempat penitipan anak (TPA),
sedangkan jalur informal berbentuk pendidikan keluarga atau
lingkungan. Pada bagian Penjelasan UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 28, dijelaskan bahwa pendidikan anak usia dini diselenggarakan bagi anak sejak lahir sampai dengan enam tahun dan bukan merupakan prasyarat untuk mengikuti pendidikan dasar. Taman kanak-kanak (TK) menyelenggarakan pendidikan untuk mengembangkan kepribadian dan potensi diri sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Raudhatul athfal (RA) menyelenggarakan pendidikan keagamaan Islam yang menanamkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi diri seperti pada taman kanak-kanak. c. Fungsi dan Tujuan Taman Kanak-Kanak Berikut ini disampaikan berbagai fungsi dan tujuan Taman KanakKanak yang bersumber dari Buku Pedoman Pengembangan Program Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak (Kemendiknas, 2010a: 3) 1) Fungsi Taman Kanak-Kanak 25
Fungsi pendidikan Taman Kanak-Kanak adalah membina, menumbuhkan, mengembangkan seluruh potensi anak secara optimal sehingga terbentuk perilaku dan kemampuan dasar sesuai dengan tahap perkembangannya agar memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan selanjutnya. 2) Tujuan Taman Kanak-Kanak a) Membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkepribadian luhur, sehat, berilmu, cakap, kritis, kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. b) Mengembangkan potensi kecerdasan spiritual, intelektual, emosional, kinestetis, dan sosial peserta didik pada masa usia emas pertumbuhan dalam lingkungan bermain yang edukatif dan menyenangkan. c) Membantu peserta didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi nilai-nilai agama dan moral, sosioemosional, kemandirian, kognitif dan bahasa, dan fisik/motorik, untuk siap memasuki pendidikan dasar.
3. Konsep Pembelajaran a. Arti dan Makna Pembelajaran Konsep pembelajaran menurut Corey (Syaiful Sagala, 2011: 61) adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan. Menurut Hoy & Miskel (2005: 41) pembelajaran dapat diartikan secara luas, “In a broad sense, learning happens when experience produces a stable change in
someone’ s knowledge or behavior.”
Menurut mereka, pembelajaran terjadi
ketika pengalaman dapat
menghasilkan perubahan yang stabil pada
pengetahuan atau perilaku.
perubahan ini bisa terjadi baik secara sengaja atau tidak, namun yang pasti
26
pembelajaran harus terjadi karena adanya pengalaman individu saat berinteraksi dengan lingkungannya. Pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono (1999: 297) adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. UUSPN No. 20 tahun 2003 (Syaiful Sagala, 2011: 62) mengatakan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upava meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran. Dari berbagai pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. b. Kualitas Pembelajaran Kualitas pembelajaran dalam pendidikan anak usia dini adalah sangat penting karena dapat membantu proses pembentukan kemampuan anak-anak dalam pembelajaran seumur hidup. Dengan meningkatnya tantangan dan kompetisi yang bersumber dari globalisasi dan pengetahuan
27
berbasis ekonomi, penggunaan yang efektif terhadap teknologi informasi dan komunikasi, serta pengetahuan menjadi kunci bagi peningkatan ekonomi dan sosial (Tan Ching Ting, 2007: 37). Berikut ini akan dibahas mengenai konsep kualitas pembelajaran yang diawali dengan definisi mengenai kualitas pembelajaran. Dalam kerangka umum, kualitas mengandung makna derajat (tingkat) keunggulan suatu produk (hasil kerja/upaya) baik berupa barang maupun jasa; baik yang tangible maupun yang intangible (Umaedi, 1999). Menurut Isye Mulyani (2005: 39) yang mengutip pendapat Jerome Arcaro mengatakan bahwa “kualitas adalah perubahan”. Maksudnya konsep kualitas tidak tetap berlaku untuk seumur hidup, tetapi konsep kualitas akan selalu dinamis sesuai dengan tantangan jaman. Tetapi memang bukan perubahan semaunya tanpa aturan. Perubahan yang dimaksud adalah dinamis, dan akan berubah ketika perubahan memang diperlukan sesuai dengan kemajuan dan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, bagi dunia pendidikan adalah suatu keharusan untuk selalu mencermati perubahan-perubahan yang terjadi agar dapat direspon dengan cerdas dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran (Uhar Suharsaputra, 2012). Kualitas dalam proses pembelajaran dapat dikelompokkan dalam kualitas input, kualitas proses dan kualitas output pembelaaran. Dalam proses pembelajaran yang berkualitas terlibat berbagai input pembelajaran seperti; siswa (kognitif, afektif, atau psikomotorik), bahan ajar, metodologi (bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana sekolah, dukungan administrasi dan sarana prasarana dan
28
sumber daya lainnya serta penciptaan suasana yang kondusif. Kualitas proses pembelajaran ditentukan dengan metode, input, suasana, dan kemampuan melaksanakan manajemen proses pembelaaran itu sendiri. Kualitas proses pembelajaran akan ditentukan dengan seberapa besar kemampuan memberdayakan sumberdaya yang ada untuk siswa belajar secara produktif. Manajemen sekolah, dukungan kelas berfungsi mensinkronkan berbagai input tersebut atau mensinergikan semua komponen dalam interaksi (proses) belajar mengajar baik antara guru, siswa dan sarana pendukung di kelas maupun di luar kelas; baik konteks kurikuler maupun ekstra-kurikuler, baik dalam lingkup subtansi yang akademis maupun yang non-akademis dalam suasana yang mendukung proses pembelajaran. Dari pengertian kualitas pembelajaran di atas secara umum menjelaskan
bahwa
kualitas
pembelajaran
dapat
tercermin
dari
kemampuan sekolah dalam memberdayakan segala sumber belajar untuk kualitas hasil belajar seperti kualitas lulusan yang dapat melanjutkan pendidikan.
c. Arah dan Prinsip Pembelajaran Taman Kanak-Kanak 1) Arah Program Pembelajaran Pedoman Pengembangan Program Pembelajaran di Taman KanakKanak (Kemendiknas, 2010a: 3) menyatakan bahwa
program
pembelajaran di TK diarahkan pada pencapaian perkembangan anak sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak berdasarkan tingkat
29
pencapaian perkembangan anak yang dikategorikan dalam kelompok umur 4-6 tahun sebagai acuan normatif dan dikembangkan untuk mempersiapkan peserta didik agar siap mengikuti pendidikan pada jenjang SD, MI, atau bentuk lain yang sederajat. 2) Prinsip Pengembangan Program Pembelajaran Program
pembelajaran
Taman
Kanak-Kanak
dikembangkan
berdasarkan prinsip-prinsip berikut (Kemendiknas, 2010a: 4-5). a) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya Program pembelajaran dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan potensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan perkembangan peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan. Untuk pendidikan di TK tetap memperhatikan nilai-nilai budaya daerah dan karakter bangsa yang selaras dengan nilai-nilai agama dan moral. b) Beragam dan terpadu Program pembelajaran dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat
30
istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender. Program pembelajaran di TK harus dapat mengakomodasi pendidikan inklusi bagi anak yang berkebutuhan khusus. c) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni Program pembelajaran dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi program pembelajaran mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
d) Relevan dengan kebutuhan kehidupan Pengembangan program pembelajaran dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir,
keterampilan
sosial,
keterampilan
akademik,
dan
keterampilan vokasional merupakan keniscayaan. e) Menyeluruh dan berkesinambungan Substansi program pembelajaran mencakup keseluruhan dimensi perkembangan, bidang kajian keilmuan dan bidang pengembangan
yang
direncanakan
berkesinambungan. f) Belajar sepanjang hayat 31
dan
disajikan
secara
Program
pembelajaran
diarahkan
kepada
proses
pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Program pembelajaran mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, non formal dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
Program
pembelajaran
di
TK
memotivasi
dan
memfasilitasi keingintahuan anak untuk mengembangkan minat belajar secara terus-menerus. g) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah Program pembelajaran dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
d. Pelaksanaan Pembelajaran Taman Kanak-Kanak Pengembangan program pembelajaran Pendidikan Taman KanakKanak memiliki karakteristik sebagai berikut (Kemendiknas, 2010a: 5-6): 1) Program pembelajaran di Taman Kanak-Kanak dilaksanakan secara terpadu dengan memperhatikan kebutuhan terhadap kesehatan, gizi, stimulasi sosial dan kepentingan terbaik bagi anak. 2) Program pembelajaran di Taman Kanak-Kanak dilaksanakan secara fleksibel sesuai dengan karakteristik anak TK dan layanan pendidikan. 3) Program pembelajaran di Taman Kanak-Kanak dilaksanakan berdasarkan prinsip belajar melalui bermain dengan
32
memperhatikan perbedaan individual, minat, dan kemampuan masing-masing anak, sosial budaya, serta kondisi dan kebutuhan masyarakat.
Menurut Wood (2009: 27), salah satu prinsip dasar dalam pendidikan anak usia dini adalah pentingnya bermain bagi pembelajaran dan perkembangan anak-anak. Komitmen untuk bermain dapat ditelusuri melalui teori dan ideologi pada program anak usia dini di banyak negara. Pada satu sisi, telah ditemukan bukti substansial mengenai pembelajaran melalui bermain, namun di sisi lain hanya sedikit bukti mengenai pengajaran melalui bermain. Menghubungkan bermain dan pedagogi telah lama menjadi topik yang kontroversial karena adanya komitmen ideologi untuk bermain secara bebas dan memilih secara bebas. 1) Prinsip Pelaksanaan Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan program pembelajaran adalah: a) Menciptakan suasana yang aman, nyaman, bersih, dan menarik; b) Pembelajaran berpusat pada anak dan dilaksanakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan mendorong kreativitas serta kemandirian; (c) Sesuai dengan tahap pertumbuhan fisik dan perkembangan mental anak serta kebutuhan dan kepentingan terbaik anak; (d) Memperhatikan perbedaan bakat, minat, dan kemampuan masingmasing anak;
33
(e) Mengintegrasikan kebutuhan anak terhadap kesehatan, gizi, stimulasi psikososial, dan memperhatikan latar belakang ekonomi, sosial, dan budaya anak; (f) Pembelajaran dilaksanakan melalui bermain, pemilihan metode dan alat bermain yang tepat clan bervariasi, serta memanfaatkan berbagai sumber belajar yang ada di lingkungan; (g) Kegiatan
pembelajaran
dilakukan
secara
bertahap,
berkesinambungan, dan bersifat pembiasaan; (h) Pemilihan teknik dan alat penilaian sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakan; (i) Kegiatan yang diberikan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan perkembangan anak.
2) Pengorganisasian Kegiatan Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengorganisasian kegiatan meliputi: (a) Kegiatan dilaksanakan di dalam ruang/kelas dan di luar ruang/kelas. (b) Kegiatan dilaksanakan dalam suasana yang menyenangkan. (c) Pengelolaan kegiatan pembelajaran pada usia 4 - ≤6 tahun dilakukan
secara individu, kelompok kecil, dan kelompok besar meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu pembukaan, inti dan penutup. (1) Pembukaan
Pembukaan merupakan kegiatan awal dalam pembelajaran yang
34
ditujukan untuk menfokuskan perhatian, membangkitkan motvasi sehingga
peserta
didik
siap
untuk
mengikuti
kegiatan
pembelajaran. Pembukaan berupa kegiatan reguler rutinitas yang dilakukan melalui kegiatan percakapan awal sebagai transisi sebelum kegiatan inti dimulai. (2) Inti
Inti merupakan proses untuk mencapai indikator yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan partsipatif. Kegiatan inti dilakukan melalui proses eksplorasi, eksperimen, elaborasi, dan konfirmasi. (3) Penutup
Kegiatan penutup adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran. Bentuk kegiatannya berupa menyimpulkan, umpan balik, dan tindak lanjut
4. Konsep Pengajaran Untuk lebih memahami pentingnya pengajaran bagi anak-anak TK, berikut ini akan dikemukakan beberapa konsep mengenai pengajaran. a. Pengertian dan Tujuan Perencanaan Pendidikan Sistem pendidikan anak usia dini di negara-negara Barat telah lama berbasis permainan (play-based). Anak-anak bermain secara spontan dan imajinatif, yang diorganisasikan secara konstruktif dan purposif melalui
35
lagu, puisi, cerita, permainan, dan aktivitas kelompok sehingga anak-anak dapat mengembangkan kecakapan hidup, kreativitas, dan pemikiran kritis melalui bermain, dengan program terstruktur formal secara minimal (Tan Ching Ting, 2007: 39). Menurut Pascal (2009), pengajaran yang efektif untuk anak-anak haruslah diawali dari pemahaman bagaimana anak-anak belajar dan mencapai tujuan spesifik dari pembelajaran. Anak-anak memiliki kesempatan untuk berinteraksi dengan sesamanya, dibimbing oleh guru yang mengerti akan perkembangan anak usia dini. Hasilnya adalah kombinasi yang kuat yang akan meningkatkan kemampuan pengaturan diri anak-anak; menguatkan kompetensi kesehatan, keamanan, sosial, dan emosional; menguatkan pengetahuan dan konsep; serta menguatkan inklusi sosial. b. Perencanaan Pengajaran Agar pengajaran berjalan, diperlukan perencaaan yang baik. Perencanaan dapat dimaknai sebagai penyusunan langkah-langkah yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan (Abdul Majid, 2011: 15). Perencanaan tersebut dapat disusun berdasarkan kebutuhan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan keinginan pembuat, namun yang lebih penting adalah perencanaan yang dibuat harus dapat dilaksanakan tepat sasaran. Perencanaan pengajaran yang baik sangat penting agar proses pembelajaran berlangsung efektif. Menurut Haylock (2006: 177):
36
The principles of good lesson-planning are to have clear statements of what the pupils are supposed to learn, to ensure that the teaching and pupil-activities are focused on these, and to determine in advance how you will asses whether or not the children have learnt what was intended.
Prinsip perencanaan pengajaran yang baik adalah memiliki pernyaataan yang jelas terhadap apa yang seharusnya dipelajari oleh anak-anak sehingga proses pengajaran dan kegiatan anak-anak dapat berlangung dengan fokus. Seefeldt dan Wasik (2008: 207) menyatakan semua perencanaan pengajaran baik jangka pendek maupun panjang harus mencakup hal-hal: (1)
merinci tujuan dan sasaran; (2) memilih topik dan tema; (3)
menerjemahkan tujuan dan sasaran teoritis ke dalam pelaksanaan; (4) mengenali kegiatan yang sesuai dengan perkembangan untuk mengajarkan isi; (5) menentukan bagaimana tema dievaluasi. Syaiful Sagala (2011: 136) mengatakan bahwa perencanaan pengajaran (Instructional Design) dapat dilihat dari berbagai sudut pandang yaitu: (1) perencanaan pengajaran sebagai sebuah proses adalah pengembangan pengajaran secara sistematik yang digunakan secara khusus teori-teori pembelajaran dan pengajaran untuk menjamin kualitas pembelajaran. Dalam perencanaan ini menganalisis kebutuhan dari proses belajar dengan alur yang sistematik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Termasuk di dalamnya melakukan evaluasi terhadap materi pelajaran dan aktivitas-aktivitas pengajaran; (2) perencanaan pengajaran sebagai sebuah disiplin adalah cabang dari pengetahuan yang senantiasa memperhatikan hasil-hasil penelitian dan teori-teori tentang strategi pengajaran dan implementasinya terhadap strategi-strategi tersebut; (3) perencanaan pengajaran sebagai sains (Sicence) adalah integrasi secara detail spesifikasi dari pengembangan implementasi, evaluasi, dan pemeliharaan akan situasi maupun fasilitas pembelajaran terhadap unit-unit yang luas maupun yang lebih sempit dari rnateri pelajaran dengan segala tingkatan kompleksitasnya; (4) perencanaan 37
pengajaran sebagai realitas adalah ide pengajaran dikembangkan dengan memberikan hubungan pengajaran dari waktu ke waktu dalam suatu proses yang dikerjaakan perencana mengecek secara cermat bahwa semua kegiatan telah sesuai dengan tuntutan sains dan dilaksanakan secara sistematik; (5) perencanaan pengajaran sebagai suatu sistem adalah sebuah susunan dari sumber-sumber dan prosedur-prosedur untuk menggerakkan pembelajaran. Pengembangan sistem pengajaran melalui proses yang sistematik selanjutnya diimplementasikan mengacu pada sistem perencanaan itu; dan (6) perencanaan pengajaran sebagai teknologi adalah suatu perencanaan yang mendorong penggunaan teknik-teknik yang dapat mengembangkan tingkah laku kognitif dan teori-teori konstruktif terhadap solusi dan problem-problem pengajaran.
Perencanaan pengajaran merupakan penyusunam persiapan segala sesuatu yang diperlukan sebelum melaksanakan proses belajar mengajar. Kegunaannya untuk memberikan arah tugas kepada guru dalam pengelolaan kegiatan belajar mengajar. Kegunaan lainnya adalah sebagai dasar pelaksanaan, pengawasan, dan penilaian keberhasilan kegiatan belajar mengajar dalam mencapai tujuannya. 1) Perencanan Program Pembelajaran Taman Kanak-Kanak Isi program pembelajaran TK dipadukan dalam program pembelajaran yang mencakup: a) Bidang Pembentukan Perilaku Bidang Pembentukan Perilaku merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus dan ada dalam kehidupan sehari-hari anak, sehingga menjadi kebiasaan yang baik. Bidang pengembangan ini meliputi lingkup perkembangan nilai-nilai agama dan moral, serta pengembangan sosial, emosional, dan kemandirian. Dari aspek perkembangan moral dan nilai-nilai agama, diharapkan akan meningkatkan ketaqwaan anak terhadap, Tuhan Yang Maha Esa, 38
dan membina sikap anak dalam meletakkan dasar agar anak menjadi warga negara yang baik. Aspek perkembangan sosial, emosional, dan kemandirian dimaksudkan sebagai wahana untuk membina anak agar dapat mengendalikan emosinya secara wajar dan dapat berinteraksi dengan sesamanya maupun dengan orang dewasa dengan baik, serta dapat menolong dirinya sendiri dalam rangka kecakapan hidup. b) Bidang Pengembangan Kemampuan Dasar Bidang Pengembangan Kemampuan Dasar merupakan kegiatan yang dipersiapkan oleh guru untuk meningkatan kemampuan dan kreativitas sesuai dengan tahap perkembangan anak. Bidang Pengembangan Kemampuan Dasar tersebut meliputi lingkup perkembangan: (1) Berbahasa Pengembangan berbahasa bertujuan agar anak mampu mengungkapkan pikiran melalui bahasa yang sederhana secara tepat,
mampu
berkomunikasi
secara
efektif
dan
membangkitkan minat untuk dapat berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. (2) Kognitif Pengembangan
kognitif
bertujuan
mengembangkan
kemampuan berpikir anak untuk dapat mengolah perolehan belajamya, dapat menemukan bermacam-macam alternatif pemecahan masalah, membantu anak untuk mengembangkan kemampuan logika matematis dan pengetahuan akan ruang dan 39
waktu, serta mempunyai kemampuan untuk memilah-milah, mengelompokkan, serta mempersiapkan kemampuan berpikir secara teliti. (3) Fisik Pengembangan fisik bertujuan untuk memperkenalkan dan melatih gerakan kasar dan halus, meningkatkan kemampuan mengelola, mengontrol gerakan tubuh dan koordinasi serta meningkatkan keterampilan tubuh dan cars hidup sehat sehingga dapat menunjang pertumbuhan jasmani yang kuat, sehat, dan terampil.
2) Penyusunan Program Pembelajaran Dari buku Pedoman Pengembangan TK (Kemendiknas, 2010a: 17) langkah-langkah penyusunan program pembelajaran TK sebagai berikut: a) Melakukan analisis konteks: (1) Mempelajari dan mencermati standar nasional PAUD. (2) Menganalisis kondisi yang ada di TK meliputi peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana prasarana, biaya, dan program-program. (3) Menganalisis peluang dan tantangan yang ada di masyarakat dan lingkungan sekitar TK misal peran komite TK, sumber daya alam, nilai-nilai budaya yang relevan dengan nilai-nilai agama dan moral. b) Menetapkan visi, misi dan tujuan lembaga serta mengembangkannya menjadi program kegiatan nyata dalam rangka pengelolaan dan peningkatan kualitas lembaga. Visi,misi dan tujuan TK dirumuskan bersama, oleh guru, kepala TK, yayasan, dan komite TK. c) Menentukan Isi Program Pembelajaran TK. Taman Kanak-Kanak yang mempunyai program unggulan dapat mengembangkan program pembelajaran sesuai kemampuan TK, ciri khas lembaga dan karakteristik daerah.
40
d) Menentukan Alokasi Waktu Program Pembelajaran. Taman KanakKanak dapat menentukan alokasi belajar sesuai dengan kalender pendidikan yang sudah disusun dan kondisi masing-masing. e) Mengembangkan perencanaan kegiatan pembelajaran sebagai persiapan proses kegiatan yang meliputi Perencanaan Semester, Rencana Kegiatan Mingguan dan Rencana Kegiatan Harian. Perencanaan Semester dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak serta pedoman pelaksanaan. Rencana Kegiatan Mingguan dan Rencana Kegiatan Harlan (RKM dan RKH) dijabarkan dari Perencanaan Semester. Setiap guru TK berkewajiban menyusun RKM dan RKH secara lengkap dan sistematis agar kegiatan pembelajaran atau kegiatan belajar seraya bermain beriangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
3) Perencanaan Semester Perencanaan semester merupakan program pembelajaran yang berisi jaringan tema, bidang pengembangan, tingkat pencapaian perkembangan, capaian perkembangan dan indikator yang ditata secara urut dan sistematis, alokasi waktu yang diperlukan untuk setiap jaringan tema, dan sebarannya ke dalam semester 1 dan 2 (Kemendiknas, 2010b: 5-14). Langkah-langkah pengembangan program semester sebagai berikut: a) Mempelajari dokumen Kurikulum, yakni Pedoman Pengembangan
Program Pembelajaran. b) Memilih tema yang akan digunakan untuk setiap kelompok dalam
setiap semester, dan menetapkan alokasi waktu untuk setiap tema dengan memeperhatikan keluasan cakupan pembahasan tema dan minggu efektif TK. c) Identifikasi Tema menjadi Sub Tema. d) Tema-tema yang dipilih dan hasil Identifikasi tema menjadi subtema dapat dibuat dalam bentuk tabel pada setiap awal tahun pelajaran. e) Dibuat dalam tabel matriks hubungan indikator dan tema. Matriks
41
tersebut akan diisi setiap pergantian tema setelah guru menentukan indikator dari setiap kegiatan yang telah diidentifikasikan dari subtema (1) Tema Tema adalah alat untuk mengenalkan berbagai konsep, topik clan ide kepada anak didik secara utuh. Dalam pembelajaran, terra berfungsi untuk menyatukan isi kurikulum dalam satu perencanaan yang utuh (holistik), memperkaya perbendaharaan bahasa anak didik, membuat pembelajaran lebih bermakna clan membantu anak mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas. Jadi tema merupakan aktualisasi konsep minat anak yang dijadikan fokus perencanaan atau titik awal perencanaan dalam proses pembelajaran. (2) Pemilihan Tema Pemilihan tema di TK hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut. (2.1) Kedekatan, artinya tema hendaknya dipilih mulai dari tema yang terdekat dengan kehidupan anak kepada tema yang semakin jauh dari kehidupan anak. Tema secara umum sudah disusun dari hal yang terdekat dengan anak (tema "diri sendiri") sampai hal yang terjauh (tema "alam semesta"). Tetapi
secara
khusus,
kondisi
setiap
kabupaten/kota di Indonesia beragam (tidak sama). (2.2) Kesederhanaan, artinya tema dipilih mulai dari tema
42
sederhana hingga rumit. (2.3) Kemenarikan, artinya tema dipilih mulai dari tema yang menarik minat anak hingga tema yang kurang menarik. (2.4) Keinsidentalan, artinya peristiwa di sekitar anak (sekolah) yang terjadi saat pembelajaran berlangsung hendaknya
dimasukkan
ke
dalam
pembelajaran
walaupun tidak sesuai dengan tema yang dipilih hari itu
4) Perencanaan Mingguan Perencanaan mingguan disusun dalam bentuk rencana kegiatan mingguan (RKM). RKM merupakan penjabaran dari perencanaan semester yang bedsi kegiatan-kegiatan dalam rangka mencapai indikator yang telah direncanakan dalam satu minggu sesuai dengan keluasan pembahasan tema dan subtema. Perencanaan mingguan dapat disusun dalam bentuk, antara lain rencana kegiatan mingguan (RKM) model pembelajaran kelompok dengan kegiatan pengaman dan rencana kegiatan mingguan (RKM) model pembelajaran. a) RKM model pembelajaran kelompok dengan kegiatan pengaman. Komponen RKM model pembelajaran kelompok dengan kegiatan pengaman adalah sebagai berikut: (1) tema dan sub tema; (2) alokasi waktu; (3) TK Kelompok A atau B; (4) bidang pengembangan; dan (5) kegiatan per bidang pengembangan.
43
b) RKM model pembelajaran berdasarkan minat. Komponen RKM model pembelajaran berdasarkan minat adalah sebagai berikut: (1) tema dan sub tema; (2) alokasi waktu; (3) TK Kelompok A atau B; (4) sudut/area/sentra; dan (5) kegiatan per sudut/area/sentra.
5) Perencanaan Harian Perencanaan harian disusun dalam bentuk rencana kegiatan harian (RKH). RKH merupakan penjabaran dari rencana kegiatan mingguan (RKM). RKH memuat kegiatan-kegiatan pembelajaran, baik yang dilaksanakan secara individual, kelompok, maupun klasikal dalam satu hari. RKH terdiri atas kegiatan pembukaan, kegiatan inti, istirahat/makan, dan kegiatan penutup. Kegiatan pembukaan merupakan kegiatan untuk pemanasan dan dilaksanakan secara klasikal. Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain, misalnya berdoa/mengucap salam, membicarakan tema atau subtema, dan sebagainya. Kegiatan inti merupakan kegiatan yang dapat mengaktifkan perhatian, kemampuan, sosial dan emosional anak. Kegiatan ini dapat dicapai melalui kegiatan yang memberi kesempatan kepada anak untuk bereksplorasi dan bereksperimen sehingga dapat memunculkan inisiatif, kemandirian dan kreativitas anak, serta kegiatan yang dapat meningkatkan pengertian-pengertian, konsentrasi dan mengembangkan kebiasaan bekerja yang baik. Kegiatan inti merupakan kegiatan yang dilaksanakan secara individual/ kelompok. 44
Istirahat/Makan merupakan kegiatan yang digunakan untuk mengisi kemampuan anak yang berkaitan dengan makan, misalnya mengenalkan kesehatan, makanan yang bergizi, tata tertib makan yang diawali dengan cuci tangan kemudian makan dan berdoa sebelum dan sesudah makan. Setelah kegiatan makan selesai, anak melakukan kegiatan bermain dengan alat permainan di luar kelas dengan maksud untuk mengembangkan motorik kasar anak dan bersosialisasi. Kegiatan ini disesuaikan dengan kemauan anak, anak makan kemudian bermain atau sebaliknya anak bermain terlebih dahulu kemudian makan. Kegiatan penutup merupakan kegiatan penenangan yang dilaksanakan secara klasikal. Kegiatan yang dapat dilakukan pada kegiatan
akhir,
misalnya
membacakan
cerita
dan
buku,
mendramatisasikan suatu certia, mendiskusikan tentang kegiatan satu hari atau menginformasikan kegiatan esok hari, menyanyi, berdoa, dan sebagainya. Rencana kegiatan harian (RKH) dapat disusun dalam bentuk, antara
lain
RKH
model
pembelajaran
kelompok
dan
RKH
pembelajaran berdasarkan minat. a) RKH model pembelajaran kelompok Komponen RKH model pembelajaran kelompok sebagai berikut: (1) hari, tanggal, waktu; (2) indikator; (3) kegiatan pembelajaran; (4) alat/sumber belajar; (5) penilaian perkembangan anak didik. b) RKH model pembelajaran berdasarkan minat.
45
Komponen RKH model pembelajaran berdasarkan minat sebagai berikut: (1) hari, tanggal, waktu; (2) indikator; (3) kegiatan pembelajaran; (4) alat/sumber belajar; (5) penilaian perkembangan anak didik.
c. Pengajaran Efektif Perencanaan pengajaran sangat erat kaitannya dengan dengan pengajaran efektif. Penelitian dari The Effective Provision of PreSchool Education (EPPE) di Inggris Raya (Siraj-Blatchford, 2009: 156) menemukan bahwa: pedagogi yang efektif dapat menyediakan umpan balik formatif selama aktivitas perencanaan pengajaran; pedagogi yang efektif memiliki pengetahuan kurikulum dan pengetahuan perkembangan anak yang baik; kebanyakan staf yang berkualifikasi tinggi selain memberikan pengajaran langsung, juga melakukan interaksi yang lebih berssifat membimbing daripada mendominasi pemikiran anak; sebaliknya staf yang kurang berkualifikasi akan menjadi lebih baik pedagoginya jika disupervisi dan disuport oleh guru yang berkualifikasi tinggi.
Hasil
penelitian ini memberikan generalisasi pada keterlibatan orang dewasa dan anak-anak, kemampuan kognitif, dan penggunaan teknik pengajaran yang pada intinya menunjukkan bahwa perencanaan pengajaran merupakan komponen penting. Menurut Glazzard & Percival (2010: 15-18), pedagogi yang unggul memiliki beberapa pendekatan yang telah terbukti efektif selama bertahuntahun, yang terdiri dari: 1) Bermain heuristik (heuristic play) 46
Elinor Goldschmied dan rekannya mengembangkan pendekatan khusus untuk mendukung pembelajaran anak yang sangat muda.
Kata
'Heuristik' berasal dari kata Yunani 'eurisko', artinya 'saya menemukan' dan sesi bermain heuristik berarti saat-saat khusus yang terorganisir dimana pada hari itu kelompok anak-anak ditawarkan kondisi khusus untuk penemuan pembelajaran. Bermain heuristik berpotensi inklusif dan anti-diskriminatif. 2) Suara anak-anak (voice of the child) Sebagai praktisi, guru tidak boleh meremehkan suara anak baik dalam proses perencanaan atau proses penilaian. Guru harus memastikan bahwa suara anak-anak didengar, bahwa kita secara teratur berkonsultasi dengan mereka dan melihat mereka sebagai individu yang kompeten yang memiliki hak untuk mengekspresikan pandangan mereka pada semua aspek pembelajaran. 3) Perencanaan berdasarkan minat anak-anak Minat anak-anak adalah awal dari perencanaan. Praktisi yang efektif akan menggunakan minat anak-anak sebagai titik awal untuk pengembangan dan perluasan area pembelajaran. 4) Perjalanan pembelajaran (learning journeys) Pendekatan ini memungkinkan praktisi untuk mendokumentasikan bukti belajar dalam berbagai cara, termasuk penggunaan pengamatan panjang dan pendek, foto, contoh pekerjaan anak-anak dicatat, dan diskusi dengan orang tua dan anak-anak. Perjalanan belajar dibangun di atas gagasan pendekatan Reggio dan tantangan praktisi untuk
47
mendokumentasikan bukti prestasi dalam mengatur cara untuk menangkap banyaknya cara di mana anak mampu mengekspresikan diri. Ruddock (Moore, 2004: 10) mengingatkan kita bahwa pengajaran yang baik intinya adalah bersifat eksperimen dan kebiasaan. Jika praktik pengajaran terlalu melewati batas, maka akan mengerosi keingintahuan dan mencegah kemungkinan terjadinya percobaan. Menurutnya, kita perlu mengembangkan pengajaran melalui pencarian makna yang lebih baik terhadap apa yang dimaksud dengan guru; terhadap hubungan dialogis antara persepsi ruang kelas dan praktik serta konteks sosial yang lebih luas dimana persepsi dan praktik tersebut disituasikan; dan terhadap kemungkinan alternatif, baik dari praktik kita sendiri maupun dari konteks sosial yang lebih luas. 5. Tugas Guru TK a. Tugas Guru pada Umumnya Guru memiliki tugas yang banyak, baik yang terikat oleh dinas maupun di luar dinas, yakni dalam bentuk pengabdian. Apabila dikelompokkan sedikitnya terdapat tiga tugas guru, yakni tugas dalam bidang profesi, tugas kemanusiaan, dan tugas bidang kemasyarakatan. Guru merupakan profesi/jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Jenis pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang kependidikan walaupun kenyataanya masih ada yang dilakukan oleh orang di luar kependidikan. Hal inilah yang menyebabkan profesi ini paling mudah terkena pencemaran.
48
Guru sebagai profesi memiliki tugas sebagai pendidik, pengajar, dan pelatih. Mengenai hal ini Sudarwan Danim (2002: 15) mengatakan bahwa: pendidik merujuk pada pembinaan dan pengembangan afeksi peserta didik. Istilah pengajar merujuk pada pembinaan dan pengembangan pengetahuan atau asah otak-intelektual. Istilah pelatih, meskipun tidak lazim menjadi sebutan untuk seorang guru pada pembinaan dan pengembangan keterampilan atau keprigelan peserta didik, seperti yang dilakukan oleh guru keterampilan. Guru dalam hal ini memiliki tanggung jawab yang besar untuk membangun peserta didik dalam berbagai segi kehidupan, mengisi otak intelektualnya dengan berbagai ilmu pengetahuan, membentuk sikap dan perilakunya, serta membangun keterampilan untuk menjadi manusia yang terampil di segala bidang.
Tugas kedua seorang guru adalah tugas kemanusiaan, yang harus dapat menjadikan dirinya sebagai idola dan menarik simpati peserta didiknya, sehingga pelajaran yang diberikannya akan menjadi motivasi bagi siswa untuk mempelajarinya. Dengan demikian guru perlu memiliki kemampuan tentang kesadaran diri, kemampuan memotivasi diri, berempati dan keterampilan sosial yang baik. Hal inilah yang disebut kecerdasan emosional. Menurut Jamal Ma’mur Asmani (2011: 39-41), Selain sebagai aktor utama kesuksesan pendidikan yang dicanangkan, ada beberapa fungsi dan tugas lain seorang guru, antara lain: a) Educator (pendidik). Tugas pertama guru adalah mendidik muridmurid sesuai dengan materi pelajaran yang diberikan kepadanya. Sebagai seorang educator, ilmu adalah syarat utama. Membaca, menulis, berdiskusi, mengikuti informasi dan responsif tergadap masalah kekinian sangat menunjang peningkatan kualitas ilmu guru.
49
b) Leader (pemimpin). Guru juga seorang pemimpin kelas. Karena itu, ia harus bisa menguasai, mengendalikan dan mengarahkan kelas menuju tercapainya tujuan penbelajaran yang berkulitas. Sebagai pemimpin guru harus terbuka, demokratis, egaliter dan menghindari cara-cara kekerasan. c) Fasilitator. Guru bertugas memfasilitasi murid untuk menemukan dan mengembangkan bakatnya secara pesat. Menemukan bakat anak didik bukan persoalan mudah, ia membutuhkan eskperimentasi maksimal, latihan terus menerus dan evaluasi rutin. Terhadap
profesi
guru,
apalagi
masyarakat
di
pedesaan
menempatkan guru pada tempat yang lebih terhormat di lingkungannya karena dari seorang guru diharapkan masyarakat dapat memperoleh ilmu pengetahuan, tempat untuk bertanya, dan mengetahui berbagai hal atau melakukan tugas kemasyarakatan. Sehingga guru memiliki peran yang strategis di masyarakat dalam membangun dan mengembangkan masyarakat menuju masyarakat yang lebih maju. Keberadaan guru bagi suatu bangsa amatlah penting yang tidak dapat tergantikan oleh komponen manapun. Hal ini dijelaskan Uzer Usman (2009: 7) sebagai berikut semakin akurat para guru melaksanakan fungsinya, semakin terjamin tercipta dan terbinanya kesiapan dan keandalan seseorang sebagai manusia pembangunan. Dengan kata lain, potret dan wajah diri bangsa masa depan tercermin dari potret diri para guru masa kini, dan gerak maju dinamika kehidupan bangsa berbading lurus dengan citra para guru di tengah-tengah
50
masyarakat. Kesimpulan dari pendapat tersebut membuktikan bahwa guru memiliki tugas dan tangung jawab yang sangat besar dan strategis dalam memajukan suatu bangsa, dengan demikian dibutuhkan guru yang memiliki kemampuan profesional guru sehingga dapat bekerja sesuai dengan keahliannya, selalu meningkatkan dan mengembangkan kualitas keilmuannya serta mendapat pengakuan yang tinggi dari masyarakat.
b. Tugas Guru TK Agus F. Tangyong, et al. (1994: 5-6) mengatakan bahwa prinsipprinsip dasar adalah anggapan-anggapan (asumsi) yang sebaiknya dimiliki oleh guru sebagai dasar untuk melaksanakan tugasnya. Sebagai guru TK, harus mempuyai asumsi dasar tentang anak TK yang akan kembangkan. Asumsi dasar ini harus diingat oleh guru di dalam proses belajar-mengajar, karena hal tersebut turut menentukan tujuan yang hendak dicapai oleh guru dalam kegiatan mingguan maupun harian, sarana yang akan digunakan, waktu pelaksanaan, dan dalam pengorganisasian kelas. Asumsi-asumsi dasar itu adalah sebagai berikut: 1) Asumsi Dasar mengenai Anak TK a) Setiap Anak adalah Unik. Secara pribadi setiap anak akan mengembangkan pola reaksi masing-masing terhadap rangsangan yang dialaminya, dan setiap anak akan berkembang sesuai dengan tempo dan kecepatan masing-masing. Dengan demikian kecepatan perkembangan seorang anak tidak selalu sejalan demgan kawankawannya maupun dengan usia kronologgisnya; b) Anak berkembang melalui beberapa tahapan. Manusia merupakan suatu keutuhan di mana perkembangan aspek fisik, kognitif, afektif, maupun intuitif saling berkaitan. Perkembangan itu merupakan rangkaian perubahan yang bersifat maju berkelanjutan, teratur, mulai dari yang global sebelum menuju kepada yang paling sedarhana kemudian terarah de yang majemuk. Perkembangan ini 51
terjadi karena faktor kematangan dan faktor belajar yang dikarenakan pengaruh lingkungan. Perkembangan setiap manusia selalu melalui beberapa tahapan, di mana setiap tahap kehidupan mempunyai ciri masing-masing. Anak TK yang berkembang melalui tahapan dan setiap peningkatan usia kronologis, akan menampilkan ciri-ciri perkembangan yang khas; c) Setiap Anak adalah “Pelajar yang Aktif.” Belajar bagi anak adalah segala sesuatu yang dikerjakannya sedangkan “bermain” adalah wahana belajar dan bekerja bagi anak. Pada usia TK anak senang memperhatikan, mencium, menbuat suara, meraba, dan mengecap. Lingkungan demikian akan menumbuhkan minat anak dan menggiatkan mereka aktif belajar. Selain itu anak akan lebih berhasil belajar jika apa yang dipelajarinya sesuai dengan menarik, kebutuhan, dan kemampuannya. Anak lebih mudah belajar jika pengalaman belajar sejalan dengan kematangan mental mereka. Pengalaman yang berkelebihan akan menakutkan anak, tetapi sebaliknya pengalaman yang sangat minim dan basi akan membosankan anak.
2) Asumsi Dasar mengenai Peran Guru TK Menurut Agus F. Tangyong, et al. (1994: 6) mengatakan tentang Guru TK yang paling ideal adalah seorang profesional yang terdidik dan terlatih baik, serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya. Terdidik dan terlatih bukan hanya memperoleh pendidikan formal, melainkan seorang yang menguasai strategi/ teknik mendidik, memiliki pengetahuan tentang cara-cara mendidik, maupun membuat rancangan kegiatan (mingguan, harian) dan mampu mengorganisasikan kelas sehingga
menumbukan
pembiasaan-pembiasaan
secara
berkesinambungan dan konsisten. Miels (2008) menyatakan bahwa guru dalam menyukseskan program pembelajaran yang berpusat pada anak, memiliki beberapa peran sebagai berikut.
52
a) Komunikator Seorang guru TK mesti berusaha berbicara kepada anak-anak seccara teratur. Selain berbicara, juga harus bisa mendengarkan. Proses mendengarkan harus menggunakan waktu
setengah dari
proses komunikasi. b) Fasilitator Seorang guru TK berfungsi juga sebagai fasilitator pembelajaran yang harus memiliki perhatian terhadap lingkungan kelas c) Pelatih (coach) Sebagai pelatih, guru TK berfungsi sebagai pendorong yang memberikan saran, pilihan, dan mengobservasi aktivitas kelas. d) Teladan (model) Peran teladan adalah peran yang paling signifikan dari seorang guru TK. Sangat penting seorang guru berlaku seperti apa yang diminta kepada murid-muridnya. e) Pengelola waktu (keeper of the watch) Guru harus mengelola waktu dalam kegiatan pembelajaran agar setiap aktivitas terkelola seuai waktu yang direncanakan. f) Pendongeng (story teller) Guru berperan sebagai pencerita segala fenomena kepada anak-anak. Anak-anak akan merasa lebih tertarik terhadap pembelajaran jika guru mampu membawakannya secara menarik.
g) Peneliti (researcher) 53
Seorang guru mesti mampu menelaah bagaimana respon anak-anak terhadap
kegiatan
pembelajaran
untuk
memperbaiki
proses
berikutnya. 6. Masa Kerja Masa kerja adalah lamanya waktu yang pernah dijalani pegawai atau karyawan dalam suatu kantor atau perusahaan. Lamanya bekerja dilihat dari banyaknya tahun yaitu sejak pertama kali seseorang diangkat menjadi pegawai atau karyawan. Menurut Sumarmi (Imam Bukhori, 2009: 165), dari pengalaman yang semakin tinggi maka kemahiran dalam menyelesaikan pekerjaannya akan semakin cepat. Karenanya, masa kerja yang dijalani seseorang pasti memberikan sebuah pengalaman kerja, yang kemudian berpengaruh terhadap tingkat profesionalitas seseorang. Menurut Widjaya (Imam Bukhori, 2009: 165), masa kerja merupakan bagian yang dapat dikhususkan sebagai suatu pengalaman bisa secara langsung ataupun tidak langsung. Pengalaman secara langsung yaitu pengalaman yang diperoleh seorang pegawai selama bekerja pada tempat bekerjanya sedangkan pengalaman secara tidak langsung adalah pengalaman yang diperoleh pegawai pada waktu tidak berada pada tempat kerjanya. Hanya
kegiatan-kegiatan
orang
yang
bermotivasikan
kebutuhan
ekonomis sajalah yang bisa dikatakan sebagai kerja (Pandji Anoraga, 2001: 12), sedangkan Brown berpendapat bahwa kerja itu sesungguhnya merupakan bagian penting dari kehidupan manusia, sebab aspek kehidupan yang memberikan status kepada masyarakat (Pandji Anoraga, 2001: 13).
54
Menurut Triguno (1997: 67) kerja itu ibadah, baik, suatu kepuasan, menyenangkan, suatu tantangan, suatu kebutuhan hidup, selalu dengan orang lain (oleh karena itu setiap orang harus saling menghormati, menyayangi, mempercayai), dan harus mempunyai tujuan. Apabila seseorang yang sedang melaksanakan pekerjaan mempunyai pandangan seperti tersebut di atas akan terbiasa bekerja dengan baik. Kebiasaan kerja yang baik akan menentukan hasilnya. Oleh karena itu, setiap pekerja hendaknya mempunyai pengalaman kerja yang lebih baik. Budaya kerja adalah suatu falsafah yang didasari oleh pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan kekuatan pendorong, membudaya dalam kehidupan suatu kelompok masyarakat atau organisasi, kemudian tercermin dari sikap menjadi perilaku, kepercayaan, citacita, pendapat dan tindakan yang terwujud sebagai “kerja” atau “bekerja” (Triguno, 1997: 3). Dalam konteks guru, Marsh (2010: 350) membagi beberapa tingkatan dalam masa kerja guru sebagai berikut: a) Pemula (tahun pertama mengajar) -
Shock realitas, trial dan eror
-
Penemuan, antusiasme
b) Stabilisasi (2-5 tahun mengajar) -
Pembentukan karir
-
Pengajaran lebih banyak berpusat pada instruksi
-
Percaya diri tinggi
-
Sedikit masalah kedisiplinan
-
Perhatian terhadap kebebasan
55
c) Diversifikasi dan perubahan (5-15 tahun mengajar) -
Percobaan untuk meningkatkan efektivitas
-
Pencarian untuk tantangan baru
-
Kesediaan untuk mengambil tanggung jawab baru
d) Inventarisasi (12-20 tahun mengajar) -
Kebosanan pada rutinitas mengajar
-
Pertimbangan perubahan karir
e) Serenity (15-30 tahun mengajar) -
Ambisi karir berkurang
-
Tingginya tingkat kemandirian dan kepercayaan diri
-
Peningkatan jarak terhadap siswa
f) Konservatisme (30-40 tahun ajaran) -
Bersikap negatif terhadap siswa
-
Bersikap negatif terhadap rekan-rekan guru dan administrator
-
Sinisme tentang upaya reformasi
g) Pelepasan (34-45 tahun mengajar) -
Penyaluran energi untuk kegiatan luar
-
Persiapan untuk pensiun
B. Kajian Penelitian yang Relevan Penelitian oleh Suparjo (2008) yang berjudul Hubungan Pendidikan, Masa Kerja, dan Motivasi dengan Kenerja Guru SMP se-Kecamatan Purwojati Kabupaten Banyumas bertujuan untuk mengungkapkan hubungan tingkat pendidikan, masa kerja, dan motivasi dengan kinerja guru SMP se Kecamatan Purwojati Kabupaten Banyumas. Penelitian ini menghasilkan empat kesimpulan, yaitu : (1) tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan 56
guru dengan kinerja guru sebab p lebih kecil dari signifikansi yang ditentukan yaitu 0,050<0,198, (2) ada hubungan antara masa kerja guru dengan kinerja guru sebab p lebih besar dari singnifikansi yang ditentukan yaitu 0,050>0,007, (3) ada hubungan antara motivasi dengan kenerja guru sebab p lebih besar dari signifikansi yang ditentukan yaitu 0,050>0,000, dan (4) ada hubungan antara tingkat pendidikan, masa kerja, dan motivasi guru dengan kenerja guru sebab p lebih besar dari signifikansi yang ditentukan yaitu 0,050>0,000. Kinerja guru SMP se kecamatan Purwojati Kabupaten Banyumas dapat dikategorikan amat baik 24,14%, baik 65,52%, dan sedang 10,34%. Penelitian oleh Budi Sutrisno (2011) yang berjudul Hubungan Antara Efektifitas Manajemen Pembelajaran dan Etos Kerja Anggota MGMP Dengan Profesionalitas Guru memberikan hasil penelitian terdapat hubungan yang signifikan antara efektivitas manajemen pembelajaran dengan etos kerja sebesar 0,815, berarti terdapat hubungan yang sangat kuat. Begitu pula antara efektivitas manajemen pembelajaran dengan profesionalitas guru, yaitu sebesar sebesar 0,431, berarti terdapat hubungan yang cukup kuat. Terdapat juga hubungan yang signifikan antara etos kerja dengan profesionalitas guru sebesar 0,653, berarti terdapat hubungan yang sangat kuat.
Besarnya
hubungan antara efektivitas manajemen pembelajaran dan etos kerja secara simultan terhadap profesionalitas guru adalah sebesar 0,675 atau ry,x1,x2 = 0,675 hal ini menunjukkan pengaruh yang kuat. Sedangkan kontribusi secara simultan variabel efektivitas manajemen pembelajaran (X1) dan etos kerja (X2) terhadap profesionalitas guru (Y) = R2 x 100% atau 0,6752 x 100% = 45,6%, sedangkan sisanya 54,4% ditentukan oleh variabel lain. 57
Maman Syurman (2011) melakukan penelitian berjudul Kontribusi Fungsi Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kompetensi Profesional Guru Terhadap Manajemen Mutu Pembelajaran Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Tasikmalaya yang meneliti seberapa besar kontribusi fungsi kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi profesional guru terhadap manajemen mutu pembelajaran. Dengan demikian tinjauan penelitian ini untuk mengetahui dan memahami gambaran nyata tentang: (1) fungsi kepemimpinan kepala sekoah, (2) kompetensi profesional guru, (3) besarnya kontribusi fungsi kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi profesional guru terhadap manajemen mutu pembelajaran pada SMA Negeri se-Kota Tasikmalaya. Penjaringan data melalui instrumen berupa kuesioner penelitian yang dibagikan kepada responden sesuai jumlah sampel penelitian. Hasil penelitian menunjukan, bahwa: (1) fungsi kepemimpinan kepala sekolah berkorelasi dengan r sebesar 0,744 dengan tingkat hubungan “kuat”, dan memberikan kontribusi dengan nilai koefisien determinasi sebesar 55,3%, (2) kompetensi profesional guru berkorelasi dengan tingkat hubungan “cukup kuat” dan memberikan kontribusi dengan nilai koefisien determinasi sebesar 22,6%, (3) fungsi kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi profesional guru berkorelasi dengan r sebesar 0,829 dengan tingkat hubungan “kuat”. Bentuk hubungan antara ketiga variabel digambarkan dengan persamaan regresi
=0,186+0,504 X1+0,376 X2. Rekomendasi dari penelitian ini
adalah: (1) melalui pendekatan fungsi kepemimpinan, kepala sekolah dapat meningkatakan prakarsa melalui analisis SWOT demi kemajuan lembaga yang dipimpinnya dan manajemen mutu pembelajaran, (2) dengan
58
kompetensi profesional, idealnya guru dapat menyelesaikan permasalahan pembelajaran dan mampu menumbuh kembangkan mutu pembelajaran yang terukur terutama melalui faktor tindakan perbaikan pembelajaran, (3) terkait dengan manajemen mutu pembelajaran tugas guru dapat mengelola pembelajaran bermutu dengan memperhatikan standar oprasional prosedur (SOP) yang meliputi penetapan target dan tujuan yang jelas, menciptakan situasi belajar yang sehat dan kompetitif, remedial program, dan memberi pengalaman belajar sukses kepada peserta didik disertai aspek tindakan yang efektif dan rencana manajemen perubahan dalam pembelajaran. Beberapa penelitian di atas mengkaji dan mengungkap objek yang berbeda dengan penelitian ini. Penelitian ini memiliki obyek yaitu masa kerja, pelaksanaan tugas administratif, dan kualitas pembelajaran. Selain itu, penelitian ini dilakukan pada tempat yang berbeda. Penelitian ini dilakukan di TK Budi Mulia Dua Condong Catur Yogyakarta. Penelitian ini juga berbeda dengan penelitian di atas dalam hal subyek penelitian karena penelitian ini adalah penelitian populasi yang tidak memerlukan statistik inferensi dan terbatas berlaku pada TK Budi Mulia Dua Condong Catur Yogyakarta saja.
C. Kerangka Pikir Pembelajaran melibatkan tiga unsur penting, yaitu kurikulum, guru dan siswa. Dalam mengimplementasikan kurikulum, guru merupakan ujung tombak yang dapat membawa ke mana arah
pembelajaran yang
dilangsungkan. Penelitian yang dilakukan oleh Archer (1999: 23) dan Abel & Smith (2003: 478) menunjukkan bahwa guru memiliki pengaruh yang paling
59
penting terhadap kemajuan murid. Persiapan guru berkorelasi kuat dengan pencapaian murid. Pelaksanaan tugas administratif yang telah direncanakan oleh guru adalah wujud pelaksanaan dari persiapan yang dilakukan guru untuk mengajar. Rencana tugas administratif akan dieksekusi dalam pelaksanaan di kelas. Diharapkan guru yang melaksanakan pembelajaran sesuai tugas adminintratif yang telah disusun akan membuat kegiatan pembelajaran semakin baik yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas pembelajaran. Masa kerja seorang guru juga berkaitan dengan pengalaman menjadi seorang guru. Pengalaman melakukan tugas profesi seorang guru akan dipengaruhi oleh masa kerja guru tersebut. Jika seorang guru telah lama bertugas, diharapkan pengalaman mengajarnya dan pengalaman berkaitan profesi guru juga semakin banyak. Semakin banyaknya pengalaman seorang guru juga akan mempengaruhi kualitas pembelajaran yang diampunya. Diharapkan dengan semakin banyak pengalaman berprosfesi sebagai guru, maka pengalaman-pengalaman tersebut akan berguna untuk membantu guru melakukan
kegiatan
pembelajaran
dengan
baik
sehingga
kualitas
pembelajaran akan meningkat. Namun seperti yang diuraikan dalam pembatasan masalah bahwa diantaranya adalah masalah mengenai tugas administratif guru TK dibuat terkadang belum maksimal dalam hal perencanaan pembelajaran sehingga menyita waktu guru TK untuk mempersiapkan pembelajaran, serta apakah ada hubungannya dengan masa kerja sehingga diduga memiliki hubungan pada kualitas pembelajaran. 60
Oleh karena itu penelitian ini mencoba mengetahui sejauhmana hubungan antara masa kerja dan tugas administratif guru TK dengan kualitas pembelajaran yang dihasilkan oleh guru TK. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan penelitian mengenai hubungan antara masa kerja dan tugas administratif Guru TK dan kualitas pembelajaran Di TK Budi Mulia Dua. Berikut ini adalah gambar yang menunjukkan kerangka pikir dalam penelitian ini.
Tugas Administratif (pelaksanaan) Masa Kerja Tugas-Tugas Guru TK
Kualitas Pembelajaran
Gambar 1. Kerangka Pikir
D. Pertanyaan Penelitian Dari rumusan masalah dan kerangka pikir di atas, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
61
1.
Berapa besar hubungan antara masa kerja dan pelaksanaan tugas administratif dengan kualitas pembelajaran?
2.
Berapa besar hubungan antara masa kerja dengan kualitas pembelajaran?
3.
Berapa besar hubungan antara pelaksanaan tugas administratif dengan kualitas pembelajaran?
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis atau Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah korelasional. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dilaksanakan dengan melakukan observasi dan kajian dokumen kepada responden.
B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di TK Budi Mulia Dua Condong Catur Yogyakarta. Waktu penelitian berlangsung selama kurang lebih 3 bulan yaitu pada bulan Februari-April 2012.
C. Subyek Penelitian
62