BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Konsep Museum 2.1.1
Pengertian Museum
Kata “Museum” berasal dari bahasa Yunani kuno, “Mouseion” yang artinya, Kuil atau rumah ibadah tempat menyembah 9 Dewi Muze, Kuil atau tempat-tempat ibadah pemujaan dewi-dewi Muze inilah yang disebut “Muzeum”. Dengan demikian kata museum pada awalnya berasal dari kata “Muze” kemudian dalam bahasa Yunani menjadi “Mouseion” lalu ditransfer ke dalam bahasa latin dan Inggris menjadi kata “Museum”.
Sesuai
dengan
perkembangannya
arti
kata
“Museum”
dalam
Ensiklopedia Indonesia jilid ke 4 mengartikan Museum adalah gedung yang dipergunakan sebagai tempat pameran tetap benda-benda yang patut mendapat perhatian. Museum dalam kaitannya dengan warisan budaya adalah lembaga, tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan, dan pemanfaatan benda-benda bukti materiil hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa (Pasal 1 ayat 1 PP. No. 19 Tahun 1995). Namun museum dalam kaitannya dengan ilmu pengetahuan dan kebudayaan pada umumnya mempunyai arti yang sangat luas. Koleksi museum merupakan bahan atau obyek penelitian ilmiah. Museum bertugas mengadakan, melengkapi dan mengembangkan tersedianya obyek penelitian ilmiah itu bagi
siapapun yang membutuhkan. Selain itu museum bertugas menyediakan sarana untuk kegiatan penelitian tersebut bagi siapapun, di samping museum bertugas melaksanakan kegiatan penelitian itu sendiri dan menyebarluaskan hasil penelitian tersebut untuk pengembangan ilmu pengetahuan umumnya. Museum dalam menjalankan aktivitasnya, mengutamakan dan mementingkan penampilan koleksi yang dimilikinya. Setiap koleksi merupakan bagian integral dari kebudayaan dan sumber ilmiah. Museum dapat didirikan oleh instansi pemerintah, yayasan, atau badan usaha yang dibentuk berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia. Misalnya Surat Keputusan bagi museum pemerintah dan akte notaris bagi museum swasta. Bila perseorangan ingin mendirikan museum, maka terlebih dulu harus membentuk yayasan. 2.1.2
Tugas, Fungsi, Dan Tujuan Museum
a)
Tugas Museum
Museum mempunyai tugas yaitu: a.
Mengumpulkan, merawat, meneliti, mengkomunikasikan, dan memamerkan
bukti material manusia dan lingkungannya. b.
Melayani masyarakat dan perkembangganya.
c.
Untuk tujuan pendidikan dan perkembanggannya.
b)
Fungsi Museum
Museum menurut ICOM mempunyai fungsi sebagai berikut: 1.
Mengumpulkan dan pengaman warisan alam dan budaya.
2.
Dokumentasi dan penelitian ilmiah.
3.
Konservasi dan preservasi.
4.
Penyebaran dan pemerataan ilmu untuk umum.
5.
Pengenalan dan penghayatan kesenian.
6.
Pengenalan kebudayaan antar daerah dan bangsa.
7.
Visualisasi alam dan budaya.
8.
Cermin pertumbuhan peradaban umat manusia.
9.
Pembangkit rasa bertakwa dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
c)
Tujuan Museum
Tujuan museum dapat dibagi menjadi dua, yaitu tujuan fungsional dan tujuan institusional. 1. Tujuan Fungsional Memberikan peringatan kepada Bangsa Indonesia melalui generasi muda tentang kebudayaan yang pernah ada, hal ini merupakan watak kesadaran Bangsa Indonesia sangat agung, juga sebagai pelindung dan pemelihara dari pengaruh budaya asing yang tidak sesuai. 2. Tujuan Insitusional Bermaksud sebagai wadah tujuan institusional agar berlaku secara efektif yang menjadikan dua kepentingan yang saling berpengaruh adalah : a.
Kepentingan Obyek
Memberikan tempat atau wadah untuk menyimpan serta melindungi benda-benda koleksi yang mempunyai nilai-nilai budaya dari kerusakan dan kepunahan yang disebabkan antara lain pengaruh iklim, alam, biologis, dan manusia.
b.
Kepentingan Umum
Mengumpulkan temuan-temuan benda, memelihara dari kerusakan, menyajikan benda-benda koleksi kepada masyarakat umum agar dapat menarik hingga menimbulkan rasa bangga dan bertanggung jawab, serta dipelihara dan menunjang ilmu pengetahuan. 2.1.3
Persyaratan sebuah Museum
Dalam buku pedoman pendiriaan museum (Depdikbud 1999/2000), persyaratan berdirinya sebuah museum oleh Direktorat Permuseuman adalah: 1. Lokasi museum, harus strategis, mudah dijangkau, dan sehat (tidak terpolusi, bukan daerah yang berlumur atau tanah rawa). 2. Bangunan museum, dapat berupa bangunan baru atau memanfaatkan gedung lama. Harus memenuhi prinsip-prinsip konservasi agar koleksi museum tetap lestari. Bangunan museum minimal terdiri atas dua kelompok, yaitu bangunan pokok (pameran tetap, pameran temporer, auditorium, kantor, perpustakaan, laboratorium konservasi, dan ruang penyimpanan koleksi). Dan bangunan penunjang (pos keamanan, kios cenderamata, kantin, toilet, tempat parkir. 3. Koleksi museum harus: a) mempunyai nilai sejarah, nilai ilmiah, dan nilai estetika, b) harus diterangkan asal-usulnya secara historis, geografis dan fungsinya. c) harus dapat dijadikan monumen jika benda tersebut bangunan, d) dapat diidentifikasi mengenai bentuk, tipe, gaya, fungsi, makna, asal secara historis geografis, genus (untuk biologi), atau periode (untuk geologi),
e) harus dapat dijadikan dokumen dan dapat dijadikan bukti bagi penelitian ilmiah, f) harus merupakan benda asli, bukan tiruan, g) harus merupakan benda yang memiliki nilai keindahan (masterpiece), dan h) harus merupakan benda yang unik, yaitu tidak ada duanya. 4. Peralatan museum, harus memiliki sarana dan prasarana yang berkaitan erat dengan kegiatan pelestarian, seperti vitrin, sarana perawatan koleksi (AC dehumidifier), pengamanan, (CCTV, alarm), lampu label, dan lain-lain. 5.
Organisasi dan ketenagaan, sekurang-kurangnya terdiri atas kepala museum,
bagian administrasi, pengelola koleksi (kurator), bagian konservasi (perawatan), bagian penyajian (preparasi), bagian pelayanan masyarakat, bimbingan edukasi, dan pengelola perpustakaan. Contoh struktur organisasi yang sederhana pada museum
Kepala Museum
Petugas Administrasi
Petugas Teknis
(Sumber :Penelitian Skripsi oleh Siti Zulaihah. 2006) 6. Sumber dana tetap, untuk penyelenggaraan dan pengelolaan museum. 2.1.4
Jenis-Jenis Museum
Jenis-jenis museum dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1.
Menurut koleksi yang dimiliki:
a) Museum umum, yang koleksinya terdiri atas kumpulan bukti material manusia dan lingkungannya yang berkaitan dengan berbagai cabang seni, disiplin ilmu, dan teknologi. Contohnya seperti Museum Mpu Tantular yang berada di Sidoarjo Jawa timur, museum Mpu tantular terdiri dari 12 bangunan yang terdiri diatas lahan seluas 3,28 hektar. b) Museum khusus, adalah museum yang koleksinya terdiri atas kumpulan bukti material manusia atau lingkungannya yang berkaitan dengan satu cabang seni, cabang ilmu atau satu cabang teknologi. Contohnya yaitu Museum Batik, Museum Batik terdapat diberbagai daerah salah satunya di Yogyakarta, museum ini menyimpan lebih dari 1.200 koleksi perbatikan. 2.
Menurut kedudukannya:
a)
Museum Nasional, yaitu museum yang koleksinya berasal dari seluruh
wilayah nusantara. Contohnya museum nasional atau yang biasa disebut museum gajah yang berada di Jakarta pusat, museum ini banyak mengoleksi benda-benda kuno dari seluruh nusantara. b)
Museum Regional, yaitu museum tingkat propinsi. Contohnya seperti
Museum Negeri Propinsi Bali, museum ini terdapat beberapa bangunan utama yang mewakili kabupaten-kabupaten yang ada di Bali serta mewakili ciri khas seni dari kabupaten-kabupaten tersebut. c)
Museum lokal, yaitu museum tingkat wilayah kabupaten dan kotamadya.
Contohnya seperti museum Cakraningrat di Kabupaten Bangkalan, museum ini
menyimpan benda-benda koleksi keluarga keraton yang kemudian diserahkan kepada pemerintah untuk dikelola di museum. 3.
Menurut Penyelenggara:
a)
Museum Pemerintah, yaitu meseum yang diselengarakan dan dikelola oleh
pemerintah. Contohnya seperti museum Bank Indonesia, museum Bank Indonesia menyajikan peran Bank Indonesia dalam perjalanan sejarah bangsa. b)
Museum Swasta, adalah museum yang diselenggarakan dan dikelola oleh
swasta. Contohnya seperti Museum Barli yang terletak di Bandung, museum ini didirikan oleh pelukis ternama Barli Sasmitawinata untuk menyimpan memorabilia dan lukisannya. Kondisi ideal dari sebuah museum yaitu dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan permuseuman (Pedoman Pendirian Museum, Depdikbud 1999/2000) yang meliputi: Pameran, kegiatan pendidikan, kegiatan konservasi dan pengelolaan koleksi, kegiatan pelayanan tekhnis, kegiatan tata usaha/ administrasi. Pengertian Museum menurut Atmadjaja (2002), Museum merupakan bangunan publik berorientasi kebudayaan, baik ditinjau dari fungsi utama sebagai sarana pendokumentasian benda-benda bersejarah dan objek penelitian lain, pusat penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, seni dan budaya, maupun ditinjau dari perkembangannya yang dipengaruhi oleh dinamika kondisi lingkungan sosial, politik, budaya dan ekonomi.
Berdasarkan pengertian diatas maka penulis menyimpulkan bahwa Museum adalah sebuah gedung atau lembaga yang menyimpan benda-benda yang mempunyai nilai dan arti untuk dapat dilihat oleh banyak orang.
2.2 Konsep Galeri 2.2.1
Pengertian Galeri Galeri berasal dari bahasa latin (Galeria) yaitu ruang beratap dengan satu sisi
terbuka. Di Indonesia Galeri sering diartikan sebagai ruang atau bangunan tersendiri yang digunakan untuk memamerkan karya seni, (Ensiklopedia Nasional Indonesia). Galeri diartikan sebagai ruang/bangunan tersendiri yang digunakan untuk memamerkan karya seni. Lalu selain itu juga memberi pelayanan dalam bidang seni baik itu konsultasi ataupun workshop yang dapat menumbuhkan jiwa seni dalam masyarakat. Dalam Wikipedia Galeri adalah ruangan atau gedung tempat memamerkan benda atau karya seni seperti, galeri foto, koleksi lukisan, patung, dan lain-lain. Istilah galeri biasanya merujuk pada sebuah tempat milik pribadi yang dibuat untuk dapat mewakili para seniman atau masyarakat yang mempunyai hasil karya ataupun koleksi barang-barang untuk dipamerkan didalam sebuah galeri. Meskipun galeri sering dikaitkan dengan ruangan yang disediakan untuk menampilkan karya-karya seni rupa, namun galeri kadang-kadang digunakan untuk menyelenggarakan kegiatan artistik, seperti seni pertunjukkan, konser musik, membaca puisi, dan lain-lain.
Menurut Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2003), Galeri adalah selasar atau tempat, dapat pula diartikan sebagai tempat yang memamerkan karya seni tiga dimensional karya seorang atau sekelompok seniman atau bisa juga didefinisikan sebagai ruangan atau gedung tempat untuk memamerkan benda atau karya seni. Dalam kamus Oxford (2005) Galeri adalah:
Sebuah ruangan atau bangunan untuk menampilkan atau menjual karya-karya
seni.
Tempat yang menyediakan ektestensif karya-karya foto-foto oleh fotographer
dan lukisan oleh seniman.
Ruang yang disediakan untuk tempat yang memproyeksikan interior atau
tema untuk penyanyi, musisi, penonton, gereja, alat-alat musik, dan tempat untuk bermain film.
Sebuah ruangan untuk tempat teater dan menyediakan kursi-kursi untuk
penonton. Galeri sebagai tempat memajang karya biasanya juga dikelola secara profesional. Galeri memiliki nama, ada kepengurusan, kegiatan terjadwal/kalender kegiatan dalam satu tahun dan publikasi dari setiap pameran yang diselenggarakan. Galeri juga difungsikan sebagai pusat pengumpulan, registrasi/dokumentasi, perawatan dan penyimpanan karya. 2.2.2
Fungsi Galeri
Perkembangan galeri dapat dilihat bahwa fungsi awalnya adalah memamerkan hasil-hasil seni agar dapat dikenal oleh masyarakat. Dengan demikian terlihat adanya usaha : Mengumpulkan hasil-hasil karya seni sebagai koleksi. Memamerkan hasil karya seni agar dikenal masyarakat. Memelihara
hasil-hasil
karya
seni
agar
tidak
rusak
(bersifat
memelihara/konservasi) Terjemahan dan fungsi baru yang terjadi adalah sebagai berikut: Sebagai tempat mengumpulkan karya seni, yaitu dengan melakukan penyimpanan karya seni pada ruang penyimpanan yang pada akhirnya dapat dipamerkan kembali. Sebagai tempat memamerkan hasil karya seni agar dikenal masyarakat, ini merupakan fungsi utama sebuah galeri, sehingga pada umumnya ruang yang digunakan sebagai tempat memamerkan karya seni memiliki bentuk-bentuk ruang yang menarik, baik dari segi pencahayaan yang membuat karya seni itu hidup. Sebagai tempat memelihara hasil karya seni agar tidak rusak. Ruang yang digunakan untuk memelihara karya seni ini biasa disebut dengan ruang restorasikonservasi. Sebagai tempat mengajak, mendorong, meningkatkan apresiasi masyarakat. Dimana pada umumnya karya-karya seni yang dipamerkan tersebut memiliki arti yang ingin disampaikan oleh seniman kepada masyarakat, sehingga dengan itu masyarakat dapat mengapresiasi karya-karya yang dipamerkan tersebut apakah
berlebihan atau tidak. Ruang-ruang yang digunakan sudah tentu merupakan ruang pameran itu sendiri dimana karya seniman dipamerkan untuk masyarakat. Sebagai tempat transaksi jual beli untuk merangsang kelangsungan hidup seni 2.2.3
Macam-macam Galeri Seni Belum ada klasifikasi yang jelas mengenai macam-macam galeri seni terlebih
akan materi khusus yang dipublikasikan, akan tetapi dengan pendekatan bentuk, sifat, dan isinya yang menonjol, dapat digolongkan sebagai berikut : a.
Galeri seni berdasarkan bentuk
Tradisional art gallery yaitu suatu galeri yang aktifitasnya diselenggarakan
pada selasar-selasar atau lorong-lorong panjang. Walaupun bentuk galeri ini yang tradisional tetapi belum tentu juga karya seni yang dipamerkan berupa karya-karya yang dinilai sebagai karya seni yang lama atau kuno sehingga berkesan tradisional.
Modern art gallery, yaitu suatu galeri dengan perencanaan ruang secara
modern atau merupakan kompleks bangunan. Kompleks bangunan ini biasanya terdiri dari beberapa ruang pameran. Karya-karya yang dipamerkan pada modern art gallery biasanya adalah sebuah karya seni yang modern atau kontemporer. b.
Galeri seni berdasarkan sifat kepemilikan
Private art gallery, merupakan suatu galeri yang merupakan milik
perseorangan atau sekelompok orang. Pada galeri ini biasanya karya-karya yang dipamerkan berasal dari pemilik galeri itu sendiri yang merupakan seniman. Seniman ini sudah tentu adalah seorang seniman yang sudah terkenal, sehingga mereka berani
untuk membuka galeri sendiri yang karyanya juga hasil karya mereka sendiri tanpa takut galeri tersebut akan dikunjungi banyak orang atau tidak, karena setiap orang memiliki pandangan masing-masing terhadap karya mereka. Pemilik lain privat galeri ini biasanya merupakan sebuah institusi dimana karya-karya yang dipamerkan berasal dari institusi itu sendiri, baik dari siswa maupun staf-staf pengajarnya.
Public art gallery, yaitu suatu galeri yang merupakan milik pemerintah dan
terbuka untuk umum. Untuk galeri ini karya-karya yang dipamerkan bermacammacam sesuai sesuai dengan keinginan seniman untuk membuat suatu karya seni. Sehingga karya yang dipamerkan biasanya sesuai dengan kondisi atau trend yang pada waktu itu sedang muncul. Pengguna dari galeri berasal dari bermacam-macam seniman baik yang sudah terkenal maupun yang belum terkenal, tua atau muda dan dengan berbagai macam bentuk aliran yang dianutnya. c.
Galeri seni berdasarkan isi atau materi seni
Gallery of primitive art, yaitu suatu galeri yang menyelenggarakan aktifitas di
bidang seni primitive. Hal ini biasanya digunakan untuk mempertahankan budaya suatu bangsa yang muncul pada saat jaman prasejarah hingga dikenal sampai luar negeri. Yang mana kebudayaan ini mungkin menjadi Sesuatu yang menarik dikalangan pecinta seni dari luar dan dalam negeri tersebut. Karena bentuk kesenian ini masih natural dan belum terjamah dari luar pada saat budaya tersebut ada.
Gallery of classical art, yaitu suatu galeri yang menyelenggarakan aktifitas di
bidang seni klasik. Seni ini menggambarkan bentuk-bentuk budaya tradisional di
suatu bangsa. Untuk Indonesia sendiri memiliki banyak sekali suku sehingga ragam budaya yang muncul juga semakin banyak.
Gallery of modern art, yaitu suatu galeri yang menyelenggarakan aktifitas di
bidang seni modern. Dalam seni modern bentuk karya seni yang dipamerkan biasanya mengandung maksud atau arti yang mengkritik sesuatu baik itu budaya, sosial, atupun politik suatu bangsa dan dengan itu maka karya seni tersebut pasti sejalan beriringan dengan perkembangan jaman. Sehingga dengan adanya karya ini seseorang dapat mengerti tujuan dari karya itu dibuat. Berdasarkan macam seni yang disajikan beberapa galeri (yang sudah umum) biasanya merupakan galeri seni terwujud (2 dimensi atau 3 dimensi) dengan macam karya seni rupa, berupa seni lukis (galeri seni lukis), fotografi (galeri fotografi), batik (galeri/museum batik), instalasi-instalasi dan sebagainya. 2.2.4
Lingkup kegiatan Galeri
Ada beberapa penggolongan kegiatan yang biasa dijumpai di galeri, antara lain : a. Kegiatan Rekreasional Pameran sebagai alternatif tujuan rekreasi yang mendidik bagi masyarakat, diadakan secara rutin dan menjadi kegiatan utama yang bertujuan untuk memperkenalkan dan menjual hasil karya seni lukis kontemporer.
b.
Kegiatan pendidikan
Di ikuti oleh masyarakat umum peminat seni atau para seniman muda lewat
kursus pendalaman seni.
Para pengamat seni yang ingin melakukan studi baik secara teori maupun
praktek.
Pengadaan seminar acara diskusi, studi literatur lewat perpustakaan maupun
melalui dunia maya yang menunjang perkembangan seni lukis kontemporer.
Eksperimen-eksperimen yang dapat dilakukan di workshop atau studio yang
disediakan setelah menambah wawasan melalui studi demi memantapkan ide-ide baru bagi seniman. c.
Kegiatan pendukung
Adanya sebuah pagelaran seni yang dapat dijadikan sebagai pembukaan pameran dan juga menarik peminat pengunjung untuk datang. Berdasarkan pengertian diatas maka penulis menyimpulkan bahwa Galeri adalah bangunan untuk memamerkan benda-benda seni dan dapat dijadikan juga sebagai tempat kegiatan pertunjukkan seni.
2.3 Konsep Penamaan Penamaan amat penting dalam pengunaan bahasa sehari-hari. Penamaan diartikan sebagai perjanjian antar sesama anggota masyarakat berupa bahasa terhadap sesuatu atau obyek agar obyek bisa diingat. Hal ini untuk mempermudah mobilitas sosial. Dalam pembicaraan mengenai hakikat bahasa, dikatakan bahwa bahasa adalah sistem
lambang bunyi yang bersifat arbiter yaitu antara suatu satuan bahasa sebagai lambang, misalnya kata, dengan sesuatu yang dilambangkannya bersifat sewenangwenang dan tidak ada hubungan “wajib” di antara keduanya. Jika sebuah nama sama dengan lambang untuk sesuatu yang dilambangkannya, berarti pemberian nama itu pun bersifat arbiter, tidak ada hubungan wajib sama sekali. Walaupun demikian, secara kontemporer masih dapat ditelusuri sebab-sebab atau peristiwa-peristiwa yang melatarbelakangi terjadinya penamaan atau penyebutan terhadap sejumlah kata yang ada dalam leksikon bahasa Indonesia. Penamaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti proses, cara, perbuatan menamakan. Sementara oleh kridalaksana (1993) penamaan diartikan sebagai proses pencarían lambang bahasa untuk mengambarkan objek konsep, proses, dan sebagainya, biasanya dengan memanfaatkan perbendaharaan yang ada, antara lain dengan perubahan-perubahan makna yang mungkin atau dengan penciptaan kata atau kelompok kata. Nama merupakan kata-kata yang menjadi label setiap makhluk, benda, aktivitas, dan peristiwa di dunia. Nama-nama itu muncul akibat dari kehidupan manusia yang kompleks dan beragam, alam sekitar manusia berjenis-jenis. 2.3.1
Sebab-sebab Penamaan
Ngusman (2008) menyebutkan asal-usul pemberian nama dikarenakan sebab-sebab atau peristiwa-peristiwa tertentu, diantaranya:
1.
Peniruan bunyi
Dalam bahasa Indonesia ada sejumlah kata yang terbentuk dari hasil peniruan bunyi. yaitu nama-nama benda atau hal tersebut dibentuk berdasarkan bunyi dari benda itu atau suara yang ditimbulkan oleh benda tersebut. Kata-kata yang dibentuk berdasarkan tiruan bunyi ini disebut kata peniru bunyi atau onomatope. 2.
Penyebutan bagian
Penamaan suatu benda atau konsep berdasarkan bagian dari benda itu, biasanya berdasarkan ciri khas yang dari benda tersebut dan yang sudah diketahui umum. Misalnya kata kepala dalam kalimat Setiap kepala menerima bantuan beras 10 kg. Bukanlah dalam arti ‘‘kepala“ itu saja, melainkan seluruh orangnya sebagai satu kesatuan (pars prototo, menyebut sebagian untuk keseluruhan). 3.
Penyebutan ciri khas
Adalah penamaan suatu benda berdasarkan sifat khas yang ada pada benda itu yang hampir sama dengan pars prototo. Gejala ini merupakan peristiwa semantik karena dalam peristiwa ini terjadi transposisi makna dalam pemakaian yakni perubahan dari kata sifat menjadi kata benda. Di sini terjadi perkembangan yaitu berupa ciri makna yang disebut dengan kata sifat itu mendesak kata bendanya karena sifatnya yang amat menonjol sehingga akhirnya kata sifat itulah yang menjadi nama bendanya. 4.
Penemu dan pembuat
Nama benda dalam kosa kata bahasa Indonesia yang dibuat berdasarkan nama penemunya, nama pabrik pembuatnya, atau nama dalam peristiwa sejarah disebut dengan istilah appelativa. 5.
Tempat asal
Sejumlah nama benda dapat ditelusuri berasal dari nama tempat asal benda tersebut. 6.
Bahan
Adalah sejumlah benda yang namanya diambil dari nama bahan pokok benda itu. 7.
Keserupaan
Dalam praktek berbahasa banyak kata yang digunakan secara metaforis. Artinya kata itu
digunakan
dalam
suatu
ujaran
yang
maknanya
dipersamakan
atau
diperbandingkan dengan makna leksikal dari kata itu. 8.
Pemendekkan
Penamaan yang didasarkan pada hasil penggabungan unsur-unsur huruf dan beberapa suku kata yang digabungkan menjadi satu. 9.
Penamaan baru
Penamaan baru dibentuk untuk menggantikan kata atau istilah lama yang sudah ada karena kata atau istilah lama yang sudah ada dianggap kurang tepat, kurang rasional, tidak halus atau kurang ilmiah. Penamaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti : 1) kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu, 2) sebutan, nama. 3) kata atau ungkapan khusus. Menurut Chaer (2009:43) Penamaan adalah proses pelambangan suatu konsep untuk mengacu pada suatu reperen yang berada diluar bahasa.
Berdasarkan pengertian diatas maka penulis menyimpulkan penamaan adalah penyematan untuk menyebut suatu hal atau benda dengan kata-kata, melalui persetujuan bersama antara masyarakat. 2.4 Konsep Objek Wisata Dalam dunia kepariwisataan Objek dan Daya tarik wisata memiliki peranan penting yang dapat dijadikan sebagai daya tarik bagi seseorang atau calon wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Pengertian objek dan daya tarik wisata adalah unsur-unsur lingkungan hidup yang terdiri dari sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya buatan yang dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebagi daya tarik untuk menjadi sarana wisata atau objek wisata yaitu, semua hal yang menarik untuk dilihat dan dirasakan oleh wisatawan yang disediakan atau bersumber pada alam saja. Obyek dan daya tarik wisata menurut Undang – undang No. 10 Tahun 2009, Daya Tarik Wisata dijelaskan sebagai segala sesuatu yang memiliki keunikan, kemudahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau kunjungan wisatawan. Menurut Yoeti (2008) suatu Obyek Pariwisata harus memenuhi tiga kriteria agar obyek tersebut diminati pengunjung yaitu: 1.
Something to see adalah obyek wisata tersebut harus mempunyai sesuatu yang
bisa di lihat atau di jadikan tontonan oleh pengunjung wisata. Dengan kata lain obyek
tersebut harus mempunyai daya tarik khusus yang mampu untuk menyedot minat dari wisatawan untuk berkunjung di obyek tersebut. 2.
Something to do adalah agar wisatawan yang melakukan pariwisata di sana
bisa melakukan sesuatu yang berguna untuk memberikan perasaan senang, bahagia, bersantai berupa fasilitas sehingga mampu membuat wisatawan lebih betah untuk tinggal di sana. 3.
Something to buy adalah fasilitas untuk wisatawan berbelanja yang pada
umumnya adalah ciri khas atau ikon dari daerah tersebut, sehingga bisa dijadikan sebagai oleh-oleh. Pengertian Daya tarik wisata menurut Pendit (2002) obyek wisata atau tempat wisata adalah sebuah tempat rekreasi atau tempat berwisata. Obyek wisata dapat berupa obyek wisata alam seperti gunung, danau, sungai, pantai, laut, atau berupa objek wisata bangunan seperti museum, benteng, situs peninggalan sejarah, dan lain-lain. Berdasarkan pengertian diatas maka penulis menyimpulkan pengertian Objek wisata atau daya tarik wisata yaitu suatu tempat yang memiliki daya tarik tersendiri untuk dijadikan daerah tujuan wisata.
Di obyek-obyek wisata terdapat jenis-jenis wisata yang menjadi latar belakang
dari didirikannya obyak-obyek wisata tersebut. Dalam dunia kepariwisataan dikenal beberapa jenis-jenis wisata, yaitu: Wisata Alam, Wisata Kebudayaan, Wisata Pendidikan, Wisata Pertanian, Wisata Perbandingan, Wisata Keagaamaan, Wisata Bahari, dan Wisata Minat khusus. Wisata minat khusus termasuk diantaranya Wisata Sejarah.
Dalam berbagai Literatur kepariwisataan, wisata sejarah belum mendapatkan
definisinya sendiri. Wisata sejarah masih merupakan bagian dari wisata pusaka (Heritage Tourism). Organisasi Wisata Dunia (World Tourism Organization) mendefinisikan Pariwisata pusaka sebagai kegiatan untuk menikmati sejarah, alam, peninggalan budaya manusia, kesenian, filosofi, dan pranata dari wilayah lain. Wisata Sejarah sangat berkaitan erat dengan pengelolaan pusaka (Heritage) sebagai warisan kebudayaan masa lalu atau peninggalan alam. Dalam konteks Indonesia, heritage ini diatur dalam UU No.5 tahun 1992 tentang benda cagar budaya baik buatan manusia maupun benda alam adalah benda yang diangap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Dalam kamus Inggris-Indonesia susunan Echols dan Shadily, heritage berarti warisan atau pusaka. Sedangkan dalam kamus Oxford (2005), heritage ditulis sebagai sejarah, tradisi, dan nilai-nilai yang dimiliki suatu bangsa atau negara selama bertahun-tahun dan diangap sebagai bagian penting dari karakter mereka. Howard (2009) memaknakan, heritage sebagai segala sesuatu yang ingin diselamatkan orang, termasuk budaya material maupun alam. Selama ini warisan budaya lebih ditujukan pada warisan budaya secara publik, seperti berbagai benda yang tersimpan di museum. Merujuk pada Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia yang dideklarasikan di Ciloto 13 Desember 2003, heritage disepakati sebagai pusaka. Pusaka (heritage) Indonesia meliputi Pusaka Alam, Pusaka Budaya, dan Pusaka Saujana. Pusaka Alam adalah bentukan alam yang istimewa. Pusaka Budaya adalah hasil cipta, rasa, karsa, dan karya yang istimewa dari lebih 500 suku bangsa di tanah
air Indonesia, secara sendiri-sendiri, sebagai kesatuan bangsa Indonesia, dan dalam interaksinya dengan budaya lain sepanjang sejarah keberadaannya. Pusaka Budaya mencakup pusaka berwujud (tangible) dan pusaka tidak berwujud (intangible). Pusaka Saujana adalah gabungan Pusaka Alam dan Pusaka Budaya dalam kesatuan ruang dan waktu. Pusaka Saujana dikenal dengan pemahaman baru yaitu cultural landscape (saujana budaya), yakni menitikberatkan pada keterkaitan antara budaya dan alam dan merupakan fenomena kompleks dengan identitas yang berwujud dan tidak berwujud. Setiap heritage memiliki sejarahnya masing-masing. Heritage tidak selalu berupa benda mati, namun dapat berupa makhluk hidup ataupun yang sejenis. Heritage dapat digunakan sebagai ikon suatu daerah tertentu yang melambangkan peristiwa besar ataupun peninggalan yang ada pada suatu daerah tersebut. Heritage merupakan bukti/ tanda petunjuk aktivitas yang dimiliki dan masih terus mempunyai nilai sejarah yang penting. Heritage merupakan bagian dari nilai sosial catatan kehidupan keseharian masyarakat. Disamping itu, nilai-nilai yang dimiliki heritage juga merupakan catatan yang mengisi kenangan dan adat-istiadat masyarakat. Tiga ciri-ciri heritage, yaitu: 1) Nilai Sosial, yaitu mempunyai makna bagi masyarakat. 2) Nilai Komersial, yaitu berpeluang untuk dimanfaatkan sebagai kegiatan ekonomis. 3) Nilai Ilmiah, yaitu berperan dalam bidang pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Pengertian Wisata Sejarah menurut Cahyadi (2009), Wisata sejarah merupakan atraksi pariwisata minat khusus bukan pariwisata bersifat massal, jika pariwisata massal menekankan pada kesenangan, wisata sejarah lebih menekankan pada aspek pengalaman dan pengetahuan Dengan demikian Wisata Sejarah dapat didefinisikan sebagai kegiatan perjalanan minat khusus untuk menikmati dan mempelajari sejarah melalui berbagai peninggalan yang terdapat dalam suatu daerah tertentu. Berdasarkan pengertian diatas maka penulis menyimpulkan bahwa Wisata Sejarah adalah kegiatan perjalanan ke suatu tempat yang memiliki sejarah untuk mengetahui nilai-nilai sejarah dan peradaban di masa lalu.