BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Sintaksis Kata sintaksis berasal dari bahasa yunani sun yang artinya dengan dan tattein yang artinya menempatkan secara bersama sama kata yang menjadi kelompok kata atau kalimat. Chaer (1999:206) sedangkan Ramlan (1996:21) menyebutkan bahwa sintaksis adalah”…..bagian atau cabang ilmu dari bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa dan frasa. Pendapat lain menurut Miller (2002:18) “Syntax has to do with how word are put together to build clauses or bigger phrases, and with how clauses are put together to build sentences. Maksudnya, sintaksis berhubungan dengan bagaimana kata-kata ditempatkan bersama untuk membentuk klausa atau frasa yang lebih besar dan bagaimana klausa ditempatkan bersama untuk membentuk kalimat. Sedangkan Robert (2005:01) mengatakan “Syntax is the area of grammar that is concerned with the relations of words in sentences, the way in which they are put together to form sentences.” Menurut Robert sintaksis adalah kalimat yang terbentuk dari hubungan kata-kata secara gramatikal dengan saling terikat antar struktur kalimat. Dari pendapat-pendapat di atas dapat kita simpulkan bahwa sintaksis adalah suatu kajian yang berhubungan dengan pola-pola dan aturanaturan gramatikal yang membahas tentang seluk beluk wacana, kalimat, klausa dan frasa yang digunakan sebagai sarana untuk menyusun dan menggabungkan kata-kata untuk membentuk frasa atau kalimat.
2.1.1 Kalimat Hocket (1994:2) menjelaskan bahwa ”sentence is a grammatical form which is not in contractions any other grammatical form a constituent which is constituent”. Salanjutnya Chaer (2003) menyatakan bahwa “kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar yang biasanya berupa klausa yang di lengkapi dengan konjungsi bila diperlukan dan disertai intonasi final. Dengan kata lain kalimat adalah kelompok kata yang mengungkapkan pendapat, pertanyaan maupun pesan, sebuah kalimat paling sedikit terdiri dari subjek dan predikat. Kalimat merupakan unit gramatikal yang terbesar di mana kelas kata (nomina, verb dan adverbia) dan kelompok grammatikal (kata, frasa dan klausa) berperan di dalamnya. Dari rumusan itu dapat disimpulkan bahwa yang terpenting dalam kalimat adalah konstituen dasar dan intonasi final karena konjungsi hanya muncul bila di butuhkan. Konstituen dasar itu biasnya berupa klausa, jadi jika klausa di beri intonasi final akan menjadi kalimat. Selain itu kalimat bisa diasumsikan sebagai satuan bahasa yang terkecil unit gramatikal teratas, yang terbesar di mana terdapat kelas kata dan kelas gramatikal yang berperan di dalamnya. Menurut Chaer (2003:243) berdasarkan klausa pembentuknya kalimat dibagi menjadi dua: 1. Simple sentence (kalimat tunggal) Simple sentence (kalimat tunggal), yaitu kalimat yang terdiri satu klausa independent. Contoh: She listened to the echo of the distant ringing.
2. Multiple sentence (kalimat majemuk) Multiple sentence (kalimat majemuk), yaitu kalimat yang mengandung lebih dari satu klausa. Multiple sentence dibagi dua yaitu: a. Compound sentence (kalimat majemuk setara) Compound sentence (kalimat majemuk setara), yaitu kalimat yang terdiri dari dua atau lebih klusa independent. Contoh: I were going out for dinner but the weather too nasty.
b. Complex sentence (kalimat majemuk bertingkat) Complex sentence (kalimat majemuk bertingkat), yaitu kalimat yang paling sedikat terdiri dari satu klausa independent atau klausa Subordinate. Jika mengandung lebih dari satu klausa maka disebut compound-complex sentence. Contoh: When she has time, Tracy likes go to movie.
Jadi secara kesimpulan kalimat merupakan satuan sintastis yang disususn dari konstituen dasar yang berupa klausa yang dihubungkan dengan konjungsi dan diahiri dengan intonasi final. Kalimat merupakan kelompok kata yang mengungkapkan pendapat, pertanyaan maupun pesan. Sebuah kalimat paling sedikat terdiri dari subjek dan predikat.
2.1.2 Klausa Klausa menurut Richard (1985:39) adalah gabungan kata yang membentuk unit gramatikal, mempunyai sebuah subjek dan finite verb. Suatu klausa membentuk sebuah kalimat atau bagian dari sebuah kalimat dan sering berkategori nomina, adjektiva, atau adverbial. (A clause is a group of words which form grammatical unit and which contain a subject and finite verb. A clause forms a sentences or part of a sentences and often function as a noun, adjective, or adverb). Chaer (2001:231) mengatakan bahwa klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif. Menurut Chaer di dalam kontruksi itu terdapat Komponen berupa kata atau frasa yang berfungsi sebagai predikat dan yang lain berfungsi sebagai subjek, sebagai objek dan sebagai keterangan, jadi sebuah klausa berpotensi membentuk kalimat atau bagian kalimat selain itu bisa berfungsi sebagai nomina, adjektiva ataupun adverbia. Tarigan (1993:74) yang mengutip pendapat dalam bukunya Cook, Elson, dan Pickett menyatakan bahwa klausa adalah kelompok yang hanya mengandung satu perdikat. Kemudian Tarigan mengklsifikasikan klausa ke dalam beberapa jenis, antara lain: 1. Klausa Bebas (independent clause) Klausa bebas adalah klausa yang dapat berdiri sendiri sebagai kalimat sempurna.
Berdasarkan jenis kata perdikatnya, klausa bebas ini di bedakan atas: A. Klausa verbal (verbal clause) Klausa Verbal, yaitu klausa yang predikatnya verbal. Berdasar struktur internalnya, klausa verbal ini dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu: 1. Klausa Transitif Klausa yang mengandung kata kerja transitif, yaitu kata kerja yang mempunyai kapasitas memiliki satu atau lebih objek. Contoh: He wrote that all the detectives reported what they had seen. 2. Klausa Intransitif Klausa yang mengandung kata kerja intransitive, kata kerja yang tidak
memerlukan objek .
Contoh: The sun rises in the east and sets in the west. B. Klausa Non-verbal (Nonverbal Clause) Klausa yang berpredikat nomina, adjektiva, atau adverbial. Klausa nonverbal ini terdiri atas dua jenis yaitu: 1. Klausa Statif 2. Klausa Ekusional 2. Klausa terikat (dependent clause) Klausa terikat adalah klausa yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai kalimat sempurna, hanya mempunyai potensi sebagai kalimat yang tidak sempurna.
Dilihat dari segi fungsinya, klausa terikat ini dapat dibedakan, yaitu: a. Klausa nominal (Nominal Clause) Klausa yang bertindak sebagai nomina ditandai dengan adanya whwords, how, dan that. Contoh: What you have said to me is very surprising. b. Klausa adjectival (Adjective Clauses) Klausa terikat yang bertindak sebagai adjektiva ditandai dengan adanya pronominal relative who, whom, which, whose, dan that. Contoh: The book which you are reading is mine. c. Klausa adverbial (Adverbial Clause) Klausa terikat yang bertindak sebagai adverbial ditandai dengan subordinate conjuction. Contoh: I’ll always think of you wherever you go.
Klausa merupakan satuan sintaksis berupa runtutan kata-kata berkontuksi predikatif yang berpotensi membentuk suatu kalimat atau bagian kalimat.
2.1.3 Frasa Task (1999:237) menyatakan bahwa “A grammatical unit which is smaller than clause. The term phrase is an ancient one, and it has long been used to denote a grammatical unit which typically (thought not invariably) consist of two or more words, but which does not contain all of think found in a clause.” Menurutnya frasa adalah unit gramatikal yang lebih kecil dari klausa yang terdiri
dari dua kata atau lebih tetapi tidak sama dengan segala sesuatunya yang ada dalam klausa. Trask membagi frasa ke dalam beberapa kelas yaitu: prepositional phrase yang terdiri dari sebuah preposisi dan objek (under the bed, With his girl friend), noun phrase (the little girl), verb phrase (was singing, in the bath), dan adjective phrase ( pretty as a picture) Pendapat lain menurut Murphy (1991:15) “A phrase is a group of two or more words that does not contain a subject and verb. Phrase have many forms and function and the identity their function as modifier, subject, complements and subjects.” Menurutnya frasa adalah dua atau lebih dalam sekelompok kata dan tidak berisikan subjek dan verb, frasa mempunyai beberapa bentuk dan fungsi, frasa juga dapat diidentifikasikan sebagai modifikator dari subjek dan dan komplemen. Sedangkan menurut Christal (2001: 292-293) Phrase is a term in grammatical analysis to refer to single element of structure typically containing more than one word and lacking the subject predicate structure typically of claus.” Menurut Christal dalam Frasa hanya terdapat satu elemen saja (satu kata) sementara Chaer (2003:222) mengatakan bahwa frasa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat non predikatif. Chaer membagi frasa menjadi lima yaitu: 1. Frasa Nomina. Frasa nomina adalah frasa yang unsur intinya berupa kata benda atau nomina. Contoh: Her hobbies are swimming and reading newspaper.
2. Frasa Adverbia. Frasa adverbial adalah frasa yang unsur intinya berupa adverbial. Contoh: I am extremely happy 3. Frasa Adjectiva. Frasa adjectiva adalah frasa yang kata intinya berupa adjectiva Contoh: Withney is an intelligent student. 4. Frasa preposisi Frasa preposisi terdiri dari preposisi yang di ikuti oleh preposisional Komplemen yang umunya adalah frasa nomina. Frasa dapat berfungsi sebagai adverbial, adjectiva, atau nomina. Contoh: The student studies in the library. 5. Frasa Verba. Quirk and greenbaum (1973:346) mengatakan bahwa “The main verb and one or more particles seem to combaine as a multi-word verb”. Jadi frasa verba adalah bagian dari kelompok besar verba yang dinamakan multi-words verba yang terdiri dari verba dengan satu atau lebih partikel yang dapat berupa preposisi atau adverbial
2.1.4 Kata Menurut Richard et.al (1985:1213) kata adalah “One or more sound Which can spoken to represent an idea, object, action, etc” the smallest unit of spoken language which has meaning and can stand alone”.
Kumpulan kata dapat
membentuk suatu kalimat karena kata merupakan unit terkecil dari kalimat, kata
memiliki makna dan dapat berdiri sendiri tanpa di ikuti kata lain sehingga dapat menyampaikan ide, gagasan dan pesan pada orang lain baik secara lisan maupun secara tertulis. Sementara Chaer (2003:19) mengatakan bahwa “kata adalah satuan bahasa yang memiliki satu pengertian atau kata di dalam deretan huruf yang diapit oleh dua spasi dan mempunyai satu arti.” Chaer (2003:19) membagi kata berdasarkan fungsi sintaksis yang mengisinya kata menjadi dua macam, yaitu: a) Kata penuh (full word) Kata yang secara leksikal memiliki makna, dapat mengalami proses morfologi, merupakan kelas kata terbuka dan dapat berdiri sendiri. Yang termasuk full word adalah kata-kata yang berkategori nomina, verba, adjective, adverb dan numeralia. b) Kata tugas (function word) Kata yang secara leksical tidak bermakna, tidak mengalami proses morfologi, merupakan kelas kata tertutup dan di dalam penuturan tidak dapat berdiri sendiri. Yang termasuk kata tugas adalah kata yang berkategori konjungsi dan preposisi.
2.2 Fungsi sintaksis. 1. Subjek Subjek adalah pokok, dasar, atau hal yang ingin disampaikan atau dinyatakan oleh seorang penulis atau pembicara. Subjek merupakan pelaku dalam kalimat
aktiv yang dapat berupa nomina atau pronomina. Secara umum baik dalam bahasa inggris maupun Indonesia subjek terletak pada awal kalimat atau sebelum kata kerja atau predikat.
2. Predikat Predikat (Verba) adalah kata yang berkedudukan sebagai predikat dan mengikuti subjek dalam kalimat deklaratif pernyataan mengenai subjek biasanya menujukan kegiatan yang dilakukan subjek dalam bahasa verba Inggris memiliki arti morphologis seperti kala, aspek persona dan jumlah. Contoh: Tracy enjoyed the party.
3. Objek Objek adalah tujuan atau kata yang melengkapi subjek. Objek bisa berupa nomina atau frasa nomina. Jika predikatnya berupa verba transitif maka dibutuhkan kehadiran objek. Rahman (2007:307) membagi objek menjadi dua, yaitu : 1) Direct Object (objek langsung), yaitu kata frasa atau klausa yang langsung di pengaruhi oleh tindakan dari kata kerja. Ojek langsung ini dapat dicari dengan pertanyaan,
seperti: siapa atau apa yang menerima tindakan dari kata
kerjanya. Contoh: We decided to hold regular meetings 2) Indirect Object (objek tak langsung), yaitu kata yang dituju oleh tindaka dari kata kerja yang dilaksanakan. Obyek dapat dicari dengan pertanyaan, seperti:
kepada siapa atau untuk apa tindakan dari kata kerja itu dilaksanakan? Obyek tak langsung biasanya terdapat di dalam kalimat yang mengandung obyek langsung. Objek tak lngsung biasanya terletak sebelum atau sesudah objek langsung yang diberi kata depan (preposisi), seperti: to me atau for me, yang lazim disebut “prepositional object” Contoh: She gives me a book
2.3 Kelas Kata (part of speech) Johnson and Johnson
(1999:144) membagi kelas kata menjadi delapan
kelompok, yaitu: 1. Nomina (Noun), yaitu kelas kata yang menamai orang, tempat atau benda. Contoh: Tracy is beautiful girl. 2. Adjective (adjective) kelas kata yang menerangkan nomina. Contoh: The big boy threw the green ball quicly. Dalam kalimat tersebut, kata big dan green merupakan adjektiva big menerangkan nomina boy dan green menerangkan nomina ball. 3. Verba (verb) kelas kata yang bersifat melakukan kegiatan. Contoh: he killed a snake 4. Pronomina (pronoun), Yaitu kelas kata yang dapat menggantikan nomina. Contoh: the girl watering the flower. Pada contoh di atas kata the girl dapat diganti dengan she menjadi she watering the flower.
5. Adverbia (adverb) kelas kata yang menerangkan verba, adjektiva dan adverbial lain. Contoh: the little girl throw the ball quickly. Dalam kalimat tersebut, adverbial quickly menerangkan verba throw. 6. Preposisi (preposition), kata yang menunjukan hubungan antara nomina dengan kata lainya dalam kalimat. Contoh: she came into the room and sat down. 7. Kata sambung (Conjuction), yaitu kata yang menghubungkan kata-kata atau klausa-klausa. Contoh: He is poor but honest. 8. Interjeksi (Interjection), yaitu kata yang digunakan sebagai kata seru Contoh: Gracious, whats happened?
Dari uraian diatas jelaslah bahwa verba yang merupakan pokok bahasa dalam penelitian ini masuk salah satu part of speech. Verba yang termasuk ke dalam kelas kata utama dalam bahasa inggris bersama Nomina, Adjektiva, Adverbia dan lain-lain.
2.3.1 Verb Schmidt (1995:7) mengatakan bahwa “most of verb in the English verb system are made up of phrase”. Schmidt mengatakan bahwa kebanyakan verba dalam bahasa inggris terbentuk oleh frasa. Menurut Pyle dan Page (1995:41) mengatakan bahwa “the verb follow the subjeck in a declarative sentence: it
generally show the action of the sentence every sentence must have a verb the verb may be single word”. Menurut Pyle dan Page verb atau verba adalah kata yang mempunyai kedudukan sebagai predikat dan mengikuti subjek dalam kalimat deklaratif dan pada umumnya. Dalam kalimat menujukan tindakan atau aksi. Verba merupakan kelas kata yang berfungsi sebagai predikat dalam beberapa bahasa verba memiliki ciri-ciri morphologis seperti kala, aspek, persona atau jumlah. Sebagian verba mempunyai unsur semantik perbuatan, keadaan atau proses. Kridalaksana (2001:226) verba terletak sesudah subjek atau sebelum objek atau komplemen.
2.4 Phrasal verb Phrasal verb adalah salah satu jenis verba ( di dalam bahasa inggris yang berbentuk verba). Menurut Leech (1989:357), Phrasal Verbs consists of verb + adverd (e.g. give up ). “The two word forms an idiom, it is called a phrasal verb only if the adverb (change the meaning of the verb). Konstruksi dari phrasal verb tersebut berfungsi, mengubah makan verba dan membentuk idiom. Menurut Wishon (1980:319), phrasal verb merupakan kombinasi yang terjadi secara bersamaan antara verba dengan partikel yang biasanya dari kombinasai tersebut di hasilkan makna yang berbeda dengan unsur-unsur pembentuknya (A phrasal verb is combinations of verb plus partikel that regulary occur together. Phrasal verbs are combinations that usually have a meaning of their own different from that of either of component parts).
Phrasal verb dapat digabungkan dengan semua tenses dan auxiliary serta kontruksi lainya seperti verba lain yang terjadi dalam bentuk verbal (gerund, invinitive , dan participle), contoh: a. I lay in bed and thought about getting up (with gerund) b. Tey offered to look after the children for the evening (with invinitive) c. The plane will take off very quickly (with modal auxiliary) Chambers (1987:7), mengatakan bahwa “phrasal verbs are a short twoword (or sometimes three word) phares made up of averb, such as get,give,make,pull and see, and an adver) (an adverbial particle) or a preposition, such as in, off, on,out and u”. Maksud dari pengertian tersebut, phrasal verb adalah frasa yang terdiri dari dua kata pendek atau kadang-kadang tiga kata yang terbentuk dari verba seperti get, give make, pull dan see dan adverbial (partikel adverbial) atau preposisi seperti in, off, on, out and up.
2.4.1 Separable Phrasal Verb Separable phrasal verb merupakan frasa verba yang dapat di pisahkan oleh sebuah objek yang terletak diantara diantara verba dan partikel. Coghill (2003:114) mengatkan bahwa “if a phrasal veb is separable, its direct can be between the verb and partikel”, yaitu jika phrasal verb itu berjenis sparable maka objek langsung dapat diletakan diantara verba dan partikel. Contoh: a. How dare the servants taking off the weekend, Tracy thought indignantly. b. How dare the servants taking the weekend off, Tracy thought indignantly.
Pada data diatas kata taking dan off dapat disatukan ataupun dipisahkan. Kata taking dan off dapat dipisakan dengan meletakkan objek diantara taking dan off.
2.4.2 Inseparable Phrasal Verb Berbeda dengan separable phrasal verb yang dapat dipisahkan objek, inseparable phrasal verb tidak dapat dipisakan oleh objek. Coghill (2003:114), mengatakan behwa “inseparable phrasal verb must stay together.” Contoh: a. Are you getting off here miss? He asked. b. *Are you getting here miss off ? He asked. Pada data diatas kata getting dan off tidk dipisahkan atau harus disatukan karena jika kedua kata itu dipisahkan, maka kalimat tersebut tidak berterima secara gramatikal.
2.4.3 Partikel Partikel adalah unit ujaran yang menyatakan aspek umum tertentu dari makna atau relasi pembatas atau penghubung tertentu dan termasuk artikel, preposisi, konjungsi, dan beberpaa preposisi dan adverbial. Partikel bukanlah salah satu jenis dari kelas kata, namun partikel dapat berperan dalam pembentukan kalimat. Kridalaksana (2001:155) mengatakan bahwa,” Partikel adalah kata yang biasanya tidak dapat diderivikasikan atau diinfleksikan yang mengandung makna grammatical dan tidak mengandung makna leksikal, misalnya preposisi seperti, di, dari, konjungsi seperti dan, atau’. Sedangkan
Richard, et al. (1985:208) menyebutkan bahwa yang dimaksudkan dengan partikel adalah: a term sometimes used for a word which cannot readly be indentified wirh any of the main ‘part of speech’ (ie as a noun, verb, adverb, etc). the word ‘not’ and the’to’ used with INFINITIF are sometimes called particles for the reason as we l ’up’ ‘down’ and similar adverbs when they function as ADVERB PARTICLES”.
Quirk, et al. (1986:1150) memyatakan bahwa kata-kata yang mengikuti verba leksikal dalam ungkapan seperti drink up, dispose of, dan get away with secara morfologis tidak dapat dipisahkan, dan oleh sebab itu disebut sebagai partikel. Sebenarnya partikel-partikel tersebut masuk dalam dua kategori yang berbeda namun saling tumpang tindih, yaitu perposisi dan partikel adverbial. Kedua kategori tersebut dikatakan sebagai partikel ketika keduanya mengikuti verba dan berhubungan erat dengan verba tersebut. Quirk, et al (1986:151) mengelompokan partikel ke dalam tiga kelompok, yaitu: 1. Preposisi against, among, as, at, beside, for, from, into, like, of, onto, upon, with, dan lain-lain. 2. Preposisi dan Partikel Adverbia about, above, across, after, along, around, by, down, in, off, on, out, dan lainlain.
3. Partikel adverbia (kecuali jika merupakan bagian dari complex preposition seperti ‘out of’) aback, ahead, apart, astray, away, back, forward(s), home, in front, on, top, out British-english), together, dan lain-lain. . Apabila sebuah partikel mengikuti verba maka akan menimbulkan makna yang berbeda. Contoh fight for (berjuang), give up (menyerah), etc. Apabila kata yang sama di ikuti partikel yang berbeda akan menimbulkan perbedaan makna. Perubahan makna tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah tipe atau jenis verba dan partikel yang menyertai konteks kalimat dan juga pemilihan kata yang digunakan oleh seorang penerjemah untuk menentukan makna yang tepat dalam suatu terjemahan. . 2.4.4 Preposisi Preposisi adalah partikel yang berfungsi untuk menghubungkan nomina, pronominal dengan nomina, verba, atau adjektiva. Rahman (2007:204), berdasarkan bentuknya preposisi dalam bahasa inggris terbagi menjadi empat bagian, yaitu: 1. Preposisi yang terdiri dari satu bagian, contoh: at, out, off, after, but since, etc. 2. Preposisi yang terdiri atas dua bagian, contoh: according to, instead of, because of, etc. 3. Preposisi yang terdiri dari tiga bagian,contoh: with reference to, by means of, in accordance with, etc.
4. Preposisi yang terdiri dari empat kata, contoh: with aview to, on the score of, in the eye of,etc. Berdasarkan jenisnya preposisi di bagi menjadi enam bagian, yaitu: 1. Preposisi waktu Preposisi waktu adalah preposisi yang menyatakan keteranga waktu. Misalnya on Friday, at night, in 1945, etc. Contoh: Shakespear was born in 1564 and died in 1616 2. Preposisi tempat. Preposisi tempat adalah preposisi yang menunjukan keterangan tempat. Misal, at home, in the hotel, in a container, etc Contoh: I passed my holiday at Batu 3. Preposisi arah. Preposisi arah menerangkan suatu arah. Misalnya: at ,on, upon, kadangkadang for dan to. Contoh: The Troops marched upon the town 4. Preposisi tujuan atau alasan Preposisi tujuan adalah preposisi yang menujukan tujuan, maksud, pokok, atau alasan tertentu. Contoh: I am giving this lecture for your benefit. 5. Preposisi cara atau alat Preposisi ini digunakan untuk menerangkan cara atau alat. Contoh: He killed the tiger with a gun.
6. Preposisi indentifikasi. Preposisi ini di gunakan untuk mengidentifikasi suatu benda atau orang. Contoh: The girls with long hair is my sister Preposisi merupakan partikel atau kata depan yang terdapat dalam suatu kalimat yang berfungsi menghubungkan nomina, pronominal dengan nomina, verba atau adjektiva
2.5 Semantis Semantis berasal dari bahasa Yunani yaitu semainein yang berarti’ yang bermakan ”makna” “berarti menurut kamus linguistik dalam linguistic semantic digunakan sebagai istilah yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal- hal yang ditandainya. Menurut John I seed “semantic is the study of the meaning of words and sentence. Jadi kesimpulanya semantis dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna yang berkaitan dengan bahasa sebagai alat komunikasi verbal.
2.5.1 Makna Menurut Djajasudarma (1993:13) “Makna merupakan pertautan yang ada antara satuan bahasa, dapat dihubungkan dengan makna gramatikal, sedangkan arti adalah pengertian satuan kata sebagai unsur yang dihubungkan. Sedangkan Robin (1981:14) mengatakan bahwa “Meaning include the relations between untterences and part of unttereces (e.g word) the world outside and reference and denotation are among such relations.
Dapat disimpulkan bahwa makna merupakan penghubung bahasa dengan dunia luar sesuai dengan kesepakatan para pemakai bahasa sehingga dapat di komunikasikan.
2.5.1.1 Makna Leksikal. Makna leksikal adalah makna yang memiliki atau ada pada leksem meski tanpa konteks apapun. Atau dapat juga dikatakan bahwa makna leksikal adalah makna yang sebenarnya, makna yang sesuai observasi indra kita, atau makna apa adanya.
Contoh “air”
bermakna leksikal
sejenis barang cair yang bisa di
gunakan untuk keperluan sehari-hari. Lyons (1995:46) menjelaskan secara umum makna, frasa, dan kalimat dari bahasa mempunyai makna, jadi makna leksikal adalah makna-makna yang ada dalam unit-unit tersebut yang diterangkan dalam sebuah buku atau kamus yang berkaitan dengan tata bahasa. Jada kesimpulanya maknan leksikal adalah makna yang sebenarnya, atau sesuai dengan observasi indra kita.
2.5.1.2 Makna Gramatikal. Makna gramatikal menurut Lyons (1995:43) “adalah makna structural, dicontohkan dangan pengertian-pengertian “subjek”, “objek”, dan “modifier”. Menurutnya bahwa unsur-unsur gramatikal termasuk perangkat-perangkat tertutup, biasanya perangkat pernagkat tertutup anggota- anggotanya tetap, dan biasanya sedikit misal, perangkat, pronominal, persona, kala, jenis, dsb.
Menurut Chaer (2003:290) makna gramatikal adalah “makna yang baru ada jika terjadi proses gramatikal, seperti afiksasi, reduplikasi, komposisi atau kalimatisasi. Contoh, sintaksasi adik, menendang, dan bola. Menghasilkan makna grammatical adik sebagai pelaku, menendang bermakna aktif, dan bola bermakna sasaran.
2.5.1.3 Makna Kontekstual. Makna kontekstual adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada di dalam sebuah konteks Chaer (2003:290). Contoh: 1) Rambut di kepala nenek ada yang putih. 2) Sebagai kepala sekolah dia harus menegur murid itu. Makna kepala pada kalimat pertama adalah kepala yang sebenarnya, sedangkan pada kalimat kedua yang dimaksud kepala adalah orang yang memimpin suatu badan atau lembaga. Makna konteks dapat juga berkenaan dengan situasnya, lingkungan, tempat atau waktunya. Contoh: Sudah hampir pukul dua belas. Apabila kata itu diucapka oleh seorang ibu pada seorang pemuda yang menemui putrinya berarti pengusiran secara halus, jika diucapkan seorang ustaz maka artinya sudah masuk waktu zuhur, dan jika di ucapkan oleh karyawan kantor maka mungkin maksudnya sudah waktunya istirahat.
2.6 Terjemahan Menerjemahkan pada dasarnya mengubah suatu bentuk menjadi bentuk lain. menuruit Nida dan taber terjemahan adalah “Translating consists in reproducing in the receptor language the closest natural equivalent of the source language massage, first in terms of meaning and secondly in the term of style”. Dalam setiap proses penerjemahan kadang-kadang ada unsur yang hilang. Namun satu hal yang harus diperhatikan dalam penerjemahan yaitu padanan yang wajar dan dekat. (The closest natural equivalent). Salah satu kendala dalam penerjemahan pada umumnya adalah orang terbiasa menerjemahkan kata perkata dengan melihat kamus. Menurut Samsuri (1994:10) “Proses penerjemahan antara dua bahasa, dalam hal ini bahasa Indonesia dan bahasa Inggris tidak mudah karena tiap-tiap bahasa memiliki aturanaturan
sendiri baik dalam hal bunyi dan unitnya hal-hal, kata dan
pembentukanya maupun dalam hal-hal kalimat dan susunanya.”
Jadi kesimpulanya selain harus bisa menangkap maksud pengarang dalam bahas sumber, seorang penerjemah atau pembaca harus mampu mengekpresikan bahasa sumber ke dalam sasaran sedekat mungkin dengan tepat.
2.6.1 Pergeseran Penerjemahan Setiap bahasa memiliki aturan yang berbeda. Aturan pada bahasa yang satu belum tentu berlaku untuk bahasa yang lain, pergeseran itu menimbulkan pergeseran makna dalam penerjemahan. Clafford (1965:73) Mengatakan ”Shifts
mean departures from formal correspondence in the process of going from the SL to the TL”. Pergeseran dalam penerjemahan terbagi menjadi empat, yaitu: 1. Pergeseran Struktur. Pergeseran struktur adalah pergeseran yang berhubungan dengan struktur bahasa sumber dalam bahasa sasaran. Contoh, perubahan kalimat aktif menjadi pasif dan sebaliknya. 2. Pergeseran Kategorial Pergeseran kelas kata dalam bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Contoh, verba dalam bahasa inggris menjadi ajektiv atau nomina dalam bahasa Indonesia. 3. Pergeseran Tataran. Pergeseran yang menyangkut hubungan kalimat klusa, frasa, dan kata. Contoh frasa give off diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi kata yaitu, menghasilkan. 4. Pergeseran Semantis Pergeseran semantis adalah pergeseran yang berhubungan dengan makna . pergeseran semantis terdiri dari tiga bagian, yaitu: a. Perluasan Makna. Penyerapan unsur-unsur kosa kata dalam bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Contoh kata demokrasi, politIk, dan revolusi yang berasal dari kosa kata dan kebudayaan Eropa Indonesia.
diserap menjadi kosakata dan kebudayaan
b. Penambahan Makna (additive interference) Penambahan kosakata baru dengan makna yang agak kusus meskipun kosakata yang lama tetap dipergunakan dan masih bermakna lengkap. Misal, penghalusan kata penganggur menjadi tuna karya, dan orang-orang hukuman menjadi narapidana. c. Penggantian Makna Penggantian makna yaitu interferensi yang terjadi karena penggantian kosakata yang disebabkan adanya perubahan makna. Contoh, kata saya merupakan perubahan dari kata yang berasal dari bahasa melayul lama, sahaya. Dalam proses penerjemahan sering terjadi pergeseran-pergeseran baik secara sintaksis maupun sintaksis hal itu disebabkan karena dalam setiap bahasa memiliki aturan-aturan yang berbeda. Aturan-aturan yang berlaku dalam bahasa yang satu belum tentu berlaku pada bahasa yang lain.