10
BAB II KERANGKA TEORI
A. Landasan Teori a. Analisis teoritis 1. PD. BPR BKK Kota Pekalongan PD. BPR BKK Kota Pekalongan merupakan salah satu lembaga perbankan perusahaan daerah yang kepemilikannya adalah pemerintah provinsi jawa tengah dan pemerintah kota pekalongan. Pada awalnya Bernama Badan Kredit Kecamatan (BKK) Pekalongan Barat yang modal awal berupa pinjaman dari apbd jawa tengah yang dipisahkan pada tanggal 19 november 1970 sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) dengan bunga 12% per tahun dengan jangka waktu 5 tahun. Perda 11 tahun 1981 meningkat statusnya menjadi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang telah dirubah beberapa kali menjadi peraturan daerah provinsi jawa tengah nomor : 20 tahun 2002 tentang perusahaan daerah bank perkreditan rakyat badan kredit kecamatan propinsi jawa yang selanjutnya dirubah kembali menjadi peraturan daerah provinsi jawa tengah nomor 11 tahun 2008 tentang perusahaan daerah bank perkreditan
rakyat
badan
kredit
kecamatan (PD. BPR BKK) provinsi jawa tengah dan yang terakhir dengan peraturan daerah provinsi jawa tengah nomor 3 tahun 2012 tentang perubahan atas peraturan daerah provinsi jawa tengah nomor 11 tahun 2008 tentang
11
perusahaan daerah Bank Perkreditan Rakyat Badan Kredit Kecamatan di Provinsi Jawa Tengah. Tanggal 8 oktober 1991 badan kredit kecamatan pekalongan barat dirubah statusnya menjadi Bank Perkreditan Rakyat BKK Pekalongan Barat. Kemudian sesuai perkembangan pada saat itu pada tahun 1986 (7-05-1986) menempati gedung sendiri
di Jln. Slamet No. 20 Pekalongan. Sejalan dengan
perkembangnya pada tahun 2010 PD. BPR BKK Pekalongan Barat dapat membeli sendiri gedung baru di kawasan bisnis yang strategis di ruko gajah mada plaza No.6 Pekalongan dan diresmikan oleh Walikota Pekalongan pada tanggal 24 desember 2011 dan mulai ditempati sebagai kantor pusat operasional pada tanggal 2 Januari 2012. Tanggal 31 Mei 2012 BPR BKK Pekalongan Barat dirubah statusnya menjadi BPR BKK Kota Pekalongan. Gambar 2.1 Struktur Organisasi PD. BRP BKK KOTA PEKALONGAN
12
Struktur organisasi PD. BPR BKK KOTA PEKALONGAN Dewan Pengawas
:
Ketua Dewas
: Yuvita Norma Evarini, SH
Sekretaris Dewas
: Erli Nufiati, SE
Direksi
:
Direktur Utama
: Paryono, SH
Sumber daya manusia yang dimiliki Pengurus Bank Terdiri Dari : Dewan Pengawas
: 2 Orang
Direksi
: 1 Orang
Karyawan / Pegawai Terdiri Dari
:
Pegawai Tetap
: 12 Orang
Pegawai Tidak Tetap
: 4 Orang
13
b. Laporan keuangan Munawir menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Dengan begitu laporan keuangan diharapkan akan membantu bagi para pengguna untuk membuat keputusan ekonomi yang bersifat fiansial.6 Kinerja keuangan dapat dilihat dari analisis laporan keuangan atau analisis rasio keuangan. Dalam prakteknya dikenal beberapa macam laporan keuangan seperti : Neraca Laporan laba rugi Laporan perubahan modal Laporan catatan atas laporan keuangan Laporan kas7 Suatu laporan keuangan akan menjadi lebih bermanfaat untuk pengambilan keputusan apabila dengan informasi tersebut dapat diprediksi apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Semakin baik kualitas laporan keuanagan semakin meyakinkan pihak eksternal dalam melihat kinerja kuangan perusahaan tersebut. Keyakinan bahwa perusahaan akan mampu tumbuh dan memperoleh
6 7
Irham Fahmi, 2012. Analisis Laporan Keuangan, Bandung : Alfa Beta. Hlm 2 Kasmir, Analisis Laporan Keuangan ( Jakarta : Rajawali Press.2011) Hlm 7
14
profitabilitas maka perusahaan akan merasa aman dalam berbagi urusan keuangan.8 c. Kesehatan keuangan Sebagai sebuah Lembaga Keuangan tentunya harus selalu dapat menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik yaitu yang dapat menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat, agar dapat menjalankan fungsi sebagai perantara, dapat membantu kelancaran lalu lintas pembayaran. Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik, terdapat beberapa aspek untuk penilaian yaitu ditinjau dari rasio keuangan dari bank tersebut. Penilaian kesehatan PD. BPR BKK Kota Pekalongan diarahkan pada tujuan sebagai berikut : 1. Menjaga dan meningkatkan kepercayaan dari masyarakat terhadap jasa keuangan 2. Mengetahui kinerja bank 3. Melindungi harta kekayaan dan para penabung 4. Mengetahui tingkat kepatuhan pada peraturan yang berlaku 5. Mengetahui business plan jasa keuangan yang ajakan dikelola kjk Tingkat kesehatan Bank merupakan pengukuran kemampuan kompetisi usaha dari lembaga keuangan. Bank berfungsi sebagai penyimpan harta, pengusaha dan pengelola investasi yang baik akan sangat mementukan kualitas usahanya sebagai perantara dan kemampuannya dalam menghasilkan laba. Prinsip kehati-hatian dalam kebjaksanaa perbankan merupakan kunci sukses bagi bisnis 8
Irham fahmi, Pengantar Manajemen Keuangan. (Bandung :Alfabeta.2014) Hlm 20
15
perbankan saat ini.9Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan, pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh bank Indonesia, menetapkan bahwa : a. Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan
modal,
kualitas
aset,
kualitas
manajemen,
likuiditas,
rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehatihatian b. Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara-cara yang
tidak
merugikan
bank
dan
kepentingan
nasabah
yang
mempercayakan dananya kepada Bank. c. Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia segala keterangan dan penjelasan mengenai usahanya menurut tata cara yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. d. Bank atas permintaan Bank Indonesia, wajib memberikan kesempatan bagi pemeriksaan buku-buku dan berkas-berkas milik bank tersebut, serta wajib memberikan bantuan dalam rangka memperoleh kebenaran dari segala keterangan, dokumen, dan penjelasan yang dilaporkan oleh bank tersebut
9
Veithzal rivai, et al. Bank Dan Financial Institusion Manajemen Convensional & Sharia System (Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada. 2007) Hlm 705-706.
16
e. Bank Indonesia melakukan pemeriksaan terhadap bank, baik secara berkala maupun setiap waktu apabila diperlukan. Bank Indonesia dapat menugaskan akuntan publik untuk dan atas nama Bank Indonesia melaksanakan pemeriksaan terhadap bank. f. Bank wajib untuk menyampaikan kepada Bank Indonesia neraca, perhitungan laba rugi tahunan dan penjelasannya, serta laporan berkala lainnya, dalam waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Neraca dan laporan laba rugi tahunan tersebut wajib terlebih dahulu diaudit oleh akuntan public. g. Bank wajib mengumumkan neraca dan perhitungan laba rugi dalam waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Peraturan kesehatan bank menekankan bahwa bank di Indonesia memiliki kewajiban untuk melakukan aturan-aturan yang telah disebutkan diatas. Keadaan bank yang tidak sehat akan merusak keadaan perbankan secara keseluruhan dan mengurangi rasa kepercayaan masyarakat. Bank Indonesia sebagai bank sentral mempunyai hak untuk selalu mengawasi jalannya kegiatan operasional bank dengan mengetahui posisi keuangan perbankan agar keadaan perbankan di Indonesia dalam keadaan sehat untuk senantiasa melakukan kegiatannya. Kesehatan Bank merupakan tolak ukur bagi manajemen untuk mengetahui apakah pengelolaan bank dilakukan sejalan dengan azas-azas perbankan yang sehat, prinsip kehati-hatian dan sesuai dengan
17
ketentuan yang belaku. Tolok ukur untuk menetapkan arah pembinaan dan pengembangan bank baik secara individual maupun perbankan nasional secara keseluruhan. Selain itu, yang terpenting dari manajemen Bank adalah laporan keuangan kerena merupakan pertanggung jawaban pemilik perusahaan atas kepercayaaan yang telah diberikan kepadanya. Pertanggung jawaban pimpinan perusahaan itu sampai penyajian secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha dalam suatu periode sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang dilaksanakan secara konsisten.10
d. Metode PEARLS PEARLS merupakan sistem pemantauan kinerja keuangan dirancang untuk menawarkan bimbingan manajemen untuk lembaga keuangan. PEARLS juga merupakan alat pengawasan untuk regulator. PEARLS dapat digunakan untuk membandingkan dan lembaga peringkat, dan dapat memberikan perbandingan antar lembaga keuangan dalam satu wilayah atau antar negara. PEARLS adalah seperangkat rasio keuangan atau indikator yang membantu untuk membakukan terminologi antara lembaga. Secara total, ada 41 indikator keuangan kuantitatif yang memfasilitasi analisis terpisahkan dari kondisi keuangan lembaga keuangan.
10
Drs. S.Munawir. Analisa Laporan Keuangan. Edisi ke 4. (Yogyakarta : Liberty.2007) Hl 3-4
18
Tujuan setiap indikator adalah untuk menggambarkan bagaimana perubahan dalam satu rasio memiliki konsekuensi untuk berbagai indikator lainnya. Setiap indikator memiliki tujuan terkait dengan target tujuan, atau standar keunggulan untuk setiap indikator yang diajukan oleh World Council of Credit Unions, Inc (WOCCU) berdasarkan pengalaman lapangan kerja untuk memperkuat dan memodernisasi lembaga keuangan dan mendorong pertumbuhan tabungan yang berbasis. Deposan dapat memiliki keyakinan bahwa lembaga keuangan yang memenuhi standar keunggulan yang aman dan sehat. PEARLS singkatan dari protections, efective financial strucktur, aset quality, rate of return and cost, likuidity, dan sign of growth.
11
Ada 4 kegunaan PEARLS yang dikutip
dari buku “PEARLS Monitoring System” yaitu: Sebagai alat untuk memantau kinerja credit union. Menstandarkan rasio dan rumus. Sebagai alat pengawasan system PEARLS adalah alat manajemen untuk lembaga, juga dapat digunakan sebagai alat pengawasan sebagai regulator. Dalam manajemen, perhitungan PEARLS untuk antisipasi sebelum terjadi kerugian. PEARLS menyediakan alat untuk memantau kemajuan manajemen terhadap tujuan keuangan. PEARLS menawarkan indikator dan standar untuk mengawasi kinerja lembaga keuangan.
11
Richardson, D.C 2002 Pearls Monitoring Sistem Madison: the world council of credit union. Hlm 2
19
Dalam kemitraan dengan Credit Union, WOCCU menciptakan PEARLS di akhir 1980-an. WOCCU telah disempurnakan dan disesuaikan PERALS selama dekade terakhir. WOCCU menggunakan PEARLS pada semua Credit Union berpartisipasi dalam program bantuan teknis di seluruh dunia. Selain Credit Union individu dan lembaga keuangan nasional dan asosiasi (termasuk banyak anggota WOCCU), Bolivia Bank menggunakan PEARLS untuk mengawasi lembaga keuangan. Metode pearls mencakup komponen – komponen sebagai berikut : a. Protections (Perlindungan) Tujuan utama dari rasio perlindungan adalah untuk memastikan bahwa lembaga keuangan memberikan deposan tempat yang aman untuk menyimpan uang mereka. Ketentuan untuk kerugian pinjaman adalah garis pertahanan pertama terhadap risiko tak terduga untuk lembaga. Penyisihan kerugian pinjaman sangat penting, karena kelalaian pinjaman beresiko. Dengan demikian, lembaga harus menyisihkan pendapatan untuk menutupi kemungkinan kerugian yang sehingga tabungan nasabah tetap dilindungi. Keuangan mengalami kerugian pinjaman ketika: 12 Nilai aset yang meningkat Laba bersih dilaporkan berlebih 12
World council of credit unions. A Technical Guide To PEARLS A Performance Monitoring System. Washington office. Hlm 3
20
Ketentuan untuk pinjaman kerugian kurang Perlindungan tabungan nasabah tidak aman dan Dividen berlebihan dan keliru dibayarkan. Rasio yang paling kritis di bawah Perlindungan adalah P1. Tujuan dari P1 adalah untuk memiliki 100% ketentuan untuk kerugian pinjaman dari pinjaman yang lebih besar dari 12 bulan tunggakan. Pengukuran akurat dari kelalaian (jumlah saldo portofolio berisiko dibulan (P3 dan P4). Pendataan pinjaman penting karena setelah pinjaman yang menunggak selama satu tahun, tidak mungkin lembaga akan menerima pembayaran kembali pinjaman itu. Lembaga ini menggunakan ketentuan itu telah menyiapkan dana 100% dari nilai pinjaman yang menulis dari pinjaman tunggakan. Untuk mengukur P1 menggunakan rumus 13
:
𝑃1 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑑𝑎𝑛𝑎 𝑐𝑎𝑑𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑘𝑜 𝑥 100 % 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑙𝑑𝑜 𝑡𝑢𝑛𝑔𝑔𝑎𝑘𝑎𝑛 > 12 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛
Batas ideal dari rasio P1 adalah 100% terhadap tunggakan pinjaman diatas 12 bulan. Untuk perhitungan dana cadangan resiko dari: penyisihan pinjaman. Kelalaian pinjaman >12 bulan / saldo tunggakan :jumlah saldo piutang yang tertunggak >12bulan.
13
Richardson, D.C 2002. “ Pearls Monitoring Sistem Madison: the world council of credit union”. Hlm 14
21
Indikator kedua Perlindungan adalah P2. Indikator ini mengukur kecukupan resiko bersih dibanding total pinjaman lalai dari 1-12 bulan.. Rumus untuk menghitung rasio ini adalah14:
𝑃2 =
𝐶𝑎𝑑𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑅𝑒𝑠𝑖𝑘𝑜 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑥 100% 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑙𝑎𝑖𝑎𝑛 𝑃𝑖𝑛𝑗𝑎𝑚𝑎𝑛 1 − 12 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛
Indikator P2 mempunyai nilai ideal perlindungan 35% terhadap pinjaman yang lalai dari 1 samapai dengan 12 bulan. Perlindungan menganggap pinjaman secara triwulanan bermasalah. Untuk perhitungan kelalaian pinjaman 1-12 bulan diperoleh dari jumlah total saldo piutang yang tertunggak >1 tahun. Sedangakan dana cadangan resiko bersih terdiri dari dana cadangan resiko dikurangi total saldo tunggakan >12 bulan. b. Effective Financial Structure (Strukutur keuangan yang efektif) Struktur keuangan adalah variabel yang paling penting yang mempengaruhi pertumbuhan,
profitabilitas
dan
mempertahankan sebagian besar
efisiensi.
Lembaga
keuangan
yang
dari total aset mereka dalam portofolio
pinjaman memiliki kesempatan terbesar untuk memaksimalkan pengembalian aset produktif tersebut sambil memberikan mereka anggota-klien dengan layanan kredit yang mereka cari. Demikian pula, lembaga yang mendanai aset mereka terutama (70-80%) dengan deposito anggota-klien independen dari harga berfluktuasi dana eksternal. Untuk mengukur persentase total aset yang 14
Richardson, D.C 2002 Pearls Monitoring Sistem Madison: the world council of credit union. Hlm 14
22
diinvestasikan pada pinjaman beredar dapat dihitung dengan rasio E5. Dengan menggunakan rumus15:
𝐸5 =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑖𝑛𝑗𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟 𝑥 100% 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡
Rasio E5 mempunyai sasaran dalam penilaiannya yaitu antara 70% dan 80% dari total aset, apabila kurang dari 50% dari total aset maka mengubah peran lembaga kredit sebagai perantara keuangan. Untuk menghitung jumlah pinjaman beredar diperoleh dari pinjaman yang diberikan dikurangi total kelalaian pinjaman. Jika rasio E5 dibawah 70% berati uang tidak berputar dan nantinya dapat mengakibatkan iddle money. Jika diatas 80% berarti nilai nominal akan berkurang maka kas dan setara kas ikut kurang dan kemampuan kopdit berkurang. Struktur keuangan selalu berubah dan mengharuskan manajemen hati-hati, terutama dalam kasus pertumbuhan yang cepat. Struktur Keuangan Efektif berfokus pada sumber sebuah lembaga dana (tabungan, saham, kredit eksternal dan modal institusional) dan penggunaannya dana (pinjaman, investasi, investasi keuangan dan aset non-produktif). Sistem PEARLS memberikan informasi dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, manajer, direksi dan regulators dapat mengamati evolusi struktural dari kedua sumber dana dan penggunaan dana. Lembaga memiliki struktur keuangan yang efektif seperti aset, tabungan, menghasilkan pendapatan yang cukup untuk membayar harga pasar pada 15
Richardson, D.C 2002 Pearls Monitoring Sistem Madison: the world council of credit union. Hlm 18
23
tabungan, menutupi biaya operasional dan memelihara kecukupan modal. Semua cadangan dibuat baik dari akumulasi laba bersih atau dari modal, adalah garis pertahanan kedua untuk menyerap kerugian yang tidak terduga. Modal institusional dapat diinvestasikan untuk memperluas produk dan layanan. Rasio E9 untuk mengukur presentase total aset yang didanai oleh pihak ke-3. Untuk menghitung digunakan rumus16 :
𝐸9 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑖𝑛𝑗𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑝𝑖ℎ𝑎𝑘 𝑘𝑒 3 𝑋 100% 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡
Rasio E9 mempunyai sasaran maksimum 5%, apabila melebihi srandar ideal (>5%) maka bisa dikatakan kopdit tersebut kurang mandiri, karena dan yang ada dari pinjaman pihak ke-3. Total pinjaman pihak ke-3 terdiri dari puskopdit (bagi primer),pinjaman inkopdit (bagi puskopodit), pinjaman dari Bank atau lembaga laiannya. c. Asset Quality (Kualitas aset) Kualitas aset merupakan variabel utama yang mempengaruhi profitabilitas kelembagaan. Kelebihan pembayaran macet atau tertunda pinjaman dan persentase yang tinggi dari aset non-produktif lainnya memiliki efek negatif pada pendapatan lembaga keuangan karena aset ini tidak mendapatkan penghasilan. Seperti disebutkan dalam diskusi Perlindungan, adalah penting bahwa kelalaian diukur dengan benar dan diminimalkan. Kelalaian sering disebut sebagai 16
Richardson, D.C 2002 Pearls Monitoring Sistem Madison: the world council of credit union. Hlm 19
24
portofolio berisiko, adalah total saldo pinjaman bermasalah di lebih dari 30 hari. Rasio ini adalah pengukuran kelemahan institusional karena jika kelalaian tinggi, maka bidang utama lain dari operasi lembaga keuangan bisa menjadi lemah. Misalnya ketentuan kerugian pinjaman, modal institusional dan laba bersih. Selain mengontrol kelalaian, lembaga juga harus memantau rasio aktiva nonproduktif terhadap total aset dan memastikan bahwa aset non-produktif tidak dibiayai oleh tabungan, kredit eksternal atau saham anggota (dalam kasus serikat kredit atau lainnya-pengguna yang dimiliki koperasi keuangan). Untuk mengukur presentase tunggakan dalam pinjaman beredar dengan menggunakan saldo tunggakan menggunakan rasio A1, maka digunakan rumus 17:
𝐴1 =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑙𝑎𝑖𝑎𝑛 𝑝𝑖𝑛𝑗𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑥100% 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑖𝑛𝑗𝑎𝑚𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟
Rasio A1 memiliki sasaran nilai ideal kurang dari 5%, apabila A1>5% maka dari sisi modal, modal tidak bisa berputar lagi. Dari sisi bunga pinjaman berkurang sehiingga pendapatan pun akan berkurang. Sumber dana yang memiliki biaya keuangan seperti tabungan harus diinvestasikan dalam aset produktif yang akan mendapatkan pengembalian yang lebih besar daripada biaya dana. Satu-satunya cara untuk memiliki aset nonproduktif, seperti aktiva tetap, tanpa menimbulkan dampak negatif laba adalah untuk membiayai aset-aset dengan modal tanpa biaya seperti modal institusional 17
Richardson, D.C 2002 Pearls Monitoring Sistem Madison: the world council of credit union. Hlm 20
25
atau cadangan. Untuk mengukur presentase aset yang tidak mengasilkan pendapatan menggunkan rasio A2. Dengan rumus 18:
𝐴2 =
𝐴𝑠𝑒𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑀𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑘𝑎𝑛 𝑥100% 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡
Sasaran dari rasio A2 adalah <5% dari total aset, makin tinggi aset yang tidak menghasilkan maka makin sulit kopdit meningkatkan pendapatannya. Karena terlalu banyak aset yang tidak berubah bentuk menjadi tanah, gedung, kendaraan, dll. d. Rates of Return and Costs (Tingkat perolehan pendapatan dan biaya) Indikator ini memantau pengembalian yang diperoleh pada setiap jenis aset (penggunaan dana) dan biaya dari setiap jenis kewajiban (sumber dana). Di sisi aset, seseorang dapat menentukan apa jenis aset mendapatkan keuntungan tertinggi. Di sisi kewajiban, kita dapat menentukan apa yang merupakan sumber paling dan paling mahal dana. Hasil dan biaya langsung mempengaruhi tingkat pertumbuhan sebuah institusi. Tujuannya untuk sebuah lembaga untuk membayar tingkat nyata dari pengembalian tabungan dan saham, biaya suku bunga pinjaman yang memulihkan semua biaya dan membayar gaji yang kompetitif bagi
18
Richardson, D.C 2002 Pearls Monitoring Sistem Madison: the world council of credit union. Hlm 20
26
karyawan. Tujuan dari R9 untuk mengukur beban yang terkait dengan manajemen dari semua aset kopdit. Rasio R9 dapat dihitung dengan rumus 19:
𝑅9 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑥 100% 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐴𝑠𝑒𝑡
Nilai ideal dari rasio E9 adalah 3 – 10%. Jika prsentase yang didapat dibawah 3% berarti beban lembaga kecil maka suku bunga yang ditawarkan ke anggota kecil. Dan nantinya nasabah akan memilih lembaga lain yang menawarkan suku bunga lebih tinggi. Apabila lebih dari 10% artinya lembaga terlalu boros mengeluarkan beban dan akan mengurangi keuntungan lembaga nantinya. Untuk perhitungan total beban operasional diambil dar jumlah beban operasional ditambah jumlah beban operasional lainnya. Rasio pendapatan mengidentifikasi pendapatan dari pinjaman bersih, aset, investasi keuangan dan investasi non-keuangan. Untuk mengukur pendapatan bersih digunakan rasio R12, dengan rumus20 :
𝑅12 =
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ (𝑆𝐻𝑈) 𝑥 100% 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐴𝑠𝑒𝑡
Rasio R12 mempunyai nilai ideal 3-5%. Rasio ini juga dapat melihat pergerakaan aset dari tahun lalu tutup buk sampi sekarang. Selain itu, rasio ini
19 20
Richardson, D.C 2002 Pearls Monitoring Sistem Madison: the world council of credit union. Hlm 24 Richardson, D.C 2002 Pearls Monitoring Sistem Madison: the world council of credit union. Hlm 25
27
dapat menyimpulkan sejauh mana kekuatan pemdapatan lembaga dan sejauh mana kemampuan membangun lembaga. e. Liquidity (Likuiditas) Mengelola likuiditas merupakan komponen penting dari administrasi lembaga tabungan. Tujuan dari L2 untuk mengukur ketersediaan cadangan likuid terhadap total simpanan non saham. Untuk mengukur rasio ini digunakan rumus21 :
𝐿2 =
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑐𝑎𝑑𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑙𝑖𝑘𝑢𝑖𝑑𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑚𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑘𝑎𝑛 𝑥 100% 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑁𝑜𝑛 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚
Nilai ideal dari rasi L2 adalah 10%. Total cadangan likuiditas tidak menghasilkan terdiri dari Bank dan koperasi (tabungan di Puskopdit / inkopodit) Tujuan dari indikator L3, untuk mempertahankan rasio mahal non produktif aset likuid kurang dari 1% dari total aset. Bertujuan untuk meminimalkan non - produktif tunai untuk sebagian besar kebutuhan sehari-hari opeational. Penilaian terhadap faktor likuditas untuk mengetahui kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban. Rasio ini untuk mengukur kemampuan dalam memenuhi likuditas jangka pendek. Untuk menghitung rasio L3 digunakan rumus22:
21 22
Richardson, D.C 2002 Pearls Monitoring Sistem Madison: the world council of credit union. Hlm 26 Richardson, D.C 2002 Pearls Monitoring Sistem Madison: the world council of credit union. Hlm 26
28
𝐿3 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡 𝑙𝑖𝑘𝑢𝑖𝑑 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑘𝑎𝑛 𝑥 100% 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡
Sasaran dari rasio L3 adalah <1%, dalam rasio ini harus sekecil mungkin karena aset lembaga harus menghasilkan untuk memperoleh pendapatan. Untuk total aset likuid tidak menghasilakan terdiri dari kas ditambah cek. Likuiditas merujuk pada uang kas yang diperlukan untuk melayani penarikan simpanan non saham,23 Sistem PEARLS menganalisis likuiditas, yaitu : a. Cadangan likuiditas keseluruhan indikator ini mengukur persentase simpanan non saham yang diinvestasikan dalam aktiva lancar baik di lembaga simpan pinjam tingkat sekunder maupun Bank umum. Nilai idealnya adalah antara 10 sampai dengan 20% dari simpanan non saham. b. Cadangan likuiditas di tingkat sekunder atau badan lain sebaiknya menjadi kewajiban bagi setiaplembaga simpan pinjam.“ Dana Likuiditas Sentral “ harus diciptakan dan dikapitalisasikan oleh lembaga. c. Cadangan likuiditas ini penting, jika tidak digunakan berarti kehilangan peluang. Maka cadangan likuiditas menganggur diupayakan sampai tingkat minimum. Likuiditas adalah masalah yang berhubungan dengan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang harus segera dipenuhi.
23
Leonardus Saiman, Ekonomi / Manajemen Koperasi ( STIE Nusantara 2005), Hlm 52
29
Suatu perusahaan yang mempunyai kekuatan membayar belum tentu dapat memenuhi kewajiban finansialnya yang harus segera dipenuhi.24 Ada empat macam teori perbankan yang dikenal, yaitu sebagai berikut :25 a) Commencial loan theory Teori ini beranggapan bahwa bank hanya boleh memberikan pinjaman dengan surat dagang pendek yang dapat dicairkan dengan sendirinya. b) Shiftability theori Teori yang beranggapan bahwa likuiditas sebuah bank tergantung pada kemempuan bank memindahkan aktivanya ke orang lain dengan harga yang dapat diramalkan.
24
Bambang Ryanto, Dasar-Dasar Pembelajaran Perusahaan. Hlm 25 Veithzal Rivai, Bank And Financial Institution Management,( Jakarta PT: Raja Grafindo Persada. 2007.) Hlm 387 25
30
c) Anticipated incom theory Teori ini beranggapan semua dana yang dialokasi atau setiap upaya mengalokasikan dana ditunjukan pada sektor bagi bank. d) The liability Teori ini beranggapan tentang bagaimana bank dapat mengelola pasivanya sedemikian rupa sehingga menjadi sumber likuiditas. Likuiditas yang diperlukan bagi bank adalah untuk menghadapi penarikan oleh nasabah, memenuhi kewajiban bank yang jatuh tempo dan memenuhi permintaan pinjaman dari nasabah.
31
2. Perbandingan PEARLS vs CAMEL Tabel 2.1 Perbandingan metode PEARLS dan CAMEL PEARLS
CAMEL
Alat manajemen yang dapat juga dipakai sebagai alat pengawasan,
Alat pengawasan, Memiliki fokus
sehingga menjadikannya lebih
utama pada penyelamatan dan tidak
fleksibel dan dapat dipakai oleh
menganalisa semua area kunci
manajemen maupun pemerintah atau
manajemen
regulator Menggunakan kuantitatif dan Hanya indikator kuantitatif kualitatif Memiliki lebih banyak rasio Hanya memiliki 5 indikator keuangan 41 indikator Tidak mengevaluasi struktur Mengevaluasi struktur keuangan keuangan dari neraca Tidak mempertimbangkan laju Mengevaluasi pertumbuhan pertumbuhan. Sumber: Pearls Monitoring System Goals (2001)
32
Tabel 2.2 Martiks Kriteria Penetapan Faktor Keuangan Bobot 1
2
3
Kondisi
keuangan Kondisi keuangan Bank Kondisi
Bank
tergolong tergolong
baik
sangat baik dalam mendukung mendukung
dan
dalam tergolong
cukup
mengantisipasi perunahan
perekonomian
dan indusrti keuangan.
indusrti keuangan. memiliki Bank
kemempuan
yang memiliki
baik tergolong kurang baik buruk dan sangat sensitif
terhadap terhadap
usaha perubahan
dan resiko
pengaruh
sensitif negatif
kondisi kondisi perekonomian, serta
namun masih rentan/lemah perekonomian kondisi dalam
kondisi perekonomian
5
Bank Kondisi keuangan Bank Kondisi keuangan Bank yang
mendukung dan
perkembangan usaha dan perkembangan
perunahan
Bank
keuangan
dalam
perkembangan usaha mengantisipasi
4
dan kondisi keuangan.
mengantisipasi industri keuangan kondisi
perkonomian dan industri keuangan.
atau
UUS Bank
kemampuan kemampuan
memiliki Bank
mengalami Bank
mengalami
keuangan kesulitan keuanganyang keuanganyang
kesulitan
33
kuat
dalam keuangan yang memadai untuk mendukung rencana berpotensi
mendukung rencana dalam pengembangan usaha
mendukung pengembangan
rencana
pengembangan namun
dinilai
dan usaha dan pengendalian memadai
pengendalian resiko resiko apabila
apabila
terjadi perubahan
usaha
belum kelangsungan usaha
diselamatkan.
resiko
yang apabila terjadi kesalahan
perubahan
yang signifikan pada industri dalam
signifikan
pada perbankan
industri perbankan
usaha membahayakan
untuk
terjadi pengendalian
kebijakan
dan
perubahan yang signifikan pada industri perbankan
Sumber : Peraturan Perbankan Bank Indonesia
membahayakan kelangsungan dan
tidak
dapat
34
Tabel 2.3 Penilaian Indikator PEARLS No
Indikator
1
P1
Rumus
Standar
Interval
Nilai
Peingkat
Ket
100 %
≥81 %
10
1
Sangat Sehat
61 – 80 %
7,5
2
Sehat
41 – 60 %
5
3
Cukup Sehat
21 – 40 %
2,5
4
Kurang Sehat
≤ 20 %
0
5
Tidak Sehat
≥ 35 %
10
1
Sangat Sehat
28 – 34 %
7,5
2
Sehat
21 – 27 %
5
3
Cukup Sehat
14 – 20 %
2,5
4
Kurang Sehat
≤ 13 %
0
5
Tidak Sehat
70 - 80
≥ 80 %
10
1
Sangat Sehat
%
70 – 79 %
7,5
2
Sehat
60 – 69 %
5
3
Cukup Sehat
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑑𝑎𝑛𝑎 𝑐𝑎𝑑𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑘𝑜 𝑥 100 % 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑙𝑑𝑜 𝑡𝑢𝑛𝑔𝑔𝑎𝑘𝑎𝑛 ≥ 12 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛
2
P2
35 % 𝐶𝑎𝑑𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑅𝑒𝑠𝑖𝑘𝑜 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑥 100% 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑙𝑎𝑖𝑎𝑛 𝑃𝑖𝑛𝑗𝑎𝑚𝑎𝑛 ≥ 12 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛
3
E5 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑖𝑛𝑗𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟 𝑥 100% 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡
35
4
5
E9
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑖𝑛𝑗𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑝𝑖ℎ𝑎𝑘 𝑘𝑒 3 𝑋 100% 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡
A1
50 – 59 %
2,5
4
Kurang Sehat
≤ 49 %
0
5
Tidak Sehat
Min 10
≥ 41 %
10
1
Sangat Sehat
%
31 – 40 %
7,5
2
Sehat
21 – 30 %
5
3
Cukup Sehat
11 – 20 %
2,5
4
Kurang Sehat
≤ 10 %
0
5
Tidak Sehat
≤5%
10
1
Sangat Sehat
6 – 10 %
7,5
2
Sehat
11 – 15 %
5
3
Cukup Sehat
16 – 20 %
2,5
4
Kurang Sehat
≥ 21 %
0
5
Tidak Sehat
≤5%
10
1
Sangat Sehat
6 – 10 %
7,5
2
Sehat
11 – 15 %
5
3
Cukup Sehat
<= 5% 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑙𝑎𝑖𝑎𝑛 𝑃𝑖𝑛𝑗𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑥100% 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑖𝑛𝑗𝑎𝑚𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟
6
A2
<= 5% 𝐴𝑠𝑒𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑀𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑘𝑎𝑛 𝑥100% 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡
36
7
R9
16 – 20 %
2,5
4
Kurang Sehat
≥ 21 %
0
5
Tidak Sehat
≥5%
10
1
Sangat Sehat
4 – 4,5 %
7,5
2
Sehat
3 – 3,5 %
5
3
Cukup Sehat
2 – 2,5 %
2,5
4
Kurang Sehat
≤ 1,5%
0
5
Tidak Sehat
Min 10
≥ 41 %
10
1
Sangat Sehat
%
31 – 40 %
7,5
2
Sehat
21 – 30 %
5
3
Cukup Sehat
11 – 20 %
2,5
4
Kurang Sehat
≤ 10 %
0
5
Tidak Sehat
≥ 61 %
10
1
Sangat Sehat
46 – 60 %
7,5
2
Sehat
31 – 45 %
5
3
Cukup Sehat
5% 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑥 100% 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐴𝑠𝑒𝑡
8
R12 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑥 100% 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐴𝑠𝑒𝑡
9
L2
Min 15 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑐𝑎𝑑𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑙𝑖𝑘𝑢𝑖𝑑𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑚𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑘𝑎𝑛 % 𝑥 100% 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑁𝑜𝑛 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚
37
10
≤1%
L3 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑠𝑒𝑡 𝑙𝑖𝑘𝑢𝑖𝑑 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑘𝑎𝑛 𝑥 100% 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡
Sumber : Pearls Monitoring System, WOOCU
16 – 30 %
2,5
4
Kurang Sehat
≤ 15 %
0
5
Tidak Sehat
≤1%
10
1
Sangat Sehat
2 – 11 %
7,5
2
Sehat
12 – 21 %
5
3
Cukup Sehat
22 – 31 %
2,5
4
Kurang Sehat
≥ 32 %
0
5
Tidak Sehat
38
B. Tinjauan Pustaka Terdapat penelitian terdahulu yang berkaitan dengan analisis kesehatan laporan keuangan dengan metode PEARLS. Adapun penelitian-penelitian tersebut antara lain: Analisis tingkat kesehatan bank di PD. BKK
Slawi Cabang Slawi
dengan metode PEARLS. Hasil penelitian di tunjukan dalam kategori sangat sehat, sehat, cukup sehat tidak sehat di PD. BKK Slawi cabang Slawi tingkat kesehatan pada tahun 2011 sampai 2013. Diketahui bahwa PD. BKK Slawi cabang Slawi untuk tahun 2011 bank memiliki pencadangan yang lebih untuk mengurangi adanya kredit macet dan BPR tersebut mampu menjaga kualitas aktivanya agar tidak menimbulkan kredit bermasalah.21 Model perhitungan tingkat kesehatan bank perkreditan rakyat di kota Malang dengan metode
PEARLS. Hasil penelitian menunjukan dengan
mampu mencover kerugian akibat tingginya inflasi, Sebab tingginya inflasi maka akan mendorong tingginya tingkat suku bunga, yang akan berakibat pada berkurangnya minat nasabah dalam melakukan peminjaman dana, sehingga pendapatan yang akan diterima oleh BPR tersebut akan semakin berkurang.22 Evaluasi Kinerja Koperasi Berdasarkan Sistem Pearls (Studi Pada Koperasi Kredit Usaha Sejahtera) Hasil penelitian menunjukan bahwa indikator Protection (proteksi) yaitu komponen ketersediaan cadangan 21
22
Mukhammad Alfian Fahmi, 2014“ Analisis Tingkat Kesehatan Bank Di PD.BKK Slawi Cabang Slawi Dengan Metode Pearls”, Skripsi : Universitas Pancaskti Tegal.
Alia Nur, 2009 “Model perhitungan tingkat kesehatan bank perkreditan rakyat di kota Malang dengan metode PEARLS” Surabaya : Skripsi, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas.
39
kerugian pinjaman menunjukan jaminan keamanan tabungan nasabah. indikator Effective Financial Structure (stuktur keuangan yang efektif), yaitu komponen investasi likuid, simpanan saham, dan modal institusi menunjukan kinerja pengelolaan operasional seperti portofolio pinjaman, investasi keuangan, simpanan. kinerja keuangan khususnya aset dan perlindungan simpanan anggota yang merupakan posisi penting bagi kegiatan usaha Koperasi Kredit serta memperhatikan pembentukan pola kebijakan koperasi seperti memperkuat analisis dalam pemberian kredit untuk mengurangi peluang terjadinya pinjaman lalai atau macet. 23 Analisis kinerja bank perkreditan rakyat syariah dengan metode PEARLS pada BPR margirizki bahagia. Hasil penelitian menunjukan pengelolaan aset yang dimiliki apabila dikelola dengan baik sehingga tidak terlalu banyak dana yang menganggur untuk dialokasikan pada inventaris atau aktiva tetap. Sehingga aset yang dimiliki oleh BPR tersebut mampu membiayai kegiatan operasional dari BPR tersebut.24 Analisis metode CAMEL dan PEARLS untuk menilai tingkat kesehatan BPR di kabupaten Badung. Hasil penelitian menghasilkan
ingkat
pertumbuhan BPR untuk ke depannya bukan hanya tingkat kesehatannya
23
24
Ansela Diah Maruthi. 2010, Evaluasi Kinerja Koperasi Berdasarkan Sistem Pearls ( Studi Pada Koperasi Kredit Usaha Sejahtera) Jakarta : Skripsi,Universitas Mercu Buana.
Cahyanto fajar. 2009, “Analisis kinerja bank perkreditan rakyat syariah dengan metode PEARLS pada BPR margirizki bahagia”. Jogjakarta :Skripsi, UIN sunan kalijaga.
40
guna mempertahankan kelangsungan hidup BPR di tengah ketatnya persaingan.25 Model perhitungan tingkat kesehatan BPR di kota Kediri dengan metode PEARLS.
Hasil
penelitian
menghasilkan
BPR
mampu
mengelola
likuiditasnya dengan sangat baik sehingga dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya terhadap nasabah sesuai rasio likuiditas. BPR juga mampu dalam melakukan penempatan dana dalam aset produktif yang dapat menghasikan pendapatan tinggi serta diikuti oleh kemampuannya memperoleh sumber dana yang biayanya murah.26 Analisis Laporan Keuangan Untuk Menilai Tingkat Kesehatan Pada PD BPR Bank Klaten. Hasil penelitian menyatakan untuk dapat meningkatkan efisiensi dalam operasional perbankkan. Pihak bank terutama terhadap pengeluaran biaya operasional harus terus diperhatikan agar dapat diimbangi dengan peningkatan pendapatan operasional sehingga dapat menunjang pencapaian rasio efisiensi usaha yang lebih baik dari tahun ke tahun.27
25
Ida Ayu Kayika Apsari dan I Made Sadha Suardikha, 2015 “Analisis Metode Camel Dan Pearls Untuk Menilai Tingkat Kesehatan BPR Di Kabupaten Badung” Bali : Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Udayana (Unud), E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana vol. 13.1 (2015): 99113 26 Puspitasari Endah, 2009 “Model Perhitungan Tingkat Kesehatan BPR Di Kota Kediri Dengan Metode PEARLS” Surabaya: Skripsi, sekolah tinggi ilmu ekonomi perbanas. 27 Fitri Ruwaida, 2011. Analisis Laporan Keuangan Untuk Menilai Tingkat Kesehatan Pada PD BPR Bank Klaten, Jogjakarta :Skipsi, Universitas Negeri Yogyakarta.
41
C.
Kerangka Berpikir Penyusunan pemikiran merupakan tujuan utama dari ilmu karena teori
merupakan alat untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena yang diteliti. Teori selalu berdasarkan fakta, didukung oleh dalil dan proposisi. Secara defenitif, teori harus berlandaskan fakta empiris karena tuijuan utamanya adalah menjelaskan dan memprediksikan kenyataan atau realitas. Kerangka pemikiran memberikan dasar konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah di identifikasi sebagai masalah yang penting.28
Sumber : Kerangka yang dikembangkan peneliti
28
Dr.Ir.Masyhuri dan Dr.M. Zainuddin.2011. Metodelogi Penelitian : Pendekatan Praktis Dan Aplikatif. Bandung : Refika Aditama. Hlm 119