BAB II LANDASAN PENCIPTAAN Manusia oleh Sang Pencipta diposisikan sebagai makhluk hidup yang sempurna dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya. Jika binatang melakukan sesuatu berdasarkan instink dan bersifat ajeg maka manusia dengan menggunakan rasa mampu mengungkapkannya dengan bentuk yang berbeda-beda. Ia memiliki daya cipta yang menghasilkan inovasi dan kreatifitas Dalam tinjauan psikologi manusia termasuk makhluk yang memiliki watak reaktif manakala ada rangsangan yang datang. Reaksi diperlihatkan dalam ekspresi yang berbeda-beda karena faktor psikologis masing-masing. Cara tertawa untuk meluapkan perasaan gembira terjadi dengan modus yang tak selalu sama. Ada yang mengungkapkanya dengan ledakan tawa lepas tanpa beban dan ada pula yang hanya senyum dikulum. Marah yang merupakan pembebasan batin seseorang dalam menanggapi rangsangan entah itu dari dalam diri maupun dari luar, juga dinyatakan dalam modus yang bervariasi. Pada umumnya marah memiliki ekses negatif tetapi dalam kondisi tertentu ia dapat memiliki unsur positif karena memberi seseorang cara untuk melampiaskan perasaan negatif atau memotivasi untuk mendapatkan pemecahan suatu masalah (www.apa.org /topics/anger/index.aspx) Marah merupakan bagian dari perasaan manusia yang diungkapkan berbeda-beda satu dengan yang lain tergantung pada seberapa jauh mereka dapat mengendalikan dirinya. Saat seseorang telah kehabisan kesabaran, maka rasa marahpun keluar sebagai pembebasan batin atas pemicu kemarahan tersebut. Pengungkapan marah itu dapat berupa tindakan fisik, kata-kata, atau sikap. Marah dapat dialami oleh siapapun tanpa memandang batas usia, jenis kelamin, kedudukan, suku maupun ras. a.
Simbol Kata simbol berasal dari Yunani “symbolos” yang berarti tanda pengenal
atau lencana. Symbolos di Yunani digunakan sebagai bukti identitas untuk
6
7
mengikat persahabatan, sebuah batu atau mata uang dibelah sehingga pemegang setiap potongan mempunyai bukti konkret dari persahabatan mereka. Symbolos melambangkan 2 orang atau lebih, merupakan tanda nyata dari sesuatu yang tidak kelihatan, perkawinan, persahabatan, saling percaya mempercayai (Sastro Pratejo, 1982 : 55). Pengertian lainnya dimana simbolisme merupakan wujud analogi yang dipilih oleh senimannya untuk mewakili ide-ide abstraknya. Dari uraian diatas memberikan sesuatu pengertian bahwa simbolisme merupakan hal-hal yang erat hubungannya dengan hasil karya perilaku menusia lewat gagasan, ide-ide yang dibentuk sebagai hasil karya manusia. Dalam hal ini pernyataan simbolis menurut Suryo Soeradjijo adalah suatu wujud visual sebagai analogi yang mewakili ide abstrak senimannya (Suryo Soeradjijo, 1988). Simbol seni dalam buku Bunga Rampai Seni oleh Suryo Suradjijo ditulis bahwa simbol seni adalah bentuk ekspresif itu sendiri. Ia adalah suatu simbol dalam suatu arti yang lazim, karena ia tidak menyampaikan sesuatu dari dirinya sendiri. Oleh karenanya, ia tidak dapat dikatakan dengan tegas mempunyai “arti” yang ia miliki ialah “makna” (Suryo Suradjijo, 1985:41). Tetapi, A. Sudiarja didalam buku Manusia Multi Dimensional mengungkapkan bahwa simbol seni bukanlah suatu susunan, jadi tak dapat dikatakan teratur atau tidak teratur. Simbol seni adalah satu dan utuh, karena itu ia tidak dapat menyampaikan “makna” (meaning) untuk “dimengerti”, melainkan “pesan” (import) untuk “diresapkan”. (A. Sudiarja. 1982: 77). A. Sudiarja juga mengungkapkan
bahwa terhadap
“makna” orang hanya dapat mengerti atau tidak mengerti, tetapi terhadap “pesan” dari seni orang dapat tersentuh secara lemah dan secara intensif. Sehingga dalam hal ini terdapat elastisitas yang luas terhadapa peresapan “ pesan” seni itu. b. Distorsi Distorsi adalah penggambaran bentuk yang menekankan pada pencapaian karakter, dengan cara menyangatkan wujud-wujud tertentu pada benda atau objek yang digambar. (Dharsono Sony Kartika, 2004 : 42). Menurut Suryo Suradjijo dalam buku pegangan kuliahnya mengatakan bahwa distorsi adalah pengubahan
8
bentuk yang bertujuan untuk lebih menonjolkan karakteristik visual objek, sehingga mendapatkan bentuk menjadi sempurna atau mungkin mendapatkan bentuk lain yang sesuai dengan konsep estetik senimannya. (Suryo Suradjijo, 1996 : 77). Sedangkan menurut Mike susanto, distorsi adalah perubahan bentuk, penyimpangan, keadaan yang dibengkokkan. Pada keadaan tertentu dalam berkarya seni dibutuhkan karena merupakan salah satu cara mencoba menggali kemungkinan-kemungkinan lain pada suatu bentuk atau figur. (Mike Susanto, 2001 : 33). c.
Abstrak dan Abstraksi Abstrak adalah sifat pemahaman mengenai sebuah kualitas atau hubungan
itu kurang lebih bersifat umum yang berada di luar data yang ada di depan kita.. Penyajian-penyajian pemahaman bersifat abstrak kalau tidak ada kaitan dengan intuisi inderawi. Penyajian-penyaian pemahaman itu menghubungkan objek tanpa ciri-ciri individual. Karena itu, representasi abstrak dapat disebut sebagai konsep penyandang (subjek) dan suatu bentuk (misal manusia). Representasi abstrak dapat juga disebut konsep formal. Konsep semacam ini menggambarkan bentuk tanpa penyandang (misalnya kemanusiaan, kepribadian) (Lorens Bagus, 2002: 6). Abstraksi merupakan sebuah proses yang ditempuh pikiran untuk sampai pada konsep yang bersifat universal. Proses ini berangkat dari pengetahuan mengenai objek, individual yang bersifat spasiotemporal (ruang dan waktu). Pikiran melepaskan sifat individual dari objek dan bentuk konsep universal. Drs. Suryo Suradjijo dalam bukunya mengungkapkan abstraksi ialah bentuk murni yang diabstraksikan dari detail-detail yang diambil atau mungkin yang lepas dari alam. Abstraksi akan memasukkan bentuk ekspresi yang membuang image fenomenal dan menyadarkan pada unsur-unsur ekspresional yang konsepsional, metafisikal, musykil (rumit dan sulit dimengerti) dan mutlak. Kenyataan bahwa image-image semacam itu diekspresikan sebagai tanda-tanda atau simbol-simbol konkret (komposisi-komposisi, garis volume, warna dan lain sebagainya) tidaklah melemahkan penggunan kata abstrak. Istilah kita tidak hanya
9
menyangkut original dan proses kreasinya (Suryo Suradjijo, 1985: 20). d. Warna Warna merupakan suatu elemen-elemen dasar yang sangat sensitif karena kualitasnya, sangat peka terhadap reaksi emosional. Warna merupakan suatu elemen yang sangat mempunyai emosi, atau mempesona langsung dan segar (Ocvrik, 1962: 38). Warna adalah kesan yang diperoleh mata dari cahaya yang dipantulkan oleh benda-benda yang dikenainya (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Warna adalah kesan yang diperoleh mata dari cahaya yang dipantulkan benda-benda yang dikenainya; corak rupa seperti merah, biru, hijau, dan lain-lain. Peranan warna sangat dominan pada karya seni rupa, hal ini dapat dikaitkan dengan upaya menyatakan gerak, jarak, tegangan (tension), deskripsi alam (naturalisme), ruang, bentuk, ekspresi atau makna simbolik dan justru dalam kaitan yang beraneka ragam ini kita akan melihat betapa kedudukan warna dalam seni rupa. Zat warna didapatkan dari perpaduan pigmen yang berupa bubuk halus, kemudian disatukan dengan binder (zat pengikat) atau paint vehicle (pembawa pigmen) (Mike Susanto, 2002 : 113). Ahli fisiologi dan psikologi menjelaskan ada empat warna primer : merah, hijau, kuning dan biru. Walaupun tidak diketahui secara pasti mengapa orangorang menyukai warna dan kombinasi warna tertentu. Tetapi yang jelas, setiap warna mempunyai karekter atau sifat yang berbeda-beda. Bahkan sejak dahulu warna diketahui mempunyai pengaruh terhadap manusia, namun baru belakangan ini penggunaannya telah dimanfaatkan secara meluas dalam dunia otomotif, busana, permainan dan sebagainya. Warna dan psikologinya : MERAH Warna ini melambangkan keadaan psikologi yang mengurangkan tenaga, mendorong makin cepatnya denyut nadi, menaikkan tekanan darah dan mempercepat pernafasan. Warna ini mempunyai pengaruh produktivititas, perjuangan, persaingan dan keberanian. Warna ini melambangkan kekuatan
10
kemauan atau cita-cita. Sifatnya : Agresif, Aktif, Eksentrik. Pengaruhnya : Berkemauan keras, penuh gairah, dominasi, jantan. BIRU Warna ini melambangkan ketenangan yang sempurna. Mempunyai kesan menenangkan pada tekanan darah, denyut nadi, dan tarikan nafas. Sementara semua menurun, mekanisme pertahanan tubuh membangun organisme. Warna ini melambangkan perasaan yang mendalam. Sifatnya : Konsentrasi, kooperatif, cerdas, perasa, integratif. Pengaruhnya : Tenang, Bijaksana, Tidak Mudah Tersinggung, Ramai kawan. Bertahan, Protektif, Tidak Berubah fikiran. Pengaruhnya : Keras Kepala, teguh, sering bangga diri, berpendirian tetap. Respon Psikologi: Kepercayaan, konservatif, keamanan, tehnologi, Kebersihan, Keteraturan. HITAM Warna ini melambangkan kehidupan yang terhenti dan karenanya memberi kesan kehampaan, kematian, kegelapan, kebinasaan, kerusakkan dan kepunahan.
2.2 Kajian Pustaka 1. Pengertian Marah Menurut
Al-Ghazali
dalam
bukunya
Ihya
Ulumuddin,
pada
hakikatnya marah merupakan gejolak hati yang mendorong agresifitas. Energi marah ini meledak untuk mencegah timbulnya hal-hal negative, juga sebagai pembalasan akibat hal-hal negative yang telah menimpa seseorang. Psikolog William James mengemukan bahwa manusia adalah makhluk reaktif di mana semua perangsang dari luar menyebabkan timbulnya reaksi-reaksi itu. Unsurunsur terpenting dari perbuatan bukanlah bayang-bayang dunia luar seperti psikologi asosisasi, melainkan refleks senso motoris, yakni penerimaan perangsang dari dunia luar itu ditambah dengan reaksi yang berwujud gerakan-gerakan. Manusia dipandang sebagai jasad (organisme) yang bereaksi seluruhnya terhadap perangsang-perangsang (Abu Ahmadi-M Umar, 1992: 33).
11
Menurut Crow & Crow (1958) emosi adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku. Marah merupakan energi negatif dari suatu bentuk ungkapan emosi (Sarlito, 1982: 59). Karena kondisi energi negatif itu berbeda satu dengan lainnya maka ungkapan emosi seseorang itu dinyatakan dalam bahasa tubuh maupun kata-kata serta tindakan fisik yang sangat variatif. Kemarahan adalah salah satu bentuk katarsis yang biasanya diikuti dengan egoisme, perasaan jengkel, benci, gusar, kecewa, menutupi kesalahan/ kekurangan dan menyalahkan pihak lain. Sejalan dengan rasa marah ini, maka seseorang yang mengalaminya akan mudah sekali kehilangan akal sehat dan kontrol diri. Seorang berkepribadian reaktif, impulsif, dan berpola pikir negatif akan cenderung mudah kehilangan kendali atas perasaannya. Akibatnya bila bentuk perasaan itu adalah kemarahan, maka yang bersangkutan bisa nampak seperti orang yang kehilangan kepribadian. Menurut kacamata psikologi, marah adalah bagian dari emosi. Di antara sekian banyak emosi, seperti gembira dan sedih, marah dikategorikan sebagai emosi yang negatif. Sebagaimana yang diungkapkan psikolog Alva Handayani, penyebab marah berbeda-beda pada tiap orang, tapi umumnya terjadi karena frustasi, tersinggung, atau memang karena temperamen. Ekspresi marah yang segera karena sesuatu penyebab adalah wajar dan hal ini kadang menyulitkan karena secara kultural ekspresi marah tidak diperbolehkan. Oleh karena itu marah sering diekspresikan secara tidak langsung. Marah adalah pengalaman emosi yang kuat dari individu dimana hasil/ tujuan yang harus dicapai terhambat. Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal. Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu orang lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya. Marah acapkali disimbolisasikan dengan warna merah sebagaimana ungkapan sehari-hari seseorang yang menggambarkan kondisi muka
12
seseorang yang merah padam sebagai ungkapan kemarahan. Pada budaya bangsa lain juga ada kesamaan dalam mensimbolisasikan marah melalui warna merah sebagaimana dalam Color Symbolism and Culture yang menyatakan Color also represents feelings, people, countries, cultures, and color symbolism. In the western world, the color red is seen frequently of symbolizing
anger
or
aggression
(www.princetonol.com
/groups/iad
/lessons/middle/color2.htm). Jika ekspresi emosional ini muncul maka semua rasa takut serasa tersingkirkan. Begitu berani untuk mendorong melakukan sesuatu yang mengarah untuk memuaskan hati. Dalam stuasi tertentu marah juga bisa berubah jadi hitam, reaksi kemarahan seseorang yang sudah tak terkendali membuat seseorang tidak dapat berfikir jernih, tidak dapat membedakan baik buruknya atas bentuk pengungkapan emosionalnya. Marah adalah sebuah tarian. Tarian jiwa dari seseorang yang bergerak mengikuti ketidak selarasan antara peristiwa/kejadian dengan keinginan. Pengungkapan marah berupa keinginan/hasrat berbentuk refleksi gerak baik secara spontan, ungkapan komunikasi kata-kata, dan gerak-gerak maknawi maupun
bahasa
tubuh/gesture
memungkinkan
orang
yang
marah
mengekspresikan perasaannya dengan maksud atau tujuan marahnya. Dalam ilmu komunikasi, marah adalah salah satu bentuk dari komunikasi seseorang. Jika seseorang sedang marah pada hakekatnya dia sedang
berupaya
menyampaikan
pesan
kepada
orang
lain
yang
menggambarkan kondisi psikisnya. Bentuk penyampaiannya berbeda-beda, tergantung pada situasi internal masing-masing individu di samping lingkungan dan kondisi sosial budaya yang membentuknya. Menurut ahli psikologi Charles Spielberger, Ph.D., yang mengambil
spesialisasi studi
tentang marah, marah adalah suatu perilaku yang normal dan sehat yakni sebagai salah satu bentuk ekspresi emosi manusia.
2.3 Proses Pengkaryaan Dalam proses pengkaryaan, penggubah membagi dalam beberapa tahapan :
13
A. Persiapan Pada proses ini, penggubah memmulai dengan merancang karya melalui
proses
sketsa,dan
dilanjutkan
mengumpulkan
materi-materi
pendukung berdasarkan pertimbangan karakter, estetika dan waktu, kemudian dituangkan dalam karya yang akan digubah. B. Pelaksanaan Dalam proses ini, penggubah mewujudkan sketsa melalui fotografi yang selanjutnya diproses secara digital menggunakan software Photoshop CS5 proses tersebut meliputi pembentukan background, pemilihan warna dan object pendukung C. Penyelesaian Tahapan ini penggubah konsentrasi pada pemilihan media cetak dan penulisan pengantar karya.