BAB II KEMAMPUAN PEDAGOGIK GURU DAN MINAT BELAJAR
A. Kompetensi Pedagogik Guru 1. Pengertian Menurut Kampus Besar Bahasa Indonesia (1999), kompetensi berarti kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal.1 Pengertian dasar kompetensi (competency), yaitu kemampuan atau kecakapan. kempetensi juga diartikan....the state of being legally competent or qualified, yaitu keadaan berwewenang atau memenuhi syarat menurut ketentuan hukum. kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak (Syah, 2004).2 Menurut Hall dan Jones mengatakan kompetensi adalah pernyataan yang menggambarkan penampilan suatu kemampuan tertentu secara bulat yang merupakan perpaduan antara pengetahuan dan kemampuan yang dapat diamati dan diukur.3 Kompetensi Pedagogik yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan dengan karakteristik siswa dilihat dari berbagai aspek seperti moral, emosional, dan intelektual. Hal tersebut berimplikasi bahwa
1
Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), hlm.
2
Jamil Suprihatiningrum, op. cit., hlm 97 H. Syaiful sagala, op. cit., hlm. 157.
518. 3
24
25
seorang guru harus mampu menguasai teori belajar dan prinsip–prinsip belajar, karena siswa memiliki karakter, sifat, dan interes yang berbeda. 4 Dalam Peraturan Pemerintahan Nomor 74 Tahun 2008 Pasal 3 ayat 4 ditetapkan bahwa kompetensi pedagogis adalah kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik. Dalam kompetensi pedagogis, minimal guru harus memiliki delapan kemampuan, yaitu: (1) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan; (2) pemahaman terhadap peserta didik; (3) pengembangan kurikulum atau silabus; (4) perancangan pembelajaran; (5) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis; (6) pemanfaatan teknologi pembelajaran; (7) evaluasi hasil belajar; (8) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.5 Pengertian guru dalam kampus besar indonesia berarti orang yang pekerjaannya (mata pencaharian, profesinya) mengajar.6 Secara lebih khusus, menurut Nawawi, guru berarti orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggung jawab dalam membantu anak didik mencapai kedewasaan masing-masing.7 Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Guru adalah seorang yang mempunyai gagasan yang harus diwujudkan untuk
4
Tutik Rachmawati, Penilaian Kinerja Profesi Guru dan Angka Kreditnya (Yogyakarta: Gava Media, 2013), hlm. 102. 5 Barnawi dan Mohammad Arifin, Etika dan Profesi Kependidikan (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hlm. 122. 6 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesi (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), hlm.584 7 Ahmad Barizi dan Muhammad Idris, Menjadi Guru Unggul (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2009), hlm. 142.
26
kepentingan anak didik, sehingga menunjang hubungan sebaik-sebaiknya dengan anak didik.8 Guru merupakan kunci keberhasilan sebuah lembaga pendidikan. Guru adalah sales agent dari lembaga pendidikan. Baik atau buruknya perilaku atau cara mengajar guru akan sangat mempengaruhi citra lembaga pendidikan, oleh sebab itu sumber daya guru ini harus dikembangkan baik melalui pendidikan dan pelatihan dan kegiatan lain agar kemampuan profesionalnya lebih meningkat.9 Menurut Rochman, kompetensi pendidik (guru) itu meliputi: kinerja, penguasaan landasan profesional/akademik, penguasaan materi akademik, penguasaan keterampilan/proses kerja, penguasaan penyesuaian interaksional, dan kepribadian.10 Menurut Daryanto, bahwa kompetensi guru merupakan kombinasi kompleks dari pengetahuan, sikap,
keterampilan, dan nilai-nilai yang
ditunjukkan oleh guru dalam konteks kinerja tugas yang diberikan kepadanya.11 Dari
pemaparan
pengertian-pengertian
tentang
kompetensi
pedagogik guru yang terpapar diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi
pedagogik
guru
adalah
seperangkat
pengetahuan,
keterampilan, dan kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang
8
Syafruddin Nurdin dan Basyiruddin Usman, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum (Jakarta: Ciputat Press, 2003), hlm. 8. 9 H. Buchari Alma, Guru Profesional (Bandung: Albeta, 2009), hlm. 123-124. 10 Syamsu Yusuf dan Nani M. Sugandhi, Perkembangan Peserta Didik (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), hlm 139. 11 Daryanto, op. cit., hlm. 157.
27
meliputi perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki yang harus dikuasai dan diaktualisasikan oleh guru. Dengan demikian kompetensi pedagogik yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru yang sebenarnya. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan sebagai guru. Artinya guru bukan saja harus pintar tetapi juga pandai dalam mentransferkan ilmunya kepada peserta didik , keterampilan maupun sikap profesional dalam menjalankan fungsinya.
2. Aspek Kemampuan Pedagogik Aspek kemampuan pedagogik yang harus dimiliki oleh guru meliputi: a. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, kultural, emosional, dan intelektual. b. Menguasai teori-teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. c. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran atau bidang pengembangan yang diampu. d. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik. e. Memanfaatkan
teknologi
informasi
dan
komunikasi
untuk
kepentingan pembelajaran. f. Memfasilitasi
pengembangan
potensi
peserta
didik
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
untuk
28
g. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik. h. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. i. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran. j. Melakukan
tindakan
reflektif
untuk
peningkatan
kualitas
pembelajaran.12
3. Ciri-Ciri Kemampuan Pedagogik Kompetensi pedagogik yang merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik, menurut Jamil Suprihatiningrum
sekurang-kurangnya
meliputi
hal-hal
sebagai
berikut: a. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan (kemampuan mengelola pembelajaran) Secara pedagogis, kompetensi guru-guru dalam mengelola pembelajaran perlu mendapat perhatian yang serius. Hal ini penting
karena
guru
merupakan
seorang
manajer
dalam
pembelajaran, yang bertanggung jawab terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian
perubahan atau perbaikan program
pembelajaran. b. Pemahaman terhadap siswa
12
Marselus R. Payong, Sertifikat Profesi Guru (Jakarta: PT Indeks, 2011), hlm. 28.
29
Sedikitnya terdapat empat hal yang harus dipahami guru dari siswa, yaitu tingkat kecerdasan, kreatifitas, cacat fisik, dan perkembangan kognitif. c. Perancangan pembelajaran Perancangan
pembelajaran
merupakan
salah
satu
kompetensi pedagogik yang akan bermuara pada pelaksanaan pembelajaran. Perancangan pembelajaran sedikitnya mencakup tiga kegiatan, yaitu identifikasi kebutuhan, perumusan kompetensi dasar, dan penyusunan program pembelajaran. d. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah mengondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku ke arah yang lebih baik dan pembentukan kompetensi siswa. Umumnya pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga hal, yaitu pre-tes, proses, dan post-test. e. Pemanfaatan teknologi pembelajaran Penggunaan teknologi dalam pendidikan dan pembelajaran dimaksudkan untuk memudahkan atau mengefektifkan kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini, guru dituntut untuk memiliki kemampuan
menggunakan
dan
mempersiapkan
materi
pembelajaran dalam suatu sistem jaringan komputer yang dapat diakses oleh siswa. f. Evaluasi hasil belajar
30
Evaluasi
hasil
belajar
dilakukan
untuk
mengetahui
perubahan perilaku dan pembentukan kompetensi siswa, yang dapat dilakukan dengan penilaian kelas, tes kemampuan dasar, penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi, bencbmarking, serta penilaian program. g. Pengembagan siswa Pengembangan siswa merupakan bagian dari kompetensi pedagogik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilki oleh siswa setiap siswa.13
4. Macam – Macam Kemampuan Pedagogik Guru Ada sepuluh kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh guru sebagai berikut: a. Kemampuan menguasai bahan pelajaran yang disajikan b. Kemampuan mengelola program belajar mengajar c. Kemampuan mengelola kelas d. Kemampuan mengunakan media/sumber belajar e. Kemampuan menguasai landasan-landasan kependidikan f. Kemampuan mengelola interaksi belajar mengajar g. Kemampuan menilai prestasi peserta didik untuk kependidikan pengajar
13
Jamil Suprihatiningrum, op.cit., hlm. 101-103.
31
h. Kemampuan
mengenal
dan
menyelenggarakan
administrasi
sekolah i. Kemampuan memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasilhasil penelitian pendidikan guna keperluan mengajar.14 Menurut Slamet bahwa kompetensi pedagogik terdiri dari sub-kompetensi (1) berkontribusi dalam pengembangan KTSP yang terkait
dengan
mengembangkan
mata
silabus
pelajaran
matapelajaran
yang
diajarkan;
berdasarkan
(2)
standar
kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD); (3) merencanakan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berdasarkan silabus yang telah dikembangkan; (4) merancang manajemen pembelajaran dan manajemen kelas; (5) melaksanakan pembelajaran yang properubahan (aktif, kreatif, inovatif , eksperimentatif, efektif dan menyenangkan); (6) menilai hasil belajar peserta didik secara otentik; (7) membimbing peserta didik dalam berbagai aspek, misalnya: pelajaran, kepribadian, bakat, minat, dan karir; dan (8) mengembangkan profesionalisme diri sebagai guru. 15 Kompetensi pedagogik yang harus dikuasai guru meliputi pemahaman guru terrhadap siswa, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan siswa untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
14 15
H. Syaiful sagala, op. cit., hlm. 31. Ibid., hlm. 31-32.
32
Secara rinci, tiap subkompetensi dijabarkan menjadi indikator esensial sebagai berikut : a. Memahami
siswa
secara
mendalam,
dengan
indikator
ensensial: memahami siswa dengan memanfaatkan prinsipprinsip perkembangan kognitif; memahami siswa dengan memanfaatkan
prinsip-prinsip
kepribadian;
dan
mengindentifikasi bekal-ajar awal siswa. b. Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran, dengan indikator esensial: memahami landasan kependidikan, menerapkan teori belajar dan pembelajaran, menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik siswa, menetapkan kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar, serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih. c. Melaksanakan
pembelajaran,
dengan
indikator
esensial:
menata latar pembelajaran yang kondusif. d. Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran, dengan indikator esensial: merancang dan melaksanakan evaluasi proses dan hasil belajar secara berkisinambungan dengan berbagai metode, menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketentukan belajar, dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum.
33
e. Mengembangkan siswa untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya, dengan indikator esensial; memfasilitasi siswa untuk
pengembangan
berbagai
potensi
akademik,
dan
memfasilitasi siswa untuk mengembangkan berbagai potensi nonakademik.16
B. Minat Belajar 1. Pengertian Minat Belajar Dalam
kampus
besar
bahasa
indonesia,
minat
adalah
kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu;gairah dan keinginan.17 Menurut Doyles Fryer, minat adalah gejala psikis yang berkaitan dengan obyek atau aktivitas yang menstimulir perasaan senang pada individu.18 Menurut Eveline Siregar, minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar untuk sesuatu.19 Sebagaimana dikutip oleh Reber (1988), bahwa minat tidak termasuk istilah populer dalam psikologi, karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal lainnya seperti: pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan. 20
16
Suyanto dan Asep Jihad, Menjadi Guru Profesional (Jakarta: Erlangga Group, 2013), hlm. 41. 17 Depertemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta: PT Gramedia Putaka Utama, 2008), hlm. 916. 18 Wayan Nurkancana dan Sumartana, Evaluasi Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 1986), hlm. 229. 19 Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), hlm. 176. 20 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), hlm. 187.
34
Namun, terlepas dari masalah populer atau tidak, minat yang seperti yang dipahami dan dipakai oleh orang selama ini, dapat mempengaruhi kualitas percapaian hasil belajar siswa dalam bidangbidang studi tertentu. Guru dalam kaitan ini, seyogianya berusaha membangkitkan minat siswa untuk menguasai pengetahuan yang terkandung dalam bidang studinya dengan cara yang kurang lebih sama dengan kiat membangun sikap positif.21 a. Minat dan Usaha Tugas atau pekerjaan tidak dapat diselesaikan tanpa pengerahan usaha, daya, dan tenaga. Semakin sulit tugas, semakin banyak pula tenaga yang diperlukan untuk mengerjakan tugas dengan baik. Generalisasi ini berlaku pula dalam belajar. Penguasaan yang sempurna terhadap suatu mata pelajaran, memerlukan pencurahan perhatian yang rinci. Minat yang telah disadari terhadap bidang pelajaran, mungkin sekali akan menjaga pikiran siswa, sehingga dia bisa menguasai pelajarannya. Pada gilirannya, prestasi yang berhasil akan menambah minatnya, yang bisa berlanjut sepanjang hayat. 22 b. Minat dan kelelahan Kondisi lelah bisa ditimbulkan oleh kerja fisik. Akan tetapi, seringkali apa yang dianggap sebagai kelelahan, sebenarnya karena tidak ada atau hilangnya minat terhadap kegiatan yang dilakukan oleh 21 22
Ibid., hlm. 188. Djaali, op.cit., hlm. 121.
35
seseorang itu sendiri. Membaca buku pelajaran secara terus-menerus, dapat mengakibatkan anak mengemukakan kelelahan dan timbullah karenanya keinginan untuk menghentikan belajarnya. Akan tetapi, jika dia mengalihkan dari buku tersebut kepada buku baru atau buku lainnya yang menarik minat, dia bisa terus membacanya sampai berjam-jam.23 c. Penerapan di Bidang Administrasi Pendidikan Berikut ini akan diberikan dua contoh penerapan minat untuk bidang administrasi pendidikan, yaitu: 1) Minat Kepala Sekolah untuk Masuk Program S-2 PPS Universitas Negeri Jakarta Logikanya sebagai kepala sekolah, baik secara langsung maupun tidak langsung akan mendapat tuntutan untuk bekerja lebih baik, atau memiliki kelebihan dibanding dengan guru pada umumnya dan atau dengan kepala sekolah yang lain. Untuk mampu berkompetesis, salah satu cara adalah mengambil jenjang pendidikan yang sesuai dengan profesinya. Wayne mengatakan bahwa pendidikan adalah jalan yang paling cepat untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia.24 2) Minat Kejuruan Minat kejuruan adalah kecenderungan seseorang
untuk
memiliki prospek pekerjaan atau jabatan tertentu yang sesuai 23 24
Ibid., hlm. 123. Ibid., hlm. 124.
36
dengan karakteristik kepribadiannya. Konstelasi tersebut didukung oleh William B. Michael yang menyebutkan bahwa perpaduan tipetipe minat akan memperlihatkan pola tingkah laku tertentu dalam melaksanakan tugas, yang disebut kecakapan tugas. Faktor minat kejuruan adalah penting untuk melihat sejauh mana merencanakan seseorang dalam pendidikan untuk suatu pekerjaan tertentu sesuai dengan bidangnya.25 Belajar adalah proses penguasaan sesuatu yang dipelajari. Penguasaan itu dapat berupa memahami (mengerti), merasakan, dan dapat melakukan sesuatu. Di dalam diri yang belajar terjadi kegiatan psikis atau motorik (gerakan-gerakan otot-otot dan saraf). Sebagai hasil belajar adalah pengusaan sejumlah pengetahuan dan sejumlah keterampilan baru dan sesuatu sikap baru ataupun memperkuat sesuatu yang telah dikuasai sebelumnya, termasuk pemahaman dan penguasaan nilai-nilai. Sebagai perubahan-perubahan dalam tingkah laku manusia, sebagai hasil belajar tadi mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai. Dapat pula dinyatakan bahwa belajar adalah usaha sadar dari individu untuk memahami dan menguasai pengetahuan dan keterampilan; sikap-sikap dan nilai-nilai, guna meningkatkan kualitas tingkah lakunya dalam rangka mengembangkan kepribadian.26 Dengan demikian belajar dengan minat akan mendorong siswa belajar lebih baik daripada belajar tanpa minat. Minat ini timbul apabila 25 26
229.
Ibid., hlm. 125. Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan (Jogjakarta: AR-Ruzz Media, 2013), hlm.
37
murid tertarik akan sesuatu karena sesuai dengan kebutuhannya atau merasa bahwa sesuatu yang akan dipelajari dirasakan bermakna bagi dirinya.
2. Pengembangan Minat Belajar Orang tua dan guru memikul tanggung jawab bersama yaitu tanggung jawab menumbuhkan minat anak dan memperluas harizonnya, sedemikian
rupa
sehingga
hal
itu
selanjutnya
meningkatkan
kegairahannya untuk belajar. Jika orang tua tidak berhasil, kecuali hanya setingkat dengan tingkat sekolah yang dicapai oleh si anak, boleh jadi nilainya
sangat
menarik
perhatiannya.
Dalam
pada
itu,
besar
kemungkinan anak akan menjadi betul-betul memperhatikan pekerjaanya untuk dirinya, jika orang tuanya memperhatikan apa yang dipelajarinya.27 Kecepatan anak belajar bertambah baik dirumah maupun di sekolahan, apabila ada padanya keinginan untuk belajar. Hanya saja bukanlah kuasa orang tua untuk membuka atau menutup keinginan tersebut, seperti membuka atau menutup kran air. Akan tetapi mereka harus mengatur masalah pengajaran anak-anak mereka dengan bijaksana dan terampil, sebagaimana dilakukan oleh guru yaitu; Pertama, haruslah kita yakin bahwa pertumbuhan anak telah sampai kepada tingkat yang patut untuk mempelajari apa yang diharapkan untuk dipelajarinya. 27
Imaduddin Ismail, Pengembangan Kemampuan Belajar pada Anak-Anak (Jakarta: Bulan Bintang, 1980), hlm. 42.
38
Kita harus yakin pula bahwa ia mengerti apa yang kita harapkan supaya dipelajarinya. Perlu pula kita jaga ia melakukan proses belajar, bukan hanya proses menyimak saja. Di samping itu, perlu pula dijaga, agar belajar itu memuaskan baginya.28
3. Pentingnya Pengukuran Minat. Ada beberapa alasan mengapa seorang guru perlu mengadakan pengukuran terhadap minat anak-anak. Antara lain adalah sebagai berikut: a. Untuk meningkatkan minat anak-anak. b. Memelihara minat yang baru timbul. c. Mencegah timbulnya minat terhadap hal-hal yang tidak baik. d. Sebagai persiapan untuk memberikan bimbingan kepada anak.29
4. Ciri-Ciri Minat Belajar. Menurut Slameto (2003:58) siswa yang berminat dalam belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1) Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk untuk memperhatikan dan mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus menerus. 2) Ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati. 28 29
Ibid., hlm. 43. Wayan Nurkancana dan Sumartana, op. cit., hlm. 230-231.
39
3) Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu yang diminati. Ada rasa keterikatan pada sesuatu aktivitas-aktivitas yang diminati. 4)
Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya daripada yang lainnya.
5) Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan.30
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar Minat belajar peserta didik sangat menentukan keberhasilannya dalam proses belajar. Ada beberapa faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut bersumber pada dirinya dan luar dirinya atau lingkungannya antara lain sebagai berikut : a. Faktor dalam diri siswa, yang terdiri dari : Aspek jasmaniah, mencakup kondisi fisik atau kesehatan jasmani dari individu siswa. Kondisi fisik yang prima sangat mendukung keberhasilan belajar dan dapat mempengaruhi minat belajar. Namun jika terjadi gangguan kesehatan pada fisik terutama indera penglihatan dan pendengaran, otomatis dapat menyebabkan berkurangnya minat belajar pada dirinya. (Kumpulan Tugas Sekolahku) b. Faktor dari luar siswa, meliputi: Keluarga, meliputi hubungan antar keluarga, suasana lingkungan rumah, dan keadaan ekonomi 30
http://herijoko2010.blogspot.com/2011/11/1.html, Diakses, 17 April 2015.
40
keluarga. Sekolah, meliputi metode mengajar, kurikulum, sarana dan prasarana belajar, sumber-sumber belajar, media pembelajaran, hubungan
siswa
dengan
temannya,
guru-gurunya
dan
staf
sekolahserta berbagai kegiatan kokurikuler. Lingkungan masyarakat, meliputi
hubungan
dengan
teman
bergaul,
kegiatan
dalam
masyarakat, dan lingkungan tempat tinggal. Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa faktor-faktor dari diri siswa dan dari luar siswa saling berkaitan dalam menumbuhkan minat belajar. Jika faktor-faktor tersebut tidak mendukung mengakibatkan kurang atau hilangnya minat belajar siswa. Kurang atau hilangnya minat belajar siswa disebabkan oleh banyak hal yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar.
6. Faktor-Faktor yang dapat Menumbuhkan Minat Belajar Sebagaimana dikutip oleh Andy menyarankan agar para pengajar berusaha membentuk minat-minat baru pada siswa. Hal ini bisa dicapai melalui jalan memberi informasi pada siswa tentang bahan yang akan disampaikan dengan menghubungkan bahan pelajaran yang lalu, kemudian diuraikan kegunaannya di masa yang akan datang. Roijakters berpendapat bahwa hal ini biasa dicapai dengan cara menghubungkan
41
bahan pelajaran dengan berita-berita yang sensasional, yang sudah diketahui siswa. 31 Sebagaimana dikutip oleh Andy, mengemukakan bahwa cara-cara untuk menumbuhkan minat belajar pada diri siswa adalah sebagai berikut : a. Periksalah kondisi jasmani anak, untuk mengetahui apakah segi ini
yang menjadi sebab. b. Gunakan metode yang bervariasi dan media pembelajaran yang
menarik sehingga dapat merangsang anak untuk belajar c. Menolong anak memperoleh kondisi kesehatan mental yang lebih
baik. d. Cek pada orang atau guru-guru lain , apakah sikap dan tingkah laku
tersebut hanya terdapat pada pelajaran saudara atau juga ditunjukkan di kelas lain ketika diajar oleh guru-guru lain. e. Mungkin lingkungan rumah anak kurang mementingkan sekolah
dan belajar. Dalam hal ini orang-orang di rumah perlu diyakinkan akan pentingnya belajar bagi anak. (Kumpulan Tugas Sekolahku) f. Cobalah menemukan sesuatu hal yang dapat menarik perhatian
anak, atau tergerak minatnya. Apabila minatnya tergerak, maka minat tersebut dapat dialihkan kepada kegiatan-kegiatan lain di sekolah.32
31
https://docs.google.com/document/d/1zbzCP0o6nAz_u8K0Tn7JvgTJt29AEfvddQHVulimvg/edit?pli=1. Diakses, 13 Oktober 2014. 32
Ibid., hlm. 3.