BAB II KERANGKA TEORI
A. Landasan Teori 1. Etika Bisnis Islam a. Definisi Etika Bisnis Islam Istilah etika, secara teoritis dapat dibedakan kedalam dua pengertian. pertama, etika berasal dari kata yunani ethos yang artinya kebiasaan (custom) atau karakter (character). Dalam pengertian ini, etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri sendiri maupun pada suatu masyarakat atau kelompok masyarakat yang diwariskan dari satu orang ke orang lain atau dari satu generasi ke generasi lain. Kedua, secara terminologis etika merupakan studi sistematis tentang tabiat konsep nilai, baik, buruk, harus, salah dan lain sebagainya dan prinsip-prinsip umum yang membenarkan kita untuk mengaplikasikan atas apa saja.1Fakhri Majid dalam bukunya Ethical Theories
In
Islam
mengatakan,
istilah
etika
dalam
al-quran
direpresentasikan dengan kata khuluq yang biasa diartikan dengan akhlak. 2 Muhammad mendefinisikan bisnis Islami adalah serangkaian aktivitas bisnis dalam berbagai bentuknya yang tidak dibatasi jumlah
1
Faisal Badroen dkk, Etika Bisnis dalam Islam (Jakarta: Kencana Media Group , 2007), hal
2
Mustafa Kamal Rokan, Bisnis Ala Nabi... hlm. 64.
4-5
10
11
kepemilikan hartanya (barang/jasa) termasuk profitnya, namun dibatasi dalam cara memperolehnya dan pendayagunaan hartanya karena aturan halal dan haram.3 Yusuf Qaradhawi menyatakan di dalam sejarah Islam, kita menemukan praktek-praktek bisnis yang menggabungkan etika dan ekonomi, terutama ketika Islam benar-benar dijadikan pedoman utama dalam kehidupan sehari-hari.4 Bisnis adalah kegiatan ekonomis, yakni tukar-menukar, jual-beli, memproduksi-memasarkan,
bekerja-memperkerjakan,
dan
interaksi
manusiawi lainnya, dengan maksud memperoleh untung.5Bisnis dalam al-quran dijelaskan dalam kata tijarah, yang mencakup dua makna, yaitu perniagaan antara manusia dengan Allah.
Ketika seorang memilih
petunjuk dari Allah, mencintai Allah dan Rasul-Nya, berjuang di jalanNya dengan harta dan jiwa, membaca kitab Allah mendirikan shalat, menafkahkan sebagian rezekinya, maka itu sebaik-baik perniagaan antara manusia dengan Allah. Kedua, perniagaan secara khusus berarti perdagangan ataupun jual beli antar manusia.6Dalam surat Al-Baqarah membahas mengenai ekonomi Islam dan bisnis disebutkan tentang etika dan tatacara jual beli, utang-piutang, sewa-menyewa, dan transaksi lainnya. Dalam ajaran
3
Muhammad, Etika Bisnis Islami... hlm. 38.
4
Yusuf Qaradhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam (Jakarta: Gema Insani Press, 1997),
hlm. 55. 5 6
Kees Bertens, Pengantar Etika Bisnis (Yogyakarta : Kanisius, 2000), hlm. 17.
Ika Yunia Fauzia, Etika Bisnis dalam Islam (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2013), hlm. 8.
12
ekonomi islam semua bisnis transaksi dalam bisnis didasari oleh prinsipprinsip yang menjadi pijakan atau patokan. Prinsip dasar dalam bisnis islam adalah prinsip ilahiyah (prinsip ketuhanan). Semua aktivitas termasuk bisnis dilakukan bukan hanya pada dimensi duniawi semata, yang berarti berkaitan dengan untung-rugi saja. Lebih dari itu, berbisnis dalam Islam adalah manifestasi dari kehambaan manusia kepada sang khalik melalui amal sosial yakni berbisnis. 7Menurut Mardani bahwa Setiap orang yang menjalankan usaha bisnis harus berada pada situasi persaingan yang sehat dan wajar, sehingga tidak menimbulkan adanya pemusatan kekuasaan ekonomi pada pelaku usaha tertentu. Karena itu pemberlakuan undang-undang tentang larangan monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. 8
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu, Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS. An-Nisa [4]: 29)
7
Mustafa Kamal Rokan, Bisnis Ala Nabi... hlm. 5.
8
Mardani, Hukum Bisnis Syariah (Jakarta : Prenada media, 2014), hlm. 26.
13
Penggabungan etika dan bisnis dapat berarti memaksakan normanorma agama bagi dunia bisnis, memasang kode etik profesi bisnis, merevisi sistem dan hukum ekonomi, meningkatkan ketrampilan memenuhi tuntutan-tuntutan pihak-pihak luar untuk mencari aman dan sebagainya. Bisnis yang beretika adalah bisnis yang memilki komitmen ketulusan dalam menjaga kontrak sosial yang sudah berjalan. Kontrak sosial merupakan janji yang harus disepakati. Etika bisnis Islam adalah norma-norma etika yang berbasiskan alQuran dan al-hadist yang harus dijadikan acuan oleh siapapun dalam aktivitas bisnis. 9 b. Dasar Hukum Etika Bisnis Islam: Kajian tentang perilaku etis dalam ekonomi dan bisnis dalam perspektif ekonomi Islam berakar dari sumber nilai autentik dalam Islam yaitu Al-Quran dan sunnah Nabi. Dalam Al-Qur’an seperti dalam surat al-Baqarah [2]: 188
Artinya: “Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan 9
Muhammad Djakfar, Etika Bisnis Dalam Prespektif Islam ... hlm. 20.
14
(janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu Mengetahui”. (QS. AlBaqarah [2]: 188) Dalam ayat tersebut secara tegas melarang para pelaku bisnis (penjual dan pembeli) memakan harta sebahagian yang lain dengan jalan batil. Kata bainakum, pada ayat tersebut menunjukan bahwa harta yang haram biasanya menjadi pangkal persengketaan di dalam transaksi antara orang yang memakan yang hartanya dimakan, maksudnya mengambil dengan cara bagaimanapun.10 Penegakan nilai-nilai moral dalam kehidupan perdagangan di pasar harus disadari secara personal oleh pelaku setiap pasar. Artinya, nilainilai moralitas merupakan nilai yang sudah tertanam dalam diri para pelaku pasar, karena ini merupakan refleksi dari keimanan kepada Allah. Dengan demikian, seorang boleh saja berdagang dengan tujuan mencari keuntungan yang sebesar-besarnya, akan tetapi (dalam Islam) bukan sekedar
mencari
besarnya
keuntungan,
melainkan
dicari
juga
keberkahan11 c. Teori Tentang Etika Cikal bakal etika kewajiban ini bisa ditelusuri dari pemikiran filosof Jerman, Immanuel Kant (1724-1804). Etika ini juga dikenal 10
Muhammad dan Alimin, Etika dan Perlindungan Konsumen Dalam Ekonomi Islam (Yogyakarta: BPFE, 2004), hlm. 307 11
Veithzal Rivai, Amir Nuruddin dan Faisar Ananda Arfa, Islamic Business... hlm. 28.
15
dengan deontologi suatu istilah yang diambil dari kata Yunani “deon” yang berarti kewajiban (duty). Etika ini berargumen bahwa sebuah perbuatan mengandung nilai moral dan dinyatakan baik secara moral jika didasari oleh dorongan (motivation) yang baik (good will). Perbuatan baik harus dilakukan dan perbuatan buruk harus dihindari karena menurut etika ini adalah adalah sebuah kewajiban.12 Menurut teori etika barat Distributive justice dalam Islam: Islam mengajarkan keadilan. Hak orang miskin berada dalam harta orang kaya. Eternal Law dalam Islam : Allah mewajibkan manusia untuk mempelajari/membaca wahyunya dan ciptaanya. Keduanya harus seimbang, Islam mewajibkan manusia aktif dalam kegiatan duniawi (muamalah) sebagai proses tazkiyah (growth and purification). Relativisme dalam sudut pandang Islam : perbuatan manusia dan nilainya harus sesuai dengan tuntunan Al-quran dan Hadist. Sedangkan teori hak menurut sudut pandang Islam : menganjurkan kebebasan memilih
sesuai
kepercayaan
dan
menganjurkan
keseimbangan.
Kebebasan tanpa tanggung jawab tidak dapat diterima.13 d. Prinsip Dasar Etika Bisnis Islam: Prinsip-prinsip etika bisnis menurut Al- Qur’an sebagai berikut : 1) Jujur dalam takaran. Jujur dalam takaran ini sangat penting untuk diperhatkan karena Tuhan sendiri secara gamblang mengatakan “Celakalah bagi orang yang curang “. Masalah kejujuran tidak hanya 12
Muhammad Said. Etika Bisnis Prespektif Ekonomi Islam, hlm. 9.
13
Faisal badroen dkk, Etika Bisnis dalam Islam... hlm. 37.
16
pada Islam tetapi dalam bisnis modern juga sangat menekankan prinsip kejujuran. Menurut Bhyam bahwa dalam semua hubungan, kepercayaan
adalah
elemen
mendasar.
Dalam
bisnis
untuk
membangun kerangka kepercayaan itu seorang pedagang harus mampu berbuat jujur atau adil, baik terhadap dirinya maupun terhadap orang lain. 2) Menjual barang yang baik mutunya. Salah satu cacat etis dalam perdagangan adalah tidak transparan dalam hal mutu, yang berarti mengabaikan tanggungjawab moral bisnis. Lebih jauh mengejar keuntungan dengan menyembunyikan mutu, identik dengan bersikap tidak adil. Secara tidak langsung telah mengadakan penindasan terhadap pembeli, ini merupakan efek negatif bagi keadilan. 3) Dilarang menggunakan sumpah. Mereka terlalu mudah menggunakan sumpah dengan maksud untuk meyakinkan pembeli bahwa barang dagangannya benar-benar berkualitas, dengan harapan agar terdorong untuk membelinya. Dalam Islam hal itu tidak dibenarkan dan juga menghilangkan keberkahan.14 4) Longgar dan bermurah hati. Dalam transaksi terjadi kontrak penjual dan pembeli. Dalam hal ini seorang penjual diharapkan bersikap ramah dan bermurah hati kepada pembeli, sikap tersebut dapat menyejukan hati pembeli, dan bahkan pada akhirnya pembeli akan
14
Muhammad Djakfar, Etika Bisnis Dalam Prespektif Islam ... hlm. 25-27
17
menjadi pelanggan setia yang akan menguntungkan pengembangan bisnis dikemudian hari. 5) Membangun hubungan baik (interrelation ships) antar kolega. Islam menekankan konsturktif dengan siapapun, inklud dalam sesama pelaku bisnis. Islam tidak menghendaki dominasai pelaku baik bentuk monopoli,
oligopoli,
maupun
bentuk
yang
lain
yang tidak
mencerminkan rasa keadilan atau pemerataan pendapatan yang terpenting dalam jual beli antara penjual dan pembeli tidak hanya mengejar keuntungan semata, namun dibalik itu nilai kebersamaan untuk saling menjaga jalinan kerjasama yang terbangun lewat silaturrahmi. 6) Tertib administrasi. Dalam dunia perdagangan wajar terjadi praktik pinjam-meminjam. Dalam hubungan al-Quran perlunya mengajarkan administrasi transaksi hutang-piutang tersebut agar manusia terhindar dari kesalahan yang mungkin terjadi. 7) Menetapkan harga dengan trasnparan. Menetapkan harga dengan terbuka dan transparan dalam Islam sangat dihormati agar tidak terjerumus konsep riba. Dalam arti penjual harus bersikap toleran terhadap kepentingan pembeli terlepas apakah ia sebagai konsumen, ataupun bebas.15 Menurut Sri Nawatmi terdapat prinsip-prinsip etika bisnis Islam, meliputi: 15
Muhammad Djakfar, Etika Bisnis Dalam Prespektif Islam ... hlm. 28-31
18
a) Melarang bisnis yang dilakukan dengan proses kebatilan bisnis tidak boleh mengandung unsur riba. b) Kegiatan bisnis juga memiliki fungsi sosial baik melalui zakat dan sedekah. c) Melarang pengurangan hak atas suatu barang atau komoditas yang didapat atau diproses dengan media takaran atau timbangan karena merupakan bentuk kezaliman. d) Menjunjung tinggi nilai-nilai keseimbangan baik ekonomi maupun sosial, keselamatan dan kebaikan serta tidak menyetujui kerusakan dan ketidakadilan. e) Pelaku bisnis dilarang berbuat zalim (curang) baik bagi dirinya sendiri maupun kepada pelaku bisnis yang lain16 Al-Qur’an dalam mengajak manusia untuk mempercayai dan mengamalkan tuntutannya dalam segala aspek kehidupan seringkali menggunakan istilah- istilah yang dikenal dalam dunia bisnis, seperti jual-beli, untung-rugi dan sebagai- nya. 2. Aksioma17 Etika Bisnis Islami Konsep kunci yang membentuk sistem etika bisnis Islami adalah: kesatuan (unity), keseimbangan (equilibrium), kehendak bebas (free will) dan tanggungjawab (responsibility)
16
Sri Nawatmi, “Etika Bisnis Dalam Prespektif Islam” (Semarang: Fokus Ekonomi (FE), April, Vol. 9, No.1, 2010), hlm. 55. 17
Aksioma (hal yang sudah menjadi umum dan jelas kebenarannya), aksioma ini merupakan turunan dari hasil penerjemahan kontemporer akan konsep-konsep fundamental dari nilai moral islami. Menurut faisal badroen, dkk, Etika Bisnis dalam Islam... hlm. 88.
19
a. Kesatuan (unity) Konsep kesatuan/tauhid (dimensi vertikal) berarti Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa menetapkan batas-batas tertentu atas perilaku manusia sebagai kholifah, untuk memberikan manfaat pada individu tanpa mengorbankan hak-hak individu lainnya. Tauhid merupakan konsep serba ekslusif dan serba inklusif. Pada tingkat absolut ia membedakan Khalik dengan makhluk, memerlukan penyerahan tanpa syarat kepada kehendak- Nya, tetapi pada eksistensi manusia memberikan suatu prinsip perpaduan yang kuat sebab seluruh umat mansuia dipersatukan dalam ketaatan kepada Allah semata.18 Konsep ini memadukan keseluruhan aspek muslim yang meliputi : ekonomi, politik, agama, serta mementingkan konsep konsistensi dan keteraturan
yang menyeluruh (sistemik). Aksioma ini tentunya
pengusaha muslim tidak mendiskriminasi diantara para pekerja, penjual, pembeli dan mitra kerja atas dasar pertimbangan ras, warna kulit, jenis kelamin atau agama.
19
kemudian terpaksa atau dipaksa melakukan
praktek-praktek mal bisnis karena hanya Allah-lah yang semestinya ditakuti dan dicintai. menimbun kekayaan atau serakah, karena hakikatnya kekayaan merupakan amanah Allah.
18
Lukman Fauroni, “Rekonstruksi Etika Bisnis Prespektif Al-Quran” (Yogyakarta: Iqtisad Jurnal of Islamic Economics Vol4, No.1.2003), hlm. 100. 19
Ahmad Syukron, “Membongkar Konsep Etika Bisnis Dalam Al-Quran: Sebuah Prespektif Epistimologis”, (Pekalongan: Jurnal-Jurnal Ilmu Keislaman. Vol 12, ), hlm. 11.
20
Masudul Alam Choudhury dalam pemaparannya mengenai endogeneity of etihics in islamic socio-scientific order menyatakan bahwa Ibnu Arabi dan para filsufnya meyakini bahwa mencermati keberaturan segala sesuatu dialam semesta ini berarti dapat menembus esensi dari keesaan Tuhan.20
Artinya : “Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al-an’am[6]:162) Dalam prespektif Islam, kegiatan konsumsi yang dilakukan dalam rangka beribadah kepada Allah swt, sehingga senantiasa berada dalam hukum-hukum syariah.21Konsep kesatuan/keesaan menggabungkan ke dalam sifat homogen semua aspek yeng berbeda-beda dalam kehidupan seseorang muslim. Menurut paham jabariyah bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan menentukan kehendak dan perbuatannya. Manusia menurut paham ini terikat kehendak Tuhan. Bahwa manusia menjalankan perbuatanya dalam keadaan terpaksa. Perbuatan manusia telah ditentukan dari semula oleh kadar Tuhan.22
20
Faisal Badroen dkk, Etika Bisnis dalam Islam... hlm. 89.
21
Nur Rianto, Dasar-Dasar Ekonomi Islam (Solo: PT Era Adicitra Intermedia, 2011), hlm.
141. 22
Muhammad Djakfar, Anatomi Perilaku Bisnis Dialektika Etika Dengan Realitas (Malang: UIN Malang Press, 2009), hlm. 47.
21
Ketundukan manusia dengan Tuhan telah membantu mereka dalam merealisasikan potensi teormofiknya sekaligus membebaskan dari perbudakan manusia. Dengan mengintregasikan aspek religius dengan aspek-aspek kehidupan yang lain seperti ekonomi, akan mendorong manusia ke dalam suatu keutuhan yang selaras, konsisten dalam dirinya dan selalu merasa diawasi oleh Tuhan. Semakin kuat dan mantap jika dimotivasi oleh perasaan tauhid (kesatuan/keesaan) kepada Tuhan, sehingga dalam melakukan segala aktivitas bisnis tidak akan mudah menyimpang dari segala ketentuannya. Ini berarti, konsep keesaan akan memiliki pengaruh yang paling mendalam terhadap diri seorang muslim.23 b. Keseimbangan (equilibrium) Keseimbangan menggambarkan dimensi horizontal ajaran Islam, dan berhubungan dengan harmoni segala sesuatu di alam semesta.24 Allah memperingatkan kepada para pedagang muslim untuk menghindari praktek bisnis yang bertentangan dengan prinsip dalam al-Quran, sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah :
23
Muhammad Djakfar, Etika Bisnis Dalam Prespektif Islam ... hlm. 13.
24
Muhammad, Etika Bisnis Islami.... hlm. 53.
22
Artinya : “Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”. (QS. Al-Isra[17]: 35) Konsep keseimbangan untuk menjaga antara mereka Si Kaya dan mereka Si Miskin, Allah SWT menekankan arti penting sikap saling memberi dan mengutuk tindakan konsumsi yang berlebih-lebihan. Berlaku adil akan dekat dengan takwa, karena itu dalam perniagaan (tijarah), Islam melarang untuk menipu walau sekedar membawa sesuatu pada kondisi yang menimbulkan keraguan sekalipun. Kondisi dapat berupa seperti adanya gangguan pada mekanisme pasar (penawaran atau permintaan) atau adanya informasi penting mengenai transaksi yang tidak diketahui oleh salah satu pihak. 25 Pada struktur ekonomi dan bisnis, agar kualitas keseimbangan dapat mengendalikan semua tindakan manusia, maka harus memenuhi; pertama, hubungan-hubungan dasar antara konsumsi, distribusi dan produksi harus berhenti pada suatu kesetimbangan tertentu demi menghindari
pemusatan
kekuasaan
ekonomi
dan
bisnis
dalam
genggaman segelintir orang. Kedua, keadaan perekonomian yang tidak konsisten dalam distribusi pendapatan dan kekayaan harus ditolak karena Islam menolak daur tertutup pendapatan dan kekayaan yang menjadi semakin menyempit26.
25
Faisal Badroen dkk, Etika Bisnis dalam Islam... hlm. 91.
26
Lukman Fauroni, Rekonstruksi Etika Bisnis Prespektif Al-Quran...hlm. 101
23
Keadilan dalam produksi dan distribusi secara umum orientasi produksi dalam berbisnis syariah bertujuan mencari nilai tambah dan keuntungan dengan nilai ibadah.27Pada dataran ekonomi konsep kesejajaran
ekonomi,
menentukan
konfigurasi
aktivitas-aktivitas
distribusi, konsumsi serta produksi yang terbaik, dengan pemahaman yang jelas bahwa kebutuhan seluruh anggota masyarakat yang kurang beruntung dalam masyarakat Islam didahulukan atas sumber daya riil masyarakat. Prinsip keadilan: bahwa al-quran sendiri secara tegas menyatakan bahwa maksud yang diwahyukan adalah untuk membangun keadilan dan persamaan. Fakta unik dari keadilan islam, maududi berkata bahwa hanya Islamlah yang mampu menghadirkan sebuah yang realistik dan keadilan sosial yang sempurna.28 Dengan
demikian
Islam
menunutut
keseimbangan
antara
kepentingan pribadi dan kepentingan orang lain, antara si Kaya dan Si Miskin, antara penjual dan pembeli dan lain sebagainya. Artinya hendaknya sumber daya ekonomi itu tidak hanya terakumulasi pada kalangan atau orang-orang tertentu saja, berarti kekejaman yang berkembang dimasyarakat. Bukankah orang lain juga mempunyai hak yang sama setelah mereka menunaikan kewajibannya masing-masing.29
27
Mardani, Hukum Bisnis Syariah... hlm. 57.
28
Mustaq Ahmad, Etika Bisnis Dalam Islam (Jakarta: Pustaka Alkautsar ,2006), hlm. 99.
29
Muhammad Djakfar, Etika Bisnis Dalam Prespektif Islam ... hlm. 15.
24
c. Kehendak bebas (free will) kontribusi Islam yang paling orisinal dalam filsafat sosial tentang konsep manusia “bebas”. Hanya Tuhan yang bebas, namun dalam batasbatas skema penciptaan-Nya manusia juga secara relatif mempunyai kebebasan. Pada tingkat tertentu, manusia diberikan kehendak bebas untuk mengendalikan hidupnya manakal Allah menurunkannya ke Bumi. Dengan tanpa mengabaikan kenyataan bahwa ia sepenuhnya dituntun oleh hukum yang diciptakan Allah SWT, ia diberi kebebasan untuk berfikir dan membuat keputusan, untuk memilih apapun jalan hidup yang ia inginkan, ia dapat memilih perilaku yang etis ataupun tidak etis yang akan ia jalankan.30 Kebebasan
melakukan
kontrak
namun
menolak
laizez
faire(invisible hand), karena nafs amarah cenderung mendorong pelanggaran sistem responsibility (tanggungjawab).31 Kebebasan dalam kepemilikan usaha bisnis adalah seseorang bebas memiliki harta dan mengelolanya,
sekaligus
melakukan
berbagai
transaksi
yang
dikehendakinya selama tidak melanggar syara’. Konsep ini menentukan bahwa pasar islami harus bisa menjamin adanya kebebasan pada masuk atau keluarnya sebuah komoditas, untuk menjamin adanya pedistribusian kekuatan ekonomi dalam sebuah mekanisme yang proposional.32
30
Muhammad, Etika Bisnis Islami... hlm. 56.
31
Faisal Badroen dkk, Etika Bisnis dalam Islam ... hlm. 37.
32
Faisal badroen dkk, Etika Bisnis dalam Islam ... hlm. 95.
25
Berdasarkan prinsip ini, Menurut Lukman Fauroni para pelaku bisnis mempunyai kebebasan untuk membuat perjanjian, termasuk menepati atau mengingkarinya. Seorang muslim yang percaya pada kehendak Allah, akan memuliakan semua janji yang dibuatnya. 33 Bahwa tidak adanya kebebasan yang dinikmati oleh seorang pelaku bisnis muslim dalam hal perdagangan nasional dan internasional merefleksikan prinsip-prinsip anti paksaan. SM Yusuf menegaskan bahwasanya impor barang hendaknya bebas dari segala tekanan dan kewajiban membayar pajak, dengan demikian para konsumen bisa menikmati hasil dagangannya dengan penuh. Keadilan bagi kedua belah pihak, konsumen dan produsen menghajatkan akan adanya pembebasan dari semua ketaatan-ketaatan itu, artinya bahwa seorang produsen dan konsumen bebas dari semua aturan-aturan tentang bisnis usahanya.34 Seorang muslim bebas melakukan bentuk transaksi apa saja selama hal itu berada dalam batasan yang diijinkan. Al-quran memberikan kebebasan berbisnis secara sempurna, baik itu bersifat internal maupun eksternal. Sebuah hadist yang diriwayatkan oleh al-Bazaar menyatakan: “Pekerjaan apakah yang paling baik ya Rasulullah? Rasulullah bersabda :“seorang bekerja dengan tangan sendiri dan melakukan jual beli dengan bersih”. Dilain pihak “Rasulullah bersabda :
33
Lukman Fauroni, Rekonstruksi Etika Bisnis Prespektif Al-quran... hlm 102
34
Mustaq Ahmad, Etika Bisnis Dalam Islam ... hlm. 99
26
قج ُهللاز لتَّل ِب: ُهللا عَع ْني ِب َع َعسعَّل َع
ِب َع عَّلى
َعق َع َعر ُهللاس ْن َع: ُهللا َع ْن ُهللا ق َع َع
ضى َع ْن َع ِب ْن َعس ِبعيْند َعر ِب
ق ألَع ِبم ُهللا ص ُهللاد ُهللا ( ين َعم َعع ْنل َّلبِبيِّ ْنينَع َع لصِّ ِبديِبق ْنينَع َع ْنل ُّشهَع َعد ِبء (ر ه لتز مذى ل َّل “pedagang yang jujur lagi terpercaya adalah bersama nabi, orang shadiqin, dan para suhada” (HR. Tarmidzi)35. Ibn khaldun mengilustrasikan bahwa sangat berbahaya bagi pemerintah jika monopoli pasar dengan mempersempit ruang industri dan perniagaan pasar, prinsip kesempatan yang sama bagi siapapun untuk berproduksi haruslah dianut, kehidupan perekonomian menjamin terjadinya proses inputasi antar produsen ke konsumen dalam kesempatan yang sama.36 Pembatasan dalam hal keuangan dan kontrol pertukaran juga dibebaskan karena hal ini menyangkut kebebasan para pelaku bisnis. Kompetensi terbuka yang didasarkan pada hukum natural dan alami, yakni adanya penawaran dan permintaan kebutuhan (supply dan demand) juga sangat didorong.37Menurut paham Qadariyah manusia mempunyai kebebasan dan kekuatan sendiri untuk mewujudkan perbuatannya. Dengan demikian manusia mempunyai Qudrah (Kekuatan) untuk melaksanakan kehendaknya pada qodar atau kadar Tuhan. 38
35
Mardani, Ayat- Ayat dan Hadist Ekonomi Syariah, ( Jakarta: Rajawali Press, 2011), hlm.177-178 36
Faisal badroen dkk, Etika Bisnis dalam Islam ... hlm. 100.
37
Mustaq Ahmad, Etika Bisnis Dalam Islam ... hlm. l95.
38
Muhammad Djakfar, Anatomi Perilaku Bisnis Dialektika... hlm. 47.
27
d. Tanggungjawab Kebebasan yang tak terbatas adalah sebuah absurditas, ia mengimplikasikan tidak adanya sikap tanggungjawab atau akuntabilitas. Untuk memenuhi konsep keadilan dan kesatuan yang kita lihat dalam ciptaan Allah, manusia harus bertanggung jawab terhadap tindakannya. Allah SWT menekankan konsep tanggungjawab moral tindakan seseorang dengan firmannya:
Artinya :“Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah. (QS. An-Nisa[4]: 123) Kata “Mu” di sini ada yang mengartikan dengan kaum muslimin dan ada pula yang mengartikan kaum musyrikin. maksudnya ialah pahala di akhirat bukanlah menuruti angan-angan dan cita-cita mereka, tetapi sesuai dengan ketentuan-ketentuan agama.39 Tanggungjawab muslim yang sempurna ini tentu saja disasarkan atas kebebasan yang luas, dimulai kebebasan untuk memilih keyakinan dan berakhir dengan keputusan yang peling tegas yang perlu diambilnya. Karena kebebasan itu merupakan gambaran dari tanggungjawab. Dengan demikian aksioma tanggungjawab 39
berkaitan
dengan
Muhammad, Etika Bisnis Islami... hlm. 56.
aksioma
kesatuan
(unity),
28
keseimbangan, kehendak bebas. Semua harus dilaksanakan, jika tidak maka secara moral adalah salah.40 Dunia bisnis hal semacam itu juga sangat berlaku. Setelah melaksanakan segala aktifitas bisnis dengan berbagai bentuk kebebasan, bukan berarti semuanya selesai saat tujuan yang dikehendaki tercapai, atau ketika sudah mendapatkan keuntungan. Semua itu perlu adanya pertanggungjawaban atas apa yang telah pebisnis lakukan, baik itu pertanggungjawaban ketika ia bertransaksi, memproduksi barang, menjual barang, melakukan jual-beli, melakukan perjanjian dan lain sebagainya.41 Yusuf Qaradawi dalam bukunya norma dan etika ekonomi Islam secara tegas telah memisahkan antara nilai-nilai dan perilaku dalam perdagangan. Diantara norma-norma atau nilai-nilai syariah itu adalah sebagai berikut : 1) Larangan memperdagangkan barang-barang haram 2) Bersikap benar, amanah, dan jujur 3) Menegakkan keadilan dan mengharamkan bunga 4) Menerapkan kasih sayang dan mengharamkan monopoli 5) Menegakkan toleransi dan persaudaraan
40 41
Faisal Badroen dkk, Etika Bisnis dalam Islam ... hlm. 101.
Novita Sa’adatul Hidayah.”Persiangan Bisnis Pedagang Pasar Ganefo Mraggen Demak dalam Tinjauan Etika Bsinis Islam,” Skripsi (Semarang: Universitas Islam Negeri Walisongo, 2015), hlm. 33.
29
6) Berpegang pada prinsip bahwa perdagangan adalah bekal menuju akhirat42 3. Pasar a. Definisi Pasar Pasar adalah himpunan pembeli aktual dan pembeli potensial suatu produk. Pasar dapat timbul disekitar produk yang bernilai. Dengan kata lain pasar adalah bertemunya penjual dan pembeli potensil untuk mengadakan transaksi atas produk yang bernilai dan dapat memuaskan kebutuhan serta keinginannya.43 Dalam Islam, pasar merupakan wahana transaksi ekonomi yang ideal, karena secara teoritis maupun praktis, Islam menciptakan suatu keadaan pasar yang dibingkai oleh nilai-nilai syariah, meskipun tetap dalam suasana bersaing. Ini tentu saja bukan hanya kewajiban personal pelaku pasar tetapi juga membutuhkan intervensi pemerintah. Untuk itulah pemerintah mempunyai peranan penting dalam menciptakan pasar yang Islami. Konsep pemasaran dinyatakan bahwa konsumen akan merasa puas bila kebutuhan dan keinginanan dipenuhi secara terus menerus. Peter drucker mengatakan bahwa penjualan hanyalah puncak dari sebuah gunung es pemasaran. Bahwa kunci untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi terdiri dari penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran
43
42
Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam ... hlm. 173.
43
Irawan, Pemasaran Prinsip dan Kasus (Yogyakarta: BPFE anggota IKAPI,1997), hlm.
30
dan penyerahan produk yang memuaskan secara lebih efektif dan efisien dibandingkan para pesaing.44 b. Mekanisme pasar Agar mekanisme pasar dapat berjalan dengan baik dan memberikan mutu yang baik bagi para pelakunya maka nilai-nilai moralitas mutlak harus ditegakkan. Secara khusus nilai moralitas yang mendapat perhatian penting dalam pasar yakni, persaingan yang sehat, kejujuran, keterbukaan, dan keadilan. Menurut Ibnu Taimiyah, bahwa kenaikan harga tidak selalu disebabkan oleh ketidakadilan, dari pedagang atau penjual, sebagaimana dapat dipahami orang pada waktu itu. Ia menunjukan bahwa harga merupakan hasil interaksi hukum permintaan penawaran yang berbentuk karenafaktor yang kompleks.45 Menurut Ibnu khaldun tingkat keuntungan yang wajar akan mendorong tumbuhnya perdagangan, sementara tingkat keuntungan yang terlalu rendah akan membuat lesu perdagangan. Sebaliknya, jika tingkat keuntungan terlalu tinggi perdagangan juga akan melemah sebab akan menurunkan tingkat permintaan konsumen.46
44
Irawan, Pemasaran Prinsip dan Kasus ...hlm. 16
45
Nur Rianto, Dasar-Dasar Ekonomi Islam. (Solo: Pt Era Adicitra intermedia, 2011), hal.
46
Nur. Rianto, Dasar-Dasar Ekonomi Islam... hlm. 187.
182
31
Dengan mengacu praktek kehidupan pasar pada masa Rasulullah dan para sahabatnya, Ibnu Taymiyyah menyatakan bahwa ciri khas kehidupan pasar yang islami adalah: 1) Orang harus bebas keluar masuk pasar. 2) Adanya informasi yang cukup mengenai kekuatan-kekuatan pasar dan barang dagangan. 3) Unsur-unsur monopolistik harus dilenyapkan dari pasar. Kolusi antar penjual dan pembeli harus dihilangkan. 4) Adanya kenaikan penurunan harga yang disebabkan oleh naik turunya tingkat permintaan dan penawaran. 5) Adanya homogenitas dan standarisasi produk agar terhindar dari pemalsuan produk, penipuan, dan kecurangan kualitas barang.47
B. Tinjauan Pustaka Dalam proses pembuatan proposal ini, telah ditemukan sumber yang membahas mengenai teori ekonomi terutama masalah-masalah yang berkaitan dengan penelitian ini, dan penelitian terdahulu dijadikan sebagai bahan referensi tersendiri dalam pembuatan proposal penelitian ini, antara lain adalah: Erik Lesmana (2010) melakukan penelitan “Pemahaman Etika Bisnis Islam dan Tingkat Persaingan Usaha serta Perilaku Dagang (Studi Kasus Pedagang Muslim di Pasar Ciputat Tanggerang)”. Hasil penelitian, bahwa tingkat persaingan usaha memiliki hubungan yang nyata dan searah terhadap 47
Novita Sa’adatul Hidayah.”Persiangan Bisnis Pedagang Pasar Ganefo Mraggen Demak dalam Tinjauan Etika Bsinis Islam,” Skripsi ... hlm. 17
32
perilaku pedagang muslim dan pemahaman etika bisnis islam di pasar ciputat. Sedang pengaruhnya sedang dan kuat48 Ahmad Faiz (2009) dalam penelitian “Pengaruh Tingkat Keagamaan Terhadap Perilaku Pedagang di Pasar Kebayoran Lama Jakarta Selatan” dengan menggunakan alat analisis regresi linier berganda maka hasil uji statistik secara parsial yang berpengaruh terhadap perilaku dagang dari variabel keagamaan adalah aqidah, ibadah, ilmu dan penghayatan, sedangkan akhlak tidak berpengaruh signifikan terhadap perilaku dagang. Variabel keagamaan berpengaruh secara simultan terhadap perilaku dagang.49 Hafiz Juliansyah (2011), melakukan penelitian “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Etika Bisnis Islam Pedagang Pasar Ciputat”. Berdasarkan uji statistik bahwa faktor ihsan, keseimbangan dan tanggungjawab berpengaruh terhadap pedagang pasar ciputat dalam berperilaku etis
sebesar 47,140%.
Sedangkan faktor kehendak bebas dan tauhid berpengaruh terhadap pedagang pasar ciputat dalam berperilaku etis dalam menjalankan bisnis secara Islam sebesar 20, 095%. Faktor Ihsan, Keseimbangan dan tanggungjawab yang paling dominan berpengaruh terhadap pedagang pasar ciputat dalam berperilaku etis.50
48
Erik Lesmana, “Pemahaman Etika Bisnis Islam Dan Tingkat Persaingan Usaha Serta Perilaku Dagang (Studi Kasus Pedagang Muslim Di Pasar Ciputat Tanggerang), Skripsi (Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2010), hlm. 5 49
Ahmad Faiz, “Pengaruh Tingkat Keagamaan Terhadap Perilaku Pedagang Di Pasar Kebayoran Lama Jakarta Selatan,” Skripsi (Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2009), hlm. 18 50
Hafiz Juliansyah, “ Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Etika Bisnis Islam Pedagang Pasar Ciputat,” Skripsi (Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2011), hlm. 108
33
Elfina Yenti, melakukan penelitian “Pengaruh Pemahaman Nilai-Nilai Syariah Terhadap Perilaku Bisnis Pedagang Minang Pada Pasar Aur Kuning Bukittinggi”. Dengan menggunakan Korelasi Product Moment dari Karl Pearson dan regresi linear, maka diperoleh hasil penelitian bahwa terdapat pengaruh yang positif antara pemahaman nilai-nilai syariah dengan perilaku bisnis pedagang Minang pada pasar Aur Kuning ( r = 0.799 ), artinya pengaruh antar variabel mempunyai korelasi sedang. Persamaan regresi yang diperoleh : Y = -39,344 + 2,227 X, jika terjadi peningkatan pemahaman terhadap nilai-niai syariah
akan memberikan penambahan perubahan perilaku kearah yang
positif. Akan tetapi bila nilai X (pemahaman terhadap nilai-nilai syariah) adalah nol, maka nilai perilaku menjadi negatif. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan T.Test analysis diperoleh nilai thitung
= 12,795.
Sedangkan nilai kritis menurut tabel dengan tingkat signifikansi 5% dengan menggunakan rumus t α/2 (n-2) dan n ≥ 30 adalah ± 1,96. Karena thitung > ttabel maka Ho ditolak. Artinya pemahaman nilai-nilai syariah berpengaruh signifikan terhadap perilaku bisnis Pedagang Minang pasar Aur Kuning Bukittinggi.51 Tuti Alawiyah (2012) melakukan penelitian “Analisis Perilaku Jual beli Para Pedagang Sayur (Muslim) Dipasar Wiradesa Dalam Prespektif Etika Bisnis Islam”. Hasil penelitian bahwa sebagian besar para pedagang sayur di pasar wiradesa memeluk agama islam. Para pedagang sangat menghormati dan berusaha mentaati serta melaksanakan nilai-nilai syariah. Hal itu dibuktikan 51
Elfina Yenti, “Pengaruh Pemahaman Nilai-Nilai Syariah Terhadap Perilaku Bisnis Pedagang Minang Pada Pasar Aur Kuning Bukittinggi,” Bukit Tinggi, hlm. 1
34
mereka dalam pengecekan timbangan yang dipengaruhi interpretasi terhadap hukum. Interpretasi mereka yang dialami pedagang merupakan kesadaran dari pribadi mereka sebagai umat muslim.52
52
Tuti Alawiyah, “Analisis Perilaku Jualbeli Para Pedagang Sayur (Muslim) Dipasar Wiradesa Dalam Prespektif Etika Bisnis Islam”, Skripsi (Pekalongan: Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam Negeri Pekalongan, 2012), hlm. 89
35
No
Nama
Judul
Jenis Variabel Penelitian Penelitian Penelitian Pemahaman Kuantitatif Etika Bisnis Islam (X1) Persaingan Usaha (X2), dan Perilaku Dagang (Y)
1.
Erik Lesmana (2010)
Pemahaman Etika Bisnis Islam dan Tingkat Persaingan Usaha serta Perilaku Dagang (Studi Kasus Pedagang Muslim di Pasar Ciputat Tanggerang)
2.
Ahmad Faiz (2009)
Pengaruh Tingkat Keagamaan Terhadap Perilaku Pedagang di Pasar Kebayoran Lama Jakarta Selatan
3.
Hafiz Jualiansy ah (2011)
Faktor-Faktor Yang Penelitian Tauhid (X1), Mempengaruhi Etika Kuantitatif Keseimbangan Bisnis Islam Pedagang (X2). Pasar Ciputat Tanggungjawab
Penelitian Karakteristik Kuantitatif keagamaan pedagang (X) dan Perilaku dagang (Y)
Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu Hasil Penelitian
Perbedaan
Bahwa tingkat persaingan usaha memiliki Selain untuk mengetahui hubungan yang nyata dan searah terhadap perilaku pemahaman etika bisnis islam, pedagang muslim di pasar ciputat. Penelitian ini menjelaskan mengenai persaingan usaha. Lokasi penelitian berbeda, yakni Pasar Ciputat Tanggerang. Metode analisis data yang digunakan berbeda, yaitu analisis korelasi Rank Spearman Berdasarkan hasil uji statistik secara parsial yang berpengaruh terhadap perilaku dagang dari variabel keagamaan adalah aqidah, ibadah, ilmu dan penghayatan, sedangkan akhlak tidak berpengaruh signifikan terhadap perilaku dagang. Variabel keagamaan berpengaruh secara simultan terhadap perilaku dagang.
Variabel yang digunakan berbeda, yaitu dependen tingkat keagamaan dan independen perilaku dagang. Lokasi penelitian berbeda, yakni Pasar Kebayoran lama.
Berdasarkan uji statistik bahwa faktor Ihsan, Keseimbangan dan tanggungjawab berpengaruh terhadap pedagang pasar ciputat dalam berperilaku etis dalam menjalankan bisnis secara islam sebesar 47,140%
Variabel dependen berbeda yakni, tidak ada variabel ihsan. Lokasi penelitian berbeda yakni pedagang pasar ciputat.
36
(X3) kehendakbebas (X4) dan Ihsan (X5), Etika Bisnis Islam (Y) 4.
Elfina Yenti
Pengaruh Pemahaman Nilai-Nilai Syariah Terhadap Perilaku Bisnis Pedagang Minang Pada Pasar Aur Kuning Bukittinggi
Sedangkan faktor kehendak bebas dan tauhid berpengaruh terhadap pedagang pasar ciputat dalam berperilaku etis sebesar 20, 095% Faktor Ihsan, Keseimbangan dan tanggungjawab yang paling dominan berpengaruh terhadap pedagang pasar ciputat dalam berperilaku etis
Penelitian Pemahaman (X) Berdasarkan penelitian terdapat pengaruh yang Kuantitatif dan perilaku (Y) positif antara pemahaman nilai-nilai syariah dengan perilaku bisnis pedagang Minang pada pasar Aur Kuning (r = 0.799), artinya pengaruh antar variabel mempunyai korelasi sedang. Persamaan regresi yang diperoleh : Y = -39,344 + 2,227 X, jika terjadi peningkatan pemahaman terhadap nilai-niai syariah akan memberikan penambahan perubahan perilaku kearah yang positif. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan T.Test analysis diperoleh nilai thitung=12,795. Sedangkan nilai kritis menurut tabel dengan tingkat signifikansi 5% dengan menggunakan rumus t α/2 (n-2) dan n ≥ 30 adalah ± 1,96. Karena thitung > ttabel maka Ho ditolak. Artinya pemahaman nilai-nilai syariah berpengaruh signifikan terhadap perilaku bisnis Pedagang Minang pasar Aur Kuning Bukittinggi.
Penelitian berbeda, lebih menjelaskan pemahaman nilai-nilai syariah Lokasi penelitian berbeda yakni Pasar aur Kuning Bukittinggi Alat yang digunakan berbeda yaitu korelasi product moment dari kerl pearson, tetapi penelitian ini juga menggunakan regresi linier.
37
5.
Tuti Alawiya h (2012)
Analisis Perilaku Penelitian Jualbeli Para Kualitatif Pedagang Sayur (Muslim) Dipasar Wiradesa Dalam Prespektif Etika Bisnis Islam.(Studi Kasus Pedagang Sayur Di Pasar Wiradesa).
Perilaku Jualbeli para Pedagang sayur
Sebagian besar para pedagang sayur di pasar wiradesa memeluk agama islam. Para pedagang sangat menghormati dan berusaha mentaati serta melaksanakan nilai-nilai syariah. Hal itu dibuktikan mereka dalam pengecekan timbangan yang dipengaruhi interpretasi terhadap hukum. Interpretasi mereka yang dialami pedagang merupakan kesadaran dari pribadi mereka sebagai umat muslim.
Penelitian berbeda, lebih menjelaskan perilaku jualbeli para pedagang sayur. Lokasi penelitian berbeda yaitu Pasar wiradesa Alat yang digunakan berbeda yaitu, metode analisis deskriptif
38
C. Kerangka Berfikir 1. Pengaruh Antara Variabel Kesatuan Terhadap Etika Bisnis Islam Bahwa hubungan ini dipengaruhi oleh penyerahan tanpa syarat manusia dihadapan-Nya, dengan menjadikan keinginan, ambisi, serta perbuatannya tunduk pada perintah-Nya sebagaimana dalam berbisnis haruslah sesuai dengan syariah.53 2. Pengaruh Antara Variabel Keseimbangan Terhadap Etika Bisnis Islam prinsip keseimbangan menyediakan penjabaran yang komplit seluruh kebajikan dasar institusi sosial : hukum, politik dan ekonomi. 54 3. Pengaruh Antara Variabel Kehendak bebas Terhadap Etika Bisnis Islam Kehendak bebas yang relatif(nisbi) manusia bisa saja menjatuhkan pilihan pada pilihan yang “benar” dan pada saat lain pada pilihan yang “salah”. Dalam Islam anugerah Tuhan pada pilhan awal manusia terhadap yang “benar”. Inilah dasar etika yang sangat dijunjung tinggi dalam islam. 55 4. Pengaruh Antara Variabel Tanggung jawab Terhadap Etika Bisnis Islam Prinsip ini begitu mendasar dalam ajaran-ajaran Islam. Terutama jika dikaitkan
dengan
kebebasan
ekonomi.
Penerimaan
pada
prinsip
tanggungjawab individu ini berarti setiap orang akan diadili secara personal di Hari kiamat kelak. 56
53
Syed Nawab Haedar Naqvi, Menggagas Ilmu Ekonomi Islam....hlm. 37.
54
Syed Nawab Haedar Naqvi, Menggagas Ilmu Ekonomi Islam....hlm. 39.
55
Muhammad Djakfar, Etika Bisnis Dalam Prespektif Islam ... hlm. 15-16.
56
Faisal Badroen dkk, Etika Bisnis dalam Islam ... hlm. 100.
39
Berdasarkan latarbelakang, rumusan masalah dan penjelasan teori diatas maka muncul suatu kerangka teori 4 variabel independen yaitu kesatuan, keseimbangan, kehendak bebas, dan tanggungjawab, sedangkan variabel dependennya yaitu etika bisnis Islam. Gambar 1.1 Kerangka Berfikir
Kesatuan (X1) Keseimbangan (X2)
Etika bisnis Islam
Kehendak Bebas
(Y)
(x3)
Tanggungjawab (X4)
X5 D. Hipotesis Hipotesis merupakan suatu jawaban permasalahan sementara yang bersifat dugaan dari suatu penelitian. Dugaan ini harus dibuktikan kebenarannya melalui data empiris (fakta lapangan). Hipotesis dapat benar
40
atau terbukti dan tidak terbukti setelah didukung oleh fakta-fakta dari hasil penelitian lapangan. Hipotesis Nol (Ho) adalah yang menyatakan tidak adanya hubungan atau pengaruh antara variabel independen (X) dan variabel dependen (Y). Hipotesis Alternatif (Ha) adalah hipotesis yang menyatakan adanya hubungan atau pengaruh antara variabel dengan variabel lain. Ho1 : Diduga kesatuan (X1) tidak berpengaruh secara parsial terhadap etika bisnis Islam di Pasar Wonopringgo Pekalongan (Y) . Ha1 : Diduga kesatuan (X1) berpengaruh secara parsial terhadap etika bisnis Islam di Pasar Wonopringgo Pekalongan (Y) . Ho2 : Diduga Keseimbangan (X2) tidak berpengaruh secara parsial terhadap etika bisnis Islam di Pasar Wonopringgo Pekalongan (Y). Ha2 : Diduga Keseimbangan (X2) berpengaruh secara parsial terhadap etika bisnis Islam di Pasar Wonopringgo Pekalongan (Y). Ho3 : Diduga kehendak bebas (X3) tidak berpengaruh secara parsial terhadap etika bisnis Islam di Pasar Wonopringgo Pekalongan (Y). Ha3 : Diduga kehendak bebas (X3) berpengaruh secara parsial terhadap etika bisnis Islam di Pasar Wonopringgo Pekalongan (Y). Ho4 : Diduga Tanggungjawab (X4) tidak berpengaruh secara parsial terhadap etika bisnis Islam di Pasar Wonopringgo Pekalongan (Y). Ha4 : Diduga Tanggungjawab (X4) berpengaruh secara parsial terhadap etika bisnis Islam di Pasar Wonopringgo Pekalongan (Y). Ho5:
Diduga
secara
simultan
kesatuan(X1),
keseimbangan(X2),
kehendakbebas(X3) dan Tanggungjawab (X4) tidak berpengaruh
41
secara parsial terhadap etika bisnis Islam di Pasar Wonopringgo Pekalongan (Y). Ha5:
Diduga
secara
simultan
kesatuan(X1),
keseimbangan(X2),
kehendakbebas(X3) dan Tanggungjawab (X4) berpengaruh secara parsial terhadap etika bisnis Islam di Pasar Wonopringgo Pekalongan (Y).