BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1
Model Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai tindakan perataan laba yang sudah diteliti oleh
beberapa peneliti, diawali oleh Copeland (1968), Trueman dan Titman (1988) dan Breattie, Brown, Ewers, Jhon, Manson, Thomas dan Turner (1994) yang meneliti tentang manipulasi laba yang dilakukan manajer untuk mencapai tujuan kepentingan pribadi dan juga kepentingan perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Copeland (1968) pertama kali yaitu tentang tindakan perataan laba yang terjadi karena fluktuasi laba dari tahun ke tahun yang tidak stabil sehingga mendorong perusahaan untuk memanipulasi laba. Penelitian ini hanya menggunakan satu variabel yaitu variabel pendapatan deviden sebagai variabel independen dan tindakan perataan laba sebagai variabel dependen. Selanjutnya penelitian mengenai tindakan perataan laba dilakukan oleh Trueman dan Titman (1988) yang meneliti pengaruh dari tindakan perataan laba yang dilakukan manajer untuk mencapai tujuannya. Dalam penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa tindakan perataan laba dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif bagi pengguna laporan keuangan. Pengaruh dari tindakan perataan laba dapat memberikan pengaruh positif terhadap harga saham perusahaan pada pasar sedangkan dampak negatifnya adalah bagi pengguna laporan keuangan akan menimbulkan kesalahan dalam pengambilan keputusan (Trueman & Titman, 1988).
7
Universitas Internasional Batam
Erlina, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tindakan Perataan Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, 2016 UIB Repository©2016
8
Penelitian mengenai pengaruh extraordinary item dan perataan laba yang dilakukan oleh Besttie et al. (1994). Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah sebesar 163 perusahaan pada periode 1989 hingga 1990. Penelitian ini menggunakan tindakan perataan laba sebagai variabel dependen, sedangkan variabel independen yang digunakan yaitu risiko, agency cost, biaya politik, struktur kepemilikan dan jenis industri. Berikutnya penelitian Besttie et al. (1994) dilanjutkan oleh Suwito dan Herawaty (2005) mengenai analisis pengaruh karakteristik perusahaan terhadap tindakan perataan laba terhadap perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Penelitian ini menggunakan sampel pada 60 perusahaan yang telah terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada periode 2000-2002. Dalam pengujian hipotesis, penelitian ini menggunakan metode regresi logistik binari. Variabel perataan laba yang digunakan penelitian ini sebagai variabel dependen dan sebagai variabel dummy juga. Sedangkan variabel independen yang digunakan adalah ukuran perusahaan, profitabilitas perusahaan, rasio leverage operasi perusahaan dan Net Profit Margin. Penelitian di Bangladesh yang dilakukan oleh Habid (2005) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan perataan laba. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi faktor-faktor yang mempengaruhi adanya tindakan perataan laba pada 46 perusahaan yang dijadikan sampel penelitian. Variabel yang diteliti termasuk ukuran perusahaan, debt financing, profitabilitas perusahaan dan struktur kepemilikan manajerial sebagai variabel independen. Koh (2005) meneliti hubungan kepemilikan institusional dengan tindakan perataan laba pada 836 perusahaan di Compustat Global Vantage tahun
Universitas Internasional Batam Erlina, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tindakan Perataan Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, 2016 UIB Repository©2016
9
1993-1997. Variabel yang digunakan termasuk kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, leverage, kepemilikan manajerial, cash flow from operating, mining company dan year variable. Hejazi, Ansari, Sarikhani dan Ebrahimi (2007) melakukan penelitian mengenai pengaruh praktik perataan laba dan kualitas laba terhadap performance pada perusahaan yang terdaftar di Tehran Stock Exchange. Data yang diambil dari tahun 1999-2003. Variabel dependen yang digunakan adalah variabel perataan laba dan variabel independennya adalah kualitas laba dan performance yang diukur dari price earning ratio. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Masodah (2007) tentang praktik perataan laba sektor industri perbankan dan lembaga keuangan lainnya dan faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini menggunakan indeks Eckel yang bertujuan untuk mengetahui apakah sektor perbankan merupakan sektor industri yang sering melakukan praktik perataan laba yang berperan sebagai variabel dependen. Sedangkan variabel independen yang digunakan adalah debt to equity, profitabilitas, bonus plan dan ukuran perusahaan. Penelitian mengenai tindakan perataan laba juga diteliti oleh Etemadi dan Sepasi (2007) mengenai hubungan tindakan perataan laba terhadap nilai suatu perusahaan yang berada di Iran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap dilakukannya tindakan perataan laba. Sampel penelitian diambil sebanyak 200 perusahaan yang telah terdaftar di Tehran Stock Exchange pada periode 1999-2005. Penelitian ini menggunakan metode Eckel untuk mendeteksikan perusahaan mana yang melakukan tindakan perataan laba.
Universitas Internasional Batam Erlina, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tindakan Perataan Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, 2016 UIB Repository©2016
10
Syafriont (2008) yang meneliti risiko, profitabilitas, operasi leverage, dan ukuran perusahaan terhadap perataan laba. Penelitian ini mengambil 89 perusahaan yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2005-2007. Praktik perataan adalah sebagai variabel dependen. Ukuran perusahaan, risiko perusahaan, profitabilitas dan operating leverage sebagai variabel independen. Penelitian
Tresnaningsih
(2008)
tentang
manajemen
laba
pada
perusahaan dengan permasalahan free cash flow dan peran moderasi dari monitoring eksternal. Penelitian tersebut menggunakan manajemen laba sebagai varibel dependen serta HFGL, kualitas auditor, debt, komisaris independen sebagai variabel independen. Arus kas operasi dan ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol. Selanjutnya penelitian oleh Kwak dan Lee (2008) yang meneliti tindakan perataan laba yang menggunakan reserve accounts pada perusahaan Jepang. Dalam penelitian ini menggunakan perataan laba sebagai variabel dependen dan variabel independen berupa pajak, operating activity deviation, earning variability, perubahan metode depresiasi, stock issuance dan debt to equity ratio. Mursalim (2008) yang melakukan penelitian untuk mengidentifikasikan perataan laba dengan menggunakan empat konsep laba yaitu laba operasional, laba yang berasal dari aktifitas operasional, laba sebelum extraordinary items dan net income. Sampel penelitian diambil dari 151 perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia selama tahun 1999-2007. Sampel penelitian ditentukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Variabel dari penelitian tersebut termasuk laba operasional, laba yang berasal dari aktifitas operasional, laba sebelum extraordinary items dan laba setelah pajak.
Universitas Internasional Batam Erlina, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tindakan Perataan Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, 2016 UIB Repository©2016
11
Penelitian pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang dilakukan oleh Widaryanti (2009). Topik dari penelitian ini adalah menganalisis perusahaan yang melakukan perataan laba dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Widaryanti (2009) mengambil sampel berjumlah 49 perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia dalam jangka waktu 5 tahun yaitu dari tahun 2002 hingga 2009. Variabel yang digunakan adalah perataan laba sebagai variabel dependen dan ukuran perusahan, profitabilitas, finansial leverage, Net Profit Margin dan varian nilai saham sebagai variabel independen. Selanjutnya dilakukan penelitian oleh Wijaya (2009) mengenai analisis praktik perataan laba pada industri real estate dan properti yang bereputasi baik di Bursa Efek Indonesia. Penelitian menggunakan praktik peratan laba sebagai variabel dependen dan ukuran perusahaan, profitabilitas, financial leverage dan leverage operating sebagai variabel independen. Budiasih (2009) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba yang mengambil sampel penelitian pada perusahaan manufaktur yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2002-2006. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, profitabilitas, financial leverage, dividend payout ratio. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Kustono (2009) tentang pengaruh ukuran perusahaan, dividend payout, risiko spesifik dan pertumbuhan perusahaan terhadap praktik perataan laba pada perusahaan manufaktur studi empiris Bursa Efek Jakarta. Kustono (2009) mengambil sampel 35 perusahaan manufaktur pada tahun 2002-2006 yang telah terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Variabel dependen ialah perataan laba sedangkan variabel independennya adalah
Universitas Internasional Batam Erlina, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tindakan Perataan Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, 2016 UIB Repository©2016
12
ukuran perusahaan, risiko perusahaan, financial leverage, dividend payout dan pertumbuhan perusahaan. Penelitian oleh Alflatooni dan Nikbakht (2009) mengenai pengaruh tindakan perataan laba terhadap laba yang dihasilkan pada laporan keuangan. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan perusahaan yang melakukan tindakan perataan laba tertinggi dan dampak nya terhadap laba yang dihasilkan. Alflatooni dan Nikbakht (2009) menggunakan (TZ) Tucker Zarowin statistik untuk menghitung variabel perataan laba. Variabel independen dalam penelitian ini termasuk ukuran perusahaan dan book to market ratio. Arfan dan Wahyuni (2010) meneliti pengaruh ukuran perusahaan, winner/losser stock, dan debt to equity ratio terhadap perataan laba. Penelitian ini merupakan studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sampel yang diambil untuk penelitian ini adalah 105 perusahaan manufaktur dari tahun 2005 hingga 2007. Variabel dependen yang digunakan adalah praktik perataan laba. Sedangkan variabel independen yang digunakan adalah ukuran perusahaan, winner/loser stock dan debt to equity ratio. Penelitian Dewi dan Zulaikha (2010) mengenai analisa faktor- faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba pada perusahaan manufaktur dan keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode binary logistic regression untuk meneliti 75 perusahan manufaktur dan 42 perusahaan keuangan yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2006-2009. Penelitian ini menggunakan perataan laba sebagai variabel dependen dan ukuran perusahaan, profitabilitas, financial leverage dan jenis perusahaan sebagai variabel independen.
Universitas Internasional Batam Erlina, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tindakan Perataan Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, 2016 UIB Repository©2016
13
Astuti (2010) melakukan penelitian pada 24 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dalam periode 2005-2006. Penelitian ini meneliti analisis pengaruh Debt to Equity Ratio, Dividend Payout Ratio, Return On Investment terhadap praktik perataan laba pada perusahaan manufaktur. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perataan laba sebagai variabel dependen dan juga sebagai variabel dummy. Dan variabel independen adalah Debt to Equity Ratio, Dividend Payout Ratio dan Return On Investment. Penelitian yang dilakukan oleh Santoso (2010) pada 28 perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 20072009. Penelitian yang diteliti adalah analisis ukuran perusahaan, Net Profit Margin, Debt to Equity Ratio, Return on Asset dan leverage terhadap praktek perataan laba. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perataan laba sebagai variabel dependen dan Net Profit Margin, Return On Asset, Debt To Equity Ratio, Leverage, ukuran perusahaan sebagai variabel independen. Penelitian terbaru mengenai tindakan perataan laba dilakukan oleh Widodo (2011) melakukan penelitian pada 50 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Penelitian ini meneliti analisis perataan laba dan faktor-faktor yang mempengaruhi pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Variabel yang di teliti adalah perataan laba sebagai variabel dependen yang dipengaruhi oleh ukuran perusahaan, Net Profit Margin, Operating Profit Margin dan Return On Asset sebagai variabel independen. Selanjutnya penelitian Fransisca (2012) yang meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi perataan laba pada 54 perusahaan food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2011. Metode yang digunakan
Universitas Internasional Batam Erlina, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tindakan Perataan Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, 2016 UIB Repository©2016
14
adalah regresi logistik. Penelitian ini menggunakan perataan laba sebagai variabel dependen dan ukuran perusahaan, risiko perusahaan, profitabilitas dan leverage sebagi variabel independen. Ranumawati dan Muid (2012) meneliti mengenai analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Penelitian ini mengambil sampel pada 81 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam periode 4 tahun yang diambil dari periode 2007-2010. Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah perataan laba sebagai variabel dependen dan ukuran perusahaan, operating margin dan debt to equity ratio sebagai variabel independen. Cecilia (2012) melakukan penelitian pada 67 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2008-2010. Penelitian ini meneliti mengenai pengaruh ukuran perusahaan, leverage operasi, dan profitabilitas terhadap perataan laba pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Dalam penelitian ini perataan laba berperan sebagai variabel dependen. Sedangkan variabel independen adalah ukuran perusahaan, leverage operasi, dan profitabilitas. Mohammadi, Maharlouie dan Mansiuri (2012) melakukan penelitian mengenai hubungan antara jumlah penahanan dana dan perataan laba. Penelitian ini dilakukan menggunakan data dari Tehran Stock Exchange. Data yang diambil berjumlah 73 perusahaan dengan periode 6 tahun dari 2005 sampai dengan 2010. Penelitian ini menggunakan perataan laba sebagai variabel dependen, jumlah penahanan dana, jumlah perubahan penahanan dana dan jumlah penambahan
Universitas Internasional Batam Erlina, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tindakan Perataan Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, 2016 UIB Repository©2016
15
penahanan dana sebagai variabel independen serta ukuran perusahaan dan leverage sebagai variabel kontrol. Penahanan Dana
Total Perubahan Penahanan Dana Penambahan Penahanan Dana
Perataan Laba
Ukuran Perusahaan
Leverage
Gambar 1 Model Penelitian Pengaruh Penahanan Dana Terhadap Perataan Laba, sumber: Mohammadi et al. (2012). Ilato (2013) melakukan penelitian pengaruh karakteristik perusahaan terhadap tindakan perataan laba. Penelitian ini menggunakan 48 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012. Dalam penelitian ini perataan laba berperan sebagai variabel dependen sedangkan ukuran perusahaan, financial leverage, dan profitabilitas sebagai variabel independen. Saeidi (2012) melakukan penelitian mengenai hubungan antara perataan laba, pajak penghasilan dan rasio profitabilitas. Penelitian ini dilakukan menggunakan data dari Tehran Stock Exchange. Data yang diambil sebanyak 168 perusahaan dengan periode 10 tahun. Saeidi (2012) dalam penelitiannya menggunakan perataan laba sebagai variabel dependen serta pajak penghasilan dan rasio profitabilitas sebagai variabel independen.
Universitas Internasional Batam Erlina, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tindakan Perataan Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, 2016 UIB Repository©2016
16
Pajak Penghasilan Perataan Laba Profitabilitas
Gambar 2 Model Penelitian Pengaruh Pajak Penghasilan dan Profitabilitas Terhadap Perataan Laba, sumber: Saeidi (2012). Yang, Tan dan Ding (2012) melakukan penelitian pada 1358 perusahaan di Shanghai Stock Exchange dan Shenzhen Stock Market pada tahun 1999-2006. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh corporate governance mechanisms terhadap tindakan perataan laba di Cina. Yang, Tan & Ding (2012) menggunakan variabel corporate governance, yaitu factors of ownership concentration, insider ownership, CEO duality, size of board of directors, frequency of board meetings, independent directors, shareholders participation, komite audit, kualitas audit, leverage, ukuran perusahaan and pengaruh industri. Penelitian Amanza dan Rahardjo (2012) meneliti mengenai analisis faktor-faktor yang memengaruhi perataan laba. Penelitian ini mengambil sampel dari 61 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel yang digunakan adalah perataan laba sebagai variabel dependen. Sedangkan variabel independen adalah profitabilitas, risiko keuangan, ukuran perusahaan, dan kepemilikan manajerial. Penelitian Putra dan Rahmanti (2013) yang melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur perata laba dan bukan perata laba yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009-2011. Penelitian yang diteliti mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi perataan laba. Variabel dependen yang digunakan
Universitas Internasional Batam Erlina, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tindakan Perataan Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, 2016 UIB Repository©2016
17
dalam penelitian ini adalah perataan laba. Dan variabel independennya adalah tingkat pengembalian saham dan risiko saham. Mahmud (2012) melakukan penelitian mengenai perataan laba dan sektor industri. Penelitian ini menggunakan sampel pada 120 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Malaysia dari tahun 2002-2006. Penelitian ini menggunakan variabel perataan laba sebagai variabel dependen. Dan variabel independen adalah sektor
industri,
profitabilitas,
ukuran
perusahaan,
growth
dan
struktur
kepemilikan.
Ukuran Perusahaan
Growth Perataan Laba Profitabilitas
Struktur Kepemilikan
Gambar 3 Model Penelitian Pengaruh Jenis Industri, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Struktur Kepemilikan dan Growth Terhadap Perataan Laba, sumber: Mahmud (2012).
Dalam
penelitiannya,
Jahanshad
dan
Hoseinnejad
(2013)
yang
melakukan penelitian dengan menggunakan tiga model untuk mengukur perusahaan yang melakukan perataan laba dan yang tidak melakukan perataan laba. Model yang digunakan adalah model Mcleoz, Eckel, Kothary dan Leone. Menurut Jahanshad dan Hoseinnejad (2013) bahwa dengan menggunakan tiga model yang berbeda akan menghasilkan hasil penelitian yang berbeda pula. Tindakan perataan laba menjadi variabel dependen sedangkan variabel
Universitas Internasional Batam Erlina, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tindakan Perataan Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, 2016 UIB Repository©2016
18
independen yang digunakan yaitu ukuran perusahaan, biaya gaji karyawan, rasio hutang, bonus manajemen dan pajak. Penelitian oleh Ranti, Uwuigbe, Fagbemi, Temitope dan Olammide (2012) mengenai pengaruh corporate governance yang diproksikan sebagai keberadaan komite audit dan struktur kepemilikan terhadap tindakan perataan laba. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 17 bank yang terdaftar di Nigerian Stock Exchange selama 6 tahun dari tahun 2004 sampai 2009.
Keberadaan Komite Audit
Struktur Kepemilikan
Perataan Laba
Ukuran Perusahaan
Gambar 4 Model Penelitian Pengaruh Corporate Governance Terhadap Tindakan Perataan Laba, sumber: Ranti et al. (2012). Wulandari, Arfan dan Shabri (2013) meneliti tentang profitabilitas, operating profit margin dan financial leverage terhadap perataan laba terhadap perusahaan blue chips Indonesia. Populasi sasaran pada penelitian ini adalah perusahaan blue chips (LQ 45) yang terdaftar Bursa Efek Indonesia pada periode 5 tahun (2007-2011). Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode regresi logistik. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perataan laba. Sedangkan variabel independennya adalah profitabilitas, operating profit margin dan financial leverage.
Universitas Internasional Batam Erlina, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tindakan Perataan Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, 2016 UIB Repository©2016
19
Selanjutnya, Widana dan Yasa (2013) melakukan penelitian mengenai perataan laba serta faktor-faktor yang mempengaruhinya di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini mengambil 22 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2011. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan metode regresi logistik binari. Perataan laba berperan sebagai variabel independen dan ukuran perusahaan, profitabilitas, Dividend Payout Ratio, Net Profit Margin dan Financial Leverage sebagai variabel independen. Penelitian oleh Julyati (2013) mengenai pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage operasi terhadap praktik perataan laba. Penelitian ini mengambil sampel sebesar 99 perusahaan manufaktur yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008-2010. Metode yang digunakan adalah metode regresi logistik. Variabel dependen yang digunakan adalah perataan laba dan variabel independen adalah profitabilitas, ukuran perusahaan dan leverage operasi. Nejad, Zeinali dan Alavi (2013) juga melakukan penelitian tentang tindakan perataan laba, tetapi dalam penelitiannya adalah membandingkan tiga tahap pada penyusunan laporan laba rugi yaitu net profit, gross profit dan operating profit untuk mendeteksi perusahaan mana yang melakukan tindakan perataan laba. Penelitian ini dilakukan pada 132 perusahaan yang terdaftar pada Tehran Stock Exchange selama 9 tahun (2001-2009). Vakilifard dan Rasouli (2013) melakukan penelitian yang bertujuan untuk lebih mendalami hubungan intelectual capital, tindakan perataan laba dan stock return. Penelitian ini menggunakan dua variabel dependen, yang salah satunya adalah tindakan perataan laba.Variabel independen yang digunakan
Universitas Internasional Batam Erlina, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tindakan Perataan Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, 2016 UIB Repository©2016
20 adalah human capital, structural capital dan firm’s financial performance. Vakilifard dan Rasouli (2013) mengambil 108 perusahaan yang ada di Tehran dari tahun 2006-2011 sebagai sampel penelitian. Pada penelitian Baseri, Ranjbarand dan Khademi (2013) kembali meneliti pentingnya menjaga kualitas laporan keuangan yang sangat berpengaruh pada tingkat performance perusahaan. Penelitian ini menggunakan variabel tindakan perataan laba sebagai variabel dependen dan variabel independen yaitu earning quality, company performance dan price earning ratio. Banseri et al. (2013) mengambil sampel pada 172 perusahaan yang terdaftar di Tehran Stock Exchange pada tahun 2004-2009.
2.2
Variabel Dependen Menurut Rivard (2003), perataan laba dapat didefinisikan sebagai sebuah
praktik yang menggunakan teknik-teknik akuntansi untuk mengurangi fluktuasi dalam pelaporan laba bersih selama beberapa periode waktu. Perataan laba menurut Assih dan Gudono (2000), merupakan tindakan yang dilakukan secara sengaja untuk mengurangi variabilitas laba yang dilaporkan agar dapat mengurangi risiko pasar atas saham perusahaan yang akhirnya dapat meningkatkan saham perusahaan. Perataan laba merupakan salah satu strategi manajemen laba yang ditimbulkan dari pelaporan keuangan sebagai akibat diizinkannya manajemen untuk memilih berbagai metode akuntansi dengan tujuan untuk mencapai keuntungan pajak, memberikan kesan baik dari kreditor dan pemilik perusahaan mengenai kinerja manajemen perusahaan, menjaga posisi mereka dalam
Universitas Internasional Batam Erlina, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tindakan Perataan Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, 2016 UIB Repository©2016
21
perusahaan, menghindari terjadinya fluktuasi dalam pelaporan laba. Dari tujuan tersebutlah yang melatarbelakangi terjadinya praktik perataan laba (Watts & Zimmerman, 1986) dalam Suryandari (2012). Menurut Sugiarto (2003) dalam jurnalnya Widodo (2011) menyatakan faktor pendorong terjadinya tindakan praktik perataan laba pada suatu perusahaan, yaitu kontrak hutang, faktor politik, pengurangan pajak, perubahan CEO dan penawaran saham perdana. Kontrak hutang terjadi pada saat perusahaan yang sedang mengalami kekurangan dana melakukan pinjaman dana ke pihak lain yaitu kreditur. Dalam kontrak hutang menyatakan bahwa pihak debitur harus memberikan jaminan berupa laba yang dihasilkan dalam laporan keuangan tersebut adalah stabil. Jika laba perusahaan mengalami penurunan, maka pihak kreditur berhak mengklaim kembali atas sejumlah pinjaman yang telah dipinjamkan ke pihak debitur. Kondisi demikian yang akan mendorong perusahaan untuk melakukan tindakan perataan laba agar dapat mejoneruskan kontrak hutang tersebut hingga masa kontrak berakhir (Devond & Jimbalvo, 1994). Faktor politik terjadi pada saat aturan yang dibuat oleh pemerintah yang menekankan perusahaan melakukan tindakan perataan laba. Menurut Jones (1991) melakukan penelitian pada perusahaan yang sedang diinvestigasi oleh International Trade Commision (ITC). Hasil penelitian yang diperoleh bahwa produsen cenderung menurunkan laba dengan teknik discretionary accrual untuk mempengaruhi keputusan regulasi impor. Selain itu, Naim dan Hartono (1996) dalam Sugiarto (2003) meneliti perusahaan yang diduga melakukan monopoli dan
Universitas Internasional Batam Erlina, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tindakan Perataan Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, 2016 UIB Repository©2016
22
menemukan bahwa manajer perusahaan melakukan perataan laba dengan tujuan untuk menghindari UU Anti-Trust. Dopuch dan Pincus (1998) dalam Sugiarto (2003), pengurangan pajak, alasan perusahaan melakukan tindakan perataan laba adalah untuk mengurangi jumlah pajak yang harus dibayarkan kepada pemerintahan. Menurut Saedi (2012) menyatakan bahwa perusahaan yang melakukan perataan laba cenderung memiliki pajak penghasilan yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang tidak melakukan perataan laba. Perubahan CEO terjadi pada masa kerja CEO berakhir yang akan diganti CEO yang baru dengan masa kerja yang baru pula. Dalam penelitian Pourciao (1993) menemukan bahwa perekayasaan laba dilakukan meningkatkan unexpected accruals pada periode satu tahun sebelum penggantian eksekutif yang tidak rutin. Penawaran saham perdana merupakan faktor pendorong perusahaan untuk melakukan tindakan perataan laba. Menurut Jones (1991), dalam penelitiannya ditemukan adanya reaksi positif dari pengumuman earning forecast dengan tingkat penjualan saham, karena publik hanya melihat laporan keuangan yang dilaporkan pada regulator. Banyak perusahaan yang melakukan perataan laba demi mendapatkan dan mempertahankan investor (Jones, 1991). Menurut Utomo dan Siregar (2008), perataan laba dapat dibagi menjadi dua, yaitu: perataan laba yang terjadi secara alamiah (naturally income smoothing) dan perataan laba yang disengaja oleh manajemen (intentionally income smoothing). Perataan laba yang terjadi secara alamiah (naturally income smoothing) yang merupakan sebuah proses yang dilakukan oleh pihak manajemen secara
Universitas Internasional Batam Erlina, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tindakan Perataan Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, 2016 UIB Repository©2016
23
langsung tanpa adanya rekayasa. Sedangkan perataan laba yang disengaja oleh manajemen (intentionally income smoothing) yang terjadi karena adanya campur tangan dari pihak manajemen dalam bentuk perataan laba rill, yang merupakan tindakan manajemen dalam mengendalikan peristiwa ekonomi yang secara langsung mempengaruhi laba perusahaan di masa yang akan datang. Selain itu juga bisa terjadi karena adanya campur tangan manajemen dalam bentuk perataan laba secara artificial yang merupakan usaha yang dilakukan manajemen untuk meratakan laba dengan cara manipulasi. Menurut Ronen dan Sadan (1981) dalam Suryandari (2012), perataan laba dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu manajemen dapat menentukan waktu terjadinya peristiwa tertentu untuk mengurangi perbedaan laba yang diperoleh, manajemen dapat mengalokasikan pendapatan dan beban tertentu pada periode akuntansi
yang
berbeda
dan
manajemen
dengan
kebijaksanaannya
mengelompokkan jenis laba tertentu dalam kategori yang berbeda. Tujuan dari perataan laba yang diungkapkan oleh Foster (1986) dalam Suryandari (2012) adalah memperbaiki citra perusahaan dimata pihak eksternal dan menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki risiko yang rendah. Di samping itu, adanya pelaporan keuangan yang relevan juga dapat membantu para investor atau pihak eksternal untuk melakukan prediksi terhadap laba yang dimasa mendatang, meningkatkan kepuasan relasi bisnis, meningkatkan persepsi pihak eksternal terhadap kemampuan manajemen dan meningkatkan kompensasi bagi pihak manajemen. Menurut Foster (1986) dalam Suryandari (2012), pos-pos tertentu yang sering digunakan dalam laporan keuangan sebagai sasaran manajemen untuk
Universitas Internasional Batam Erlina, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tindakan Perataan Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, 2016 UIB Repository©2016
24
melakukan perataan laba yaitu pos-pos penjualan, misalnya dengan membuat faktur penjualan pada periode yang akan datang ke periode saat ini, atau dengan membuat penjualan fiktif, atau memasukkan produk baik ke dalam produk cacat sehingga dapat dilaporkan telah terjual dengan harga yang lebih rendah dari harga seharusnya. Dan dalam pos-pos biaya, misalnya biaya dibayar dimuka dianggap sebagai biaya pada periode saat ini.
2.3
Hubungan Antar Variabel
2.3.1
Pengaruh Penahanan Dana Terhadap Tindakan Perataan Laba Penahanan dana merupakan aset yang paling likuid yang berfungsi
sebagai alat yang digunakan manajer dalam menjalankan operasional perusahaan. Kebijakan dari perusahaan untuk memegang kas untuk menghindari terjadinya kekurangan kas (Cendy, 2013). Mambraku dan Hadiprajitno (2014) menyatakan bahwa semakin besar ketidakpastian dari arus kas perusahaan, maka semakin besar kemungkinan perusahaan untuk terjadinya kekurangan kas operasional, sehingga perusahaan terdorong untuk memegang kas dalam jumlah yang besar. Jumlah dari penahanan dana dapat mempengaruhi terjadinya perataan laba yang disebabkan adanya teori agensi dimana adanya konflik antara manajer dengan pemegang saham yang menimbulkan keinginan manajemen untuk memegang kas (cash holding) di perusahaan. Adanya kas di dalam perusahaan, kinerja manajer dilihat dari tindakan yang dilakukan manajer untuk menjaga agar kas yang ada di perusahaan tetap stagnan. Manajer dapat menggunakan kebijakan penahanan dana untuk meminimalkan pendanaan eksternal untuk keperluan operasional perusahaan. Karena kebijakan penahaan dana yang bersifat likuid,
Universitas Internasional Batam Erlina, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tindakan Perataan Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, 2016 UIB Repository©2016
25
jangka pendek dan mudah dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa mengalami perubahan yang signifikan. Oleh karena itu, kebijakan penahanan dana sangat mudah digunakan manajer untuk kepentingan pribadi dan juga merupakan salah satu tindakan untuk menjaga agar kas tetap stagnan untuk melakukan perataan laba (Jensen & Meckling, 1976). Menurut Oppler et al. (1999) dalam jurnalnya Mohammadi et al. (2012), adanya beberapa teori yang menyatakan bahwa mengapa perusahaan menahan kas dalam jumlah besar. Trade-Off theory. Kepemilikan kas yang menyatakan bahwa tingkat likuiditas yang optimal merupakan trade-off antara biaya dan manfaat dari kas ditangan. Manfaat dari kebijakan penahanan dana untuk mengurangi kesulitan keuangan, kas dapat menurunkan biaya penggalangan dana eksternal, dan kas tidak akan menghalangi kebijakan investasi ketika kendala keuangan terpenuhi. Dan biaya besar yang dikeluarkan dari kas ditangan di sisi lain merupakan biaya peluang dari modal yang diinvestasikan dalam aset yang likuid. Pecking Order Theory. Adanya urutan dari sumber dana yang akan digunakan untuk berinvestasi, karena nilai dari sebuah perusahaan yang diukur dari jumlah laba, biaya investasi, dan pembagian dividen. Maka, sumber dana yang digunakan dimulai dari pendanaan internal, hutang jangka panjang dan pendanaan dari penerbitan saham (Oppler et al., 1999) dalam jurnalnya Mohammadi et al. (2012). Free cash flow theory. Adanya jumlah kas di tangan yang besar secara tidak langsung meningkatkan kuasa manajer atas aset yang ada di dalam perusahaan di bawah pengendaliannya dan mendapatkan kekuasaan diskresioner atas keputusan investasi perusahaan (Jensen, 1991). Kas yang tersedia dapat
Universitas Internasional Batam Erlina, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tindakan Perataan Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, 2016 UIB Repository©2016
26
digunakan manajer untuk melakukan investasi jangka pendek tanpa harus mengumpulkan dana dari eksternal. Sehingga, mengakibatkan adanya tendensi manajemen untuk melakukan investasi yang akan membawa laba terbesar bagi mereka tetapi mungkin akan membawa dampak negatif bagi kekayaan pemegang saham di masa yang akan datang (Jensen, 1991). Penelitian yang dilakukan oleh Mohammadi, Maharlouie & Mansiuri (2012) yang mengambil data perusahaan yang telah terdaftar di Tehran Stock Exchange (TSE) dari periode 2005-2010 yang memperoleh hasil bahwa jumlah penahanan dana yang besar akan memiliki pengaruh signifikan positif terhadap perataan laba. Maka dapat disimpulkan bahwa semakin besar penahanan dana maka semakin meningkat tindakan perataan laba. Dalam penelitianya, Cendy (2013) juga memperoleh hasil yang sama. Penelitiannya menunjukkan bahwa jumlah penahanan dana yang besar cenderung memiliki probabilitas untuk melakukan tindakan perataan laba yang lebih tinggi sehingga penahanan dana memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap praktik perataan laba. Penelitian terbaru mengenai pengaruh penahanan dana dengan tindakan perataaan laba dilakukan oleh Mambraku dan Hadiprajitno (2014). Penelitian Mambraku dan Hadiprajitno (2014) melakukan penelitian pada 63 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2010-2012. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penahanan dana memiliki hubungan signifikan positif terhadap praktik perataan laba. Manajemen merupakan agen dalam perusahaan yang mengambil keputusan dalam menjalankan operasional perusahaan. Penahanan kas dalam
Universitas Internasional Batam Erlina, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tindakan Perataan Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, 2016 UIB Repository©2016
27
jumlah besar dapat memberikan motivasi kepada manajer untuk melakukan investasi jangka pendek dengan tujuan untuk meningkatkan laba perusahaan. Akan tetapi dengan peningkatan laba perusahaan dalam jangka pendek dapat mengakibatkan perusahaan mengalami fluktuasi laba. Oleh karena itu, manajemen melakukan teknik-teknik tertentu untuk menstabilkan laba perusahaan yaitu dengan melakukan tindakan perataan laba (Mambraku & Hadiprajitno, 2014). 2.3.2
Pengaruh Profitabilitas Terhadap Tindakan Perataan Laba Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba
dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, dan modal sendiri. Jika profitabilitas yang tinggi akan menunjukkan bahwa kinerja perusahaan baik, sedangkan jika tingkat profitabilitas itu rendah maka dapat dikatakan bahwa kinerja perusahaan sedang mengalami penurunan. Penelitian yang dilakukan oleh Luqman dan Shahzad (2012) melakukan penelitian mengenai pengaruh profitabilitas terhadap tindakan perataan laba bahwa bahwa nilai profitabilitas yang semakin tinggi maka tingkat kecenderungan melakukan perataan laba akan semakin rendah. Oleh karena itu dapat di simpulkan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap tindakan perataan laba. Penelitian Luqman dan Shahzad (2012) konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Habid (2005), Aji dan Mita (2010), Saeidi (2012) dan Dewi dan Sujana (2014). Profitabilitas perusahaan yang sudah tinggi, dari sisi kinerja sudah dapat dinilai bahwa kinerja manajemen perusahaan tersebut sudah bagus sehingga setiap perusahaan tentunya menginginkan laporan keuangan yang benar agar dapat digunakan untuk pengambilan keputusan yang tepat bagi pihak internal maupun
Universitas Internasional Batam Erlina, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tindakan Perataan Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, 2016 UIB Repository©2016
28
pihak eksternal. Oleh karena itu, perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi akan lebih kecil kemungkinan manajemen untuk melakukan tindakan perataan laba (Luqman & Shahzad, 2012). Selanjutnya penelitian dilakukan oleh Budiasih (2009) yang meneliti pengaruh profitabilitas terhadap perataan laba. Dalam penelitian ini, profitabilitas diukur dengan variabel Return on Asset (ROA) yang mengukur sehat atau tidaknya perusahaan terhadap tindakan pengambilan keputusan para investor. Perusahaan yang memiliki ROA yang tinggi akan cenderung melakukan tindakan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki ROA yang rendah. Maka hasil dalam penelitian ini bahwa profitabilitas memiliki pengaruh signifikan positif terhadap perataan laba. Menurut Suwito dan Arleen (2005), bahwa profitabilitas merupakan salah satu rasio untuk menilai sehat atau tidaknya perusahaan mempengaruhi investor untuk membuat keputusan. Semakin tingginya profitabilitas maka semakin besar pula peluang perusahaan mengalami penurunan profitabilitas dimasa yang akan datang sehingga semakin besarnya tingkat fluktuatif laba perusahaan yang akan menyebabkan ketidakstabilan perusahaan memperoleh laba. Profitabilitas yang semakin besar maka akan adanya kecenderungan manajer untuk melakukan perataan laba untuk menjaga kestabilan perusahaan dalam pengambilan keputusan. Penelitian yang dilakukan oleh Widhianningrum (2012) yang meneliti pengaruh profitabilitas terhadap perataan laba terhadap 147 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba.
Universitas Internasional Batam Erlina, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tindakan Perataan Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, 2016 UIB Repository©2016
29
Hasil penelitian Widhianningrum (2012) konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Suwito dan Herawaty (2005), Suryandari (2012), Mohebi et al. (2013), Prasetya dan Raharjo, dan Masodah (2007). Hasil penelitian bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap tindakan perataan laba karena diduga investor cenderung mengabaikan informasi dari profitabilitas (ROA) secara maksimal sehingga manajemen tidak termotivasi untuk melakukan tindakan perataan laba (Juniarti & Carolina, 2005). 2.3.3 Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Tindakan Perataan Laba. Struktur kepemilikan merupakan bentuk komitmen dari para pemegang saham untuk mendelegasikan pengendalian sesuai tingkat tertentu kepada para manajer. Biasanya struktur kepemilikan digunakan untuk menentukan variabelvariabel yang penting di dalam struktur modal tidak hanya ditentukan oleh jumlah hutang dan modal tetapi juga ditentukan oleh persentase kepemilikan oleh manajer dan institusional. Struktur kepemilikan akan mempengaruhi kinerja perusahaan serta dapat memiliki motivasi yang berbeda untuk memonitor para manajemen dan dewan direksi. Proporsi jumlah dalam struktur kepemilikan akan mengindikasikan adanya kesamaan kepentingan antara manajemen dan dewan direksi (Pratiwi & Handayani, 2014). Teori
agensi
menggambarkan
model
yang
digunakan
untuk
menformulasikan permasalahan konflik antara manajemen dengan pemilik. Teori agensi juga merupakan struktur kepemilikan yang dikelola oleh manajer bukan pemilik. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa antara manajemen dengan pemilik memiliki kepentingan yang berbeda sehingga akan terjadinya konflik.
Universitas Internasional Batam Erlina, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tindakan Perataan Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, 2016 UIB Repository©2016
30
Penelitian yang dilakukan oleh Juniarti dan Sujana (2015) mengenai pengaruh struktur kepemilikan terhadap tindakan perataan laba. Hasil yang diperoleh adalah struktur kepemilikan berpengaruh signifikan negatif terhadap tindakan perataan laba. Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Kwak et al. (2009). Kepemilikan manajerial adalah jumlah saham yang dimiliki oleh pihak manajer dalam suatu perusahaan. Adanya kepemilikan manajerial dalam perusahaan dapat mengurangi konflik keagenan antara manajer dengan pemegang saham karena tujuan antara manajer dan pemegang saham menjadi selaras sehingga permasalahan asimetri informasi diasumsikan akan hilang jika manajer dianggap sebagai pemilik atau pemegang saham dalam perusahaan. Manajer yang berperan sebagai pemegang saham akan menghindari pelaporan keuangan yang menyesatkan, karena manajer ikut berperan pula sebagai investor dan pengawas dalam perusahaan yang menginginkan laporan keuangan bersifat relevan dan dapat dipertanggungjawabkan. Dengan kata lain, kepemilikan manajerial akan menghindari terjadinya penginformasian laporan keuangan yang tidak sesuai, sehingga tingkat informasi yang dimiliki oleh manajer dan para pemegang saham tidak memiliki perbedaan (Juniarti & Sujana, 2015). Selanjutnya penelitian oleh Trisanti (2014) yang menyatakan hasil penelitian yang berbeda yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh struktur kepemilikan terhadap perataan laba. Hasil yang didapatkan dari penelitian Trisanti (2014) menyatakan bahwa struktur kepemilikan manajerial memiliki pengaruh signifikan positif terhadap perataan laba. Hasil dari penelitian
Universitas Internasional Batam Erlina, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tindakan Perataan Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, 2016 UIB Repository©2016
31
Trisanti (2014) konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ranti et al. (2012), Mohebi et al. (2013), dan Mambraku dan Hadiprajitno (2014). Menurut Juniarti dan Carolina (2005) mengungkapkan bahwa informasi laba yang stabil akan meningkatkan harga saham setiap tahunnya. Mohebi et al. (2013) juga menyebutkan bahwa struktur kepemilikan manajerial adalah situasi di mana manajer memiliki saham perusahaan atau dengan kata lain manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan. Manajer yang sekaligus pemegang saham akan meningkatkan nilai perusahaan, karena dengan meningkatnya nilai perusahaan maka nilai kekayaannya sebagai individu pemegang saham akan ikut meningkat pula. Menurut Ranti et al. (2012), manajer ingin mencapai tujuan utama, yaitu meningkatkan nilai perusahaan dan manajer juga memiliki akses informasi yang lebih banyak dari pada pemilik perusahaan sehingga motivasi untuk memanipulasi laba akan tinggi. Jika mereka merasa informasi yang dihasilkan akan merugikan bagi kepentingan mereka. Akan tetapi, penelitian yang dilakukan oleh Amanza dan Rahardjo (2012) yang meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi perataan laba yang salah satunya adalah struktur kepemilikan manajerial. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini bahwa struktur kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap perataan laba yang tidak konsisten dengan penelitian Trisanti (2014). Kepemilikan manajerial dalam perusahaan dapat mengurangi konflik keagenan antara manajer dengan pemegang saham karena tujuan antara manajer dan pemegang saham menjadi selaras sehingga permasalahan asimetri informasi diasumsikan akan hilang jika manajer dianggap sebagai pemilik atau pemegang
Universitas Internasional Batam Erlina, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tindakan Perataan Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, 2016 UIB Repository©2016
32
saham dalam perusahaan. Maka, kepemilikan manajerial akan membuat manajemen menghasilkan laba sesuai dengan kondisi sebenarnya karena pihak manajemen ataupun para pemegang saham menginginkan laporan keuangan yang dapat menjadi patokan untuk pengambilan keputusan yang tepat (Amanza & Rahardjo, 2012). 2.3.4
Pengaruh Pajak Penghasilan Terhadap Tindakan Perataan Laba Pajak penghasilan adalah suatu pungutan resmi yang ditujukan kepada
masyarakat yang berpenghasilan atau atas penghasilan yang diterima atau yang diperolehnya dalam tahun pajak unutk kepentingan negara dan masyarakat dalam hidup
berbangsa dan
bernegara sebagai
suatu kewajiban
yang harus
dilaksanakannya (Judisseno, 1997). Penelitian yang dilakukan oleh Luqman dan Shahzad (2012) mengenai pengaruh pajak penghasilan terhadap tindakan perataan laba. Penelitian tersebut memberikan hasil bahwa pajak penghasilan berpengaruh signifikan positif terhadap tindakan perataan laba. Semakin tingginya pajak penghasilan yang dibayarkan maka manajemen perusahaan akan berusaha untuk melakukan tindakan perataan laba agar pembayaran pajak penghasilan di periode berikutnya akan lebih kecil. Hasil yang sama juga dilakukan pada penelitian Akhoondnejad, Garkaz dan Shoorvarzi (2013) mengenai hubungan pajak penghasilan terhadap perataan laba. Penelitian ini mengambil sampel pada 158 perusahaan yang terdaftar di Tehran Stock Exchange (TSE) selama 5 tahun (2006-2011). Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat persentase pajak penghasilan, para manajer cenderung akan melakukan tindakan perataan laba dengan mengurangi
Universitas Internasional Batam Erlina, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tindakan Perataan Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, 2016 UIB Repository©2016
33
laba perusahaan. Maka, penelitian ini melihat bahwa pajak penghasilan memiliki pengaruh signifikan positif terhadap tindakan perataan laba. Hasil dari penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Saeidi (2012). Menurut Saedi (2012), perusahaan yang melakukan tindakan perataan laba akan cenderung menghasilkan pajak penghasilan yang lebih kecil dibandingkan perusahaan yang tidak melakukan perataan laba. Hal ini disebabkan jika perusahaan yang memiliki laba yang tinggi akan menyebabkan pembayaran pajak penghasilan tinggi juga, sehingga untuk menghindari hal demikian maka dari pihak manajemen cenderung melakukan tindakan perataan laba untuk mengontrol perkembangan laba perusahaan serta mengurangi pembayaran pajak penghasilan perusahaan. 2.3.5
Pengaruh Growth Terhadap Tindakan Perataan Laba Growth merupakan perkembangan perusahaan dari waktu ke waktu.
Semakin tinggi tingkat growth perusahaan, maka menyatakan tingkat kinerja perusahaan tinggi sehingga memiliki prospek pertumbuhan perusahaan yang baik di masa yang akan datang. Sebaliknya jika growth perusahaan semakin rendah, akan menunjukkan perusahaan sedang dalam keadaan yang tidak baik. Penelitian yang dilakukan oleh Namazi dan Khansalar (2011) mengenai pengaruh growth terhadap tindakan perataan laba pada perusahaan yang terdaftar di Tehran Stock Exchange (TSE) pada tahun 2003–2007. Hasil dari penelitian menyatakan bahwa growth memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap tindakan perataan laba. Growth suatu perusahaan sangat berpengaruh terhadap tindakan perataan laba. Perusahaan yang memiliki growth yang tinggi cenderung lebih kecil akan
Universitas Internasional Batam Erlina, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tindakan Perataan Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, 2016 UIB Repository©2016
34
melakukan perataan laba. Hal ini disebabkan karena perusahaan telah memiliki prospek pertumbuhan yang tinggi dan kinerja manajemen telah bagus sehingga perusahaan tidak perlu lagi memperindah laporan keuangan (Namazi & Khansalar, 2011). Kustono (2009) melakukan penelitian pengaruh growth terhadap tindakan perataan laba. Hasil dari penelitian menemukan bahwa growth memiliki pengaruh signifikan positif terhadap tindakan perataan laba. Perusahaan yang memiliki pertumbuhan yang tinggi cenderung akan melakukan tindakan perataan laba untuk mengurangi risiko fluktuasi laba yang tidak terkendali di masa yang akan datang. 2.3.6
Pengaruh Keberadaan Komite Audit Terhadap Tindakan Perataan Laba Komite audit adalah komite yang dibentuk dewan komisaris untuk
melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan. Keberadaan komite audit sangat penting bagi perusahaan. Komite audit dianggap sebagai penghubung antara pemegang saham dan dewan komisaris dengan pihak manajemen dalam menangani masalah pengendalian. Penelitian yang dilakukan oleh Juniarta dan Sujana (2015) mengenai pengaruh pembentukan komite audit terhadap tindakan perataan laba. Hasil penelitian menyatakan bahwa pembentukan komite audit berpengaruh signifikan negatif terhadap tindakan perataan laba. Hal ini disebabkan oleh pengawasan oleh komite audit yang cukup ketat mengakibatkan manajer sulit untuk melakukan hal yang akan merugikan kepentingan perusahaan.
Universitas Internasional Batam Erlina, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tindakan Perataan Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, 2016 UIB Repository©2016
35
Nurmalita (2012) meneliti mengenai pengaruh keberadaaan komite audit terhadap praktik perataan laba. Objek penelitian yang diteliti yaitu perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2010. Hasil penelitian menyatakan bahwa keberadaan komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Gusnadi dan Budiharta (2008). Keberadaan komite audit bukan merupakan faktor pendorong manajer untuk melakukan praktik perataan laba. Pembentukan komite audit bukan karena dasar adanya kebutuhan untuk pengawasan kinerja dan operasional manajemen, tetapi karena sebagai syarat untuk memenuhi regulasi yang ada di Indonesia saja. Selain itu ada kemungkinan bahwa komite audit tidak dapat menjalankan peran sebagai salah satu elemen kunci dari penerapan corporate governance (Gusnadi & Budiharta, 2008). 2.3.7
Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Tindakan Perataan Laba Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan
besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, nilai pasar saham, dan lain-lain. Pada dasarnya ukuran perusahaan terdiri dari tiga kategori yaitu perusahaan besar, perusahaan menengah, dan perusahaan kecil (Machfoedz, 1994) dalam jurnal (Suwito & Herawaty, 2005). Dalam penelitian Namazi dan Khansalar (2011) yang hasil penelitian menyatakan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap perataan laba. Yang dimaksudkan bahwa semakin besar ukuran perusahaan maka akan semakin kecil manajemen untuk melakukan tindakan
Universitas Internasional Batam Erlina, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tindakan Perataan Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, 2016 UIB Repository©2016
36
perataan laba. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Juniarti dan Carolina (2005) dan Gusnadi dan Budiharta (2008). Ukuran perusahaan yang semakin besar maka akan menjadi sorotan publik sehingga pihak manajemen akan lebih kecil kemungkinannya untuk melakukan tindakan perataan laba karena pihak manajemen masih ingin menjaga nama baik perusahaan (Dewi & Sujana, 2014). 2.3.8
Pengaruh Leverage Terhadap Tindakan Perataan Laba Leverage merupakan kemampuan perusahaan untuk menggunakan aktiva
atau dana yang mempunyai beban tetap yang berguna untuk memperbesar tingkat penghasilan bagi pemilik perusahaan (Syamsuddin, 2002). Leverage terdiri dari 2 jenis yaitu financial leverage dan operating leverage. Financial leverage adalah penggunaan sumber dana tertentu yang akan mengakibatkan beban tetap berupa biaya bunga. Sedangkan Operating leverage adalah penggunaan aktiva tertentu yang akan mengakibatkan beban tetap bagi perusahaan seperti biaya depresiasi pada aset tetap (Gitosudarmo, 1992). Peranasari dan Dharmadiaksa (2014) meneliti pengaruh leverage terhadap perataan laba yang menghasilkan bahwa leverage memiliki pengaruh signifikan positif terhadap perataan laba, sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat leverage perusahaan maka akan semakin tinggi tingkat tindakan perataan laba. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Habid (2005), Arfan dan Wahyuni (2010) dan Prasetya dan Rahardjo (2013). Perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi kemungkinan besar akan melakukan perataan laba untuk menghindari kerugian, semakin besar tingkat
Universitas Internasional Batam Erlina, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tindakan Perataan Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, 2016 UIB Repository©2016
37
financial leverage maka semakin besar hutang yang berarti semakin besar risiko perusahaan terkait pengembalian hutang sehingga manajemen membuat kebijakan untuk meningkatkan pendapatan perusahaan. Hal ini terkait dengan kontrak hutang bahwa laba yang dihasilkan perusahaan harus stabil. Perusahaan untuk memberikan kesan yang baik pada perusahaan dalam mengelola hutang untuk meningkatkan aset maupun pendapatan perusahaan (Widana & Yasa, 2013).
Universitas Internasional Batam Erlina, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tindakan Perataan Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, 2016 UIB Repository©2016
38
2.4.
Model Penelitian Model penelitian ini menggambarkan bahwa pengaruh faktor-faktor
independen terhadap praktik perataan laba yang akan mengambil sampel penelitian pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penahanan Dana
Total Perubahan Penahanan Dana Profitabilitas
Struktur Kepemilikan
Pajak Penghasilan
Perataan Laba
Growth
Keberadaan Komite Audit Ukuran Perusahaan
Leverage
Gambar 5 Model penelitian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tindakan Perataan Laba Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sumber: Mohammadi et al. (2012), Mahmud (2012), Saedi (2012) dan Ranti et al. (2012).
Universitas Internasional Batam Erlina, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tindakan Perataan Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, 2016 UIB Repository©2016
39
2.5
Perumusan Hipotesis Perumusan hipotesis dalam penelitian ini akan dirumuskan sebagai
berikut: H1
Penahanan dana berpengaruh signifikan positif dengan tindakan perataan laba.
H2
Total perubahan jumlah penahanan dana berpengaruh signifikan positif dengan tindakan perataan laba.
H3
Profitabilitas berpengaruh signifikan negatif dengan tindakan perataan laba.
H4
Struktur kepemilikan berpengaruh signifikan negatif dengan tindakan perataan laba.
H5
Pajak penghasilan berpengaruh signifikan positif dengan tindakan perataan laba.
H6
Growth berpengaruh signifikan negatif dengan tindakan perataan laba.
H7
Keberadaan komite audit berpengaruh signifikan negatif dengan tindakan perataan laba.
Universitas Internasional Batam Erlina, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tindakan Perataan Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, 2016 UIB Repository©2016