BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Interpretasi Interpretasi atau penafsiran adalah proses komunikasi melalui lisan atau gerakan antara dua atau lebih pembicaraan yang tidak dapat menggunakan simbol-simbol yang sama, baik secara simultan (dikenal sebagai interpretasi simultan) maupun berurutan (interpretasi berurutan). Interpretasi hanya digunakan sebagai suatu metode jika dibutuhkan. Jika suatu objek (karya seni, ujaran, dll), cukup jelas maknanya, objek tersebut tidak akan mengundang suatu interpretasi. Istilah interpretasi sendiri dapat merujuk pada proses penafsiran yang sedang berlangsung atau hasilnya (Wikipedia bahasa Indonesia). Suatu interpretasi dapat merupakan bagian dari suatu presentasi atau penggambaran informasi yang diubah untuk menyesuaikan dengan suatu kumpulan simbol spesifik. Informasi itu dapat berupa lisan, tulisan, gambar, matematika, atau berbagai bentuk bahasa lainnya. Makna yang kompleks dapat timbul sewaktu penafsir baik secara sadar maupun tidak melakukan rujukan silang terhadap suatu objek dengan menempatkannya pada kerangka pengalaman dan pengetahuan yang lebih luas (Wikipedia bahasa Indonesia). 2.1.2 Tanda Tanda adalah perangkat yang dipakai dalam upaya mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia, dan bersama-sama manusia. Suatu tanda menandakan sesuatu selain dirinya sendiri, untuk menghasilkan makna, dan
Universitas Sumatera Utara
makna (meaning) ialah hubungan antara suatu objek atau ide dan suatu tanda (Littlejohn, dalam Sobur 2004:64). 2.1.3 Simbol Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia karangan WJS Poerwadarminta disebutkan, simbol atau lambang adalah semacam tanda, lukisan, perkataan, lencana, dan sebagainya, yang menyatakan sesuatu hal, atau mengandung maksud tertentu. Berbeda pula dengan tanda (sign), simbol merupakan kata atau sesuatu yang bisa dianalogikan sebagai kata yang telah terkait dengan : 1. Penafsiran pemakai 2. Kaidah pemakaian sesuai dengan jenis wacananya 3. Kreasi pemberian makna sesuai dengan intensi pemakainya. Simbol yang ada dalam dan berkaitan dengan ketiga butir tanda tersebut berbentuk simbolik (Peirce dalam Sobur, 2004:52). Simbol atau lambang merupakan salah satu kategori tanda (sign). Dalam wawasan Peirce, tanda (sign) terdiri atas ikon (icon), indeks (index), dan simbol (symbol). Hubungan butir-butir tersebut oleh Peirce digambarkan sebagai berikut : Icons Signs
Index (indices) Symbols
Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Tato Ensiklopedia Indonesia (1984:241) menjelaskan bahwa tato merupakan lukisan permanen pada kulit tubuh. Tato merupakan produk dari body decorating dengan menggambarkan kulit tubuh dengan alat tajam berupa jarum, tulang dan sebagainya kemudian bagian tubuh yang digambar tersebut diberi zat pewarna atau pigmen berwarna- warni.
2.2 Landasan Teori Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori semiotik. Semiotik atau
semiologi merupakan terminologi yang merujuk pada
ilmu yang sama. Istilah semiologi lebih banyak digunakandi Eropa sedangkan semiotik lazim dipakai oleh ilmuwan Amerika. Istilah yang berasal dari Yunani, semion yang berarti “tanda” atau sign dalam bahasa Inggris adalah ilmu yang mempelajari sistim tanda seperti, bahasa, kode, sinyal, dan sebagainya. Secara umum semiotik, didefinisikan sebagai teori falsafah umum yang berkenaan dengan produksi tanda-tanda dan simbol-simbol sebagai bagian dari sistim kode yang digunakan untuk mengkomunikasikan informasi. Semiotik meliputi tandatanda visual dan verbal serta tactile dan olvactori (semua tanda atau sinyal yang bisa diakses atau diterima oleh seluruh indra yang kita miliki) ketika tanda-tanda terbentuk, sistim kode yang secara sistematis akan menyampaikan informasi atau pesan secara tertulis di setiap kegiatan dan perilaku manusia. Awal mulanya konsep semiotik diperkenalkan oleh Ferdinand de Saussure melalui dikotomi sistim tanda, signified dan signifier atau signified and
Universitas Sumatera Utara
significant yang bersifat atomistis. Konsep ini melihat bahwa makna muncul ketika ada hubungan yang bersifat assosiasi antara yang ditandai(signified) dengan yang menandai(signifier). Tanda adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda (signifier) dengan sebuah ide atau petanda (signified). Dengan kata lain, penanda adalah “bunyi yang bermakna” atau “coretan yang bermakna.” Jadi penanda adalah aspek material dari bahasa, yaitu dari apa yang dikatakan atau yang didengar atau dari apa yang ditulis dan dibaca. Petanda adalah gambaran mental, pikiran atau konsep. Jadi petanda adalah aspek mental dari bahasa (Barthes, dalam Sobur 2001:180). Suatu penanda tanpa petanda tidak berarti apaapa , karena itu tidak merupakan tanda. Sebaliknya suatu petanda itu dapat dapat disampaikan atau ditangkap lepas dari penanda. Petanda atau yang ditandakan itu termasuk tanda sendiri dan dengan demikian merupakan suatu faktor linguistik. Penanda dan petanda merupakan kesatuan seperti kedua sisi dari sehelai kertas. Louis Hjelmslev, seorang penganut Saussuran, berpandangan bahwa sebuah tanda tidak hanya mengandung hubungan internal antara aspek material (penanda) dan konsep mental (petanda), namun juga mengandung hubungan antara dirinya dengan sebuah sistim yang lebih luas di luar dirinya. Bagi Hjelmslev, sebuah tanda lebih merupakan selfreflective dalam artian bahwa sebuah penanda dan sebuah petanda masing-masing harus secara berturut-turut menjadi kemampuan dari ekspresi dan persepsi. Sama seperti Louis Hjelmslev, Roland Barthes pun merupakan pengikut Saussurean yang berpandangan bahwa sebuah sistim tanda yang mencerminkan asumsi-asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam waktu tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Definisi tanda Pierce adalah : A sign, or representamen, is something which stands to somebody for something in some respect or capacity. It addressed somebody, that is, creates in the mind of that person an equivalent sign which perhaps a more developed sign. That sign which it creates I call interpretant of the first sign. The sign stands for something, its objectit stands for that object not in all respects, but in reference to a sort of idea. Suatu tanda atau representamen adalah sesuatu yang bagi seseorang mewakili sesuatu yang lain dalam kaitan atau kapasitas tertentu. Tanda mengarah kepada seseorang yakni, menciptakan penafsiran dalam pikiran orang lain, suatu tanda lain yang setara atau suatu tanda atau suatu tanda yang lebih berkembang. Tanda yang tercipta itu disebut interpretant dari tanda yang pertama. Suatu tanda yang pertama mewakili suatu objek. Tanda yang pertama mewakili objeknya tidak dalam sembarang kaitan tetapi dalam kaitan dengan suatu gagasan tertentu. Ada tiga komponen dalam tanda Peirce, yaitu: representament, interpretant, dan object. Karena itu definisi tanda Peirce dikenal sebagai triadic bersisi tiga. Berikut gambar segitiga tanda Peirce, Interpretant
Representament
Object
Universitas Sumatera Utara
Sesuatu dapat disebut representament jika memenuhi dua syarat yaitu, •
Bisa dipersepsi, baik dengan panca indera maupun dengan pikiran atau perasaan
•
Berfungsi sebagai tanda
Jadi representament bisa apa saja asalkan berfungsi sebagai tanda yang dapat mewakili sesuatu yang lain. Object adalah komponen yang diwakili tanda, objek merupakan sesuatu yang lain. Komponen bisa berupa materi yang tertangkap pancaindra, bisa juga bersifat mental atau imajiner. Interpretant artinya berupa istilah lain yang oleh Peirce disebut significance, signification, dan interpretation. Charles Sanders Peirce mengembangkan filsafat pragmatis melalui kajian semiotik. Sesuatu yang digunakan agar tanda bisa berfungsi disebut ground. Konsekuensinya tanda selalu terdapat dalam hubungan triadic, yakni ground, object dan interpretant. Atas dasar hubungan ini, Peirce membuat hubungan klasifikasi tanda. Tanda yang dikaitkan dengan ground dibagi menjadi qualisign, sinsign, dan legisign. Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda. Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda. Sedangkan legisign adalah norma yang dikandung oleh tanda. Peirce membedakan tiga konsep dasar semiotik, yaitu sintaksis semiotik, semantik semiotik dan pragmatik semiotik. Sintaksis semiotik mempelajari hubungan antartanda. Hubungan ini tidak terbatas pada sistim yang sama, contoh teks dalam gambar wacana iklan merupakan dua sistim tanda yang berlainan, akan tetapi keduanya saling bekerja sama dalam membentuk keutuhan
Universitas Sumatera Utara
wacana iklan. Semantik semiotik mempelajari hubungan antara tanda, objek, dan interpretannya. Ketiganya membentuk hubungan dalam melakukan proses semiotik. Konsep semiotik ini akan digunakan untuk melihat hubungan-hubungan tanda dalam iklan yang mendukung keutuhan wacana. Pragmatik semiotik mempelajari hubungan antara tanda dan pemakai tanda. Berdasarkan objek, Peirce membagi tanda atas ikon, indeks, dan simbol. Ikon adalah tanda yang berhubungan antara penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah. Dengan kata lain, ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan, misalnya foto. Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab-akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan, misalnya asap sebagai tanda adanya api. Tanda seperti itu adalah tanda konvensional yang biasa disebut simbol. Jadi simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya. Hubungan di antaranya bersifat arbitrer, hubungan berdasarkan konvensi masyarakat. Berdasarkan interpretant, tanda dibagi atas rheme, dicentsign, dan argument. Rheme adalah tanda yang memungkinkan orang menafsirkan berdasarkan pilihan. Dicentsign adalah tanda sesuai dengan kenyataan. Sedangkan argument adalah yang langsung memberikan alasan tentang sesuatu. Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Memaknai (to signify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek
Universitas Sumatera Utara
tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda (Kurniawan, dalam Sobur 2004:53). Teori semiotika adalah teori yang relevan untuk penelitian ini. Semiotika berasal dari kata Yunani yaitu semion ‘tanda’. Haliday (dalam Sobur, 2004:16) mengatakan bahwa semiotika mulanya berasal dari konsep tanda yang berhubungan dalam ilmu bahasa Yunani Kuno. Lechte (2001:191) mengatakan bahwa semiotika adalah teori tentang tanda dan pertanda. Dalam perkembangan semiotika modern, sebelumnya telah ada dua ahli yang menjadi pelopor semiotika yaitu Ferdinand de Saussure (1857-1913) dan Charles Sanders Peirce (18391914). Saussure ( dalam Sobur, 2004:46) menyatakan dasar-dasar teori linguistik secara umum. Ia menganggap bahasa sebagai sistem tanda yang masing-masing terdiri dari dua sisi yaitu significant (penanda atau sesuatu yang dapat dipersepsi sebagai tanda) dan signifier (petanda atau isi atau makna tanda itu). Berbeda
dengan
Saussure,
Peirce
(dalam
Sobur,
2004:46)
memperkenalkan teori Ground Triadik yang mengemukakan tiga hubungan tanda dan tiga klasifikasi tanda. Adapun tiga hubungan tanda yang dimaksudkan adalah ground (dasar), representament (menghadirkan sesuatu atau mewakili sesuatu), dan interpretant (penerima, penafsir, dan pengguna tanda). Interpretasi tanda dalam simbol tato dapat dikaji dengan tiga hubungan tanda menurut teori Ground Triadic Peirce yaitu : 1. Tanda dasar (ground) yaitu tato itu sendiri.
Universitas Sumatera Utara
2. Representasi simbol tato yaitu makna yang terkandung dalam simbol tato. 3. Interpretasi tanda-tanda/simbolik tato yaitu penerima, penafsir atau pemakai tato itu sendiri. Di samping teori semiotika, teori semantik juga merupakan salah satu teori yang digunakan dalam penelitian ini. Tidak ada semiotika tanpa semantik (Sobur, 2004:144). Semantik adalah bidang linguistik yang mempelajari antara tanda dengan yang ditandainya (Chaer, 1995:2). Kemudian, bila dilihat secara antropologis maka pemaknaan dan fungsi dari tato ini berkaitan dengan teori struktural fungsional. Secara struktural, penggunaan tato berpengaruh pada tingkat kelompok masyarakat tertentu. Perubahan nilai terhadap tato sangat dipengaruhi juga karena konstruksi kebudayaan yang dianut oleh masyarakat. Masyarakat harus memperhatikan konteks yang ada pada zaman ini. Tato tradisional mungkin menjadi sesuatu yang bersifat religius dan magis karena gambar yang digunakan berupa simbol-simbol yang terkait dengan alam dan kepercayaan masyarakat. Namun ada suatu masa ketika tato tersebut tidak lagi bersifat religius tetapi justru menyandang stigma yang negatif (David Chanay:2003).
2.3 Tinjauan Pustaka Tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat sesudah menyelidiki atau mempelajari (KBBI, 2003:1198). Pustaka adalah kitab-kitab; buku; buku primbon (KBBI, 2003:912).
Universitas Sumatera Utara
M. Zainul Muttaqim, seorang alumnus Universitas Airlangga, dalam tesisnya yang berjudul, “Tato ; Studi Deskriptif Tentang Makna Tato bagi Pemakai dan Reaksi dari Pemakai Tato di kota Surabaya,” menyatakan bahwa pemakai tato memaknai tato yang dipakai pada tubuhnya. Makna yang muncul dari pemakai tato sebagai akibat interaksinya antara lain tato sebagai ungkapan perasaan, ekspresi seni, religi, dan sebagai identitas serta tato sebagai sebuah spirit. Selain itu, Ady Rosa, seorang alumnus Universitas Negeri Padang, dalam tesis yang diberi judul “Eksistensi Tato Sebagai Salah Satu Karya Seni Rupa Tradisional Masyarakat Mentawai,” mempunyai tiga kajian masalah dalam mengkaji tato. Salah satunya yaitu, eksistensi tato tradisional Mentawai dikaji lewat bahasa rupa simbolik dan estetik. Lebih jauh motif tato tradisional Mentawai, memiliki tanda-tanda visual (sistem penandaan) yang dapat dikelompokkan sebagai, simbol, indeks, ikon, legisign, qualisign, dan sinsign. Melalui makalahnya yang dibacakan pada Seminar Akhir RUKK II-nya yang berjudul “Analisis Semiotik: Fungsi dan Makna Tato serta Implikasinya pada Perilaku Masyarakat,” Ady Rosa juga mengungkapkan bagaimana tato itu merupakan salah satu bagian dari budaya bangsa Indonesia bahkan yang paling tua di dunia. Ady Rosa menjelaskan perbedaan goresan, makna serta norma adat yang mengikat dari setiap gambar tato yang dipercaya masing-masing daerah penganut seperti Mentawai, Dayak, dan Sumba. Mengikuti M. Zainul Mutaqqim dan Ady Rosa, penulis tertarik untuk mengkaji tato. Adapun judul yang dipilih penulis dalam mengkaji tato yaitu, Interpretasi Tanda dalam Simbol Tato.
Universitas Sumatera Utara